Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web
Artikel Ilmiah
Peneliti: Indra Septy (682009072) Charitas Fibriani, S.Kom., M.Eng.
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga April 2013
Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Peneliti: Indra Septy (682009072) Charitas Fibriani, S.Kom., M.Eng.
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga April 2013
Analisis dan Perancangan Tata Ruang Kota Bagian Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi Berbasis Web 1)
Indra Septy, 2) Charitas Fibriani Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email: 1)
[email protected] , 2)
[email protected] Abstract
Salatiga government has urban design masterplan Salatiga as a reference for the design layout of the city of Salatiga, including the design of healthcare facilities Salatiga and analyze of health facilities location based on indeks sentralitas marshall for health facilities that belong tobe. As for the analysis of the location of health facilities based on Marshal centralized index for positioning judging by the number of health facilities. This research serves as an alternative of urban design for health facilities by considering 2 factors, population and area by classifying both factors. Keywords : Urban Design, Health Facielities Abstrak
Pemerintah Kota Salatiga memiliki masterplan perancangan tata kota Salatiga sebagai acuan dalam perancangan tata kota Salatiga, termasuk di dalamnya perancangan fasilitas kesehatan kota Salatiga adapun analisis mengenai lokasi fasilitas kesehatan didasarkan pada indeks sentralis Marshal untuk penentuan posisi dilihat dari jumlah fasilitas kesehatan. Penelitian kali ini sebagai alternatif pengambilan keputusan dalam perancangan tata kota bagian fasilitas kesehatan. Perencanaan fasilitas kesehatan ini memperhatikan faktor-faktor yakni jumlah penduduk dan luas wilayah dengan mengklasifikasi kedua faktor tersebut. Kata Kunci : Tata Kota, Fasilitas Kesehatan
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
1. Pendahuluan Kota Salatiga merupakan kota yang dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Secara administratif Kota Salatiga memiliki 4(empat) Kecamatan dan 22 Kelurahan. Pada salah satu misi dari Kota Salatiga adalah “Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat”, pelayanan kepada masyarakat dapat berupa penyediaan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti pengadaan sarana umum, mengembangkan pusat kegiatan olahraga, mengembangkan kegiatan wisata budaya, dan lain-lain[1]. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah pelayanan pada sektor kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan bagi setiap warga negara untuk terus melangsungkan kehidupannya dan kesehatan merupakan kebutuhan bagi tiap manusia yang bersifat mutlak, untuk mengembangkan setiap potensi pada dirinya, manusia memerlukan kesehatan yang baik. Lebih lanjut dikatakan dalam visi dan misi kota Salatiga mengenai departemen kesehatan yang salah satunya berbunyi meningkatkan derajat kesehatan, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani serta salah satu visinya berbunyi menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan maka kesehatan dianggap penting juga sarana kesehatan yang ada sebagai tempat bagi tiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penelitian kali ini merupakan penelitian yang akan membahas mengenai perancangan tata kota bagian fasilitas kesehatan mengunakan faktor-faktor yang diambil adalah jumlah penduduk dan luas wilayah yang dimana faktor tersebut merupakan standar kebutuhan saran fasilitas kesehatan[2]. Sedangkan dalam master plan kota Salatiga, perancangan tata ruang fasilitas kesehatan didapatkan dari indeks sentralis marshal yang didapatkan dari jumlah fasilitas kesehatan tiap kecamatan[1]. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menganalisis dan merancang perencanaan tata kota pada fasilitas kesehatan kota Salatiga dengan memanfaatkan sistem informasi geografi berbasis web. 2.
Kajian Pustaka Penelitian mengenai Sistem Informasi Geografis telah banyak dilakukan dan pemetaan fasilitas kesehatan kota Salatiga juga telah dilakukan yakni “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lokasi Sarana Kesehatan Berbasis Web di Kota Salatiga. Penelitian ini membahas mengenai pemetaan fasilitas kesehatan, jadi penelitian ini lebih kepada sistem yang memetakan fasilitas kesehatan secara kontekstual [3]. Penelitian lainnya ialah “Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur” dimana penelitian ini juga membahas mengenai pemetaan secara kontekstual daerah-daerah lokasi malaria dengan bantuan sistem informasi geografi dalam program visual basic 6.0 dengan sistem ini para pengguna dapat mengetahui
1
informasi mengenai penyebaran penyakit malaria di dinas kesehatan kabupaten sumba timur pada sebuah aplikasi desktop menggunakan visual basic tersebut [4]. Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait sistem informasi geografis, maka dilakukan penelitian mengenai analisis dan perancangan tata kota pada bagian fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan sistem informasi geografi berbasis web. Penelitian ini memuat analisis mengenai potensi-potensi rencana pembangunan fasilitas kesehatan di kota Salatiga dengan memperhatikan faktor-faktor seperti luas wilayah, dan jumlah penduduk di tiap kelurahan sesuai dengan data dari masterplan kesehatan kota Salatiga. Penelitian ini membandingkan penentuan lokasi kesehatan berdasarkan masterplan kesehatan yang dibuat oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Salatiga dengan perancangan lokasi kesehatan menggunakan teknik overlay terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi seperti luas wilayah dan jumlah penduduk [1]. Sistem Infomasi Geografi Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yakni sistem, informasi, geografis, dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami SIG. Melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi atau SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsure sistem informasi geografis. Klasifikasi dalam sistem informasi geografis pada dasarnya merupakan pemetaan suatu besaran yang memiliki interval-interval(domain) tertentu ke dalam interval-interval yang lain berdasarkan batas-batas atau kategori yang ditentukan, klasifikasi dalam sistem informasi geografis termasuk didalamnya adalah equal interval classification yang merupakan klasifikasi dari data yang terdistribusi secara rata[5]. Perancangan Lokasi Kesehatan Penentuan lokasi kesehatan menurut masterplan kesehatan kota Salatiga dengan menggunakan metode indeks marshall yang menekankan pada bobot yang berdasarkan pada jumlah fasilitas di masing-masing kecamatan. Setiap fasilitas kesehatan memiliki bobot yang berbeda, dimana kecamatan sidorejo terdapat 131 fasilitas, kecamatan Tingkir adalah 133, Argomulyo 102 dan Sidomukti 128 buah fasilitas yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persebaran Fasilitas\Kecamatan Balai pengobatan milik pemerintah Balai Pengobatan milik Swasta Puskesmas Induk Rumah Bersalin Puskesmas Pembantu Posyandu Praktek Dokter Umum Praktek Dokter Gigi Praktek Dokter Spesialis
Fasilitas Kesehatan Kota Salatiga[1] Sidorejo Tingkir Argomulyo 1 0 0
Sidomukti 1
1 1 1 7 71 31 12 0
0 2 2 4 62 28 8 10
0 1 0 3 91 19 0 9
2
1 2 1 6 76 11 4 1
Apotik Toko Obat
6 0
9 1
0 0
10 1
Untuk bobot IS yang telah dihitung dari masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Indeks Sentralitas Masing-masing Kecamatan Kota Salatiga[1] Kecamatan Bobot IS Sidorejo 309.165 Tingkir 214.348 Argomulyo 197.693 Sidomukti 378.794
Setelah menentukan bobot fasilitas setiap kecamatan kemudian dihitung panjang interval, tetapi sebelum menghitung panjang interval terlebih dahulu dihitung banyaknya kelas interval dengan Rumus 1. f= 1+3.3 log n (1) Keterangan : f : banyaknya kelas interval n : jumlah kecamatan Setelah mendapatkan banyaknya kelas interval kemudian dicari panjang interval dengan Rumus 2. c : x2-x1/f (2) Keterangan : c : panjang interval x1 : bobot IS terendah x2 : bobot IS tertinggi f : banyaknya kelas interval Penelitian kali ini berdasarkan faktor yang ada yakni luas wilayah dan jumlah penduduk, berdasarkan standar kebutuhan sarana kesehatan kota Salatiga dimana pos kesehatan adalah tiap 1 (satu) pos kesehatan dapat melayani 3000 jiwa penduduk[1]. Berdasarkan konsep tersebut, pada setiap 3000 jiwa di suatu kelurahan memiliki 1 (satu) pos kesehatan[2]. Jumlah pos kesehatan ideal yang dianjurkan di suatu kelurahan didapat dari penduduk di suatu kelurahan dibagi oleh jumlah penduduk minimum yang dapat dilayani oleh 1 (satu) pos kesehatan yang dapat dilihat pada Rumus 3. Fs=JPn/JPs (3) Keterangan Fs : Kebutuhan Fasilitas Kesehatan JPn : Jumlah Penduduk dalam keadaan sebenarnya JPs : Jumlah Penduduk dalam standar fasilitas kesehatan = 3000 Rumus 3 merupakan rumus untuk mengetahui standar kebutuhan fasilitas kesehatan perkelurahan kemudian saat didapatkan standar kebutuhan fasilitas kesehatan kemudian dikurangi dengan fasilitas kesehatan yang ada yang dapat dilihat pada Rumus 4. SFs=Fs-Fsn (4) Keterangan
3
SFs : Standar kebutuhan fasilitas kesehatan Fs : Kebutuhan fasilitas kesehatan Fsn : Fasilitas Kesehatan tiap kelurahan dalam keadaan sebenarnya. Rumus 4 akan menghasilkan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dari tiap kelurahan, setelah itu hasil akan diklasifikasi menggunakan klasifikasi equal interval dengan Rumus 5. Eq=(Xmax-Xmin)/Nc (5) Keterangan Eq : Equal Interval Xmax : nilai terbesar Xmin : nilai terendah Nc : jumlah kelas yang akan dibuat Rumus 5 akan menghasilkan hasil klasifikasi dari data sesuai dengan kelas yang dibuat. 3.
Metode dan Perancangan Penelitian yang dilakukan, diselesaikan dalam tujuh tahapan, sebagai berikut : 1) identifikasi masalah, 2) perumusan masalah, 3) penelusuran pustaka, 4) rancangan penelitian, 5) pengumpulan data, 6) pengolahan data, dan 7) penyimpulan hasil. Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Penelusuran Pustaka Rancangan Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyimpulan Hasil Gambar 1. Tahapan Penelitian [7]
Tahapan penelitian pada Gambar 1, dijelaskan sebagai berikut. Identifikasi Masalah, Perencanaan lokasi kesehatan pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif, data diperoleh dari masterplan Kota Salatiga yaitu data luas wilayah dan jumlah penduduk kelurahan. Data tersebut diolah menggunakan konsep overlay untuk mendapatkan lokasi strategis penentuan lokasi kesehatan. Perumusan Masalah, Perumusan masalah pada penelitian kali ini adalah bagaimana menganalisis dan merancang tata ruang kota bagian fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis berbasis web di Kota Salatiga. 4
Penelusuran Pustaka, Pustaka yang didapat untuk penelitian ini adalah yakni “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lokasi Sarana Kesehatan Berbasis Web di Kota Salatiga. Penelitian yang dilakukan membahas mengenai pemetaan fasilitas kesehatan, jadi penelitian ini lebih kepada sistem yang memetakan fasilitas kesehatan secara kontekstual [3]. Penelitian lainnya adalah“Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur” dimana penelitian ini juga membahas mengenai pemetaan secara kontekstual daerah-daerah lokasi malaria dengan bantuan sistem informasi geografi dalam program visual basic 6.0, dengan sistem ini para pengguna dapat mengetahui informasi mengenai penyebaran penyakit malaria di dinas kesehatan kabupaten Sumba Timur pada sebuah aplikasi desktop menggunakan visual basic tersebut [4]. Rancangan Penelitian, Penelitian ini menganalisis penentuan lokasi kesehatan Kota Salatiga berdasarkan masterplan kesehatan dan menganalisis penentuan lokasi kesehatan menggunakan faktor luas daerah dan jumlah penduduk [2]. Pengumpulan Data, Data-data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif mengenai jumlah penduduk dan luas wilayah kota Salatiga yang didapatkan dari masterplan kesehatan kota Salatiga[1]. Pengolahan Data, Data luas daerah dan jumlah penduduk diubah menjadi bentuk data spasial. Kemudian data tersebut diolah menggunakan standar penentuan lokasi [1]. Data spasial tersebut diolah menggunakan teknik overlay untuk selanjutnya dilakukan query. Penyimpulan Hasil, Analisis penentuan lokasi kesehatan berdasarkan masterplan kesehatan dan Analisis penentuan lokasi kesehatan menggunakan faktor luas wilayah dan jumlah penduduk [2]. Perancangan proses dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan diagram-diagram Unified Modelling Language (UML). Gambar 2 menunjukkan Use case diagram dari sistem informasi analisis persebaran fasilitas kesehatan kota Salatiga, dimana terdapat 2 (dua) aktor yakni admin dan user, dimana hak akses yang diperbolehkan untuk admin, yang membedakannya dengan user adalah admin dapat mengelola data seperti data peta Salatiga, data peta persebaran fasilitas kesehatan dan data peta analisis persebaran fasilitas kesehatan kota Salatiga dimana mengelola data di sini adalah edit dan hapus data, admin tidak dapat menambah data karena data di sini akan sesuai dengan keberadaan geografis dari peta, sedangkan user hanya dapat melihat informasi Salatiga, melihat peta Salatiga, melihat peta persebaran fasilitas kesehatan kota Salatiga dan melihat peta hasil analisis persebaran kesehatan kota Salatiga.
5
Melihat informasi salatiga Admin Melihat Peta Salatiga User
mengelola data peta mengelola data peta salatiga persebaran kesehatan k... <<extend>>
Melihat Peta Persebaran kesehatan Kota Salatiga
<<extend>>
Melihat peta hasil analisis persebaran kesehatan edit data peta salatiga
edit data persebaran
Gambar 2. Use Case Diagram
Gambar 3 menunjukkan class diagram dari sistem informasi analisis persebaran fakultas kesehatan dimana Peta Salatiga akan menghasilkan peta persebaran fasilitas kesehatan dan berelasi one to one karena satu peta akan menghasilkan satu peta, untuk satu peta Salatiga akan menghasilkan satu peta persebaran fasilitas kesehatan di kota Salatiga dan juga dari 1 (satu) peta persebaran fasilitas kesehatan tentu akan menghasilkan 1 (satu) peta analisis persebaran fasilitas kesehatan kota Salatiga dengan relasi one to one, sedangkan pada class diagram mengelola data peta salatiga dan mengelola data persebaran kesehatan kota Salatiga, masing-masing memiliki relasi one to one karena setiap admin mengelola data pasti akan mengelola data satu persatu.
6
melihat peta Salatiga
Melihat Peta Salatiga(B)
1 getcriteria()
1
setCriteria()
0..1
1..*
Peta Salatiga Mengelola Data Peta Salatga
KodeKecamatan KodeKelurahan NamaKecamatan NamaKelurahan LuasWilayah JumlahPenduduk
control mengelola data peta salatiga 1
1
1
1
getCriteria() ViewPetaSalatiga() addDataPetaSalatiga() editDataPetaSalatiga() deleteDataPetaSalatiga() 1
setKodeKecamatan() setKodeKelurahan() SetNamaKecamatan() setNamaKelurahan() setLuasWilayah() setJumlahPenduduk()
edit data peta Salatiga
melihat peta Faskes
editData()
setCriteria() 1
1
peta f asKes Salatiga
1
melihat peta f asKes Salatiga getCriteria()
0..*
0..1
peta analisis kodeKecamatan KodeKelurahan NamaFasilitasKesehatan 1
1
viewPetaFasKes() addDataPetaFaskes() editDataPetaFasKes() deleteDataPetaFaskes() 1
mengelola data persebaran setKodeKecamatan() setKodeKelurahan() setNamaFasilitasKesehatan() setAlamat() setJumlah() setInformasiKesehatan()
KodeKecamatan KodeKelurahan NamaFasilitasKesehatan Alamat Jumlah InformasiKesehatan
viewPetaAnalisis() addDataAnalisis() editDataAnalisis() DeleteDataAnalisis()
melihat peta analisis 1..* 0..1 GetDataPeta()
Melihat Peta Analisis 1
1
setCriteria()
1
control mengelola data persebaran 1
1
edit data persebaran editDataPersebaran()
Gambar 3. Class Diagram
Perancangan Analisis Salatiga memiliki 4 (empat) kecamatan dengan 22 kelurahan dimana dari 22 kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing tiap kelurahan tersebut, dimana Sidorejo memiliki kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul dan Pulutan, untuk kecamatan Tingkir memiliki kelurahan Kutowinangun, Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor dan Tingkir Tengah, kecamatan Noborejo memiliki kelurahan Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir dan Cebongan sedangkan untuk kecamatan Sidomukti memiliki kelurahan Kecandran, Dukuh, Mangunsari dan Kalicacing. Pada masterplan kesehatan Kota Salatiga, jumlah fasilitas setiap kecamatan diberikan bobot IS, kemudian dihitung lebar interval dan panjang interval. Setelah didapat lebar dan panjang interval akan ditentukan orde interval. Pada perencanaan lokasi kesehatan menggunakan faktor luas wilayah dan jumlah penduduk [1]. Penelitian ini akan mengklasifikasikan luas wilayah dan jumlah penduduk untuk mendapatkan kelurahan yang membutuhkan fasilitas kesehatan menggunakan teknik overlay. Faktor pertama, jumlah penduduk menghasilkan jumlah fasilitas ideal yang dibutuhkan di setiap kelurahan, hasil tersebut dikurangi dengan jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki di setiap kelurahan tersebut, selanjutnya menggunakan equal interval untuk mengklasifikasikan hasil tersebut, yaitu fasilitas 0-1 adalah rendah, 2-3 sedang dan 4-5 tinggi. 7
Faktor kedua, luas wilayah diklasifikasikan menggunakan equal interval dan menghasilkan 68.9 ha-255.6 ha adalah klasifikasi rendah, 255.7-442.3 adalah klasifikasi sedang, dan 442.4-629 ha adalah klasifikasi tinggi. Pada data spasial dari kedua faktor dilakukan teknik overlay. Hasil yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan tata ruang. Dimana jumlah penduduk memiliki bobot lebih besar daripada luas wilayah, sehingga prioritas utama bagi penentuan lokasi kesehatan adalah jumlah penduduk [2]. 4. Hasil dan Pembahasan Implementasi halaman tata ruang fasilitas kesehatan akan menampilkan peta kelurahan kota Salatiga dengan rencana tata ruang fasilitas kesehatan milik BAPPEDA kota Salatiga, dimana perkembangan tata ruang fasilitas kesehatan kota Salatiga sesuai dengan BAPPEDA kota Salatiga terbagi dalam beberapa kecamatan yakni Mangunsari, Sidorejo Lor, Kutowinangun, Sidorejo Kidul, Cebongan. Gambar 4 menunjukkan implementasi halaman tata ruang fasilitas kesehatan, dimana terlihat dari faktor lokasi yakni 131 fasilitas kesehatan dari Sidorejo Lor, 133 Tingkir, 102 Argomulyo dan 128 Sidomukti lalu diberikan bobot masing-masing untuk tiap fasilitas yang ada pada fasilitas kesehatan, sehingga didapatkan Sidorejo memiliki bobot 309.165, Tingkir 214.348, Argomulyo 197.693, dan Sidomukti 378.794. Untuk mengetahui banyaknya kelas interval digunakan Rumus 1, yang dijelaskan sebagai berikut, 1+3.3 log 4 (jumlah kecamatan) = 2.987 3, sehingga diketahui banyaknya kelas interval adalah 3. Untuk mengetahui panjang interval digunakan Rumus 2, yang dijelaskan sebagai berikut, (378.794-197.693)/3 = 181.101/3 = 60.367. Setelah mengetahui panjang interval kemudian dibagi menjadi 3 (tiga) orde dari orde yang tertinggi ke terendah dengan panjang 60.367 yang dapat dilihat pada Tabel 3. Orde Orde 1 Orde 2 Orde 3
Tabel 3. Hasil Hirarki Orde [1] Perhitungan 318.427-378.794 258.06-318.427 197.693-258.06
Hasil orde tersebut dicocokkan dengan bobot IS pada tiap kecamatan seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Pembagian Hirarki Kecamatan Berdasarkan Interval Orde di Kota Salatiga[1] Kecamatan Bobot IS Kelas Interval Hirarki Sidorejo 390.165 258.06-318.427 2 Tingkir 214.348 197.693-258.06 3 Argomulyo 197.693 197.693-258.06 3 Sidomukti 378.794 318.427-378.794 1
8
Berdasarkan data pada Tabel 4 didapatkan bahwa kecamatan Sidomukti dan Sidorejo, masing-masing berada pada hirarki pusat pelayanan kesehatan 1 dan 2, untuk hasil penyebaran fasilitas kesehatan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Implementasi Halaman Tata Ruang Fasilitas Kesehatan
Implementasi Halaman Analisis Tata Ruang Fasilitas Kesehatan Tabel jumlah penduduk dan luas wilayah menunjukkan jumlah penduduk dan luas wilayah dari masing-masing kelurahan, yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah per Kelurahan Kota Salatiga Kelurahan Luas Wilayah(ha) Jumlah Penduduk Blotongan 423.80 10367 Sidorejo Lor 271.60 12622 Salatiga 202.00 16385 Bugel 294.37 2823 Kauman Kidul 195.85 3777 Pulutan 237.10 3709 Kutowinangun 293.75 20518 Gendongan 68.90 5373 Sidorejo Kidul 277.50 5239 Kalibening 99.60 1642 Tingkir Lor 177.30 4758 Tingkir Tengah 137.80 4422 Noborejo 332.20 5068 Ledok 187.33 10578 Tegalrejo 188.43 10351 Kumpulrejo 629.03 7238 Randuacir 377.60 4580 Cebongan 138.10 4001 Kecandran 399.20 4959 Dukuh 377.15 9786 Mangunsari 290.77 14968 Kalicacing 78.73 6860
Tabel 5 menunjukkan tabel luas wilayah dan jumlah penduduk dimana di dalam peta akan dilakukan overlay dari tabel jumlah penduduk dan tabel luas wilayah, dimana terlebih dahulu menghitung jumlah fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh tiap kelurahan, jika 1 (satu) fasilitas kesehatan dapat menangani 3000 jiwa jadi tiap jumlah penduduk akan dibagi 3000 sehingga dihasilkan kebutuhan fasilitas tiap kelurahan yang ditunjukkan pada Tabel 6. 9
Tabel 6. Tabel Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Berdasarkan Jumlah Penduduk Kelurahan Jumlah Penduduk Kebutuhan Fasilitas Blotongan 10367 3 Sidorejo Lor 12622 4 Salatiga 16385 5 Bugel 2823 1 Kauman Kidul 3777 1 Pulutan 3709 1 Kutowinangun 20518 7 Gendongan 5373 2 Sidorejo Kidul 5239 1 Kalibening 1642 1 Tingkir Lor 4758 2 Tingkir Tengah 4422 1 Noborejo 5068 2 Ledok 10578 4 Tegalrejo 10351 3 Kumpulrejo 7238 2 Randuacir 4580 2 Cebongan 4001 1 Kecandran 4959 2 Dukuh 9786 3 Mangunsari 14968 5 Kalicacing 6860 2
Tabel 6 yang berisikan kebutuhan fasilitas yang didapat dari jumlah penduduk dibagi dengan 3000, kemudian jumlah fasilitas yang ada akan dikurangi dengan jumlah fasilitas yang ada di tiap kelurahan seperti terlihat pada Tabel 8, dan juga dengan klasifikasi dengan equal interval. Kelas 1 2 3
Tabel 7. Hasil Klasifikasi Jumlah Penduduk Klasifikasi 0-1 2-3 4-5
Berdasarkan data pada Tabel 7, hasil klasifikasi dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu hasil klasifikasi rendah, sedang dan tinggi, sesuai dengan kebutuhan fasilitas yang ditampilkan dengan rumus (5+0)/3, dimana 5 adalah nilai terbesar dari kebutuhan fasilitas, dan 0 adalah nilai terkecil dari kebutuhan fasilitas, sedangkan 3 adalah jumlah kelas klasifikasi yang akan dibuat yakni rendah, sedang, dan tinggi. Hasil klasifikasi berdasarkan kategori dapat dilihat pada Tabel 8. Kelurahan
Blotongan Sidorejo Lor Salatiga
Tabel 8. Klasifikasi Kebutuhan Fasilitas Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Penduduk Fasilitas Fasilitas FasilitasJumlah Fasilitas 10367 3 1 2 12622 4 4 0 16385 5 2 3
10
Klasifikasi
Sedang Rendah Sedang
Bugel Kauman Kidul Pulutan Kutowinangun Gendongan Sidorejo Kidul Kalibening Tingkir Lor Tingkir Tengah Noborejo Ledok Tegalrejo Kumpulrejo Randuacir Cebongan Kecandran Dukuh Mangunsari Kalicacing
2823 3777 3709 20518 5373 5239 1642 4758 4422 5068 10578 10351 7238 4580 4001 4959 9786 14968 6860
1 1 1 7 2 1 1 2 1 2 4 3 2 2 1 2 3 5 2
0 0 0 2 1 1 0 0 0 1 3 3 0 1 1 0 2 4 1
1 1 1 5 1 0 1 2 1 1 1 0 2 1 0 2 1 1 1
Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah
Demikian pula dengan luas wilayah akan diklasifikasi sebanyak 3 kelas yakni rendah, sedang dan tinggi dengan perhitungan (629.03-68.90)/3 yang akan dihasilkan nilai 186.71, hasil dapat dilihat pada Tabel 9. Kelurahan Blotongan Sidorejo Lor Salatiga Bugel Kauman Kidul Pulutan Kutowinangun Gendongan Sidorejo Kidul Kalibening Tingkir Lor Tingkir Tengah Noborejo Ledok Tegalrejo Kumpulrejo Randuacir Cebongan Kecandran Dukuh Mangunsari Kalicacing
Tabel 9. Klasifikasi Luas Wilayah Luas Wilayah 423.80 271.60 202.00 294.37 195.85 237.10 293.75 68.90 277.50 99.60 177.30 137.80 332.20 187.33 188.43 629.03 377.60 138.10 399.20 377.15 290.77 78.73
Klasifikasi Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah
Klasifikasi luas wilayah pada Tabel 9, menunjukkan klasifikasi wilayah dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi, kemudian data pada Tabel 8 dn Tabel 9, antara jumlah penduduk dengan luas wilayah digabung (overlay), maka
11
didapatkan klasifikasi sesungguhnya dari kebutuhan fasilitas kesehatan dengan faktor luas wilayah dan jumlah penduduk, yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Overlay Tabel Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Klasifikasi Klasifikasi Luas Klasifikasi Kebutuhan Jumlah Wilayah Fasilitas Kesehatan Penduduk Blotongan Sedang Sedang Membutuhkan Sidorejo Lor Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Salatiga Sedang Rendah Tidak Membutuhkan Bugel Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Kauman Kidul Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Pulutan Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Kutowinangun Tinggi Sedang Membutuhkan Gendongan Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Sidorejo Kidul Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Kalibening Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Tingkir Lor Sedang Rendah Tidak Membutuhkan Tingkir Tengah Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Noborejo Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Ledok Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Tegalrejo Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Kumpulrejo Sedang Sedang Membutuhkan Randuacir Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Cebongan Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Kecandran Sedang Sedang Membutuhkan Dukuh Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Mangunsari Rendah Sedang Tidak Membutuhkan Kalicacing Rendah Rendah Tidak Membutuhkan Kelurahan
Berdasarkan data pada Tabel 10, ditentukan hasil klasifikasi yang dibutuhkan atau tidak, dengan rumus sebagai berikut : If((kebutuhan_fasilitas=”tinggi”) and (luas=”tinggi”)) then “Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”tinggi”) and (luas=”sedang”)) then “Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”tinggi”) and (luas=”rendah”)) then “tidak Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”sedang”) and (luas=”tinggi”)) then “Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”sedang”) and (luas=”sedang”)) then “Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”sedang”) and (luas=”rendah”)) then “Tidak Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”rendah”) and (luas=”tinggi”)) then “Tidak Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end
12
Else If((kebutuhan_fasilitas=”rendah”) and (luas=”sedang”)) then “Tidak Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” end Else If((kebutuhan_fasilitas=”rendah”) and (luas=”rendah”)) then “ Tidak Membutuhkan Fasilitas Kesehatan” Berdasarkan penentuan klasifikasi tersebut disimpulkan bahwa 4 (empat) kelurahan membutuhkan fasilitas kesehatan yakni Blotongan (Sidorejo), Kumpulrejo (Argomulyo), Kecandran (Sidomukti), Kutowinangun (Tingkir), dan hasil tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta pada Gambar 5. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna coklat tua merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk tinggi dan luas wilayah sedang, karena dari kebutuhan fasilitas, kebutuhan dari kelurahan tersebut berkisar antara 4-5, dan setelah dibandingkan dengan perhitungan data kuantitatif yang ada, data pada tiap kelurahan tersebut membutuhkan 5 (lima) fasilitas, sedangkan daerah yang berwarna coklat muda adalah daerah dengan luas wilayah sedang dan jumlah penduduk sedang, dan dari kebutuhan fasilitas kesehatan yang didapatkan berkisar antara 2-3 yakni klasifikasi sedang, setelah dibandingkan dengan perhitungan data kuantitatif yang ada, kelurahan tersebut membutuhkan 2 (dua) fasilitas kesehatan.
Gambar 5. Implementasi Halaman Analisis Tata Ruang Fasilitas Kesehatan
Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) kelurahan yang membutuhkan fasilitas kesehatan dilihat dari faktor-faktor, yakni kelurahan Kutowinangun dengan jumlah penduduk yang tinggi dan luas wilayah yang sedang, serta Blotongan, Kecandran dan Kumpulrejo yang memiliki luas wilayah sedang dan jumlah penduduk sedang. Pada Gambar 5, untuk daerah Kutowinangun ditandai dengan warna coklat tua, dan daerah Blotongan, Kecandran dan kumpul Rejo ditandai dengan warna coklat muda.
13
5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut, 1) Variabel-variabel yang digunakan untuk menentukan keberadaan fasilitas kesehatan antara lain jumlah penduduk, luas wilayah yang ada di kota Salatiga (masterplan kesehatan kota Salatiga); dan 2) Penelitian ini menjadi alternatif keputusan dalam pengambilan keputusan perancangan pembangunan fasilitas kesehatan kota Salatiga kedepannya dengan memperhatikan faktor luas wilayah dan jumlah penduduk dimana terdapat 4 (empat) kelurahan yang memerlukan fasilitas kesehatan ditandai dengan luas wilayah yang termasuk klasifikasi sedang dan jumlah penduduk tinggi serta luas wilayah sedang dan jumlah penduduk sedang. Saran untuk penelitian ke depan adalah analisis bisa dikembangkan dengan penyebaran rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lain secara khusus. 6. Daftar Pustaka [1]. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Salatiga. 2010. Masterplan Kesehatan Kota Salatiga 2010-2010. [2]. Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu : Yogyakarta [3]. Kurnianto. 2009. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lokasi Sarana Kesehatan Berbasis Web di Kota Salatiga, Skripsi: Fakultas Teknologi Informasi, UKSW, Salatiga. [4]. Tototana, Aldian Umbu. 2011. Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penyakit Malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, Skripsi: Fakultas Teknologi Informasi, UKSW, Salatiga. [5]. Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika : Bandung [6]. Prahasta, Eddy. 2006. Sistem Informasi Geografis: Membangun Aplikasi Web-Based GIS dengan MapServer. Penerbit Informatika : Bandung [7]. Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Infomasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi, Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
14