ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected];
[email protected].
ABSTRACT The 003/OHC/BRB overhead crane machine is one of the lifting machine for production at PT. Bukaka BRB that has the highest level of breakdown time among other production machines in the company. The purpose of research to determine the effectiveness of the machine overhead crane 003/OHC/BRB, so as to know the appropriate treatment method for the machine. Therefore, it needs to be analyzed from data collected at random to measure the effectiveness of the machine using the Overall Equipment Effectiveness (OEE). OEE calculation is influenced by the availability rate, performance efficiency, and the rate of quality. Overhead Crane machine OEE calculation shows the failure in the ideal value of OEE as a result of the low availability of the machine rate (71.63%) and high breakdown time of the machine. To reduce the rate of breakdown frequency, method of treatment needs to be improved (maintenance). Routine maintenance can be performed by the operator to extend engine life and extending the time of the breakdown, using the method Autonomous Maintenance. The implementation of this method is expected to improve the durability of the engine, so the engine does not often experience breakdown. Keywords: overhead crane, Overall Equipment Effectiveness, breakdown
ABSTRAK Mesin overhead crane 003/OHC/BRB merupakan salah satu mesin lifting untuk kegiatan produksi di PT. Bukaka BRB dengan tingkat waktu breakdown yang tertinggi diantara mesin-mesin produksi lainnya di perusahaan tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui keefektifan dari mesin overhead crane 003/OHC/BRB, sehingga dapat diketahui metode perawatan yang tepat untuk mesin tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa dari data yang dikumpulkan secara acak untuk mengukur tingkat keefektifan mesin tersebut dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Nilai OEE sendiri dipengaruhi oleh availability rate, performance efficiency, dan rate of quality. Perhitungan OEE mesin Overhead Crane menunjukkan ketidaktercapaian nilai ideal OEE sebagai akibat dari rendahnya availability rate mesin yaitu (71,63%) dan tingginya waktu breakdown mesin tersebut. Untuk mengurangi tingkat frekuensi breakdown, metode perawatan perlu diperbaiki (maintenance). Perawatan dapat dilakukan rutin oleh operator untuk memperpanjang usia mesin dan memperpanjang waktu terjadinya breakdown, yaitu menggunakan metode Autonomous Maintenance. Pelaksanaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keawetan dari mesin, sehingga mesin tidak sering mengalami breakdown. Kata kunci: overhead crane, Overall Equipment Effectiveness, breakdown
62
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 62-70
PENDAHULUAN Untuk menjamin kelancaran dari suatu sistem atau suatu proses produksi maka diperlukan dukungan dari banyak aspek, aspek tersebut diantaranya adalah maintenance (perawatan) mesin dan availability (ketersediaan) mesin yang terdapat pada sistem produksi tersebut. Perawatan meliputi semua usaha yang dilakukan untuk menjamin agar mesin berjalan dan bekerja dengan baik, efektif, efisien, ekonomis, fungsional dan optimal. Maka dari itu diperlukan suatu manajemen perawatan yang baik dalam rangka menunjang kegiatan maintenance. Untuk membuat suatu kegiatan manajemen perawatan menjadi lebih baik, maka dibutuhkan analisa yang dapat mengidentifikasi keefektifan kinerja suatu mesin, yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar perlakuan terhadap gejala-gejala dari kerusakan, serta mampu mengantisipasi gejala-gejala tersebut dan menjamin kualitas produk, serta kemampuan ketersediaan mesin tersebut. PT. BTU divisi BRB merupakan unit usaha dari PT. BTU yang memiliki core business untuk membangun jembatan Garbarata (Boarding Bridge) yang merupakan jembatan yang menghubungkan antara sebuah pesawat (Aircraft) dengan ruang tunggu penumpang (Passenger) pesawat tersebut pada area airport. Pada produksi Garbara dibutuhkan banyak proses, oleh karena itu ketersediaan mesin yang digunakan pun juga harus tinggi dalam usaha untuk mendukung perusahaan menyediakan produk dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang baik. Kelancaran dalam proses produksi ini dapat dicapai apabila mesin telah menjalankan setiap fungsi-fungsinya sesuai dengan yang diinginkan. Maka dari itu diperlukan manajemen perawatan mesin yang baik untuk menunjang kegiatan produksi. Alat-alat produksi yang ada di perusahaan ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok peralatan kerja, pengelompokannya berdasarkan fungsi kerja dari masing-masing mesin, kelompoknya yaitu: (a) Lifting equipment. (b) Compressor equipment. (c) Machining equipment. (d) Abrasive equipment. (e) Power tools equipment. Tiap kelompok mesin memiliki fungsi kerja masing-masing yang mendukung proses produksi. Dari kelima kelompok mesin tersebut, mesin produksi yang mendapat perhatian untuk diteliti adalah mesin Overhead Crane seri 003/OHC/BRB, karena waktu breakdown yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa terhadap keefektifan kinerja dari mesin Overhead Crane ini, sehingga dapat ditentukan penerapan metode perawatan yang baik dan optimal dalam menjaga kondisi mesin Overhead Crane seri 003/OHC/BRB agar mampu beroperasi dengan baik. Pada penelitian ini permasalahan yang akan diidentifikasi yaitu mengenai analisa keefektifan dari perhitungan nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB, sehingga dapat ditentukan metode perawatan yang tepat. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB, dengan menghitung besarnya nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness) selama periode bulan April - September. Serta mencari masalah utama penyebab tingginya waktu breakdown mesin tersebut. Sehingga dapat ditentukan metode perawatan yang tepat untuk mesin tersebut. Definisi Maintenance Maintenance (perawatan) adalah “Semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan tingkat keamanan yang tinggi.” (Wati, 2009) Sehingga dapat dikatakan bahwa seiring berlalunya waktu, fungsi mesin serta peralatan yang digunakan untuk produksi semakin lama akan berkurang. Namun dengan adanya suatu sistem perawatan yang baik, maka usia kegunaan mesin dapat diperpanjang dengan melakukan perawatan secara berkala dengan perawatan yang tepat. Terdapat dua hasil yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu Condition maintenance dan Replacement maintenance (Wati, 2009).
Analisis Efektifitas Mesin … (Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono)
63
Tujuan Maintenance Kegiatan maintenance (perawatan) secara garis besar dilakukan untuk mencegah kerusakan mesin/peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi terlalu cepat, selain itu kegiatan perawatan haruslah memiliki kriteria efektif, efisien, serta berbiaya rendah. Berikut ini beberapa tujuan kegiatan perawatan, antara lain memperpanjang usia pakai dari mesin/peralatan, menjaga fungsi dari mesin/peralatan agar tetap baik, menjamin ketersediaan optimum mesin/peralatan, menjamin kesiapan operasional mesin/peralatan, mengurangi waktu downtime dari mesin/peralatan, memaksimalkan ketersediaan (availability), menjamin keselamatan user mesin/peralatan tersebut, serta menjamin kepuasan pelanggan (Wati, 2009). Total Productive Maintenance (TPM) Definisi Total Productive Maintenance (TPM) adalah “is maintenance activities that are productive and implemented by all employees.” (Wireman, 2004), Jadi TPM merupakan suatu aktivitas perawatan yang produktif serta diimplementasikan oleh seluruh lapisan karyawan pada suatu perusahaan atau organisasi. Metode ini melibatkan seluruh elemen dari organisasi, yaitu Departemen Maintenance, Operasional, Fasilitas, Desain, Pelaksana proyek, Kontruksi, Persediaan dan penyimpanan, Pembelian, Accounting dan Finance, manajemen di pabrik, dan area lapangan. Sesuai dengan “Total Productive Maintenance (TPM) is a management system for optimizing the productivity of manufacturing equipment thruogh systematic equipment maintenance involving employees at all levels.” (Panneerselvam, 2005), Di mana semua karyawan dari berbagai level dan tingkatan, serta berbagai divisi ikut bertanggung jawab atas kegiatan perawatan agar kegiatan manufaktur berjalan secara optimal. Planned Maintenance Planned maintenance atau disebut juga dengan perawatan terencana merupakan suatu bagian dari Total Productive Maintenance (TPM). Tujuan dari metode ini adalah “Planned maintenance aims to have trouble free machines and equipments to produce defect free products to fully satisfy customers requirements.” (Panneerselvam, 2005), Sehingga dapat dikatakan bahwa Planned Maintenance bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi mesin yang bebas masalah dan menghasilkan suatu produk yang bebas cacat, sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Lalu definisi Planned Maintenance adalah “pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.” (Wati, 2009), Jadi dapat dikatakan Planned Maintenance merupakan jenis perawatan yang telah telah diorganisir, direncanakan, dijadwalkan, serta dilakukan pencatatan pada setiap prosesnya. Autonomous Maintenance Suatu sistem pemeliharaan mandiri, di mana kegiatan perawatan mesin/peralatan dilakukan oleh operator sendiri “to prepare the operators to take care of routine maintenance task which will help to free the core maintenance personnel to concentrate on high end maintenance activities.” (Panneerselvam, 2005). Namun hanya berlaku pada perawatan ringan saja yang dilakukan oleh operator tersebut. Beberapa tujuan dari Autonomous maintenance adalah Mencegah dan mengurangi lama waktu mesin/peralatan downtime, Mencegah defect dari proses mesin, Mempercepat penanganan mesin downtime, Meningkatkan ketahanan mesin, Menjaga kondisi mesin dalam keadaan prima, Mencegah kerusakan mesin yang lebih parah, Meningkatkan pemahaman operator dan skill tentang mesin, Mengurangi resiko kecelakaan kerja, karena operator lebih paham dengan sistem safety dari mesin.
64
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 62-70
Overall Equipment Effectiveness (OEE) Tujuan dari OEE adalah sebagai alat ukur performa dari suatu sistem maintenance, dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui ketersediaan mesin/peralatan, efisiensi produksi, dan kualitas output mesin/peralatan. Untuk itu hubungan antara ketiga elemen produktifitas tersebut dapat dilihat pada rumus dibawah ini (Borris, 2006): OEE % = A x P x Q x 100%
Dimana :
A = Avalability (waktu ketersediaan mesin/peralatan). P = Performance effectiveness. Q = Quality
Availability Availability (ketersediaan) mesin/peralatan merupakan perbandingan antara waktu operasi (operation time) terhadap waktu persiapan (loading time) dari suatu mesin/peralatan. Sehingga untuk melakukan perhitungan Availability diperlukan (Borris, 2006): (a) Waktu operasi (operation time). (b) Waktu persiapan (Loading time). (c)Waktu tidak bekerja (downtime). Maka availibility dapat dihitung sebagai berikut. Availability
= =
(operation time x 100%) / loading time [(loading time - downtime) x 100%] / loading time
Di mana loading time adalah waktu yang tersedia (total availability time) per hari atau per bulan yang dikurangi dengan downtime mesin/peralatan yang direncanakan (planned downtime). Loading time = total availability time – planned downtime
Dimana planned downtime adalah jumlah downtime yang direncanakan dalam rencana produksi, termasuk didalamnya terdapat downtime mesin/peralatan untuk perawatan. Performance Efficiency Performance efficiency adalah tolak ukur dari efisiensi suatu kinerja mesin menjalankan proses produksi. Perfomance efficiency merupakan hasil perkalian dari operating speed rate dengan net operating speed. Rumusnya sebagai berikut (Borris, 2006): Performance efficiency = Operation speed rate x Net operating speed
Di mana operation speed rate adalah perbandingan kecepatan ideal mesin sebenarnya (theoretichal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Operation speed rate = ideal cycle time / actual cycle time
Lalu net operating speed adalah perbandingan jumlah produk yang diproses dengan waktu operasi (operation time), dikalikan dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Net operating speed = (processed amount x actual cycle time x 100%) / operation time
Net operating speed berguna untuk menghitung menurunnya kecepatan produksi. Tiga faktor yang penting untuk menghitung peformance efficiency adalah: (a) Ideal cycle time (waktu siklus ideal/waktu standar). (b) Processed amount (Jumlah produk yang diproses). (c) Operation time (waktu proses mesin).
Analisis Efektifitas Mesin … (Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono)
65
Maka performance efficiency dapat dihitung sebagai berikut : Performance efficiency = (processed amount x ideal cycle time x 100%) / operation time
Quality efficiency Quality efficiency adalah perbandingan jumlah produk yang baik terhadap jumlah produk yang diproses. Jadi quality efficiency merupakan hasil perhitungan dengan faktor berikut (Borris, 2006): (a) Processed amount. (b) Defect amount. Maka dapat diketahui rumusnya sebagai berikut. Rate of quality efficiency = [(processed amount – defect amount) x 100%] / processed amount
METODE Langkah-langkah yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah terdiri dari tiga bagian sebagai berikut: (a) Menentukan tema. (b) Melakukan studi pustaka. (c) Menentukan variabel penelitian. (d) Melakukan analisis data (Avaliability Rate, Performance Efficiency, Rate of Quality). (e) Setelah dilakukan analisis data untuk mengetahui nilai Equipment Effectiveness (OEE) mesin mencapai standar atau tidak. (f) Selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran-saran untuk upaya perbaikan. Perhitungan Avalibility Rate Langkah pertama untuk melakukan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah mencari hasil perhitungan dari Availibility Rate. Untuk melakukan perhitungan Availibility Rate, maka diperlukan data dari waktu kerja, waktu set-up, waktu adjustment, waktu breakdown, waktu loading, dan waktu operasi. Setelah diperoleh seluruh data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan rasio ketersediaan (Availibility rate) dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB periode April s/d September 2012, maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut (Borris, 2006): April 2012 Avalibility rate Mei 2012 Avalibility rate Juni 2012 Avalibility rate Juli 2012 Avalibility rate
= (601.000 / 720.000) x 100 % = 83,47 % = (589.200 / 720.000) x 100 % = 81,83% = (602.800 / 720.000) x 100 % = 83,72% = (592.400 / 720.000) x 100 %
= 82,27% Agustus 2012 Avalibility rate September 2012 Avalibility rate
66
= (596.800 / 720.000) x 100 % = 82,88% = (584.800 / 720.000) x 100 % = 81,22%
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 62-70
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas maka hasilnya akan dirangkum seperti pada tabel hasil perhitungan Availibility Rate dibawah ini.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Availibility Rate Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Availibility rate (%) 83,47 81,83 83,72 82,27 82,88 81,22
Perhitungan Performance Efficiency Langkah kedua untuk melakukan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah mencari hasil perhitungan dari Performance Efficiency. Untuk itu diperlukan data dari total produksi (processed amount), ideal cycle time, dan operation time. Setelah didapat seluruh data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan Performance Efficiency dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012, maka perhitungan untuk mendapatkan hasilnya adalah sebagai berikut. April 2012 Performance efficiency
Mei 2012 Performance efficiency
Juni 2012 Performance efficiency
Juli 2012 Performance efficiency
Agustus 2012 Performance efficiency
September 2012 Performance efficiency
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 601.000 detik/bulan = 86,53%
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 589.200 detik/bulan = 88,26%
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 602.800 detik/bulan = 86,27%
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 592.400 detik/bulan = 87,79%
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 596.800 detik/bulan = 87,14%
= [(4728 unit/bulan x 110 detik) x 100%] / 584.800 detik/bulan = 88,93%
Setelah dilakukan perhitungan selama periode April s/d September 2012 untuk Performance Efficiency seperti di atas maka hasilnya akan dirangkum seperti pada tabel hasil perhitungan Performance Efficiency dibawah ini.
Analisis Efektifitas Mesin … (Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono)
67
Tabel 2 Hasil Perhitungan Performance Efficiency Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Performance efficiency (%) 86,53 88,26 86,27 87,79 87,14 88,93
Perhitungan Rate Of Quality Langkah ketiga untuk melakukan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah mencari hasil perhitungan dari Rate Of Quality. Untuk perhitungan Rate Of Quality mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB diperlukan data dari produk defect. Setelah didapat seluruh data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan Rate Of Quality dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB pada periode bulan April s/d September 2012, maka perhitungan untuk mendapatkan hasilnya adalah sebagai berikut. April 2012 Rate of quality
Mei 2012 Rate of quality
Juni 2012 Rate of quality
Juli 2012 Rate of quality
Agustus 2012 Rate of quality
= [(4728 unit/bulan – 24 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (21105 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,5%
= [(4728 unit/bulan – 21 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (21108 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,48%
= [(4728 unit/bulan – 24 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (21105 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 98,5%
= [(4728 unit/bulan – 18 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (2351 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,61%
= [(4728 unit/bulan – 20 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (21109 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,57%
September 2012 Rate of quality = [(4728 unit/bulan – 26 unit/bulan) x 100%] / 4728 unit/bulan = (21103 unit/bulan / 4728 unit/bulan) x 100% = 99,45%
Setelah dilakukan perhitungan Rate Of Quality seperti diatas maka hasilnya akan dirangkum seperti pada tabel hasil perhitungan Rate Of Quality dibawah ini.
68
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 62-70
Tabel 3 Hasil Perhitungan Rate Of Quality Bulan
Rate of quality (%) 98,50 99,48 98,50 99,61 99,57 99,45
April Mei Juni Juli Agustus September
Perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) Setelah nilai-nilai dari perhitungan Availability Rate, Performance Efficiency, dan Rate Of Quality diperoleh, maka nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) sekarang didapat sebagai berikut.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
AR (%) 83,47 81,83 83,72 82,27 82,88 81,22
PE (%) 86,53 88,26 86,27 87,79 87,14 88,93
ROQ (%) 98,50 99,48 98,50 99,61 99,57 99,45
OEE (%) 71,14 71,84 71,14 71,94 71,91 71,83
Analisa Standar Nilai Overall Equipment Efectiveness (OEE) Setelah nilai-nilai dari perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) didapat, maka sebagai pembanding kondisi ideal untuk nilai standar OEE tersebut harus diterapkan standar pada tiap perusahaan. Tingkat keefektifan mesin bisa maksimal, batasan nilai tersebut adalah sebagai berikut. Availibility Rate > 90% Performance Efficiency > 95% Rate of Quality > 99%
Jadi nilai ideal untuk Overall Equipment Efectiveness (OEE) harus mencapai perhitungan berikut ini. Ideal OEE
= 0,9 x 0,95 x 0,99 x 100 = 85%
Maka analisa perhitungan Overall Equipment Efectiveness (OEE) akan di sajikan dengan grafik dengan perbandingan nilai ideal OEE pada gambar di bawah ini.
Analisis Efektifitas Mesin … (Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono)
69
Gambar 1 Garfik Perbandingan Nilai OEE
Dari gambar grafik diatas dapat dianalisa beberapa hal-hal sebagai berikut. Rata-rata nilai OEE dari hasil perhitungan Overhead Crane ini masih kurang dari nilai ideal yang distandarkan, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 71,63% yang masih kurang 13,34% dari nilai ideal sebesar 85%. Nilai OEE tertinggi adalah pada bulan Agustus 2012, yaitu sebesar 72,28%, sedangkan nilai OEE terendah terjadi pada bulan Juni 2012, dengan nilai sebesar 71,07%. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa tingkat keefektifan dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB masih belum mencapai standar yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut dikarenakan faktor Availability Rate dari mesin tersebut memiliki hasil perhitungan nilai persentase yang kecil, salah satu penyebab nilai persentase yang kecil tersebut adalah karena faktor waktu kerusakan (breakdown) dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB yang besar.
SIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa nilai OEE dari mesin Overhead Crane 003/OHC/BRB masih dibawah standar yang diharapkan, yaitu 71,63% masih dibawah 85%. Terutama pada bulan Juni 2012 yang memiliki nilai OEE yang terendah. Masih kurangnya nilai OEE dikarenakan faktor nilai Availability Rate yang juga kurang dari standar yang diharapkan. Untuk mengurangi tingkat frekuensi breakdown, maka perlu dilakukan suatu perbaikan dari segi metode perawatan (maintenance). Perawatan yang dilakukan rutin oleh operator untuk memperpanjang usia mesin dan memperpanjang waktu terjadinya breakdown, yaitu menggunakan metode Autonomous Maintenance. Pelaksanaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keawetan dari mesin, sehingga mesin tidak sering mengalami breakdown.
DAFTAR PUSTAKA Borris, S. (2006). Total Productive Maintenance. New York: McGraw-Hill. Panneerselvam, R. (2005). Production and Operation Management. New Delhi: Prentice-Hall of India. Wati, C. L. (2009). Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. WIKA. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Diploma IV Fakultas Teknik, Universitas Sumatara Utara.
70
INASEA, Vol. 15 No.1, April 2014: 62-70