ANALISIS DEBIT SUNGAI CIDANAU DENGAN APLIKASI SWAT
FADLI IRSYAD
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Debit Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
Fadli Irsyad NRP. F451090051
ABSTRACT
FADLI IRSYAD. Analysis of Cidanau River Discharge using SWAT Application. Supervised by BUDI INDRA SETIAWAN, SATYANTO KRIDO SAPTOMO, and HERRY SUHARDIYANTO. Fulfilling water demand is one important effort in water resource management. The water demand always increases in line with the growths of population, industry and business, but the water availability is ascertained to satisfy those needs continuously. Therefore, it is necessary to analyze water availability in a specified watershed integrated with various aspects in hydrology. The objective of this study was to determine water availability in Cidanau watershed by analysing the relationship of rainfall and river discharge using the Soil and Water Assesment Tool (SWAT). The watershed is located in Banten Province and covering 22 620 ha. Input data were Digital Elevation Models, land use, and soil map. The procedures were including collection and process of climate data, trend analysis of water availability, determination of dry periods, discharge measurements, discharge analysis and calibration using SWAT. The results showed that water demand would reach 2.854 m3/s in 2020 while the estimated of average discharge was 5.282 m3/s, and the minimum discharge was 0.5 to 1 m3/s. Dry periods occurred from May to October with the average of 171 days per year. SWAT has generated 461 HRU that described the spatial condition of the whole watershed. Calculated discharges with SWAT compared to the measured discharges having The Nash-Sutcliffe Index of 0.534, and correlation coefficient of 0.68. Since this study used limited data then further studies should be continued by collecting more data of discharges and climates. Keyword : Soil and Water Assessment Tool, Cidanau Watershed, GIS, Rating Curve, Water Availability
RINGKASAN FADLI IRSYAD. Analisis Debit Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT. Dibimbing oleh BUDI INDRA SETIAWAN, SATYANTO KRIDO SAPTOMO, dan HERRY SUHARDIYANTO. Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada suatu kawasan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi catchment area dan dapat menyebabkan perubahan aliran permukaan. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi debit sungai di outlet sub DAS dan DAS tersebut. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Banten, dengan luas 22 620 ha. Secara geografis lokasi ini terletak pada 105o49’00” – 106o04’00” BT dan 06o07’30” - 06o18’00” LS. Air Sungai Cidanau dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pertanian, perikanan, industri dan kebutuhan domestik. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menduga kecenderungan perubahan ketersediaan air di DAS Cidanau, (2) mengidentifikasi parameter SWAT untuk DAS Cidanau, (3) menganalisis hubungan curah hujan dengan debit Sungai Cidanau dengan menggunakan SWAT. Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan untuk mendapatkan ketersediaan air pada DAS Cidanau dan menggambarkan perubahan yang terjadi terkait ruang dan waktu. Adapun tahapan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain : (i) pengumpulan dan pengolahan data iklim, (ii) analisis kecenderungan ketersediaan air, (iii) penentuan hari kering DAS Cidanau, (iv) penghitungan debit Sungai Cidanau, (v) menganalisis debit Sungai Cidanau menggunakan MWSWAT, (vi) kalibrasi data debit Sungai Cidanau, (vii) mendapatkan hubungan curah hujan dengan debit Sungai Cidanau. Analisis data mencakup rata-rata curah hujan wilayah, evapotranspirasi, infiltrasi. Selanjutnya dilakukan analisis SWAT dengan menggunakan aplikasi MapWindows untuk menghitung debit Sungai Cidanau. Penentuan awal musim kemarau dan lamanya dilakukan dengan menganalisis fungsi kumulatif dari curah hujan dalam satu tahun. Data curah hujan dari tahun 1989 sampai 2010 disusun secara kumulatif untuk setiap tahunnya. Pola sebaran dari penjumlahan hujan setiap harinya akan menbentuk suatu fungsi polinomial. Fungsi polinomial yang paling mendekati kondisi jumlah hujan kumulatif adalah polinomial pangkat lima. Pengukuran debit Sungai Cidanau dilakukan dengan mencatat perubahan tinggi muka air sungai secara berkala di outlet Sungai Cidanau. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan dengan menggunakan echosounder dan jarak dari satu titik pengukuran ke titik berikutnya adalah 1 m. Kecepatan aliran sungai diukur dengan menggunakan currentmeter. Metode yang digunakan dalam penghitungan debit Sungai Cidanau adalah dengan menggunakan fungsi cubic spline interpolation yang dikembangkan oleh Setiawan et al, 2007. Aplikasi SWAT dapat menganalisis karakteristik DAS secara keseluruhan serta respon dari DAS terhadap iklim. Hasil simulasi nantinya dikalibrasi dengan hasil perhitungan debit observasi di lapangan. Proses SWAT diawali dengan penggambaran wilayah Daerah Aliran Sungai Cidanau dengan metode automatic watershed delineation. Peta DEM Cidanau
dengan resolusi 30m x 30m dijadikan input beda elevasi dari tiap titik untuk melihat arah aliran air permukaan. Aliran sungai yang terbentuk akan membentuk suatu daerah aliran sungai, dan outlet dari aliran sungai tersebut disesuaikan dengan koordinat outlet sungai cidanau pada Rumah Pompa I PT Karakatau Tirta Industri (PT KTI). Tahapan selanjutnya adalah pembuatan Hydrological Response Unit (HRU) pada aplikasi SWAT. HRU mengambarkan pengaruh suatu wilayah terhadap faktor hidrologi yang terjadi pada wilayah tersebut, pembagian wilayah tersebut berdasarkan karakteristik tanah, tata guna lahan, dan kemiringan lahan. Tahapan berikutnya memasukkan data iklim periode 2008. Pada tahapan ini input data yang digunakan adalah periode simulasi tahun 2008. File data mencakup data stasiun iklim (stnlist.txt), file data hujan harian (*.pcp), temperatur harian (*.tmp), file weather generator (*.wgn). Tahapan terakhir merupakan visualisasi parameter output yang dikehendaki dalam format shapefile (*.shp). Pada Sungai Cidanau output yang dipilih hanya parameter output debit sungai harian. Kebutuhan air akan terus meningkat hingga tahun 2022 dengan total 2 854 m3/s sedangkan proyeksi rata-rata debit tahunan adalah 5.282 m3/s dan debit minimum hanya 0.5–1 m3/s. Dengan demikian ketersediaan air Sungai Cidanau dari hasil proyeksi untuk debit rata-rata masih dapat memenuhi kebutuhan air di kota Cilegon hingga tahun 2022. Musim kering pada DAS Cidanau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober dengan rata-rata lama hari kering 171 hari. Pada saat tersebut debit Sungai Cidanau rata-rata berada pada kondisi minimum. Hasil proyeksi ketersediaan air Sungai Cidanau untuk hari kering masih belum dapat memenuhi besarnya kebutuhan air untuk Kota Cilegon dan sekitarnya, karena debit minimum kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Hasil rating curve untuk Sungai Cidanau memiliki nilai korelasi (R2) sebesar 0.81, maka hubungan antara kedalaman dan debit untuk DAS Cidanau dapat dihitung setiap 30 menit berdasarkan data logger kedalaman. Hasil pembuatan HRU diperoleh 460 jenis HRU yang menggambarkan kondisi wilayah secara spasial. Nilai correlation coefficient hasil kalibrasi MWSWAT adalah 0.681 dan nilai Nash (NSI) sebesar 0.534. Dengan demikian hasil simulasi SWAT untuk DAS Cidanau pada tahun 2008 dapat dikatakan memuaskan. Terdapat 16 parameter DAS yang harus dirubah dalam menganalisis debit Sungai Cidanau. Parameter yang paling berpengaruh terhadap debit sungai adalah faktor pengisian air tanah pada DAS Cidanau yakni 484 hari. Sebelum dikalibrasi lama pengisian air tanah adalah 31 hari. Selanjutnya parameter CN untuk DAS Cidanau rata-rata memiliki nilai 37.1.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. -
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan
-
pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DEBIT SUNGAI CIDANAU DENGAN APLIKASI SWAT
FADLI IRSYAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
xiv
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S
Judul Tesis
: Analisis Debit Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT.
Nama
: Fadli Irsyad
NRP
: F451090051
Disetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua
Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, M.Si Anggota
Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc Anggota
Diketahui : Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian : 5 Agustus 2011
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Analisis Debit Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT” ini dapat diselesaikan. Terima kasih diucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr, Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, M.Si, dan Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat, motivasi mulai dari awal penelitian hingga selesai karya tulis ini. Selanjutnya disampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S dan Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam menyempurnakan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada PT. Krakatau Tirta Industri yang telah mendanai penelitian ini sekaligus membantu sampai selesainya penelitian ini.
Tak lupa diucapkan terimakasih
kepada pak etek Syaf dan tante Irmiza atas bimbingan dan tauladan yang diberikan dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. Disadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan nantinya dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 8 Januari 1987 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari ayah Drs. Muslim Ishaq (Alm) dan ibu Zarnifiziarti. Penulis menamatkan sekolah menengah atas pada tahun 2004 di Madrasah Aliyah Negeri 2 Medan dan pada tahun yang sama lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Andalas Padang. Penulis diterima pada Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan menamatkannya pada tahun 2008. Tahun 2009 penulis melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada program studi Teknik Sipil dan Lingkungan.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv I.
PENDAHULUAN..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
II. 2.1 2.2 2.3 2.4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 Siklus Hidrologi..................................................................................... 5 Daerah Aliran Sungai............................................................................. 7 Kebutuhan Air ....................................................................................... 9 Soil and Water Assessment Tool (SWAT) Models .................................. 9
III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 17 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 17 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 17 3.3 Pengumpulan dan Analisis Data........................................................... 18 3.4 Analisis Kecenderungan Ketersediaan Air ........................................... 18 3.5 Penentuan Hari Kering DAS Cidanau .................................................. 20 3.6 Penghitungan Debit Sungai Cidanau .................................................... 21 3.7 Analisis Debit Sungai Cidanau menggunakan MWSWAT ................... 22 3.8 Kalibrasi Data Debit Sungai Cidanau ................................................... 24 IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ................................................... 27 4.1 Iklim .................................................................................................... 28 4.2 Kondisi Tanah ..................................................................................... 28 4.3 Tata Guna Lahan ................................................................................. 29 4.4 Kemiringan Lahan ............................................................................... 30 V. 5.1 5.2 5.3 5.4
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 33 Kecenderungan Ketersediaan Air ......................................................... 33 Hari Kering DAS Cidanau ................................................................... 34 Penghitungan Debit Sungai Cidanau .................................................... 35 Analisis Debit Sungai Cidanau dengan MWSWAT .............................. 37
VI. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 45 6.1 Simpulan ............................................................................................. 45 6.2 Saran ................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47 LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL Halaman 1 Output, metode, dan input data yang diperlukan .......................................... 19 2 Kondisi iklim DAS Cidanau ........................................................................ 28 3 Karakteristik tanah DAS Cidanau................................................................ 29 4 Tata guna lahan DAS Cidanau .................................................................... 30 5 Kemiringan lahan DAS Cidanau ................................................................. 30 6 Perubahan musim di DAS Cidanau ............................................................. 35 7 Parameter kalibrasi untuk DAS Cidanau ..................................................... 43
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Skema siklus hidrologi (Neitsch et al. 2010) .........................................
6
2
Kebutuhan air baku (Sumber : KTI) ....................................................... 10
3
Hubungan antara runoff terhadap curah hujan pada metode SCS curve number (SCS 1972) .............................................................. 13
4
Sketsa pengukuran penampang melintang sungai ................................... 22
5
Topografi DAS Cidanau (Sumber: Baba et al.,2001).............................. 27
6
Peta jenis tanah DAS Cidanau (Baba et al.,1999) ................................... 29
7
Peta Kemiringan lahan DAS Cidanau .................................................... 31
8
Proyeksi debit rata-rata dan minimum di DAS Cidanua ......................... 33
9
Pola hujan kumulatif tahun 2006 ............................................................ 34
10
Profil outlet Sungai Cidanau (2 Oktober 2010)....................................... 36
11
Rating Curve Sungai Cidanau ................................................................ 37
12
Proses Automatic Watershed Delineation .............................................. 38
13
Peta Jaringan sungai hasil MWSWAT ................................................... 39
14
Peta Hydrological Response Unit pada subbasin di DAS Cidanau ................................................................................................. 39
15
Proses setup and running SWAT ........................................................... 40
16
Proses kalibrasi dengan SWAT Editor ................................................... 41
17
Hasil simulasi SWAT tahun 2008 (a) tanpa kalibrasi; (b) dengan kalibrasi ..................................................................................... 42
18
Hubungan curah hujan dan limpasan hasil SWAT tahun 2008................ 44
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Tahapan kalibrasi parameter SWAT....................................................... 51
2
Peta tata guna lahan di DAS Cidanau ..................................................... 52
3
Hasil sub-basin untuk DAS Cidanau ...................................................... 53
4
Klasifikasi debit Sungai Cidanau ........................................................... 59
5
Data output.std pada SWAT................................................................... 60
6
Hasil pembagian HRU pada SWAT ....................................................... 61
7
Data WGN Stasiun Iklim Serang............................................................ 71
8
Data debit simulasi dan observasi tahun 2008 ........................................ 72
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada suatu kawasan menyebabkan
terjadinya perubahan kondisi kawasan catchment area dan dapat menyebabkan perubahan aliran permukaan. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi debit sungai di outlet sub DAS dan DAS tersebut. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama tingginya runoff dibandingkan dengan faktor lainnya. Apabila suatu hutan yang berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka tersebut tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman (Kodoatie et al. 2008). Kebutuhan air secara terus menerus akan meningkat seiring berjalannya waktu searah dengan pertumbuhan penduduk, industri dan dunia usaha. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya kebutuhan pada berbagai sektor baik untuk domestik, industri, pertanian, energi dan lainnya. Namun ketersediaan air belum dapat dipastikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara berkesinambungan. Meskipun kebutuhan tersebut tercukupi untuk saat ini, namun untuk masa mendatang ketersedian air menjadi faktor penentu dalam pendistribusian air dan dapat berakibat terjadinya krisis air. Proses hidrologi yang terjadi di suatu wilayah merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya debit aliran pada outlet sungai seperti curah hujan, infiltrasi, limpasan, evapotranspirasi, retensi permukaan, dan air tanah. Selanjutnya faktor kemiringan lahan, jenis tanah dan vegetasi di atasnya sangat berperan dalam menentukan besarnya limpasan yang terjadi dan air yang dapat disimpan ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Jika limpasan yang terjadi saat hujan kecil dan infiltrasi air ke dalam tanah besar, maka air terlebih dahulu disimpan di dalam tanah sehingga akan meningkatkan ketersediaan air tanah. Peranan pengelolaan sumber daya air harus dapat melihat potensi/gambaran kedepan tentang ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka perlu dilakukan upaya untuk
2
memenuhinya, salah satunya dengan mengoptimalkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap fluktuasi debit sungai. Pengelolaan yang kurang tepat menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dengan kebutuhan air yang terus meningkat. Perlu adanya upaya pemenuhan kebutuhan air dengan melakukan pengelolaan terpadu terhadap sumber daya air. Salah satu upaya mengoptimalkan ketersediaan air adalah dengan meningkatkan kemampuan penyimpanan air pada daerah tersebut, sehingga air hujan yang turun tidak mengalir langsung ke laut dalam bentuk runoff. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Banten, dengan luasan 22620 ha. Air Sungai Cidanau dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pertanian, perikanan, industri dan kebutuhan domestik. Pengelolaan sumber daya air dari Sungai Cidanau harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan air baku tanpa merusak sungai itu sendiri. Penelitian analisis debit pernah dilakukan oleh Sutoyo (2005) yang memprediksikan akan terjadi kecenderungan penurunan ketersedian air pada DAS Cidanau menjelang tahun 2025 akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan industri. Debit air minimum dari DAS Cidanau masih berada dibawah kisaran kebutuhan air, namun debit air maksimum yang terjadi jauh di atas kebutuhan air. Penelitian tersebut dilakukan dengan pendekatan model tangki. Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan dengan menganalisis data GIS (Geographic Information System) yang didapat dari citra satelit. Analisis debit dengan pengolahan data GIS telah banyak dilakukan baik sekala nasional maupun internasional, khususnya dengan aplikasi Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Data GIS dianalisis dengan menggunakan aplikasi opensource sofware MapWindow Interface for SWAT (MWSWAT). Aplikasi tersebut dapat menghitung besarnya debit dari suatu aliran sungai, sedimentasi, transpor bahan kimia dari lahan pertanian dan kegunaan lainnya dalam pengelolaan suatu DAS pada periode waktu tertentu.
3
1.2
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Menduga kecenderungan perubahan ketersediaan air baku DAS Cidanau
2.
Mengidentifikasi parameter SWAT untuk DAS Cidanau.
3.
Menganalisis hubungan curah hujan dengan debit Sungai Cidanau menggunakan SWAT
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidrologi Siklus hidrologi dapat digambarkan sebagai proses sirkulasi air dari lahan,
tanaman, sungai, danau, laut serta badan air lainnya yang ada di permukaan bumi menuju atmosfer akibat penguapan serta turunnya kembali air tersebut baik dalam bentuk hujan, salju dan lainnya yang terus berulang. Tahapan pertama dari daur hidrologi adalah penguapan air. Uap ini dibawa di atas daratan oleh massa udara yang bergerak. Bila didinginkan hingga titik embunnya, maka uap tersebut akan membeku menjadi butiran air membentuk awan atau kabut. Butiran-butiran air kecil itu akan berkembang cukup besar untuk dapat jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Siklus hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan distribusi dan pergerakan air di bumi. Hal tersebut merupakan suatu sistem operasi dinamis dan proses interaktif yang mengendalikan kerangka berfikir pada studi teoritis di bidang hidrologi. Selanjutnya, kenyataan bahwa pada sistem sirkulasi faktor keseimbangan harus diperhitungkan dalam penerapannya di semua aspek hidrologi (Waston and Burnett 1995). Hujan yang jatuh ke bumi secara langsung menjadi aliran permukaan maupun tidak langsung melalui vegetasi atau media lainnya, akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat yang rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut (Kodoatie et al. 2008). Selama siklus, presipitasi yang turun ke bumi akan mengalami beberapa proses diantaranya aliran interception (aliran pada batang, ranting pohon), sebagian lainnya yang jatuh di permukaan tanah akan meresapkan ke dalam tanah dalam bentuk-bentuk infiltrasi, perkolasi, kapiler dan sisanya akan menjadi aliran permukaan (runoff). Air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi pori-pori tanah dan akan membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Menurut Kodoatie et al (2008) Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah dalam, aliran tanah antara dan aliran tanah dasar (base flow). Disebut aliran dasar
6
karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi sistem jaringan sungai. Skema siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema siklus hidrologi (Neitsch et al. 2010) Aliran permukaan terdiri dari dua jenis. Stream flow untuk aliran air yang berada dalam sungai atau saluran, dan surface runoff (overland flow) untuk aliran yang mengalir di atas permukaan tanah (Arsyad 2006). Akibat panas matahari air di permukaan bumi juga akan berubah wujudnya menjadi gas/uap dalam bentuk evaporasi dan bila melalui tanaman disebut transpirasi. Proses pengambilan air oleh akar tanaman kemudian terjadinya penguapan dari dalam tanaman disebut sebagai evapotranspirasi (Kodoatie et al. 2008). Waston and Burnett (1995), secara skematis siklus hidrologi dapat ditunjukkan pada beberapa proses utama yang terlibat dalam gerakan air di dalam siklus yaitu: -
Evaporasi dari permukaan badan air, khususnya di laut
-
Evapotranspirasi kombinasi dari transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan
7
-
Presipitasi baik dalam bentuk hujan dan salju
-
Infiltrasi ke dalam tanah dan bebatuan yang berkontribusi terhadap sistem air
-
Runoff yang terjadi di permukaan menuju badan air dipermukaan tanah seperti sungai dan danau
-
Pengisian kembali dari akuifer dan sungai ke laut, reservoir dimana siklus akan dimulai kembali
Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir (tingginya runoff) dibandingkan dengan faktor lainnya. Apabila suatu hutan yang berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka tersebut tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman (Kodoatie et al. 2008). Selanjutnya, faktor penutupan lahan vegetasi cukup signifikan dalam pengurangan ataupun peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi, sehingga apabila hujan turun, faktor penutupan lahan ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi kecepatan mendekati nol.
2.2
Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh keadaan topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama menuju laut. Keberadaan DAS berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan yakni dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut.
8
Ketersediaan air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim, proses hidrologi, kondisi topografi dan geologi tanahnya, jenis vegetasi yang ada di atasnya. Ketersediaan air yang tersedia pada suatu DAS adalah debit aliran minimum yang dapat tersedia pada setiap saat meskipun pada musim kemarau yang ditinjau pada keluaran (outlet) daerah tersebut. Menurut Seyhan (1977), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya runoff antara lain: 1. Besarnya presipitasi 2. Besarnya evapotranspirasi 3. Faktor DAS yang meliputi ukuran dan bentuk DAS, topografi, jenis tanah dan penggunaan lahan Menurut Arsyad (2006), Kemiringan lahan sangat erat hubungannya dengan besarnya erosi. Semakin besar kemiringan lereng, peresapan air hujan ke dalam tanah menjadi lebih kecil sehingga limpasan permukaan dan erosi menjadi lebih besar. Kecuraman suatu lereng dapat dikelompokan juga sebagai berikut : -
A = 0 sampai < 3% (datar)
-
B ≥ 3% sampai 8% (landai atau berombak)
-
C ≥ 8 % sampai 15% (agak miring atau bergelombang)
-
D ≥15% sampai 30%
-
E ≥ 30% sampai 45% (Agak curam atau bergunung)
-
F ≥ 45% sampai 65% (curam)
-
G ≥ 65% (sangat curam) Pada suatu DAS pengamatan data debit maksimum yang terjadi di outlet
suatu sungai diperlukan untuk melihat peluang terjadinya banjir, sementara debit aliran rendah (base flow) diperlukan untuk merancang kebutuhan air minimum yang dapat terpenuhi terutama pada musim kemarau, sedangkan debit aliran ratarata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
9
2.3
Kebutuhan Air Kebutuhan air suatu kota besarnya sebanding dengan jumlah penduduk dan
pola konsumsi air perkapita, sehingga perkembangan jumlah penduduk di kota tersebut sangat menentukan tingkat kebutuhan air di masa mendatang. Kebutuan air penduduk diperuntukkan bagi pemenuhan keperluan minum, masak, mencuci, dan lain-lain. Kebutuhan air untuk idustri bergantung pada jenis industri, jumlah pegawai, lamanya jam kerja dan faktor lainnya. Kebutuhan air bersih untuk industri di perkotaan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasrkan pemakaiannya, masing-masing untuk industri besar 151 – 350 m3/hari, industri sedang 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil 5 – 50 m3/hari (Purwanto 1995, dalam Sutoyo. 2005). Kebutuhan air di suatu kawasan berkaitan erat dengan ketersediaannya. Jika kebutuhan lebih besar dari air yang tersedia maka dapat terjadi krisis air di wilayah tersebut dan perlu dilakukan berbagai upaya guna memenuhi kebutuhan tersebut. Air dari Sungai Cidanau dijadikan sebagai sumber air baku bagi Kota Cilegon dan sekitarnya. Diharapkan ketersediaannya dapat memenuhi kebutuhan air tersebut. Kebutuhan air Kota Cilegon pada tahun 2010 adalah 1 102 liter/detik dan selanjutnya akan meningkat secara bertahap. Peningkatan kebutuhan air dikarenakan adanya penambahan industri yang ada di Kota Cilegon. Pola kenaikan kebutuhan tersebut bersifat linier dalam dua tahapan, untuk tahapan pertama dimulai dari tahun 2014-2017 dan tahap kedua 2018-2022 hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
2.4
Soil and Water Assessment Tool (SWAT) Models SWAT adalah singkatan dari Soil and Water Assessment Tool, merupakan
suatu model analisis sungai atau DAS, yang dikembangkan oleh Dr Jeff Arnold untuk USDA, Agricultural Research Service (ARS). SWAT dikembangkan untuk memprediksi dampak praktek pengelolaan lahan terhadap air, sedimen dan hasil kimia pertanian di daerah aliran sungai besar dengan tipe tanah bervariasi, penggunaan lahan dan manajemennya selama jangka waktu yang lama (Neitsch et al. 2004).
10
3000
Kebutuhan (ltr/dtk)
2500 2000 1500 1000 500 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Tahun
Gambar 2 Kebutuhan air baku (Sumber : KTI) Menurut Neitsch et al. (2005), model SWAT berbasis fisik dengan memasukkan persamaan regresi untuk menggambarkan hubungan antara variabel input dan output, SWAT membutuhkan informasi spesifik tentang cuaca, sifat tanah, topografi, vegetasi, dan praktek-praktek pengelolaan lahan yang terjadi di DAS. Proses secara fisik terkait dengan pergerakan air, transpor sedimen dan lainnya. SWAT dapat digunakan untuk studi proses yang lebih khusus seperti transportasi bakteri, sedimen, dan unsur hara. Simulasi untuk DAS yang sangat besar atau berbagai strategi pengelolaannya dapat dilakukan tanpa investasi waktu atau uang yang besar, serta memungkinkan pengguna untuk mempelajari dampak jangka panjang. Program SWAT dijalankan menggunakan aplikasi MapWindows GIS 4.7 SR (4.7.5) sebagai tools tambahan pada menu-bar plug-in, yang dapat mengolah data Geographic Information System (GIS) sehingga mendapatkan output sesuai dengan yang diinginkan. MapWindows merupakan salah satu aplikasi GIS yang open-source tool. MapWindow GIS meliputi standar visualisasi fitur data serta dapat merubah atribut tabel .dbf, shapefile editing, dan mengkonversi data. MapWindows juga mendukung puluhan format GIS yang standar, termasuk shapefile, GeoTIFF, ESRI ArcInfo grid ASCII dan biner (Watry et al. 2006). Siklus hidrologi yang disimulasikan dalam SWAT berdasarkan pada persamaan water balance :
11
=
+∑
(
−
−
−
−
)
(2-1)
Dimana : SWt
= Kadar air tanah akhir pada (mm H2O)
SWo
= Kadar air tanah mula-mula pada hari ke-i (mm H2 O)
T
= Waktu (hari)
Rday
= Jumlah presipitasi pada hari ke- i (mm H2O)
Qsurf
= Jumlah surface runoff pada hari ke-i (mm H2O)
Ea
= Jumlah evapotranspirasi pada hari ke-i (mm H2O)
Wseep
= Jumlah air yang masuk ke dalam vadose zone dari profil tanah pada hari ke-i (mm H2O)
Qgw
= Jumlah air yang kembali menjadi aliran pada hari ke-i (mm H2O)
Parameter input faktor iklim yang digunakan dalam SWAT adalah curah hujan harian, suhu udara maksimum dan minimum, data radiasi matahari, kelembaban relatif, dan data kecepatan angin, yang dapat diambil dari catatan pengukuran atau data observasi. Kelembaban relatif dan kecepatan angin diperlukan jika menggunakan Penman-Monteith (Monteith 1965) dalam menghitung evapotranspirasi yang terjadi. Input suhu maksimum dan minimum yang digunakan untuk memperhitungkan suhu tanah dan air harian. 2.4.1 Runoff SWAT
menyediakan dua
metode untuk memperkirakan
limpasan
permukaan yakni dengan metode SCS curve number procedure (SCS 1972) dan metode infiltrasi (Green & Ampt 1911). Persamaan SCS adalah model empiris yang mulai umum digunakan pada tahun 1950-an yang melibatkan hubungan antara hujan dan limpasan yang terjadi pada daerah aliran sungai pedesaan di seluruh Amerika Serikat. Model ini dikembangkan untuk memberikan dasar dalam memperkirakan jumlah limpasan dari berbagai penggunaan lahan dan jenisjenis tanah. Persamaan SCS Curve Number adalah: =
(2-2)
Dimana Qsurf adalah akumulasi dari runoff ketika hujan (mm H2O), Rday adalah tinggi curah hujan dalam satu hari (mm H2O), Ia adalah inisial abstraksi
12
termasuk simpanan permukaan, intersepsi, infiltrasi (mm H2O), dan S adalah parameter retensi (mm H2O). Parameter retensi nilainya bervariasi dikarenakan perubahan tanah, penggunaan lahan, manajemen dan lereng dan terutama karena perubahan kadar air tanah. Parameter retensi didefinisikan sebagai: = 25.4
− 10
(2-3)
Dimana CN adalah nomor curva untuk hari tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai Ia yang biasanya digunakan sebesar 0.2 S, sehingga persamaan 2-2 menjadi: .
=
(2-4)
.
Metode Green & Ampt dikembangkan untuk memprediksi besarnya infiltrasi dengan asumsi kelebihan air di permukaan sepanjang waktu (Green & Ampt 1911). Persamaan ini mengasumsikan bahwa profil tanah homogen dan distribusi kelembaban tanah sebelumnya seragam. Laju infiltrasi Green-Ampt Mein-Larson didefinisikan sebagai: ,
=
1+
(2-5)
,
Dimana finf adalah laju infiltrasi pada saat t (mm/jam), Ke adalah konduktivitas hidrolik efektif (mm/jam), ψwf adalah matrik potensial saat pembasahan (mm), θv adalah perubahan volume kadar air tanah selama proses pembasahan (mm/mm) dan Finf adalah jumlah infiltrasi pada saat t (mmH2O). Perubahan volumetrik dari kadar air tanah selama proses pembasahan dapat dihitung setiap harinya dengan : = 1− Dimana Δ
. (0.95.
)
(2-6)
adalah perubahan volumetrik dari kadar air (mm/mm), SW
adalah kadar air tanah dari seluruh profil tidak termasuk jumlah air di profil pada saat titik layu (mmH2O), FC adalah jumlah air pada profil tanah pada saat kapasitas lapang (mmH2O) dan φsoil adalah porositas tanah (mm/mm).
13
Gambar 3 Hubungan antara runoff terhadap curah hujan pada metode SCS curve number (SCS 1972) 2.4.2 Evapotranspirasi Analisis SWAT pada penentuan besarnya evapotranspirasi ditentukan dengan tiga metode yaitu metode Penman-Monteith , metode Priestley and Taylor (1972), serta metode Hargreaves (1975). Data kecepatan angin diperlukan oleh SWAT jika Metode PenmanMonteith (persamaan 2-7) digunakan untuk memperkirakan evapotranspirasi potensial. SWAT mengasumsikan informasi kecepatan angin berada pada posisi 1.7 meter di atas permukaan tanah. Kelembaban relatif diperlukan oleh SWAT jika metode Penman-Monteith atau persamaan Priestley-Taylor (persamaan 2-8) digunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial. Hal ini juga digunakan untuk menghitung tekanan uap air minimum pada pertumbuhan tanaman. Pada persamaan Penman-Monteith pengaruh jumlah uap air diudara diperhitungkan dalam menentukan evaporasi permukaan. Penman-Monteith dan Priestley-Taylor memerlukan tekanan uap aktual, yang dihitung dari kelembaban relatif.
14
=
∆(
)
/ (
∆
⁄
(2-7)
)
Dimana : E
= Laju evaporasi (m s-1)
λE = Panas laten akibat densitas sinar matahari (MJ m-2 d-1) Δ
= kemiringan pada kurva tekanan uap air jenuh-temperatur, de/dT (kPaoC-1)
Hnet = Radiasi yang mengenai permukaan (W m-2) G
= Kerapatan fluks panas ke tanah (MJ m-2 d-1)
cp = Kapasitas panas spesifik dari audara (J kg-1 K-1) ρair = Densitas udara (kg m-3) = Tingkat tekanan uap air jenuh di udara pada ketinggian z (kPa) ez
= Tekanan uap air di udara pada ketinggia z (kPa)
rc
= Resistensi dari kanopi tanaman (s m-1)
gs
= Difusi resistensi lapisan udara atau aerodynamic resistance(s m-1)
γ
= Konstanta Psychrometri (γ ≈ 66 Pa K-1)
Priestley dan Taylor (1972) mengembangkan sebuah versi sederhana dari kombinasi persamaan untuk penggunaan di permukaan lahan basah. Komponen aerodinamik dihilangkan dan komponen energi dikalikan dengan suatu koefisien, αpet = 1,28 ketika lingkungannya basah atau di bawah kondisi lembab.
=
Δ Δ
(
− )
(2-8)
Dimana λ adalah panas laten penguapan (MJ kg-1), Eo adalah evapotranspirasi potensial (mm d-1), αpet adalah koefisien, ∆ adalah kemiringan pada kurva tekanan uap udara jenuh dan suhu, de/dT (kPa ° C-1), γ adalah psychrometric (KPa ° C-1), Hnet adalah radiasi bersih (MJ m-2 d-1), dan G adalah kerapatan fluks panas di tanah (MJ m-2 d-1). Metode Hargreaves yang digunakan dalam SWAT diterbitkan pada tahun 1985 (Hargreaves et al., 1985. dalam Neitsch et al., 2005):
= 0.0023
(
−
)
.
.(
+ 17.8)
(2-9)
15
Dimana λ adalah panas laten penguapan (MJ kg-1), Eo adalah evapotranspirasi potensial (mm d-1), Ho adalah extraterrestrial radiasi (MJ m-2 d1
), Tmx adalah suhu udara maksimum pada hari tersebut (oC), Tmn adalah suhu
udara minimum (oC),
adalah suhu rata-rata 1 hari (oC).
2.4.3 Perkolasi Perkolasi dihitung untuk setiap lapisan tanah dalam profil. Air akan meresap jika kadar air melebihi kadar air kapasitas lapangan untuk lapisan tersebut dan lapisan dibawahnya tidak dalam keadaan jenuh.Volume air yang tersedia untuk perkolasi ke dalam lapisan tanah dihitung dengan persamaan: =
,
−
SWly,excess = 0
jika SWly > FCly
(2-10)
jika SWly ≤ FCly
(2-11)
SWly,excess adalah volume air yang dapat dialirkan di lapisan tanah pada hari tertentu (mm H2O), SWly adalah kadar air dari lapisan tanah pada hari tertentu (mm H2O) dan FCly adalah kadar air dari lapisan tanah pada kapasitas lapang (mm H2O). Jumlah air yang bergerak dari satu lapisan ke lapisan dibawahnya dihitung dengan menggunakan metode storage routing. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jumlah air yang merembes ke lapisan berikutnya adalah: ,
=
,
1−
Δ
(2-12)
dimana Wperc,ly adalah jumlah air meresap ke lapisan tanah dibawahnya pada hari tertentu (mm H2O), SWly,
excess
adalah volume air yang dialirkan di lapisan
tanah pada hari tertentu (mm H2O), ∆t adalah panjang dari selang waktu (jam), dan TTperc adalah waktu perjalanan untuk perkolasi (jam). 2.4.4 Ground Water Akuifer dangkal memberikan kontribusi aliran dasar ke saluran utama atau mencapai subbasin. Aliran dasar (base flow) yang akan masuk sebagai debit jika jumlah air yang disimpan dalam akuifer dangkal melebihi nilai ambang batas yang ditentukan.
16
Respon aliran air tanah pada kondisi steady untuk mengisi debit adalah (Hooghoudt, 1940):
=
ℎ
(2-13)
Dimana Qgw adalah aliran air tanah, atau base flow, ke saluran utama pada hari i (mm H2O), Ksat adalah konduktivitas hidrolik dari aquifer (mm/day), Lgw adalah jarak dari dari punggung bukit atau subbasin sistem air tanah ke saluran utama (m), dan hwtbl adalah tinggi muka air tanah (m).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan untuk mendapatkan ketersediaan air pada DAS Cidanau. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada jumlah air yang tersedia terkait jumlah, ruang, dan waktu pada DAS Cidanau. Adapun langkah yang akan dilakukan meliputi : (i) pengumpulan dan pengolahan data iklim, (ii) analisis kecenderungan ketersediaan air, (iii) penentuan hari kering DAS Cidanau, (iv) penghitungan debit Sungai Cidanau, (v) analisis debit sungai cidanau menggunakan MWSWAT, (vi) kalibrasi data debit Sungai Cidanau, (vii) mendapatkan hubungan curah hujan dengan debit Sungai Cidanau.
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kawasan DAS Cidanau dengan titik outlet
bangunan mercu (weir) Rumah Pompa I PT KTI. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Sumber Daya Air, IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011.
3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: -
Seperangkat komputer dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office 2007, open sources software MapWindows GIS 4.7 SR (4.7.5) dari www.mapwindow.org.
-
Echosounder untuk mengukur kedalam air sungai.
-
Currentmeter digunakan untuk mengukur kecepatan aliran sungai
-
Water Level Logger untuk mengukur perubahan ketinggian muka air sungai setiap 30 menit.
-
Alat pendukung lainnya berupa Theodolite T200, pita ukur, tali tambang, dan perahu.
18
3.3
Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data mencakup data primer dan skunder. Data yang
dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: -
Debit Sungai Cidanau tahun 1996-2010 dari PT Karakatau Tirta Industri (PT KTI).
-
Kebutuhan air penduduk dan industri dari PT Krakatau Tirta Industri.
-
Data klimatologi Stasiun Iklim Serang 1996-2010
-
Data global Digital Elevation Mode (DEM) untuk wilayah Cidanau dengan resolusi 30 x 30 m yang berasal dari (http://dds.cr.usgs.gov/srtm/version2_1/SRTM3/Eurasia/)
-
Data global dari Landuse (http://waterbase.org) skala 1:250 000, tanah (http://waterbase.org) skala 1:250 000, dan data iklim global
-
Peta Landuse olahan citra satelit pada DAS Cidanau tahun 2006, 2008 dan 2010 skala 1: 25 000.
-
Peta Tanah DAS Cidanau tahun 2008/2009
Analisis data mencakup rata-rata curah hujan wilayah, evapotranspirasi, infiltrasi. Selanjutnya dilakukan analisis SWAT dengan menggunakan aplikasi MapWindows untuk menghitung debit Sungai Cidanau. Pada aplikasi SWAT input data yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan dalam menentukan parameter output nantinya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
3.4
Analisis Kecenderungan Ketersediaan Air Data hasil pengukuran debit Sungai Cidanau harian telah dikumpulkan oleh
PT. Krakatau Tirta Industri secara intensif menggunakan AWLR sejak tahun 1996. Ketersediaan air Sungai Cidanau diproyeksikan berdasarkan data histori debit sungai dengan menggunakan model populasi populer yang dikenal sebagai model Verhulst (Persamaan 3-1) (Burghes dan Borrie 1981). Secara umum model ini menunjukkan kurva sigmoid dari waktu ke waktu dengan nilai batasan pada waktu tak terbatas.
19
Tabel 1 Output, metode, dan input data yang diperlukan Output Metode Data yang dibutuhkan Surface run off SCS (1972) - Hujan - Porositas tanah - Kadar air tanah - Infiltrasi - Retensi tanah - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Kemiringan lahan - Kadar air tanah rata-rata - data tanah dan tata guna lahan Green and Ampt (1911) - Hujan - Potensial matriks tanah - Perubahan volume kadar air - Kemiringan lahan - Konduktivitas hidrolik tanah - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Koefisien kekasaran meanning - Data tanah dan tata guna lahan - Kelembaban relatif Evapotranspirasi Penman-Monteith (1965) - Radiasi matahari - Suhu rata-rata, max, minimum - Kecepatan angin - Tekanan atmosfer - Jenis tata guna lahan Priestley and Taylor - Radiasi matahari (1972) - Kelembaban relatif - Suhu rata-rata, max, minimum - Jenis tata guna lahan Hargreaves et al. - Suhu rata-rata, max, minimum - Radiasi matahari (1985) - Jenis tata guna lahan Perkolasi Neitsch et al. (2005) - Konduktivitas hidrolik - Hujan - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Jenis tanah Ground water Arnold et al. (1993) - Hujan - Konduktivitas hidrolik tanah - Topografi - Muka air tanah - Tanah
20
Arah perubahan ketersediaan air dapat dihitung dengan menggunakan analisis kecenderungan perubahan iklim pada DAS Cidanau yang sebelumnya telah diteliti oleh Setiawan et al (2009). ( )=
∞
1+
∞
− 1 . exp (− )
(3-1)
Hasil proyeksi ini hanya untuk melihat gambaran ketersediaan air secara statistik, namun pada kondisi di alam sering terjadi deviasi dari hasil proyeksi yang dilakukan.
3.5
Penentuan Hari Kering DAS Cidanau Penentuan awal musim kemarau dan lamanya dilakukan dengan
menganalisis fungsi kumulatif dari curah hujan dalam satu tahun. Data curah hujan yang terjadi dari tahun 1989 sampai 2010 disusun secara kumulatif untuk setiap tahunnya. Pola sebaran dari penjumlahan hujan setiap harinya akan menbentuk suatu fungsi polinomial. Dari fungsi polinomial tersebut, dapat diperoleh persamaan untuk fungsi hujan kumulatif sebagai berikut: Hujan (t) = a5.x5+ a4.x4+ a3.x3+ a2.x2+ a1.x+ c
(3-2)
Persamaan hujan kumulatif di atas memiliki tingkat kecondongan (Slope) dalam satu tahun. Nilai Slope yang besar menandakan perubahan hujan dari hari satu hari berikutnya relatif tinggi. Slope inilah yang menjadi batasan dalam menentukan kapan terjadinya musim kering dan musim hujan. Awal musim kering ditandai jika H’(t) ≤ Slope yang berarti rata-rata hujan harian pada saat tersebut lebih kecil atau sama dengan batasan hari basah pada tahun tersebut, maka dapat dikatakan pada saat tersebut adalah awal hari kering. Nilai t menerangkan hari dalam julian days. Awal musim hujan ditandai dengan nilai H’(t) ≥ Slope yang berarti curah hujan harian rata-rata melebihi dari batasan hari kering. Puncak hari kering merupakan titik balik dari kondisi kering ke basah, maka untuk mendapatkan titik balik dari fungsi H(t) diperoleh dengan turunan keduanya H”(t) = 0.
21
3.6
Penghitungan Debit Sungai Cidanau Penghitungan debit Sungai Cidanau dilakukan dengan mengukur tinggi
muka air sungai secara berkala. Adapun tahapan yang dilakukan dalam menentukan besarnya debit Sungai Cidanau adalah:
3.6.1 Pengukuran profil Sungai Cidanau. Penentukan
arah
potongan
melintang
sungai
dilakukan
dengan
menggunakan theodolite agar bentuk profil sungai tegak lurus terhadap aliran sungai.
Pengukuran kedalaman sungai
dilakukan dengan
menggunakan
ecosounder dan untuk kecepatan aliran sungai dilakukan dengan currentmeter jarak pengukuran adalah satu meter. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan cara membagi penampang melintang saluran setiap meter dan titik pengukuran kecepatan berada pada dua titik yakni pada 0.2d dan 0.8 d dari permukaan air (Chow VT 1989). Adapun kecepatan rata-rata untuk satu titik pengukuran adalah:
=
,
,
(3-4)
Perubahan ketinggian permukaan air dicatat dengan menggunakan water level loger dengan interval waktu pencatatan 30 menit.
3.6.2 Pembuatan rating curve Metode yang digunakan dalam pengukuran debit Sungai Cidanau adalah dengan menggunakan fungsi cubic spline interpolation yang dikembangkan oleh Setiawan et al, 1997. Fungsi ini digunakan untuk menggambarkan profil sungai secara kontinyu yang terbentuk dari hasil pengukuran jarak dan kedalaman sungai. Metode ini dapat langsung menghitung debit sungai menggunakan formula Manning, dan menghasilkan rating curve. Rating curve akan menggambarkan pengaruh perubahan kedalaman terhadap debit sungai.
22
Gambar 4 Sketsa pengukuran penampang melintang sungai
Cubic spline interpolation (Burden dan Faires 1989) digunakan untuk mencari fungsi kontinyu yang menghubungkan antara lebar dan dalam sungai (Gambar 4), dimana xi merupakan titik pengukuran yang ke-i dihitung dari tepi sungai, dan di adalah kedalaman pada titik i. Fungsi ini berbentuk: ( )=
+
( −
)+
( −
) +
( −
) untuk
≤
≤
(3-5)
Dimana, α, β, γ dan δ masing-masing adalah koefisien yang dihitung sebagai berikut: α = f(x ) ; untuk i = 0,1,......,m
− (
= =
−
=
3.7
−
(3-6)
)(
− 2 ) ; untuk i = 0,1,......,m
; untuk i = 0,1,......,m -1 dan
=0
untuk i = 0,1,......,m
(3-7) (3-8) (3-9)
Analisis Debit Sungai Cidanau menggunakan MWSWAT Perhitungan debit Sungai Cidanau juga dilakukan dengan menggunakan
MWSWAT. Hal ini untuk melihat karakteristik DAS secara keseluruhan dengan responnya terhadap hidrologi DAS secara keseluruhan. Hasil simulasi nantinya divalidasikan kembali dengan hasil perhitungan debit observasi di lapangan. Sebelum memulai tahapan pengolahan dengan menggunakan SWAT, perlu dilakukan persiapan terhadap data yang akan dimasukkan sebagai input dalam SWAT yakni: a.
Membuat sistem koordinat pada peta DEM (30 m x 30 m), landuse, tanah. Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat Universal
23
Tranverse Mercator (UTM) WGS 1984 pada zone 48S. Format peta yang digunakan dalam bentuk raster (grid cells). b.
Menyiapkan data iklim yang meliputi: daftar stasiun iklim Serang (967370.txt), data hujan harian dari tahun 2006-2010 (967370.pcp), data temperatur harian dari tahun 2006-2010 (967370.tmp), data iklim tahun 1996-2009 di dalam file weather generator (WGN_serang.wgn)
c.
Menyiapkan data karakteristik tanah, tanaman/Landuse, dan wilayah urban dengan penyesuaian terhadap data global yang telah ada.
3.7.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai Cidanau dibuat dengan metode Automatic Watershed Delineation pada aplikasi SWAT. Peta DEM Cidanau dengan resolusi 30m x 30m dijadikan input untuk mempresentasikan beda elevasi dari setiap titik untuk melihat arah aliran air permukaan. Aliran sungai yang terbentuk akan membentuk suatu daerah aliran sungai, dan outlet dari aliran sungai tersebut disesuaikan dengan koordinat outlet Sungai Cidanau pada Rumah Pompa I PT Karakatau Tirta Industry (PT KTI).
3.7.2 Pembuatan wilayah hidrologi Wilayah hidrologi dibentuk berdasarkan pembuatan Hydrological Response Unit (HRU) pada aplikasi SWAT. HRU mengambarkan pengaruh suatu wilayah terhadap faktor hidrologi yang terjadi pada wilayah tersebut, pembagian wilayah tersebut berdasarkan karakteristik tanah, tata guna lahan, dan kemiringan lahan. Input peta tanah dan landuse harus dalam koordinas sitem UTM, dan dalam format raster. Selanjutnya faktor kemiringan yang digunakan dalam menentukan HRU dibagi dalam beberapa pembagian menurut Arsyad (2006) yakni 0-3 ; 3-8 ; 8-15; 5-30; 30-45; 45-65. Threshold dari persentase total luasan yang digunakan untuk landuse (10%), jenis tanah (5 %), dan Slope (5%) yang memiliki persentase luasan yang lebih kecil dari threshold yang ditentukan untuk diabaikan.
24
3.7.3 Simulasi SWAT Pada tahapan ini input data yang digunakan adalah periode simulasi tahun 2006-2010. File data mencakup data stasiun iklim (.txt), file data hujan harian (.pcp), temperatur harian (.tmp) dan file weather generator (.wgn).
3.7.4 Visualisasi hasil simulasi. Pada tahapan visualisasi parameter output yang dikehendaki dapat ditampilkan dalam MapWindows, berupa gradasi warna. Pada Sungai Cidanau output yang dipilih yaitu parameter output debit sungai rata-rata tahunan.
3.8
Kalibrasi Data Debit Sungai Cidanau Analisis hasil simulasi dari output yang telah diperoleh dikalibrasi
parameter inputnya agar hasil simulasi mendekati data hasil pengukuran di lapangan. Perbandingan output debit hasil simulasi SWAT dengan debit hasil observasi outlet di lapangan dilakukan dengan menggunakan SWAT Plot dan Graph (George 2008). Analisis dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) dan Nash-Sutcliffe Index (NSI) sebagai berikut: ∑
= ∑
( (
= 1.0 −
)(
,
) ∑
,
∑
(
∑
(
)
,
(
,
(3-2) )
)
, ,
)
Dimana : ,
= debit pengukuran di lapangan (m3/det)
,
= debit simulasi (m3/det) = debit pengukuran di lapangan rata-rata (m3/det) = debit simulasi rata-rata (m3/det)
Kategori simulasi berdasarkan nilai NSI adalah sebagai berikut: -
Layak jika > 0.75
-
Memuaskan jika 0.75 > NSI > 0.36
-
Kurang memuaskan jika < 0.36
(3-3)
25
JIka hasil kalibrasi didapatkan hasil memuaskan atau layak maka model SWAT dapat diaplikasikan disimulasikan untuk berbagai kondisi dalam manajemen sumber daya air di DAS Cidanau. Kalibrasi dilakukan terhadap parameter yang berhubungan dengan debit Sungai Cidanau, sedangkan untuk parameter yang berkaitan dengan sedimentasi, transpor unsur hara, dan bahan organik tidak diikutkan pada penelitian ini.
IV.
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau secara geografis terletak pada 105o49’00” – 106o04’00” Bujur Timur dan 06o07’30” - 06o18’00” Lintang Selatan. Lokasi dan topografi DAS Cidanau dapat dilihat pada Gambar 5. DAS Cidanau termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS) Cidanau-CiujungCidurian. Secara administrasi DAS Cidanau berada di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, yang meliputi lima kecamatan yakni Padarincang, Ciomas, Mancak, Pabuaran, dan Cinangka. Di sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Tukung Gede dan G. Saragean, di bagian Timur berbatasan dengan G. Pule dan G. Karang, di sebelah Selatan berbatasan dengan G. Sangkur, G. Aseupan dan Condong, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda.
Gambar 5 Topografi DAS Cidanau (Sumber: Baba et al.,2001) Luas DAS Cidanau jika dihitung dari muara adalah 22-620 ha. DAS Cidanau memiliki ekosistem rawa basah yang disebut Rawa Danau (Caldera) dengan luasan 2-500 ha (Baba et al. 2001), namun jika dihitung dari dari titik outlet yaitu bendungan Rumah Pompa, maka luasan DAS Cidanau adalah 21-657
28
ha. Luasan dari titik outlet inilah yang dijadikan acuan untuk meningkatkan ketersediaan air, serta diharapkan menjadi potensi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, industri dan lainnya. Titik outlet sungai yang diukur berada pada 105°52'3.86" Bujur Timur dan 06°08'21.01" Lintang Selatan. Titik outlet berada pada Intake Rumah Pompa I KTI yang memompakan air dari Sungai Cidanau ke water treatment plant (WTP) Kerenceng.
4.1
Iklim Kondisi iklim di DAS Cidanau dapat dilihat dari Tabel 2. Data iklim
tersebut berdasarkan rekaman data dari Stasiun BMKG Kelas III Serang dari tahun 1989 sampai 2010. Tabel 2 Kondisi iklim DAS Cidanau Suhu Curah ET0 Bulan Rata-rata RH (%) Hujan (mm/bln) (oC) (mm/bln) Jan 26.5 83.5 339.15 110.0 Feb 26.3 84.7 338.47 101.2 Mar 26.6 83.5 227.76 123.0 Apr 26.9 83.1 180.82 119.0 Mei 27.0 82.8 136.40 121.3 Jun 26.6 81.6 99.26 109.8 Jul 26.3 79.9 74.95 122.8 Agust 26.3 78.7 70.35 132.0 Sep 26.7 78.0 74.15 136.3 Okt 26.9 79.0 118.93 136.3 Nop 26.8 80.8 193.05 120.4 Des 26.6 82.2 269.05 113.0 4.2
Kec. Angin (m/s) 2.1 2.1 2.1 1.8 1.5 1.6 1.7 1.7 1.7 1.8 1.9 2.1
Radiasi (Mj/m2) 14.6 14.2 16.3 16.1 16.0 15.1 16.2 17.5 18.6 18.0 16.4 15.4
Kondisi Tanah Karakteristik tanah DAS Cidanau telah dikelompokkan berdasarkan
penelitan Setiawan et al (2003) kedalam 9 jenis tipe tanah (Tabel 3). Peta jenis tanah ini digunakan dalam simulasi MWSWAT di Sungai Cidanau dan dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Tabel 3 Karakteristik tanah DAS Cidanau Jenis Tanah As Lat Cok & Latosol Cok Kekuningan Asosiasi Glei Humus & Aluvial Latosol Coklat Kemerahan Kom Gromusol, Regosol & mediteran Latosol Coklat As Lat Cok Kem & Latosol Coklat Regosol Kelabu Kekuningan Aluvial Kelabu Tua Latosol Merah Kekuningan Total
Luas (ha) 3365.582 6354.782 2773.532 114.429 2012.237 2649.598 1978.478 255.698 2560.934 22065.269
Persentasi dari DAS (%) 14.879 28.094 12.261 0.506 8.896 11.714 8.747 1.130 11.322 97.548
Gambar 6 Peta jenis tanah DAS Cidanau (Baba et al.,1999) 4.3
Tata Guna Lahan Tata guna lahan di DAS Cidanau telah mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Berdasarkan data tata guna lahan yang peroleh dari olahan citra Satelit Landsat hutan primer di DAS Cidanau telah mengalami penurunan luasan dari 5-893 ha di tahun 2006 menjadi 3-617 di tahun 2010 dengan laju penurunan 0.70%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh pembalakan kayu dan alih fungsi lahan dan ditandai dengan penambahan luas kebun sebesar 0.28% setiap tahunnya. Perubahan tata guna lahan di DAS Cidanau dapat dilihat pada Lampiran 2.
30
Tabel 4 Tata guna lahan DAS Cidanau Tata Guna Lahan Badan Air Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun Campuran Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Sekunder Lahan Rawa Ladang/Tegalan Sawah Semak Belukar Rerumputan Pemukiman Total
Tahun 2006 31.152 5893. 389 3550.534 1429.557 1037.392 450.915 756.517 419.661 4971.408 493.455 1968.115 889.593 21891.686
Luas (ha) Tahun 2008 32.712 4400.723 4482.211 1768.550 850.447 617.767 915.197 608.007 3772.073 1463.697 2128.399 907.734 21947.517
Tahun 2010 48. 201 3616.835 4820.558 2346.863 736.840 634.705 821.230 571.020 3817.257 1120.762 1849.984 1543.466 21927.722
Tata guna lahan terbesar saat ini dari total luasan DAS Cidanau adalah wilayah hutan (hutan primer dan sekunder) yakni 37.30% dari total luasan DAS. Luasan sawah mendominasi tata guna lahan di DAS Cidanau setelah hutan dengan luasan 16.88%. Daerah rawa yang merupakan kawasan Cagar Alam Cidanau juga mengalami perubahan. Pada tahun 2006 kawasan rawa memiliki luasan 2245 ha, selanjutnya 2383 ha di tahun 2008 dan saat ini hanya memiliki luasan 2193 ha. 4.4
Kemiringan Lahan Faktor kemiringan lahan turut mempengaruhi besarnya debit yang keluar
dari outlet. Lahan dengan kemiringan yang curam memiliki potensi runoff dan erosi yang tinggi jika terjadi hujan. Pemilihan tutupan lahan yang tepat serta manajemen pengelolaan lahan yang baik akan menurunkan tingkat kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kemiringan lahan di DAS Cidanau rata-rata berkisar antara 0 – 3 % dengan sebaran 34.43 % dari luasan DAS Cidanau. Tabel 5 Kemiringan lahan DAS Cidanau Kemiringan (%) Luas (ha) Persentasi dari DAS (%) 0-3 7786.652 34.424 3-8 3006.921 13.293 8-15 3212.085 14.200 15-30 4316.146 19.081 30-45 1714.241 7.578 45-65 919.688 4.066 >>65 238.278 1.053 Total 21195.249 95.023
31
Gambar 7 Peta Kemiringan lahan DAS Cidanau Sebaran kemiringan lahan yang landai (0-3%) di DAS Cidanau didominasi oleh tutupan lahan sawah, terutama di daerah kaldera. Kemiringan lereng yang sangat curam relatif sedikit, yakni hanya pada puncak-puncak gunung atau bukit dengan luasan hanya 1.05% dari luasan DAS.
V.
5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecenderungan Ketersediaan Air Proyeksi ketersedian air Sungai Cidanau dapat diestimasi dengan
menggunakan persamaan Verhulst (Persamaan 3-1). Debit sungai rata-rata mulamula (P0) adalah 10.791 m3/s, nilai debit batasan terendah adalah 0.5 m3/s, dan nilai gamma hasil solver adalah 0.089. Proyeksi sebaran debit rata-rata Sungai Cidanau menurun sepanjang tahun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 8. Proyeksi sebaran debit minimum dilakukan dengan memasukkan debit minimum mulamula 1.221 m3/s, nilai terendah 0.5 m3/s, dan nilai gamma 0.020 maka diperoleh gambaran debit minimum seperti Gambar 8.
12 10
6 4 2 0 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Debit Sungai (m3/s)
8
Tahun Debit Rata-rata
Debit minimum
Gambar 8 Proyeksi debit rata-rata dan minimum di DAS Cidanua Debit minimum dan rata-rata Sungai Cidanau mengalami penurunan terus menerus hingga tahun 2022. Debit sungai rata-rata tahun 2022 diperkirakan sebesar 5.282 m3/s. Debit minimum untuk DAS Cidanau berkisar antara 0.5-1 m3/s hingga tahun 2022, sedangkan proyeksi debit rata-rata berkisar antara 5-6 m3/s. Debit minimum tersebut terjadi pada hari-hari kering di DAS Cidanau yakni antara bulan Mei hingga Oktober.
34
Total curah hujan tahunan terkecil yang pernah tejadi di kawasan Cidanau adalah pada tahun 2006 dengan besar curah hujan 1-248 mm dengan lama hari kering 203 hari. Hal ini sangat berkibat terhadap debit Sungai Cidanau pada tahun tersebut. Dari data yang ada bahwa debit rata-rata tahunan hanya 7.050 m3/s dengan debit minimum 0.890 m3/s pada tanggal 24 Oktober 2006. Penerunan debit sungai tentu akan berdampak pada ketersediaan air pada kawasan Cidanau, sehingga perlu dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap ketersediaan air dengan menghitung besarnya debit air minimum yang terjadi di masa mendatang.
5.2
Hari Kering DAS Cidanau Penentuan awal musim kemarau dan lamanya dilakukan dengan
menganalisis fungsi kumulatif dari curah hujan dalam satu tahun. Fungsi polinomial yang paling mendekati kondisi jumlah hujan kumulatif adalah polinomial pangkat lima. Persamaan hujan kumulatif ini memiliki tingkat kecondongan (Slope) sebesar 2.621 dalam satu tahun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Pola hujan kumulatif tahun 2006
35
Musim kering pada DAS Cidanau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober dengan lama hari kering 171 hari (Tabel 6). Pada bulan tersebut merupakan waktu yang cukup berisiko terjadinya kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air. Pada bulan Mei curah hujan lebih kecil dari Slope hujan kumulatif dalam satu tahun, hal ini menjadikannya berada pada kondisi awal musim kering. Pada bulan oktober curah hujan perlahan mulai naik hingga melewati batas kemiringan (Slope) hujan kumulatif, hingga dapat dikatakan pada bulan tersebut merupakan awal musim hujan. Analisis debit Sungai Cidanau difokuskan pada bulan kering tersebut (Mei-Oktober) guna memenuhi kebutuhan air.
Tabel 6 Perubahan musim di DAS Cidanau Tahun 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata 5.3
Awal Hari Kering 1-Mei 16-Mei 14-Mei 22-Apr 8-Jun 15-Mei 16-Jun 20-Apr 12-Jun 8-Mei 8-Mei 14-Mei 17-Apr 9-Jun 10-Mei 22-Mei 14-Mei 4-Jun 22-Mei 3-Mei 3-Mei 28-Feb 5-Mei
Awal Hari Basah 14-Nop 14-Nop 25-Okt 11-Sep 22-Nop 25-Okt 30-Okt 26-Sep 29-Des 25-Sep 6-Okt 23-Okt 24-Sep 11-Des 15-Okt 3-Des 30-Nop 24-Des 11-Nop 6-Okt 22-Okt 05-Jul 14-Okt
Lama Hari Kering (hari) 197 182 164 147 167 173 136 159 200 152 151 162 160 185 158 195 200 203 173 156 172 177 171
Puncak Hari Kering 8-Sep 26-Sep 31-Jul 30-Jun 24-Sep 27-Jul 10-Apr 11-Jul 28-Sep 18-Jul 25-Jul 30-Jul 29-Jun 30-Sep 9-Aug 8-Sep 6-Oct 1-Sep 16-Aug 20-Jul 27-Jul 20-Apr 3-Aug
Penghitungan Debit Sungai Cidanau Pengukuran profil Sungai Cindanau yang dilakukan di lokasi outlet (Intake
Rumah Pompa) dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara ketinggian muka
36
air sungai dengan debit Sungai Cidanau (rating curve). Hasil pengukuran profil Sungai Cidanau di lokasi outlet (Intake Rumah Pompa) memiliki kedalaman maksimum 4.140 m dari titik datum dengan luas penampang sungai 124.890 m2. Bentuk penampang melintang sungai Cidanau pada outlet dapat dilihat pada Gambar 10. Kecepatan aliran rata-rata berkisar antara 0.123 – 0.269 m/s. Kecepatan pada outlet tidak seragam dikarenakan adanya pekerjaan perbaikan pada bendung mercu. Tanaman yang tumbuh disepanjang tepian sungai juga mempengaruhi besarnya kecepatan air. Perubahan ketinggian permukaan air dicatat dengan menggunakan water level loger dengan interval waktu pencatatan 30 menit. Dengan menggunakan Persamaan 4.1 maka debit sungai per 30 menit dapat diketahui. Data debit ini diperlukan untuk melakukan validasi hasil simulasi debit sungai Cidanau dengan aplikasi SWAT.
Gambar 10 Profil outlet Sungai Cidanau (2 Oktober 2010)
Metode yang digunakan untuk mengukur debit Sungai Cidanau yaitu dengan menggunakan fungsi cubic spline interpolation yang dikembangkan oleh Setiawan et al (2007). Fungsi ini digunakan untuk menggambarkan profil sungai secara kontinyu yang terbentuk atas hasil pengukuran jarak dan kedalaman sungai. Metode ini dapat langsung menghitung debit sungai menggunakan formula Manning. Data profil dan kecepatan yang diperoleh dari pengukuran digunakan untuk membuat rating curve. Rating curve akan menggambarkan pengaruh perubahan kedalaman terhadap debit sungai.
37
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan sebanyak empat kali pengukuran (2 Oktober 2010, 22 Desember 2010, 3 Maret 2011, dan 4 Maret 2011) diperoleh hubungan antara kedalaman air maksimum dengan besarnya debit Sungai Cidanau sebagai berikut: Qi = 4.32 E-0.5.hi10.6
4.1
Qi adalah debit sesaat pada waktu i (m3/s) dan dan hi adalah kedalaman maksimum sesaat pada waktu i (m). Rating Curve untuk outlet Cidanau dapat dilihat pada Gambar 11. 30
y = 4.32E-05x1.06E+01 R² = 8.10E-01
Debit sungai (m3/s)
25 20 15 10 5 0 3.25
3.30
3.35 3.40 3.45 Kedalaman Maksimum (m)
3.50
3.55
Gambar 11 Rating Curve Sungai Cidanau Hubungan antara debit dengan kedalaman dari persamaan 4.1 digunakan untuk menghitung besarnya debit sungai setiap 30 menit, karena pengukuran kedalaman sungai dilakukan setiap 30 menit. Hasil rating curve ini dapat diaplikasikan untuk setiap kedalaman karena nilai R2 yang diperoleh relatif besar yaitu 0.81.
5.4
Analisis Debit Sungai Cidanau dengan MWSWAT Aplikasi MWSWAT membutuhkan data tanah dan tata guna lahan yang
banyak. Dikarenakan keterbatasan data karakteristik tata guna lahan dan tanah maka beberapa jenis data tersebut dicari kesesuaian data yang mendekati data yang disediakan oleh SWAT berupa karakteristik data global.
38
Tahapan awal dari simulasi SWAT yakni membuat proyeksi dari peta DEM, tanah, dan tataguna lahan. Proyeksi koordinat DAS Cidanau berada pada zona 48S dalam Sistem koordinat universal tranverse mercator (UTM) WGS 1984. Pada tahap 1 (automatic watershed delineation) didapatkan pembagian DAS Sungai Cidanau kedalam 15 bagian didasarkan pada jaringan sungai. Hal ini dikarenakan threshold method yang digunakan hanya 500. Tampilan proses delineation dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Proses Automatic Watershed Delineation Metode treshold sangat berpengaruh terhadap banyaknya jumlah jaringan sungai yang akan terbentuk, semakin kecil nilai treshold maka semakin banyak subDAS yang akan terbentuk. Hasil pembentukan batas DAS dengan aplikasi MWSWAT dapat dilihat pada Gambar 13.
39
Gambar 13 Peta Jaringan sungai hasil MWSWAT Outlet DAS terletak pada sub basin 15 dan debit sungai yang dianalisis adalah pada sub basin 15. Proses selanjutnya yakni pembuatan hydrological response unit (HRU) dengan menggunakan data tata guna lahan tahun 2008 (Lampiran 2) dan peta tanah Cidanau pada Gambar 7. Hasil Pembuatan HRU diperoleh 460 jenis HRU yang menggambarkan kondisi wilayah secara spasial, hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Peta Hydrological Response Unit pada subbasin di DAS Cidanau
40
Proses simulasi SWAT dilakukan dengan memasukkan data iklim lokal pada DAS Cidanau dan data WGN (weather generator). Simulasi SWAT dilakukan dari tanggal 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2008. Setelah pengisian data ke dalam database SWAT maka simulasi dapat dijalankan untuk tahun 2008. Proses simulasi SWAT dapat dilihat pada Gambar 15. Debit hasil simulasi dapat dilihat menggunakan SWATPlot and Graph.
Gambar 15 Proses setup and running SWAT
Simulasi SWAT pada tahun 2008 menunjukkan nilai hasil simulasi pada saat terjadinya hujan memiliki respon yang tinggi terhadap debit sungai, namun selanjutnya debit sungai kembali ke kondisi semula tanpa diikuti penurunan debit secara perlahan. Hal ini menandakan pada aplikasi SWAT ketika terjadi hujan yang cukup tinggi mengakibatkan runoff yang sangat besar, jadi perlu dilakukan
41
perubahan parameter untuk mengendalikan peningkatan debit sungai yang sangat tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan mengurangi nilai Curve Number pada tata guna lahan untuk mengurangi limpasan, atau dapat dilakukan perubahan dengan meningkatkan kemampuan infiltrasi dari lahan, hingga diperoleh hasil debit tidak meningkat secara signifikan. Pada kondisi tidak terjadi hujan hasil simulasi SWAT dan observasi memiliki pola yang sama (Gambar 17.a) sehingga gambaran hasil simulasi dapat dikatakan mendekati kondisi observasi. Namun ketika hujan tidak terjadi pada rentang waktu yang lama debit hasil simulasi mendekati nilai nol. Hal ini menandakan pada pengolahan aliran bawah permukaan pada SWAT masih belum sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga perlu dilakukan perubahan pada parameter yang berhubungan dengan aliran bawah permukaan dan storage dari DAS itu sendiri. Kalibrasi perlu dilakukan terhadap parameter masukan baik dari tata guna lahan maupun dari data tanah dan parameter DAS secara keseluruhan. Parameter tersebut diubah menggunakan SWAT Editor 2005 (Gambar 16). Tahapan pertama yakni melakukan analisis sensitivitas pada parameter SWAT untuk DAS Cidanau, selanjutnya pilih autocalibration and uncertainty Analysis hingga didapatkan hasil kalibrasi mendekati data observasi.
Gambar 16 Proses kalibrasi dengan SWAT Editor
Hasil kalibrasi menunjukkan perubahan debit yang sejalan dengan perubahan kondisi observasi, hal ini dikarenakan adanya beberapa parameter yang
42
diubah dalam proses SWAT editor 2005 hingga parameter tersebut menghasilkan debit sungai yang sesuai dengan kondisi lapangan.
60
0 10 20 30
40
40 30
50 60
20
Hujan (mm)
Debit (m3/s)
50
70 80
10
90 0
100 0
50
100
150 Hujan
200 Julian days Simulasi
250
300
350
Observasi
(a)
Hubungan Data Kalibrasi dan Observasi 30
0 10 20 30
20
40 15
50 60
10
Hujan (mm)
Debit (m3/s)
25
70 80
5
90
0
100 0
50
100
150 Hujan
200 Julian days Kalibrasi
250
300
350
Observasi
(b) Gambar 17 Hasil simulasi SWAT tahun 2008 (a) tanpa kalibrasi; (b) dengan kalibrasi Simulasi MWSWAT untuk tahun 2008 menghasilkan nilai korelasi koefisien (R) sebesar 0,213 sedangkan nilai NSI-nya adalah 0.16, sehingga perlu dilakukan kalibrasi pada parameter input data SWAT. Hasil kalibrasi MWSWAT untuk tahun 2008 menggunakan SWAT Editor 2005 didapatkan nilai korelasi koefisien sebesar 0.681 dan nilai Nash (NSI) 0.534. Dengan demikian hasil simulasi SWAT untuk DAS Cidanau pada tahun 2008 dapat dikatakan
43
memuaskan. Hasil kalibrasi SWAT terhadap input telah mendekati kondisi lapangan hasil observasi, dan aplikasi MWSWAT dapat digunakan untuk pengolahan data hidrologi di DAS Cidanau. Tabel 7 Parameter kalibrasi untuk DAS Cidanau Parameter SURLAG Blai Usle_C Alpha_Bf Gw_Delay Gw_Revap Rchrg_Dp Slope SLSUBBSN CN2 Usle_P CH_N2 Sol_Awc Sol_K Sol_BD CH_K2
Nilai 4 5 0.03 0.9667 483.33 0.02 0.05 0.0986 30 37.1 1 0.124 0.9 600 0.368 216.661
Keterangan Lama limpasan permukaan (hari) Indeks maksimum luas daun Nilai faktor C USLE minimum untuk tutupan lahan Faktor alpha untuk base flow (hari) Waktu pengisian air tanah (hari) Koefisien penguapan air tanah Fraksi perkolasi air tanah Kemiringan saluran rata-rata Panjang lereng rata-rata Nilai CSC CN II Faktor pengolahan lahan USLE Nilai manning untuk dasar sungai Ketersediaan air kapasitas lapang pada tanah Konduktifitas hidrolik pada kondisi jenuh Bulk Density pada lapisan tanah Konduktifitas hidrolik sungai utama
Terdapat 16 parameter DAS yang harus diubah dalam menganalisis debit Sungai Cidanau. Parameter yang paling berpengaruh terhadap debit sungai adalah faktor pengisian air tanah pada DAS Cidanau yakni 484 hari. Sebelum dikalibrasi lama pengisian air tanah adalah 31 hari. Selanjutnya parameter CN untuk DAS Cidanau rata-rata memiliki nilai 37.1. Parameter-parameter pada Tabel 7 merupakan parameter yang harus diganti untuk menjalankan SWAT dalam melakukan simulasi agar hasil simulasi mendekati kondisi lapangan. Hasil simulasi SWAT juga dapat menghitung besarnya limpasan, perkolasi, dan aliran lateral. Hujan yang turun pada DAS Cidanau mempengaruhi limpasan yang terjadi yang memiliki hubungan pola linier. Jika hujan yang turun semakin besar maka limpasan yang terjadi akan meningkat pula, hal ini dapat dilihat pada Gambar 18. Hubungan antara curah hujan bulanan dengan limpasan membentuk garis linier dengan nilai R2 sebesar 0.841.
44
Aliran permukaan (mm)
120 R² = 0.841
100 80 60 40 20 0 0
100
200 300 Curah hujan bulanan (mm)
400
Gambar 18 Hubungan curah hujan dan limpasan hasil SWAT tahun 2008
VI.
6.1
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.
Kebutuhan air baku akan terus meningkat hingga tahun 2022 dengan total 2.854 m3/detik sedangkan proyeksi rata-rata debit tahunan adalah 5.282 m3/s dan debit minimum hanya 0.5–1 m3/s. Kecenderungan ketersediaan air Sungai Cidanau hasil proyeksi untuk debit rata-rata masih dapat memenuhi kebutuhan air di kota Cilegon pada saat ini.
2.
Nilai correlation coefficient hasil kalibrasi MWSWAT adalah 0.681 dan nilai Nash (NSI) sebesar 0.534. Dengan demikian hasil simulasi SWAT untuk DAS Cidanau pada tahun 2008 dapat dikatakan memuaskan. Terdapat 16 parameter DAS yang harus dirubah dalam menganalisis debit Sungai Cidanau.
3.
Hubungan antara curah hujan bulanan dengan limpasan membentuk garis linier dengan nilai R2 sebesar 0.841. Hasil SWAT menunjukkan nilai hasil simulasi pada saat terjadinya hujan memiliki respon yang tinggi terhadap debit sungai. Saat kondisi curah hujan rendah debit sungai mencapai 0.473 m3/s.
4.
Musim kering pada DAS Cidanau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober dengan lama hari kering 171 hari. Pada rentang waktu Mei hingga Oktober debit Sungai Cidanau rata-rata berada pada kondisi minimum dan hasil proyeksinya ketersediaan air Sungai Cidanau masih belum dapat memenuhi kebutuhan air, karena debit minimum kurang dari jumlah yang dibutuhkan.
5.
Hasil rating curve untuk Sungai Cidanau memiliki nilai korelasi (R2) sebesar 0.81, maka hubungan antar kedalaman dan debit untuk DAS Cidanau dapat dihitung setiap 30 menit berdasarkan data logger kedalaman. Hasil pembuatan HRU diperoleh 460 jenis HRU yang menggambarkan kondisi wilayah secara spasial.
46
6.2
Saran Adapun saran pada penelitian ini adalah:
1.
Perlu dilakukan skenario konservasi lahan yang lain guna mengoptimalkan debit Sungai Cidanau seperti konservasi lahan dan pembuatan bendungan di Sungai Cidanau.
2.
Mercu bendung rumah pompa hendaknya diperbaiki agar tidak mengganggu pencatatan ketinggian permukaan air outlet.
3.
Perlu dilakukan simulasi dengan menggunakan data stasiun iklim yang lebih banyak, agar hasil SWAT lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold JG, Allen PM, and Bernhardt G. 1993. A Comprehensive SurfaceGroundwater Flow Model. Journal of Hydrology 142: 47-69. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press Baba A, Tsuyuki S, Prasetyo LB. 2001. Landuse/cover Change Detection Caused by Development using Satellite RS Data. The case study of Danau river watershed, West Java , Indonesia. Di dalam : Proceeding of the 1 st Seminar Toward Harmonization between Development and Environmental Conservation in Biological Production; The University of Tokyo, 21-23 Februari 2001. hlm 207 Burden RL and Faires JD. 1989. Numerical Analysis. Ed ke-4. Boston: PWSKENT Publishing Company. Burghes DN, Borrie MS.. 1981. Modelling with Differential Equations. John Wiley & Sons. Pages:13-20. Chow VT. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Rosalina N, penerjemah. Bandung: Erlangga. Terjemahan dari : Open Channel Hydraulics. George, Chris. 2008. SWAT Output Plotting and Graphing Tools (SWATPlot and SWAT Graph). WaterBase project. [terhubung berkala] http://www.waterbase.org/docs/SWATPlot%20and%20SWATGraph.pdf [2 September 2010] Green WH and Ampt GA. 1911. Studies on Soil Physics. The Flow of Air and Water through Soils. Journal of Agricultural Sciences 4:11-24. Hargreaves GH 1975. Moisture availability and crop production. Trans. ASAE 18: 980-984. Hargreaves GH, and Samani ZA. 1985. Reference Crop Evapotranspiration from Temperature. Applied Engineering in Agriculture 1:96-99. Kodoatie RJ, Sjarief R, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Ed rev. Yogyakarta: Penerbit Andi. Monteith, J.L. 1965. In The state and movement of water in living organisms Evaporation and the Environment. Swansea: Cambridge University Press. hlm 205-234. Neitsch SL, Arnold JG, Kiniry JR, Srinivasan R, Williams JR. 2004. Soil and Water Assessment Tool, Input/Output File Documentation Version 2005. Texas : Texas Water Resources Institute.
48
Neitsch SL, Arnold JG, Kiniry JR, Srinivasan R, Williams JR. 2005. Soil and Water Assessment Tool, Theorical Documentation Version 2005. Grassland Soil and Water Research Laboratory, Agricultural Research Service, Blackland Research Center- Texas Agricultural Experiment Station. USA. Neitsch SL, Arnold JG, Kiniry JR, Srinivasan R, Williams JR. 2010. Soil and Water Assessment Tool, Input/Output File Documentation Version 2009. Grassland Soil and Water Research Laboratory, Agricultural Research Service, Blackland Research Center-Texas Agricultural Experiment Station. USA. Pemerintah Republik Indonesia.1970. Peraturan Pemerintah Nomor. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Priestley CHB, Taylor RJ. 1972. On the assessment of surface heat flux and evaporation using large-scale parameters. Mon. Weather. Rev. 100: 81-92. Setiawan, B.I. 1997. Penerapan Cubic Spline Interpolation dalam Penentuan Debit Sungai. Jurnal Teknik Pertanian 5:1-8. Setiawan BI, Suprayogi S, SuhartantoE, Ishikawa M, Sato Y. 2003. Drafting a Master Plan for Soil and Water Conservation in Cidanau Watershed. Di dalam : Proceeding of the 2nd Seminar on toward Harmonization between Development and Environmental Conservation in Biological Production; The University of Tokyo,15-16 Februari 2003. Setiawan BI, Shiozawa S, Sato Y. 2008. Environmental Changes and Sustainable Development in Cidanau Watershed, Banten Province, Indonesia. JSPSDGHE Core University Program in Applied Biosciences. Bogor : the Graduate School of IPB and IPB Press. Setiawan BI, Saptomo SK, Arief C, Saritomo, Kusmayadi. 2009. Impacts of Climate Changes on Water Resource in Cidanau Watershed, Banten Province, Indonesia. Di dalam: Forum Group Discussion on Impact Identification of Climate Changes on Water Resource Sector. Program for Strengthening Adaptation and Mitigation Science and Technology on Climate Changes; Bekasi, 21 April 2009. State Ministry of Science and Technology. Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Subagyo, Sentot, penerjemah; Prawirohatmodjo, Soenardi, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Fundamental of Hydrology. Soil Conservation Service. 1972. Section 4: Hydrology In National Engineering Handbook. USA: SCS Sutoyo. 2005. Model Ketersediaan dan Kebutuhan Air Kawasan Cilegon Berbasis Daerah Aliran Sungai Cidanau [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
49
Waston I, Burnett AD. 1995. Hydrology an Environmental Approach, Theory and Applications of Ground water and surface water for Engineers and Geologists. Florida: CRC press. Watry G, Ames DP, Michaelis C. 2006. Introduction to MapWindow Version 4.2. [terhubung berkala] http://www.waterbase.org [2 September 2010]
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tahapan kalibrasi parameter SWAT Peta DEM, Tanah, Landuse, Iklim
Perubahan Muka Air Sungai
Karakteristik Tanah dan Landuse
Rating Curve
Analisis Debit Sungai dengan SWAT
Debit Observasi
Tidak
Kalibrasi Debit Simulasi = Observasi
Diterima Parameter SWAT untuk DAS Cidanau
52
Lampiran 2 Peta tata guna lahan di DAS Cidanau
53
Lampiran 3 Hasil sub-basin untuk DAS Cidanau Detailed Landuse/Soil/Slope Distribution Tuesday, July 19,2011 1:51:02 PM Multiple HRUs Landuse/Soil/Slope option Thresholds: 10/5/5 [%] Number of HRUs: 460 Number of subbasins: 15 Landuses exempt from thresholds:URMD Watershed Area (ha) Landuse
Soil
Slope
WETL WETN WETF FOMI FOEB SHRB GRAS CRWO RICE URMD Vp62-3b-4585 Zg6-3a-1860 Zo25-3a-3630 Kk8-2a-1396 Ne60-3b-4545 Gd2-3a-5488 Zg6-3a-3326 Ao83-2-3c-4467 Tv38-1bc-4580 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 65>
20729.91 Area [ha] 902.44 618.06 724.93 5383.16 4380.74 1405.31 822.1 1264.5 4274.12 954.54 69.68 1834.86 5.57 2237.11 2194.75 2616.65 3693.94 6414.09 1663.26 7738.91 2507.12 3171.61 4730.46 1741.24 729.66 110.93
%Watershed 4.35 2.98 3.5 25.97 21.13 6.78 3.97 6.1 20.62 4.6 0.34 8.85 0.03 10.79 10.59 12.62 17.82 30.94 8.02 37.33 12.09 15.3 22.82 8.4 3.52 0.54
54
Lampiran 3 Lanjutan Subbasin 1 Landuse
Soil
Slope
Subbasin 2 Landuse
Soil
Slope Subbasin 3 Landuse
Soil Slope
Subbasin 4 Landuse
Soil
Slope
WETL WETN WETF FOMI FOEB URMD Tv38-1bc-4580 Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 65> WETL WETN WETF RICE Tv38-1bc-4580 Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 GRAS RICE FOMI URMD Gd2-3a-5488 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 GRAS FOMI FOEB URMD Gd2-3a-5488 Tv38-1bc-4580 Zg6-3a-1860 0-3 3-8 8-15 15-30
Area [ha] 1280.62 270.42 307.72 234.16 194.79 265.24 8.29 654.81 442.41 183.39 849.78 15.96 45.21 138.78 121.34 95.38 14.16 1535.89 604.79 294.78 437.27 199.06 558.54 71.79 905.56 1524.2 11.69 948.42 164.51 527.76 175.55 80.6 482.39 466.03 407.63 473.25 67.53 660.17 107.39 275.83 227.22 49.74 420.39 6.85 232.92 7.02 192.57 257.64 168.86
%Watershed 6.18 1.3 1.48 1.13 0.94 1.28 0.04 3.16 2.13 0.88 4.1 0.08 0.22 0.67 0.59 0.46 0.07 7.41 2.92 1.42 2.11 0.96 2.69 0.35 4.37 7.35 0.06 4.58 0.79 2.55 0.85 0.39 2.33 2.25 1.97 2.28 0.33 3.18 0.52 1.33 1.1 0.24 2.03 0.03 1.12 0.03 0.93 1.24 0.81
%Subbasin 21.12 24.03 18.28 15.21 20.71 0.65 51.13 34.55 14.32 66.36 1.25 3.53 10.84 9.48 7.45 1.11 39.38 19.19 28.47 12.96 36.37 4.67 58.96 99.24 0.76 17.35 55.65 18.51 8.5 50.86 49.14 42.98 49.9 7.12 16.27 41.78 34.42 7.53 63.68 1.04 35.28 1.06 29.17 39.03 25.58
55
Lampiran 3 Lanjutan 30-45 45-65 Subbasin 5 Landu
Soil
Slope
Subbasin 6 Landuse
Soil
Slope
Subbasin 7 Landuse
Soil
Slope
RICE FOMI FOEB URMD Gd2-3a-5488 Tv38-1bc-4580 Ao83-2-3c-4467 Zg6-3a-1860 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 SHRB GRAS CRWO FOMI FOEB URMD Kk8-2a-1396 Zg6-3a-3326 Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 65> SHRB FOMI FOEB URMD Gd2-3a-5488 Vp62-3b-4585 Zg6-3a-3326 Ao83-2-3c-4467 Zg6-3a-1860 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45
Area [ha] 29.46 4.62 1775.11 540.68 689.34 453.69 91.4 554.5 433.69 84.79 702.12 132.56 527.06 457.37 353.25 148.01 156.86 1033.79 246.18 165.91 120.42 269.37 213.18 18.73 696 188.35 31.22 118.22 35.64 48.89 211.93 541.98 171.56 19.33 4.46 2680.42 373 1135.79 1017.06 154.57 1146.63 69.68 543.54 20.76 899.81 29.69 216.9 593.47 1028.22 534.23
%Watershed 0.14 0.02 8.56 2.61 3.33 2.19 0.44 2.67 2.09 0.41 3.39 0.64 2.54 2.21 1.7 0.71 0.76 4.99 1.19 0.8 0.58 1.3 1.03 0.09 3.36 0.91 0.15 0.57 0.17 0.24 1.02 2.61 0.83 0.09 0.02 12.93 1.8 5.48 4.91 0.75 5.53 0.34 2.62 0.1 4.34 0.14 1.05 2.86 4.96 2.58
%Subbasin 4.46 0.7 30.46 38.83 25.56 5.15 31.24 24.43 4.78 39.55 7.47 29.69 25.77 19.9 8.34 8.84 23.81 16.05 11.65 26.06 20.62 1.81 67.33 18.22 3.02 11.44 3.45 4.73 20.5 52.43 16.6 1.87 0.43 13.92 42.37 37.94 5.77 42.78 2.6 20.28 0.77 33.57 1.11 8.09 22.14 38.36 19.93
56
Lampiran 3 Lanjutan 45-65 65> Subbasin 8 Landuse
Soil Slope
Subbasin 9 Landuse
Soil Slope Subbasin 10 Landuse Soil
Slope Subbasin 11 Landuse
Soil Slope
SHRB CRWO FOMI FOEB URMD Zg6-3a-3326 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 WETL WETN WETF RICE Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 RICE URMD Gd2-3a-5488 Tv38-1bc-4580 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 SHRB GRAS CRWO RICE FOMI URMD Kk8-2a-1396 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65
Area [ha] 255.43 22.48 2914.56 362.66 413.88 880 1204.75 53.27 2595.21 319.35 43.63 152 744.51 1438.86 466.57 68.99 122.57 27.24 15.56 53.5 26.26 68.09 54.47 121.59 0.97 383.76 357.02 26.74 2.67 9.36 371.73 325.78 57.99 546.06 60.57 73.62 62.43 164.94 112.75 71.75 83.87 462.19 385.21 51.92 21.09 60.02 25.02 2.8
%Watershed 1.23 0.11 14.06 1.75 2 4.25 5.81 0.26 12.52 1.54 0.21 0.73 3.59 6.94 2.25 0.33 0.59 0.13 0.08 0.26 0.13 0.33 0.26 0.59 0 1.85 1.72 0.13 0.01 0.05 1.79 1.57 0.28 2.63 0.29 0.36 0.3 0.8 0.54 0.35 0.4 2.23 1.86 0.25 0.1 0.29 0.12 0.01
%Subbasin 9.53 0.84 12.44 14.2 30.19 41.34 1.83 89.04 10.96 1.5 5.22 25.54 49.37 16.01 2.37 22.22 12.7 43.65 21.43 55.56 44.44 99.21 0.79 93.03 6.97 0.7 2.44 96.86 84.89 15.11 11.09 13.48 11.43 30.2 20.65 13.14 15.36 84.64 70.54 9.51 3.86 10.99 4.58 0.51
57
Lampiran 3 Lanjutan Subbasin 12 Landuse Soil Slope
Subbasin 13 Landuse
Soil Slope
Subbasin 14 Landuse
Soil
Slope
Subbasin 15 Landuse
Soil
RICE URMD Gd2-3a-5488 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 CRWO RICE FOMI URMD Zg6-3a-3326 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 RICE FOMI FOEB URMD Zg6-3a-3326 Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 65> SHRB GRAS CRWO RICE FOMI FOEB URMD Kk8-2a-1396 Ne60-3b-4545 Ao83-2-3c-4467 Zo25-3a-3630
Area [ha] 338.12 321.78 16.34 10.06 328.06 288.34 46 3.77 1662.69 299.56 888.61 354.94 119.57 142.26 1520.42 1382.74 30.38 65.19 144.47 39.9 2143.66 847.94 571.64 517.2 206.88 224.57 615.31 1303.77 1281.89 34.93 127.14 484.75 101.33 67.07 46.54 2704.09 362.91 310.68 368.22 400.08 723.15 482.4 56.65 1457.25 965.92 275.34 5.57
%Watershed 1.63 1.55 0.08 0.05 1.58 1.39 0.22 0.02 8.02 1.45 4.29 1.71 0.58 0.69 7.33 6.67 0.15 0.31 0.7 0.19 10.34 4.09 2.76 2.49 1 1.08 2.97 6.29 6.18 0.17 0.61 2.34 0.49 0.32 0.22 13.04 1.75 1.5 1.78 1.93 3.49 2.33 0.27 7.03 4.66 1.33 0.03
%Subbasin 95.17 4.83 2.97 97.03 85.28 13.61 1.12 18.02 53.44 21.35 7.19 8.56 91.44 83.16 1.83 3.92 8.69 2.4 39.56 26.67 24.13 9.65 10.48 28.7 60.82 59.8 1.63 5.93 22.61 4.73 3.13 2.17 13.42 11.49 13.62 14.8 26.74 17.84 2.09 53.89 35.72 10.18 0.21
58
Lampiran 3 Lanjutan Slope
0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-65 65>
Area [ha] 923.2 646.61 576.74 371.27 103.82 59.18 23.28
%Watershed 4.45 3.12 2.78 1.79 0.5 0.29 0.11
%Subbasin 34.14 23.91 21.33 13.73 3.84 2.19 0.86
59
Lampiran 4 Klasifikasi debit Sungai Cidanau
60
Lampiran 5 Data output.std pada SWAT Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Curah Hujan Bulanan (mm) 269 349 133 89 95 54 0.2 73 33 71 245 127
Aliran Permukaan (mm) 113.52 87.17 35.59 7.47 22.26 3.02 0 1.75 0.43 1.61 60.96 7.61
Aliran Lateral (mm) 3.34 5.97 5.14 2.82 2.43 1.76 0.85 0.87 1.05 0.91 3.27 2.68
Perkolasi (mm) 55.67 173.26 80 28.18 28.56 3.66 0 0 0 0 26.58 2.94
61
Lampiran 6 Hasil pembagian HRU pada SWAT No HRU Subbasin 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Subbasin 2 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama HRU
Area [ha]
%Watershed
%Subbasin
WETF/Tv38-1bc-4580/0-3 WETF/Ne60-3b-4545/0-3 WETF/Ao83-2-3c-4467/0-3 WETL/Tv38-1bc-4580/0-3 WETL/Ne60-3b-4545/0-3 WETL/Ao83-2-3c-4467/0-3 WETN/Tv38-1bc-4580/0-3 WETN/Ne60-3b-4545/0-3 WETN/Ao83-2-3c-4467/0-3 FOMI/Tv38-1bc-4580/45-65 FOMI/Tv38-1bc-4580/30-45 FOMI/Tv38-1bc-4580/15-30 FOMI/Tv38-1bc-4580/8-15 FOMI/Tv38-1bc-4580/3-8 FOMI/Tv38-1bc-4580/0-3 FOMI/Ne60-3b-4545/45-65 FOMI/Ne60-3b-4545/30-45 FOMI/Ne60-3b-4545/15-30 FOMI/Ne60-3b-4545/8-15 FOMI/Ne60-3b-4545/3-8 FOMI/Ne60-3b-4545/0-3 FOEB/Tv38-1bc-4580/65-380 FOEB/Tv38-1bc-4580/45-65 FOEB/Tv38-1bc-4580/30-45 FOEB/Tv38-1bc-4580/15-30 FOEB/Tv38-1bc-4580/8-15 FOEB/Ne60-3b-4545/45-65 FOEB/Ne60-3b-4545/30-45 FOEB/Ne60-3b-4545/15-30 FOEB/Ne60-3b-4545/8-15 FOEB/Ne60-3b-4545/0-3 URMD/Ne60-3b-4545/8-15 URMD/Ne60-3b-4545/3-8 URMD/Ne60-3b-4545/0-3
89.1 92.21 52.84 76.67 91.18 102.57 231.05 48.7 27.97 8.39 12.58 40.88 11.53 8.39 7.34 16.34 26.15 28.33 11.98 6.54 16.34 14.16 43.58 52.3 44.67 14.16 27.07 30.31 24.9 6.5 7.58 1.04 1.04 6.22
0.43 0.44 0.25 0.37 0.44 0.49 1.11 0.23 0.13 0.04 0.06 0.2 0.06 0.04 0.04 0.08 0.13 0.14 0.06 0.03 0.08 0.07 0.21 0.25 0.22 0.07 0.13 0.15 0.12 0.03 0.04 0 0 0.03
6.96 7.2 4.13 5.99 7.12 8.01 18.04 3.8 2.18 0.65 0.98 3.19 0.9 0.65 0.57 1.28 2.04 2.21 0.94 0.51 1.28 1.11 3.4 4.08 3.49 1.11 2.11 2.37 1.94 0.51 0.59 0.08 0.08 0.49
WETL/Tv38-1bc-4580/0-3 WETL/Ne60-3b-4545/0-3 WETL/Ao83-2-3c-4467/0-3 WETN/Tv38-1bc-4580/0-3 WETN/Ne60-3b-4545/0-3 WETN/Ao83-2-3c-4467/0-3 WETF/Tv38-1bc-4580/3-8 WETF/Tv38-1bc-4580/0-3 WETF/Ao83-2-3c-4467/0-3 RICE/Tv38-1bc-4580/0-3 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3
270.85 51.12 282.81 93.55 20.67 180.57 11.69 90 335.58 92.46 106.6
1.31 0.25 1.36 0.45 0.1 0.87 0.06 0.43 1.62 0.45 0.51
17.63 3.33 18.41 6.09 1.35 11.76 0.76 5.86 21.85 6.02 6.94
62
Lampiran 6 Lanjutan No HRU Subbasin 3 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 Subbasin 4 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 Subbasin 5 88 89 90
Nama HRU
Area [ha]
%Watershed
%Subbasin
FOMI/Gd2-3a-5488/8-15 FOMI/Gd2-3a-5488/3-8 FOMI/Gd2-3a-5488/0-3 FOMI/Ao83-2-3c-4467/3-8 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 GRAS/Gd2-3a-5488/8-15 GRAS/Gd2-3a-5488/3-8 GRAS/Gd2-3a-5488/0-3 GRAS/Ao83-2-3c-4467/3-8 GRAS/Ao83-2-3c-4467/0-3 RICE/Gd2-3a-5488/8-15 RICE/Gd2-3a-5488/3-8 RICE/Gd2-3a-5488/0-3 RICE/Ao83-2-3c-4467/3-8 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 URMD/Gd2-3a-5488/0-3 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3
45.3 92.87 10.19 6.8 20.39 11.12 120.05 15.56 3.33 14.45 11.11 93.33 7.78 87.77 327.76 64.68 10.4 4.42 1.1
0.22 0.45 0.05 0.03 0.1 0.05 0.58 0.08 0.02 0.07 0.05 0.45 0.04 0.42 1.58 0.31 0.05 0.02 0.01
4.78 9.79 1.07 0.72 2.15 1.17 12.66 1.64 0.35 1.52 1.17 9.84 0.82 9.25 34.56 6.82 1.1 0.47 0.12
FOMI/Gd2-3a-5488/15-30 FOMI/Gd2-3a-5488/8-15 FOMI/Gd2-3a-5488/3-8 FOMI/Zg6-3a-1860/30-45 FOMI/Zg6-3a-1860/15-30 FOMI/Zg6-3a-1860/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/15-30 FOEB/Gd2-3a-5488/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/3-8 FOEB/Zg6-3a-1860/45-65 FOEB/Zg6-3a-1860/30-45 FOEB/Zg6-3a-1860/15-30 FOEB/Zg6-3a-1860/8-15 GRAS/Gd2-3a-5488/8-15 GRAS/Gd2-3a-5488/3-8 GRAS/Tv38-1bc-4580/3-8 GRAS/Tv38-1bc-4580/0-3 GRAS/Zg6-3a-1860/30-45 GRAS/Zg6-3a-1860/15-30 GRAS/Zg6-3a-1860/8-15 URMD/Gd2-3a-5488/8-15 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 URMD/Gd2-3a-5488/0-3
19.82 57.13 47.8 16.79 91.12 43.16 17.56 94.81 42.14 4.62 10.39 36.93 20.77 28.86 62.53 4.57 2.28 2.28 3.43 3.43 9.47 35.53 4.74
0.1 0.28 0.23 0.08 0.44 0.21 0.08 0.46 0.2 0.02 0.05 0.18 0.1 0.14 0.3 0.02 0.01 0.01 0.02 0.02 0.05 0.17 0.02
3 8.65 7.24 2.54 13.8 6.54 2.66 14.36 6.38 0.7 1.57 5.59 3.15 4.37 9.47 0.69 0.35 0.35 0.52 0.52 1.44 5.38 0.72
FOMI/Gd2-3a-5488/15-30 FOMI/Gd2-3a-5488/8-15 FOMI/Gd2-3a-5488/3-8
39.42 121.65 40.55
0.19 0.59 0.2
2.22 6.85 2.28
63
Lampiran 6 Lanjutan No HRU 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 Subbasin 6 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
Nama HRU FOMI/Tv38-1bc-4580/15-30 FOMI/Tv38-1bc-4580/8-15 FOMI/Tv38-1bc-4580/3-8 FOMI/Tv38-1bc-4580/0-3 FOMI/Zg6-3a-1860/45-65 FOMI/Zg6-3a-1860/30-45 FOMI/Zg6-3a-1860/15-30 FOMI/Zg6-3a-1860/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/15-30 FOEB/Gd2-3a-5488/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/3-8 FOEB/Tv38-1bc-4580/45-65 FOEB/Tv38-1bc-4580/30-45 FOEB/Tv38-1bc-4580/15-30 FOEB/Tv38-1bc-4580/8-15 FOEB/Tv38-1bc-4580/3-8 FOEB/Zg6-3a-1860/45-65 FOEB/Zg6-3a-1860/30-45 FOEB/Zg6-3a-1860/15-30 FOEB/Zg6-3a-1860/8-15 RICE/Gd2-3a-5488/8-15 RICE/Gd2-3a-5488/3-8 RICE/Tv38-1bc-4580/3-8 RICE/Tv38-1bc-4580/0-3 RICE/Ao83-2-3c-4467/3-8 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Gd2-3a-5488/8-15 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 URMD/Tv38-1bc-4580/3-8 URMD/Tv38-1bc-4580/0-3 URMD/Zg6-3a-1860/15-30 URMD/Zg6-3a-1860/8-15 URMD/Zg6-3a-1860/3-8
Area [ha] 9.46 8.28 47.31 5.91 37.46 77.26 182.62 119.41 12.26 55.74 14.49 14.01 16.35 24.52 18.68 24.52 105.39 54.39 82.72 30.6 69.61 150.63 190.55 45.1 7.71 77.08 24.5 25.66 24.52 4.46 2.23 8.92 1.11
%Watershed 0.05 0.04 0.23 0.03 0.18 0.37 0.88 0.58 0.06 0.27 0.07 0.07 0.08 0.12 0.09 0.12 0.51 0.26 0.4 0.15 0.34 0.73 0.92 0.22 0.04 0.37 0.12 0.12 0.12 0.02 0.01 0.04 0.01
%Subbasin 0.53 0.47 2.67 0.33 2.11 4.35 10.29 6.73 0.69 3.14 0.82 0.79 0.92 1.38 1.05 1.38 5.94 3.06 4.66 1.72 3.92 8.49 10.73 2.54 0.43 4.34 1.38 1.45 1.38 0.25 0.13 0.5 0.06
FOMI/Kk8-2a-1396/30-45 FOMI/Kk8-2a-1396/15-30 FOMI/Kk8-2a-1396/8-15 FOMI/Zg6-3a-3326/30-45 FOMI/Zg6-3a-3326/15-30 FOMI/Zg6-3a-3326/8-15 FOMI/Zg6-3a-3326/3-8 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 FOMI/Ao83-2-3c-4467/8-15 FOMI/Ao83-2-3c-4467/3-8 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 FOEB/Kk8-2a-1396/45-65 FOEB/Kk8-2a-1396/30-45 FOEB/Kk8-2a-1396/15-30
46.76 125.35 30.84 4.61 22.14 11.99 2.77 7.38 1.85 1.85 13.84 10.41 22.71 58.67
0.23 0.6 0.15 0.02 0.11 0.06 0.01 0.04 0.01 0.01 0.07 0.05 0.11 0.28
4.52 12.13 2.98 0.45 2.14 1.16 0.27 0.71 0.18 0.18 1.34 1.01 2.2 5.68
64
Lampiran 6 Lanjutan No HRU 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185
Nama HRU FOEB/Kk8-2a-1396/8-15 FOEB/Zg6-3a-3326/30-45 FOEB/Zg6-3a-3326/15-30 FOEB/Zg6-3a-3326/8-15 FOEB/Ne60-3b-4545/65-380 FOEB/Ne60-3b-4545/45-65 FOEB/Ne60-3b-4545/30-45 FOEB/Ne60-3b-4545/15-30 FOEB/Ao83-2-3c-4467/15-30 FOEB/Ao83-2-3c-4467/8-15 FOEB/Ao83-2-3c-4467/3-8 SHRB/Kk8-2a-1396/30-45 SHRB/Kk8-2a-1396/15-30 SHRB/Kk8-2a-1396/8-15 SHRB/Zg6-3a-3326/30-45 SHRB/Zg6-3a-3326/15-30 SHRB/Zg6-3a-3326/8-15 SHRB/Zg6-3a-3326/3-8 SHRB/Ao83-2-3c-4467/30-45 SHRB/Ao83-2-3c-4467/15-30 SHRB/Ao83-2-3c-4467/8-15 SHRB/Ao83-2-3c-4467/3-8 SHRB/Ao83-2-3c-4467/0-3 GRAS/Kk8-2a-1396/30-45 GRAS/Kk8-2a-1396/15-30 GRAS/Kk8-2a-1396/8-15 GRAS/Kk8-2a-1396/3-8 GRAS/Zg6-3a-3326/30-45 GRAS/Zg6-3a-3326/15-30 GRAS/Zg6-3a-3326/8-15 GRAS/Zg6-3a-3326/3-8 GRAS/Ne60-3b-4545/45-65 GRAS/Ne60-3b-4545/30-45 GRAS/Ne60-3b-4545/15-30 GRAS/Ao83-2-3c-4467/15-30 GRAS/Ao83-2-3c-4467/8-15 GRAS/Ao83-2-3c-4467/0-3 CRWO/Kk8-2a-1396/30-45 CRWO/Kk8-2a-1396/15-30 CRWO/Kk8-2a-1396/8-15 CRWO/Kk8-2a-1396/3-8 CRWO/Zg6-3a-3326/30-45 CRWO/Zg6-3a-3326/15-30 CRWO/Zg6-3a-3326/8-15 CRWO/Ao83-2-3c-4467/30-45 CRWO/Ao83-2-3c-4467/15-30 CRWO/Ao83-2-3c-4467/8-15 CRWO/Ao83-2-3c-4467/3-8
Area [ha] 17.03 5.57 29.68 11.13 4.46 6.24 8.92 1.78 20.76 8.9 6.92 31.34 99.07 46.5 6.55 23.4 16.85 6.55 0.94 7.49 4.68 0.94 1.87 19.78 57.46 31.08 9.42 3.69 13.83 8.3 1.84 2.68 5.35 1.78 6.24 1.78 2.68 11.5 45.05 15.34 10.54 2.92 13.62 2.92 0.93 6.48 1.85 0.93
%Watershed 0.08 0.03 0.14 0.05 0.02 0.03 0.04 0.01 0.1 0.04 0.03 0.15 0.48 0.22 0.03 0.11 0.08 0.03 0 0.04 0.02 0 0.01 0.1 0.28 0.15 0.05 0.02 0.07 0.04 0.01 0.01 0.03 0.01 0.03 0.01 0.01 0.06 0.22 0.07 0.05 0.01 0.07 0.01 0 0.03 0.01 0
%Subbasin 1.65 0.54 2.87 1.08 0.43 0.6 0.86 0.17 2.01 0.86 0.67 3.03 9.58 4.5 0.63 2.26 1.63 0.63 0.09 0.72 0.45 0.09 0.18 1.91 5.56 3.01 0.91 0.36 1.34 0.8 0.18 0.26 0.52 0.17 0.6 0.17 0.26 1.11 4.36 1.48 1.02 0.28 1.32 0.28 0.09 0.63 0.18 0.09
65
Lampiran 6 Lanjutan
No HRU 186 187 188 189 190 191 192 Subbasin 7 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232
Nama HRU CRWO/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Kk8-2a-1396/3-8 URMD/Kk8-2a-1396/0-3 URMD/Ao83-2-3c-4467/15-30 URMD/Ao83-2-3c-4467/8-15 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 FOMI/Gd2-3a-5488/45-65 FOMI/Gd2-3a-5488/30-45 FOMI/Gd2-3a-5488/15-30 FOMI/Gd2-3a-5488/8-15 FOMI/Gd2-3a-5488/3-8 FOMI/Zg6-3a-3326/45-65 FOMI/Zg6-3a-3326/30-45 FOMI/Zg6-3a-3326/15-30 FOMI/Zg6-3a-3326/8-15 FOMI/Zg6-3a-1860/30-45 FOMI/Zg6-3a-1860/15-30 FOMI/Zg6-3a-1860/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/45-65 FOEB/Gd2-3a-5488/30-45 FOEB/Gd2-3a-5488/15-30 FOEB/Gd2-3a-5488/8-15 FOEB/Gd2-3a-5488/3-8 FOEB/Gd2-3a-5488/0-3 FOEB/Vp62-3b-4585/45-65 FOEB/Vp62-3b-4585/30-45 FOEB/Vp62-3b-4585/15-30 FOEB/Zg6-3a-3326/65-380 FOEB/Zg6-3a-3326/45-65 FOEB/Zg6-3a-3326/30-45 FOEB/Zg6-3a-3326/15-30 FOEB/Zg6-3a-3326/8-15 FOEB/Zg6-3a-1860/45-65 FOEB/Zg6-3a-1860/30-45 FOEB/Zg6-3a-1860/15-30 FOEB/Zg6-3a-1860/8-15 FOEB/Zg6-3a-1860/3-8 SHRB/Gd2-3a-5488/45-65 SHRB/Gd2-3a-5488/30-45 SHRB/Gd2-3a-5488/15-30 SHRB/Gd2-3a-5488/8-15 SHRB/Zg6-3a-3326/45-65 SHRB/Zg6-3a-3326/30-45 SHRB/Zg6-3a-3326/15-30 SHRB/Zg6-3a-3326/8-15 SHRB/Zg6-3a-1860/45-65
Area [ha] 8.34 6.24 0.89 1.78 0.89 0.89 8.03
%Watershed 0.04 0.03 0 0.01 0 0 0.04
%Subbasin 0.81 0.6 0.09 0.17 0.09 0.09 0.78
33.95 97.17 280.97 114.73 49.17 37.05 43.03 114.74 20.32 59.16 169.76 115.75 16.98 33.96 62.25 114.32 71.31 15.85 10.45 32.52 26.71 22.48 52.82 50.57 52.82 12.36 34.06 94.24 172.58 115.81 24.98 33.28 58.87 62.71 19.2 31.6 43.76 48.62 13.37 5.24
0.16 0.47 1.36 0.55 0.24 0.18 0.21 0.55 0.1 0.29 0.82 0.56 0.08 0.16 0.3 0.55 0.34 0.08 0.05 0.16 0.13 0.11 0.25 0.24 0.25 0.06 0.16 0.45 0.83 0.56 0.12 0.16 0.28 0.3 0.09 0.15 0.21 0.23 0.06 0.03
1.27 3.63 10.48 4.28 1.83 1.38 1.61 4.28 0.76 2.21 6.33 4.32 0.63 1.27 2.32 4.27 2.66 0.59 0.39 1.21 1 0.84 1.97 1.89 1.97 0.46 1.27 3.52 6.44 4.32 0.93 1.24 2.2 2.34 0.72 1.18 1.63 1.81 0.5 0.2
66
Lampiran 6 Lanjutan No HRU 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 Subbasin 8 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279
Nama HRU SHRB/Zg6-3a-1860/30-45 SHRB/Zg6-3a-1860/15-30 SHRB/Zg6-3a-1860/8-15 URMD/Gd2-3a-5488/15-30 URMD/Gd2-3a-5488/8-15 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 URMD/Gd2-3a-5488/0-3 URMD/Ao83-2-3c-4467/8-15 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Zg6-3a-1860/8-15 URMD/Zg6-3a-1860/3-8 FOMI/Zg6-3a-3326/30-45 FOMI/Zg6-3a-3326/15-30 FOMI/Zg6-3a-3326/8-15 FOMI/Ao83-2-3c-4467/30-45 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 FOMI/Ao83-2-3c-4467/8-15 FOMI/Ao83-2-3c-4467/3-8 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 FOEB/Zg6-3a-3326/30-45 FOEB/Zg6-3a-3326/15-30 FOEB/Zg6-3a-3326/8-15 FOEB/Zg6-3a-3326/3-8 SHRB/Zg6-3a-3326/45-65 SHRB/Zg6-3a-3326/30-45 SHRB/Zg6-3a-3326/15-30 SHRB/Zg6-3a-3326/8-15 SHRB/Ao83-2-3c-4467/45-65 SHRB/Ao83-2-3c-4467/30-45 SHRB/Ao83-2-3c-4467/15-30 SHRB/Ao83-2-3c-4467/8-15 CRWO/Zg6-3a-3326/45-65 CRWO/Zg6-3a-3326/30-45 CRWO/Zg6-3a-3326/15-30 CRWO/Zg6-3a-3326/8-15 CRWO/Zg6-3a-3326/3-8 CRWO/Ao83-2-3c-4467/30-45 CRWO/Ao83-2-3c-4467/15-30 CRWO/Ao83-2-3c-4467/8-15 CRWO/Ao83-2-3c-4467/3-8 CRWO/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Zg6-3a-3326/15-30 URMD/Zg6-3a-3326/8-15 URMD/Zg6-3a-3326/3-8 URMD/Ao83-2-3c-4467/8-15 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8
Area [ha] 20.96 30.13 5.24 6.92 31.15 38.07 5.77 3.46 9.23 8.07 27.77 24.14
%Watershed 0.1 0.15 0.03 0.03 0.15 0.18 0.03 0.02 0.04 0.04 0.13 0.12
%Subbasin 0.78 1.12 0.2 0.26 1.16 1.42 0.22 0.13 0.34 0.3 1.04 0.9
98.66 435.63 224.22 38.12 40.5 11.91 10.72 20.25 160.47 598.67 340.69 104.92 43.92 76.55 140.56 53.96 5.15 20.61 15.46 6.44 19.91 38.72 141.61 71.91 16.59 33.44 52.85 22.65 6.47 9.71 13.58 10.45 4.18 2.28 9.12
0.48 2.1 1.08 0.18 0.2 0.06 0.05 0.1 0.77 2.89 1.64 0.51 0.21 0.37 0.68 0.26 0.02 0.1 0.07 0.03 0.1 0.19 0.68 0.35 0.08 0.16 0.25 0.11 0.03 0.05 0.07 0.05 0.02 0.01 0.04
3.38 14.95 7.69 1.31 1.39 0.41 0.37 0.69 5.51 20.54 11.69 3.6 1.51 2.63 4.82 1.85 0.18 0.71 0.53 0.22 0.68 1.33 4.86 2.47 0.57 1.15 1.81 0.78 0.22 0.33 0.47 0.36 0.14 0.08 0.31
67
Lampiran 6 Lanjutan No HRU Nama HRU 280 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 9 281 WETL/Ne60-3b-4545/0-3 282 WETL/Ao83-2-3c-4467/0-3 283 WETN/Ne60-3b-4545/0-3 284 WETN/Ao83-2-3c-4467/0-3 285 WETF/Ne60-3b-4545/0-3 286 WETF/Ao83-2-3c-4467/3-8 287 WETF/Ao83-2-3c-4467/0-3 288 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 10 289 RICE/Ao83-2-3c-4467/3-8 290 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 291 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 292 URMD/Tv38-1bc-4580/3-8 293 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 294 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 11 295 FOMI/Kk8-2a-1396/30-45 296 FOMI/Kk8-2a-1396/15-30 297 FOMI/Kk8-2a-1396/8-15 298 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 299 FOMI/Ao83-2-3c-4467/3-8 300 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 301 SHRB/Kk8-2a-1396/30-45 302 SHRB/Kk8-2a-1396/15-30 303 SHRB/Kk8-2a-1396/8-15 304 SHRB/Ao83-2-3c-4467/45-65 305 SHRB/Ao83-2-3c-4467/30-45 306 SHRB/Ao83-2-3c-4467/15-30 307 SHRB/Ao83-2-3c-4467/8-15 308 SHRB/Ao83-2-3c-4467/3-8 309 SHRB/Ao83-2-3c-4467/0-3 310 GRAS/Kk8-2a-1396/15-30 311 GRAS/Kk8-2a-1396/8-15 312 GRAS/Kk8-2a-1396/3-8 313 GRAS/Kk8-2a-1396/0-3 314 GRAS/Ao83-2-3c-4467/30-45 315 GRAS/Ao83-2-3c-4467/15-30 316 GRAS/Ao83-2-3c-4467/3-8 317 GRAS/Ao83-2-3c-4467/0-3 318 CRWO/Kk8-2a-1396/30-45 319 CRWO/Kk8-2a-1396/15-30 320 CRWO/Kk8-2a-1396/8-15 321 CRWO/Kk8-2a-1396/3-8 322 CRWO/Ao83-2-3c-4467/15-30 323 CRWO/Ao83-2-3c-4467/3-8 324 CRWO/Ao83-2-3c-4467/0-3
Area [ha] 13.67
%Watershed 0.07
%Subbasin 0.47
24.32 2.92 8.75 6.81 35.02 0.97 17.51 26.26
0.12 0.01 0.04 0.03 0.17 0 0.08 0.13
19.84 2.38 7.14 5.56 28.57 0.79 14.29 21.43
40.6 316.42 2.67 9.36 5.35 9.36
0.2 1.53 0.01 0.05 0.03 0.05
10.58 82.45 0.7 2.44 1.39 2.44
6.76 13.51 6.76 5.98 10.97 68.78 6.94 17.86 5.95 2.8 5.59 2.8 1.86 1.86 14.91 6.52 1.86 1.86 0.93 4.8 6.72 9.61 41.3 0.93 3.73 4.66 1.86 2.9 5.8 42.55
0.03 0.07 0.03 0.03 0.05 0.33 0.03 0.09 0.03 0.01 0.03 0.01 0.01 0.01 0.07 0.03 0.01 0.01 0 0.02 0.03 0.05 0.2 0 0.02 0.02 0.01 0.01 0.03 0.21
1.24 2.47 1.24 1.1 2.01 12.6 1.27 3.27 1.09 0.51 1.02 0.51 0.34 0.34 2.73 1.19 0.34 0.34 0.17 0.88 1.23 1.76 7.56 0.17 0.68 0.85 0.34 0.53 1.06 7.79
68
Lampiran 6 Lanjutan No HRU Nama HRU 325 RICE/Ao83-2-3c-4467/3-8 326 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 327 URMD/Kk8-2a-1396/3-8 328 URMD/Kk8-2a-1396/0-3 329 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 330 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 12 331 RICE/Ao83-2-3c-4467/3-8 332 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 333 URMD/Gd2-3a-5488/8-15 334 URMD/Gd2-3a-5488/3-8 335 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 336 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 13 337 FOMI/Zg6-3a-3326/30-45 338 FOMI/Zg6-3a-3326/15-30 339 FOMI/Zg6-3a-3326/8-15 340 FOMI/Zg6-3a-3326/3-8 341 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 342 FOMI/Ao83-2-3c-4467/8-15 343 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 344 CRWO/Zg6-3a-3326/30-45 345 CRWO/Zg6-3a-3326/15-30 346 CRWO/Zg6-3a-3326/8-15 347 CRWO/Ao83-2-3c-4467/15-30 348 CRWO/Ao83-2-3c-4467/0-3 349 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 350 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 351 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 14 352 FOMI/Zg6-3a-3326/15-30 353 FOMI/Zg6-3a-3326/8-15 354 FOMI/Ne60-3b-4545/45-65 355 FOMI/Ne60-3b-4545/30-45 356 FOMI/Ne60-3b-4545/15-30 357 FOMI/Ne60-3b-4545/8-15 358 FOMI/Ne60-3b-4545/0-3 359 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 360 FOMI/Ao83-2-3c-4467/8-15 361 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 362 FOEB/Zg6-3a-3326/30-45 363 FOEB/Zg6-3a-3326/15-30 364 FOEB/Zg6-3a-3326/8-15 365 FOEB/Ne60-3b-4545/65-380 366 FOEB/Ne60-3b-4545/45-65 367 FOEB/Ne60-3b-4545/30-45 368 FOEB/Ne60-3b-4545/15-30 369 FOEB/Ne60-3b-4545/8-15
Area [ha] 9.7 155.23 2.8 0.93 7.45 60.57
%Watershed 0.05 0.75 0.01 0 0.04 0.29
%Subbasin 1.78 28.43 0.51 0.17 1.37 11.09
38.46 283.32 3.77 6.28 1.26 5.03
0.19 1.37 0.02 0.03 0.01 0.02
11.37 83.79 1.12 1.86 0.37 1.49
32.32 53.86 21.54 6.73 52.22 39.85 148.41 7.58 16.43 3.79 21.96 249.79 888.61 23.65 95.92
0.16 0.26 0.1 0.03 0.25 0.19 0.72 0.04 0.08 0.02 0.11 1.2 4.29 0.11 0.46
1.94 3.24 1.3 0.4 3.14 2.4 8.93 0.46 0.99 0.23 1.32 15.02 53.44 1.42 5.77
126.31 39.74 13.26 20.63 39.78 8.84 60.41 116.75 15.29 130.65 10.89 40.83 6.81 46.54 53.81 69.81 106.18 20.36
0.61 0.19 0.06 0.1 0.19 0.04 0.29 0.56 0.07 0.63 0.05 0.2 0.03 0.22 0.26 0.34 0.51 0.1
5.89 1.85 0.62 0.96 1.86 0.41 2.82 5.45 0.71 6.09 0.51 1.9 0.32 2.17 2.51 3.26 4.95 0.95
69
Lampiran 6 Lanjutan No HRU Nama HRU 370 FOEB/Ao83-2-3c-4467/15-30 371 FOEB/Ao83-2-3c-4467/8-15 372 FOEB/Ao83-2-3c-4467/3-8 373 FOEB/Ao83-2-3c-4467/0-3 374 RICE/Ne60-3b-4545/0-3 375 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 376 URMD/Ne60-3b-4545/0-3 377 URMD/Ao83-2-3c-4467/8-15 378 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 379 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 Subbasin 15 380 FOMI/Kk8-2a-1396/15-30 381 FOMI/Kk8-2a-1396/8-15 382 FOMI/Kk8-2a-1396/3-8 383 FOMI/Kk8-2a-1396/0-3 384 FOMI/Ne60-3b-4545/30-45 385 FOMI/Ne60-3b-4545/15-30 386 FOMI/Ne60-3b-4545/8-15 387 FOMI/Ne60-3b-4545/3-8 388 FOMI/Ne60-3b-4545/0-3 389 FOMI/Ao83-2-3c-4467/30-45 390 FOMI/Ao83-2-3c-4467/15-30 391 FOMI/Ao83-2-3c-4467/8-15 392 FOMI/Ao83-2-3c-4467/3-8 393 FOMI/Ao83-2-3c-4467/0-3 394 FOEB/Kk8-2a-1396/15-30 395 FOEB/Kk8-2a-1396/8-15 396 FOEB/Kk8-2a-1396/3-8 397 FOEB/Kk8-2a-1396/0-3 398 FOEB/Ne60-3b-4545/65-380 399 FOEB/Ne60-3b-4545/45-65 400 FOEB/Ne60-3b-4545/30-45 401 FOEB/Ne60-3b-4545/15-30 402 FOEB/Ne60-3b-4545/8-15 403 FOEB/Ne60-3b-4545/3-8 404 FOEB/Ne60-3b-4545/0-3 405 SHRB/Kk8-2a-1396/15-30 406 SHRB/Kk8-2a-1396/8-15 407 SHRB/Kk8-2a-1396/3-8 408 SHRB/Kk8-2a-1396/0-3 409 SHRB/Ne60-3b-4545/45-65 410 SHRB/Ne60-3b-4545/30-45 411 SHRB/Ne60-3b-4545/15-30 412 SHRB/Ne60-3b-4545/8-15 413 SHRB/Ne60-3b-4545/3-8 414 SHRB/Ne60-3b-4545/0-3 415 SHRB/Ao83-2-3c-4467/30-45
Area [ha] 54.9 20.59 12.35 74.12 157.88 690.05 17.81 15.52 22.58 150.97
%Watershed 0.26 0.1 0.06 0.36 0.76 3.33 0.09 0.07 0.11 0.73
%Subbasin 2.56 0.96 0.58 3.46 7.37 32.19 0.83 0.72 1.05 7.04
46.51 146.82 165.97 67.48 22.57 84.41 66.74 23.56 34.35 5.47 13.68 10.94 8.21 26.45 19.63 54.23 115 49.55 23.28 34.46 45.63 53.08 33.53 17.69 36.32 36.01 66.49 87.73 41.55 15.23 5.71 13.32 9.52 7.61 41.87 8.52
0.22 0.71 0.8 0.33 0.11 0.41 0.32 0.11 0.17 0.03 0.07 0.05 0.04 0.13 0.09 0.26 0.55 0.24 0.11 0.17 0.22 0.26 0.16 0.09 0.18 0.17 0.32 0.42 0.2 0.07 0.03 0.06 0.05 0.04 0.2 0.04
1.72 5.43 6.14 2.5 0.83 3.12 2.47 0.87 1.27 0.2 0.51 0.4 0.3 0.98 0.73 2.01 4.25 1.83 0.86 1.27 1.69 1.96 1.24 0.65 1.34 1.33 2.46 3.24 1.54 0.56 0.21 0.49 0.35 0.28 1.55 0.32
70
Lampiran 6 Lanjutan No HRU 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460
Nama HRU SHRB/Ao83-2-3c-4467/15-30 SHRB/Ao83-2-3c-4467/8-15 SHRB/Ao83-2-3c-4467/0-3 GRAS/Kk8-2a-1396/15-30 GRAS/Kk8-2a-1396/8-15 GRAS/Kk8-2a-1396/3-8 GRAS/Kk8-2a-1396/0-3 GRAS/Ne60-3b-4545/45-65 GRAS/Ne60-3b-4545/15-30 GRAS/Ne60-3b-4545/8-15 GRAS/Ne60-3b-4545/3-8 GRAS/Ne60-3b-4545/0-3 GRAS/Ao83-2-3c-4467/30-45 GRAS/Ao83-2-3c-4467/15-30 GRAS/Ao83-2-3c-4467/8-15 GRAS/Ao83-2-3c-4467/3-8 GRAS/Ao83-2-3c-4467/0-3 CRWO/Kk8-2a-1396/15-30 CRWO/Kk8-2a-1396/8-15 CRWO/Kk8-2a-1396/3-8 CRWO/Kk8-2a-1396/0-3 CRWO/Ne60-3b-4545/45-65 CRWO/Ne60-3b-4545/30-45 CRWO/Ne60-3b-4545/15-30 CRWO/Ne60-3b-4545/8-15 CRWO/Ne60-3b-4545/3-8 CRWO/Ne60-3b-4545/0-3 CRWO/Ao83-2-3c-4467/30-45 CRWO/Ao83-2-3c-4467/15-30 CRWO/Ao83-2-3c-4467/8-15 CRWO/Ao83-2-3c-4467/3-8 CRWO/Ao83-2-3c-4467/0-3 RICE/Kk8-2a-1396/8-15 RICE/Kk8-2a-1396/3-8 RICE/Kk8-2a-1396/0-3 RICE/Ne60-3b-4545/0-3 RICE/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Kk8-2a-1396/8-15 URMD/Kk8-2a-1396/3-8 URMD/Kk8-2a-1396/0-3 URMD/Ao83-2-3c-4467/3-8 URMD/Ao83-2-3c-4467/0-3 URMD/Zo25-3a-3630/8-15 URMD/Zo25-3a-3630/3-8 URMD/Zo25-3a-3630/0-3
Area [ha] 13.25 8.52 7.57 20.46 49.3 91.16 70.69 2.9 3.86 4.83 2.9 36.68 2.79 6.51 2.79 4.65 11.16 20.2 76.21 76.21 36.73 6.6 10.37 32.98 19.79 11.31 26.39 2.75 7.35 3.67 4.59 33.06 9.13 8.22 64.81 238.44 79.48 12.38 18.1 6.67 0.93 13 1.86 2.79 0.93
%Watershed 0.06 0.04 0.04 0.1 0.24 0.44 0.34 0.01 0.02 0.02 0.01 0.18 0.01 0.03 0.01 0.02 0.05 0.1 0.37 0.37 0.18 0.03 0.05 0.16 0.1 0.05 0.13 0.01 0.04 0.02 0.02 0.16 0.04 0.04 0.31 1.15 0.38 0.06 0.09 0.03 0 0.06 0.01 0.01 0
%Subbasin 0.49 0.32 0.28 0.76 1.82 3.37 2.61 0.11 0.14 0.18 0.11 1.36 0.1 0.24 0.1 0.17 0.41 0.75 2.82 2.82 1.36 0.24 0.38 1.22 0.73 0.42 0.98 0.1 0.27 0.14 0.17 1.22 0.34 0.3 2.4 8.82 2.94 0.46 0.67 0.25 0.03 0.48 0.07 0.1 0.03
71
Lampiran 7 Data WGN Stasiun Iklim Serang
Serang.wgn LATITUDE = 611.00 LONGITUDE =10613.00 ELEV [m] = 40.00 RAIN_YRS = 6.00 19.48 21.98 19.73 20.43 19.65 19.58 19.28 19.31 19.64 19.60 19.02 18.71 16.10 15.57 15.60 16.44 14.85 14.46 13.52 13.84 13.64 14.07 14.26 14.27 2.61 13.19 2.84 2.44 1.39 1.68 0.35 0.40 0.62 0.60 0.85 0.82 2.72 2.22 3.69 3.47 2.47 1.42 0.56 0.51 0.97 0.48 0.36 0.42 176.19147.59103.45 98.15 63.52 69.57 81.48 56.09120.03107.83130.70117.17 13.42 10.03 9.54 6.94 7.84 5.92 5.74 5.20 8.70 8.86 12.01 7.55 3.05 3.20 6.07 4.26 10.65 2.82 4.01 4.97 2.49 4.03 4.82 5.37 0.30 0.27 0.52 0.43 0.57 0.49 0.63 0.63 0.53 0.52 0.37 0.40 0.52 0.40 0.44 0.55 0.61 0.52 0.65 0.63 0.53 0.55 0.49 0.47 12.00 11.20 7.40 8.00 5.40 5.60 4.00 4.00 6.60 6.40 9.00 8.80 46.20 36.40 33.20 25.20 32.20 25.22 25.42 23.12 28.44 40.42 46.48 32.46 12.03 13.36 0.41 10.32 0.57 15.42 17.32 18.11 18.30 20.57 18.94 19.69 19.17 19.23 0.64 19.73 0.65 19.11 18.87 19.06 19.19 19.44 19.40 19.36 4.99 4.51 0.15 4.71 0.13 3.62 4.18 4.32 4.12 4.54 4.62 5.22
72
Lampiran 8 Data debit simulasi dan observasi tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Hari 1-Jan 2-Jan 3-Jan 4-Jan 5-Jan 6-Jan 7-Jan 8-Jan 9-Jan 10-Jan 11-Jan 12-Jan 13-Jan 14-Jan 15-Jan 16-Jan 17-Jan 18-Jan 19-Jan 20-Jan 21-Jan 22-Jan 23-Jan 24-Jan 25-Jan 26-Jan 27-Jan 28-Jan 29-Jan 30-Jan 31-Jan 1-Feb 2-Feb 3-Feb 4-Feb 5-Feb 6-Feb 7-Feb 8-Feb 9-Feb 10-Feb 11-Feb 12-Feb 13-Feb 14-Feb 15-Feb 16-Feb 17-Feb
Hujan 39 86 3 87 7 1 1 3 0 0 0 0 0 0 4 0 1 1 8 16 0 0 8 0 4 0 0 0 0 0 0 19 23 39 0 15 5 7 2 5 4 8 5 6 29 36 0 11
Observasi 12.280 12.940 13.110 23.450 23.850 22.450 20.300 17.850 14.460 11.630 9.010 8.000 5.330 15.860 12.610 12.120 10.220 8.870 8.720 11.960 8.570 6.620 5.830 4.960 4.480 3.900 4.010 4.130 3.820 11.920 11.300 11.610 13.180 14.830 15.680 14.330 13.510 9.530 8.140 7.220 7.220 8.280 7.160 8.870 11.310 16.040 15.860 14.810
Hasil SWAT 15.000 15.000 12.000 30.000 23.000 22.500 20.646 15.690 0.722 0.761 0.794 0.820 0.860 0.890 0.940 0.945 0.987 1.006 1.825 8.998 1.338 1.218 2.255 1.314 1.317 1.343 1.361 1.378 1.401 1.409 1.420 11.540 19.780 29.550 2.687 9.128 2.342 2.857 2.319 2.500 2.508 3.704 2.866 3.188 31.590 26.580 4.192 6.826
SWAT editor 2008 0.250 15.250 13.090 24.410 25.720 20.050 14.800 11.190 8.643 6.954 5.898 5.264 4.884 4.643 4.473 4.335 4.210 4.091 3.977 3.915 3.856 3.795 3.747 3.697 3.640 3.574 3.499 3.417 3.330 3.241 3.151 3.085 3.638 7.510 7.904 7.734 7.361 6.989 6.666 6.423 6.252 6.164 6.133 6.154 7.869 11.680 11.930 11.610
73
Lampiran 8 Lanjutan No 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Hari 18-Feb 19-Feb 20-Feb 21-Feb 22-Feb 23-Feb 24-Feb 25-Feb 26-Feb 27-Feb 28-Feb 29-Feb 1-Mar 2-Mar 3-Mar 4-Mar 5-Mar 6-Mar 7-Mar 8-Mar 9-Mar 10-Mar 11-Mar 12-Mar 13-Mar 14-Mar 15-Mar 16-Mar 17-Mar 18-Mar 19-Mar 20-Mar 21-Mar 22-Mar 23-Mar 24-Mar 25-Mar 26-Mar 27-Mar 28-Mar 29-Mar 30-Mar 31-Mar 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr
Hujan 0 49 0 2 31 8 1 8 9 1 19 7 39 0 1 4 4 0 0 0 1 0 13 15 0 1 0 8 0 0 0 39 0 4 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 13
Observasi 14.120 13.270 13.270 12.120 14.460 17.120 17.300 19.720 15.490 17.910 18.850 18.140 21.970 20.840 18.060 17.500 16.050 15.390 12.770 10.220 7.720 8.870 8.570 7.020 6.350 5.450 5.830 6.220 6.890 7.580 11.160 18.970 19.720 17.480 16.570 13.780 10.680 8.280 5.830 6.720 7.610 6.470 6.220 4.960 4.320 4.510 3.530 3.080
Hasil SWAT 3.799 38.930 5.201 4.272 24.560 6.246 4.788 5.923 6.739 5.186 17.380 6.385 52.930 6.691 6.038 6.148 6.272 6.338 6.402 6.458 6.508 6.534 11.430 14.380 6.992 6.892 6.907 8.080 7.028 7.008 7.012 52.500 7.958 7.249 7.229 7.224 7.191 7.176 7.150 7.123 7.075 7.023 6.971 6.898 6.808 6.742 6.663 10.290
SWAT editor 2008 11.070 17.020 16.120 14.700 15.190 14.220 13.340 12.630 12.080 11.660 11.630 11.510 15.690 15.510 14.850 14.190 13.630 13.130 12.690 12.280 11.910 11.560 11.300 11.260 11.200 11.140 11.040 10.960 10.860 10.720 10.550 14.090 13.800 13.280 12.710 12.140 11.620 11.150 10.740 10.380 10.050 9.741 9.453 9.179 8.917 8.664 8.421 8.192
74
Lampiran 8 Lanjutan No 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144
Hari 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr 18-Apr 19-Apr 20-Apr 21-Apr 22-Apr 23-Apr 24-Apr 25-Apr 26-Apr 27-Apr 28-Apr 29-Apr 30-Apr 1-May 2-May 3-May 4-May 5-May 6-May 7-May 8-May 9-May 10-May 11-May 12-May 13-May 14-May 15-May 16-May 17-May 18-May 19-May 20-May 21-May 22-May 23-May
Hujan
Observasi
0 0 0 0 2 26 5 4 0 0 9 0 0 0 6 15 6 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 7 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 1 15 1
3.530 5.630 4.220 3.920 7.350 6.970 8.140 6.590 5.630 5.290 5.870 5.760 5.180 4.530 4.320 11.920 19.650 11.610 10.110 8.960 7.740 7.290 5.750 4.600 4.710 4.630 5.070 4.960 4.740 4.630 4.740 5.750 6.680 6.100 5.400 4.740 4.220 3.820 4.510 3.720 3.260 2.560 2.560 2.300 2.840 2.840 3.260 3.350
Hasil SWAT 6.616 6.459 6.352 6.275 6.188 25.600 6.562 6.115 6.018 5.924 7.337 5.824 5.717 5.638 5.737 11.910 6.004 5.506 5.421 5.334 5.270 5.204 5.126 5.031 4.969 4.911 4.829 4.770 4.690 4.807 4.547 28.970 4.893 4.411 4.314 4.232 4.153 4.065 3.996 3.921 3.855 3.776 3.696 3.603 3.555 9.793 3.614 3.413
SWAT editor 2008 7.971 7.756 7.547 7.342 7.142 7.354 7.291 7.230 7.159 7.070 6.987 6.892 6.782 6.656 6.519 6.431 6.395 6.369 6.333 6.275 6.193 6.089 5.967 5.832 5.690 5.544 5.397 5.251 5.108 4.971 4.837 5.334 5.291 5.175 5.029 4.871 4.712 4.557 4.410 4.272 4.142 4.020 3.903 3.791 3.683 3.665 3.663 3.666
75
Lampiran 8 Lanjutan No 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192
Hari 24-May 25-May 26-May 27-May 28-May 29-May 30-May 31-May 1-Jun 2-Jun 3-Jun 4-Jun 5-Jun 6-Jun 7-Jun 8-Jun 9-Jun 10-Jun 11-Jun 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 20-Jun 21-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun 29-Jun 30-Jun 1-Jul 2-Jul 3-Jul 4-Jul 5-Jul 6-Jul 7-Jul 8-Jul 9-Jul 10-Jul
Hujan 0 37 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 4 0 0 2 0 0 0 19 4 1 0 0 0 14 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0.2 0 0 0 0 0 0 0
Observasi 2.840 2.840 3.530 3.530 3.080 3.000 2.560 2.300 2.300 2.300 2.510 2.150 2.090 1.900 1.900 1.840 1.780 1.680 1.680 1.730 1.960 2.440 2.670 2.670 2.440 2.290 2.920 2.920 2.220 2.090 2.020 2.220 1.870 1.870 1.870 2.730 2.140 0.970 1.390 1.390 2.080 1.390 1.390 1.390 1.430 1.470 2.160 1.430
Hasil SWAT 3.364 4.060 4.120 3.424 3.362 3.326 3.286 3.234 3.185 3.162 3.097 3.086 3.052 3.011 2.963 2.919 2.889 2.844 2.783 2.718 2.688 13.370 2.879 2.701 2.624 2.583 2.531 7.308 2.626 2.454 2.481 2.429 2.551 2.365 2.311 2.261 2.217 2.164 2.088 2.092 2.017 1.995 1.949 1.956 1.904 1.828 1.819 1.798
SWAT editor 2008 3.661 6.396 6.588 6.398 6.077 5.728 5.404 5.123 4.885 4.682 4.507 4.353 4.213 4.084 3.966 3.854 3.746 3.642 3.541 3.443 3.348 3.297 3.259 3.225 3.187 3.143 3.090 3.037 2.977 2.911 2.842 2.770 2.698 2.627 2.556 2.486 2.416 2.349 2.282 2.218 2.154 2.092 2.032 1.975 1.920 1.867 1.816 1.767
76
Lampiran 8 Lanjutan No 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240
Hari 11-Jul 12-Jul 13-Jul 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug 4-Aug 5-Aug 6-Aug 7-Aug 8-Aug 9-Aug 10-Aug 11-Aug 12-Aug 13-Aug 14-Aug 15-Aug 16-Aug 17-Aug 18-Aug 19-Aug 20-Aug 21-Aug 22-Aug 23-Aug 24-Aug 25-Aug 26-Aug 27-Aug
Hujan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
Observasi 1.390 1.390 1.390 1.390 1.410 1.430 2.080 1.390 1.390 1.390 1.470 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.390 0.690 1.390 1.410 1.470 1.410 1.390 1.390 1.390 1.390 1.390 1.390 1.390 1.390 1.410 1.390 1.580 1.580 1.470 1.470 2.370 1.150 1.040 0.890 0.890 0.890 1.090 0.510
Hasil SWAT 1.720 1.699 1.675 1.636 1.619 1.578 1.531 1.463 1.369 1.290 1.253 1.223 1.119 1.051 0.980 1.019 0.984 0.844 0.767 0.768 0.723 0.722 0.716 4.868 0.714 0.541 0.498 0.489 0.482 0.456 0.437 0.387 0.391 0.381 0.377 0.364 0.371 0.355 0.353 0.319 0.339 0.298 0.275 0.279 0.272 0.281 0.262 0.253
SWAT editor 2008 1.719 1.673 1.628 1.584 1.542 1.501 1.461 1.422 1.384 1.348 1.312 1.278 1.244 1.211 1.180 1.149 1.119 1.090 1.061 1.032 1.005 0.979 0.953 0.940 0.926 0.911 0.894 0.875 0.854 0.832 0.809 0.786 0.764 0.741 0.720 0.700 0.682 0.666 0.649 0.633 0.617 0.602 0.586 0.571 0.556 0.541 0.526 0.512
77
Lampiran 8 Lanjutan No 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288
Hari 28-Aug 29-Aug 30-Aug 31-Aug 1-Sep 2-Sep 3-Sep 4-Sep 5-Sep 6-Sep 7-Sep 8-Sep 9-Sep 10-Sep 11-Sep 12-Sep 13-Sep 14-Sep 15-Sep 16-Sep 17-Sep 18-Sep 19-Sep 20-Sep 21-Sep 22-Sep 23-Sep 24-Sep 25-Sep 26-Sep 27-Sep 28-Sep 29-Sep 30-Sep 1-Oct 2-Oct 3-Oct 4-Oct 5-Oct 6-Oct 7-Oct 8-Oct 9-Oct 10-Oct 11-Oct 12-Oct 13-Oct 14-Oct
Hujan 0 3 8 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 3 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0
Observasi 0.700 0.900 0.900 1.200 1.360 1.900 1.600 1.390 1.390 1.390 1.200 1.090 1.580 1.730 2.420 1.580 1.680 1.900 1.900 1.730 1.580 2.280 1.040 0.890 0.890 0.890 0.890 0.850 0.770 0.770 0.770 0.770 0.770 0.770 1.470 1.580 1.040 1.040 1.040 2.320 1.730 1.580 2.320 1.580 1.500 1.470 1.410 1.390
Hasil SWAT 0.233 0.235 0.354 24.480 0.690 0.258 0.240 0.229 0.236 0.223 0.213 0.217 0.209 0.194 0.180 0.187 0.160 0.155 0.142 0.154 0.121 0.118 0.134 0.118 0.125 0.084 0.101 0.118 9.551 0.312 0.151 0.131 0.117 0.122 0.101 0.071 0.056 0.106 0.051 0.043 0.031 0.039 0.040 0.029 0.082 0.074 0.039 0.031
SWAT editor 2008 0.498 0.486 0.477 0.495 0.514 0.529 0.535 0.533 0.524 0.509 0.491 0.472 0.452 0.433 0.415 0.400 0.386 0.373 0.361 0.349 0.337 0.326 0.316 0.306 0.296 0.287 0.279 0.271 0.276 0.281 0.285 0.286 0.284 0.279 0.273 0.265 0.256 0.248 0.239 0.230 0.221 0.213 0.206 0.199 0.195 0.191 0.186 0.182
78
Lampiran 8 Lanjutan No 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336
Hari 15-Oct 16-Oct 17-Oct 18-Oct 19-Oct 20-Oct 21-Oct 22-Oct 23-Oct 24-Oct 25-Oct 26-Oct 27-Oct 28-Oct 29-Oct 30-Oct 31-Oct 1-Nov 2-Nov 3-Nov 4-Nov 5-Nov 6-Nov 7-Nov 8-Nov 9-Nov 10-Nov 11-Nov 12-Nov 13-Nov 14-Nov 15-Nov 16-Nov 17-Nov 18-Nov 19-Nov 20-Nov 21-Nov 22-Nov 23-Nov 24-Nov 25-Nov 26-Nov 27-Nov 28-Nov 29-Nov 30-Nov 1-Dec
Hujan 0 0 0 0 0 0 0 5 0 1 0 39 6 0 12 0 0 0 1 0 12 0 1 11 30 0 0 36 0 0 0 2 0 5 16 1 20 0 0 0 94 7 1 8 0 0 0 19
Observasi 1.390 2.080 0.690 0.690 0.690 1.200 1.600 1.600 3.030 5.770 4.710 3.830 4.320 3.120 3.350 3.260 2.750 3.520 2.510 3.080 1.610 3.220 2.930 2.650 3.260 3.720 3.940 3.120 3.170 3.080 3.860 3.720 3.820 2.840 3.420 5.410 6.400 6.350 5.170 4.370 7.740 7.020 8.570 7.860 6.750 5.200 4.240 7.580
Hasil SWAT 0.053 0.025 0.043 0.026 0.011 0.022 0.008 0.036 0.027 0.048 0.030 26.370 0.547 0.115 1.952 0.132 0.076 0.094 0.112 0.084 1.773 0.105 0.086 1.537 25.240 0.629 0.226 37.200 0.970 0.380 0.382 0.408 0.397 0.465 7.617 0.639 13.640 0.896 0.726 0.733 57.100 4.242 1.239 2.327 1.336 1.353 1.414 12.060
SWAT editor 2008 0.178 0.173 0.168 0.164 0.159 0.154 0.150 0.148 0.145 0.144 0.141 0.166 3.194 3.219 3.243 3.258 3.264 3.262 2.255 0.243 0.236 0.227 0.218 0.215 0.251 0.288 0.318 0.405 0.486 0.541 0.565 0.562 0.539 0.509 0.486 0.463 0.473 0.493 0.514 0.529 12.570 12.830 11.490 9.710 7.921 6.390 5.199 4.379
79
Lampiran 8 Lanjutan No 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366
Hari 2-Dec 3-Dec 4-Dec 5-Dec 6-Dec 7-Dec 8-Dec 9-Dec 10-Dec 11-Dec 12-Dec 13-Dec 14-Dec 15-Dec 16-Dec 17-Dec 18-Dec 19-Dec 20-Dec 21-Dec 22-Dec 23-Dec 24-Dec 25-Dec 26-Dec 27-Dec 28-Dec 29-Dec 30-Dec 31-Dec
Hujan 0 0 0 12 0 0 0 0 3 10 19 0 3 9 0 0 0 3 0 0 0 18 11 0 13 0 0 3 2 0
Observasi 7.400 4.740 4.010 2.920 2.150 2.590 1.580 1.540 2.840 9.250 9.120 7.090 4.220 11.610 13.020 10.460 8.570 7.160 6.490 6.220 5.330 14.120 11.960 11.960 18.220 18.410 16.940 16.040 15.680 15.320
Hasil SWAT 1.756 1.629 1.683 4.796 1.849 1.814 1.828 1.851 1.899 3.606 13.300 2.267 2.100 3.671 2.163 2.163 2.183 2.211 2.182 2.200 2.195 10.290 5.188 2.325 6.745 2.419 2.341 2.356 2.326 2.326
SWAT editor 2008 3.790 3.377 3.086 2.880 2.725 2.601 2.496 2.403 2.318 2.244 2.203 2.158 2.109 2.066 12.020 7.973 6.922 6.870 5.816 5.762 5.707 10.664 10.632 10.599 10.575 10.548 10.516 12.481 12.443 0.323