ANALISI PENGARUH KEPEMILIKAN PEMERINTAH dan KOMPETISI PASAR TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN TERBUKA DI INDONESIA Fungkie Diharja dan Hilda Rossieta Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan pemerintah dan kompetisi pasar terhadap kinerja perusahaan terbuka yang diukur dengan PBV. Total observasi dalam penelitian ini adalah 365 firm-years dari sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan data panel dan model regresi ordinary least square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kompetisi pasar berpengaruh negatif.
Analysis of the Effect of Government Ownership and Market Competition on Firm Performance for the Listed Companies in Indonesia Abstract This research aims to analyze the effect of government ownership and market competition on listed companies performance measured by PBV. Total observations for this research are 365 firm-years, covering companies in Indonesia Stock Exchange listed year 2008-2012. The hypotheses are tested using panel data with ordinary least square regression model. The results find that government ownership is positively associated firm peformance, yet market competition is negatively associated. Keywords : Government Ownership, market competition, state-owned enterprise, firm peformance
Pendahuluan Menurut Sukmadewi (2009), Indonesia merupakan negara yang pemerintahnya berperan cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk dalam perekonomian. Hal ini sesuai amanat Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa “Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” serta “Bumi dan Air dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Sehingga tidak mengherankan jika sektor-sektor strategis banyak dikuasai oleh pemerintah.
1 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Adanya keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peran vital pemerintah tersebut dalam aspek perekonomian yang begerak di berbagai sektor. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN secara umum dapat dibagi atas dua yaitu Perusahaan Umum (Perum) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1998 dan Perusahaan Persero (PT Persero) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998. Perusahaan umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Sedangkan perusahaan persero merupakan BUMN yang modalnya terbagai atas saham yang dikuasai sekurang-kurangnya 51% dari total sahamnya yang dikeluarkan dimiliki oleh Negara melalui penyertaan modal secara langsung. Sebagai sebuah perusahaan, BUMN tentu harus mengejar keuntungan bagi kelangsungan perusahaan. Namun disisi lain, BUMN juga harus menyelenggarakan kemanfaatan umum, menjadi perintis kegiatan-kegiatan yang belum dapat dilaksanakan sektor swasta yang sifatnya dapat menghalangi efektifitas BUMN dalam mencari keuntungan semaksimal mungkin. Selain itu, intervensi politik biasanya menjadi beban dari profitabilitas perusahaan (Boycko et al., 1996). Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN memiliki peran yang cukup penting terutama jika dikaitkan dengan sektor-sektor yang kurang diminati oleh swasta. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN bahwa BUMN bertujuan sebagai agen pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi. Namun, untuk melakukan itu semua, dibutuhkan biaya yang relatif tinggi. Bahkan hingga saat ini, BUMN belum mampu bersaing terutama di tingkat global. Padahal perkembangan ekonomi dunia tumbuh sangat cepat dan dinamis. Globalisasi perdagangan yang telah banyak disepakati oleh berbagai negara internasional. Mulai tahun 2015, akan terwujud Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yaitu terdapat aliran barang dan jasa yang lebih bebas antar negara – negara di Asia Tenggara (Bustami, 2011). Adanya era globalisasi ini membuat tingkat persaingan menjadi lebih ketat baik pada tingkat domestik, regional, hingga internasional, sehingga tidak hanya perusahaan swasta namun juga perusahaan BUMN harus memiliki daya saing untuk bisa bersaing di pasar bebas. Dunia bisnis Indonesia perlu berbagai instrumen untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satu instrumen yang penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan adalah good 2 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
corporate governance baik bagi perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN. Perusahaan yang memiliki good corporate governance secara benar dan berkesinambungan memiliki keuntungan lebih dibandingkan perusahaan lain yang tidak melaksanakan atau belum melaksanakn corporate governance yang baik (Tjager, 2001). Penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kepemilikan pemerintah dan kinerja perusahaan telah dilakukan dalam beberapa penelitiannya sebelumnya. Shleifer dan Vishny (1998) dalam Tian dan Estrin (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan privat lebih baik dibandingkan dengan kepemilikan negara. Hal ini disebabkan karena pemerintah memiliki grabbing hand yang memaksa perusahaan untuk menjalankan kepentingan politik dan birokrat pemerintah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewenter dan Malatesta (2001) juga menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara memiliki profitabilitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta. Penelitian Dewenter dan Malatesta (2001) memisahakan sampel antara perusahaan BUMN dengan perusahaan swasta menggunakan sampel 500 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan majalah Fortune. Profitabilitas BUMN yang rendah juga didukung oleh studi yang dilakukan Winarno (2006) yang menemukan bahwa kepemilikan negara mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Rendahnya insentif pada perusahaan milik negara dipandang sebagai penyebab rendahnya kinerja BUMN jika dibandingkan perusahaan swasta. Meskipun demikian, beberapa penelitian lainnya justru menyimpulkan hasil yang bertolak belakang. Ang dan Ding (2006) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Begitupun dengan Sukmadewi (2008) dalam penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan BUMN dan swasta terbuka di Indonesia yang menemukan bahwa kinerja perusahaan BUMN lebih baik dibandingkan swasta. Hasil yang cukup berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Tian dan Estrin (2008). Penelitian dengan tahun penelitian yang mencakup sejak tahun 1994 hingga 2004 pada perusahaan terbuka di China ini meneliti bahwa secara umum ekonom melihat adanya kepemilikan negara dalam suatu perusahaan dapat menggangu kinerja. Namun penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara kepemilikan pemerintah dengan kinerja suatu perusahaan berbentuk U shaped, yaitu corporate value perusahaan turun dengan adanya kepemilikan pemerintah sampai pada batas tertentu, setelah itu corporate value perusahaan
3 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
justru meningkat. Ketika pemerintah menguasai saham dalam jumlah yang besar maka corporate value perusahaan akan meningkat. Berkaitan dengan pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap
kinerja perusahaan,
Rossieta et al. (2011) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris selain dominasi pemerintah, kompetisi pasar secara langsung juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Dalam hal ini, penelitian hanya melihat pengaruh kompetisi pasar pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mcfetridge (1991) menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi konsentrasi pasar berarti semakin rendah kompetisi pasar. Hal ini berarti kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Pada industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, price cost margin perusahaan akan tinggi sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan pada industri dengan konsentrasi yang rendah sulit bagi perusahaan untuk price cost margin yang tinggi karena tingginya tingkat persaingan (Mcfetdridge, 1991). Studi lain yang dilakukan Wulansari (2007) juga menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi tingkat konsentrasi suatu pasar, maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan yang dalam hal ini tercermin dari profitabilitas perusahaan. Menurut Wulansari (2007), apabila struktur pasar semakin terkonsentrasi, semakin besar peluang bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan pada pasar dengan tingkat konsentrasi yang rendah, sulit bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif karena tingkat kompetisi pasar yang tinggi. Degeus (1970), Senge (1990), dan Day (1991) mengemukakan bahwa organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap lingkungan pasar mereka agar bisa mempertahankan keunggulan bersaing. Oleh dengan itu, jika suatu perusahaan dihadapkan pada meningkatnya persaingan pasar, namun gagal mengadopsi dan mengimplementasikan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut, maka kinerja akan memburuk. Hal ini dengan sendirinya membuat tingginya tingkat kompetisi pasar berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Ikhsan dan Ustadi, 2004).
4 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sangat penting bagi perusahaan baik perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta bisa bersaing dan menunjukkan peforma yang baik pada tingkat kompetisi pasar yang tinggi mengingat tahun depan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (EMA). Pada tahun 2015, kompetitor akan bertambah banyak dengan lebih bebasnya arus barang antar negara – negara di Asia Tenggara, sehingga apabila gagal bersaing maka kinerja perusahaan akan terpuruk Sebaliknya, jika perusahaan bisa bersaing dan menunjukkan kinerja yang baik pada tingkat kompetisi pasar yang tinggi maka tahun depan justru dapat menjadi peluang untuk ekspansi ke negara-negara di Asia Tenggara. Hal inilah yang memicu rasa keingintahuan untuk mengetahui apakah di Indonesia kepemilikan pemerintah serta kompetisi pasar memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan di Indonesi. Studi sebelumnya yang dilakukan Rossieta (2011) telah meneliti hubungan antara dominasi pemerintah dan kompetisi pasar terhadap kinerja perususahaan. Namun studi ini hanya dilakukan terhadap perusahaan BUMN terbuka. Sedangkan penelitian ini akan melihat hubungan kepemilikan pemerintah dan kompetisi pasar baik pada perusahaan BUMN maupun pada perusahaan swasta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan PBV sebagai indikator kinerja perusahaan
dengan sampel
perusahaan BUMN dan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu tahun 2008 hingga tahun 2012.
Tinjauan Teoritis Teori Keagenan Agency relationship didefinisikan sebagai kontrak dimana satu atau lebih orang (disebut owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya (disebut agen atau pengurus atau manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut tersebut pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di perusahaan tersebut secara maksimal (Jensen dan Meckling, 1976). Bila kedua pihak memaksimalkan perannya, maka sangat masuk akal jika manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Pada umumnya pemilik memiliki welfare motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya motivasi manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan profit untuk jangka 5 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji dan tunjangan. Dengan adanya monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktek akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Pada perusahaan swasta, terdapat owners yang jelas yaitu pemilik modal atau pemegang saham dimana manajer sebagai agen harus bekerja sesuai dengan kepentingan pemilik modal. Dengan adanya pengawasan yang jelas maka manajer dipaksa untuk bisa membawa perusahaan agar memiliki kinerja yang baik. Namun pada perusahaan BUMN, tidak terdapat sosok owners yang jelas karena mayoritas kepemilikan perusahaan berada di tangan negara. Hal ini dapat menjadi disinsentif bagi manajer sehingga merasa tidak perlu membuat perusahaan memiliki kinerja yang baik. Teori Monopoli, Teori Property Rights, dan Teori Principal Menurut Sugiharto et al. (2005), terdapat tiga teori yang menjelaskan mengapa kinerja dari BUMN kurang baik, yaitu teori monopoli, teori property rights, dan teori principal.
1.
Teori Monopoli. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), monopoli didefinisikan sebagai hak tunggal untuk berusaha. Definisi ini diperjelas oleh situs investopedia.com yang menyebutkan bahwa monopoli adalah situasi dimana sebuah perusahaan atau kelompok memiliki semua atau hampir semua pasar dari sebuah produk. Monopoli juga memiliki karakter tidak adanya kompetisi dan biasanya menghasilkan harga jual yang tinggi namun dengan kualitas produk inferior. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa BUMN dalam banyak kasus sering mendapatkan Privilege monopoli. Sehingga, BUMN sering terjerumus menjadi tidak efisien karena hak istimewa ini. Mankiw (2004) berpendapat bahwa ada tiga sumber kekuatan monopoli, yaitu:
a. Monopoli sumber daya Monopoli ini dapat terjadi apabila sebuah perusahaan memiliki sumber daya kunci. Sebagai contoh, perusahaan DeBeers di Afrika Selatan dapat 6 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
dikatakan hampir kekuatan monopoli karena menguasai setidaknya 80% produksi berlian dunia. b. Regulasi pemerintah Monopoli
pemerintah
dapat
terjadi
apabila
pemerintah,
melalui
peraturannya, memberikan hak kepada sebuah perusahaan untuk menjual barang atau jasa. c. Monopoli proses produksi Monopoli proses produksi dapat terjadi apabila sebuah perusahaan dapat memproduksi barang atau jasa dengan biaya yang lebih rendah dari pada produsen lain. Nama lain dari monopoli proses produksi adalah monopoli natural. Kekuatan monopoli yang dimiliki oleh BUMN berasal dari regulasi pemerintah. Melalui Undang-Undang No. 5 tahun 1999, pemerintah dapat memberikan hak monopoli tersebut kepada BUMN. Dalam kenyataannya BUMN kerap melakukan atau menerima hak khusus terkait monopoli lantaran memposisikan dirinya sebagai bagian dari negara atau pemerintah. Sebagai contoh, berdasarkan berita pada Harian Sindo tanggal 23 Juli 2012, Pertamina melalui Undang-Undang No 2 tahun 2001 memperoleh hak partisipasi (participating interest) pengelolaan blok minyak dan gas yang telah habis masa kontraknya.
2.
Teori Property Rights. Perusahaan swasta dimiliki oleh individu-individu, yang menginvestasikan modal yang cukup besar. Dengan investasi yang dilakukan, para investor ini tentunya akan mengharapkan return sehingga para investor ini akan mendorong perusahaannya habis-habisan dan melakukan pengawasan yang ketat agar manajemen mengelola perusahaan secara efisien sehingga pada akhirnya menghasilkan profit. Kondisi ini memberikan insentif lebih bagi perusahaan swasta dalam terciptanya efisiensi perusahaan.
Di lain sisi, BUMN dimiliki bukan oleh individu melainkan negara. Dalam realitanya, pengertian negara ini sering menjadi kabur atau tidak jelas sehingga perusahaan BUMN seakan tidak mempunyai pemilik. Dengan tidak adanya 7 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
pemilik yang melakukan pengawasan, manajemen BUMN kurang mempunyai insentif yang kuat untuk mengelola perusahaannya secara efisien karena kurangnya pengawasan serta kontrol terhadap efisiensi pengelolaan perusahaan.
3.
Teori Principal. Pada sektor swasta sudah jelas bahwa manajemen perusahaan sebagai agen harus loyal dan tunduk kepada principal-nya (pemilik) yaitu pemegang saham. Akan tetapi untuk BUMN, tidak terdapat sosok pemilik yang jelas sehingga menjadi tidak jelas pula bagi manajemen BUMN harus loyal kepada siapa. Di dalam pengelolaan negara nuansa politik sangatlah kental, karena terdapat berbagai kepentingan berbeda-beda yang bermain, yang pada akhirnya menyebabkan BUMN-BUMN ini di eksploitasi bukan untuk menghasilkan keuntungan melainkan untuk tujuan politik.
Ketiga teori di atas menjelaskan mengapa BUMN memiliki kinerja keuangan yang lebih buruk dari pada perusahaan swasta.
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kepemilikan pemerintah dan kinerja perusahaan telah dilakukan dalam beberapa penelitiannya sebelumnya. Shleifer dan Vishny (1998) dalam Tian dan Estrin (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan privat lebih baik dibandingkan dengan kepemilikan negara. Hal ini disebabkan karena pemerintah memiliki grabbing hand yang memaksa perusahaan untuk menjalankan kepentingan politik dan birokrat pemerintah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewenter dan Malatesta (2001) juga menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara memiliki profitabilitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta. Penelitian Dewenter dan Malatesta (2001) memisahakan sampel antara perusahaan BUMN dengan perusahaan swasta menggunakan sampel 500 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan majalah Fortune. Profitabilitas BUMN yang rendah juga didukung oleh studi yang dilakukan Winarno (2006) yang menemukan bahwa kepemilikan negara mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di 8 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Indonesia. Rendahnya insentif pada perusahaan milik negara dipandang sebagai penyebab rendahnya kinerja BUMN jika dibandingkan perusahaan swasta. Rendahnya kinerja perusahaan BUMN dibandingkan perusahaan swasta juga didukung oleh Perroti (2004) yang menemukan bahwa kinerja BUMN kurang efisien dibandingkan swasta. Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan manajerial, kurangnya insentif bagi karyawan untuk melakukan efisiensi, serta perusahaan pemerintah cenderung dijadikan sebagai alat politik sehingga dapat menghambat kinerja perusahaan. Meskipun demikian, beberapa penelitian lainnya justru menyimpulkan hasil yang bertolak belakang. Ang dan Ding (2006) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Begitupun dengan Sukmadewi (2008) dalam penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan BUMN dan swasta terbuka di Indonesia yang menemukan bahwa kinerja perusahaan BUMN lebih baik dibandingkan swasta. Hasil yang cukup berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Tian dan Estrin (2008). Penelitian dengan tahun penelitian yang mencakup sejak tahun 1994 hingga 2004 pada perusahaan terbuka di China ini meneliti bahwa secara umum ekonom melihat adanya kepemilikan negara dalam suatu perusahaan dapat menggangu kinerja. Namun penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara kepemilikan pemerintah dengan kinerja suatu perusahaan berbentuk U shaped, yaitu corporate value perusahaan turun dengan adanya kepemilikan pemerintah sampai pada batas tertentu, setelah itu corporate value perusahaan justru meningkat. Ketika pemerintah menguasai saham dalam jumlah yang besar maka corporate value perusahaan akan meningkat. Penelitian ini mengacu pada penelitian Dewenter dan Malatesta (2001), Perroti (2004), Winarno (2006) yang berpendapat bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan, dengan mengajukan Hipotesis pertama sebagai berikut: H1 :
Kepemilikan
pemerintah
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
kinerja
perusahaan Selain isu kepemilikan pemerintah yang menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, kompetisi pasar juga menjadi topik yang diuji pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Rossieta et al. (2011) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris selain dominasi pemerintah, kompetisi pasar juga berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan BUMN yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Rossieta et al. (2011) 9 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris, kompetisi pasar secara langsung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini melihat pengaruh kompetisi pasar pada perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Artinya semakin rendah tingkat konsentrasi pasar yang menandakan tingginya kompetisi pasar, maka kinerja perusahaan semakin rendah. Hal ini karena perusahaan yang tidak mempersiapkan diri dengan baik akan sulit bersaing pada pasar dengan kompetisi yang tinggi. Degeus (1970), Senge (1990), dan Day (1991) mengemukakan bahwa organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap lingkungan pasar mereka agar bisa mempertahankan keunggulan bersaing. Maka dengan itu, jika suatu perusahaan dihadapkan pada meningkatnya persaingan pasar, namun gagal mengadopsi dan mengimplementasikan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut, maka kinerja akan memburuk. Namun apabila perusahaan mampu menerapkan strategi yang tepat, persaingan pasar akan dapat membuat kinerja perusahaan membaik (Ikhsan dan Ustadi, 2004). Mcfetrideg (1991) menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi konsentrasi pasar berarti semakin rendah kompetisi pasar. Hal ini berarti kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Pada industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, price cost margin perusahaan akan tinggi sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan pada industri dengan konsentrasi yang rendah sulit bagi perusahaan untuk price cost margin yang tinggi karena tingginya tingkat persaingan (Mcfetdridge, 1991). Studi lain yang dilakukan Wulansari (2007) juga menemukan bahwa konstentrasi pasar berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi tingkat konsentrasi suatu pasar, maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan yang dalam hal ini tercermin dari profitabilitas perusahaan. Menurut Wulansari (2007), apabila struktur pasar semakin terkonsentrasi, semakin besar peluang bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan pada pasar dengan tingkat konsentrasi yang rendah, sulit bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif karena tingkat kompetisi pasar yang tinggi. Studi Nayla (2010) menemukan bahwa konsentrasi pasar sebagai proksi dari kompetisi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas sebagai proksi kinerja. 10 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Penelitian ini dilakukan pada industri perbankan di Indonesia. Nayla (2010) menyebutkan kompetisi pasar yang semakin rendah membuat bank yang beroperasi dapat meningkatkan profitabilitasnya antara lain dengan tindakan kolutif. Tindakan kolutif yang dilakukan adalah penyeragaman strategi perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Mcfteridge (1991), Wulansari (2007), Nayla (2010), Rossieta (2011) yang berpendapat bahwa kompetisi pasar berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan, dengan mengajukan Hipotesa kedua sebagai berikut: H2
: Kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia
Metode Penelitian Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, perusahaan BUMN adalah perusahaan dengan kepemilikan saham pemerintah minimial 51%, sedangkan perusahaan swasta adalah perusahaan yang sebagian besar kepemilikan saham berada di tangan swasta . Untuk perusahaan BUMN, penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dimensi waktu dalam penelitian ini menggunkan sampel perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20082012. 2. Perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang diteliti dengan mengeluarkan institusi keuangan dari sampel karena perbedaan nature bisnis. 3. Perusahaan swasta yang dijadikan sampel hanya perusahaan swasta yang berasal dari sektor industri yang sama dengan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI. 11 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Perusahaan BUMN dan swasta yang akan dijadikan sampel dalam penelitian memiliki data keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Tabel 1. Seleksi Sampel Kriteria Seleksi
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2012
459
Dikurangi perusahaan financial Institution
(74)
Perusahaan terbuka di luar financial institution
385
BUMN dengan data keuangan tahun 2008-2012 lengkap
13
Perusahaan swasta dengan industri sejenis BUMN yang memiliki data
61
keuangan tahun 2008-2012 lengkap Total perusahaan sampel
74
Observasi perusahaan sampel
370
Data yang tidak lengkap karena perusahaan IPO dalam tahun 2008-
5
2012 Total observasi penelitian
365
Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : PBVit = β0 +
β1 GOVTOWNit + β2 MCOMPit + β3 SIZEit + β4 SOLVit + β5 DERit
+ β6 ROEit + β7 TANGit + εit Adapun operasionalisasi variabel beserta ekspektasi hasil uji hipotesis beserta variabel kontrol dsajikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Deskripsi Variabel Variabel
Keterangan
Variabel Dependen PBV
Expected Sign
Rasio harga saham terhadap book value perusahaan
Variabel Independen GOVTOWN (Kepemilikan Pemerintah)
Bernilai 1 jika terdapat kepemilikan pemerintah pada saham perusahaan ; bernilai 0 jika tidak terdapat kepemilikan pemerintah pada saham perusahaan 12
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
-
MCOMP (Market Competition)
Variabel Kontrol SIZE (Ukuran Perusahaan) DER (Debt to Equity Ratio) SOLV (Solvabilitas) ROE (Return on Equity) TANG (Tangible)
Menggunakan indikator tingkat konsentrasi pasar. Semakin rendah tingkat kompetisi pasar, semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar perusahaan pada setiap jenis industri tertentu, dan sebaliknya.
-
Logaritmanatural Total Aset Perusahaan
+
Rasio total liabilitas dengan total ekuitas
+
Rasio total aset dengan total liabilitas
+
Rasio laba bersih terhadap total ekuitas
+
Rasio fixed assets terhadap total aset
-
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malatesta dan Dewenter (2001) ukuran perusahaan berpengaruh
positif
terhadap kinerja perusahaan. Ukuran suatu perusahaan
menunjukkan skala ekonomis dari perusahaan dan kemampuan untuk mendiversifikasi usaha. Meskipun demikian, perusahaan yang lebih besar juga bisa memiliki kinerja yang lebih buruk dalam hal efisiensi. Hal ini karena kontrol yang lebih sulit bagi manajer puncak terhadap strategi dan aktivitas operasional perusahaan (Majumdar dan Chlibber, 1998). Dalam pengukuran ukuran perusahaan, menggunakan total aset perusahaan. Dalam penelitian ini, nilai total aset akan dilogaritmanaturalkan karena nilainya yang terlalu besar. Winarno (2006) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan positif terhadap kinerja perusahaan. DER merupakan rasio yang menunjukkan komposisi pendanaan yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan usahanya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) semakin tinggi DER suatu perusahaan, maka pengawasan terhadap perusahaan tersebut akan semakin banyak dari para peminjam (lender) sehingga bisa meningkatkan kinerja perusahaan. Rumus DER dinyatakan sebagai berikut : Solvabilitas merupakan indikator yang memberikan informasi kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya dari keseluruhan aset yang dimilikinya. Winarno (2006) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa solvabilitas memberikan pengaruh signifikan positif terhadap kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi solvabilitas yang dimiliki perusahaan maka akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Dengan kata lain, aset yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi kewajibannya. 13 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sehingga dalam penelitian ini solvabilitas diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Pengukuran solvabilitas dinilai sebagai berikut : ROE merupakan salah satu indikator profitabilitas yang memberikan informasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi setiap pemegang sahamnya. Menurut studi Ang dan Ding (2006) ROE sebagai variabel kontrol berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan PBV sebagai variabel dependen. Hal ini karena ROE adalah indikitaor profitabilitas perusahaan yang juga menggambarkan kinerja perusahaan. Semakin profitable perusahaan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut. TANG (tangible) adalah rasio dari aset tetap terhadap total aset . Menurut Tian dan Estrin (2008), TANG memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan dengan proporsi intangible assets yang semakin besar akan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih baik di masa depan serta pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan dengan proporsi tangible assets yang tinggi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan telah terbebas dari adanya outliers dan asumsi BLUE yang harus dipenuhi denga perlakuan winsorize dan Generalized Least Square (GLS) pada program Eviews. Hasil uji empiris hipotesis yang diajukan dalam model penelitian disajikan dalam Tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil Regresi PBVit = β0 + β1 GOVTOWNit + β2 MCOMPit + β3 SIZEit + β4 SOLVit + β5 DERit + β6 ROEit + β7 TANGit + εit Variabel
Exp Sign
Koef
C
Prob
0,4546
0,4746
GOVTOWN
-
0,2678
0,0981*
MCOMP
-
-1,0365
0,003***
SIZE
+
-0,0111
0,6436
DER
+
0,4143
0,000***
SOLV
+
0,3712
0,000***
14 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
ROE
+
0,2795
0,1249
TANG
-
-0,1905
0,3519
R-squared
0,7522
Adjusted R-squared
0,7473
F-statistic
154,8218
Prob (F-statistic)
0,0000
*** : p value 1% ;
** : p value 5% ;
* : p value 10%
Keterangan : Variabel Dependen : PBV : Price to Book Value Variabel Independen: (i) GOVTOWN : 1 jika memiliki kepemilikian pemerintah, 0 jika tidak memiliki kepemilikan pemerintah ; (ii) MCOMP : kompetisi pasar ; (iii) SIZE : ukuran perusahaan ; (iv) SOLV : solvabilitas = total aset / total liabilitas ; (v) DER : Debt to Equity ratio = total liabilitas / total ekuitas; (vi) ROE : Return on Equity = laba bersih/total ekuitas; (vii) TANG : rasio fixed assets terhadap total aset
Dengan hasil model regresi ini, maka model dalam penelitian ini menjadi : PBVit = 0,4546 + 0,2678 GOVTOWNit - 1,0365 MCOMPit – 0,0111 SIZEit + 0,3712 SOLVit + 0,4143 DERit + 0,2795 ROEit – 0,1905 TANGit
Berdasarkan hasil regresi dalam penelitian ini, terlihat bahwa kepemilikan pemerintah secara statistik berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berlawanan dengan Hipotesis pertama yang diajukan tentang kepemilikan pemerintah yang berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tidak sesuai temuan Majumdar dan Chibber (1998) tentang pengaruh negatif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Konsisten dengan temuan tersebut dalam konteks Indonesia, Winarno (2006) menemukan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Meskipun demikian, hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. Ang dan Ding (2006) menemukan pengaruh positif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan di Singapura. Selain itu, Sukmadewi (2009) menyimpulkan hal yang sama yaitu ditemukan pengaruh positif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja perusahaan di Indonesia.
15 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Salah satu sebabnya adalah bahwa perusahaan BUMN memiliki nilai lebih di mata investor karena pemerintah sebagai pemilik dipandang mempunyai akses pasar yang kuat dan dekat dengan kekuasaan negara. Selain itu keberlangsungan hidup BUMN juga lebih terjamin karena didukung oleh kebijakan pemerintah (Sukmadewi, 2009). Perusahaan BUMN lebih mudah mendapatkan proyek-proyek pemerintah bernilai besar seperti konstruksi, pembangunan tol karena mempunyai akses informasi yang lebih unggul dibandingkan pesaingnya di perusahaan swasta. Di Indonesia sendiri, BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah BUMN dengan kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari data laporan keuangan sampel perusahaan dalam penelitian. Dari 65 observasi sampel BUMN yang berasal dari 13 perusahaan selama 5 tahun, hanya 1 observasi dimana perusahaan BUMN mengalami kerugian yaitu PT Krakatau Steel pada tahun 2012. Bandingkan dengan kondisi perusahaan swasta yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dari 305 observasi sampel yang berasal dari 61 perusahaan swasta selama 5 tahun, 79 observasi diantaranya perusahaan swasta mengalami kerugian. Jika dilihat secara proporsi, sampel perusahaan BUMN yang mengalami kerugian berdasarkan observasi penelitian hanya 1,5% dari total observasi, sedangkan pada sampel perusahaan swasta yang mengalami kerugian mencapai 26% dari total observasi. Jadi, berdasarkan uji empiris, penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan terbuka di Indonesia. Hal ini berlawanan dengan Hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Berdasarkan hasil uji empiris Hipotesis kedua penelitian, kompetisi pasar terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Konsentrasi pasar digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kompetisi pasar yaitu semakin tinggi konsentrasi pasar maka semakin rendah tingkat kompetisi pasar dan sebaliknya. Dengan demikian, penelitian ini menemukan bahwa kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan sesuai dengan Hipotesis kedua tentang pengaruh negatif kompetisi pasar terhadap kinerja perusahaan.
16 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulansari (2007), apabila pasar semakin terkonsentrasi maka semakin besar peluang perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini karena adanya peluang bagi perusahaan-perusahaan yang berada pada industri dengan konsentrasi tinggi untuk melakukan tindakan kolutif, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin tinggi dan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Selain itu pasar dengan tingkat konsentrasi yang rendah atau kompetisi tinggi membuat perusahaan-perusahaan yang berada di dalamnya hanya bisa mengambil margin keuntungan yang rendah agar bisa tetap bersaing. Akibatnya perusahaan tidak bisa memperoleh laba yang maksimal, sehingga kinerja perusahaan juga tidak begitu baik. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Mcfetridge (1991), dan Rossieta (2011) yang menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja. Industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi memiliki profit margin yang lebih tinggi dibandingkan industri dengan tingkat konsentrasi yang rendah karena pada pasar dengan konsentrasi yang tinggi, perusahaan akan berusaha untuk menjaga market powernya. Selain itu, apabila struktur pasar semakin terkonsentrasi, maka semakin besar peluang bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif. Alasan lainnya adalah ketidaksiapan perusahaan dalam bersaing pada pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi juga menyebabkan kinerja perusahaan menjadi kurang baik. Dengan demikian, hasil uji empiris Hipotesis kedua penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Kesimpulan, Impilkasi dan Keterbatasan Penelitian Kesimpulan Hasil empiris penelitian konsisten dengan Ang dan Ding (2006), dan Sukmadewi (2009) berkaitan dengan hubungan positif kepemilikan pemerintah terhadap kinrja perusahaan serta Mcfetridge (1991) dan Rossieta (2011) berkaitan dengan hubungan negatif kompetisi pasar terhadap kinerja perusahaan. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah terdapat hubungan signifikan positif antara kepemilikan pemerintah dengan kinerja perusahaan di Indonesia. Upaya efisiensi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN telah menunjukkan peningkatan kinerja pada perusahaan BUMN. 17 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Perusahaan BUMN juga dianggap memiliki daya tarik yang tidak dimiliki oleh perusahaan swasta. Hal ini berkaitan dengan adanya pemerintah yang berada di belakang perusahaan BUMN. Perusahaan BUMN memiliki keunggulan yang tidak dimiliki perusahaan swasta seperti kemudahan mendapatkan proyek-proyek pemerintah dibandingkan perusahaan swasta. Sumadewi (2009) menilai lebih tingginya kinerja pasar perusahaan BUMN dibandingkan perusahaan swasta juga dikarenakan pada umumnya BUMN yang terdaftar di BEI memiliki kapitalisasi yang lebih besar di pasarnya. Selain itu, hal ini didorong oleh kepercayaan publik terhadap BUMN karena kinerja yang terus membaik. Investor juga melihat kepemilikan pemerintah sebagai jaminan akan keberlangsungan operasional dan eksistensi BUMN sehingga investor menilai BUMN lebih tinggi dibandingkan perusahaan swasta Penelitian ini juga menemukan bahwa kompetisi pasar memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Kompetisi pasar yang tinggi ditandai dengan konsentrasi pasar yang rendah membuat perusahaan sulit untuk mengambil margin yang tinggi karena tingginya kompetisi dalam industri tersebut. Sebaliknya, pada kompetisi pasar yang rendah ditandai dengan konsentrasi pasar yang tinggi perusahaan lebih mudah untuk mengambil margin yang tinggi serta melakukan tindakan kolutif sehingga bisa meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan-perusahaan yang berada pada tingkat kompetisi pasar yang tinggi sulit untuk melakukan kolusi karena ketatnya tingkat persaingan pada industri tersebut. Implikasi Penelitian Setelah melakukan pengujian-pengujian dalam penelitian, implikasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Bagi investor atau calon investor, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan BUMN dibandingkan perusahaan swasta. Hal ini karena kepemilikan pemerintah terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sehingga investor atau calon investor perlu mempertimbangkan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan BUMN terbuka.
2.
Bagi investor atau calon investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan agar menanamkan modalnya pada perusahaan yang berada pada industri dengan tingkat kompetisi yang lebih rendah karena penelitian ini menemukan bahwa kompetisi pasar secara berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.
18 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Keterbatasan dan Saran Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya : 1. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan proksi dari kinerja pasar. Selain itu, perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI cenderung adalah perusahaan dengan kinerja yang baik sehingga tidak menggambarkan kinerja BUMN secara kesuluruhan. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk tidak hanya menggunakan variabel dependen kinerja pasar, namun juga kinerja akuntansi sehingga juga meneliti sampel perusahaan tertutup terutama pada perusahaan BUMN karena jumlah perusahaan BUMN yang terbuka masih terbatas. Hal ini bertujuan agar penelitian lebih representatif. 2. Perusahaan swasta yang dijadikan sampel hanya perusahaan swasta yang berasal dari industri yang terdapat perusahaan BUMN terbuka. Hal ini belum tentu menggambarkan kinerja perusahaan swasta secara keseluruhan. Selain itu, karena dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan BUMN dan swasta dari industri yang sama, maka penelitian hubungan antara kompetisi pasar dan kinerja peruahaan terbatas hanya pada industri tertentu, yaitu industri yang terdapat perusahaan BUMN terbuka pada periode 2008 - 2012. Dengan menambah sampel perusahaan BUMN tertutup diharapkan juga bisa menambah sampel perusahaan swasta sehingga industri yang diteliti berkaitan dengan hubungan antara kompetisi pasar dengan kinerja perusahaan juga akan bertambah sehingga penelitian akan lebih representatif. 3. Penelitian ini menggunakan periode penelitian yang cukup singkat yaitu lima tahun. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan rentang waktu penelitian yang lebih lama. Tujuannya adalah agar penelitian yang dilakukan bisa memberikan hasil yang lebih baik karena lebih representatif dengan mencakup periode waktu yang panjang.
19 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Daftar Referensi Anderson, R.C., dan Reeb, D.M. (2003). Founding family ownership and firm performance: Evidence from the S&P 500. Journal of finance, 58, pp. 1301-1329. Ang, James S., dan Ding, David K. (2006). Government ownership and the performance of government-linked companies: The case of Singapore. Journal of Multinational Financial Management. 16 pp. 64-68. Bustami, Gusmardi. (2011). Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta : Departemen Perdagangan. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Batalgi, Badi H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (3rd Edition). Willey & Sons. Boyco, Maxim., Shleifer, Andrei., dan Vishny, Robert W. (1996). A Theory of Privatization. Economic Journal. Wiley and Royal Economic Society, 106(435), 309-319. Choirie, A. Effendy. (2003). Privatisasi versus Neo-Sosialisme Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES. Day, G. S. (1991). Learning About Markets. Cambridge Marketing Science Institute, Report No. 91-117. DeGeus, A. P. (1970). Planning as Learning. Harvard Business Review, pp. 70-74. Dewenter, Kathryn L., dan Malatesta, Paul H. (2001). State-Owned and Privately Owned Firms: An Empirical Analysis of Profitability, Leverage, and Labor Intensity. The American Economic Review, Vol. 91, No. 1, pp. 320-334. Estrin, S., dan Perotin,V. (1991) Does ownership always matter? International. Journal of Industrial Organization, 9 (1), pp. 55-73. Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manager, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: Alfabeta. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics (4th Edition). Mcgraw Hill. Haosana, Cincin. (2012). Pengaruh ROA dan Tobin’s Q terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan retail yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi : Fakultas Ekonomi, Departemen Akuntansi .Univeritas Hasanuddin. Jensen, Michael C., dan Meckling, William. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, pp. 305-360. Kartikawati, Wening. (2007). Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi Sarjana. Bandar Lampung : Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Lee, Sanghoon. (2008). Ownership Structure and Financial Performance: Evidence from Panel Data of South Korea. Department of Economics Corporate Ownership and Control, Vol.6, No. 2, Winter 2008 University of Utah Economics Working Paper No.2008-17. 20 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Luthfiardi, Ikhsan. (2012). Analisis Pengaruh Corporate Governance Performance Index dan Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan terhadap Efisiensi Investasi (Perusahaan yang Terdaftar di BEI dan IICG Periode 2007-2010). Skripsi Sarjana. Depok : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Majumdar, SK., dan Chhibber, P. (1998). State as Investor and State as Owner: Consequences for Firm Performances in India. Economic Development and Cultural Change, Apr 1998: 46,3, page 561. ABI/INFORM Global. 9 Februari 2014. Mankiw, N. Gregory. (2004). Principles of Economics (3rd Edition). Singapura: Thompson. Na’im, Ainun., dan Sinarti. (2010). Kinerja Akuntansi dan Kinerja Pasar Modal pada Perusahaan - Perusahaan Dalam Jakarta Islamic Index. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Nachrowi, ND. dan Usman, H. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer & Praktis Dilengkapi Teknik Analisis & Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Naylah, Maal. (2010). Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia. Tesis. Semarang : Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Perotti, Enrico. (2004). State Ownership: A Residual Role?. World Bank Policy Research, Working Paper 3407. Ranney, Austin. (1958). The Governing of Men: An Introduction to Political Science. Holt, Rinehart and Winston, Inc. Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., dan Jeffrey F. (2002). Corporate Finance (6th ed.). The Mc Graw-Hill Companies. Rossieta, Hilda., Syakhroza, Akhmad., Wahyuni, Sri Endah. (2011). The Effect on Incentive System and Corporate Governance Mechanism on Performance of The Privatized, The Case of Indonesia State Owned Enterprise. Program Pasca Sarjana, Depok: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Sari, Puti G. (2004). Analisa Hubungan Struktural Kepemilikan Saham dan Kinerja Perusahaan di Indonesia. Tesis, Depok : Program Studi Ilmu Manajemen, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Senge, P.M. (1990). The Leader’s New York: Building Learning Organizations. Sloan Management Review, pp. 7-23. Shirley, Mary M., dan Walsh, Patrick. (2000). Public versus Private Ownership: The Current State of the Debate. World Bank Policy Research, Working Paper No. 2420, Social Science Research Network Electronic Paper Collection. 5 Januari 2014. www.ssrn.com. Shleifer, Andrei., dan Vishny, Robert. (1998). The Grabbing Hand: Government Pathologies and Their Cures. Cambridge, MA : Harvard University Press. Sugiharto. (2005). BUMN Indonesia : Isu, Kebijakan dan Strategi. Jakarta : Elex Media Komputindo. 21 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sukmadewi, Amalia. (2009). Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Corporate Value dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Swasta Non Keuangan dan BUMN Non Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2007). Skripsi Sarjana. Depok : Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sun, Qian., dan Tong. (2003). China Share Issue Privatization : The Extent of its success. Journal of Financial Economics, 70, 183-222 Suprapto, Parikesit. (2013, Agustus 30). Nilai kapitalisasi BUMN akan terus meningkat. Antara News. Mei 9, 2014. http://antaranews.com/berita330387/parikesit-nilaikapitalisasi-bumn-akan-ters-meningkat Tjager, I Nyoman. (2003). Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. Tian, Lihui., dan Estrin, Saul. (2008). Retained state shareholding in Chinese PLCs: Does government ownership always reduce corporate value?. Journal of Comparative Economics, 36, pp. 74-89. Van Horne, James C., dan Wachowicz, Jhon M. Jr. (1997). Fundamental of Financial Management/Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (Heru Sutojo, Penerjemah., Edisi Kesembilan). Jakarta : Salemba Empat. Wahyu, Hidayat. (2012, April 20). Kinerja BUMN terus meningkat. Berita Kawan. Mei 9, 2014. http://beritakawanua.com/berita/nasional/kinerja-bumn-meningkat.html Wulansari, Nia. (2007). Analisis Struktur Pasar dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Industri Asuransi Jiwa dan Industri Asuransi Kerugian di Indonesia. Tesis, Depok : Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Winarno, Moh. (2006). Pengaruh Kepemilikan Negara Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi Empiris pada Perusahaan BUMN dan Perusahaan Swasta yang terdaftar di BEI. Tesis, Depok : Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
22 Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014