Hal 1 dari 5
ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS Fiqi Rathomy Jurusan Teknik ElektroFTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, KeputihSukolilo, Surabaya60111 Abstrak Teknologi internet berbasis IP berkembang sangat pesat dan telah menjadi standar defacto untuk sistem komunikasi data secara global. IP sangat baik dalam segi skalabilitas sehingga membuat teknologi internet menjadi cukup murah. Namun, masalah mungkin terjadi ketika satu rute memiliki bandwidth lebih banyak, tetapi dalam rute yang lebih panjang, sedangkan satu rute yang lain yang lebih pendek dipilih tetapi memiliki bandwidth rendah akibatnya jaringan padat yang kemungkinan dapat menyebabkan collision. MPLS menjanjikan banyak harapan untuk peningkatan performansi jaringan paket tanpa harus menjadi rumit seperti ATM. MPLS mencoba mengatasi beberapa dari masalah tranfer data, yaitu tidak adanya jalur yang tetap, cepat, dan terjamin keandalannya. Kata kunci : Transmisi video, TCP/IP, MPLS, Video Streaming, performance. I. PENDAHULUAN Internet Protocol didesain untuk interkoneksi sistem komunikasi komputer pada jaringan paket switched. Tujuan dari TCP/IP adalah untuk membangun suatu koneksi antar jaringan (network), dimana biasa disebut internetwork, atau intenet, yang menyediakan pelayanan komunikasi antar jaringan yang memiliki bentuk fisik yang beragam. Tujuan yang jelas adalah menghubungkan hosts pada jaringan yang berbeda, atau mungkin terpisahkan secara geografis pada area yang luas. Aspek lain yang penting dari TCP/IP adalah membentuk suatu standarisasi dalam komunikasi. IP menghantarkan paket dengan memeriksa alamat tujuan di header. Jika alamat tujuan masih merupakan bagian dalam sebuah network, paket dihantarkan langsung ke host tujuan. Jika alamat tujuan bukan merupakan bagian internal network, paket dikirimkan ke network lain dengan mekanisme yang disebut routing. Dalam routing IP OSPF dan BGP memegang menentukan rute dan lalu mengirim paket. IP melakukan pemilihan routing untuk setiap paket. Tidak ada pertukaran informasi kontrol (handshake) untuk membentuk hubungan dari ujung ke ujung sebelum transmisi data. Karenanya, IP disebut protokol tanpa koneksi (connectionless). IP mengandalkan protokol di layer lain untuk keperluan itu, dan juga keperluan seperti pemeriksaan dan perbaikan kesalahan. Dalam proses routing IP, tidak terdapat mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol yang sering Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
1
digunakan di atas IP, yaitu TCP, memiliki feature yang memungkinkan jaminan validitas data. Namun TCP tidak bersifat universal, karena memiliki banyak kelemahan untuk diaplikasikan pada paket suara atau multimedia. Dengan mulai digunakannya IP sebagai infrastruktur informasi global, mulai digagas berbagai cara untuk mewujudkan jaringan IP dengan QoS. MPLS, Multiprotocol Label Switching, adalah arsitektur jaringan yang didefinisikan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) untuk memadukan mekanisme label swapping dilayer 2 dengan routing dilayer 3 untuk mempercepat pengiriman paket. MPLS merupakan salah satu bentuk konvergensi vertical dalam topologi jaringan. MPLS menjanjikan banyak harapan untuk peningkatan performansi jaringan paket tanpa harus menjadi rumit seperti ATM. MPLS mencoba mengatasi beberapa dari masalah tranfer data, yaitu tidak adanya jalur yang tetap, cepat, dan terjamin keandalannya. MPLS memperkenalkan gambaran baru mengenai mekanisme forwarding yang memiliki sifat connection oriented, dengan penggunaan label pendek berukuran tetap. Konsep dari label adalah mirip dengan apa yang diterapkan dalam ATM dan frame relay, namun tidak persis sama. MPLS memberikan konsep yang berbeda dari mekanisme yang ada pada layer 2 dan layer 3, meskipun sebenarnya MPLS menggabungkan kedua mekanisme tersebut. Posisi MPLS adalah diantara datalink layer dan network layer. MPLS mengenalkan konsep connection oriented untuk diterapkan pada jaringan berbasis IP yang pada dasarnya adalah connectionless. Quality of Service (QoS) dari transmisi video melalui jaringan MPLS ini perlu diketahui agar para pengguna merasa puas dalam menggunakannya. Dengan analisa ini diharapkan para pengguna teknologi transmisi video yang ingin menggunakan jaringan MPLS mengetahui kinerja layanan video streaming melalui jaringan MPLS ini. II. PERENCANAAN SISTEM Jaringan IP memegang semua aliran trafik data pada level yang sama. Maka, semua trafik tidak mempedulikan karakteristik tetapi hanya memegang dalam usaha layanan sebaikbaiknya. Dalam jaringan IP, sebelum mengirim paket, OSPF dan BGP memegang menentukan rute dan lalu mengirim paket. Namun, masalah mungkin terjadi ketika satu rute memiliki bandwidth lebih banyak, tetapi dalam rute yang lebih panjang, sedangkan satu rute yang lain yang lebih pendek dipilih tetapi memiliki bandwidth
Hal 2 dari 5
rendah akibatnya jaringan padat yang kemungkinan dapat menyebabkan collision. Pada jaringan MPLS, program yang dilayani internet ditanya untuk QoS yang berbeda dalam hal aplikasi. Sebagai contoh, dalam FTP, permintaan yang tidak memiliki error daripada waktu tunda ketika video streaming memilih rate transmisi data kecepatan tinggi dan tidak ada delay. Tujuan FTP adalah tidak memiliki error, jaringan mengirim kembali data yang tidak terjangkau, sehingga pada jaringan MPLS delay sepertinya akan terjadi. Untuk mengetahui kinerja layanan video streaming melalui dua protokol jaringan ini, percobaan harus dilakukan dalam berbagai skenario.. Topologi yang digunakan adalah sebagai berikut :
III. HASIL UJICOBA DAN ANALISA Pada bagian ini akan dilakukan analisa terhadap performansi transmisi video pada jaringan IP dan MPLS, analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara tanpa beban, dan berbeban 200 kb, 1 Mb, 2 Mb . Parameter yang diukur meliputi paket loss, throughput, delay, jitter . 3.1 Pengukuran packet loss Pada percobaan satu, pengukuran packet loss untuk transmisi video satu arah pada jaringan IP didapat grafik sebagai berikut: Paket Loss Transmisi Video Jaringan IP 1 7.5 1 5 % Los s
1 2.5 1 0 7.5
TC P
5
U D P
2.5 0 Ta n p a Be b a n
Be b a n 20 0 kb
Be b a n 1 Mb
Be b a n 2 Mb
B eban
Gambar 1 Topologi sistem yang akan dirancang
Gambar 4 Grafik packet loss video streaming pada jaringan IP
Pada percobaan ini terdapat enam komputer dimana ada satu server video MCU dan dua client yang menggunakan OS Windows XP, tiga PC router menggunakan OS Linux Debian, dan satu switch, peralatan tambahannya berupa dua webcam dan Headphone. Dan pengujian dilakukan di laboratorium jaringan telekomunikasi elektro ITS. Pada paper ini akan dilakukan beberapa tahap ujicoba dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa perbandingan data hasil pengukuran, adapun tahap ujicoba yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan ujicoba pengukuran kinerja jaringan IP pada transmisi video satu arah. Dengan tanpa beban, dan terbebani oleh paket TCP dan UDP sebesar 200 kb, 1 Mb, dan 2 Mb. 2. Melakukan ujicoba pengukuran kinerja jaringan MPLS pada transmisi video satu arah. Dengan tanpa beban, dan terbebani oleh paket TCP dan UDP sebesar 200 kb, 1 Mb, dan 2 Mb. Selanjutnya pada bab berikutnya akan dilakukan analisa data, untuk bisa mengetahui paket loss, delay, jitter dan throughput yang dibutuhkan pada jaringan yang akan digunakan untuk aplikasi transmisi video, serta kualitas videonya. Berikut ini akan dijelaskan langkahlangkah dalam menjalankan ujicoba tersebut :
Gambar diatas menunjukkan nilai ratarata packet loss yang terjadi pada packet video, Pembebanan UDP dilakukan dengan variabel nilai yang sama dengan beban TCP, hal ini dimaksudkan agar didapatkan hasil perbandingan antara beban TCP dan UDP terhadap packet loss payload H.261, pembebanan dibangkitkan dari client 10.10.10.3 menuju server 10.10.10.1, dari grafik di atas terlihat bahwa packet loss pada UDP lebih besar daripada pada pembebanan TCP, hal ini dikarenakan pada paket video menggunakan RTP (Realtime Transport Protocol ), dimana RTP menggunakan protocol transport UDP untuk mengirimkan packet voice dan video, berdasarkan pengamatan pada saat ujicoba streaming video dan voice banyak yang hilang pada pembebanan paket UDP sebesar 2 Mb.
% Lo ss
Paket Lo ss Transm isi Video Jaringan MPLS 22.5 20 17.5 15 12.5 10 7.5 5 2.5 0
TCP UDP
Tanpa Beban
Beban 200 kb
Beban 1 Mb
Beban 2 Mb
B eban
Gambar 5 Grafik packet loss video streaming pada jaringan MPLS
Proses pengambilan data pada pembebanan packet TCP dilakukan sebelum client melakukan streaming menggunakan netmeeting, hal ini dimaksudkan supaya protokol RTP yang membawa payload H.261 / paket video tampak. Dari gambar
Gambar 2 Petunjuk ujicoba pengukuran kualitas jaringan
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
2
Hal 3 dari 5
grafik di atas terlihat bahwa semakin besar paket TCP yang dibebankan pada server MCU semakin besar pula packet loss untuk payload H.261, hal ini dapat disebabkan oleh kongesti dalam jaringan serta keterbatasan buffer pada MCU.
Dari gambar diatas, terlihat bahwa besarnya throughput bervariasi antara 164,83 kbps sampai 178,31 kbps untuk paket video pada berbagai kondisi, hal ini disebabkan pengaturan panjang paket yang berbedabeda oleh layer aplikasi neetmeeting akibat adanya pembebanan. Dari hasil pengamatan pada saat ujicoba, pembebanan TCP tidak terlalu berpengaruh pada kualitas video. pada pembebanan paket UDP throughput ratarata video sebesar 164.83 kbps sampai 178.17 kbps, penurunan throughput tersebut diakibatkan karena besar noise lebih besar daripada streaming video sehingga bandwidth lebih banyak digunakan oleh beban.
3.2 Pengukuran Throughput Pada percobaan pengukuran throughput untuk transmisi video untuk jaringan IP ini didapat grafik sebagai berikut:
Throuhput (kbps)
Throughput Video pada Jaringan IP
3.3 Pengukuran Delay
180 170
Delay yang diukur pada pengukuran ini merupakan ratarata selisih waktu saat paket mulai dikirimkan client hingga diterima oleh server. Perhitungan delay ini diperoleh dari hasil penjumlahan delay propagasi dan paketisasi yang direkam oleh software wireshark. Berikut ini grafik yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan :
IP
160 150 140 130 Tanpa Beban Beban 200 Beban 1 Mb Beban 2 Mb kb Beban
Gambar 6 Grafik throughput transmisi video pada Jaringan IP
Delay Video Streaming 120 Delay (ms)
Dari gambar diatas, terlihat bahwa pada gambar grafik di atas terlihat bahwa besar throughput untuk paket video berada pada range 149,81 kbps sampai 177.16 kbps. Variasi nilai throughput untuk video disebabkan oleh panjang paket H.261 yang berbedabeda pada saat pengiriman akibat adanya pembebanan, berdasarkan hasil pengamatan pada saat ujicoba, kualitas video saat pembebanan dengan pembebanan TCP dengan nilai yang kecil tidak terlalu jauh berbeda dengan kualitas video pada kondisi tanpa beban sehingga komunikasi video berjalan dengan lancar, tetapi pada saat beban TCP dinaikkan mencapai nilai 2 Mb informasi video menjadi terputusputus akibat throughput mengecil. Pembebanan UDP dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh RTP antara kondisi tanpa beban dan terbebani, yang mana RTP ini digunakan untuk mengirimkan paket video pada protokol H.323 yang menggunakan UDP sebagai transportnya.
Throughput (kbps)
MPLS
40
TCP Tanpa Beban
UDP
TCP
Beban 200 kb
UDP
Beban 1 Mb
TCP
UDP
Beban 2 Mb
Pembebanan
Gambar 10 Grafik delay transmisi video pada Jaringan IP dan Jaringan MPLS
Dari grafik pada gambar diatas terlihat bahwa Pada kondisi tanpa beban transmisi video memiliki delay yang sama pada kedua jaringan, pada kondisi terbebani 200 kb transmisi video pada jaringan MPLS memiliki nilai lebih besar daripada delay pada jaringan IP, namun pada kondisi terbebani 2 Mb kondisi delay untuk kedua jaringan hampir sama. 3.4 Pengukuran Jitter Pada saat ujicoba jitter yang diukur merupakan jitter ratarata dari jitter beberapa packet video yang tercapture pada wireshark, pada pengukuran jitter juga dilakukan empat skenario yang sama dengan pengukuran delay. Berikut ini grafik yang didapat dari percobaan :
175 MPLS
165 160 155 Beban 200 Beban 1 Mb Beban 2 Mb kb Beban
Gambar 8 Grafik throughput transmisi video pada jaringan MPLS
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
IP
60
0
180
Tanpa Beban
80
20
Throughput Video pada Jaringan MPLS
170
100
3
Hal 4 dari 5
jitter (ms)
Jitter Paket Video pada Jaringan IP
—
120 100 80 60 40 20 0
TCP UDP
Tanpa Beban
Beban 200 Beban 1 Mb Beban 2 Mb kb Beban
—
Gambar 12 Grafik jitter transmisi video Jaringan IP
Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa Pembebanan UDP mengakibatkan jitter untuk paket video menjadi lebih besar daripada pembebanan TCP. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa paket video lebih rentan terhadap jitter. —
jitter(ms)
Jitter Paket Video pada jaringan MPLS 70 60 50 40 30 20 10 0
TCP UDP
Tanpa Beban
—
Beban 200 Beban 1 Mb Beban 2 Mb kb Beban
Gambar 13 Grafik jitter transmisi video dua arah
Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa pada pembebanan paket UDP didapatkan hasil yang sama dengan sistem videostreaming jaringan IP bahwa semakin besar beban TCP dan UDP, besar jitter semakin meningkat, hal tersebut disebabkan karena besar packet loss meningkat dan salah satu efek daripada packet loss adalah jitter.
V. DAFTAR PUSTAKA 1. Luthfi, Adnan Basalamah. Standar H.323 untuk networking aplikasi multimedia, Computer Network Research Group (CNRG) ITB, 1999. 2. Thomas,Tom. Boson CCNA 640801, Boson Press, 2000. 3. Video and media streaming servers,http://www.mediacollege.com/video/strea ming/ 4. MPLS Linux, http://mpls.sourceforge.com/ 5. Austerberry, David. The technology of video & audio streaming, Focal Press, June 2004 6. Wibisono, kuncoro, Pengantar MPLS, www.ilmukomputer.com, 2003 7. Wastuwibowo, Kuncoro Next Generation Network, www.telkom.info, Desember 2003 8. Hwankwak, Kyoung, astudy on the performance enhancement of video streaming service in MPLS Network, Konkuk University Seoul Korea, 2001.
IV. KESIMPULAN Setelah dilakukan percobaan ini didapatkan kesimpulan : — Dari hasil pengujian videostreaming jaringan IP terdapat packet loss tanpa beban sebesar 0.15%, sedangkan pada sistem videostreaming jaringan MPLS terdapat packet loss sebesar 0.76 %. Hal ini dikarenakan terdapat delay yang lebih besar yang disebabkan packetization delay dan propagation delay. tetapi hal tersebut masih dapat ditoleransi, karena batas maksimum packet loss sebesar 1%, — Pada pengukuran delay, transmisi video pada jaringan MPLS memiliki delay lebih besar daripada jaringan. Hal ini disebabkan sebelum paket dikirimkan pada LSR terjadi pertukaran informasi asal dan tujuan paket kemudian paket diengkapsulasi terlebih dahulu dengan label
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
untuk memberi informasi kemana paket diteruskan, Pada pengukuran throuhput, besar throuhput tanpa beban jaringan MPLS hampir sama namun ketika dibebani dengan 2 Mb, throughput MPLS lebih besar daripada jaringan IP. Hal ini dikarenakan ketika jaringan IP dibebani 2 Mb banyak paket video yang hilang lebih besar daripada MPLS, Pada paket data yang besar, pengiriman melalui jaringan MPLS dapat lebih cepat dari pengiriman melalui jaringan IP karena besar jitter jaringan MPLS lebih kecil dari jaringan IP. Hal ini disebabkan teknologi MPLS memadukan mekanisme label swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket. Dan juga throughputnya bisa lebih baik dikarenakan besar paket loss lebih sedikit dibandingkan jaringan IP, Jaringan MPLS baik bila diimplementasikan pada perusahaan yang membutuhkan pengiriman paket data yang besar pada jaringan komputernya, hal ini disebabkan pada pengiriman paket data yang besar MPLS bisa lebih cepat dan lebih aman karena setiap paket akan diengkapsulasi dengan label. Munculnya teknologi MPLS mendorong teknolgi lain yang hampir sama yaitu IP VPN. Dengan alasan skalabilitas pula IP VPN dapat menjadi pilihan lain dan mudah diimplementasikan pada jaringan besar seperti internet selain MPLS karena VPN mengenkripsi paket data sehingga hanya orang yang memiliki kunci paket data tersebut yang bisa membaca isi paket.
4
Hal 5 dari 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Fiqi Rathomy dilahirkan di kota Gresik pada tanggal 7 Juni 1985 sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara. Memulai pendidikan di MI Ma’arif Sidomukti Giri Gresik pada tahun 1991, SMP NU 2 Gresik pada tahun 1997, dan SMAN 1 Gresik pada tahun 2000. mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2003 di Jurusan Teknik Elektro ITS, Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi kemahasiwaan seperti divisi KALAM HIMATEKTRO, anggota Resimen Mahasiswa 802 ITS, anggota HMI Sepuluh Nopember komisariat elektro, dan asisten praktikum PST di Laboratorium Jaringan Telekomunikasi. Saat ini penulis sedang menyelesaikan Tugas Akhir.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
5