ANALISIS DAN PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM LQ 45
ISWIDIARMAN ANGGA KRISLIANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham LQ 45 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor,
Juli 2015
Iswidiarman Angga Krislianto NRP H251110211
SUMMARY ISWIDIARMAN ANGGA KRISLIANTO. Analysis and performance evaluation of Optimal Portfolios in LQ 45 Stocks. Supervised by SRI HARTOYO and TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA. There are various options for investmentsin Indonesia Stock Exchange. One of the good choices is to invest in LQ 45 Stocks; because LQ 45 is a liquid stock, has a high market capitalization and also a high trade. The phases of analysis is started by identifying stocks that is consistent and has not split stock in the index of LQ 45 in february 2008- july 2013. The expected rate of return, risks, stocks correlation and covarian of a group of analyzed LQ 45 Stocks are calculated by using the closing price of LQ 45 stock. Next step is to find optimal portfolio by considering the effect of inflation, exchange rate, GDP and economic crisis. The phase continued by making portfolio with three methods, which are Markowitz, Constant Correlation Model and Single Index Model. The result of Single Index Model, Correlation Model and Markowitz Model will be considered by four methods of portfolio performance which are Treynor’s measure, Sharpe’s, Jensen’s measure dan Information Ratio’s measure. Furthermore, this performance also calculates the effect of macroeconomic factors on portfolio return. The result of portfolio return can be regressed by macroeconomic variable to get the value of portfolio return that has been affected by macroeconomic variable. Macroeconomic variable that has been researched affects portfolio return. Based on the calculation of the crisis variable on these three models, there is no significant influence to reject Ha. The GDP Variable significantly has no influence on return portfolio only for Markowitz Model (Reject Ha3), on the other hand, it significantly influences the other models (Ha3 can be ccepted). The Ha1 can be accepted in each model if the inflation has negative effect or has opposite correlation to portfolio return. Thus, Ha can not be accepted because it has positive result that shows the same line correlation to portfolio return. Based on the these four models of Portfolio Performance, the optimum portfolio with constant correlation model has the best result compared to single indeks model and Markowitz model. Key Words: Constant Correlation Model, Markowitz Model, Optimum Portfolio, Single Indeks Model
RINGKASAN ISWIDIARMAN ANGGA KRISLIANTO. Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham LQ 45. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA. Banyaknya perusahaan yang masuk di Bursa Efek Indonesia memberikan berbagai macam pilihan bagi investor untuk berinvestasi. Pilihan terbaik untuk berinvestasi salah satunya adalah dalam bentuk saham LQ 45, ini disebabkan karena saham LQ 45 adalah saham yang likuid, kapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan tinggi. Tahapan analisis dimulai dengan mengidentifikasi saham-saham yang konsisten dan tidak melakukan split stock pada Indeks LQ 45 periode februari 2008- juli 2013. Dengan menggunakan data harga saham penutupan harian (close price) pada Indeks LQ 45 maka dilakukan perhitungan expected rate of return, risiko, korelasi return antar saham dan nlai kovarian dari kelompok saham LQ 45 yang dianalisis. Tahapan berikutnya adalah dengan mencari portofolio optimal dengan memperhitungkan pengaruh inflasi, nilai tukar, PDB dan krisis ekonomi. Langkah selanjutnya adalah dengan membentuk portofolio saham dengan menggunakan tiga metode, yaitu Markowitz, Constant Correlation Model dan Single Indeks Model. Dari hasil portofolio dengan Single Index Model, Constant Correlation Model dan Model Markowitz akan dinilai kinerjanya dengan empat metode pengukuran kinerja portofolio yaitu Treynor’s measure, Sharpe’s, Jensen’s measure dan Information Ratio’s measure. Penilaian kinerja ini sebelumnya memperhitungkan pengaruh faktor makroekonomi terhadap nilai return portofolio. Hasil return portofolio yang sudah didapatkan diregresikan dengan variabel makroekonomi untuk mendapatkan nilai return portofolio yang sudah dipengaruhi dengan variabel makroekonomi. Variabel makroekonomi yang diteliti secara bersama-sama mempengaruhi return portofolio. Menurut perhitungan yang dilakukan terhadap variabel krisis untuk ketiga model berdasarkan perhitungan tidak memiliki pengaruh secara signifikan sehingga Ha4 dapat ditolak. variabel nilai PDB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return portofolio hanya pada model Markowitz (tolak Ha3), sedangkan untuk model lainnya berpengaruh signifikan (terima Ha3). Ha1 dapat diterima pada tiap model pembentukan portofolio dimana inflasi berpengaruh negatif atau mempunyai hubungan yang berlawanan arah terhadap return portofolio. Berdasarkan perhitungan Ha2 tidak dapat diterima karena nilainya positif yang menunjukkan hubungan yang searah dengan return portofolio Berdasarkan keempat model penilaian kinerja portofolio optimal, pembentukan portofolio optimal dengan constant correlation model memiliki kinerja yang paling baik dibandingkan dengan single indeks model dan Markowitz model. Kata kunci: Constant Correlation Model, Markowitz Model, Portofolio Optimal, Single Indeks Model
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DAN PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM LQ 45
ISWIDIARMAN ANGGA KRISLIANTO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc.
Judul Tesis
: Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham LQ 45
Nama
: Iswidiarman Angga Krislianto
NIM
: H251110211
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS
Tubagus Ahmad Maulana, PhD, MSc, MBA.
Ketua
Anggota
Diketahui Ketua Program Studi
An. Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Manajemen
Sekretaris Program Magister
Dr. Ir. Jono M Munanadar, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc.
PRAKATA Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam karya ilmiah ini membahas mengenai portofolio optimal saham dan pengaruh makroekonomi terhadap portofolio optimal saham. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang terselesaikannya karya ilmiah ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada Bapak Dr. Ir Sri Hartoyo MS dan Bapak Tubagus Ahmad Maulana, Phd, MSc, MBA selaku pembimbing, serta kepada Para Staf TU Ilmu Manajemen yang telah banyak membantu penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan istri tercinta serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Bogor,
Juli 2015
Iswidiarman Angga Krislianto
DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
7
2 . TINJAUAN PUSTAKA Investasi
8
Saham
9
Stock Splits
9
IndeksSaham
10
LQ 45
10
Risiko dan Return
10
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham/ Portofolio
11
Portofolio
12
Model Markowitz
12
Model Indeks Tunggal
13
Constant Correlation Mode
14
Kinerja Portofolio
14
Penelitian Terdahulu
15
3. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
19
Populasi dan Sampel
19
Pengumpulan Data
20
Pengolahan dan Analisis Data
20
4. PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian
31
Pembentukan Portofolio
36
Return Portofolio dan Standar Deviasi
37
Hubungan Faktor Makroekonomi terhadap Return Portofolio Terpilih
38
Return Portofolio yang Dipengaruhi Faktor Makroekonomi
42
Pengukuran Kinerja Portofolio Saham
43
Perbandingan Kinerja Portofolio Terpilih dengan Portofolio Rata-Rata Tertimbang
44
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
45
Saran
45
Implikasi Manajerial
46
DAFTAR PUSTAKA
47
DAFTAR TABEL 1 KinerjaTransaksi Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
2
2 Data Ratio Simpanan Masyarakat dengan Kapitalisasi Pasar Saham
2
3 Indikator Ekonomi Indonesia Periode 2008-2012
5
4 Daftar perusahaan di LQ 45 yang sesuai dengan kriteria penelitian
19
5 Return Portofolio, Varian Portofolio dan Standar Deviasi Portofolio
37
6 Hasil Uji Normalitas
38
7 Hasil Uji Multikolinieritas SIM, CCM dan Markowitz
38
8 Uji Autokorelasi single indeks model, constant correlation model dan markowitz model
39
9 Uji Heteroskedastisitas
39
10 Uji F (F-Test)
40
11 Uji T (T-Test)
40
12 Koefisien Determinasi
41
13 Return Portoflio, Varian Portofolio, Standar Deviasi Portofolio dan Koefisien Variasi yang Dipengaruhi Faktor Makroekonomi
42
14 Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan Information Ratio
43
15 Return Portofolio, Varian Portofolio dan Standar Deviasi Portofolio Rata-rata Tertimbang
44
DAFTAR GAMBAR 1 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun Januari 2008September 2013
3
2 Grafik Indeks LQ 45 3 tahun terakhir 3 Kerangka Pemikiran
4 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Makroekonomi Bulanan Tahun 2008-Juli 2013
50
2 Return Markowitz Dengan Pengaruh Makroekonomi
52
3 Return CCM Dengan Pengaruh Makroekonomi
54
4 Return SIM Dengan Pengaruh Makroekonomi
56
5 Return Rata-Rata Tertimbang Dengan Pengaruh Makroekonomi
58
6 Tabel Korelasi Saham
60
7 Perhitungan Kinerja Saham
62
8 Tabel ER Portofolio Saham
63
9 Tabel Hasil Regresi
64
10 Riwayat Hidup
65
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam melakukan analisis investasi, investor sering menghadapi masalah risiko dan return dari investasinya. Investasi yang dapat dilakukan oleh investor mencakup investasi pada sektor riil dan investasi pada sektor keuangan. Investasi pada sektor riil itu sendiri adalah investasi yang bersifat nyata dalam bentuk fisik seperti di bidang manufaktur, pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan investasi dalam sektor keuangan yaitu investasi dalam bentuk surat berharga seperti saham, obligasi dan lain-lain. Bentuk investasi di sektor keuangan ini memberikan keuntungan bagi investor dan bagi perusahaan. Bagi investor, dengan berinvestasi di sektor keuangan maka akan memberikan return dari investasinya dan bagi perusahaan adalah sebagai sarana untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Berinvestasi di saham adalah salah satu investasi pada sektor keuangan yang banyak dilakukan pada perekonomian modern. Sektor keuangan Indonesia, khususnya pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal semakin berkembang dan semakin meningkatnya keinginan masyarakat bisnis untuk mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank. Dengan menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal, perusahaan mampu mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. Pada tahun 2008, telah terjadi krisis ekonomi global yang disebabkan macetnya kredit perumahan di Amerika Serikat sehingga memicu jatuhnya harga saham di seluruh dunia. Indonesia pun mengalami dampaknya, ini dapat dilihat dari nilai IHSG yang mengalami penurunan dari level tertinggi di tahun 2008 sebesar 2830,26 ke posisi terendah di level 1.111,39 (turun 60,73%). Berdasarkan tabel 1, data rata-rata harian perdagangan saham di bursa mengalami fluktuasi . Volume dan nilai perdagangan saham pada periode 20082012 mengalami fluktuasi harga. Walaupun begitu frekuensi perdagangan sahamnya mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Dari perspektif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terlihat kinerja transaksinya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai nilai 4.375,169 poin. Pada perspektif jumlah emiten yang terdapat di bursa dapat dilihat mengalami peningkatan. Semakin banyaknya jumlah emiten yang terdapat di BEI diharapkan akan menarik investor untuk berinvestasi pada pasar modal, ini dikarenakan semakin banyaknya pilihan yang bisa diambil oleh investor untuk berinvestasi di saham. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasar pun tiap tahunnya mengalami tren peningkatan ini menunjukkan bahwa perdagangan saham ini semakin dijadikan pilihan bagi para pelaku bisnis di Indonesia. Perkembangan kinerja transaksi saham pada Bursa Efek Indonesia ini menggambarkan perekonomian Indonesia yang baik. Banyak perusahaan menggunakan pasar modal ini sebagai sarana untuk mendapatkan investor serta sebagai media untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Dari sudut pandang ekonomi nasional, pasar modal berfungsi sebagai
2 salah satu sarana pergerakan dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah. Tabel 1 Kinerja Transaksi Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Rata-RataTransaksi Harian Nilai Volume Frek (Rp. (Juta) (X) Miliar) 3.283 4.436 55.905 6.090 4.046 87.040 5.432 4.801 105.790 4.873 4.953 113.454 4.284 4.537 121.712
Indeks Harga Saham Gabungan Tertinggi
Terendah
Akhir
Kapitalisasi Pasar (Rp Miliar)
2.830,263 2.534,356 3.786,097 4.193,441 4.375,169
1.111,390 1.256,109 2.475,572 3.783,709 3.654,582
1.355,408 2.534,356 3.703,512 3.888,569 4.316,687
1.988,326 2.019,375 3.247,097 3.537,294 4.126,995
Jumlah Emiten 383 398 398 440 459
Pergerakan Indeks Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu indeks yang menjadi patokan investor dalam melihat kinerja suatu saham, kinerja pasar modal dan juga bahkan kinerja ekonomi suatu negara dapat dilihat pada gambar 1. Walaupun pada tahun 2008 mengalami penurunan sebagai akibat dari dampak krisis ekonomi global, akan tetapi setelah tahun 2008, pergerakan indeks harga saham gabungan menunjukkan trend positif. Dengan kondisi yang menunjukkan tren yang positif ini, harapan akan investasi saham bagi investor untuk mendapatkan sejumlah keuntungan semakin besar. Tabel 2 Data Ratio Simpanan Masyarakat dengan Kapitalisasi Pasar Saham Tahun
Simpanan Masyarakat (Milliar Rupiah)
Growth
Kapitalisasi pasar saham (Milliar Rupiah)
Growth
Ratio
2008
3.364.326,00
-
1.988.326,00
-
0,5910028
3.827.142,00
0,14
2.019.375,00
0,02
0,5276457
4.609.749,55
0,20
3.247.097,00
0,61
0,7043977
5.472.830,16
0,19
3.537.294,00
0,09
0,6463373
2012
6.327.038,94
0,16
4.126.995,00
0,17
0,6522791
Rata-rata
4.720.217,33
0,17
2.983.817,40
0,22
0,62
2009 2010 2011
Berdasarkan Tabel 2 mengenai data simpanan masyarakat Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, simpanan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dapat dilihat dari pertumbuhan rata-rata simpanan masyarakat sebesar 0,17%. Simpanan masyarakat yang besar menggambarkan bahwa terdapat potensi dana yang besar yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan investasi. Kapitalisasi pasar pun menunjukkan tren peningkatan selama tahun 2008-2012, rata-rata pertumbuhan kapitalisasi pasar saham adalah 0,22% yang menggambarkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di saham semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan
3 kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia, ratio rata-rata antara kapitalisasi pasar dengan simpanan masyarakat adalah 0,62. Y=Poin
X=Tahu n
Gambar 1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Januari 2008September 2013 Banyaknya pilihan investasi yang ada mengharuskan investor dapat membuat analisis investasi sebelum berinvestasi. Perkembangan instrumen investasi, teknologi dan terbukanya akses informasi data semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan investasi. Walaupun begitu, peningkatan kemampuan analisis sangat penting untuk memilih investasi mana yang memberikan return yang maksimal dengan meminimalkan risiko yang ada. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang optimal dari pilihan investasinya. Portofolio dapat diartikan sebagai investasi dalam berbagai instrument keuangan yang dapat diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang dengan tujuan menyebarkan sumber perolehan return dan kemungkinan resiko. Instrument keuangan dimaksud meliputi saham, obligasi, valas, deposito, indeks harga saham, produk derivatif lainnya (Samsul, 2006). Teori portofolio mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan risiko tertentu. Inti dari teori ini adalah mempelajari bagaimana mengkombinasikan saham-saham ke dalam portolio ( Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Investor yang ingin berinvestasi di saham dihadapkan pada pertanyaan dimana tempat yang tepat untuk berinvestasi. Investor menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi dan menganalisis saham-saham yang terdapat di bursa. Indeks saham dibentuk untuk memberikan informasi kepada investor dengan memberikan gambaran pergerakan harga saham dengan menggunakan suatu indeks harga saham. Salah satu indeks saham yang sering menjadi acuan investor dalam berinvestasi di saham adalah indeks LQ 45. LQ45 adalah indeks saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas yang tinggi. Indeks LQ 45 ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan seperti berdasarkan kapitalisasi pasarnya, prospek dan kondisi keuangan perusahaan. Jika kita melihat perkembangannya, indeks LQ45 (gambar
4 2) dapat diandalkan sebagai acuan investasi. Meskipun pergerakan grafiknya menunjukkan kenaikan dan penurunan, akan tetapi nilai indeks LQ 45 cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa LQ45 pantas dijadikan oleh para investor untuk tempat berinvestasi dengan harapan para investor mendapatkan keuntungan.
Y=Poin
X=Periode
Gambar 2. Grafik Indeks LQ 45 3 tahun terakhir Untuk memperoleh return yang dikehendaki dan risiko minimal bukanlah hal yang mudah. Ini dikarenakan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi return saham dan tingkat risiko saham. Contohnya adalah inflasi, nilai tukar rupiah dan PDB. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Skendra (2005) yang menyatakan bahwa inflasi dan nilai tukar ternyata mempengaruhi return saham dan return pasar. Inflasi berpengaruh positif terhadap return pasar dimana apabila inflasi naik maka akan menyebabkan harga output akan naik sehingga pendapatan perusahaan pun akan naik, kinerja perusahaan akan naik, harga saham akan naik dan indeks harga saham gabungan pun akan naik. Indeks nilai tukar pada bulan yang bersangkutan berpengaruh positif terhadap return pasar karena jika indeks nilai tukar pada bulan yang bersangkutan naik maka nilai jual barang akan naik, permintaan ekspor semakin tinggi dan pendapatan perusahaan akan naik yang mengakibatkan kinerja perusahaan dan saham akan menjadi baik. Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memperlihatkan bahwa kegiatan di pasar modal mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi ekonomi makro, karena itu kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan pendorong bagi berkembangnya pasar modal. Kondisi krisis ekonomi tentu saja akan mempengaruhi kondisi pasar saham yang akan menurunkan kinerja pasar saham suatu negara yang mengalami krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiono (2010) ini menyatakan bahwa dalam jangka pendek perubahan nilai tukar sebesar 1 persen akan mengakibatkan perubahan saham LQ 45 sebesar 2,7
5 persen dan 3,81 persen dengan arah perubahan yang berlawanan dengan perubahan nilai tukar. Sedangkan dalam jangka panjang perubahan nilai tukar sebesar 1 persen akan mengakibatkan perubahan saham LQ 45 sebesar 1,17 persen dan 0,72 persen dengan arah yang berlawanan dengan perubahan nilai tukar. Dalam jangka panjang variabel nilai tukar mempunyaki pengaruh yang paling besar terhadap saham LQ 45. Pengukuran perekonomian suatu negara dalam analisis makro adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. PDB yang meningkat akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi, begitu juga sebaliknya. Apabila pertumbuhan ekonomi tinggi maka seharusnya investasi akan tinggi juga. Apabila investasi meningkat maka seharusnya akan mempengaruhi nilai return saham di perusahaan. Tabel 3. Indikator Ekonomi Indonesia Periode 2008-2012 Nilai tukar (rupiah)
PDB (Milliar rupiah)
2008
9.679,55
4.948.688,40
11,06
1.988.326,00
2009
10.398,35
5.606.203,40
2,78
2.019.375,00
2010
9.084,55
6.446.851,90
6,96
3.247.097,00
2011
8.779,49
7.422.781,20
3,79
3.537.294,00
2012
9.380,39
8.241.864,30
4,3
4.126.995,00
Tahun
Inflasi (%)
Kapitalisasi pasar (Milliar rupiah)
Sumber : Data yang diolah Pada tabel 3 diatas adalah beberapa indikator Indonesia, dapat dilihat bahwa tren nilai tukar rupiah dan inflasi dari tahun 2008-2012 mengalami penurunan sedangkan tren PDB dan kapitalisasi pasar tahun 2008-2012 mengalami kenaikan. Kondisi makroekonomi Indonesia secara garis besar berada pada kondisi yang cukup baik dilihat dari beberapa indikator makroekonomi diatas yang menunjukkan adanya peluang investasi bagi para investor karena cukup stabilnya kondisi makroekonomi Indonesia. Perumusan Masalah Investasi saham memiliki tingkat risiko yang tinggi karena adanya unsur ketidakpastian. Tujuan utama para investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga jual dan harga beli saham; dan dividend yang diterima dari emiten karena perusahaan mendapatkan keuntungan. Namun, investor bisa saja mengalami capital loss, yaitu harga jual lebih rendah daripada harga beli saham. Inilah hal yang tidak diharapkan oleh investor. Setiap kegiatan investasi pasti memiliki risiko yang harus ditanggung oleh investor sehingga pemilihan pada jenis investasi yang akan ditanamkan oleh investor tersebut harus dilakukan dengan hati-hati. Dalam memilih jenis investasi, investor tidak hanya memperhatikan intuisi bisnis semata, tetapi harus menggunakan analisis yang baik dan cermat, berdasarkan informasi
6 yang akurat. Analisis yang dilakukan harus memperhatikan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dapat memberikan dampak pada kondisi ekonomi secara makroekonomi dan prospek bisnis di masa yang akan datang. Diperlukan kajian analisis mengenai faktor makroekonomi terhadap saham agar investor dapat mendapatkan informasi dan manajemen risiko yang baik dalam berinvestasi di saham. Pembentukan portofolio yang memberikan hasil yang optimal juga perlu dilakukan bagi investor untuk mengoptimalkan return dengan mempertimbangkan risiko tertentu. Pembentukan portofolio optimal ini mempertimbangkan sejumlah portofolio efisien yang sudah dibentuk sebelumnya dan mengukur kinerja dari tiap-tiap portofolio yang terbentuk untuk kemudian dipilih portofolio yang paling optimal berdasarkan ukuran kinerja yang ada. Pemilihan portofolio dengan menggunakan Indeks LQ 45 diharapkan memudahkan investor untuk berinvestasi di pasar saham karena semakin memberikan penjelasan rinci dan semakin mempertajam mengenai saham mana saja di LQ 45 yang memberikan portofolio dan kinerja yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Model manakah yang memberikan portofolio yang paling optimal? 2. Bagaimana pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, PDB dan krisis ekonomi terhadap return portofolio saham di LQ 45? 3. Bagaimana mengukur kinerja portofolio yang dihasilkan pada saham-saham di LQ 45? Tujuan Penelitian 1. 2. 3.
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah: Membandingkan tiga model pembentukan portofolio dalam membentuk portofolio yang optimal? Menganalisis hubungan antara inflasi, nilai tukar rupiah, PDB dan krisis ekonomi terhadap return portofolio saham di LQ 45 Mengevaluasi kinerja portofolio yang sudah dihasilkan dari saham-saham di LQ 45 Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : Investor Investor yang akan berinvestasi di saham dapat menentukan model pembentukan portofolio yang terbaik dan mengetahui kinerja dari portofolio saham pada indeks LQ 45. Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan untuk menambah wawasan tentang pembentukan portofolio saham dan pengukuran kinerja saham. Perusahaan
7 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan mengenai ukuran kinerja perusahaan yang akan mempengaruhi investor dalam melakukan investasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi saham pada bursa saham di BEI. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada saham-saham yang masuk pada LQ 45 selama periode februari 2008- juli 2013 dan tidak melakukan stock split karena akan menyebabkan bias dalam perhitungan return saham. Pembahasan dibatasi hanya pada analisis expected rate of return dan risiko saham, analisis koefisien korelasi antar saham perusahaan LQ 45 terpilih, analisis pembentukan portofolio yang optimal dengan menggunakan metode Single Index Model,Constant Correlation Model dan Teori Markowitz. Pengukuran kinerja portofolio dilakukan dengan menggunakan empat metode pengukuran portofolio yaitu Treynor’s measure, Sharpe’s, Jensen’s measure dan Information Ratio’s measure. Perhitungan pengaruh faktor makroekonomi dengan return dan kinerja portofolio saham dibatasi hanya pada inflasi, nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan PDB. Ketiga parameter ini juga adalah parameter yang berpengaruh terhadap komposisi portofolio yang optimal.
8
2 TINJAUAN PUSTAKA Investasi Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatatkan nilai yang lebih besar di masa yang akan datang (Arifin, 2005). Seorang investor dapat melakukan investasi baik dalam sektor riil maupun sektor keuangan. Yang dimaksud dengan sektor riil adalah seperti bidang manufaktur, properti, perkebunan, pertanian, dan lain sebagainya dimana bersifat nyata dalam bentuk fisik. Investasi dalam sektor keuangan adalah investasi dalam bentuk instrument keuangan seperti saham, obligasi dan surat-surat berharga. Setiap melakukan keputusan investasi selalu memerlukan suatu proses yang akan memberikan gambaran setiap tahap yang akan ditempuh oleh seorang investor. Adapun untuk mengambil keputusan tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Husnan, 2003). a. Menentukan Kebijakan investasi Pada awalnya investor harus menentukan tujuan investasinya dan besar investasi yang akan dilakukan. Terdapat hubungan yang erat antara return dan risiko investasi, sehingga investor tidak dapat mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya karena pada dasarnya investasi yang dilakukan mengandung risiko yang merugikan. Jadi dalam hal ini tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko. b. Analisis Sekuritas Pada tahap ini investor melakukan analisis secara individual maupun kelompok surat berharga. Terdapat dua pendapat dalam melakukan analisis sekuritas, yaitu pertama terdapat sekuritas misspriced (harga sekuritas yang salah, yaitu terlalu rendah atau terlalu tinggi). Analisis sekuritas ini dapat dilakukan berdasar informasi fundamental maupun teknikal, dengan analisis ini surat berharga yang misspriced dapat terdeteksi. c. Pembentukan Portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas yang akan dipilih, dan besar proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyaknya sekuritas atau diversifikasi surat berharga dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang akan ditanggung. d. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan tiga tahap sebelumnya, dengantujuan melakukan revisi atau perubahan terhadap portofolio apabila diperlukan. Hal ini dilakukan investor apabila dirasa portofolio yang ada tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko investor. e. Evaluasi Kinerja Portofolio Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.
9 Saham Saham sebagai salah satu bentuk investasi dalam sektor keuangan saat ini banyak dilakukan pada perekonomian modern. Pengertian saham menurut Husnan (2003) menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan disebut sebagai pemegang saham, tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan. Sedangkan menurut Fahmi (2012) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh public yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (Preference stock). a. Common Stock (Saham Biasa) Suatu surat berharga yang dijual suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjtunya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden. b. Preferred Stock (Saham Istimewa) Suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartal. Stock Splits Menurut Fahmi (2012) Stock splits adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham. Kebijakan melaksanakan penerbitan stock spilts dilandasi oleh berbagai bentuk tujuan, yaitu : a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan public untuk membeli/ memiliki saham tersebut b. Mempertahankan tingkat likuiditas saham c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tesebut d. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau e. Menambah jumlah saham yang beredar f. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. Sebagian Perusahaan beruapaya menyampaikan informasi atau sinyal kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan positif. Stock split diharapkan member sinyal kepada investor bahwa saham perusahaan masih undervalue dan akan terjadi peningkatan dividend yield dimasa yang akan datang. Stock split dalam sebuah pasar efisien, seharusnya tidak menimbulkan abnormal return, karena seluruh investor mendapat informasi yang sama. Pada kenyataannya, Stock Split dapat dilihat melalui perubahan volume perdagangan dan perubahan harga dimana perubahan harga tersebut akan mempengaruhi return
10 actual saham melalui capital gain, sehingga dapat menimbulkan selisih antara expected return dan return actual (abnormal return). Indeks Saham Dalam transaksi investasi saham terdapat berbagai macam masalah yang rumit dan berbeda beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi yang bersifat spesifik, diperlukan suatu system pemetaan kejadian-kejadian historis menyangkut fakta maupun nilai tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham di masa lalu. Bentuk informasi yang tepat menggambarkan pergerakan harga saham dimasa lalu adalah suatu indeks harga saham. Indeks saham menurut Samsul (2006) adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks. Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah. Fahmi (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis indeks harga saham, yaitu: 1. Indeks Harga Saham Individual 2. Indeks Harga Saham Gabungan a. Seluruh Saham b. Kelompok Saham (contohnya adalah Indeks LQ 45, Indeks JII, dll) c. Jenis Usaha (Sektoral) LQ 45 Menurut Widioatmodjo (2009) yang disebut LQ 45 yaitu perhitungan indeks atas dasar 45 saham terpilih (likuid) di BEI. Sedangkan pengertian indeks LQ 45 menurut Wijaya (2006) indeks LQ 45 adalah indeks yang hanya mencatat perubahan harga rata-rata dari 45 saham bluechips berkinerja terbaik dan paling likuid di Bursa Efek Jakarta. Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa criteria pemilihan, Seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan beberapa kriteria. Kriteria pemilihan saham untuk indeks LQ 45 menurut IDX (2013) adalah sebagai berikut : 1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 2. Telah tercatat di BEJ selama paling sedikit 3 bulan Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar regular. Risiko dan Return Dalam berinvestasi terdapat risiko yang akan dihadapi oleh para investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil
11 berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2012). Menurut Sunariyah (2006), dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya risiko investasi yang terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu: risiko tidak sistematik (unsystematic risk) dan risiko sistematik (systematic risk). Adapun pengertian dari systematic risk dan unsystematic risk menurut Fahmi (2012) adalah: a. Sytematic risk Sytematic risk (risiko sistematis) adalah risiko yang tidak bisa didiversivikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran serta moral hazard. b. Unsystematic risk Risiko yang tidak sistematis, yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami unsystematic risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti diversifikasi portofolio. Tujuan investor untuk berinvestasi adalah mengharapkan return dari investasi yang dilakukannya. Return menurut Fahmi (2012), adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Risiko dan return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return juga akan tinggi begitu juga sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah (Fahmi, 2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham/ Portofolio Kinerja saham atau portofolio saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berada di dalam perusahaan dan berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Baik-buruknya kinerja perusahaan dapat tercermin dari rasio keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar perusahaan dan berkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan, faktor eksternal dapat disebut sebagai kondisi ekonomi makro. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara berkelanjutan. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
12 Kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam harga mata uang lain. Misalnya kurs rupiah atas dolar AS menunjukkan nilai rupiah yang diperlukan untuk setiap dolar AS. Perubahan kurs rupiah atas dolar AS berdampak berbeda terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam kurs USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten yang berorientasi pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD tersebut sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham. Menurut Oktavia, dkk. (2013), kurs atau nilai tukar dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi pertumbuhan ekonomi yang relatif baik atau stabil. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Badan Pusat Statistik, PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Menurut Miskhin dalam Rahayu dan Utami (2003), mengatakan bahwa ada lima faktor yang dapat mengarahkan pada semakin memburuknya masalahmasalah pemilihan yang merugikan dan bahaya moral di pasar keuangan, dan pada akhirnya akan menyebabkan krisis keuangan; yaitu menurunnya bursa saham, meningkatnya suku bunga, penurunan arus harga agregat yang tidak terantisipasi, meningkatnya ketidakpastian dan kepanikan bank. Ini berarti krisis ekonomi akan memberi dampak terhadap aktivitas pasar modal yang tercermin pada merosotnya harga pasar saham yang tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Portofolio Menurut Sunariyah (2006), portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva rill, aktiva finansial ataupun keduanya. Adapun tujuan pembentukan portofolio menurut Sunariyah (2006) adalah sebagai berikut: 1. Pada tingkat risiko tertentu berusaha mencapai keuntungan semaksimal mungkin 2. Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai risiko yang minimal. Model Markowitz Dalam menentukan kebijakan investasi, ada dua faktor utama, yaitu tingkat keuntungan dan tingkat risiko. Tingkat risiko yang ditanggung oleh investor berarti keuntungan yang diharapkan bersifat tidak pasti, dimana secara statistic digambarkan sebagai besaran varian σ2. Semakin besar varian portofolio semakin
13 berisiko portofolio yang dimaksud, namun semakin berisiko portofolio semakin besar peluang untuk memperoleh keuntungan atau sebaliknya kerugian. Penggunaan alat statistik dalam analisa investasi portofolio pada awalnya dikemukakan oleh Markowitz. Markowitz menunjukkan bahwa ketika seorang menambahkan suatu asset ke dalam portofolio investasinya, maka total risiko dari portofolio akan berkurang namun ekspektasi returnnya tetap sebesar rata-rata tertimbang dari ekspektasi return masing-masing asset yang ada di portofolio. Dengan kata lain diversifikasi akan menurunkan risiko total tanpa mengorbankan return. Ini berarti penyeleksian suatu asset untuk dimasukkan ke dalam portofolio ditentukan oleh besarnya kovarian asset tersebut terhadap asset lainnya. Asset dengan kovarian kecil akan lebih disukai dibandingkan dengan asset yang memiliki kovarian besar (Muis, 2008). Teori Markowitz ini mempertimbangkan asumsi-asumi tertentu dalam merumuskan kebijakan portofolio investasi. Apabila asumsi tersebut tidak dapat terpenuhi maka kesimpulan yang diambil harus penuh pertimbangan. Menurut Sunariyah (2006) asumsi-asumsi dalam model Markowitz adalah sebagai berikut: 1. Seorang pemodal mempunyai sejumlah uang tertentu 2. Sejumlah uang tersebut diinvestasikan untuk jangka waktu tertentu disebut holding period. 3. Pada akhir masa tertentu (holding period) pemodal akan menual sahamnya 4. Pemodal akan mencoba menghindari risiko (risk averse) 5. Untuk menghindari risiko, pemodal mencoba melakukan diversifikasi investasinya 6. Pemodal menghadapi beberapa portofolio dimana harga sudah pasti. Masalahnya adalah bagaimana mengalokasikan uang mereka diantara berbagai portofolio untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan 7. Pemodal mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari masing-masing portofolio 8. Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi 9. Pilihan untuk investasi tidak tergantung pada pemodal lain. Model Indeks Tunggal (Single Index Model) Salah satu model yang dikembangkan berdasarkan logika yang sangat sederhana untuk peramalan keuntungan yang diharapkan berdasarkan data pasar sebelumnya adalah, bahwa pada saat pasar membaik, yang mana ditunjukkan oleh indeks pasar (misalnya IHSG), harga-harga saham individual juga meningkat, dan sebaliknya. Ini berarti tingkat keuntungan suatu saham (Ri) ada korelasinya (berkaitan dengan slope regresi atau variabel β) dengan kondisi pasar, yang mana secara kuantitatif tercermin dari perubahan tingkat keuntungan indeks pasar (Rm). Ri = ai + βi Rm Parameter ai merupakan komponen dari tingkat keuntungan yang tidak terpengaruh oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini pada dasarnya terdiri dari dua elemen, yaitu elemen yang menunjukkan nilai pengharapan α dan elemen e yang menunjukkan sifat acak dari ai sendiri (Muis, 2008).
14 Constant Correlation Model Sama dengan model indeks tunggal, cara lain dari seleksi portofolio adalah constant correlation model. Dengan metode ini, pasangan koefisien korelasi saham-saham diasumsikan konstan. Proses pembentukan portofolio optimal dengan metode ini sama dengan model indeks tunggal. Satu-satunya perbedaan adalah terletak pada penentuan peringkat saham yang akan masuk dalam portofolio dimana pada constant correlation model menggunakan Excess Return to Standard Deviation (rasio ERS), dimana pada model indeks tunggal Excess Return to Beta (rasio ERB) (Leung, 2009). Kinerja Portofolio Dalam menilai kinerja portofolio, tidak bisa hanya dengan melihat return portofolio saja tetapi juga perlu melihat faktor lain yaitu tingkat risikonya. Teori yang mendasari penilaian kinerja portofolio adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah model penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa ekspektasi return atas sekuritas tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitivitas sekuritas terhadap perubahan return portofolio pasarnya (Fahmi, 2012). Model CAPM ini merupakan pengembangan dari teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik ( unsystematic risk). CAPM memberikan prediksi yang tapat antara hubungan risiko suatu asset dengan expected return. Pengukuran kinerja portofolio digunakan untuk mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return diatas return portofolio lainnya yang dijadikan benchmark. Pengukuran kinerja portofolio juga digunakan untuk mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang harus ditanggung investor. Ukuran Kinerja Portofolio Sharpe Dasar pengukuran metode sharpe adalah risk premium. Artinya selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh saham dengan rata-rata kinerja investasi bebas risiko. Indikasinya adalah semakin tinggi nilai rasio sharpe, maka semakin baik kinerja suatu saham. Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai risk premium terhadap standar deviasinya. Standar deviasi merupakan risiko fluktuasi harga saham karena berbah-ubahnya laba yang dihasilkan selama seluruh periode. Dengan mengukur risk premium dengan standar deviasi, sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil ( Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Ukuran Kinerja Portofolio Treynor Sama dengan metode Sharpe, hanya pembaginya bukan deviasi standar namun beta. Beta adalah risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai rasio Treynor, semakin baik kinerja portofolio nya ( Kodrat dan Indonanjaya, 2010).
15 Ukuran Kinerja Portofolio Jensen Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas pengembangan CAPM. Kelebihan metode ini digambarkan sebagai perpotongan garis regresi linier pada sumbu y dan disebut dengan perpotongan Jensen dengan notasi Alfa (a). Semakin tinggi nilai Alfa positif, semakin baik kinerjanya( Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Ukuran Kinerja Information Ratio Information Ration (IR) atau yang juga dikenal sebagai Appraisal Ratio adalah ukuran yang dipakai untuk melihat kemampuan investor dalam memanfaatkan kemampuan dan informasi yang dimiliki untuk menciptakan return portofolio yang berbeda dari benchmarknya (Bodie et al, 2009). Semakin tinggi nilai information ratio maka semakin baik kinerjanya. Penelitian Terdahulu Utami dan Rahayu (2003) dengan jurnal yang berjudul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham selama krisis ekonomi di Indonesia. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi. Secara parsial hanya suku bunga dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama periode krisis ekonomi tersebut. Skendra (2005) dengan judul penelitian “Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah dan bunga deposito terhadap portofolio optimum saham-saham bluechips di bursa efek” menyatakan bahwa inflasi, nilai tukar dan bunga deposito berpengaruh terhadap return pasar dan mempengaruhi pula tingkat keuntungan dan resiko yang diterima oleh masing- masing saham. Inflasi dan indeks nilai tukar berpengaruh positif terhadap return pasar sedangkan bunga deposito pemerintah berpengaruh negatif terhadap return pasar. Eko (2007) dengan jurnal yang berjudul “ Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal saham-saham LQ 45”. Penelitian ini dilakukan dengan untuk mencari portofolio optimal saham dengan menggunakan single index model dan constant correlation model. Single index model adalah model portofolio dengan menggunakan Excess return to Beta ratio (ERB) dan nilai C* untuk mendapatkan portofolio optimal. Tidak seperti single index model, constant correlation model menggunakan Excess return to standard deviation (ERS). Portofolio optimal yang dibentuk dengan menggunakan model indeks tunggal maupun model korelasi konstan mengindikasikan bahwa investor harus mengalokasikan dana terbesarnya pada Saham TLKM, sedangkan portofolio optimal yang dibentuk dengan menggunakan model korelasi konstan memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan portofolio optimal yang dibentuk dengan menggunakan model indeks tunggal. Membentuk portofolio optimal, investor harus mempertimbangkan beberapa faktor lain diluar faktor harga saham, Indeks LQ-45,
16 tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), faktor makro ekonomi dan analisis fundamental emiten. Penelitian ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua saham atau lebih akan berkorelasi (bergerak bersama) dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model, yaitu Indeks LQ-45. Namun, dalam kenyataannya tingkat pengembalian saham (expected return) dan tingkat risiko yang digambarkan dengan standar deviasi dan kovarians saham secara aktual tidak hanya sensitif terdapat lebih dari satu faktor yang mempengaruhinya. Aththobarry (2009) dalam penelitian yang berjudul ” Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti”. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan secara parsial nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks saham sektor properti. Untuk Variabel SBI dan pertumbuhan GDP secara parsial tidak signifikan dalam mempengaruhi indeks Properti. Prio (2010) dalam penelitiannya mengenai “Pengaruh Pasar Saham Dunia Dan Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG Dan LQ45”. Variabel makroekonomi yang mempengaruhi IHSG dan LQ45 secara signifikan adalah Industrial Production Index, Nilai Tukar, dan Suku Bunga SBI. Nilai Tukar memberikan pengaruh yang positif terhadap IHSG dan LQ45. Sedangkan Industrial Production Index dan Suku Bunga memberikan pengaruh yang negatif terhadap IHSG dan LQ45. Jayadin (2012), dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Makroekonomi, IHSG dan Harga Minyak Dunia Terhadap Return Saham Energi dan Pertambangan Energi” memberikan kesimpulan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, penguatan IHSG dan peningkatan harga minyak dunia akan memberikan return yang baik bagi saham-saham energi dan pertambangan energi di BEI begitupula sebaliknya. Nezky (2013) dengan jurnal yang berjudul “ Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat terhadap Bursa Saham dan Perdagangan Indonesia”. Hasil penelitian ini adalah krisis di Amerika Serikat berpengaruh signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbukti memberikan respon yang searah terhadap gejokan Dow Jones Industrial Average (DJI). Perubahan Dow Jones Industrial Average (DJI) ini lebih berperan dalam menjelaskan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibandingkan nilai tukar, Indeks Produksi (IP), dan Pajak Perdagangan Internasional (PPI). Pasar modal Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh pasar modal asing, sehingga jika terjadi shock pada indeks saham besar luar negeri akan dengan mudah menimbulkan kepanikan di kalangan investor domestik.
17
3 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Banyaknya perusahaan yang masuk di Bursa Efek Indonesia memberikan berbagai macam pilihan bagi investor untuk berinvestasi. Pilihan terbaik untuk berinvestasi salah satunya adalah dalam bentuk saham LQ 45, ini disebabkan karena saham LQ 45 adalah saham yang likuid, kapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan tinggi, memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, tidak fluktuatif dan secara obyektif telah diseleksi oleh BEI. Investor sebaiknya menentukan portofolio investasi dari saham yang akan dipilihnya untuk mendapatkan return yang optimal dengan risiko yang rendah. Masalahnya adalah bagaimana menentukan portofolio saham yang menghasilkan return yang optimal dengan risiko yang rendah berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil bagi seorang investor. Tahapan analisis dimulai dengan mengidentifikasi emiten-emiten yang konsisten dan tidak melakukan split stock pada Indeks LQ 45 periode februari 2008- juli 2013. Dengan menggunakan data harga saham penutupan harian (close price) pada Indeks LQ 45 maka dilakukan perhitungan expected rate of return, risiko, korelasi return antar saham dan nlai kovarian dari kelompok saham LQ 45 yang dianalisis. Tahapan berikutnya adalah dengan mencari portofolio optimal dengan memperhitungkan pengaruh inflasi, nilai tukar, PDB dan krisis ekonomi. Pada pembentukan portofolio optimal dengan memperhitungkan inflasi, nilai tukar , PDB dan krisis ekonomi. Langkah selanjutnya adalah dengan membentuk portofolio saham dengan menggunakan tiga metode, yaitu Markowitz, Constant Correlation Model dan Single Indeks Model. Pada tahapan pembentukan portofolio dengan model Markowitz, tahapan dimulai dengan menghitung return dan standar deviasi saham, mencari korelasi dan kovarian, menentukan portofolio saham, pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan menentukan bobot dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio. Untuk menentukan bobot saham tersebut digunakan program add-in solver excel, dengan target meminimumkan fungsi dari risiko untuk suatu return tertentu yang diharapkan. Pada pembentukan portofolio saham dengan menggunakan Single Index Model, diperlukan perhitungan return dan standar deviasi saham-saham, return dan risiko pasar, menentukan beta dan unsystematic risk untuk masing-masing saham, menghitung Excess Return to Beta Ratio (ERB), menentukan cut off point, dan menentukan proporsi saham untuk membentuk portofolio optimal. Pada pembentukan portofolio saham dengan menggunakan Constant Correlation Model pada awalnya identik dengan Single Index Model, perbedaannya yaitu terletak pada penentuan peringkat saham yang akan masuk dalam Constant Correlation Model dengan menghitung Excess Return to Standard Deviation. Dari hasil portofolio dengan Single Index Model, Constant Correlation Model dan Model Markowitz akan dinilai kinerjanya dengan empat metode pengukuran portofolio yaitu Treynor’s measure, Sharpe’s, Jensen’s measure dan
18 Information Ratio’s measure. Penilaian kinerja ini sebelumnyamemperhitungkan pengaruh faktor makroekonomi terhadap nilai return portofolio. Hasil return portofolio yang sudah didapatkan diregresikan dengan variabel makroekonomi untuk mendapatkan nilai return portofolio yang sudah dipengaruhi dengan variabel makroekonomi. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat model mana (Markowitz, single indeks model dan Constant correlation model) yang memberikan hasil yang optimal bagi investor. Saham Perusahaan di LQ 45
Saham Perusahaan yang sesuai 1. Konstan masuk di LQ 45 selama 2008 – 2012 2. Tidak melakukan Stock Split
Expected Rate of Return
Membentuk Portofolio saham 5 Single Index Model
Constant Correlation Model
Dipengaruhi Inflasi, Nilai Tukar, PDB dan Krisis ekonomi
Markowitz Model
Regresi Berganda
Penilaian kinerja Portofolio • Treynors measure • Sharpe’s measure • Jensen’s measure • Information Ratio
Selesai
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di saham-saham yang terdapat pada indeks LQ 45, dengan memilih saham-saham yang konsisten masuk di indeks LQ 45 pada
19 periode februari 2008- juli 2013 dan tidak melakukan stock split. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2013. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder sahamsaham yang terdapat di LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia. Saham LQ 45 ini memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi, memiliki prospek dan kondisi keuangan yang cukup baik. Data saham yang digunakan adalah data saham pada periode februari 2008 sampai dengan juli 2013. Dengan komponen data sertifikat Bank Indonesia sebagai komponen risk free diperoleh dari data statistik bulanan pada periode februari 2008- juli 2013. Sumber data yang digunakan adalah : 1. Harga closing price saham-saham per bulan yang konsisten masuk LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data IHSG pada periode Februari 2008- Juli 2013. 2. Tingkat suku bunga dari SBI Bank Indonesia pada periode Februari 2008-Juli 2013. 3. Data inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan PDB Indonesia Februari 2008- Juli 2013. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masuk ke dalam Indeks LQ 45 pada periode Februari 2008- Juli 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria tertentu, yaitu : 1. Memilih saham-saham yang masuk LQ 45 selama periode pengamatan (Februari 2008- Juli 2013). 2. Tidak melakukan stock split, dikarenakan akan menyebabkan bias dalam perhitungan return saham. Adapun daftar sampel perusahaan LQ 45 yang sesuai berdasarkan kriteria tersebut adalah sebanyak 10 perusahaan (tabel 4). Tabel 4. Daftar perusahaan di LQ 45 yang sesuai dengan kriteria penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kode AALI ANTM BBNI BDMN BMRI INDF PTBA PGAS TLKM UNTR
Nama Emiten PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk PT. Bank Negara Indonesia Tbk PT. Bank Danamon Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Perusahaan Gas Negara Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. United Tractors Tbk
20 Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari publikasi beberapa instansi yaitu : (1) Bursa Efek Indonesia (BEI), (2) Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Jalan Sudirman Kav 52-53 jakarta atau www.idx.co.id . (3) Data BI Rate didapat dari website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan yang berbentuk time series dari Februari 2008- juli 2013. (4) Data makroekonomi Indonesia (Inflasi, nilai tukar dan PDB) didapat dari website Bank Indonesia dan dari Badan Pusat Statistik. Khusus untuk data PDB karena data yang didapatkan adalah data triwulan maka perlu dilakukan interpolasi data untuk mendapatkan data GDP bulanan. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis secara kuantitatif yang digunakan untuk membentuk dan menganalisis ukuran kinerja portofolio yang terdiri dari saham-saham LQ 45 menggunakan Single Index Model, Constant Correlation Model dan Markowitz dengan dipengaruhi oleh faktor makroekonomi Indonesia. Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut: A. Perhitungan Return Setelah didapatkan saham-saham yang terpilih sesuai dengan kriteria penelitian (lihat tabel 2), maka terlebih dahulu melakukan perhitungan return harian saham dari masing-masing emiten (Ri). Perhitungan return harian pada saham adalah sebagai berikut: !! !!!!!
Rit =
!!!!
…………………………………………………………….…….....(3.1)
dimana: = Tingkat pengembalian saham i pada hari ke t Ri Pt = Harga penutupan pada hari ke t Pt-1 = Harga penutupan pada hari ke t-1 Perhitungan tingkat return yang diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: !
E(R ! ) =
!!"
!!! !
………………………………..………….……………...….(3.2)
dimana: E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari saham i Rij = Tingkat pengembalian saham i pada hari ke j n = Jumlah hari pengamatan saham Untuk menghitung varian return dari saham i dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : σi 2 =
!
!!!
dimana :
(!!" !! !! )! !
……………………………………...…….………….(3.3)
21 σi 2 = Varian return dari saham i Rij = Tingkat pengembalian saham i pada hari ke j E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari saham i Untuk menghitung standar deviasi saham dapat menggunakan persamaan berikut: !" =
!
(!!" !! !! )! ! !!!
!/!
………………..………………….…................(3.4)
dimana: σi = Deviasi standar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari saham i Rij = Tingkat pengembalian saham i pada hari ke j E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari saham i Risiko saham adalah deviasi standar dari return yang diharapkan (expected rate of return) pada saham tersebut. B. Perhitungan Kovarian Kovarian adalah ukuran statistik dari dua variabel random, nilai kovarian yang positif berarti nilai-nilai dari dua variabel cenderung bergerak kearah yang sama. Sedangkan kovarian yang bernilai negatif memiliki kecenderungan nilainilai dari dua variabel bergerak kearah yang berlawanan. Kovarian bernilai mendekati nol berarti hubungan antara dua asset tersebut kecil. Nilai kovarian dari saham dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ! ! Cov (σi,σj) = (!! − !! )(!! − !! )…………………...…….……………...(3.5) ! dimana: = Kovarian antar saham Cov (σi,σj) n = Jumlah return bulanan Ri = Return saham I Rj = Return saham J = Rata-rata return saham i !i !j = Rata-rata return saham j C. Perhitungan Koefisien Korelasi Koefisien korelasi merupakan gambaran dari tingkat keeratan hubungan antar dua peubah atau lebih dalam hal ini digunakan untuk menyatakan hubungan antara return satu saham dengan return saham lainnya. Cara perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ρi,j= !"#!(!"!#) !"!#
dimana: ρi,j Cov(σiσj) σi σj
……………………….………………….……...…...………….(3.6) = Korelasi antar saham = Kovarian antar saham = Standar deviasi saham i = Standar deviasi saham j
22 Nilai koefisien korelasi adalah antara -1 sampai dengan +1. Apabila koefisien korelasi bernilai positif maka kedua saham saling mempengaruhi dalam arah yang sama. Semakin tinggi nilai positif korelasi berarti pergerakan kenaikan return saham i semakin mempengaruhi kenaikan return saham j. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka kedua saham tersebut akan saling mempengaruhi dalam arah yang berlawanan. Nilai nol pada koefisien korelasi berarti bahwa kedua saham tersebut tidak saling mempengaruhi. D. Pembentukan Portofolio Single Indeks Model, Constant Correlation Model dan Model Markowitz Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data saham tersebut dengan perhitungan optimalisasi portofolio dengan menggunakan Single Indeks Model, Constant Correlation Model dan Model Markowitz. Metode Single Index Model Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan portofolio optimal saham dengan menggunakan Single Indeks Model adalah : 1) Analisis Expected Rate of Return dan Risiko Saham Analisis Expected Rate of Return diawali dengan menghitung return harian saham (persamaan 3.1). Kemudian menghitung tingkat return yang diharapkan (expected return) dari saham tersebut (persamaan 3.2). Untuk menghitung risiko dari saham ini adalah dengan melihat standar deviasi dari Expected Return pada saham tersebut (persamaan 3.3). 2) Analisis Return Pasar dan Risiko Pasar Cara dalam mencari nilai return pasar pada dasarnya sama dengan cara mencari return saham. Hanya saja untuk mencari return pasar digunakan data harga penutupan dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). !"#$! !!"#$!!! ……………………………………...………………....(3.7) R ! = ! !"#$ !!!
dimana: Rm = Tingkat Keuntungan pasar IHSGt = Nilai closing index pada hari ke-t = Nilai closing index pada hari ke t-1 IHSGt-1 Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai expected return pasar. Perhitungan expected return dari pasar menggunakan persamaan sebagai berikut: !
E(R ! ) =
!!
!!! !
dimana: E(Rm)
……………….………………………………………...(3.8)
= Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan (expected rate of return) Rm = Tingkat pengembalian pasar n = Jumlah hari pengamatan terhadap pasar Risiko dari pasar merupakan deviasi standar dari tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) pada pasar tersebut. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut: !! = dimana:
! !!!
(!! !! !! ) ! !
!/!
……………...………...……..………….....(3.9)
23 σm
= Deviasi standar tingkat pengembalian pasar yang diharapkan (expected rate of return) Rm = Tingkat pengembalian pasar E(Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan (expected rate of return) 3) Menghitung Beta Saham Beta tiap saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus: !"#!(!! !! ) !" = ………………………………...……...………….……….(3.10) !!! dimana : = Beta saham βi Cov(RiRm) = Kovarian saham dengan pasar σ2 m = Varian pasar 4) Menghitung Alpha Nilai alpha dihitung dengan rumus berikut: αi = !i - β!m ………..…………………………………………………….(3.11) dimana : αi = Alpha saham β = Beta saham !i = Return saham i !m = Return pasar 5) Menghitung Excess Return to Beta Ratio Perhitungan Excess Return to Beta Ratio ini dilakukan untuk memilih kandidat saham mana saja yang akan dimasukkan kedalam portofolio dengan menggunakan Single Index Model !"#! =
!!(!! )!!! ) β!
……………...………………………………………….(3.12)
dimana: ERBi = Rasio antara excess return dengan beta = Return aset bebas risiko Rf E(Ri) = Expected Return saham i βi = Beta saham i 6) Menentukan Nilai Cut Off Point Nilai Cut Off Point digunakan untuk menentukan batas nilai dari ERB yang selanjutnya digunakan untuk memilih kandidat pembentuk portofolio. Titik pembatas (cut off rate (Ci)) dapat dihitung dengan cara :
!" =
!! !! !!! !! ! ! !! !!! !! ! !!!!
!" ! ! ( !! ) !!! !! !"
……………..………………..….………..(3.13)
Saham yang akan terpilih menjadi kandidat pembentuk portofolio optimal adalah saham yang memiliki nilai ERB ≥ nilai Ci 7) Menghitung Proporsi Proporsi dana pada masing-masing saham yang masuk dalam pembentukan portofolio optimal dihitung dengan rumus berikut : ! !! ! ! ! ………………………………………….…………………...….(3.14) !!! !
dimana:
24 Wi Xi
= proporsi atau bobot untuk tiap-tiap saham i yang terpilih = nilai saham i Sedangkan untuk mencarai nilai Xi harus dicari terlebih dahulu dengan rumus berikut : ! !!!!! !" = !!! − ! ∗ ……………………….……………………...…....(3.15) !"
dimana: Xi βi ! !!" C* !!!!! !"
!!
= nilai saham i = Beta saham = Varian saham i = Cut off point = ERB
Setelah nilai Xi untuk masing-masing saham dicari maka nilai-nilai Xi tadi dijumlahkan. Proporsi investasi untuk masing-masing saham yang akan membentuk portofolio optimal dengan menggunakan Single Index Model dicara dengan membagi masing-masing nilai Xi dengan total nilai Xi. 8) Menghitung nilai Expected Return dari Portofolio Nilai Expected Return Portofolio Optimal digunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: !! = !! !! − !! !! ………..…………………..………………………….(3.16) dimana: Rp = Expected Return Portofolio = rata-rata expected return saham i !! !! = rata-rata expected return saham j Wi = proporsi atau bobot untuk tiap-tiap saham i yang terpilih Wj = proporsi atau bobot untuk tiap-tiap saham j yang terpilih 9) Menghitung Standar Deviasi Portofolio Optimal Perhitungan kovarian antaru return saham dengan return pasar adalah : ! ! Cov σi, σj = (!! − !! )(!! − !! )………………...……..……….(3.17) ! dimana: Cov (σi,σj) = Kovarian antar saham dan pasar n = Jumlah return bulanan Ri = Return saham i Rm = Return Pasar !i = Rata-rata return saham i = Rata-rata return pasar !! Varian portofolio yang merupakan jumlah kovarian dari perhitungan sebelumnya dapat diperoleh dengan memperhitungkan bobot (weight) dari masing-masing saham penyusunan portofolio dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: !!! = !! !! !"#(!! !! ) …………………………...…..…………….(3.18) dimana: σ2p = Varian portofolio Wi = Proporsi (bobot) saham i Wj = Proporsi (bobot) saham j Cov(σiσj) = Kovarian antara return saham i dan saham j
25 Sedangkan standar deviasi portofolio dapat diperoleh dari persamaan berikut: !! =
!!! !!! + !!! !!! + 2!! !! !!" !! !! …………………...………...…..(3.19)
10) Koefisien Variasi Saham ! !" = ! !100………………….……………….…………...…...…..(3.20) !"
!" = Koefisien Variasi Saham = Standar deviasi saham !! !" = Expected Return Portofolio 11) Constant Correlation Model Prosedur Pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan Constant Correlation Model adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama adalah dengan menghitung return (tingkat keuntungan) saham bulanan masing-masing sekuritas (persamaan 3.1). 2. Setelah mengetahui return (tingkat keuntungan) saham bulanan selanjutnya mencari expected return (tingkat keuntungan yang diharapkan) dari masing-masing sekuritas (persamaan 3.2). 3. Menghitung risiko (standar deviasi dan varians) dari masing-masing sekuritas, untuk mengetahui risiko dari masing-masing sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3 dan 3.4. 4. Menghitung Excess Return to Standard Deviation (ERS) dari saham i dihitung dengan rumus berikut: (!! !" !!!") ERS = …………………………….…………………….(3.21) !" dimana : ERS = Excess Return to Standard Deviation E(Ri) = Expected return saham i Rf = Return asset bebas risiko σi = Standar deviasi saham i 5. Melakukan Pemeringkatan Saham Saham-saham diurutkan dari nilai ERS tertinggi sampai nilai ERS yang terendah dan saham dengan nilai ERS negatif dapat dikeluarkan sebagai calon kandidat. 6. Menghitung Nilai Cut Off Rate Cut off rate (Ci) dihitung dengan rumus berikut: …………………………………...…..(3.22) 7. Menghitung Proporsi Dana Untuk menentukan proporsi dana masing-masing saham yang membentuk portofolio optimal dihitung dengan rumus berikut: ………………………………………………………..(3.23) di mana: …………………………………...(3.24) 8. Menghitung Return Portofolio dan Risiko Portofolio
26 Return portofolio saham dihitung dengan rumus berikut: ……………………………………...…(3.25) 9. Sedangkan rumus untuk menghitung risiko portofolio adalah:
…..………………………….(3.26) 12) Model Markowitz Langkah-langkah dalam membentuk portofolio optimal dengan menggunakan model Markowitz adalah: 1. Langkah pertama adalah dengan menghitung return (tingkat keuntungan) saham bulanan masing-masing sekuritas (persamaan 3.1). 2. Setelah mengetahui return (tingkat keuntungan) saham bulanan selanjutnya mencari expected return (tingkat keuntungan yang diharapkan) dari masing-masing sekuritas (persamaan 3.2). 3. Menghitung risiko (standar deviasi dan varians) dari masing-masing sekuritas, untuk mengetahui risiko dari masing-masing sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3dan 3.4. 4. Sebelum melakukan pembentukan portofolio, menghitung koefisien korelasi terlebih dulu agar dapat diketahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain Nilai koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.6. 5. Setelah mengetahui keeratan hubungan antar variabel, langkah selanjutnya adalah menghitung expected return (tingkat keuntungan) dari portofolio (persamaan 3.16). 6. Kemudian menghitung risiko (standar deviasi) dari portofolio yang telah dibentuk (persamaan 3.17) 7. Pada teori Markowitz pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan menentukan bobot dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio. Untuk menentukan bobot saham tersebut digunakan program add-in solver excel. E. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar dan PDB dengan Return Portofolio Saham Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan permasalahan penelitian yang sudah diuraikan dan kajian teori serta penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha1 : Nilai inflasi berpengaruh negatif terhadap return portofolio saham Ha2 :Nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh positif terhadap return portofolio saham Ha3 : Nilai PDB berpengaruh signifikan terhadap return portofolio saham H a4: Krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap return portofolio saham Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan pengembangan
27 dari analisis regresi sederhana dimana terdapat lebih dari satu variabel independen X. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + b1x1 + b2x2+ b3x3+ b4x4+e …………………………………………..(3.27) Keterangan : Y = Return Portofolio Saham a = Konstanta = Koefisien regresi Inflasi b1 b2 = Koefisien regresi Nilai tukar rupiah terhadap US dollar b3 = Koefisien regresi PDB b4 = Koefisien regresi dummy variabel x1 = Inflasi x2 = Nilai tukar rupiah terhadap US dollar x3 = PDB x4 = Dummy variabel (nilai satu (1) = terjadi krisis ekonomi) (nilai nol (0) = tidak terjadi krisis ekonomi) e = Standard error Penggunaan variabel dummy ini untuk menunjukkan periode krisis ekonomi dan periode tidak terjadi krisis ekonomi. Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi dan heteroskesdastisitas. a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual yang telah terstandarisasi pada model regresi terdistribusi normal atau tidak. Nilai residual tersebut dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut mengikuti nilai rata-ratanya. Model regresi yang baik adalah model yang distribusi data nya normal atau mendekati normal. Penyebab utama tidak terpenuhinya uji asumsi klasik normalitas ini adalah karena terdapat nilai ekstrem yang disebabkan oleh kesalahan pengambilan data, kesalahan dalam input data, atau karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata. Uji jarque-bera merupakan uji normalitas dengan berdasarkan pada koefisien keruncingan (kurtosis) dan koefisien kemiringan (skewness). Nilai statistik jarque-bera yang dihasilkan akan dibandingkan dengan nilai χ2 tabel. Jika nilai Jarque-bera ≤ χ2 tabel maka nilai terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Untuk menghitung nilai statistik Jarque-Bera digunakan rumus: !! !−3 ! !" = !! + … … … … … … … … … … … … … … . … … … … (3.28) 6 24 Keterangan : JB = Statistik Jarque-Bera S = Koefisien Skewness K = Koefisien Kurtosis 2) Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam uji regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat correlation matrix dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi tidak mengalami gejala multikolinearitas apabila
28 nilai nya kurang dari 0,8 (Winarno, 2007). Uji multikoliniearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel independen dalam model regresi, artinya adalah jika diantara variabel independen sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikoliniearitas. Menurut Winarno (2007) alternatif dalam menghadapi masalah multikolinearitas adalah (1) Tambahkan datanya bila memungkinkan, karena masalah multikolinear biasanya muncul karena jumlah observasinya sedikit, (2) Hilangkan salah satu variabel independennya, terutama yang memiliki hubungan yang kuat dengan variabel lain, (3) Transformasikan salah satu (atau beberapa) variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi. Dan (4) Biarkan saja model kita mengandung multikolinieritas, karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE. 3) Uji autokorelasi dapat didefinisikan adanya terjadi korelasi diantara data pengamatan sebelumnya. Dengan kata lain bahwa munculnya satu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat adanya korelasi antar anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) maupun ruang(cross section). Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin Watson atau dengan metode Breusch Godfrey. Dimana uji ini melihat apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi dengan melihat data residual acak atau tidak ( Winarno, 2007 ). Uji autokorelasi menggunakan rumus: ! − !!!! ! … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … (3.29) !" = !!! Keterangan: DW = Nilai Durbin-Watson Test e = Nilai residual e t-1 = Nilai residual satu periode sebelumnya Sedangkan metode Breusch Godfrey atau lebih dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu dengan prosedur uji sebagai berikut : • Estimasi persamaan dengan metode OLS dan kita dapatkan residualnya • Melakukan regresi residual dengan variabel independen X dan lag dari residual kemudian dapatkan nilai R square dari regresi persamaannya. • Uji ini mengikuti distribusi chi-squares dengan df sebanyak p. Jika chi square hitung lebih besar daripada nilai kritis chi square (X) pada derajat kepercayaan tertentu maka terjadi autokorelasi. Jika nilai chi squares hitug lebih kecil daripada nilai kritisnya maka model tidak mengandung unsure autokorelasi. 4) Uji heteroskesdastisitas, merupakan uji yang dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. b. Uji Simultan dengan F-Test Uji simultan dengan F-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Anova. Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom sig.). lebih kecil dari level of
29 significant yang ditentukan yaitu dengan nilai prob < 0,05 atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel. c. Uji Parsial dengan T-Test T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji pada output SPSS dapat dilihat pada tabel coefficenta. Nilai dari uji ttest dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig) pada masing-masing variabel independent. Jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel (dihitung dari two-tailed α= 5% df-k, k merupakan jumlah variabel independen maka secara parsial ada pengaruh signifikan antaravariabel independen dengan variabel dependen. d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi ini terletak pada Model Summaryb dan tertulis R Square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R square berkisar antara 0 sampai dengan 1. F. Pengukuran Kinerja Portofolio Saham Pengukuran kinerja portofolio dilakukan untuk melihat apakah portofolio yang dihasilkan sudah baik berdasarkan beberapa metode pengukuran kinerja portofolio. Pengukuran kinerja portofolio saham yang digunakan adalah : Treynor’s measure, Sharpe’s measure, Jensen’s measure dan Appraisal Ratio. a. Pengukuran Kinerja Portofolio Sharpe Metode ini membagi average excess return dari suatu portofolio dengan standard deviasi dari return tersebut pada suatu periode. Metode ini mengukur tingkat pengembalian terhadap total volatility (risiko total mencakup systematic dan unsystematic risk), ukuran kinerja Sharpe dirumuskan sebagai berikut : !!!!! ………………………………………...…………..…………...(3.30) != !"
dimana: S = Sharpe’s measure !p = Rata-rata return portofolio dalam suatu periode = Rata-rata risk-free return dalam suatu periode !f !p = Standar deviasi portofolio Nilai S yang tinggi menunjukkan kinerja portofolio yang baik, dimana berarti tingkat pengembalian lebih tinggi daripada tingkat risiko totalnya. b. Ukuran Kinerja Portofolio Treynor Ukuran kinerja portofolio Treynor hanya mengukur risiko yang berasal dari fluktuasi pasar secara umum (systematic risk) Untuk melihat risiko yang terkait dengan pasar diukur dengan beta atau portofolio relative volatility of market, yaitu slope antara kenaikan return portofolio dengan kenaikan return pasar. Makin besar nilai beta portofolio, return portofolio makin sensitif terhadap perubahan return pasar sehingga memiliki risiko yang relatif lebih tinggi. Persamaan untuk menghitung slope Treynor’s measure adalah:
!=
!!!!! !"
Dimana:
……………………………………………..………….……..(3.31)
30 T !p !f !p
= Treynor’ s measure = rata-rata return portofolio dalam suatu periode = rata-rata-rata risk-free return dalam suatu periode = beta portofolio Nilai T yang tinggi menandakan bahwa portofolio tersebut memiliki kinerja yang baik. c. Ukuran Kinerja Portofolio Jensen Ukuran kinera portofolio Jensen mengukur kinerja suatu portofolio dilihat dari nilai α (alpha) atau intercept hasil regresi expected return portofolio dengan expected return yang dihasilkan dari persamaan CAPM. Nilai alpha menggambarkan kemampuan investor dalam memperkirakan return, dimana membantu investor untuk mendapatkan ukuran nilai expected return portofolio terkait dengan kemampuan investor dalam menghasilkan risk adjusted return diatas rata-rata. !(!) = !" + !"(!" − !")…………...……………………………...(3.32) Dimana : E(r) = Expected return rf = Return bebas resiko rm = Return pasar βp = Beta portofolio Nilai alpha juga didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: !" = ! !! − (!! + !"(!! − !!)………………..…….………….….(3.33) Dimana : = alpha portofolio (intercept) αp !" = rata-rata return portofolio !! = rata-rata risk-free return = rata-rata return pasar !! βP = beta portofolio d. Ukuran Kinerja Information Ratio Information Ratio adalah rasio yang membandingkan antara nilai alpha suatu portofolio dengan risiko nonsystematic. Rasio ini mengukur berapa return abnormal per unit risiko yang bisa dieliminasi bila dibandingkan dengan market index portofolio. Information ratio digunakan untuk melihat kemampuan investor dalam memanfaatkan kemampuan dan informasi yang di milikinya untuk menciptakan return portofolio yang berbeda dari benchmark-nya. Persamaan untuk menghitung IR adalah sebagai berikut: !" !" = …………………….………………………………………...(3.34) !"
Dimana: IR = information Ratio αp = alpha portofolio (ERp-ER ihsg) !" = risiko unik portofolio Nilai alpha dan risiko unik portofolio (standar error of regression) didapat dari hasil regresi dari regresi antara return yang dihasilkan portofolio dengan return yang dihasilkan dari persamaan CAPM.
31
4 PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Indeks LQ 45 merupakan Indeks saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Perhitungan indeks ini didasarkan pada nilai pasar 45 saham pilihan yang diseleksi setiap 6 bulan sekali. Daftar perusahaan LQ 45 yang sesuai berdasarkan kriteria periode pengamatan (februari 2008-Juli 2013) dan kriteria tidak melakukan stock split adalah sebanyak 10 perusahaan (tabel 4). Perusahaan yang bergerak dalam usaha pertanian adalah Astra Argo Lestari Tbk, terdapat dua perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yaitu Aneka Tambang (Persero) Tbk dan. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Sedangkan Indofood Sukses Makmur Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha food and beverages. Perusahaan yang bergerak dalam usaha telekomunikasi yaitu Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sektor perbankan yang sesuai dengan kriteria penelitian adalah Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Danamon, Bank Mandiri Tbk. Perusahaan Gas Negara adalah perusahaan yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. United Tractors Tbk adalah salah satu perusahaan yang bergerak di distributor alat-alat berat di Indonesia. Astra Agro Lestari Astra Agro Lestari Tbk (AALI) adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Astra Agro Lestari masuk kedalam Bursa Efek Indonesia dimana 79,7% saham dimiliki oleh Astra Internasional. Pada Desember 1997, Astra Agro Lestari menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian merger dan bernama Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain mewujudkan good corporate governance (GCG), langkah go public Astra Agro juga sebagai bentuk menggalang dana dari pasar modal. Saat penawaran umum perdana (IPO), Astra Agro menawarkan 125.800.000 saham kepada masyarakat dengan harga Rp1.550 per saham. Perkebunan kelapa sawit Astra Agro kini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini total pabrik pengolahan Astra Agro dan anak usaha memiliki kapasitas produksi 940 ton tandan buah per jam dan 600 ton kernel per hari dan 300 ton CPO per hari. Pendapatan bersih dari AALI pada bulan maret tahun 2013 meningkat sebesar 9,5 % menjadi sebesar 2,723 triliun rupiah dibandingkan pendapatan bersih pada bulan maret tahun 2012 yang sebesar 2,581 triliun rupiah. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bergerak dalam usaha tambang batubara. PTBA bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan
32 batubara beserta hasil olahannya. PTBA berdiri pada tahun 1981, dimana perusahaan tersebut termasuk kedalam lima besar produsen batubara di Indonesia. Bahkan penjualan PTBA di dalam negeri termasuk terbesar kedua. Sekitar 22% produksi batu baranya diekspor ke pasar internasional seperti Jepang, Taiwan, Malaysia, Pakistan, Spanyol, Perancis dan Jerman. Sejak 23 Desember 2002, PTBA menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. PTBA melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTBA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I sebanyak 173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002. Pendapatan PTBA mengalami penurunan dari 875 miliar rupiah pada bulan maret tahun 2012 menjadi 496 milliar rupiah pada bulan maret 2013. Aneka Tambang PT Aneka Tambang (ANTAM) merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari komoditas bijih nikel, feronike, emas, perak, bauksit dan batubara. ANTAM didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968 melalui merjer beberapa perusahaan pertambangan nasional yang memproduksi komoditas tunggal. Untuk mendapatkan dana, pada tahun 1997 ANTAM menawarkan 35% sahamnya ke publik dan masuk di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, ANTAM mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat. Privatisasi tersebut telah meningkatkan modal Perusahaan yang akan digunakan untuk ekspansi fasilitas produksi. Aneka Tambang juga melakukan pengembangan usaha yaitu antara lain dengan penambahan kapasitas produksi FeN; dari 11.000 ton Ni menjadi 24.000 ton Ni, persiapan Proyek chemical grade alumina di Tayan, Kalimantan Barat dan pengkajian pengembangan nikel kadar rendah dengan teknologi HPAL di Halmahera. Pada bulan maret tahun 2013 Antam mencatat laba sebesar 462 miliar rupiah, naik dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 379 miliar rupiah Bank Danamon PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). didirikan pada 1956. Nama Bank Danamon berasal dari kata “dana moneter” dan pertama kali digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra. Pada tahun 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan yang dikenal dengan “Paket Oktober 1988” atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahai9n persyaratan, termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Total saham yang beredar adalah 9.584.643.365 saham. Total saham yang tidak dicatatkan untuk memenuhi Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum adalah atas nama PT Huna Dharma. Selama tahun 2013 tidak ada aksi
33 korporasi yang dilakukan oleh Danamon yang menyebutkan perubahan sahamsaham yang beredar. PT Indofood PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dahulu mencapai kesepakatan dengan perusahaan asal Swiss, Nestle S.A, untuk mendirikan perusahaan joint venture yang bergerak di bidang manufaktur, penjualan, pemasaran, dan distribusi produk kuliner di Indonesia maupun untuk ekspor. Kedua perusahaan sama-sama memiliki 50% saham di perusahaan yang diberi nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma. Perusahaan ini kemudian diganti dengan nama Indofood pada tahun 1990. PT Telkom PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (Telkom) adalah BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia. Saat ini sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (53,6%), dan 46,4% dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri. Telkom mempunyai 13 anak perusahaan. Telkom telah melayani lebih dari 151,9 juta pelanggan yang terdiri dari seluler (Telkomsel) lebih dari 125 juta dan pelanggan tetap 25,8 juta. Perusahaan ini menyediakan berbagai layanan komunikasi lainnya termasuk interkoneksi jaringan telepon, multimedia, data dan layanan terkait komunikasi internet, sewa transponder satelit, sirkuit langganan, televisi berbayar dan layanan VoIP. Kerja keras yang dilakukan Telkom terbukti dengan meningkatnya jumlah pelanggan broadband hingga mencapai 10,5 juta pelanggan tercatat pada 31 Desember 2011. Angka ini meningkat sebesar 64,3%. Peningkatan juga terjadi pada layanan seluler yang naik hingga mencapai 107 juta pelanggan atau naik sekitar 13,8%. Telkom juga berkembang melalui anak perusahaan antara lain PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Multimedia Nusantara (Metra), PT Telekomunikasi Indonesia International (TII/Telin), PT PINS Indonesia (PINS/Pramindo), PT Infomedia Nusantara (Infomedia), PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel/Dayamitra), PT Indonusa Telemedia (TelkomVision), PT Graha Sarana Duta (TelkomProperty/GSD), dan PT Napsindo Primatel Internasional (Napsindo). Bank BNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau biasa dikenal dengan BNI merupakan salah satu penyedia jasa perbankan terkemuka di Indonesia. BNI pertama kali didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia secara resmi. BNI sejak awal berdirinya mengedarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) yang merupakan alat
34 pembayaran pertama yang resmi sejak tanggal 30 Oktober 1946. Hari tersebut sekarang diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sedangkan hari berdirinya BNI tanggal 5 Juli diperingati sebagai Hari Bank Nasional. Peran BNI sebagai bank sirkulasi atau bank sentral mulai dibatasi oleh Pemerintah seiring dengan penunjukan bank warisan Belanda De Javsche Bank sebagai Bank Sentral sejak tahun 1949. Selanjutnya BNI diberikan hak sebagai bank devisa selain berperan sebagai bank pembangunan dengan memiliki akses transaksi langsung ke luar negeri. Status BNI kemudian berubah menjadi bank komersial milik pemerintah dengan penambahan modal yang dilakukan pada tahun 1955. Hal ini menjadikan pelayanan BNI berjalan semakin baik seiring dengan hadir-nya dukungan bagi sektor usaha nasional. Nama BNI atau Bank Negara Indonesia 1946 yang dipakai sebagai identitas bank secara resmi digunakan sejak akhir tahun 1968. Namun dalam perkembangan-nya bank ini lebih dikenal sebagai BNI 46. Pada tahun 1992 status hukum Bank BNI berubah menjadi perusahaan terbuka, hal ini sejalan dengan penggantian nama menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero). Bank BNI melakukan penawaran umum perdana di pasar modal pada tahun 1996. Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah memegang saham BNI sebesar 60% dan sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik yang datang dari individu, instansi, domestik maupun asing. Hingga akhir tahun 2012 saja, BNI telah memiliki total aset sebesar Rp333,3 triliun. Perkembangan BNI juga dibantu melalui beberapa anak perusahaannya seperti Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance. PT Bank Mandiri PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk berdiri tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Bank Mandiri ini merupakan gabungan dari empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Setelah selesainya proses merger, Bank mandiri kemudian memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi. Pada bulan Maret 2005, Bank Mandiri telah berhasil membuka lebih dari 829 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia dan beberapa cabang telah merambah penjuru luar negeri. Cabang Bank Mandiri yang tersebar ke luar negeri antara lain di Singapura, Cayman Island, Dili (Timor Leste), Hong Kong, Shanghai, Malaysia dan beberapa anak perusahaan di London. Pada tanggal 14 juli 2003, Bank Mandiri melaksanakan pencatatan saham perdana dengan kode saham BMRI di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Perusahaan Gas Negara (PGN) PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN (IDX: PGAS) adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. Semula perusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda
35 dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersamasama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Secara singkat, PGN mengalami peningkatan kinerja hingga pada tanggal 15 Desember 2003 saham PGN tercatat di Bursa Efek Indonesia dan namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Saham PGN telah mulai diperjual belikan pada tanggal 5 Desember 2003. PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003. Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi gas via pipa transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama anjloknya harga saham BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari. Sentimen negatif di pasar modal itu berkaitan dengan kecurigaan bahwa PGN dan pemerintah menutup-nutupi keterlambatan proyek tersebut yang harusnya sudah operasi pada Desember 2006, tapi tertunda hingga Januari 2007 dan tertunda lagi hingga Maret. Akibatnya PGN dikenakan denda oleh Pertamina sebesar US$ 15.000 per hari sejak 1 November 2006. Pada tahun 2011, komposisi saham pemerintah mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak 43%. United Tractor United Tractors (UT / Perseroan) didirikan sebagai distributor tunggal alat berat Komatsu Limited di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 . Pada 19 September 1989, Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sebagai PT United Tractors Tbk (UNTR), dengan PT Astra International Tbk sebagai pemegang saham mayoritas (61%). Saat ini, jaringan distribusi yang luas perseroan meliputi 18 kantor cabang, 22 kantor site support dan 12 kantor perwakilan di 22 provinsi di seluruh negeri. Selain menjadi distributor alat berat terbesar di Indonesia, United Tractor juga berperan aktif di bidang kontraktor penambangan dan akhir-akhir ini masuk ke dalam bisnis pertambangan batu bara. Ketiga unit usaha ini dikenal dengan sebutan Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan dan Pertambangan. Perseroan menyediakan produk dari merek terkenal di dunia seperti Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Tadano, dan Komatsu Forest. Pada tahun 2012, ketika bidang pertambangan dan perkebunan mengalami penurunan, PT United Tractors Tbk masih mendapatkan income US$ 5.593 Milyar and tercatat pada nomor 6 dari Indonesia Fortune 100. Pada tahun 2013 dalam RUPS Tahunan perseroan, PT United Tractors Tbk (UNTR) membagikan dividen tunai sebesar Rp2,31 triliun atau 40% dari total laba bersih perseroan tahun lalu sebesar Rp5,78 triliun. 60% sisa dari laba bersih atau sebesar Rp3,47 triliun dibukukan sebagai laba ditahan. Dividen tunai itu setara Rp620 per saham, termasuk di dalamnya dividen interim sebesar Rp210 per saham. Dividen interim telah dibayarkan pada 2 November 2012, sedangkan sisanya sebesar Rp410 per saham akan dibayarkan pada 31 Mei 2013.
36 Pembentukan Portofolio Sebelum membentuk portofolio saham dengan menggunakan Single Indeks Model, Constant Correlation Model dan Markowitz Model, diperlukan perhitungan return dan standar deviasi saham-saham, return dan risiko pasar, serta nilai beta (tabel 5). Terdapat nilai expected return yang negatif dari saham-saham yang terpilih, yaitu pada saham AALI (-0,00107)dan saham ANTM (-0,01095). Untuk menghitung Alpha yaitu dengan menggunakan intercept yang merupakan perbandingan return suatu saham dengan return pasar pada suatu periode tertentu. Beta dihitung dengan menggunakan slope yang mencerminkan volatilitas return suatu saham terhadap return pasar. Nilai beta dari kesepuluh saham diatas bernilai positif yang artinya adalah saham-saham ini berpengaruh positif dengan return pasar atau return saham bergerak searah dengan pergerakan return pasar. Single Indeks Model Pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan single indeks model memerlukan perhitungan Excess Return to Beta Ratio (ERB) dan cut off point (Ci). Nilai ERB ini akan dibandingkan dengan nilai Ci dimana apabila nilai ERB > Ci maka saham tersebut masuk kedalam portofolio optimal. Terdapat tujuh saham yang memiliki nilai ERB > Ci yaitu BBNI, BMRI, INDF, PGAS, PTBA, TLKM dan UNTR dimana ketujuh saham tersebut masuk kedalam portofolio optimal. tiga saham lainnya tidak masuk kedalam portofolio optimal karena nilai ERB nya negatif. Setelah menghitung nilai ERB dan Ci nya maka langkah berikutnya adalah mencari proporsi dana untuk saham yang masuk portofolio optimal. Proporsi dana untuk masing-masing saham ini digunakan untuk mencari nilai return portofolio dari tiap saham dengan cara mengalikannya dengan nilai return tiap saham yang kemudian akan dijumlahkan untuk membentuk return portofolio. Constant Correlation Model Pada pembentukan portofolio saham dengan menggunakan Constant Correlation Model penentuan peringkat saham yang akan masuk dalam portofolio optimal yaitu dengan menghitung Excess Return to Standard Deviation (ERS). Penentuan saham mana saja yang masuk kedalam portofolio yaitu dengan membandingkan nilai ERS dengan nilai Ci dimana apabila nilai ERs > Ci maka saham tersebut masuk kedalam portofolio optimal. Pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan Constant Correlation Model menghasilkan kumpulan portofolio saham yang serupa dengan Single Indeks Model. Terdapat tujuh saham yang masuk kedalam portofolio optimal menurut model ini, yaitu BBNI, BMRI, INDF, PGAS, PTBA,TLKM dan UNTR dimana ketujuh saham tersebut memiliki nilai ERS > Ci, tiga saham lainnya tidak masuk kedalam portofolio optimal karena nilai ERS nya lebih kecil dari nilai Ci. Setelah menghitung nilai ERS dan Ci, langkah berikutnya adalah mencari proporsi dana untuk saham yang masuk portofolio optimal. Sama seperti single indeks model proporsi yang sudah didapatkan ini digunakan untuk mengitung nilai return tiap saham yang masuk kedalam portofolio yang nantinya akan dijumlahkan semua returnnya untuk mendapatkan nilai return portofolio total.
37 Markowitz Model Dari data expected return dan standard deviation yang sudah didapatkan, selanjutnya dilakukan perhitungan korelasi dari tiap-tiap saham. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan pergerakan return antar saham. Jika sebuah saham memiliki korelasi negatif maka pergerakan return dari saham tersebut cenderung berlawanan dengan saham lainnya, apabila saham tersebut berkorelasi positif maka pergerakan return dari saham tersebut bergerak searah dengan saham lainnya. Secara keseluruhan, korelasi yang dimiliki oleh 10 saham adalah korelasi positif. Selanjutnya adalah melakukan perhitungan kovarian dari tiap-tiap saham dengan saham yang lainnya. Setelah mendapatkan nilai kovarian dari sahamsaham selanjutnya adalah menentukan bobot untuk tiap saham dimana besaran bobot tersebut dibagi dengan jumlah yang sama untuk masing-masing saham. Bobot untuk masing-masing saham adalah sebesar 0,1. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa portofolio aktif yang dihasilkan berdasarkan 10 saham tersebut memiliki return sebesar 0,010658 atau sebesar 1,0658 % dan memiliki standar deviasi sebesar 0,093456 atau 9,3456 %. Selanjutnya dengan menggunakan program add-in solver pada program Microsoft Excel dimana tujuannya adalah untuk membagi proporsi investasi yang berbedabeda untuk mencapai return yang optimal dengan meminimalkan risiko. Dari pengolahan data portofolio dengan meminimalkan risiko, didapatkan hasil nilai standar deviasi yang berkurang dari 0,093456 atau 9,3456 % menjadi 0,072766 atau 7,2766 %. Proporsi bobot mengalami perubahan dimana sebelumnya masing-masing saham memiliki proporsi nilai bobot yang sama, setelah dilakukan optimalisasi return dengan meminimalkan risiko maka bobot yang didapatkan adalah 0,386098 untuk PGAS dan 0,613902 untuk TLKM. Saham yang lain diberikan bobot nol karena berdasarkan perhitungan inilah didapatkan nilai return optimal dengan meminimalkan risiko. Return portofolio dari model Markowitz ini adalah sebesar 0,010658 dengan risiko sebesar 0,072766. Return Portofolio, Varian dan Standar Deviasi Model-model portofolio optimal yang digunakan dalam penelitian ini memberikan kombinasi hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Return Portofolio, Varian Portofolio dan Standar Deviasi Portofolio Constant Single Indeks Markowitz Portofolio Saham Correlation Model Model Model 0,020359884 0,056043723 0,010658 ER Portofolio 0,003993323 0,001401696 0,005295 Varian 0,063192748 0,037439229 0,072766 Std Deviasi Koefisien Variasi 310,378723 66,803608 682,736
38 Dari pembentukan portofolio optimal berdasarkan berbagai model portofolio optimal didapatkan hasil return portofolio, varian dan standar deviasi yang berbeda-beda. Return portofolio tertinggi didapatkan dengan menggunakan metode constant correlation model dengan nilai return sebesar 0,056043723 atau sebesar 5,6043723 % kemudian diikuti dengan metode single indeks model dan markowitz model. Sementara itu, nilai varian terendah dimiliki oleh model constant correlation model dengan nilai 0,037439229. Nilai Koefisien variasi dari ketiga model, yang menunjukkan nilai yang paling baik adalah pada constant correlation model (66,803608). Hubungan Faktor Makroekonomi terhadap Return Portofolio Terpilih Perhitungan portofolio ini memperhitungkan pengaruh faktor-faktor makroekonomi. Sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis penelitian untuk menguji kelayakan data penelitian. a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi data, hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas No Nama Portofolio 1 Single Indeks Model 2 Constant Correlation Model 3 Markowitz Model
Sig K-S 0,569 0,663 0,379
Berdasarkan hasil uji normalitas, seluruh nilai untuk variabel makroekonomi terhadap return portofolio constant correlation model bernilai lebih dari 0,05 yang berarti bahwa semua data berdistribusi normal dan dapat disimpulkan bahwa model tidak terkena permasalahan normalitas. 2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Masalah multikolinieritas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti diantara satu atau lebih variabel independen dalam model. Cara mengujinya adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Nilai VIF dibawah 10 dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak mengalami multikolinearitas sedangkan untuk nilai tolerance adalah lebih dari 0,10. Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas SIM, CCM dan Markowitz Single Indeks Constant Markowitz Model Model Model Correlation Model Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Inflasi 0,863 1,158 0,863 1,158 0,863 1,158 Nilai Tukar 0,882 1,134 0,882 1,134 0,882 1,134
39 PDB Krisis
0,678 1,476 0,678 1,476 0,678 1,476 0,655 1,527 0,655 1,527 0,655 1,527 Hasil dari perhitungan uji multikolinieritas ini menunjukkan untuk ketiga model regresi dari return portofolio terhadap makroekonomi tidak mengalami multikolinearitas. Dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance yang ada dari model regresi terpilih di atas, Nilai VIF berada dibawah 10 sedangkan nilai tolerance lebih dari 0,10. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi diuji berdasarkan kriteria pengujian jika 2 < d < 4-dU atau dU
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak terjadi autokorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Tabel 9. Uji Heteroskedastisitas Model Inflasi Nilai Tukar PDB Krisis
Nilai Sig.
Constant Correlation Model Nilai Sig.
0,78642 0,723656 0,834854 0,058493
0,662793 0,647182 0,912826 0,05578
Single Indeks Model
Markowitz Model Nilai Sig. 0,820803 0,173087 0,314256 0,128664
Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolute residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
40 Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan dari nilai signifikansi yang muncul melebihi dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. b. Uji Hipotesis Penelitian Berdasarkan perhitungan, persaman regresi dari ketiga model yang diteliti adalah sebagai berikut: Untuk Single Indeks Model Y = -0,22229 – 1,62464x1 + 4,89^05x2 - 2^-07x3 - 0,02715x4+e Untuk Constant Correlation Model Y = -0,23096-1,54489 x1+5,62^-05 x2 – 2,6^ -07 x3 -0,04557 x4 +e Untuk Markowitz Model Y = -0,33245-1.90244x1 + 0,000081x2-4,9228^-07x3-0,09708651x4+e Setelah itu dilakukan Uji Hipotesis Penelitian dengan menggunakan Uji F dan Uji T 1. Uji F (F-Test) Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, uji F (F-Test) berguna untuk melihat apakah semua variabel independen secara bersama dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 10. Uji F (F-Test) No Nama Portofolio 1 Single Indeks Model 2 Constant Correlation Model 3 Markowitz Model
F 3,036 3,107 3,344
Dari hasil uji F, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai F hitung pada ketiga model portofolio optimal lebih besar daripada F tabel (2,525215). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel makroekonomi (krisis, inflasi, nilai tukar dan PDB) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel return portofolio. 2. Uji parsial (T-Test) Hasil uji T-Test untuk constant correlation model menjelaskan bahwa nilai t-hitung variabel nilai tukar dan PDB adalah 2,292 dan 2,272 lebih besar dari nilai t-tabel (2,000298) sehingga secara parsial variabel nilai tukar dan PDB memiliki pengaruh signifikan terhadap return portofolio. Sedangkan untuk variabel inflasi dan krisis, hanya variabel inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap return portofolio (-t-hitung < -t-tabel atau -2,046 < -2,000298). Tabel 11. Uji T (T-Test) Model Inflasi Nilai Tukar PDB Krisis
Nilai t
Constant Correlation Model Nilai t
-2,043 2,120 2,428 -0,448
-2,046 2,292 2,272 -0,580
Single Indeks Model
Markowitz Model Nilai t -0,797 3,448 1,196
-1,764
41 Berdasarkan uji t-ini Variabel nilai tukar dan PDB memiliki pengaruh secara positif terhadap return portofolio sedangkan variabel inflasi dan krisis berpengaruh secara negatif terhadap return portofolio. 3. Koefisien Determinasi Tabel 12. Koefisien Determinasi Model Single Indeks Model Constant Correlation Model Markowitz Model
Nilai R Square 0,168 0,172 0,181
Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai R square, nilai R square yang kecil yaitu untuk single indeks model (16,9%), constant correlation model (17,2%), markowitz model (18,1%) berarti variabel makroekonomi hanya mampu menjelaskan sebagian kecil keragaman data dan sebagian basar keragaman data dijelaskan oleh variabel independen lain yang belum dimasukkan kedalam model. Dari hasil uji F dan uji T yang telah dilakukan maka hipotesis penelitian dapat dijawab. Berdasarkan perhitungan, Ha1 yang menyatakan bahwa nilai inflasi berpengaruh negatif terhadap return portofolio saham dapat diterima untuk ketiga model portofolio optimal. Meskipun tidak signifikan untuk Markowitz Model, nilai inflasi sangat terkait dengan penurunan daya beli baik secara individu maupun perusahaan, nilai inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan dan mengakibatkan return saham akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aththobarry (2009) yang menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh negatif terhadap indeks saham, sedangkan pendapat lain didapatkan dari penelitian Sangmi dan Hassan (2013), peningkatan inflasi justru akan meningkatkan harga saham yang kemudian meningkatkan tingkat return saham. Hipotesis kedua (Ha2) yang menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh positif terhadap return portofolio ternyata dapat diterima, hasil perhitungan menunjukkan untuk ketiga model portofolio optimal variabel nilai tukar berpengaruh secara signifikan positif dengan return portofolio . Ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Prio (2010) Nilai Tukar memberikan pengaruh yang positif terhadap IHSG dan LQ45. Penelitian Maysami (2004) juga menemukan pengaruh positif dari nilai tukar terhadap return saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang dilakukan pada saat krisis ekonomi menjelaskan bahwa secara parsial nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Perubahan nilai tukar mempengaruhi aktiva tetap dan hutang perusahaan yaitu berdasarkan posisi keuangan perusahaan. Misalnya perusahaan yang mengharapkan penerimaan (long position) akan bermanfaat dengan adanya depresiasi rupiah, sedangkan yang mempunyai kewajiban (short position), misalnya impor barang jadi,
42 bahan baku dan akan mempengaruhi arus kas keluar sehingga mengalami kerugian. Variabel krisis untuk ketiga model berdasarkan perhitungan tidak memiliki pengaruh secara signifikan sehingga Ha4 tidak dapat diterima. Ini berarti perusahaan mampu mempertahankan kinerjanya agar mampu bertahan dan bersaing di pasar lokal maupun dipasar global sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian dari Nezky (2013) dimana krisis di Amerika Serikat berpengaruh signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Akan tetapi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goldstein dan Xie (2009) yang menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan pihak asing, meningkatnya struktur keuangan, tingginya kontribusi dari perdagangan regional, dan rasionalnya kebijakan moneter “countercyclical” dan fiskal akan membantu wilayah untuk menghadapi dampak negatif dari krisis. Variabel nilai PDB berpengaruh signifikan terhadap return portofolio pada model Single Indeks Model dan Constant Corelation Model, hal ini mengindikasikan peningkatan atau penurunan PDB akan mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi pada saham sehingga akan meningkatkan harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham. Pada model Markowitz, PDB tidak berpengaruh signifikan (tolak Ha3) hal ini mengindikasikan meningkat atau menurunnya PDB kurang dapat mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi pada protofolio Markowitz. Menurut Prasetiono (2010) pertumbuhan ekonomi (GDP/PDB) memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek dengan koefisien positif namun tidak dalam jangka panjang yang berkoefisien negatif dan tidak signifikan terhadap saham LQ 45. Return Portofolio yang dipengaruhi Faktor Makroekonomi Dari return portofolio yang sudah didapatkan maka langkah berikutnya adalah mencari return portofolio yang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi. Return portofolio yang didapatkan ini nantinya digunakan untuk menghitung kinerja portofolio saham yang sudah dipengaruhi oleh faktor makroekonomi. Tabel 13. Return Portofolio, Varian Portofolio, Standar Deviasi Portofolio dan Koefisien Variasi yang dipengaruhi Faktor Makroekonomi Constant Single Indeks Markowitz Portofolio Saham Correlation Model Model Model 0,020432 0,050231 0,009009 ER Portofolio 0,002022 0,002131 0,003842 Varian 0,044965 0,046167 0,061982 Std Deviasi Koefisien Variasi
220,071457
91,90938
688,0009
43 Nilai return portofolio dari tiap model mengalami perubahan setelah dipengaruhi oleh faktor makroekonomi. Nilai return portofolio tertinggi didapatkan oleh model constant correlation model dengan nilai 0,050231 sementara nilai varian dengan nilai terendah adalah dengan menggunakan metode single indeks model dengan nilai 0,002022. Nilai Koefisien Variasi dibandingkan dengan sebelum dipengaruhi oleh makroekonomi mengalami peningkatan pada model Constan Correlation Model dan Markowitz Model yang berarti tingkat variasi data semakin meningkat atau semakin heterogen setelah dilakukan regresi dengan menggunakan variabel makroekonomi pada penelitian ini. Nilai Koefisien Variasi yang kecil menunjukkan nilai yang baik karena menunjukkan variasi data yang kecil yang pada saham berarti menggambarkan risiko relatif yang kecil, dari ketiga model setelah dilakukan regresi dengan faktor makroekonomi didapat hasil constant correlation model memiliki nilai koefisien variasi yang rendah yang menunjukkan risiko yang lebih rendah (91,90938) daripada model yang lainnya. Pengukuran Kinerja Portofolio Terpilih Pengukuran kinerja portofolio dilakukan untuk melihat apakah portofolio yang dihasilkan sudah baik berdasarkan beberapa metode pengukuran kinerja portofolio. Pengukuran kinerja portofolio dengan pengaruh makroekonomi (inflasi, krisis, PDB dan nilai tukar) diharapkan lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya dari investasi di pasar modal. Hasil pengukuran kinerja portofolio yang dipengaruhi makroekonomi untuk tiap indeks adalah sebagai berikut : Tabel 14. Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan Information Ratio Saham Sharpe Treynor Jensen Information Ratio 0,324256 0,019853 0,011035 9,518796 Single Indeks Model 0,961256 0,062603 0,040957 Constant Correlation Model 42,30214 0,050936 0,006148 0,000678 Markowitz -3,30136 a. Indeks Sharpe Berdasarkan indeks Sharpe, portofolio optimal yang dihasilkan melalui constant correlation model mendapatkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan model lainnya yaitu 0,961256. Nilai indeks Sharpe yang tinggi menjelaskan bahwa portofolio saham tersebut memiliki kinerja yang baik. berdasarkan indeks Sharpe model yang memberikan kinerja yang baik adalah model portofolio optimal dengan constant correlation model. b. Indeks Treynor Pengukuran kinerja menggunakan indeks Treynor memperlihatkan model constant correlation model merupakan model portofolio optimal yang memberikan kinerja paling baik dengan nilai indeks 0,062603, diikuti dengan model single indeks model (0,019853) kemudian Markowitz model (0,006148). Semakin tinggi nilai indeks Treynor maka kinerja portofolio semakin baik.
44 c. Indeks Jensen Pada pengukuran kinerja menggunakan indeks Jensen, portofolio yang memiliki kinerja yang baik adalah dengan constant correlation model dengan nilai indeks adalah 0,040957 yang kemudian diikuti oleh single indeks model (0,011035) dan Markowitz model (0,000678). d. Information Ratio Pengukuran kinerja menggunakan information ratio pun memperlihatkan kinerja portofolio yang paling baik adalah dengan constant correlation model kemudian diikuti dengan single indeks model (9,518796) dan Markowits model (-3,30136). Pengukuran kinerja portofolio dengan menggunakan empat metode menghasilkan pilihan bahwa portofolio optimal dengan kinerja yang paling baik diantara tiga portofolio adalah constant correlation model kemudian diikuti dengan model single indeks model dan Markowitz model. Perbandingan Kinerja Portofolio Terpilih dengan Portofolio Rata-Rata Tertimbang Diantara ketiga model portofolio optimal, model yang memberikan return dan risiko yang paling baik berdasarkan metode pengukuran kinerja adalah constant correlation model. Model ini kemudian akan dibandingkan dengan portofolio yang dibentuk dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari portofolio terpilih tersebut. Bobot dari saham untuk menghitung expected return dari tiap saham dibagi rata dengan 7 saham terpilih sehingga masing-masing saham mendapatkan bobot 0,142857143. Sedangkan nilai varian dan standar deviasi. Tabel 15. Return Portofolio, Varian Portofolio dan Standar Deviasi Portofolio Rata-rata Tertimbang Saham
ErP
Sharpe
Treynor
Jensen
Information Ratio
Varian
Std Deviasi
Rata-rata tertimbang
0,016689
0,257004
0,014161
0,006870
-1,51384
0,001778
0,042164
Dari hasil perhitungan return portofolio dengan mengunakan rata-rata tertimbang menghasilkan return yang lebih rendah (0,016688544) dibandingkan dengan constant correlation model (0,050231). Varian dan standar deviasi dari rata-rata tertimbang menghasilkan nilai yang lebih rendah daripada constant correlation model. Untuk melihat Nilai kinerja saham akan memiliki nilai yang baik apabila nilainya tinggi, dari semua nilai pengukuran kinerja model rata-rata tertimbang diatas didapatkan nilai yang dibawah nilai pengukuran kinerja constant correlation model.
45
5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Single indeks model dan constant correlation model menghasilkan kombinasi saham yang sama yaitu BBNI, BMRI, INDF, PGAS, PTBA, TLKM dan UNTR. Sedangkan untuk Markowitz model kombinasi saham yang dihasilkan adalah PGAS dan TLKM , sedangkan return portofolio dari model Markowitz ini adalah 0,010658 dengan risiko sebesar 0,072766. Hasil return portofolio menggunakan constant correlation model memberikan kombinasi return (0,056043723) dan risiko (0,037439229) yang lebih baik, diikuti dengan single indeks model dengan return sebesar 0,020359884 dan risiko sebesar 0,063192748 serta Markowitz model dengan return sebesar 0,010658 dan risiko sebesar 0,072766. Berdasarkan uji F dapat diambil kesimpulan bahwa variabel makroekonomi yang diteliti secara bersama-sama mempengaruhi return portofolio. Menurut uji T yang dilakukan terhadap variabel krisis untuk ketiga model berdasarkan perhitungan tidak memiliki pengaruh secara signifikan sehingga Ha4 dapat ditolak. variabel nilai PDB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return portofolio hanya pada model Markowitz (tolak Ha3), sedangkan untuk model lainnya berpengaruh signifikan (terima Ha3). Ha1 dapat diterima pada tiap model pembentukan portofolio dimana inflasi berpengaruh negatif atau mempunyai hubungan yang berlawanan arah terhadap return portofolio. Berdasarkan perhitungan Ha2 tidak dapat diterima karena nilainya positif yang menunjukkan hubungan yang searah dengan return portofolio Berdasarkan keempat model penilaian kinerja portofolio optimal dan berdasarkan Koefisien Variasinya, pembentukan portofolio optimal dengan constant correlation model memiliki kinerja yang paling baik dibandingkan dengan single indeks model dan Markowitz model. Saran Dalam penelitian ini terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu diperlukan perbaikan-perbaikan untuk penelitian berikutnya, saran dan implikasi dalam penelitian ini antara lain: • Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan harga penutupan harian sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang lebih baik. • Diperlukan analisis lanjutan mengenai variabel makroekonomi lain yang mempengaruhi return portofolio diluar variabel makroekonomi yang diteliti. • Penelitian ini tidak memperhatikan faktor fundamental perusahaan dan memperhitungkan kemampuan market timing (strategi membeli dan menjual asset keuangan dengan melihat pergerakan harga pasar), sehingga penelitian selanjutnya dapat memasukkan kemampuan market timing.
46 Implikasi Manajerial Hasil Penelitian ini memberikan implikasi yang positif bagi investor di pasar modal. Implikasi manajerial yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : • Bagi investor yang ingin membentuk portofolio optimal dapat mempertimbangkan menggunakan constant correlation model karena model tersebut dapat memberikan return dan risiko yang optimal dibandingkan dengan model single indeks model dan Markowitz model.
47
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal. Ekonisia. Yogyakarta. Aththobarry, A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti. Tesis Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Semarang. Bodie, Z; Kane, A; Marcus, J.A. 2009. 8thEdition .Invesments. McGrowHill Irwin. Eko, U. 2007. Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal sahamsaham LQ 45. Jurnal Ilmu Administrasi Organisasi Bisnis dan Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 15, No. 3. Fahmi, I. 2012.Pengantar Pasar Modal. Alfabeta. Bandung. Goldstein M dan Xie D. 2009. The Impact of the Financial Crisis on Emerging Asia. Workng Paper WP 09 (11). Husnan, S. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Jayadin. 2012. Analisis Pengaruh Makroekonomi, IHSG dan Harga Minyak Dunia Terhadap Return Saham Energi dan Pertambangan Energi. Tesis Magister Manajemen. MB.IPB. Bogor. Kementerian Keuangan Republin Indonesia. 2012. Laporan Tim Kajian Pola Krisis Ekonomi. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Jakarta Kodrat, DS dan Indonanjaya, K. 2010. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Graha Ilmu. Yogyakarta. Leung AHY.2009.Portfolio selection and Risk Management : An Introduction, Empirical Demonstration and R-Application for Stock Portfolios. [thesis]. Los Angeles (US): University of California. Maysami R. 2004. Relationship between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence from Stock Exchange of Singapore’s All-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan 24 (2004) : 47-77. Muis, S. 2008. Meramal Pergerakan Harga Saham Menggunakan Pendekatan Model ARIMA, Indeks Tunggal, dan Markowitz. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nezky, M. 2013. Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Bursa Saham dan Perdagangan Indonesia. Buletin Eknomi dan Perbankan, Januari 2013. Oktavia, A.L; Sentosa, S.U; Aimon H. 2013. Analisis Kurs Dan Money Supply Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol. I, No. 02. Prasetiono, D.W. 2010. Analisis pengaruh fundamental ekonomi makro dan harga minyak terhadap saham LQ 45 dalam jangka endek dan jangka panjang. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 4 No. 11-25
48 Prio, S.D. 2010. Pengaruh Pasar Saham Dunia Dan Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG Dan LQ4. . Tesis Magister Manajemen. MB.IPB. Bogor. Rusdin. 2006. Pasar Modal. Alfabeta. Bandung. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sangmi MD & Hassan MM. 2013. Macroeconomic Variables on Stock Market Interactions : The Indian Experience. Journal of Business and Management 11(3) : 15-28. Skendra, Z. 2005. Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah dan bunga deposito terhadap portofolio optimal saham-saham blue chip. MB. IPB. Bogor. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Utami, M & Rahayu, M. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 5, No. 2, September 2003: 123 - 131 Wicaksono, Muhammad AD. 2010. Analisis Investasi Portofolio Saham Kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Tesis Magister Manajemen. MB.IPB. Bogor. Widarjono, A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. UPPT STIM YKPN, Yogyakarta. Widioatmodjo, S. 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar Dan Studi Kasus. Ghalia Indonesia. Bogor. Wijaya, JA. 2006. Bursa Berjangka. Andi. Yogyakarta. Winarno, W.W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: YKPN.
49
LAMPIRAN
50 DATA MAKROEKONOMI BULANAN TAHUN 2008 – JULI 2013 Tahun
2008
2009
2010
2011
Bulan\faktor makro
Inflasi
Nilai Tukar
PDB
1
7,36
9,406.35
370.010,77
2
7,40
9,181.15
370,010,77
3
8,17
9,184.94
370,010,77
4
8,96
9,208.64
406.868,63
5
10,38
9,290.80
406.868,63
6
11,03
9,295.71
406.868,63
7
11,90
9,163.45
442.503,20
8
11,85
9,149.25
442.503,20
9
12,14
9,340.65
442.503,20
10
11,77
10,048.35
430.180,20
11
11,68
11,711.15
430.180,20
12
11,06
11,324.84
430.180,20
1
9,17
11,167.21
438.424,00
2
8,60
11,852.75
438.424,00
3
7,92
11,849.55
438.424,00
4
7,31
11,025.10
460.469,13
5
6,04
10,392.65
460.469,13
6
3,65
10,206.64
460.469,13
7
2,71
10,111.33
486.069,80
8
2,75
9,977.60
486.069,80
9
2,83
9,900.72
486.069,80
10
2,57
9,482.73
483.771,53
11
2,41
9,469.95
483.771,53
12
2,78
9,457.75
483.771,53
1
3,72
9,275.45
501.952,33
2
3,81
9,348.21
501.952,33
3
3,43
9,173.73
501.952,33
4
3,91
9,027.33
529.615,90
5
4,16
9,183.21
529.615,90
6
5,05
9,148.36
529.615,90
7
6,22
9,049.45
556.855,70
8
6,44
8,971.76
556.855,70
9
5,80
8,975.84
556.855,70
10
5,67
8,927.90
560.526,70
11
6,33
8,938.38
560.526,70
12
6,96
9,022.62
560.526,70
1
7,02
9,037.38
583.541,80
2
6,84
8,912.56
583.541,80
3
6,65
8,761.48
583.541,80
4
6,16
8,651.30
606.716,77
51 Tahun
2012
2013
Bulan\faktor makro
Inflasi
Nilai Tukar
PDB
5
5,98
8,555.80
606.716,77
6
5,54
8,564.00
606.716,77
7
4,61
8,533.24
643.204,63
8
4,79
8,532.00
643.204,63
9
4,61
8,765.50
643.204,63
10
4,42
8,895.24
640.797,20
11
4,15
9,015.18
640.797,20
12
3,79
9,088.48
640.797,20
1
3,65
9,109.14
658.491,67
2
3,56
9,025.76
658.491,67
3
3,97
9,165.33
658.491,67
4
4,50
9,175.50
683.682,50
5
4,45
9,290.24
683.682,50
6
4,53
9,451.14
683.682,50
7
4,56
9,456.59
706.549,50
8
4,58
9,499.84
706.549,50
9
4,31
9,566.35
706.549,50
10
4,61
9,597.14
698.564,43
11
4,32
9,627.95
698.564,43
12
4,30
9,645.89
698.564,43
1
4,57
9,687.33
714.980,4
2
5,31
9,686.65
714.980,4
3
5,9
9,709.42
714.980,4
4
5,57
9,724.05
736.687,3333
5
5,47
9,760.91
736.687,3333
6
5,9
9,881.53
736.687,3333
7
8,61
10,073.39
736.687,3333
52
RETURN MARKOWITZ DENGAN PENGARUH MAKROEKONOMI Tahun
Bulan\faktor makro
INFLASI
nilai tukar
PDB
KRISIS
RETURN PORTOFOLIO
3
0,0817
9.184,94
370.010,77
1
-0,025525227
4
0,0896
9.208,64
406.868,63
1
-0,056785458
5
0,1038
9.290,80
406.868,63
1
-0,077166516
6
0,1103
9.295,71
406.868,63
1
-0,089135956
7
0,119
9.163,45
442.503,20
1
-0,13390819
8
0,1185
9.149,25
442.503,20
1
-0,134103481
9
0,1214
9.340,65
442.503,20
1
-0,12416687
10
0,1177
10.048,35
430.180,20
1
-0,053921523
11
0,1168
11.711,15
430.180,20
1
0,082045652
12
0,1106
11.324,84
430.180,20
1
0,062650007
1
0,0917
11.167,21
438.424,00
1
0,081820795
2
0,086
11.852,75
438.424,00
1
0,148015424
3
0,0792
11.849,55
438.424,00
1
0,160693663
4
0,0731
11.025,10
460.469,13
1
0,094879785
5
0,0604
10.392,65
460.469,13
1
0,067976597
6
0,0365
10.206,64
460.469,13
1
0,098426465
7
0,0271
10.111,33
486.069,80
1
0,096011305
8
0,0275
9.977,60
486.069,80
1
0,084452927
2
2008
2009
2010
2011
9
0,0283
9.900,72
486.069,80
1
0,076723658
10
0,0257
9.482,73
483.771,53
1
0,049052765
11
0,0241
9.469,95
483.771,53
1
0,051064812
12
0,0278
9.457,75
483.771,53
1
0,043040744
1
0,0372
9.275,45
501.952,33
0
0,098575245
2
0,0381
9.348,21
501.952,33
0
0,102737711
3
0,0343
9.173,73
501.952,33
0
0,095879424
4
0,0391
9.027,33
529.615,90
0
0,061309031
5
0,0416
9.183,21
529.615,90
0
0,069138724
6
0,0505
9.148,36
529.615,90
0
0,049393187
7
0,0622
9.049,45
556.855,70
0
0,005738912
8
0,0644
8.971,76
556.855,70
0
-0,004719175
9
0,058
8.975,84
556.855,70
0
0,007785876
10
0,0567
8.927,90
560.526,70
0
0,004581192
11
0,0633
8.938,38
560.526,70
0
-0,007128769
12
0,0696
9.022,62
560.526,70
0
-0,012312592
1
0,0702
9.037,38
583.541,80
0
-0,023592261
2
0,0684
8.912,56
583.541,80
0
-0,03024587
3
0,0665
8.761,48
583.541,80
0
-0,038829474
4
0,0616
8.651,30
606.716,77
0
-0,049812104
53
Tahun
2012
2013
Bulan\faktor makro
INFLASI
nilai tukar
PDB
KRISIS
5
0,0598
8.555,80
606.716,77
0
-0,054098407
6
0,0554
8.564,00
606.716,77
0
-0,04506559
7
0,0461
8.533,24
643.204,63
0
-0,047818786
8
0,0479
8.532,00
643.204,63
0
-0,0513433
9
0,0461
8.765,50
643.204,63
0
-0,029066043
10
0,0442
8.895,24
640.797,20
0
-0,013791018
11
0,0415
9.015,18
640.797,20
0
0,001029568
12
0,0379
9.088,48
640.797,20
0
0,013796625
1
0,0365
9.109,14
658.491,67
0
0,009417463
2
0,0356
9.025,76
658.491,67
0
0,004397534
3
0,0397
9.165,33
658.491,67
0
0,007866445
4
0,045
9.175,50
683.682,50
0
-0,013796376
5
0,0445
9.290,24
683.682,50
0
-0,003581013
6
0,0453
9.451,14
683.682,50
0
0,007888148
7
0,0456
9.456,59
706.549,50
0
-0,003499573
8
0,0458
9.499,84
706.549,50
0
-0,000388044
9
0,0431
9.566,35
706.549,50
0
0,010118588
10
0,0461
9.597,14
698.564,43
0
0,010828164
11
0,0432
9.627,95
698.564,43
0
0,018832855
12
0,043
9.645,89
698.564,43
0
0,020661824
1
0,0457
9.687,33
714.980,4
0
0,010789816
2
0,0531
9.686,65
714.980,4
0
-0,003343161
3
0,059
9.709,42
714.980,4
0
-0,012729114
4
0,0557
9.724,05
736.687,3333
0
-0,015955767
5
0,0547
9.760,91
736.687,3333
0
-0,011077237
6
0,059
9.881,53
736.687,3333
0
-0,009518843
7
0,0861
10.073,39
736.687,3333
0
-0,045584196
ER#
RETURN PORTOFOLIO
0,0090094#
54 RETURN CCM DENGAN PENGARUH MAKROEKONOMI Tahun
Bulan\faktor makro
INFLASI
nilai tukar
PDB
KRISIS
##
2
2008
2009
2010
2011
RETURN PORTOFOLIO
3
0,0817
9.184,94
370.010,77
1
4
0,0896
9.208,64
406.868,63
1
5
0,1038
9.290,80
406.868,63
1
6
0,1103
9.295,71
406.868,63
1
7
0,119
9.163,45
442.503,20
1
8
0,1185
9.149,25
442.503,20
1
9
0,1214
9.340,65
442.503,20
1
10
0,1177
10.048,35
430.180,20
1
11
0,1168
11.711,15
430.180,20
1
12
0,1106
11.324,84
430.180,20
1
1
0,0917
11.167,21
438.424,00
1
2
0,086
11.852,75
438.424,00
1
3
0,0792
11.849,55
438.424,00
1
4
0,0731
11.025,10
460.469,13
1
5
0,0604
10.392,65
460.469,13
1
6
0,0365
10.206,64
460.469,13
1
7
0,0271
10.111,33
486.069,80
1
8
0,0275
9.977,60
486.069,80
1
9
0,0283
9.900,72
486.069,80
1
10
0,0257
9.482,73
483.771,53
1
11
0,0241
9.469,95
483.771,53
1
12
0,0278
9.457,75
483.771,53
1
1
0,0372
9.275,45
501.952,33
0
2
0,0381
9.348,21
501.952,33
0
3
0,0343
9.173,73
501.952,33
0
4
0,0391
9.027,33
529.615,90
0
5
0,0416
9.183,21
529.615,90
0
6
0,0505
9.148,36
529.615,90
0
7
0,0622
9.049,45
556.855,70
0
8
0,0644
8.971,76
556.855,70
0
9
0,058
8.975,84
556.855,70
0
10
0,0567
8.927,90
560.526,70
0
11
0,0633
8.938,38
560.526,70
0
12
0,0696
9.022,62
560.526,70
0
1
0,0702
9.037,38
583.541,80
0
2
0,0684
8.912,56
583.541,80
0
3
0,0665
8.761,48
583.541,80
0
4
0,0616
8.651,30
606.716,77
0
5
0,0598
8.555,80
606.716,77
0
0,018724333# -0,001617331# -0,018934233# -0,028699863# -0,058733933# -0,058760063# -0,052476373# -0,003794866# 0,09110725# 0,078960432# 0,097175971# 0,144534877# 0,154860139# 0,112254874# 0,096307512# 0,12276954# 0,125353886# 0,117215291# 0,111655843# 0,092756326# 0,094509427# 0,088107253# 0,10423585# 0,106937293# 0,102995539# 0,080239315# 0,085143403# 0,069434044# 0,038797706# 0,031029866# 0,041146583# 0,039515718# 0,029908842# 0,02491351# 0,018903372# 0,014664601# 0,009103521# 0,004522866# 0,001932979#
55 Tahun
2012
2013
Bulan\faktor makro
INFLASI
nilai tukar
PDB
KRISIS
6
0,0554
8.564,00
606.716,77
0
7
0,0461
8.533,24
643.204,63
0
8
0,0479
8.532,00
643.204,63
0
9
0,0461
8.765,50
643.204,63
0
10
0,0442
8.895,24
640.797,20
0
11
0,0415
9.015,18
640.797,20
0
12
0,0379
9.088,48
640.797,20
0
1
0,0365
9.109,14
658.491,67
0
2
0,0356
9.025,76
658.491,67
0
3
0,0397
9.165,33
658.491,67
0
4
0,045
9.175,50
683.682,50
0
5
0,0445
9.290,24
683.682,50
0
6
0,0453
9.451,14
683.682,50
0
7
0,0456
9.456,59
706.549,50
0
8
0,0458
9.499,84
706.549,50
0
9
0,0431
9.566,35
706.549,50
0
10
0,0461
9.597,14
698.564,43
0
11
0,0432
9.627,95
698.564,43
0
12
0,043
9.645,89
698.564,43
0
1
0,0457
9.687,33
714.980,4
0
2
0,0531
9.686,65
714.980,4
0
3
0,059
9.709,42
714.980,4
0
4
0,0557
9.724,05
736.687,3333
0
5
0,0547
9.760,91
736.687,3333
0
6
0,059
9.881,53
736.687,3333
0
7
0,0861
10.073,39
736.687,3333
0
ER#
RETURN PORTOFOLIO
0,009191623# 0,012454362# 0,009603833# 0,025516084# 0,036366162# 0,04728248# 0,056966277# 0,055744742# 0,052446056# 0,053961093# 0,039872851# 0,047097985# 0,054910691# 0,048878499# 0,051001794# 0,058913341# 0,058061841# 0,064274687# 0,065592565# 0,059534099# 0,048063705# 0,040229407# 0,04057312# 0,04419092# 0,044331279# 0,013254607# 0,050231006#
56 RETURN SIM DENGAN PENGARUH MAKROEKONOMI Tahun&
Bulan\faktor&makro& 2#
2008&
2009&
2010&
2011&
INFLASI&&
nilai&tukar&
##
PDB& ##
KRISIS& ##
RETURN&PORTOFOLIO& #
##
3#
0,0817#
9.184,94
####370.010,77##
1#
-0,008825161#
4#
0,0896#
9.208,64
####406.868,63##
1#
-0,028021249#
5#
0,1038#
9.290,80
####406.868,63##
1#
-0,047076319#
6#
0,1103#
9.295,71
####406.868,63##
1#
-0,057396556#
7#
0,119#
9.163,45
####442.503,20##
1#
-0,085263942#
8#
0,1185#
9.149,25
####442.503,20##
1#
-0,08514552#
9#
0,1214#
9.340,65
####442.503,20##
1#
-0,08050401#
10#
0,1177#
10.048,35
####430.180,20##
1#
-0,03739623#
11#
0,1168#
11.711,15
####430.180,20##
1#
0,045320484#
12#
0,1106#
11.324,84
####430.180,20##
1#
0,036515801#
1#
0,0917#
11.167,21
####438.424,00##
1#
0,057836906#
2#
0,086#
11.852,75
####438.424,00##
1#
0,100597023#
3#
0,0792#
11.849,55
####438.424,00##
1#
0,111488213#
4#
0,0731#
11.025,10
####460.469,13##
1#
0,076613345#
5#
0,0604#
10.392,65
####460.469,13##
1#
0,066340932#
6#
0,0365#
10.206,64
####460.469,13##
1#
0,09608028#
7#
0,0271#
10.111,33
####486.069,80##
1#
0,10147157#
8#
0,0275#
9.977,60
####486.069,80##
1#
0,094286851#
9#
0,0283#
9.900,72
####486.069,80##
1#
0,089230313#
10#
0,0257#
9.482,73
####483.771,53##
1#
0,073497723#
11#
0,0241#
9.469,95
####483.771,53##
1#
0,075472641#
12#
0,0278#
9.457,75
####483.771,53##
1#
0,068865301#
1#
0,0372#
9.275,45
####501.952,33##
0#
0,068123599#
2#
0,0381#
9.348,21
####501.952,33##
0#
0,070216918#
3#
0,0343#
9.173,73
####501.952,33##
0#
0,0678644#
4#
0,0391#
9.027,33
####529.615,90##
0#
0,047268351#
5#
0,0416#
9.183,21
####529.615,90##
0#
0,050823993#
6#
0,0505#
9.148,36
####529.615,90##
0#
0,034661701#
7#
0,0622#
9.049,45
####556.855,70##
0#
0,005262731#
8#
0,0644#
8.971,76
####556.855,70##
0#
-0,002107887#
9#
0,058#
8.975,84
####556.855,70##
0#
0,008489192#
10#
0,0567#
8.927,90
####560.526,70##
0#
0,007509648#
11#
0,0633#
8.938,38
####560.526,70##
0#
-0,002700869#
12#
0,0696#
9.022,62
####560.526,70##
0#
-0,008819631#
1#
0,0702#
9.037,38
####583.541,80##
0#
-0,013768571#
2#
0,0684#
8.912,56
####583.541,80##
0#
-0,016943682#
3#
0,0665#
8.761,48
####583.541,80##
0#
-0,021239553#
4#
0,0616#
8.651,30
####606.716,77##
0#
-0,02339091#
5#
0,0598#
8.555,80
####606.716,77##
0#
-0,025133267#
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
57 Tahun&
Bulan\faktor&makro&
2012&
2013&
nilai&tukar&
INFLASI&&
PDB&
KRISIS&
6#
0,0554#
8.564,00
####606.716,77##
0#
-0,017584143#
7#
0,0461#
8.533,24
####643.204,63##
0#
-0,01142216#
8#
0,0479#
8.532,00
####643.204,63##
0#
-0,014407108#
9#
0,0461#
8.765,50
####643.204,63##
0#
-7,25214E-05#
10#
0,0442#
8.895,24
####640.797,20##
0#
0,009845336#
11#
0,0415#
9.015,18
####640.797,20##
0#
0,020092867#
12#
0,0379#
9.088,48
####640.797,20##
0#
0,029523461#
1#
0,0365#
9.109,14
####658.491,67##
0#
0,0291976#
2#
0,0356#
9.025,76
####658.491,67##
0#
0,026585323#
3#
0,0397#
9.165,33
####658.491,67##
0#
0,026744534#
4#
0,045#
9.175,50
####683.682,50##
0#
0,013491601#
5#
0,0445#
9.290,24
####683.682,50##
0#
0,019910817#
6#
0,0453#
9.451,14
####683.682,50##
0#
0,026473658#
7#
0,0456#
9.456,59
####706.549,50##
0#
0,021587382#
8#
0,0458#
9.499,84
####706.549,50##
0#
0,023375912#
9#
0,0431#
9.566,35
####706.549,50##
0#
0,031012528#
10#
0,0461#
9.597,14
####698.564,43##
0#
0,029272261#
11#
0,0432#
9.627,95
####698.564,43##
0#
0,035489286#
12#
0,043#
9.645,89
####698.564,43##
0#
0,036690872#
1#
0,0457#
9.687,33#
714980,4#
0#
0,030980252#
2#
0,0531#
9.686,65#
714980,4#
0#
0,018924676#
3#
0,059#
9.709,42#
714980,4#
0#
0,010451973#
4#
0,0557#
9.724,05#
736687,3333#
0#
0,012099667#
5#
0,0547#
9.760,91#
736687,3333#
0#
0,015525512#
6#
0,059#
9.881,53#
736687,3333#
0#
0,014433782#
7#
0,0861#
10.073,39#
736687,3333#
0#
-0,020218553#
&&
ER# #
RETURN&PORTOFOLIO&
#
#
#
0,020432452#
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
58 RETURN RATA-RATA MAKROEKONOMI Tahun&
Bulan\faktor&makro& 2#
2008&
2009&
2010&
2011&
INFLASI&&
TERTIMBANG
nilai&tukar&
##
PDB& ##
DENGAN
PENGARUH
KRISIS&
RETURN&PORTOFOLIO&
##
#
##
3#
0,0817#
9.184,94
####370.010,77##
1#
-0,011128837#
4#
0,0896#
9.208,64
####406.868,63##
1#
-0,028699271#
5#
0,1038#
9.290,80
####406.868,63##
1#
-0,044540116#
6#
0,1103#
9.295,71
####406.868,63##
1#
-0,053443475#
7#
0,119#
9.163,45
####442.503,20##
1#
-0,079767222#
8#
0,1185#
9.149,25
####442.503,20##
1#
-0,079780796#
9#
0,1214#
9.340,65
####442.503,20##
1#
-0,074192228#
10#
0,1177#
10.048,35
####430.180,20##
1#
-0,03066636#
11#
0,1168#
11.711,15
####430.180,20##
1#
0,054622805#
12#
0,1106#
11.324,84
####430.180,20##
1#
0,043831474#
1#
0,0917#
11.167,21
####438.424,00##
1#
0,060765979#
2#
0,086#
11.852,75
####438.424,00##
1#
0,103431756#
3#
0,0792#
11.849,55
####438.424,00##
1#
0,112843898#
4#
0,0731#
11.025,10
####460.469,13##
1#
0,07519952#
5#
0,0604#
10.392,65
####460.469,13##
1#
0,061122086#
6#
0,0365#
10.206,64
####460.469,13##
1#
0,085372142#
7#
0,0271#
10.111,33
####486.069,80##
1#
0,088480141#
8#
0,0275#
9.977,60
####486.069,80##
1#
0,081159536#
9#
0,0283#
9.900,72
####486.069,80##
1#
0,076148421#
10#
0,0257#
9.482,73
####483.771,53##
1#
0,059164513#
11#
0,0241#
9.469,95
####483.771,53##
1#
0,060771402#
12#
0,0278#
9.457,75
####483.771,53##
1#
0,054945636#
1#
0,0372#
9.275,45
####501.952,33##
0#
0,061202806#
2#
0,0381#
9.348,21
####501.952,33##
0#
0,063612276#
3#
0,0343#
9.173,73
####501.952,33##
0#
0,060145809#
4#
0,0391#
9.027,33
####529.615,90##
0#
0,04025187#
5#
0,0416#
9.183,21
####529.615,90##
0#
0,044608764#
6#
0,0505#
9.148,36
####529.615,90##
0#
0,030317312#
7#
0,0622#
9.049,45
####556.855,70##
0#
0,003196336#
8#
0,0644#
8.971,76
####556.855,70##
0#
-0,003826793#
9#
0,058#
8.975,84
####556.855,70##
0#
0,005390043#
10#
0,0567#
8.927,90
####560.526,70##
0#
0,004036427#
11#
0,0633#
8.938,38
####560.526,70##
0#
-0,004726269#
12#
0,0696#
9.022,62
####560.526,70##
0#
-0,009339463#
1#
0,0702#
9.037,38
####583.541,80##
0#
-0,014212425#
2#
0,0684#
8.912,56
####583.541,80##
0#
-0,017985385#
3#
0,0665#
8.761,48
####583.541,80##
0#
-0,022944483#
4#
0,0616#
8.651,30
####606.716,77##
0#
-0,026420336#
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
59 Tahun&
Bulan\faktor&makro&
2012&
2013&
nilai&tukar&
INFLASI&&
PDB&
RETURN&PORTOFOLIO&
5#
0,0598#
8.555,80
####606.716,77##
0#
-0,028711743#
6#
0,0554#
8.564,00
####606.716,77##
0#
-0,022102557#
7#
0,0461#
8.533,24
####643.204,63##
0#
-0,01813195#
8#
0,0479#
8.532,00
####643.204,63##
0#
-0,020728859#
9#
0,0461#
8.765,50
####643.204,63##
0#
-0,006395746#
10#
0,0442#
8.895,24
####640.797,20##
0#
0,003334494#
11#
0,0415#
9.015,18
####640.797,20##
0#
0,013196494#
12#
0,0379#
9.088,48
####640.797,20##
0#
0,021968879#
1#
0,0365#
9.109,14
####658.491,67##
0#
0,021313544#
2#
0,0356#
9.025,76
####658.491,67##
0#
0,018367441#
3#
0,0397#
9.165,33
####658.491,67##
0#
0,019647515#
4#
0,045#
9.175,50
####683.682,50##
0#
0,007474092#
5#
0,0445#
9.290,24
####683.682,50##
0#
0,013975915#
6#
0,0453#
9.451,14
####683.682,50##
0#
0,020979931#
7#
0,0456#
9.456,59
####706.549,50##
0#
0,016089626#
8#
0,0458#
9.499,84
####706.549,50##
0#
0,017993484#
9#
0,0431#
9.566,35
####706.549,50##
0#
0,025155642#
10#
0,0461#
9.597,14
####698.564,43##
0#
0,024144071#
11#
0,0432#
9.627,95
####698.564,43##
0#
0,029783875#
12#
0,043#
9.645,89
####698.564,43##
0#
0,030971975#
1#
0,0457#
9.687,33#
714980,4#
0#
0,025859403#
2#
0,0531#
9.686,65#
714980,4#
0#
0,015406453#
3#
0,059#
9.709,42#
714980,4#
0#
0,008250318#
4#
0,0557#
9.724,05#
736687,3333#
0#
0,009133019#
5#
0,0547#
9.760,91#
736687,3333#
0#
0,012403489#
6#
0,059#
9.881,53#
736687,3333#
0#
0,012444428#
7#
0,0861#
10.073,39#
736687,3333#
0#
-0,016015362#
&& #
KRISIS&
#
#
#
ER#
0,016688544#
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
60
! ! ! Correlations! !
! BBNI!
! BDMN!
! BMRI!
! INDF!
! PGAS!
! PTBA!
! TLKM!
! UNTR!
! ANTM!
! TOTAL!
!!
BBNI!
Pearson!Correlation!
!!
0,440537!
0,655381!
0,47898!
0,657587!
0,545716!
0,583557!
0,406092!
0,624115!
0,624212!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
!!
0,00024!
3,14EJ09!
5,43EJ05!
2,67EJ09!
2,58EJ06!
3,36EJ07!
0,00079!
2,78EJ08!
2,76EJ08! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
BDMN!
Pearson!Correlation!
0,440537! !!
0,613486!
0,351375!
0,441201!
0,272621!
0,273455!
0,535512!
0,472703!
0,386269!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
0,00024! !!
5,53EJ08!
0,004104!
0,000234!
0,028014!
0,027519!
4,3EJ06!
7,01EJ05!
0,001482! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
BMRI!
Pearson!Correlation!
0,655381!
0,613486! !!
0,393087!
0,633372!
0,448176!
0,443873!
0,66222!
0,61802!
0,482217!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
3,14EJ09!
5,53EJ08! !!
0,001199!
1,5EJ08!
0,000181!
0,000213!
1,88EJ09!
4,14EJ08!
4,75EJ05! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
AALI!
Pearson!Correlation!
0,47898!
0,351375!
0,393087! !!
0,465511!
0,559672!
0,670339!
0,330274!
0,713979!
0,483037!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
5,43EJ05!
0,004104!
0,001199! !!
9,33EJ05!
1,25EJ06!
1,01EJ09!
0,007211!
2,45EJ11!
4,59EJ05! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
INDF!
Pearson!Correlation!
0,657587!
0,441201!
0,633372!
0,465511! !!
0,47216!
0,633593!
0,316902!
0,619777!
0,588246!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
2,67EJ09!
0,000234!
1,5EJ08!
9,33EJ05! !!
7,16EJ05!
1,47EJ08!
0,01011!
3,69EJ08!
2,57EJ07! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
PGAS!
Pearson!Correlation!
0,545716!
0,272621!
0,448176!
0,559672!
0,47216! !!
0,601859!
0,303124!
0,611028!
0,353668!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
2,58EJ06!
0,028014!
0,000181!
1,25EJ06!
7,16EJ05! !!
1,14EJ07!
0,014108!
6,46EJ08!
0,003852! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
PTBA!
Pearson!Correlation!
0,583557!
0,273455!
0,443873!
0,670339!
0,633593!
0,601859! !!
0,235253!
0,700699!
0,553183!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
3,36EJ07!
0,027519!
0,000213!
1,01EJ09!
1,47EJ08!
1,14EJ07! !!
0,059235!
8,14EJ11!
1,76EJ06! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65! !!
TLKM!
Pearson!Correlation!
0,406092!
0,535512!
0,66222!
0,330274!
0,316902!
0,303124!
0,235253! !!
0,428651!
0,208456!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
0,00079!
4,3EJ06!
1,88EJ09!
0,007211!
0,01011!
0,014108!
0,059235! !!
0,000367!
0,095639! !!
65!
65!
65!
AALI!
!
!!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
5,016176!
3,787158!
4,949831!
65! !! 4,446255!
4,828349!
4,168023!
4,69581!
3,426483!
61 !!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
UNTR!
65!
65!
65! !!
Pearson!Correlation!
0,624115!
0,472703!
0,61802!
0,713979!
0,619777!
0,611028!
0,700699!
0,428651! !!
0,502311!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
2,78EJ08!
7,01EJ05!
4,14EJ08!
2,45EJ11!
3,69EJ08!
6,46EJ08!
8,14EJ11!
0,000367! !!
2,01EJ05! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
ANTM!
Pearson!Correlation!
0,624212!
0,386269!
0,482217!
0,483037!
0,588246!
0,353668!
0,553183!
0,208456!
0,502311! !!
!!
Sig.!(2Jtailed)!
2,76EJ08!
0,001482!
4,75EJ05!
4,59EJ05!
2,57EJ07!
0,003852!
1,76EJ06!
0,095639!
2,01EJ05! !!
!!
N!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
65!
**!
Correlation!is!significant!at!the!0.01!level!(2Jtailed).!
*!
Correlation!is!significant!at!the!0.05!level!(2Jtailed).!
65!
5,291283!
65! !!
65!
4,181597! !! 65! !!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
! !
62
Perhitungan Kinerja Saham Saham!
ER!
kovarian!
Varian!σ2!
Standart!Deviasi!σ!
ALPHA!!
BETA!
RF!
SIM!
0,020432!
0,001484869!
0,002021859!
0,044965086!
0,007239!
0,734408!
CCM!
0,050231!
0,001510953!
0,002131433!
0,046167442!
0,036806!
0,708891!
MARKOWITZ!
0,009009!
IHSG!
0,011035!
rata2!tertimbang!
0,016689!
0,001972719! !
J0,001360427!
0,003841729!
0,061981684!
0,001261364!
0,035515681!
J0,001777781!
0,042163746!
J0,00852! !
0,004601!
0,513498! !
0,765239!
!
!
!
Saham!(A)!
Varian!σ2!(B)!
BETA!
BETA!KUADRAT!
! ! !
!
TREYNOR!
JENSEN!
INFORMATION!
0,324256!
0,019853!
0,010774!
9,518796141!
0,961256!
0,062603!
0,040705!
42,30214496!
0,050936!
0,006148!
0,000496!
J3,301362798!
0,257004!
!
0,014161!
!
0,00687!
!
!
!! !
SHARPE!
0,005852!
! VARIAN! SAHAMJVARIAN! IHSG!
BETA2!X!VARIAN!
! ALPHA!!
SIM!
0,002022!
0,734407798!
0,539354814!
0,001090499!
0,00076!
0,007239!
CCM!
0,002131!
0,708891029!
0,502526491!
0,001071101!
0,00087!
0,036806!
MARKOWITZ!
0,003842!
0,513497572!
0,263679757!
0,001012986!
0,00258!
J0,00852!
IHSG!
0,001261!
0!
0!
0!
0!
0!
rata2!
J0,00178!
0,765238591!
0,585590102!
J0,001041051!
J0,00304!
0,004601!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
J1,513844454!
63
Tabel ER Portofolio Saham
64
! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !
SINGLE!INDEKS!MODEL! Coefficients(a)! !!
!!! !!! Standardized! t! Coefficients! Beta! !! !! A1.14432443! A0.411049075! A3.051331309! 0.36112201! 2.406456953! A0.213485647! A0.980646355! A0.124653054! A0.509045583! !!
!!!
! ! ! ! !CONSTANT!CORRELATION!MODEL! ! ! ! Coefficients(a)! !! !! !!! Unstandardized!Coefficients! Model! !! !! !! !! B! Std.!Error! 1! (Constant)! A0.230955881! 0.204211068! !! INFLASI! A1.544885603! 0.559729896! !! NILAITUKAR! 5.62375EA05! 2.13471EA05! !! PDB! A2.5693EA07! 2.18705EA07! !! KRISIS! A0.045573813! 0.056063651! a! Dependent!Variable:!ERPORTOFOLIO!
! ! !!!
! ! !!!
! !MARKOWITZ!
! !
!Coefficients(a)!
!!!
! ! ! !!!
Model! !! !! !! !! !! a!
Model! !! !! !! !! !! a!
!! !!! Unstandardized!Coefficients! !! !! !! B! Std.!Error! 1! (Constant)! A0.222289068! 0.194253537! INFLASI! A1.624641441! 0.532436919! NILAITKR! 4.88661EA05! 2.03062EA05! PDB! A2.04015EA07! 2.08041EA07! KRISIS! A0.027147367! 0.053329933! Dependent!Variable:!ERPORTOFOLIO!
!! !! 1! (Constant)! INFLASI! NILAITUKAR! PDB! KRISIS!
! ! ! !!!
! ! ! !!!
Unstandardized!Coefficients! !! B! Std.!Error! A0.332454208! 0.22302919! A1.902442323! 0.611309204! 8.07403EA05! 2.33143EA05! A4.92282EA07! 2.38859EA07! A0.097086506! 0.061229936!
Dependent!Variable:!ERPORTOFOLIO!
! ! !!!
Sig.! !! 0.257033764! 0.003390812! 0.019204265! 0.33070492! 0.612587258! !!
Standardized! t! Sig.! Coefficients! Beta! !! !! !! A1.130966518! 0.262569612! A0.373428175! A2.760055546! 0.007653639! 0.397051634! 2.634427049! 0.010706979! A0.256860193! A1.174777421! 0.244725106! A0.199924118! A0.812894133! 0.419492674! !! !! ! ! ! !!!
! ! ! !!!
Standardized! t! Sig.! Coefficients! Beta! !! !! !! A1.490630922! 0.141297166! A0.402894448! A3.112078652! 0.002844085! 0.4994366! 3.463124434! 0.000991001! A0.431186552! A2.060974106! 0.043647649! A0.373145079! A1.585605204! 0.118085743! !!
!!
65
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 13 September 1986 bertempat di Kota Pemalang, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan orang tua Ir. Andjar Koentjoro, MSc dan Dr. Ir. Ani Widiyati, MSi. Penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan menempuh program sarjana dengan jurusan Manajemen pada Institut Pertanian Bogor dan telah lulus pada tahun 2009 yang kemudian melanjutkan ke jenjang pascasarjana dengan mengambil jurusan Ilmu Manajemen. Penulis pernah bekerja sebagai account officer di Bank Rakyat Indonesia dan juga pernah bekerja sebagai Trainer. Saat ini penulis bekerja sebagai PNS di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
58