ANALISIS ASPEK DESAIN DAN KAIDAH PADA MUSABAQAH KHATTIL QUR’AN ( MKQ ) GOLONGAN DEKORASI DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012 Oleh : Suhariadi ABSTRAK Dalam sejarahnya, Asahan cukup dikenal dalam budaya seni Islamnya baik tingkat Lokal, Nasional bahkan Internasional. Kabupaten tersebut pencetus lahirnya MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) di Sumatera Utara pada Tahun 1946 tepatnya di daerah Kampung Bunga. MTQ terbagi menjadi beberapa cabang yakni Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), Musabaqoh Syarhil Qur’an (MSQ), Musabaqoh Fahmil Qur’an (MFQ), Musabaqoh Khottil Qur’an (MKQ). MKQ merupakan lomba menuliskan ayat-ayat AlQur’an dalam berbagai jenis Kaligrafi Arab yang memiliki nilai keindahannya baik dari segi kaidah huruf maupun desain ragam hiasnya. Salah satu tujuannya adalah mempertahankan dan menggali potensi generasi muda Muslim untuk menuliskan ayat-ayat Al-Quran dalam nuansa kaligrafi Arab diberbagai media. Dalam kegiatannya dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu Golongan Naskah, Golongan Hiasan Mushaf dan Golongan Dekorasi. Hasilnya terbentuk di atas media kertas bagi golongan Naskah dan Hiasan Mushaf. edangkan di atas media triplek bagi golongan Dekorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kaligrafer Asahan mampu menggunakan prinsip desain dalam MKQ golongan dekorasi. Kemudian menggunakan Metode deskripsi kualitatif yang di mana populasinya sebanyak 25 karya keseluruhan dari golongan dekorasi dan sampel di ambil keseluruhan karya dari populasi dengan teknik Total Sampling terdiri dari 25 karya yang terciptakan. Setelah diadakan observasi maka penulis mengumpulkan data dan menyerahkan ke pada tim penilai untuk dinilai. Hasil temuan menyatakan bahwa masih banyak ditemukan karya peserta yang kurang memahami standarisasi MKQ golongan Dekorasi. Bahkan diantaranya ada yang membuat di luar standart tersebut. Hasil yang di peroleh dalam karya dengan Jumlah nilai rata-rata keseluruhan karya peserta terdiri dari 25 karya dan dari segi aspek desain dengan nilai 80 predikat Baik kemudian jika dari aspek kaidah dengan nilai 74 predikat Cukup Baik.
Kata Kunci :, Aspek Desain, Aspek Kaidah, MKQ
1
2
A. Pendahuluan MKQ merupakan agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Asahan dalam pelaksanaan MTQ dan kegiatannya berkelanjutan baik tingkat Provinsi Sumatera Utara hingga Nasional. Dari hasil penelitian, para kaligrafer Asahan selama ini kurang mampu mengimbangi karyakarya kaligrafer daerah lain pada kegiatan MKQ tingkat Provinsi Sumatera Utara. Daerahdaerah yang sering menjuarai seperti Kota Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi. Dalam MKQ yang sudah diselenggarakan, Asahan jarang mendapatkan peringkat dikarenakan faktor-faktor internal dan eksternal pada kaligrafernya. Faktor internal adalah kurangnya pengalaman maupun SDM kaligrafer Asahan yang masih belum memadai secara maksimal. Seperti pengalaman dalam menggoreskan bentuk-bentuk kaidah kaligrafi Arab yang baku. Sedangkan eksternalnya adalah belum tersedianya lembaga pembinaan kaligrafi Arab di daerah tersebut sehingga masih sedikit yang mampu menulis kaligrafi Arab sesuai kaidah yang baku. Selain itu, kendala juga dialami pada kordinasi teknis yang dilakukan oleh kaligrafer dan penikmat seni. Artinya komunikasi yang berisi masukan sering kali tidak diperhatikan oleh kedua belah pihak. Kemudian kurang informasinya perkembangan kaligrafi Arab baik segi desain ragam hias, kreativitas bentuk-bentuk kaligrafi Arab diberbagai daerah maupun media massa. Dengan kurangnya informasi, para kaligrafer juga kurang berbagi pengalaman untuk kemajuan daerah dalam perkembangan MKQ di Indonesia. B. Landasan Teori 1. Prinsip - Prinsip Desain Dalam menerapkan sebuah desain kaligrafi Arab pada golongan Dekorasi, maka harus diketahui prinsip - prinsip desain terlebih dahulu. Agar tercapainya sebuah karya yang memilki standar estetika. Jadi, menurut Atisah Sipahelut (dalam jurnal Nawawi, 2005: 154155) menjelaskan prinsip-prinsip desain tersebut meliputi: 1.1. Kesederhanaan Kesederhanaan adalah pertimbangan-pertimbangan yang mengutamakan pengertian dan bentuk yang inti (prinsipil). Segi-segi lain seperti kemewahan, kecanggihan struktur, kerumitan bentuk, sebaiknya di kesampingkan. 1.2.
Keselarasan Dalam pengertian yang pokok, keselarasan berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam satu benda, atau antara benda yang satu dengan benda yang lain yang dipadukan, atau antara unsur yang satu dengan lainnya. 1.3.
Irama (ritme) Irama adalah “kesan gerak” yang ditimbulkan oleh keselarasan. Keselarasan yang baik akan menimbulkan “kesan gerak gemulai”yang menyambung dari bagian satu kebagian
yang lain pada suatu benda, atau dari unsur yang satu keunsur yang lain dalam susunan (komposisi). Keselarasan yang jelek akan menimbulkan “kesan gerak” yang kacau atau simpang siur. Kesan gerak yang ditimbulkan keselarasan (harmoni) dan ketidakselarasan (kontras) itu yang disebut dengan “Irama”. 1.4.
Kesatuan (unity) Bentuk suatu benda akan nampak utuh kalau bagian yang satu menunjang yang lain secara selaras. Bentuknya akan tampak “terbelah”, apabila masing-masing bagian muncul sendiri-sendiri, atau tidak kompak satu sama lain. Dalam suatu komposisi, kekompakan antara benda atau unsur yang satu harus mendukung benda atau unsur yang lainnya. Kalau tidak, komposisi itu akan terasa kacau. 1.5.
Keseimbangan Keseimbangan merupakan kesan yang muncul dari perasaan sipengamat terhadap hasil penataan unsur-unsur desain, merasakan berat sebelah, berat ke bawah dan sebagainya. Kesan berat sebelah itu dapat timbul akibat penataan motif yang berlebihan pada sisi tertentu, atau penggunaan warna yang lebih gelap pada salah satu sisi. Perasaan manusia pada umumnya menyukai “kesan sama berat”. Oleh sebab itu keseimbangan dianggap sebagai perinsip desain yang sangat menentukan kualitas desain. Selain itu, Sembiring (2005:32) menambahkan prinsip-prinsip desain memiliki keutamaan. Keutamaan yang dimaksud adalah dengan menekankan ciri-ciri tertentu di dalam karya dan mensubboardinasikannya untuk mengundang perhatian pengamat kepada citra yang ditonjolkan pada karyanya. 2. Unsur - Unsur Seni Rupa Dalam penerapannya, seorang kaligrafer dituntut untuk mampu mengembangkan kreatifitas dalam desain termasuk ragam hiasnya. Maka, unsur-unsur desain harus diketahui agar mendapatkan karya desain yang baik. Menurut Purwosuwito (http://sunardipw.blogspot.com/2005/06/unsur-unsur- desain.html) bahwa unsur-unsurdesain sebagai berikut : 2.1 Garis Garia dalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain. Sedangkan Bahari (2008:98-99) mengutarakan garis itu mempunyai dimensi ukuran dan arah tertentu. Ia bisa pendek, panjang, halus, tebal berombak, lurus melengkung, dan barangkali masih ada sifat yang lain. 2.2
Bentuk (Shape) Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar.
2.3.
Tekstur (Texture) Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba.
2.4.
Ruang (Space) Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain
2.5
Ukuran (Size) Ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek.
2.6.Warna (Color) Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas. 3. Pengertian Kaligrafi Arab Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani dengan kata “ Kalligraphia” yang di uraikan atas dua suku kata “Kallios’’ artinya indah, cantik kemudian “Graphia” artinya coretan atau tulisan. Jadi arti keseluruhan adalah suatu coretan atau tulisan indah . Dalam bahasa Arab, kaligrafi di sebut “ Khat” (Situmorang,1993:67). Syekh Syamsudin Al-Akfani menjelaskan kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, penempatannya dan cara merangkainya menjadi tulisan dalam baris-baris, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan bagaimana digubahnya (dalam Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,1994:1). Israr, (1985:135). Seorang yang ahli dalam kaligrafi disebut kaligrafer dan dia adalah seniman. Muhammad Thahir Ibn Abd Al-Qadir Al-Kurdi (dalam Khoiri. 1999:50-51) karyanya Tarikh Al-Khath Al-Arabi Wa Ada Bihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujungujung jari dengan memanfaatkan pena dalam tata cara tertentu. Yang dimaksud dengan ‘’pena’’ disini adalah pusat gerakan ujung-ujung jari sementara ‘’tata cara tertentu ‘’ merujuk pada semua jenis kaidah-kaidah penulisan. Yuwono, (2005 : 67) mengungkapkan kaligrafi adalah tulisan yang indah yang teraplikasikan dalam media tulisan, lukisan, maupun pola-pola 2 atau 3 dimensi. Dan Wikipedia Bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kaligrafi) menjelaskan kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena sebagai hiasan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sirajuddin (2007: vi) pada buku Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam bahwa kaligrafi adalah unsur ornamen terpenting bagi seniman Muslim karena banyak di gunakan untuk mengolah ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi
pegangan utama hidupnya. Sedangkan Khoiri (1999:51) mengatakan bahwa kaligrafi Arab adalah tulisan indah yang berasal dan berkembang di wilayah Arab. Yudoseputro. (1986:115). Watak khas seni khat ialah bahwa kehadirannya merupakan gubahan kata-kata dari aksara dalam desain tertentu. Demikian dalam kaligrafi Arab, katakata disusun menjadi kalimat yang bersumber pada ayat-ayat dari Al-Qur’an atau Hadits. Sedangkan Suhendro (2010:4) menjelaskan bahwa kaligrafi Arab adalah suatu tulisan indah dalam aksara Arab yang memiliki kaidah dalam penulisannya. Meskipun bermacam-macam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, namun pada dasarnya tujuan ungkapan tersebut mengarah kepada arti tulisan yang indah. Dapat juga dikatakan suatu tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika yang bersumber pada pikiran atau ide dan diwujudkan melalui benda materi (alat tulis atau kalam) yang diikat oleh aturan dan tata cara tertentu. Jadi seni kaligrafi Arab itu adalah tulisan indah huruf Arab dengan mengikuti metodemetode tertentu. Sirojuddin (2007:1-495), menguraikan jenis-jenis kaligrafi Arab menjadi 7 bagian yakni Khat Naskhi, Khat Tsulus, Khat Diwani, Khat Diwani Jali, Khat Farisi, Khat Kufi dan Khat Riq’ah. 1. Khat Naskhi Jenis khat Naskhi ini sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memilki sedikit sudut yang tajam seperti sudut Kufi. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku, koran dan majalah bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Menurut Israr (1985:83). Khat Naskhi adalah tulisan yang jelas dan mudah dibaca.
Gambar 2.1 Jenis Khat Naskhi bertuliskan “Basmallah” (Sumber : Sirojuddin, 2007:36)
2. Khat Tsulus Dalam perkembangannya khusus di Indonesia, kaligrafi Tsulus lebih populer digunakan sebagai tulisan utama dalam pendekorasian kaligrafi Arab pada bangunan Masjid, Musholla dan sebagainya. Selain itu jenis tersebut memiliki karakter menimpa pada huruf tunggal maupun persambungan
antara satu dengan lainnya. Hal demikian disesuaikan
keseimbangan agar terlihat harmoni. Gambar.2.2 Jenis kaligrafi Sulus dengan tulisan “Basmallah” karya Kouchi Honda dari Tokyo 1946 (Sumber Sirajuddin, 2007 : 134)
3. Khat Diwani Khat Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Diwani berasal dari bahasa Arab yakni “diwanun” yang berarti kantor. Maka dikatakan khat Diwani sebab nisbah kepada kantor-kantor pemerintah tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah kaligrafi ini menyebar keseluruh kalangan masyarakat . Dalam karakternya, tertumpu penulisannya pada garis semu bagian bawah kemudian terlihat pelenturan tebal tipis sebuah garis yang kecenderungan bentuknya berputar-putar. Gambar.2.3. Jenis Khat Diwani ”Basmallah” karya Hasyim Muhammad Al-Baghdadi (Sumber : Sijoruddin , 2007 : 199)
4. Khat Diwani Jali Khat Diwani Jali merupakan kemiripan bentuknya dengan kaligrafi Diwani, bedanya pada Diwani Jali ini memiliki karakter pada penyematan tanda syakal yang memenuhi ruang tulisan dengan titik-titik segi empat (seperti titik-titik pada sulus). Diwani Jali lebih cenderung dibuat dengan karakter bentuk-bentuk benda seperti bentuk kapal, buah-buahan dan sebagainya.
Gambar.2.4 Jenis Khat Diwani Jali “Basmallah” Karya Mustafa Majid Ayral (Sumber: Sirojuddin , 2007 : 259 )
5. Khat Farisi Khat Farisi ini disebut juga Khat Mutaraqis (menari-nari) sebab membutuhkan tarian tangan dalam pengolahan huruf-hurufnya. Karakter kaligrafi Farisi ini memiliki suatu gaya tersendiri dimana tulisan ini agak condong kearah ke kanan, huruf-hurufnya sering memiliki lebar yang tidak sama, sehingga waktu penulisannya memerlukan suatu keahlian tersendiri dari si penulisnya (Situmorang, 1993: 86).
Gambar.2.5 Jenis Khat Farisi ”Basmallah” karya Usman Taha, Syria. (Sumber : Sirojuddin.2007:332)
6. Khat Kufi Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dan sumber seluruh kaligrafi Arab. Pada karakter tulisannya berbentuk siku-siku. Dinamakan kaligrafi Kufi berasal dari kota Kufah kemudian menyebar seluruh Jazirah Arabia. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornamen seperti motif tumbuhtumbuhan dan motif geometris sehingga lahirlah beragam corak Kufi yang baru.
Gambar.2.6. Jenis Khat Kufi ”Basmallah” karya Muhammad Abdul Kadir Abdullah, 1946 (Sumber : Sirojuddin, 2007: 445
7. Khat Riq’ah Khat Riq’ah adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani dengan spesifikasi pada huruf-hurufnya yang pendek dan bisa ditulis lebih cepat dari jenis kaligrafi yang lainnya. Pada karakternya huruf-hurufnya kaku, tegak lurus, menukik, vertikal, miring dan beberapa bagiannya cekung. Huruf-huruf ini mengambil lokasi selalu di atas garis semu, maka bagian-bagian huruf ini saling bermiripan.
Gambar.2.7. Jenis Khat Riq’ah ”Basmallah” karya Walid Al- A’zami (Sumber : Sirojuddin, 2007: 506)
Menurut Ibnu Muqlah (dalam Khoiri, 1999 : 66-67 ) ada lima kriteria penulisan kaligrafi arab yang benar yaitu : 1. Tawfiyah (tepat), yaitu setiap huruf harus mendapatkan usapan sesuai dengan bagiannya, dari lengkungan kejuran, dan bengkokkan. 2. Itmam (tuntas),yaitu setiap huruf harus diberi ukuran yang utuh, dari panjang pendek dan tipis-tebal. 3. Ikmal (sempurna), yaitu setiap usapan garis harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar dalam gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung. 4. Isyba (padat), yaitu setiap usapan garis harus mendapat sentuhan pas dari mata pena, sehingga terbentuk suatu keserasian. 5. Irsal (lancar), yaitu menggoreskan kalam secara cepat tepat, tidak tersandung atau tertahan-tahan sehingga menyusahkan atau mogok ditengah tengah membuat getaran tangan yang merusak tulisan yang sedang ditorehkan. 4. Karya-Karya Kaligrafi Arab pada Musabaqoh Khottil Quran Dalam buku panduan umum MTQ N ke-32 Tingkat Provinsi Sumatera Utara (Panitia. 2010:70) ada 3 golongan yang diperlombakan dalam MKQ yakni Naskah atau tulisan buku, Hiasan Mushaf dan Dekorasi :
4.1. Naskah atau Tulisan Buku Karya ini dibuat di atas kertas karton berukuran 60 x 80 cm. Ayat Al-Quran yang dituliskan hanya ditekankan pada kaidah Khat Naskhi baku dan tidak ada unsur ragam hiasnya. Biasanya pola ragam hias sedikit diberikan, namun tidak termasuk pada penilaian. Dalam pelaksanaannya, Tulisan buku dilakukan 2 jenis karya dalam satu pelaksanaan. Karya wajib yakni tulisan naskhi, sedangkan karya pilihan yakni membuat kombinasi ke 7 jenis khat dalam satu karya.
Gambar.2.8. Karya Naskah atau Tulisan Buku 4.2 Hiasan Mushaf Khusus untuk golongan Hiasan Mushaf, gaya hiasan atau iluminasi dan ornamen harus menggambarkan halaman pertama mushaf Al-Qur’an seperti tercontoh pada surat AlFatihah dan halaman awal surat Al-Baqarah. Karya tersebut dibuat di atas kertas karton berwarna putih berukuran 60 x 80 cm. Pada proses penulisannya, baris-baris teks ayat harus ditulis mendatar (tidak oval, melingkar, kerucut atau kubus). Kemudian digoreskan secara langsung tanpa bantuan alat cetak atau mal/patron huruf dalam bentuk dan jenis apapun. Namun cetakan tersebut berlaku digunakan hanya pada desain hiasan atau ornamennya. Peserta diperbolehkan menggunkan bahan cat berbasis air/akrilik kecuali berbahan dasar cat minyak. Penggunaan warna minimal 3 warna yang disesuaikan dengan keserasian unit karya.
A
B
Gambar.2.9. Contoh karya Hiasan Mushaf
4.3.Dekorasi Untuk golongan dekorasi, ayat-ayat Al-Qur’an dipadukan dalam media yang berornamen seperti dekorasi interior/eksterior masjid dan bangunan-bangunan yang bernuansa Islam. Karya tersebut dibuat di atas bahan triplek berukuran 80 x 120 cm. Jenis khat pilihan yakni ke- 7 jenis kaligrafi Arab yang dipadukan dengan pola ragam hiasnya. Pada proses penulisannya, digoreskan secara langsung tanpa bantuan alat cetak atau mal/patron huruf dalam bentuk dan jenis apapun. Namun cetakan tersebut berlaku digunakan hanya pada desain hiasan atau ornamennya. Peserta diperbolehkan menggunkan bahan cat berbasis air/akrilik kecuali berbahan dasar cat minyak. Penggunaan warna minimal 3 warna yang disesuaikan dengan keserasian unit karya.
5.
Gambar 2.10 Contoh gambar karya Dekorasi Bahan dan Alat Kaligrafi Arab pada MKQ Bahan dan alat adalah sesuatu hal yang dapat mendukung terwujudnya sebuah karya
seni. Benda-benda tersebut memberikan kemudahan kepada seniman tak terkecuali kaligrafer dalam MKQ untuk penyelesaian karya. Bahan dan Alat dalam Berkarya Kaligrafi Arab pada MKQ No Bahan dan Alat A.
Bahan
1
4
Kertas Karton berukuran 60 x 80 cm sebagai media karya Triplek dengan ketebalan 6 mili berukuran 80 x120 cm sebagai media karya Cat emultion plakat merek Mowilex sebagai bahan dasar pewarnaan. Sari Warna
5
Air secukupnnya sebagai pengencer cat
6
Cat semprot sebagai pembentuk cetakan
7
Kapur Tulis
8
Kertas HVS
2 3
9
Tinta cina
10
Benang wol sebagai penyerap tinta
11
Lakban
B
Alat
1
Kuas berbagai bentuk dan ukuran
2
Pena kaligrafi/handam terbuat dari batang pakis
3
Pensil dan pensil warna
4
Penggaris teknik
5
Jangka
6
Cutter atau pisau
7
Penghapus
8
Tabung tinta
9
Kain sebagai alas bahan kotor
10
Kain sarung sebagai alas kertas untuk menulis
11
Penjepit kertas
12
Ember kecil sebagai wadah air pencuci kuas
13
Tool boox atau kotak perkakas cat
6. Proses Pemotongan Ujung Kalam ( Pena Kaligrafi Arab) Gambar 2.26. Cara pemotongan alat tulis kaligrafi (sumber, Sirojuddin 1985:175)
Menurut Sirojuddin (1985:174-176) gambar diatas di ulas sekedar saja prinsip global cara merautkan ujung qalam, tanpa merinci seluruh macam bentuk potongan untuk seluruh jenis kaligrafi. Singkatan sebagai berikut: 1. Ambillah dahan kayu atau bambu menurut ukuran ibnu muqlah : panjang 16 sampai 12 lebar jari, sebesar antara jari telunjuk dan kelingking atau pulpen yang mata penanya belum di potong.
2. Ratakan dahulu ujung kayu atau bamboo tersebut agar mudah membentuk potongan selanjutnya. Kemudian rautlah dari bagian yang akan jadi perutnya (gambar 2) alhasil dari samping akan tampak seperti pada gambar (3a) dan dari depan seperti pada gambar (3b). 3. Ujung kalam yang sudah diraut tersebut dipotong lagi dalam bentuk mencong ke kanan ( 45 derjat atau terserah kepada masing masing penulis merangkai kalamnya), lihat gambar(4a/4b). 4. Agar tinta lebih banyak tersimpan dan supaya alirannya teratur, belahlah gigi kalam, persis seperti ujung kalam yang biasa kita gunakan. Akan lebih baik lagi jika dibuatkan sedikit lubang pada muara aliran tinta tersebut, lihat gambar (5). 5. Mata pena bias langsung dipotong mencong seperti pada gambar (6) . agar lebih halus dan ringan di goreskan , asahlah ujung potongan diatas potongan beling ,tegel atau batu yang halus. 6. Harus diperhatikan bahwa pada dasarnya potongan ujung kalam tidak tajam atau tipis seperti mata pisau ,melainkan dibikin tumpul menutut ukuran yang dianggap pantas (lihat gambar 7). Jadi kesimpulannya ialah setiap pena kalagrafi (kalam) harus memiliki karakter yang berbeda-beda dari satu dengan yang lainnya agar bisa dipenuhi untuk karakter huruf yang mau ditulis dan mata pena ada yang ujung pena yang diruncingkan, petak yang dimiringkan. Kerangka Konseptual Dalam kegiatan MKQ tingkat kabupaten Asahan, ada 3 golongan yang diperlombakan yaitu Naskah atau Tulisan Buku, Hiasan Mushaf dan Dekorasi. Jadi, penulis lebih spesifik meneliti pada golongan Dekorasi. Adapun golongan tersebut dipilih karena hasil implementasinya menerapkan semua komponen baik hiasan maupun tulisan yang dipadukan menjadi kesatuan karya utuh dalam norma keIslaman yang berlaku. Sehingga karya tersebut lebih mudah dikaitkan dalam aspek desain dan kaidah kaligrafi Arab pada MKQ. Dalam penerapannya, para peserta mengacu pada firman Allah Swt (Al-Qur’an) dan Hadits-Hadits Nabi bahwa setiap manusia diharamkan untuk menggambarkan sesuatu yang bersifat bernyawa dengan beralasan mengimbangi kekuasaan Allah SWT serta takutnya apa yang digambarkan akan disembah selain Allah SWT. Maksud di sini menggambarkan makhluk yang berjalan seperti hewan dan manusia dalam karya kaligrafi Arab tersebut. Mengenai pelarangan menggambar terdapat dalam Hadits Nabi disebutkan
Artinya : ‘’Manusia paling besar siksanya di hari kiamat adalah para pembuat gambar (mushawwirun). (Albaba Alibasa Sirojuddin,1992 : 46). Dalam Hadits lain Nabi Saw bersabda :
Artinya : ‘’ Sesungguhnya malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar. ‘’ (Albaba Ali-Basa Sirojuddin,1992 : 46-47). Sedangkan pembolehan penggambaran juga terdapat dalam Hadis lain disebutkan
Artinya : ‘’ Hei Syaibah, pupus semua gambar, kecuali yang berada di bawah telapak tanganku (Gambar Nabi Isa Ibnu Maryam Dan Ibundanya). Al-Baba, Alibasa Sirojuddin,1992 : 47). Menurut penulis sendiri sebenarnya menggambar dibolehkan apabila tidak menyebabkan kelalaian beribadah terhadap Allah Swt sedangkan dilarang apabila kita lalai ibadah meninggalkannya kemudian terhadap gambar baik yang kita buat maupun orang lain dalam luar kaidah keIslaman. Lukis-lukisan indah lahir melalui keragaman gaya dan pesona visualnya. Lagi pula, para seniman kaligrafi leluasa bergerak, karena tidak menemukan hambatan psikis yang mengacu pada kata Haram atau Pamali, seperti yang dikenakan pada karya-karya seniman patung, tari dan nyanyian yang oleh nabi pernah dicap Malahi karena mudah terpesona obyek syirik dan hura-hura, Nabi mengatakan ‘’ Tulisan bagus akan membuat kebenaran tampak nyata karena keunggulan. ‘’ Tetapi, inilah kata-katanya yang ‘’memanjakan’’ para seniman kaligrafi: ‘’ Barang siapa meraut pena untuk menulis ilmu, maka Allah akan memberinya pohon di syurga yang lebih baik dari pada dunia berikut seluruh isinya. ’’ Dan, “Barang siapa menulis Bissmillahir Rahman Rahim dengan khat yang indah, ia berhak masuk syurga tanpa hisab,’’( Al-Baba, Alihbasa, Sirojuddin 1992 : xiv).
PETA KONSEP PENELITIAN Membaca teknik pelaksanaan penelitian
Observasi dengan meninjau perjalanan MKQ
Dokumentasi menggunakan kamera digital membuat Vidio.
Mengumpulkan data dan memilih sampel yang akan diteliti pada golongan Dekorasi
Menyerahkan format penilaian yang sudah ada yaitu desain dan kaidah oleh tim penilai
Kesimpulan dari hasil penilaian dalam penelitian tersebut
Peta Konsep penelitian terhadap MKQ Sumber ( Suhariadi, 2012 ) A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan Propinsi Sumatra Utara sebagai tuan rumah pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke – 43 tingkat Kabupaten Asahan. Waktu penelitian telah berlangsung selama 4 bulan yakni pada bulan Maret, April, Mei dan Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh karya kaligrafi Arab golongan Dekorasi berjumlah 25 karya terdiri dari 14 Putra dan 11 Putri Tk. Kabupaten Asahan Tahun 2012. Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan dokumentasi, observasi.
B. Data dan Pembahasan Data yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif yang merupakan gambaran dari hasil penelitian yang ada di lapangan. Kemudian dideskripsikan untuk memperoleh hasil penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan MKQ, peserta memiliki karakter yang berbeda-beda baik teknik maupun gagasan berkarya kaligrafi Arab gol Dekorasi. Peserta tersebut berbagai latar belakang profesi diantaranya : pelajar atau mahasiswa, guru, karyawan, wiraswasta dll. Dengan peserta yang terdiri 14 Putra dan 11 Putri dengan total 25 orang. Idealnya setiap kecamatan mengutus peserta masing-masing 1 Putra dan 1 Putri hingga mencapai 50 orang. Namun pada pelaksanaanya hanya sebagian kecamatan yang mengutus lengkap putra dan putri. Panitia memberikan waktu bagi peserta dalam pengerjaannya selama 7 jam termasuk istirahat. Tempat MKQ berlangsung di ruangan kelas SD setempat. Jadi, total karya yang dapat di analisis berjumlah 25 karya MKQ golongan Dekorasi. Unsur penilaian yang digunakan didasarkan pada prinsip-prinsip desain menurut Atisah Sipahelut mengenai Prinsip-Prinsip Desain yang terdiri Kesederhanaan, Keselarasan, Irama, Kesatuan dan Keseimbangan. Menurut Ibnu Muqlah ada lima kriteria penulisan kaligrafi arab yang benar yaitu :Tawfiyah (tepat),Itmam (tuntas), Ikmal (sempurna),.Isyba (padat),Irsal (lancar), 1. karya Munawaroh, Utusan Kec. Tanjung Balai. (Sumber foto Suhariadi,2012.) Pada hasil karya yang tercipta oleh Saudara Munawaroh utusan Kec. Tanjung Balai, terungkap bahwa desain dan kaidah memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Bila dilakukan analisis karya tersebut, terdapat kelemahan pada aspek desain yakni Kesederhanaan yang memiliki nilai 82 dengan predikat Baik. Hal tersebut pada dasarnya memiliki kesederhanaan pola ragam hias yang cukup baik, namun sangat disayangkan kesederhanaan tersebut buyar akibat tatanan warna yang tidak beraturan atau berseberangan antara pola satu dengan lainnya. Kemudian kelebihan desainnya terlihat pada Keseimbangan yang memiliki nilai 88 dengan predikat Baik. Terlihat keseimbangan bentuk hiasan dan ruang tulisan saling berkaitan sehingga terkesan seimbang. Sementara dari aspek kaidahnya, kelemahan terlihat pada Itman yakni ketuntasan huruf yang memiliki nilai 77 dengan predikat Cukup Baik. Pada dasarnya memiliki ketuntasan huruf yang utuh, namun masih kurang pada ukuran tebal dan tipis yang sesuai dengan kaidah yang baku. Kemudian pada Isyba yakni kepadatan pada goresan kuas yang memiliki nilai 77 dengan predikat Cukup Baik. Hal ini sama dengan ketuntasan, hanya pada kepadatan kaligrafinya masih belum sesuai dengan goresan kuas. Selanjutnya kelebihan kaidah terdapat pada Tawfiyah yakni ketepatan huruf yang sesuai dengan bagiannya memiliki nilai 79 dengan predikat Cukup Baik. Karya tersebut memperlihatkan ketepatan
setiap jenis kaligrafi. Bahkan karya tersebut memiliki ke- 7 jenis yang tampak karakternya masing-masing. Jadi, kesimpulan dari karya tersebut yakni sudah memiliki cukup baik dalam kekuatan desain dan kaidahnya, namun harus diperhatikan pengolahan warna dengan pola ragam hias agar menjadi karya yang lebih baik lagi. Dari aspek desain memiliki nilai rata-rata 86 dengan predikat Baik. Sedangkan dari aspek kaidah memiliki nilai rata-rata 78 dengan predikat Cukup Baik. 2. Karya Darwan Kec. Pulo Bandring (Sumber foto Suhariadi,2012.)
Pada hasil karya yang tercipta oleh Saudara Darwan utusan Kec. Pulo Bandring, terungkap bahwa desain dan kaidah memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Dari aspek desain memiliki nilai rata-rata 73 dengan predikat Cukup Baik. Sedangkan dari aspek kaidah memiliki nilai rata-rata 70 dengan predikat Cukup Baik. Bila dilakukan analisis hasil dalam ternyata bahwa kelemahan pada karya ini terdapat pada aspek desain kesederhanaan bahwasannya karya cukup menarik alangkah indahnya ketika desain itu dipadukan dengan pertimbanganpertimbangan dengan desain yang lainnya agar dapat gambaran yang enak dilihat kasat mata. dengan nilai 69 dengan predikat kurang baik. Kemudian kelebihan desainnya terlihat pada keseimbangan yang memiliki nilai 77 dengan predikat cukup Baik. keseimbangan didalam karya ini terdapat sebuah toko wayang dari pulau jawa yaitu berupa tokoh semar ditengahtengah objek yang lainnya dan alangkah keindahannya haruslah disesuaikan dengan keIslaman agar lebih di junjung tinggi derajat Islam dan didalam tulisan harus semaksimal mungkin bisa dibaca. Sementara dari aspek kaidahnya, kelemahan terlihat pada Tawfiyah,Itmam, Ikmal dan Isyba memiliki nilai 70 dengan predikat Cukup Baik. Selanjutnya kelebihan kaidah terdapat pada irsal yakni memiliki nilai 71 dengan predikat Cukup Baik dalam hal ini masih kurang dalam penulisan huruf tidak beraturan mengikuti kaidah yang baku dalam kaligrafi Arab. Jadi, kesimpulan dari karya tersebut masih unggul aspek desain dengan nilai rata-rata 73 berpredikat Cukup Baik. Sedangkan aspek kaidahnya bernilai rata-rata 70 berpredikat Cukup Baik. 3. Karya Dermawan Sipahutar, Utusan Kec.BP. Mandoge (Sumber foto Suhariadi,2012.) Pada hasil yang tercipta dari utusan kec. BP Mandoge oleh saudari Dermawan Sipahutar mengungkapkan bahwa dari aspek Desain memiliki rata-rata 82. Pada kategori Baik dan dari aspek kaidah dengan nilai rata-rata 74. Pada kategori Cukup Baik. Bila dilakukan analisis karya tersebut, terdapat kelemahan pada aspek desain yakni Kesatuan yang memiliki nilai 80 dengan predikat Baik. Pada karya ini kekurangannya terlihat
pada masih adanya ruang yang kosong. Kemudian kelebihan desainnya terlihat pada Keselarasan yang memiliki nilai 83 dengan predikat Baik. Pada karya ini ragam hiasnya selaras dengan pola hiasnya. Sementara dari aspek kaidahnya, kelemahan terlihat pada Isyba yakni memiliki nilai 73 dengan predikat Cukup Baik. Pada karya ini ukuran media dan ruang tulisan belum stabil pada kaligrafinya karena penulisannya terlalu kecil dan hanya menggunakan satu jenis khat. Selanjutnya kelebihan kaidah terdapat pada Tawfiyah yakni memiliki nilai 75 dengan predikat Cukup Baik. Pada karya ini ketepatan penulisan tampak pada keseluruhan ayat yang sudah di tulis dengan lengkap. Jadi, kesimpulan dari karya tersebut masih unggul desainnya bernilai rata-rata 82 dengan predikat Baik. Sedangkan pada kaidah bernilai rata-rata 74 dengan predikat cukup baik. 4. karya Al - Azlansyah,Utusan Kec. Rahuning. (Sumber foto Suhariadi,2012.) Pada hasil karya yang tercipta oleh Saudara Al-Azlansyah utusan Kec.Rahuning, terungkap bahwa desain dan kaidah memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Bila dilakukan analisis karya tersebut, terdapat kelemahan pada aspek desain yakni Kesederhanaan yang memiliki nilai 81 dengan predikat Baik.pada karya ini pola hias dan tulisan sudah memenuhi kesederhanaan namun didalam pewarnaan kurang dikarenakan terlalu gelap sehingga tidak muncul perbedaan antara gelap dan terang. Kemudian kelebihan desainnya terlihat pada Kesatuan yang memiliki nilai 86 dengan predikat Baik. Pada karya ini kelebihannya pada pola hiasan, tulisan dan ukuran media yang tampak menyatu. Sementara dari aspek kaidahnya, kelemahan terlihat pada Itmam yakni memiliki nilai 74 dengan predikat Cukup Baik. Pada karya ini ketidak tuntasan terlihat pada penulisan ayat yang belum selesai. Selanjutnya kelebihan kaidah terdapat pada Irsal yakni memiliki nilai 80 dengan predikat Baik. Pada karya ini kelancara penulisan tampak pada goresan yang tidak terputus dan memiliki ketegasan (kekuatan) goresan yang cukup baik. Jadi, kesimpulan dari karya tersebut masih unggul pada desain bernilai rata-rata 84 dengan predikat Baik, dari pada kaidahnya bernilai 77 dengan kategori Cukup Baik. C. Penemuan Berdasarkan analisis sebelunya maka yang dapat saya temukan di dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Masih banyak ditemukan karya peserta yang kurang memahami standarisasi MKQ golongan Dekorasi. Bahkan diantaranya ada yang membuat diluar standart tersebut.
2.
Dari beberapa karya tercipta, desain kebanyakan berbentuk ku’bah khusus pada format kaligrafi atau goresan arab dibagian khat Tsulus.
3.
Warna yang digunakan sangat monoton tanpa ada perpaduan warna lainnya dan tersekesan apa adanya, kemudian jika ada warna pasti ditorehkan warna mentah.
4.
Diantara karya yang tercipta ada juga yang menggunakan cat berbasis minyak didalam karya kemudian hasilnya lambat ketika proses dan ketinggalan dengan peserta lainnya.
5.
Dibagian desain ada yeng berbentuk menara masjid yang diapit dengan kubah dan lebih dominan dengan khas keIslaman.
6.
Tidak banyak yang menerapkan jenis-jenis kaligrafi Arab dari keseluruhannya dan jika ada beberapa karya saja yang menerapkan.
7.
Jumlah nilai rata-rata keseluruhan karya peserta terdiri dari 25 karya dan dari segi aspek desain dengan nilai 80 predikat Baik kemudian jika dari aspek kaidah dengan nilai 74 predikat Cukup Baik
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuraikan terdahulu, maka dapatlah ditarik kesimpulan dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: Kesimpulan 1. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. 2. Teknik Analisisnya mendeskripsikan bentuk gambaran obyek yang sejelasjelasnya. 3. Pengambilan populasinya menggunakan teknik total sampling. 4. Pada pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an ke-43 Tingkat Kabupaten Asahan Tahun 2012 bahwa dicabang Musabaqah Khattil Qur’an golongan Dekorasi, terdapat 25 karya yang dihasilkan. 5. Kemudian pesertanya terdiri 14 Putra dan 11 Putri dengan total 25 orang. Idealnya 25 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Asahan mengutus peserta masingmasing 1 Putra dan 1 Putri hingga mencapai 50 orang. Namun pada pelaksanaanya hanya sebagian kecamatan yang mengutus lengkap putra dan putri. 6. Karya yang telah dihasilkan oleh peserta kemudian dinilai oleh Tim Penilai yang terdiri dari 3 Dosen Seni Rupa UNIMED dan 3 dari Dewan Juri MKQ Asahan. 7. Unsur penilaian yang digunakan didasarkan pada prinsip-prinsip desain menurut Atisah Sipahelut mengenai Prinsip-Prinsip Desain yang terdiri Kesederhanaan, Keselarasan, Irama, Kesatuan dan Keseimbangan. Sedangkan untuk Kaidah digunakan menurut Ibnu Muqlah ada lima kriteria penulisan kaligrafi yang benar yaitu : Tawfiyah (tepat), Itmam (tuntas), Ikmal (sempurna), Isyba (padat) dan Irsal (lancar). 8. Para kaligrafer kurang memahami standarisasi Musabaqah Khattil Qur’an golongan Dekorasi, bahkan diantara karya peserta ada yang membuat diluar dari standar tersebut. 9. Kesalahan pengetahuan, pemilihan dan penguasaan bahan, alat dan teknik tampak pada karya yang belum begitu maksimal. Tampak penggunaan bahan cat berbasis cat minyak yang substansialnya tidak diperkenankan karena memperlambat proses
kerja dan waktu. Desain masih banyak yang tidak mengikuti perkembangan Musabaqah Khattil Qur’an. 10. Nilai rata-rata yang diperoleh peserta ditinjau dari Aspek Desain mendapatkan nilai 80 berpredikat Baik sedangkan Aspek Kaidah bernilai 74 berpredikat Cukup Baik. B. Saran 1. Kepada setiap kecamatan di Kabupaten Asahan agar lebih aktif mengikutsertakan kaligrafer setempat pada pelaksanaan Musabaqah Khattil Qur’an ke tingkat selanjutnya. Keikutsertaan tersebut mempengaruhi potensi dasar bagi kaligrafer berupa pengalaman internal maupun eksternalnya dalam perkembangan kaligrafi Arab di kabupaten tersebut. 2. Kaligrafer Asahan harus mampu mengembangkan potensi dasar sehingga terciptanya standarisasi karya Musabaqah Khattil Qur’an. Standarisasi tersebut berupa pengetahuan, pemilihan dan penguasaan bahan, alat serta teknik agar hasilnya maksimal baik segi karya maupun waktu. Maka, sudah dipastikan akan terwujud desain dan kaidah yang baik dalam perlombaan tersebut. 3. Kepada Pemkab. Asahan agar memperioritaskan pembinaan ksligrsfi Arab secara mendasar dan up to date bagi kaligrafernya di tingkat kelurahan atau desa. Maka harus ada kerja sama yang baik dari instansi terkait dalam mewujudkan pembinaan tersebut. 4. Dalam proses penciptaan disarankan diawali membuat sketsa bentuk agar terciptanya karya yang utuh sehingga perencanaan yang dilakukan bisa di aplikasikan pada saat pertandingan.. 5. Syakal dan tanda baca didalam kaidah Kaligrafi Arab disarankan lebih detail dan jelas, kemudian huruf setiap kalimat benar jangan salah tulis. 6. Kaligrafer Asahan disarankan giat selalu memperdalam goresan huruf dan detail agar tidak salah dan artinya yang mengandung ayat-ayat Al-Qur’an di dalam goresan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Ali. 1994. Kaidah Menulis Dan Karya - Karya Master Kaligrafi Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus Al-Baba, Kamil, Alibasa, Sirojuddin. 1992. Dinamika Kaligrafi Islam. Jakarta : Darul Ulum Press. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.1994. Ensiklopedi Islam 3. Ichtiar Baru Van Hoeve: Jakarta Israr, C. 1985. Dari Teks Klasik Sampai Ke Kaligrafi Arab. Jakarta : Yayasan Mas Agung. LPTQN Prov. Sumatera Utara. 2010. Buku Panduan Musabaqah Tilawatil Qur’an XXXII Propinsi Sumatera. Panyabungan : Panitia Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal. Makin, H, Nurul. 1995. Kapita Selekta Kaligrafi Islami. Jakarta : Panjjimas. Nawawi, Muhammad. 2005. Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias pada Kriya Keramik Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS Unimed, Medan : dalam Jurnal Seni Rupa Unimed Vol.2 No.2. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Edisi Ketiga, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. R, Ilham, Khoiri, 1999. Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab Peran Kitab Suci Dalam Transformasi Budaya. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Rosental, F. Abu Hayan al-Tawhidi on Penmanship, Four Essays On Art And Literatur In Islam, (ed. R. Ettinghausen dan O. Kurz), Leiden: E. J. Brill, 1971. Vol. 2, h, 26-28 ( terj.Ali akbar dan D. Sirojuddin AR.). Sembiring, Dermawan. 2005. Wawasan Seni. Medan : Jurusan Pendidikan Seni Rupa. FBS. Unimed. Sirojuddin, H. D. 1985. Seni Kaligrafi Islam. Jakarta.: Pustaka Panjimas. _____________.2007. Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam. Jakarta : Darul Ulum Press. Situmorang, O.1988. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung : Angkasa. Suhendro, 2010. Kaligrafi Arab Dan Ornamen Melayu Sumatera Uara Sebagai Dasar Penciptaan Karya Seni Kriya Kayu. Medan : Jurusan Seni Rupa FBS Unimed. Universitas Negeri Medan, 2008. Buku Pedoman Akademik. Medan : UNIMED Yudoseputro, Wiyoso, 1986. Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia, Bandung : Angkasa. Yuwono, Elisabeth Christine. (2005), Pengaruh Gaya Kaligrafi Dalam Desain Logotype Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Dan Desain Universitas Kristen Petra. Surabaya : (dalam Jurnal Desain Komunikasi Visual Vol 7 no. 1). http://id.wikipedia.org/wiki/Kaligrafi. http://www.oocities.org/injusticedpeople/ROL0906AntaraJabalNurdanPoso.htm http://nasheedpercussion.blogspot.com/2011/02/ringkasan-sejarah-seni-nasyid perkusi.html/. http://www.lemka.net/2011/01/sekitar-perhakiman-dan-pembinaan.html / http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Brewster. (http://sunardipw.blogspot.com/2005/06/unsur-unsur- desain.html