e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 1 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
ANALISIS ASPEK SARANA RETORIKA PUISI SISWA SMA NEGERI SE-KOTA SINGARAJA PADA MAJALAH SEKOLAH I Dewa Gede Slamet Pardipa, I Nyoman Yasa, I Nengah Martha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected] }
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis-jenis sarana retorika puisi siswa SMA Negeri Se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, (2) mendeskripsikan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi siswa SMA Negeri Se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, dan (3) mendeskripsikan kemampuan siswa SMA Negeri Se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah kertas berupa puisi siswa SMA Negeri Se-Kota Singaraja pada majalah sekolah. Semua data penelitian ini dikumpulkan dengan metode studi pustaka dengan teknik baca dan catat. Data mengenai jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri Se-Kota Singaraja pada majalah sekolah dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan data kemampuan siswa menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi dianalisis dengan metode kuantitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) jenis-jenis sarana retorika yang digunakan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi pada majalah sekolah adalah tautologi, pleonasme, paralelisme, enumerasi, hiperbola, paradoks, kiasmus, retorik retisense, ambiguitas, elipsis, pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, litotes, oksimoron, repetisi, asindeton, dan polisindeton. (2) Frekuensi pemakaian sarana retorika yang banyak digunakan adalah retorik ritisense, hiperbola, dan pleonasme. (3) Kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi pada majalah menunjukkan bahwa dari 29 siswa, sebanyak 7 siswa dikatakann mampu menggunakan sarana retorika, siswa yang cukup mampu menggunakan sarana retorika sebanyak 16, dan kurang mampu menggunakan sarana retorika sebanyak 6 siswa. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lain yang sejenis penelitian ini, misalnya “Analisis Aspek Sarana retorika Puisi Siswa sebagai Bahan Ajar Puisi di SMP”. Kata kunci : Sarana Retorika, Puisi, Majalah Sekolah
ABSTRACT This research has purposes such as (1) to describe the kinds of rhetorical aspect of Senior High School’ poetry around Singaraja for the school magazine, (2) to describe the frequency that use in kinds of rhetorical aspect of poetry for the senior high school students in Singaraja for the school magazine, and (3) to describe the students’ ability in Senior High School around Singaraja in writing poetry using rhetorical aspect for the school magazine. This research uses descriptive qualitative and descriptive quantitative planning. The subjects of this research are papers in the
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 2 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 form of poetry for school magazine made by Senior High school students arround Singaraja. The data collection in this research was collected by study pustaka method with reading and noting technique. The data about the kinds of rhetorical aspect and the frequency that use in rhetorical aspect of petry in Senior High School students arround Singaraja for the school magazine was analized by descriptive qualitative method and the data about students’ ability in using rhetorical aspect in writing poetry was analyzed by quantitavite method. The finding of this research shows that (1) The kinds of rhetorikal aspect that student’ in senior high school use to write poetry for the school magazine arround Singaraja are a tautology, redundancy, parallelism, enumeration, hyperbole, paradox, kiasmus, retisense rhetoric, ambiguity, ellipsis, rhetorical question, climax, anti-climax, litotes, oxymoron, repetition, asindeton, and polisindeton. (2) The rhetorical aspect that most students use are rhitisense rhetoric, hyperbole, and pleonasm. (3) The senior high school abilities’ around Singaraja in writing poetry showed that from the 29 students, there are 7 students are able to use the rhetorical aspect, 16 students are sufficient in using rhetorical aspect and 6 students are incompetent in using it. Other researchers may perform other similar research study, for example, "Aspects of Analysis of Means rhetoric Poetry Poetry Students as Subjects in junior high". Key words: rhetorical aspect, poetry, school magazine.
PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa, yakni berbicara, membaca, menyimak, dan menulis. Berbicara masalah menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tidak bisa terlepas dari standar kompetensi yang tertuang dalam kurikulum. Dalam standar kompetensi tersebut, siswa dituntut untuk mampu menulis, baik itu menulis sastra maupun nonsastra. Pada keterampilan kesastraan siswa dituntut mampu menguasai komponen kesastraan, genre sastra dan perkembangannya untuk mengapresiasi karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan di SMA, terdapat standar kompetensi menulis yang mengharuskan siswa mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui puisi (Depdiknas, 2006: 13). Pembelajaran menulis puisi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya puisi. Oleh karena itu, sudah semestinya siswa memahami dan menguasai ketentuanketentuan yang berlaku dalam penulisan karya sastra, khususnya puisi. Berdasarkan observasi awal dalam ekstra jurnalistik di SMA Negeri se-Kota Singaraja, siswa sudah mampu menciptakan
sebuah puisi yang baik. Lewat sebuah puisi, siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja sudah mampu mengungkapkan gagasan, perasaanya, maupun pemikirannya. Selain itu, puisi-puisi yang dibuat oleh siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja juga memberikan kesan tersendiri ketika selesai membacanya. Kesan kasih sayang sangat kental dalam puisi siswa karena mereka banyak memilih tema percintaan dalam menulis puisi. Sebelum menulis puisi, pemahaman mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalam puisi sangatlah penting. Pada kenyataannya, keterampilan menulis puisi yang diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya mengandalkan ringkasan tanpa melibatkan pemahaman siswa mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalam puisi. Hasilnya, pembelajaran menulis puisi tidak begitu mendapat perhatian khusus karena telah dianggap mudah oleh siswa. Sebenarnya, jika ditelusuri lebih mendalam, peran pemahaman unsur-unsur pembangun karya sastra, khususnya puisi memiliki pengaruh terhadap kemampuan siswa menulis puisi. Waluyo (2005: 1) menyatakan, “Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan katakata kias (imajinatif).” Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa jika suatu ungkapan yang memanfaatkan sarana bahasa itu bersifat “luar bisa,” ungkapan itu disebut sebagai ungkapan sastra atau bersifat sastrawi. Jadi, dalam konteks itu,
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 3 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 penyimpangan yang ada dalam puisi menemukan relevansinya, yakni untuk mencapai efek “keluarbiasaan” ekspresi. Puisi seolah-olah memiliki semacam “tata bahasa” khusus (Sayuti, 2008: 23). Selain itu, ia juga menyatakan bahkan “tata bahasa” dalam puisi kadang tampak sangat menyimpang, apalagi jika dilihat dari segi tata bahasa normatif. Dalam menulis karya puisi, seseorang memang menggunakan bahasa secara khusus (ragam bahasa sastra) untuk mendapatkan efek-efek tertentu kepada pembacanya. Seseorang penulis dibidang kesusastraan akan merasa tidak puas jika menggunakan kata-kata yang bersifat umum pada karyanya. Ia akan berusaha menggunakan kata-kata yang tidak bersifat umum tetapi memiliki makna yang sama. Penulis akan dapat membuat puisi lebih baik jika ia dapat memilih kata-kata yang sesuai dengan gagasannya. Oleh karena itu, bisa dikatakan, setiap penulis puisi memiliki gaya tersendiri dalam menulis karyanya. Gaya merupakan keistimewaan dan kekhususan seorang penulis puisi. Meskipun setiap pengarang mempunyai gaya dan cara tersendiri dalam melahirkan pikiran, namun ada sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa dipergunakan. Jenis-jenis bentuk ini bisa disebut sarana retorika (rhetorical devices) (Pradopo, 2007: 93). Dalam observasi awal yang peneliti lakukan di SMA Negeri se-Kota Singaraja dalam ekstra jurnalistik, siswanya juga menggunakan unsur sarana retorika dalam menulis puisi. Sarana retorika yang siswa gunakan berupa tautologi, pleonasme, paralelisme, enumerasi, hiperbola, paradoks, kiasmus, retorik retisense, ambiguitas, elipsis, pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, litotes, oksimoron, repetisi, dan asidenton,. Dari ke 17 sarana retorika terebut, sarana retorika yang banyak digunakan siswa, yakni retorik retisense, pertanyaan retorik, hiperbola, dan repetisi. Sarana retorika merupakan struktur kata yang artistik untuk memeroleh efek-efek tertentu yang ditimbulkan oleh puisi tersebut. Sarana retorika tidak mengubah arti kata, seperti pada metafora (Gunatama, 2010: 112). Sarana retorika membangun arti melalui struktur sintaksis. Artinya, kata-kata tertentu disusun secara khas dalam jalinan
konteks pilihan agar penikmat puisi menjadi tertarik dan terpacu daya pikirnya untuk menangkap makna yang dikemukakan penyair (Sayuti, 2008: 254). Dengan sarana retorika, sikap penyair terhadap objek tertentu atau terhadap gagasan yang diekspresikan dalam puisi menjadi tampak jelas. Sarana retorika juga penting dalam kaitannya dengan hakikat penapsiran puitik, yang karenanya pula menjadi penting dalam pemahaman, pemaknaan, dan penilaian puisi. Dinyatakan demikian karena terdapat sejumlah hal yang melatarbelakanginya. Pertama, sarana boleh saja dipertimbangkan dan sering terjadi secara eksklusif sebagai sesuatu yang formal, yang berada pada wilayah komposisi (elemen formal) dan bukannya pada isi (elemen semantik). Kedua, sarana retorika berfungsi sebagai latar belakang yang bersifat khusus, yang bisa berupa bahasa praktis, atau dapat pula berupa tradisi puitik. Ketiga, sarana retorika adalah elemen yang menjembatani kesenjangan antara puisi dan pembaca atau yang membuat puisi tertentu menjadi objek estetis yang orisinal dan bernilai (Sayuti, 2008: 275). Di sekolah, majalah sekolah dijadikan media untuk menampung ide-ide siswa dalam membut karya sastra. Majalah sekolah menjadi sarana ekspresi siswa serta aktivitas produktif dan kreatif sanggar sastra atau ekstrakurikuler yang erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Mamalu (http://mustprast. Wordpress. com/ 2012 /06/ 17/ majalahsekolah-1/) menyatakan bahwa secara umum, majalah sekolah bermanfaat untuk menunjang orientasi belajar mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif. Selain itu, majalah sekolah dapat dipakai sebagai salah satu media pengajaran bahasa Indonesia, media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa Indonesia secara pragmatis. Dalam kaitan dengan pokok bahasan sastra, siswa tidak hanya berkesempatan untuk mengapresiasi karya sastrawan terkenal yang dikutip di majalah sekolah, melainkan juga belajar mengapresiasi karya sastra sesama teman. Lebih penting lagi, melalui majalah sekolah dipublikasikan karya cipta siswa, seperti puisi, cerita pendek, cerita bergambar, dan cerita bersambung.
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 4 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Sehubungan dengan keadaan tersebut, sebagai insan yang menggeluti bidang studi bahasa Indonesia, peneliti berkeinginan mengadakan penelitian mengenai analisis sarana retorika puisi karya siswa siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah. Pemilihan lokasi di SMA Negeri se-Kota Singaraja ini ditetapkan mengingat SMA Negeri se-Kota Singaraja merupakan sekolah yang secara konsisten pada setiap tahunnya memproduksi majalah sekolah. Selain itu, arsip-arsip majalah sekolah dari tahun-ke tahun masih disimpan secara utuh di sekolah (di dalam perpustakaan sekolah). Penelitian sejenis mengenai analisis puisi sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ningsih tahun 2011 dengan judul “Analisis Diksi dan Gaya Bahasa (Telaah Intrinsik) terhadap Antologi Puisi Rindu Anak Mendulang Kasih, Karya Oka Rusmini, dkk. sebagai Upaya Bahan Ajar Puisi di SMP.” Hasil dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pilihan kata (diksi) dan jenis gaya (majas) yang digunakan dalam antologi puisi “Rindu Anak Mendulang Kasih” karya Oka Rusmini, dkk. Selain itu, Ningsih mendeskripsikan diksi dan gaya bahasa (majasa) pada antologi puisi “Rindu Anak Mendulang Kasih”, karya Oka Rusmini, dkk. dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMP. Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Silfah Rosfidya. Penelitiannya berjudul “Analisis Puisi Mata Jendela, Karya Sapardi Djoko Damono: Sebuah Kajian Struktural.” Penelitian yang dilakukan Silfah pada tahun 2010 menjawab dua permasalahan, yaitu bangun struktur fisik puisi “Mata Jendela” karya Sapardi Djoko Damono dan bangun Struktur batin puisi “Mata Jendela” karya Sapardi Djoko Damo. Penelitian-penelitian di atas memang sejenis dengan penelitian yang peneliti rancang. Tetapi, penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian yang peneliti teliti, baik dari segi subjek, objek, metodelogi, maupun maupun dari segi tempat penelitian. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, penelitian dengan judul “Analisis Aspek Sarana Retorika Puisi Karya Siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada Majalah Sekolah,” perlu dilakukan. Sejalan dengan paparan di atas, tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan jenis-jenis sarana retorika puisi siswa SMA
Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, (2) mendeskripsikan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, (3) mendeskripsikan kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi (1) para ahli untuk mengembangkan teori puisi, khususnya tentang aspek sarana retorika, (2) bagi guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahan ajar dalam pengajaran menulis puisi. Melaui penelitian ini diharapkan guru akan lebih mudah mencapai tujuan yang terdapat dalam indikator pembelajaran. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru berkaitan dengan sarana retorika puisi, (3) bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya pemahaman siswa tentang sarana retorika. Selain itu, melalui pengetahuan tentang sarana retorika, siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam menulis puisi, (4) bagi peneliti lain, penelitian ini sebagai pancingan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan lebih terperinci, terutama meninjau puisi dari aspek sarana retorika, (5) bagi peneliti, enelitian ini setidaknya memberikan gambaran mengenai jenis-jenis sarana retorika apa saja yang digunakan dan frekuensi penggunaan sarana retorika siswa dalam menulis puisi sehingga nantinya peneliti akan mudah untuk mengondisikan susunan belajar dalam kelas ketika nantinya menjadi guru. Penelitian ini membahas aspek sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah. Majalah sekolah yang diteliti adalah majalah sekolah yang terbit tahun 2009 sampai 2013. Pembahasan penelitian ini mengenai jenisjenis dan frekuensi penggunaa sarana retorika puisi serta kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja dalam menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Sarana retorika yang diteliti ialah sarana retorika yang dikemukakan oleh Pradopo dan Sayuti, yakni tautologi, pleonasme, paralelisme, enumerasi, hiperbola, paradoks, kiasmus, retorik retisense, ambiguitas, elipsis, pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, litotes,
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 5 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 oksimoron, repetisi, ironi, asindeton, dan polisindeton. Oleh karena itu, selain puisi karya siswa pada majalah sekolah SMA Negeri se-Kota Singaraja terbitan tahun 2009 sampai 2013 dan sarana retorika yang dikemukakan oleh Pradopo dan Sayuti data tidak akan masuk ke dalam penelitian yang dilakukan karena penulis hanya berfokus pada hal tersebut. METODE PENELITIAN Rancangan yang dipilih untuk penelitian ini adalah rancangan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini tidak dirancang untuk membuat perlakuan yang diberikan atau dikendalikan terhadap subjek. Pada penelitian ini, rancangan penelitian deskriptif kualitatif digunakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri seKota Singaraja pada majalah sekolah. Sementara, rancangan penelitian deskriptif kuantitatif digunakan medeskripsikan kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Data mengenai kemampuan siswa ini disajikan dalam bentuk tabel (tabulasi). Subjek penelitian ini adalah paper (kertas) berupa puisi dalam majalah sekolah karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja yang terbit tahun 2009 sampai 2013. Pemilihan lokasi di SMA Negeri se-Kota Singaraja ini ditetapkan mengingat SMA Negeri se-Kota Singaraja merupakan sekolah yang secara konsisten pada setiap tahunnya memproduksi majalah sekolah. Selain itu, arsip-arsip majalah sekolah dari tahun-ke tahun masih disimpan secara utuh di sekolah (di dalam perpustakaan sekolah). Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto (2005: 100). Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan teknik baca dan catat. Nazir (1988: 111) juga menyatakan bahwa metode studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Pada teknik baca, langkah yang digunakan adalah
membaca secara cermat dan berulang-ulang sekaligus memberi tanda pada data yang ditemukan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dokumen yang berisi data verbal. Sudaryanto (dalam Rosfidya, 2010: 45) menyatakan teknik catat adalah pencatatan data kemudian dilajutkan dengan alat tulis tertentu. Kegiatan yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah membaca dengan teliti puisi yang terdapat dalam majalah sekolah karya siswa SMA Negeri seKota Singaraja, selanjutnya diidentifikasi dengan cara memberi tanda pada data yang ditemukan. Dalam penelitian ini, kartu data digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut berjalan secara sistematis dan cermat. Selain menggunakan instrumen berupa kartu data, peneliti juga mengunakan pedoman penilaian penggunaan sarana retorika. Pedoman penilaian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, mengenai kemampuan siswa SMA Negeri seKota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Penilaian penggunaan sarana retorika tersebut memiliki tiga tingkatan, yaitu mampu, cukup mampu, dan kurang mampu. Siwa dikatan mampu apabila penggunaan sarana retorikanya pada puisi sebanyak 6,5 – 8, siswa dikatakan cukup mampu apabila penggunaan sarana retorikanya pada puisi sebanyak 3,5 – 6, dan siswa kurang mampu apabila penggunaan sarana retorikanya pada puisi 1 – 3. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pertama, melakukan tabulasi data. Tabulasi data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian, menjadi satu kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis. Dalam penelitian ini, setelah data pusis siswa dalam majalah sekolah terkumpul, peneliti akan membaca dengan teliti puisi yang terdapat dalam majalah sekolah karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja, selanjutnya diidentifikasi dengan cara memberi tanda pada data yang ditemukan. Setiap data yang ditemukan kemudian dicatat dalam kartu data berdasarkan puisi dalam majalah sekolah karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja. Dalam tabulasi data ini, peneliti juga menyajikan data sarana retorika yang sudah
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 6 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dicatat, dalam kartu data, ke dalam bentuk tabel, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis selanjutnya. Penggunaan sarana retorika puisi yang ditemukan dalam majalah sekolah akan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan data yang diperoleh. Semua data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan jenisnya dalam bentuk tabel. Setelah tabulasi data dilakukan, peneliti melakukan seleksi data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data yang didapat valid atau tidak valid dengan rumusan masalah yang diangkat. Tidak menutup kemungkinan dalam mengumpulkan data, akan masuk data-data yang ada di luar masalah yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu, harus dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari temanya, serta polanya, dan membuang yang tidak perlu. Apabila data yang didapatkan ternyata valid, data tersebut dapat dikumpulkan untuk diklasivikasikan. Sebaliknya, jika data yang didapatkan ternyata tidak valid, data tersebut harus dibuang. Pada tahap seleksi data, seluruh data yang dikumpulkan melalui metode studi pustaka dengan teknik baca dan catat akan diidentifikasi. Data-data mengenai jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, serta kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah akan diseleksi dengan cara mengidentifikasi, memilih, dan mengesampingkan sementara data yang dirasakan kurang penting. Setelah direduksi atau diseleksi, data digolongkan sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis sehingga data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Data yang telah direduksi akan dideskripsikan dalam uraian data yang nantinya akan digambarkan secara rinci dan jelas. Dalam deskripsi data, data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relepan yang nantinya akan dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini, data mengenai jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, serta kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis
puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah yang dikumpulkan, akan dipaparkan secara deskriptif. Pada tahap ini, seluruh data yang diperoleh kemudian disusun dan diorganisasikan secara sistematis. Data yang disajikan adalah deskripsi jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, serta kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Proses penyajian data dilakukan sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan oleh peneliti. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan simpulan berdasarkan hasil temuan yang telah disajikan dalam deskripsi data. Dalam penelitian ini, peneiliti akan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh mengenai jenis-jenis sarana retorika dan frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, serta kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Induksi data tersebut tentunya didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten berdasarkan temuan dilapangan. Penyimpulan atau induksi data ini akan disajikan dalam bentuk deskriptif yang diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau permasalahan dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mencangkup tiga hal, yaitu (1) jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, (2) frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, serta (3) kemampuan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah. Dalam pengumpulan data di SMA Negeri se-Kota Singaraja, peneliti mendapatkan 13 buah majalah sekolah. Dari 13 majalah sekolah tersebut, didapatkan 35 puisi karya siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja. Temuan pertama adalah siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja menggunakan 18 jenis sarana retorika dalam menulis puisi pada majalah sekolah. Kedelapan belas sarana retorika itu, yakni tautologi,
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 7 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 pleonasme, paralelisme, enumerasi, hiperbola, paradoks, kiasmus, retorik retisense, ambiguitas, ellipsis, pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, litotes, oksimoron, repetisi, asindeton, dan polisindeton. Sarana retorika yang tidak digunakan oleh siswa dalam menulis puisi pada majalah sekolah hanya sarana retorika ironi. Temuan kedua adalah dari 18 sarana retorika yang dipakai, frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika puisi siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada Majalah sekolah sangat beragam, yaitu Pertama, sarana retorika yang paling banyak digunakan oleh siswa adalah sarana retorika retorik retisense. Penggunaan sarana retorika retorik retisense oleh siswa sebanyak 53 buah. Kedua adalah penggunaan sarana retorika repetisi. Penggunaan sarana retorika repetisi oleh siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja sebanyak 31 buah. Ketiga, penggunaan sarana retorika hiperbola. Sarana retorika hiperbola digunakan oleh siswa sebanyak 27 tujuh buah. Keempat, terdapat penggunaan sarana retorika pleonasme. Penggunaan sarana retorika pleonasme sebanyak 21 buah. Kelima, penggunaan sarana retorika pertanyaan retoris. Sarana retorika pertanyaan retoris digunakan oleh siswa sebanyak 10 buah. Keenam adalah penggunaan sarana retorika tautologi dan oksimoron. Sarana retorika tautologi dan oksimoron digunakan siswa sebanyak 8 buah. Ketujuh, terdapat penggunaan sarana retorika ellipsis dengan jumlah 6 buah. Kedelapan, penggunaan sarana retorika paralelisme, paradoks, dan asindeton. Penggunaan ketiga sarana retorika itu dalam puisi siswa sebanyak 5 buah. Kesembilan, penggunaan sarana retorika enumerasi, antiklimaks, litotes, dan polisideton. Penggunaan keempat sarana retorika tersebut berjumlah 2 buah. Terakhir, kesepuluh, yang paling sedikit penggunaannya adalah sarana retorika kiasmus, ambiguitas, dan klimaks. Penggunaan masing-masing sarana retorika itu hanya berjumlah 1 buah. Temuan ketiga adalah kemampuan siswa dapat diketahui bahwa siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja yang mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi pada majalah sekolah sebanyak 7 siswa, dan siswa yang cukup mampu menggunakan sarana retorika sebanyak 16
siswa. Sementara itu, siswa yang kurang mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi pada majalah sekolah sebanyak 6 siswa. Sarana retorika digunakan oleh siswa bertujuan agar makna kata atau pesan yang ingin disampaikan lebih mendalam bagi pembaca. Penggunaan sarana retorika juga dimaksudkan untuk menegaskan apa yang ingin disampaikan siswa. Misalnya, untuk menyampaikan ketidak berdayaan seseorang, siswa mengungkapkannya dengan menggunakan sarana retorika tautologi “Tiada lagi ruang bagiku//Aku tersiksa....,terhimpit..., terjepit...,//Sakit.......”. Sarana tautologi pada data itu terletak pada kata terhimpit dan terjepit. Kata terhimpit dan terjepit menjelaskan bahwa siswa menggunakan dua kata yang memiliki makna sama atau dengan kata lain, siswa menggunakan sinonim dari kata yang sudah disampaikan. Pradopo (2007: 95) menyatakan tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan hal atau keadaan dua kali. Bahkan, sering kata yang digunakan untuk mengulang itu tidak sama, tetapi artinya sama atau hampir sama. Kata terhimpit dan terjepit pada data itu digunakan siswa untuk memperdalam pesan yang ingin disampaikan penulis terhadap pembacanya. Siswa ingin menyampaikan bahwa aku sudah tidak memiliki ruang gerak seperti dulu lagi. Ia (aku) sekarang terhimpit bahkan terjepit bukan karena suatu benda, tetapi karena usia yang merengut ruangnya. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Ningsih pada tahun 2011 juga menemukan penggunaan sarana retorika tautologi pada puisi. Misalnya, “aku haus dan dahaga, haus akan kasih sayang dahaga akan tentram jiwa.” Penggunaan kata haus dan dahaga yang memiliki makna serupa, menunjukkan dalam larik itu menggunakan sarana tautologi. Tautologi pada larik itu juga dimaksudkan untuk memperdalam kesan pesan yang ingin disampaikan penulis. Selain itu, Ningsih juga menemukan penggunaan hiperbola dan litotes pada puisi. Penggunaan bentuk sarana retorika oleh siswa juga bertujuan untuk memperkuat suatu gagasan atau emosi dengan cara mengulangnya. Dengan sarana retorika juga, siswa bisa lebih mengekspose dan menonjolkan kata atau kelompok kata yang mempunyai fungsi yang sama. Misalnya penggunaan sarana retorika paralelisme,
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 8 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 “Kisah cinta yang aku alami . . .//Kisah cinta yang aku banggakan . . .” Pengulangan atau penyiasatan bentuk paralelisme kisah cinta yang aku pada contoh tersebut dimaksudkan untuk memberi penekanan sekaligus memberi efek estetis pada gagasan yang ditampilkan. Hal yang ingin ditekankan pada contoh itu adalah kisah cinta yang dialami penulis menyenangkan. Nurgiayantoro (1994: 302) juga menyatakan bahwa paralelisme menyarankan pada pengguna bagian-bagian kalimat yang mempunyai kesamaan struktur garamatikal (dan menduduki fungsi yang sama pula) secara berurutan. Putri Adityarini dalam penelitiannya juga menemukan penggunaan paralelisme. Sejalan dengan penelitian ini, Putri Adtyarini (2014: 140) dalam penelitiannya juga menyatakan penggunaan bangun struktur yang paralelisme dalam kalimat penuturan akan menghasilkan bentuk-bentuk pengungkapan yang retoris dan sekaligus melodis selain mempermudah pemahaman pembaca karena gagasan yang ingin disampaikan itu “dibungkus” dengan pola yang mirip. Selain penggunaan paralelisme, Putri Adityarini dalam penelitiannya juga menemukan penggunaan pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, asindeton, dan polisindeton. Dengan demikian, dapat ditegaskan, temuan penggunaan sarana retorika dalam penelitian ini masih relepan dengan penelitian sebelunya dan sejalan dengan teori yang ada. Penggunaan kedelapan belas jenisjenis sarana retorika tersebut oleh siswa merupakan sarana untuk berpikir siswa, sehingga pembaca atau pendengar puisi dapat lebih menghayati gagasan yang diekspresikan, atau perasaan yang ingin ditumbuhkan siswa lewat dan dalam puisi. Dengan penggunaan jenis-jenis sarana retorika tersebut, juga dapat diketahui sikap siswa terhadap objek tertentu atau terhadap gagasan yang diekspresikan dalam puisi menjadi tampak jelas. Sejalan dengan itu, Sayuti (2008: 275) menyatakan bahwa sarana retorika adalah alat yang membuat pembaca sadar terhadap objek yang disajikan dalam puisi. Oleh karena itu, penggunaan janis-jenis sarana retorika tersebut dalam puisi siswa dapat membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan siswa. Selain itu, penggunaan janis-jenis sarana retorika tersebut dapat memperkuat efek
terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh gagasan yang disampaikan siswa dalam puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis sarana retorika yang tidak digunakan siswa hanyalah sarana retorika ironi. Sarana retorika ironi ini tidak digunakan siswa karena sesuai dengan yang diungkapan Sayuti (2008: 265) sarana retorika ironi merupakan sarana retorika yang bentuk pengucapan kata-kata yang bertentangan dengan maksud sebenarnya dan biasanya dimaksudkan untuk menyindir. Sementara itu, siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja banyak menggunakan tema percintaan atau persahabatan dalam menulis puisi. Percintaan yang bersifat kasih sayang, harmonis, dan atau romantis tidak memungkinkan munculnya sarana retorika ironi. Oleh Karena itu, tema percintaan atau persahabatan yang banyak diangkat siswa tidak bisa memungkinkan munculnya sarana ironi tersebut yang merupakan ungkapan untuk menyindir. Sarana retorika retorik retisense banyak digunakan karena sarana retorika retorik retisense bisa dikatakan mudah untuk menggunakannya, hanya dengan menggunakan tanda titik-titik. Tanda titik-titik juga digunakan untuk menggantikan pesan yang sulit untuk diungkapkan siswa. Sejalan dengan itu, Pradopo (2007: 97) menyatakan retorik retisense adalah sarana retorika yang mempergunakan tanda baca titik-titik (….) untuk mengganti perasaan yang tidak terungkap. Retorik retisense juga menghadirkan efek romantik terhadap puisi yang siswa buat dan sesuai dengan tema cinta yang banyak diangkat dalam puisi siswa pada majalah sekolah. Selain itu, penggunaan sarana retorika repetisi dan hiperbola juga banyak digunakan siswa. Sarana retorika repetisi digunakan untuk menekankan makna yang ingin disampaikan dan mendukung setiap gagasan yang sederajat. Keraf (2006: 127) menjelaskan bahwa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Selain itu, penggunaan kata-kata yang berulang akan menghasilkan pengungkapan yang melodis dan mempermudah pembaca karena gagasan yang disampaikan diungkapkan dengan pola yang sama. Sementara, sarana hiperbola banyak digunakan siswa karena siswa merasa perlu melebih-lebihkan hal
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 9 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 yang disampaikan agar mendapatkan perhatian yang lebih dari pembaca. Tarigan (1985: 55) menyatakan bahwa hiperbola adalah pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan, dan pengaruhnya. Hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Ningsih pada tahun 2011. Penelitan Ningsih juga menemukan pemakaian sarana hiperbola juga banyak digunakan dalam sebuah puisi. Dalam analisis terhadap Antologi Puisi Rindu Anak Mendulang Kasih, karya Oka Rusmini, dkk., Ningsih menemukan 86 pemakaian sarana hiperbola. Berdasarkan pedoman penilaian penggunaan sarana retorika yang diungkapkan Situmorang (dalam Sefyan, 2011), kemampuan siswa SMA Negeri seKota Singaraja menulis puisi dengan sarana retorika pada majalah sekolah, ada dalam kategori mampu, cukup mampu, dan kurang mampu. Hal itu dibuktikan oleh rentangan penggunaan sarana retorika pada setiap puisi yang siswa buat pada majalah sekolah. Dari 29 siswa, sebanyak 7 siswa yang mendapat tingkat mampu dan 16 siswa mendapatkan tingkat cukup mampu, serta 6 siswa yang mendapat tingkat kurang mampu. Selain itu, setiap puisi yang siswa buat semua menggunakan sarana retorika. Sarana Retorika yang paling banyak digunakan siswa adalah sarana retorika retorik retisense. Seperti yang sudah dijelaskan, sarana retorika ini banyak digunakan karena sarana retorika ini bisa dikatan mudah untuk menggunakannya, hanya dengan menggunakan tanda titik-titik. Tanda titik-titik digunakan untuk menggantikan pesan yang sulit untuk diungkapkan siswa. Dalam menggunakan sarana retorika, siswa SMA Negeri se-Kota singaraja juga tepat dalam penggunaannya. Ketepatan penggunaan jenis-jenis sarana retorika oleh siswa, dibuktikan dengan terciptanya penekanan pada makna-makna tertentu, sehingga tercapainya pesan yang diinginkan siswa kepada pembaca. Ketepatan penggunaan itu juga menimbulkan efek estetis pada puisi siswa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan pengalaman
yang peneliti miliki. Penelitian ini hanya membahas sarana retorika puisi yang diungkapkan oleh Pradopo dan Sayuti. Kajian sarana retorika sebenarnya masih sangat luas. Adityarini (2014: 33) menyatakan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan sarana retorika adalah pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. Oleh karena itu, masih banyak kajian sarana retorika yang belum dikaji dalam penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang berjudul “Analisis Aspek Sarana Retorika Puisi Siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada Majalah Sekolah” ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal; jenis-jenis aspek sarana retorika yang digunakan oleh siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja dalam menulis puisi pada majalah sekolah sebanyak 18 jenis dari 19 jenis sarana retorika yang diungkapkan oleh Pradopo dan Sayuti. Kedelapan belasa jenis sarana retorika tersebut adalah tautologi, pleonasme, paralelisme, enumerasi, hiperbola, paradoks, kiasmus, retorik retisense, ambiguitas, ellipsis, pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, litotes, oksimoron, repetisi, asindeton, dan polisindeton. Berdasarkan hasil penelitian, dalam puisi yang diteliti, hanya sarana retorika ironi yang tidak digunakan siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja. Penggunaan jenis-jenis sarana retorika oleh siswa itu memberikan efek estetis sekaligus penekanan pada gagasan yang ingin disampaikan siswa. Dapat diketahuai bahwa, frekuensi pemakaian jenis-jenis sarana retorika sangat beragam. Dari 18 saran retorika yang digunakan, sarana retorika retorik retisense yang paling banyak digunakan, disusul penggunaan repetisi, hiperbola, dan pleonasme. Sarana retorika tersebut melebihi dari 20 penggunaan dalam puisi siswa. Sementara, sarana retorika yang sedikit digunakan oleh siswa adalah sarana retorika enumerasi, antiklimaks, plosindeton, litotes, kiasmus, ambiguitas, dan klimaks. Penggunaan sarana retorika tersebut penggunaannya dalam puisi yang siswa buat tidaklah lebih dari 2 buah.
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 10 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Kemampuan siswa SMA Negeri seKota Singaraja menggunakan sranan retorika dalam menulis puisi dapat diketahui bahwa dari 29 siswa, yang mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi pada majalah sekolah sebanyak 7 siswa, dan siswa yang cukup mampu menggunakan sarana retorika sebanyak 16 siswa. Sementara, siswa yang kurang mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi pada majalah sekolah sebanyak 6 siswa. Berdasarkan hasil atau temuan dan simpulan penelitian ini, dapat disimpulkan saran sebagai berikut. Pertama, bagi perkembangan teori dan ahli, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdpat sarana retorika yang jarang digunakan dan bahkan tidak digunakan, seperti sarana retorika enumerasi, klimaks, ironi, dan kiasmus. Oleh karena itu, alangkah baiknya kajian teori tentang sarana retorika tersebut diperdalam pengertiannya, sehingga siswa mudah memahami dan menggunakan sarana retorika itu. Kedua, bagi guru, dalam kaitannya dengan sarana retorika puisi siswa SMA Negeri se-Kota Singaraja pada majalah sekolah, guru bahasa Indonesia (pembina bidang sastra Indonesia) hendaknya lebih memberikan pengetahuan tentang sarana retorika guna siswa mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi. Pengetahuan yang kurangtentang sarana retorika membuat siswa jarang menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi. Ketiga, Penelitian ini bisa dijadikan patokan sebagai refleksi diri siswa dalam menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kurang mampu menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi, seharusnnya dijadikan motivasi belajar untuk lebih giat belajar lagi (khususnya sarana retorika puisi). Penelitian ini juga dapat dijadikan siswa untuk menimba pengetahuan guna meningkatkan kemampuan dalam menggunakan sarana retorika dalam menulis puisi. Keempat, bagi peneliti lain, penelitian ini hanya mengambil objek terbatas, yakni sarana retorika yang diungkapkan oleh Pradopo dan Sayuti. Peneliti lain diharapkan memperluas objek kajian penelitian, sehingga mendapat gambaran yang lebih menyeluruh tentang penggunaan sarana retorika puisi. Oleh sebab itu, peneliti lain, yang berminat dalam
bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya penggunaan sarana retorika puisi, diharapkan melanjutkan penelitian ini. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lain yang sejenis penelitian ini, misalnya “Analisis Aspek Sarana retorika Puisi Siswa sebagai Bahan Ajar Puisi di SMP” DAFTAR PUSTAKA Adityarini, Ida Ayu Putri. 2014. “Analisis Aspek Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter pada Antologi Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2012, Laki-laki Pemanggul Goni”. Sekripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Gunatama, Gede. 2010. Apresiasi, dan Singaraja: Undiksha.
Puisi (Teori, Pemaknaan).
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa (Komposisi Lanjut I). Jakarta: Erlangga. Mamalu, Deki. 2008. “Manfaat Majalah Sekolah bagi Pelajaran Bahasa Indonesia”. http://www.hariankomentar.com/arsip/ arsip_2008/mei_07/opini01.html. Nazir. M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: ERLANGGA Ningsih, Ni Putu Ria. 2011. “Analisis Diksi dan Gaya Bahasa (Telaah Intrinsik) Terhadap Antologi Puisi Rindu Anak Mendulang Kasih, Karya Oka Rusmini dkk. Sebagai Upaya Bahan Ajar Puisi di SMP”. Sekripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi Analisis Sastra Norma dan
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 11 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rosfidya, Silfa. 2010. “Analisis Puisi Mata Jendela, Karya Sapardi Djoko Damono: Sebuah Kajian Struktural.” Sekripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.