ANALISIS ETHICAL IDENTITY INDEX SEBAGAI PENGUKURAN TINGKAT PENGUNGKAPAN ETIKA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PADA PERIODE 2010-2011 Relista Andrianto Putra, Aria Farahmita1 Program Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Email :
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat Ethical Identity Index (EII) sembilan bank syariah di Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan Ethical Identity Index (EII) yang dikomunikasikan pada laporan tahunan bank syariah. Penelitian ini merupakan studi deskriptif menggunakan metode analisis konten yang diungkapkan pada laporan tahunan bank syariah. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan identitas etika yang diungkapkan oleh perbankan syariah dari tahun 2010 ke tahun 2011.
ANALYSIS OF ETHICAL IDENTITY INDEX AS THE MEASUREMENT OF ETHICAL DISCLOSURE LEVEL ON ISLAMIC BANK IN INDONESIA DURING THE PERIOD OF 2010-2011 Abstract This research is aimed to give an overview of Ethical Identity Index of nine Islamic Bank in Indonesia during period 2010 until 2011. This research has used the Ethical Identity Index (EII) reported in the annual report of Islamic Bank. This research is categorized as descriptive study in which perform content analysis of the annual report of Islamic Bank. The result shown indicates that there is an increase in ethical identity disclosed by Islamic Bank from 2010 until 2011. Keyword: Ethical Indentity, Ethical Identity Index, descriptive study, content analysis, dichotomy approach, Islamic Bank, annual report
PENDAHULUAN Sistem keuangan perbankan merupakan salah satu komponen dalam perekonomian yang memiliki peranan sebagai lembaga intermediasi, baik dalam menghimpun maupun menyalurkan dana masyarakat kepada sektor ekonomi yang produktif.
Peranan yang
dilakukan oleh perbankan sebagai lembaga intermediasi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat memiliki kedudukan strategis dalam menjalankan aktivitas perekonomian (Sartono, 2010). Salah satu bagian dalam sistem perbankan yang turut memiliki peran dalam kegiatan intermediasi adalah perbankan syariah. Dimana sistem perbankan syariah ini 1
Dosen Pembimbing
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
merupakan pilihan yang dapat ditawarkan kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan masyarakat muslim maupun non muslim.
Grafik 1.1 Islamic Finance Country Index (IFCI) 2011 Sumber : Global Islamic Financial Report (GFR) tahun 2011
Berdasarkan grafik di atas dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, yang membuat pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia dengan nilai aset per Desember 2012 adalah sebesar Rp 147,6 triliun tumbuh 26 persen dibandingkan pada Desember 2011 yang senilai Rp 116,9 triliun. Sedangkan aset 24 Unit Usaha Syariah (UUS) per Desember 2012 adalah Rp 47,4 triliun
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
tumbuh 66 persen dibandingkan Desember 2011 yang hanya berjumlah Rp 28,5 triliun dan aset 155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah per Desember 2012 ialah Rp 4,70 triliun dibanding posisi Desember 2011 yaitu Rp 3,52 triliun sehingga meningkat 33,5 persen. Berdasarkan data diatas maka pertumbuhan perbankan syariah dapat dikatakan cukup baik jika dilihat berdasarkan peningkatan jumlah asetnya. Dibalik pertumbuhan ini, terdapat pihak skeptis terkait dengan kemurnian (purity) atas produk-produk yang ditawarkan dan kesungguhan (sincerity) dari para pengelola perbankan syariah. Kemudian, pada lain sisi, anggapan bahwa beberapa perbankan syariah telah puas dengan kemurnian dari produk yang ditawarkan, mereka terlalu percaya diri bahwa akan memperoleh orang-orang yang loyal dalam beberapa kelompok kaum muslim sebagai pasarnya, dimana para kelompok kaum muslim ini nantinya akan datang dengan sendirinya kepada mereka atas dasar agama, dan dalam prosesnya kehilangan potensi para non-muslim yang tertarik untuk berinvestasi di bank syariah (Hamid 2012). Selain itu pula bank syariah dalam kegiatan operasinya selain mencari keuntungan juga harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi. Kritikan terhadap perbankan syariah terus bermunculan, hal ini disebabkan karena perbankan syariah terlalu mengharapkan sumber dana diorientasikan terhadap masyarakat muslim saja sebagai pangsa pasar utamanya. Sehingga menyebabkan perbankan syariah ini secara perlahan kehilangan kepercayaan dari konsumen atau nasabah muslim itu sendiri. Sebagai bagian dari trust industry, perbankan syariah diharuskan untuk beupaya menjaga kepercayaan para nasabah dan pemegang sahamnya. Sehingga etika dari para pengelola dan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan perbankan syariah sangat diperlukan. Oleh karena itu, perbankan syariah sebagai bank yang berbasis nilai dan berbasis kepercayaan perlu melakukan penilaian atas ethical identity bank syariah dan proses branding bank syariah. Berdasarkan penjelasan diatas, perlu dilakukan penelitian terkait dengan pengungkapan ethical identity pada bank syariah selama dua periode laporan tahunan. Bedasarkan hasil pemikiran penulis penilaian dengan dua periode ini dikarenakan penulis ingin mengetahui apakah pengungkapan tersebut dilakukan secara konsisten atau tidak oleh perbankan syariah. Karena bank syariah memiliki peranan sebagai pihak perantara pada berbagai transaksi syariah sehingga sangat penting untuk mengetahui serta mengawasi kesesuaian bisnis dari bank syariah itu sendiri yang diukur dengan menggunakan Ethical Identity Index (EII).
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
LANDASAN TEORI Etika Bisnis Dalam Islam Menurut Wibowo (2011), etika dalam Islam berbeda dengan kapitalisme, di mana dalam kapitalisme, etika masih berada di luar sistem dalam dunia bisnis. Sedangkan dalam Islam, etika menyatu dengan sistem yang mana etika Islam ini merupakan bagian dari risalah manusia sebagai khalifah di muka bumi. Banyak kegagalan yang merupakan akibat langsung dari era globalisasi diantaranya dalam bidang perekonomian. Kegagalan ini bermula dari kapitalisme modern yang pada awalnya mampu membuktikan kelebihan, kenyataannya justru melahirkan berbagai persoalan. Konsep ini yang menjadikan etika di luar sistem, mengakibatkan ketidakseimbangan dalam lingkungan tanpa memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan. Masalah yang timbul ini disebabkan karena manusia menempatkan Tuhan di luar sistem (paham sekulerisme) dimana dalam paham ini manusia sebagai penganutnya lebih “menuhankan” rasionalitas dan metodologi ilmiah yang masing-masing memiliki keterbatasan tetapi telah dijadikan kebenaran akhir yang mutlak ( Wibowo, 2011) Pada dasarnya etika dalam bisnis berfungsi untuk menolong para pelaku bisnis
untuk
memecahkan problem-problem (moral) dalam praktek bisnis mereka. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam khususnya dalam upaya revitalisasi perdagangan Islam sebagai jawaban bagi kegagalan sistem ekonomi yang disebabkan oleh kapitalisme, menggali nilai-nilai dasar Islam tentang aturan perdagangan (bisnis) dari alQur’an maupun as-Sunnah, merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu apabila kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan memasukkanmu ke istana di dalam surga „Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash-Shaff: 10-12).
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Di dalam al-Qur’an pada hakikatnya, bisnis tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas. Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah SWT, bahwa bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan perjanjian-perjanjian serta bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, kebohongan, hanya karena ingin memperoleh keuntungan. Ethical Identity Korporasi secara hukum telah diartikan sebagai orang-orang yang memiliki hak untuk melindungi pemiliknya (pemegang saham) dari potensi munculnya gugatan kewajiban. Hal ini merupakan kecerdasan hukum untuk mempersonifikasikan korporasi sehingga terbentuklah gagasan mengenai konsep corporate identity (identitas perusahaan). Konsep tersebut pada awalnya digunakan oleh para konsultan identitas perusahaan terkait dengan logo dan citra perusahaan untuk sebuah proyek dimana pemangku kepentingan adalah targetnya. Dalam beberapa tahun terakhir lebih, arti identitas perusahaan tersebut secara bertahap diperluas untuk memahami gambaran yang lebih total cara organisasi menampilkan diri kepada stakeholder mereka melalui simbol-simbol, dan ditulis melalui komunikasi lisan, dan perilaku (Van Reil, 1997). Pada tahun 1998, Gray dan Balmer menawarkan definisi yang lebih umum pada identitas perusahaan yaitu sebagai realitas dan keunikan dari sebuah organisasi, dalam hal ini adalah perusahaan. Mereka juga mengatakan bahwa identitas perusahaan dapat dibedakan secara operasional dengan mengidentifikasi strategi bisnis, nilai-nilai yang dianut dan filsafat, budaya organisasi dan struktur. Dengan kata lain identitas perusahaan merupakan gambaran mengenai apa yang dilakukan perusahaan dalam kegiatannya serta bagaimana perusahaan tersebut mengkomunikasikannya. Beberapa ahli telah mengungkapkan definisi dari ethical identity yang memiliki arti kurang lebih sama. Menurut Balmer dan Gray (2000) : “The reality and uniqueness of an organization which is integrally related to its external and internal image and reputation through corporate communication” Menurut Berrone, Surroca, and Tribo (2007) :
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
“The set of behaviors, communications, and stances that are representative of an organization‟s ethical attitudes and beliefs” Menurut Balmer, Fukukawa, and Gray (2007) : “The case that is a not simply the starting of ethical values and principles in a corporate mission statement, or a code of ethics” Jadi, ethical identity adalah sebuah nilai dan perilaku yang tergambar dari suatu organisasi yang mencerminkan pendirian dan kepercayaan, serta keunikan dari organisasi itu sendiri. Hal ini dapat terlihat langsung dari nilai, visi, dan misi perusahaan, serta kebijakan dan para pelaku kebijakan tersebut yang terdiri dari karyawan perusahaan, dewan direksi, dan dewan komisaris (Hamid, 2012). Ethical Identity Index Pada penelitian yang dilakuan Hudaib dan Haniffa (2007), untuk menilai tingkat variasi / perbedaan antara communicated ethical identity dengan ideal ethical identity meggunakan Ethical Identity Index (EII). Hudaib dan Haniffa menggunakan operasionalisasi yang sama seperti yang diajukan oleh Balmer dan Soenen (1999) yang menggunakan empat fitur dalam mengoperasionalisasikan identitas perusahaan. Empat fitur ini dikenal dengan singkatan ACID test : actual, communicated, ideal, dan desired. Adapun Hudaib dan Haniffa hanya menggunakan dua fitur saja, yaitu communicated dan ideal. Communicated ethical identity merupakan identitas perusahaan yang berkaitan erat dengan image dan reputasi dari perusahaan, sedangkan ideal ethical identity merupakan identitas yang dianggap stakeholder sebagai identitas optimal dari perusahaan. Adapun dua fitur tersebut yang digunakan bersumber dari laporan tahunan bank syariah selama periode 2002-2003 dengan alasan karena laporan tahunan memberikan potret mengenai pemikiran dari manajemen bank syariah pada periode tertentu (Neimark, 1992) dan memiliki potensi pengeraruh yang lebih besar karena distribusinya yang luas sehingga dapat diakses dan digunakan oleh stakeholder yang lebih luas. Dengan kedua fitur tersebut dapat mengetahui pemikiran manajemen bank syariah apakah bisnis yang dilakukan telah sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang ditetapkan sebagai benmarch dalam pelaksanaan bisnis untuk mencapai bisnis yang optimal. Ethical Identity Index ini merupakan ringkasan dari fitur-fitur utama yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional.
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Komponen Ethical Identity Index (EII) ini secara umum terdiri dari lima komponen utama, dimana komponen ini nanti dijabarkan ke dalam tujuh dimensi dan 78 (tujuh puluh delapan) poin penilaian. Untuk komponen yang pertama terdiri atas dua dimensi dan dua puluh dua poin penilaian, komponen kedua dan ketiga membentuk satu dimensi dan sepuluh poin, komponen keempat terbagi atas empat dimensi dan tiga puluh lima poin dan komponen terakhir, terdiri atas satu dimensi dan sebelas poin penilaian. Adapun lima komponen utama tersebut adalah : 1. Nilai dan filosofi yang mendasari Selain berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, bank syariah juga menjalankan fungsi sosial yaitu fungsi terkait pengelolaan dana ZIS (Zakat, Infaq dan Sodaqoh). Bank syariah dituntut untuk menjalankan fungsi sosial tersebut sehingga bank syariah tidak hanya akuntabel untuk masalah terkait keuangan saja, tetapi juga akuntabel secara moral atas kegiatan bisnis mereka. Selain itu pula agar dapat memiliki penilaian yang baik dari para stakeholder terhadap pihak yang memiliki otoritas tertinggi untuk mewakili mereka dalam membuat keputusan, diharapkan para pengelola dan pengatur bank syariah memiliki sikap yang shaleh dan adil, serta memiliki pengetahuan dan kompetensi di area yang relevan dengan perbankan dan juga syariah. Berikut dimensi yang terdapat dalam komponen ini (1) Pernyataan visi dan misi dan (2) Dewan direksi dan pejabat perusahaan 2. Ketetapan atas produk dan jasa yang bebas bunga Bank syariah harus menghindari segala bentuk transaksi yang melibatkan riba. Riba dalam etimologi berarti tambahan pada pokok harta, baik itu yang berjumlah sedikit maupun yang berjumlah banyak. Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti yang dibenarkan syariah adalah riba. Hal yang dimaksud dengan transaksi pengganti itu sendiri adalah transaksi bisnis atau komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil seperti jual beli, sewa menyewa, atau bagi hasil proyek, dmana dalam transaksi tersebut ada faktor penyeimbangnya berupa ikhtiar/usaha, risiko dan biaya. Untuk dapat bersaing dengan, bank syariah melakukan inovasi dalam produk yang ditawarkan dimana produk ini tidak boleh menyalahi syariah. Namun pada kondisi tertentu, bank syariah cenderung memilih untuk
meng”Islam”kan produk dan
instrumen dari sistem konvensional yang ada dibandingkan dengan mengaplikasikan
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
pemikiran kreatif mereka untuk mengembangkan produk berdasarkan konsep Islam. Dimensi yang ada pada komponen ini adalah Produk 3. Jembatan atas transaksi yang sesuai dengan syariah Bank syariah memiliki fungsi yang lebih dari hanya sekedar menawarkan produkproduk yang bebas bunga. Bank syariah memiliki keharusan untuk hanya membiayai proyek atau transaksi yang diperbolehkan (halal) dan menghindari pembiayaan atau investasi di aktivitas-aktivitas atau produk-produk yang dianggap haram dalam Islam, seperti perjudian (maysir), alkohol (khamr), narkoba, dan juga transaksi yang bersifat spekulatif atau risiko yang tinggi (gharar). 4. Fokus atas pengembangan dan tujuan sosial Perbankan syariah tidak hanya memberikan layanan keuangan yang bebas riba dan memberikan produk keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah saja tetapi juga memiliki tujuan untuk berkontribusi unutk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi dan budaya bagi masyarakat sekitar (Wibowo, 2011). Salah satu indikator dari tanggung jawab sosial tersebut adalah kontribusi dan pengelolaan atas dana zakat, sedekah, dan qardhul hasan. Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam kompomen pengembangan dan tujuan sosial : (1) Zakat, sedekah, dan pinjaman tanpa biaya; (2) Pegawai; (3) Debto;(4) Pengabdian masyarakat. 5. Kewajiban untuk direviu oleh Dewan Pengawas Syariah Semua bank syariah diwajibkan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berperan untuk memastikan bahwa tiap penyusunan dan pelaksanaan suatu hal sesuai dengan prinsip syariah dan cita-cita Islam. Tugas lain dari DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah bertindak segai penyaring pertama sebelum suatu produk di teliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. DPS harus membuat pernyataan secara berkala biasanya setiap tahun bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Umumnya anggota DPS merupakan profesional atau praktisi dalam ilmu terkait syariah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2012) mengenai EII, metode penilaian terbagi menjadi dua bagian secara garis besar yaitu (1) institutional scope dan (2) individual scope. Dimana pada institutional scope penilaian berdasarkan institusi perbankan syariah itu sendiri
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
sedangkan individual scope lebih bersifat perorangan. Lalu dalam penelitian ini terdapat penambahan komponen penilaian yang disebabkan karena beberapa prinsip dan aspek belum dimasukkan di penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan Hamid (2012) memasukkan poin-poin yang dianggap krusial dari parameter indeks lain, yaitu IFSB 9 Guiding Principle on Conduct of Business dan juga mengeliminasi beberapa poin penilaian yang tidak sesuai dengan kondisi perbankan syariah Indonesia. Indeks ini terdiri dari dua komponen utama yaitu institutional scope dan individual scope. Terdapat perbedaan penilaian di lingkup penilaian secara institusi (institutional scope) dan poin penilaian perorangan (individual scope). Pada poin penilaian di ruang lingkup institusi, penilaian yang digunakan sama dengan sistem penilaian di indeks yang dilakukan oleh Haniffa dan Hudaib, sedangkan pada lingkup perorangan, penilaian diberikan atas dasar proporsi dari best practice. Pada poin ke sepuluh IFSB 9 mengungkapkan bahwa perbankan syariah diharapkan untuk mengadopsi best practices secara terus menerus. Proses yang digunakan dengan menjadikan best practices sebagai acuan disebut juga dengan benchmarking sebagai proses perbandingan tingkat performa suatu perusahaan pada proses tertentu.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Pada penelitian ini akan dilakukan deskriptif komparatif analitik pada hasil pengukuran yang diperoleh. Hal tersebut berdasarkan tujuan penelitian yang ingin penulis capai dalam penelitian ini yaitu melihat apakah ada perkembangan penerapan identitas etika yang diungkapkan oleh bank syariah selama dua periode pelaporan tahunan. Sedangkan untuk mengaji komunikasi yang diungkapkan dari sampel penelitian yang diambil, penulis menggunakan content analysis, metode ini dilakukan dengan cara mengodifikasikan teks atau konten dari bagian tulisan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kriteria yang dipilih. Pendekatan yang dilakukan penulis dalam melakukan penilaian adalah pendekatan dikotomus dimana jika item tersebut dimasukkan dalam laporan tahunan maka diberi nilai 1 (satu) sedangkan jika tidak dikomunikasikan maka diberikan nilai 0 (nol). Dan untuk memastikan tidak terjadi bias, maka laporan tahunan terkait harus dibaca terlebih dahulu sebelum pengambilan keputusan
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Data Penelitian Dalam penelitian ini, data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder berupa laporan tahunan bank syariah yang dipublikasikan pada periode 2010 dan periode 2011. Adapun bank syariah yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BMS), Bank Syariah BRI (BRIS), Bank Syariah Bukopin (BSB), Bank Panin Syariah (BPS), Bank Victoria Syariah (BVS), BCA Syariah (BCAS). Metode Penilaian Metode penilaian pada indeks sebelumnya cukup sederhana karena menyamakan bobot semua penilaian, kemudian poinnya hanya ada dua, yaitu 1 jika ada, dan 0 jika tidak ada. Hal ini memiliki beberapa kelemahan terkait dengan keandalan dari nilai yang diperoleh dalam menggambarkan objek penelitian. Metode penilaian ini secara garis besar terbagi menjadi dua. Penilaian yang terbagi dua ini didasarkan pada adanya komponen-komponen yang memiliki karakter dan tingkat urgency tertentu dalam pelaksanaan etika di bank syariah. Penilaian ini membagi dua komponen ke dalam (1) institutional scope dan (2) individual scope. Untuk penilaian di lingkup secara institusi, penilaian yang digunakan sama dengan penilaian dengan indeks yang diajukan Haniffa dan Hudaib (2007). Sedangkan pada lingkup perseorangan, penilaian atas dasar proporsi dari best practices. Komponen dan Poin penilaian Pendekatan untuk penetapan skor merupakan pendekatan dengan skala dikotomus, dimana poin penilaian akan diberi poin satu jika ada, dan poin nol jika tidak dikomunikasikan (Sekaran, 2010, dan Haniffa dan Hudaib, 2007). Poin yang diperoleh nantinya akan dijumlahkan dan dibobotkan sama dengan formula: ∑
dimana EIIj adalah ethical identity index, nj adalah jumlah poin penilaian yang diungkapkan oleh bank syariah j, dengan nj <=113, dan Xij =1. Jadi nilai EII adalah 0 <= EIIj <=1. Dibawah ini adalah penjabaran EII yang digunakan dalam penelitian ini
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Vision & Mission Statement Zakah, Charity Benevolent Loans
Employees Product & Policy Institutional Scope
Community Islamic Value
Ethical Identity Index
Environment Top Management
BOD Personal Scope
BOC SSB
Gambar 3.1 Penjabaran Ethical Identity Index Yang Telah Dikembangkan Sumber: Anggita Widiasmi Hamid, Analisis Modified Ethical Identity Index Perbankan Syariah Di Indonesia, 2012, telah diolah kembali dengan beberapa dimensi tambahan.
ANALISIS PEMBAHASAN Analisis berdasarkan Institutional Scope Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis berikut adalah ringkasan penilaian berdasarkan Institutional Scope : Tabel 1. Ringkasan Hasil Pengukuran EII Berdasarkan Institutional Scope Tahun
BMI
BSM
BMS
BRIS
BSB
BPS
BVS
BCAS
BNIS
2010
0.69
0.80
0.52
0.39
0.41
0.32
0.38
0.48
0.68
Rata/ tahun 0.52
2011
0.79
0.89
0.54
0.41
0.49
0.41
0.46
0.40
0.65
0.56
Kenaikan/ (Penurunan)
0.10
0.09
0.02
0.02
0.08
0.09
0.08
(0.08)
(0.03)
0.04
Sumber : Hasil pengolahan peneliti
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rata-rata pencapaian indeks berdasarkan ruang lingkup institusi bank syariah pada tahun 2010 adalah 0,52 atau sebesar 52% dengan indeks
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
tertinggi sebesar 0,80 dan terendah adalah 0.32. Sedangkan pada tahun 2011 diketahui ratarata pencapaian indeks berdasarkan ruang lingkup institusi bank syariah pada tahun 2011 adalah 0,56 atau sebesar 56% dengan indeks tertinggi sebesar 0,89 dan terendah adalah 0,40. Setelah melihat hasil dari tabel di atas dapat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat pencapaian indeks EII berdasarkan ruang lingkup institusi dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar kurang lebih 4%. Untuk bank yang mengalami kenaikan tingkat pencapaian indeks tertinggi adalah Bank Muamalat Indonesia, dimana bank tersebut mengalami kenaikan sebesar 10% dari tahun 2010 sebesar 0,69 menjadi 0,79 pada tahun 2011. Sedangkan bank yang mengalami penurunan tingkat pencapaian indeks tertinggi adalah Bank BCA Syariah dimana pada tahun 2010 sebesar 0,48 turun menjadi sebesar 0,40 di tahun 2011. Berdasarkan peringkat pencapaian indeks tersebut bank yang memperoleh nilai tertinggi selama dua tahun berturut adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dimana pada tahun 2010 bank ini mendapatkan nilai sebesar 0,80 atau 80% dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 0.89 atau 89%. Sedangkan tingkat pencapaian indeks terendah selama dua tahun berturut, tahun 2010 adalah Bank Panin Syariah sebesar 0,32 atau 32 %. Sedangkan pada tahun 2011 nilai terendah didapatkan oleh Bank BCA Syariah dengan mendapatkan nilai 0,40 atau sebesar 40%. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan analisis pencapaian indeks berdasarkan kategori penilaian, dimana terdapat 8 kategori penilaian berdasarkan ruang lingkup institusi perbankan syariah. Analisis Berdasarkan Individual Scope Berikut di bawah ini adalah ringkasan hasil pengukuran EII berdasarkan ruang lingkup individu pengelola perbankan syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengukuran EII berdasarkan Individual Scope Tahun
BMI
BSM
BMS
BRIS
BSB
BPS
BVS
BCAS
BNIS
2010
0.60
0.70
0.47
0.52
0.50
0.34
0.49
0.50
0.53
Rata/ tahun 0.51
2011
0.65
0.70
0.40
0.51
0.51
0.48
0.49
0.50
0.53
0.53
Kenaikan/ (Penurunan)
0.05
-
(0.07)
(0.01)
0.01
0.14
-
-
-
0.01
Sumber : Hasil pengolahan peneliti
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata pencapaian indeks berdasarkan ruang lingkup individual pengelola bank syariah pada tahun 2010 adalah 0.51 atau sebesar 51% dengan indeks tertinggi sebesar 0,70 yang diperoleh Bank Syariah Mandiri dan terendah
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
adalah 0,34 yang diperoleh Bank Panin Syariah. Sedangkan nilai rata-rata pencapaian indeks berdasarkan ruang lingkup individual pengelola bank syariah pada tahun 2011 adalah 0.53 atau sebesar 53% dengan indeks tertinggi sebesar 0,70 yang diperoleh Bank Syariah Mandiri dan terendah adalah 0,40 yang diperoleh Bank Mega Syariah. Setelah melihat hasil dari kedua tabel di atas dapat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pencapaian indeks EII berdasarkan ruang lingkup individual dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 1%. Berdasarkan peringkat pencapaian indeks tersebut bank yang memperoleh nilai tertinggi selama dua tahun berturut adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dimana tahun 2010 bank ini mendapatkan nilai sebesar 0,68 atau sebesar 68% dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,70 atau sebesar 70%. Sedangkan tingkat pencapaian indeks terendah pada tahun 2010 adalah Bank Panin Syariah dengan tingkat pencapaian indeks sebesar 0,34 atau 34% namun Bank Panin Syariah berhasil meningkatkan pencapaian indeks ini pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,48 atau 48%. Sedangkan pada Bank Mega Syariah terjadi penurunan tingkat pencapaian indeks dari sebesar 0,47 atau 47% ditahun 2010 menjadi 0,40 atau 40% pada tahun 2011 sehingga menyebabkan Bank Mega Syariah merupakan bank yang tingkat pencapaian indeksnya terendah di antara bank syariah lain pada tahun 2011. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan analisis pencapaian indeks berdasarkan kategori penilaian, dimana terdapat 3 kategori penilaian berdasarkan ruang lingkup individual perbankan syariah. Analisis Ethical Identity Index Secara Keseluruhan dan Perkembangannya Tterdapat enam perbankan syariah yang nilai EIInya meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011. Bank yang mengalami kenaikan adalah BMI, BSM, BRIS, BSB, BPS dan BVS. Kenaikan tersebut merupakan upaya bank syariah dalam memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai identitas bank tersebut sebagai bank yang berlandaskan prinsip syariah. Di bawah ini merupakan tabel perbandingan masing masing tahun : Tabel 3. Perkembangan Tingkat Pencapaian Indeks EII Bank Syariah Tahun
BMI
BSM
BMS
BRIS
BSB
BPS
BVS
BCAS
BNIS
2010
0.66
0.77
0.51
0.43
0.44
0.33
0.41
0.49
0.64
Rata/ tahun 0.52
2011
0.75
0.84
0.51
0.44
0.49
0.43
0.47
0.43
0.62
0.55
Kenaikan/ (Penurunan)
0.09
0.07
-
0.01
0.05
0.10
0.06
(0.06)
(0.02)
0.03
Sumber : Hasil pengolahan peneliti
Nilai rata-rata EII pada tahun 2010 secara keseluruhan semua bank syariah. Dapat diketahui pada tabel di atas bahwa nilai rata-rata EII semua bank syariah pada penelitian ini adalah 0,52.
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Nilai tersebut merupakan gabungan dari hasil pengukuran dari masing-masing scope pada pembahasan sebelumnya. Nilai rata-rata bedasarkan institutional scope adalah 0,52. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata berdasarkan individual scope sebesar 0,51. Dengan kata lain masing-masing scope memiliki kontribusi nilai yang hampir sama dengan perbedaan 0,01 terhadap hasil rata-rata keseluruhan.Sedangkan pada tahun 2011 nilai rata-rata EII secara keseluruhan semua bank syariah dapat diketahui adalah 0,55. Nilai tersebut merupakan gabungan dari hasil pengukuran dari masing-masing scope pada pembahasan sebelumnya. Nilai rata-rata bedasarkan institutional scope adalah 0,56. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata berdasarkan individual scope sebesar 0,53. Dengan kata lain institutional scope memiliki kontribusi nilai yang lebih besar 0,03 dibandingkan dengan individual scope terhadap hasil rata-rata keseluruhan. Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat enam perbankan syariah yang nilai EIInya meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011. Bank yang mengalami kenaikan adalah BMI, BSM, BRIS, BSB, BPS dan BVS. Kenaikan tersebut merupakan upaya bank syariah dalam memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai identitas bank tersebut sebagai bank yang berlandaskan prinsip syariah. Untuk pencapaian indeks oleh BMS dapat dikatakan cukup konsisten dalam memberikan informasi yang memadai bagi para stakeholder, mengingat makin tinggi persaingan antar perbankan syariah dalam memberikan pelayanan yang maksimal bagi msyarakat khususnya kaum muslim. Sedangkan penurunan pencapaian nilai indeks dialami oleh BCAS dan BNIS dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini merupakan sebuah motivasi bagi bank syariah tersebut untuk memberikan informasi yang lebih baik lagi agar lebih mendapatkan kepercayaan para stakeholder khususnya masyarakat sebagai bank yang berlandaskan prinsip syariah.
KESIMPULAN Secara umum, pengungkapan etika bank syariah sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yang didapatkan pada nilai EII semua bank, dimana nilai tersebut berada di atas 50 %. Hal ini membuktikan adanya upaya yang dilakukan oleh bank syariah dalam memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai identitas bank syariah tersebut sebagai bank yang berlandaskan dengan prinsip syariah melalui laporan tahunan perusahaannya.
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI AAOIFI – Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, (2010). Accounting, Auditing and Governance Standart for Islamic Financial Institution. Bahrain. Andayani, Tutut Dwi. Januari: 2010. Pengaruh Karakterisitik Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI). Semarang: Universitas Diponegoro. Balmer, John M. T., Kyoko Fukukawa, and Edmund R Gray. 2007. The Nature and Management of Ethical Corporate Identity: A Commentary on Corporate Identity, Corporate Social Responsibility, and Ethics. Journal of Business Ethics. Balmer, J. M. T. 1998. Corporate Identity and the Advent of Corporate Marketing, Journal of Marketing Management 14, 963 996. Balmer, J. M. T. 1999. The ACID Test of Corporate Identity Management, Journal of Marketing Management 15 (1-3), 69-92. Balmer, J. M. T. 2001. Corporate Identity, Corporate Branding and Corporate Marketing Seeing Through the Fog, European Journal of Marketing 35(3/4), 248 291. Balmer, J. M. T. and E. R. Gray. 2000, Corporate Identity and Corporate Communications: Creating a Competitive Advantage, Industrial and Commercial Training 32(7), 256. Balmer, J. M. T. and E. R. Gray. 2003. Corporate Brands: What are they? What of them?, European Journal of Marketing 37(7/8), 972 997. Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah September 2011. Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah Desember 2012. Berrone. Pascual, Jordi Surroca, and Joseph A. Tribo. 2007. Corporate Ethical Identity as a Determinant of Firm Performance: A Test of the Mediating Role of Stakeholder Satisfaction. Journal of Business Ethics. Customer Relationship Management (UK) Ltd and SECOR Consulting Corporate Identity Management : Applying The ACID Test, Customer Relationship Management (UK) Ltd and SECOR Consulting, 2001 Dahlia, Andi. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Dengan PT. Bank Muamalat Indonesia. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanuddin Fitria, Soraya. 2010. Analisis Perbandingan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Berdasarkan Indeks GRI Tahun 2006 dan Indeks Islamic Sosial Reporting (ISR) : Studi Kasus Pada Tiga Bank Umum Syariah dan Tiga Bank Umum Konvensional. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fisher, Collin M. And Alan Lovell. 2003. Business Etchics and Values. Prentice- Hall. Global Islamic Financial Report (GFR) tahun 2011 Hamid, Anggita Widiasmi. 2012. Analisis Modified Ethical Identity Index Perbankan Syariah Di Indonesia Untuk Periode 2010. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia. Haniffa, Roszaini. 2002. Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective. Indonesian Management & Accounting Research Vol.1 (2) , 128-146 Haniffa, Roszaini dan Mohammad Hodaib. 2007. Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics. Springer. Ikatan Akuntansi Indoneisa. 2009. Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan Paragraf 7. Jakarta : Salemba Empat Islamic Financial Service Board. IFSB 9: Guiding Principles on Conduct of Business. 2009
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Islamic Financial Service Board. IFSB 10 : Shariah Governance. 2009 Jensen, Michael C & Meckling W.H. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency cost and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360. Kaplan, Robert S. and David P. Norton. 2008. The Execution Premium: Linking Strategy to Operations for Competitive Advantage. Boston: Harvard Business School Publishing Corporation Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relevansinya. Jakarta : Pustaka Filsafat. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. 2011. Memahami Whistleblower. Jakarta : Penerbit Maali, Bassam. 2006. Social Reporting by Islamic Bank. Accounting Foundation, The University of Sidney, ABACUS. Vol.2 Neimark, M.D. 1992. The Hidden Dimensions of Annual Reports. London: Paul Chapman. Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2 Revisi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Othman, Rohanna, Azlan Md. Thani, dan Erlane K. Ghani. 2009. Determinant of Islamic Social Reporting Among Top Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Jouernal of International Studies. Malaysia : Universiti Teknologi MARA Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015 Disampaikan dalam Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012 oleh Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia Rizkiningsih, Priyesta. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) : Studi Empiris Pada Bank Syariah Di Indonesia, Malaysia Dan Negara-Negara Gulf Cooperation Council. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Saragih, Arfah Habib. 2009. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor Determinan Profitabilitas Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia Periode 2003-2007. Depok. Universitas Indonesia. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Method for Business. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Useem, J. 2005. Banking on Allah: Devout Muslims Don‟t Pay or Receive Interest, So How Can Their Financial System Work. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Van Riel, C. B. M. Dan Balmer, J. M.T. (1997). Corporate Identity : The Concept, Its Measurement and Management. European Journal of Marketing, special edition on Corporate Identity 31(5/6), 340355 Wibowo, Agung Edy. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Jakarta : Gava Media Wibowo, Muhammad Mukti. November : 2011. Pengukuran Indeks Etika Tiga Bank Syariah di Indonesia (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah) Tahun 2007-2009. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
Widiawati, Septi dan Surya Raharja. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengengaruhi Islamic Social Reporting Perushaan Yang Terdapat Pada Daftar Efek Syariah Tahun 2009-2011. Diponegoro Journal Of Accounting. Semarang : Universitas Diponegoro Website : http://www.bi.go.id http://www.masbied.com/2010/11/21/pengertian-ijtihad-kedudukan-dasar-hukum-dan-syarat-syarat-ijtihad/ http://almanaar.wordpress.com/2007/10/22/pengertian-ijtihad/ http://khairulmuslim.blogspot.com/2007/02/filosofi-melandasi-budaya-perusahaan.html http://www.investopedia.com/terms/s/sovereign-credit-rating.asp
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
LAMPIRAN
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16
DIMENSION Vision & Mission Statement Commitments in operating within sharia principles Commitments in providing returns within shariah principles Focus on maximising shareholders returns Current directions in serving the needs of Muslim community Future directions in serving the needs of Muslim community Commitments to engage only in permissibel investment activities Commitments to engage only in permissibel financing activities Commitments to fulfil contracts via "contract statement" (uqud) Appreciation to shareholder and costumers Vision and mission attainment Company history Zakah, Charity and Benevolent Loans Bank liable for zakah Amount paid for zakah Sources of zakah Uses/beneficiaries of zakah Method used Balance of zakah not distributed-amount Reasons for balance of zakah SSB attestation that sources and uses of zakah according to sharia SSB attestation that zakah has been computed according to sharia Zakah to be paid by individuals amount Sources of charity (saddaqa) Uses of charity Sources of qard al hassan Uses of qard al hassan Policy providing qard al hassan Policy on non payment of qard al hassan Employees Employees appreciation Number of employees Equal opportunities policy Training : Sharia awareness Training : other Training : student recruitment scheme Training : monetary Whistle-blower system Reward of employees Culture and corporate philoshopy Business Ethics Wages policy Working hour Holidays and leave Employee Involvement Fraud Statement
3.17 3.18 3.19 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 7.1 7.2 8.1 8.2 8.3
Health and safety Percentage of workers who received a career development Allowed to perform their obligatory prayers during specific times and fasting Product and Policy No involvement in non permisible activities Involvement in non permissible activities % of profit Reason of involevement in non permissable activities Handling of non permissible activities Introduced new product Approval ex-ante by SSB for new product Basis of Sharia concept in approving new product Glossary/definition of products Operational and procedure of products Policy on Late Payment and Insolvent Clients Incidents of non-compliance with regulation Survey of costumer satisfaction Investment activities-general Financing activities-general Debt policy Amount of debt written-off Type of lending activities general Type of lending activities detailed Providing information through company's website Community Special branch Creating job opportunities Support for organization that provide benefits to society Participant in govermental activities Sponsor community services Commitment to social role Empowerment for needy people or SME ( Small and Medium Enterpreneur) Islamic Values Qoute from Quran Hidayah (Pray for Allah's guidance) Insha Allah (God willing) Alhamdulillah (Thanks to Allah) Salam greetings Bismillah (in the name of Allah) Rahmah (Grace of Allah) Redha Allah (plead for Allah's Reward) Environtment Conservation of environtment Bank no involved in project that harm the environtment Top Management Names of management team Positions of management team Pictures of management team
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013
8.4 8.5 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 9.10 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6
Profile of management team Academic qualify of management team Board Of Director Names of board members Positions of board members Pictures of board members Profile of board members Working experience of board members Shareholding of board members Multiple of directorships exist among board members Evaluation of peformance management Number of course and seminar/conference attendance (for CEO only) Number of award winning (for CEO only) Board of Commissioner Names of board members Positions of board members Pictures of board members Profile of board members Shareholding of board members Multiple of directorships exist among board members
10.7 10.8 10.9 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 11.10 11.11 11.12 11.13 11.14
Board composition Membership of audit committees Number of course and seminar/conference attendance Sharia Supervisory Board Names of members Pictures of members Profile of members Remuneration of members No double role in other bank No membership in DSN Report signed by all members Attedency rate in meeting held Examination of all business business transactions ex-ante & ex-post Examination of a sample of business transactions ex-ante & ex-post Report defects in product: specific and detailed Recommendation to rectify defects in product Action taken by management to rectify defects in product Distribution of profits and losses comply to Sharia
Analisis ethical..., Relista Andrianto Putra, FE UI, 2013