JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA Fanny Nurindra Permana, Achmad Affandi, dan Djoko Suprajitno Rahardjo Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak—HSDPA hadir sebagai pengembangan UMTS dengan laju data hingga 14,4 Mbps downlink, yang memungkinkan penggunanya menikmati berbagai layanan multimedia, seperti video streaming. Pada jaringan nirkabel seperti HSDPA performa layanan multimedia yang diterima oleh pengguna tidak selalu konstan dan tergantung pada faktorfaktor seperti kepadatan pengguna dan kualitas jaringan. Dalam tugas akhir ini dilakukan pengujian performa layanan video streaming pada jaringan HSDPA, yang meliputi pengaruh peningkatan jumlah pengguna serta pergerakan pengguna dalam cakupan HSDPA. Proses pengujian dilakukan dengan membangun simulasi pada Network Simulator 2 yang diperluas dengan EURANE untuk mendukung jaringan Enhanced UMTS, serta modul EvalVid untuk evaluasi performa video streaming. Secara umum hasil video streaming melalui jaringan HSDPA sangat bagus, dengan bitrate sebesar 694 kbps video dapat dimainkan dengan lancar, baik oleh pengguna stasioner (indoor) maupun bergerak (vehicular). Hasil ini diperoleh saat jumlah pengguna sedikit (kurang dari 5) dan dekat dengan base station (300m). Dari hasil simulasi juga diperoleh bahwa peningkatan jumlah pengguna maupun bertambahnya jarak pengguna dari base station berdampak pada turunnya performa layanan video streaming. Agar diperoleh performa yang masih cukup baik, maka jumlah maksimum pengguna pada saat bersamaan adalah 8 pengguna. Sedangkan jarak maksimum disarankan 420 meter dari base station. Kata Kunci—HSDPA, Network Simulator, Performa, Video Streaming.
H
I. PENDAHULUAN
SDPA adalah suatu teknologi terbaru dalam sistem telekomunikasi bergerak yang dikeluarkan oleh 3GPP Release 5. HSDPA merupakan merupakan pengembangan UMTS yang digunakan untuk komunikasi data pada arah maju dengan memperkenalkan AMC (Adaptive Modulation and Coding), adaptasi rantai, operasi multi-sandi, fast hybrid ARQ, dan penjadwalan node B. HSDPA mempunyai layanan berbasis paket data dengan data rate mencapai 14,4 Mbps dan bandwith 5 MHz pada UMTS downlink, yang memungkinkan penggunanya untuk memakai beragam sajian multimedia, seperti streaming video, streaming musik, mobile TV, game online, dsb. Salah satu aspek multimedia yang cukup banyak mendapat perhatian adalah video. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan
bitrate yang tinggi pada proses transmisi agar didapatkan hasil yang dapat memenuhi QoS layanan terutama pada jaringan berbasikan paket. Disamping kebutuhan akan bitrate, penggunaan video compression adalah hal yang mutlak diperlukan agar dapat mengirimkan layanan video pada jaringan paket dengan parameter yang sesuai. MPEG-4 merupakan standard kompresi video yang digunakan oleh banyak mobile network termasuk HSDPA. Teknologi kompresi pada MPEG-4 ini menghasilkan kualitas video yang baik sehingga cocok diterapkan pada mobile dan wireless transmission. Dalam proses streaming khususnya melalui jaringan HSDPA ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan, diantaranya yaitu kualitas jaringan; jarak, dan interferensi dari user ke node-B akan mempengaruhi kualitas jaringan yang akan didapatkan. Semakin jauh dan semakin banyak interferensi yang didapat (misalnya di dalam gedung dengan dinding beton tebal) akan semakin berkurang kecepatan akses yang diperoleh, demikian pula kemungkinan terjadinya error semakin besar. Selain itu banyaknya user yang terkoneksi pada saat bersamaan akan mengurangi kecepatan akses yang bisa dinikmati. Hal ini terjadi karena teknologi jaringan wireless merupakan sistem bandwith shared, sehingga bandwidth akan dibagi rata dengan pengguna lain yang juga ikut mengakses. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian performa video streaming melalui jaringan HSDPA. Prosedur pengujian terdiri dari dua bagian, yang pertama yaitu pengaruh banyaknya jumlah pengguna terhadap performa layanan video streaming yang diterima oleh pengguna dalam satu area BTS; serta yang kedua yaitu pengaruh pergerakan user dan jaraknya terhadap node B terhadap kinerja maupun kualitas layanan video streaming yang diperoleh. Proses pengujian akan dilakukan dengan membangun simulasi pada Network Simulator yang diperluas dengan EURANE untuk mendukung jaringan Enhanced UMTS. Untuk mendukung proses streaming dan evaluasi terhadap kualitas video digunakan Evalvid. Analisa kinerja meliputi parameter QoS seperti throughput, delay, packet loss; serta kualitas video yang diukur melalui PSNR dan MOS.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
II. PERANCANGAN DAN SIMULASI A. Pemodelan Sistem Penelitian ini melakukan simulasi user yang mengakses layanan video streaming pada server yang tehubung dengan jaringan Enhanced-UMTS. Topologi jaringan riil yang akan diimplementasikan dalam simulasi tampak pada gambar berikut:
Gambar. 1. Layanan Video Streaming melalui Packet Switched E-UMTS Protokol pada Iub, IuPS dan Gn interfaces terlalu sulit untuk diaplikasikan secara nyata, karena itu sebagai penggantinya hanya dimodelkan dengan adanya link delay pada interface tersebut. Model simulasi ini menggunakan fungsi Application, Transport dan Network layer yang terdapat pada standart NS-2, sehingga diasumsikan tidak terjadi permasalahan p ada layer ini. RLC layer pada model simulasi mengimplementasikan dua dari tiga mode RLC yang terdapat pada UMTS, yaitu Unacknowledged Mode (UM) dan Acknowledged Mode (AM). Sedangkan Transparent Mode (TM), tidak diimplementasikan karena TM digunakan pada layanan circuit-switched. Dalam implementasinya topologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 2. Topologi Simulasi Konfigurasi sambungan dari tiap node adalah seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Link antar node Link BS - RNC RNC - SGSN SGSN - GGSN GGSN - node1 node1 - node2
Uplink/ Downlink 622Mbit 622Mbit 622Mbit 622Mbit 100Mbit
Delay
queue type
2ms 0.4ms 10ms 15ms 35ms
DummyDropTail DummyDropTail DummyDropTail DummyDropTail DummyDropTail
queue size 2000 1000 1000 1000 1000
Air interface yang menghubunglan UE ke BS menggunakan
transport channel High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH) pada 7,2 Mbps. Model Kanal pada Enhanced UMTS terdiri dari tiga bagian: distance loss, shadowing, dan multi-path. Loss ini dapat dirumuskan sebagai berikut: L=A+S+R Dimana: A = atenuasi (path loss) S = slow fading (shadowing) R = fast fading (multi-path fading) 1. Attenuation (Path Loss) Atenuasi/redaman dideskripsikan oleh model propagasi Okumura-Hatta untuk lingkungan suburban, dan dirumuskan sebagai: A(d) = L init + 10·n·log 10 (d) Dimana : d = jarak antara node B dan UE (km) L init = basic loss untuk jarak 1 km n = decay index Nilai L init dan n tergantung pada lingkungan. Dalam kebanyakan kasus nilai n antara 2 dan 4. Model kanal pada EURANE didesain untuk tujuan mempelajari efek scheduling pada user dekat vs jauh, maka dari itu jarak setiap UE dari BS diasumsikan tetap, contohnya user bergerak melingkar di sekitar base station. Mengacu pada hal ini, maka distance loss selalu konstan selama waktu simulasi. Sehingga persamaan menjadi: A(d) = 129,4 + 10· 3,52 ·log 10 (d) 2. Slow Fading (Shadowing) Slow fading disebabkan oleh pergerakan UE dan halangan (obstacle) besar pada lintasan propagasi antara UE dan node B (misalnya gedung). Fading ini dimodelkan sebagai proses dengan distribusi lognormal dan korelasi jarak. Pada model dinamis dengan pengguna yang bergerak, slow fading bergantung pada lokasi dan karenanya korelasi yang tergantung jarak harus diperhitungkan untuk manghadirkan kontinuitas. Kontribusi slow fading terhadap total loss dibangun berdasar algoritma berikut: S(d+Δd)=a · S(d) + b · σ · N Dimana: Δd = jarak antara dua sample waktu yang berdekatan N = variabel acak yang memenuhi distribusi normal standar B = parameter yang diambil sehingga standar deviasi vektor mengandung semua realisasi setara σ A = ditentukan oleh persamaan berikut yang merupakan fungsi autokorelasi dari S. E [S (d) · S (d + Δd)]= E [a · (S (d))2 + b · σ · N] = a · σ2 3. Fast Fading (Multi-path Fading) Multi-path Fading dimodelkan menggunakan berbagai profil kanal dalam ITU-T. Sebanyak tiga belas profil kanal diimplementasikan dalam EURANE: Single Rayleigh channel, three Single Rayleigh channels w/o correlation on fading coefficients – Case 1, Case 2 and Cas e 3, Indoor Office A, Indoor Office B, Pedestrian A, Pedestrian B, Vehicular A, Vehicular B, Rural Area, Typical Urban and
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Hilly Terrain. Profil berbeda dalam hal jumlah path, delay, dan daya rata-rata pancaran gelombang. Dalam implementasinya pada NS, model kanal ini dibangkitkan melalui channel generator yang dapat dijalankan pada Matlab ataupun Octave. User environment yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu indoor untuk pengguna tidak bergerak, dan vehicular untuk pengguna bergerak B. Video Streaming Proses video streaming dalam simulasi dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 3. Alur Kerja Proses Streaming dalam Simulasi Raw video dalam format YUV menjadi input bagi encoder untuk menghasilkan video dalam format MP4. Video ini kemudian dibaca oleh Video Sender untuk menghasilkan trace file, yaitu format masukan bagi NS2 yang isinya berupa informasi video seperti frame id, frame type, frame size, packet size, dan time. Trace file ini dimasukkan pada streaming server dalam NS2 untuk mensimulasikan video streaming pada jaringan HSDPA. Hasil dari simulasi direkam dalam log file dan trace file output. Output ini dioleh dalam Evaluation Trace untuk mendapatkan file video output, serta menghasilkan data throughput, packet loss, dan delay. Video output kemudian diolah dalam video decoder dan fix video untuk merekonstruksi kembali video ke dalam format YUV. File output YUV ini digunakan oleh program PSNR untuk mengevaluasi kualitas video. C. Pengukuran Kinerja 1. Throughput Throughput adalah kecepatan (rate) data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. 2. Packet Loss Packet Loss, merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan
3 congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima. Nilai packet loss pada layanan multimedia menurut ITUT G.1010 sebaiknya tidak lebih dari 3%, dan maksimum adalah 15%. 3. Delay Delay didefinisikan sebagai total waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Besarnya delay yang direkomendasikan oleh ITU-T pada G.1010 untuk layanan real-time sebaiknya dibawah 150ms, dengan nilai maksimum yang dapat diterima pengguna adalah sebesar 300ms. 4. Evaluasi kualitas video PSNR merupakan subjective quality measure yang banyak digunakan untuk menganalisa Quality of Service (QoS) dari transmisi video secara frame by frame. Sedangkan MOS merupakan objective quality measure untuk mengukur kualitas dari transmisi video digital pada level aplikasi. Ukuran kualitas ini biasanya diklasifikasikan dalam skala dari 1 (worst) sampai 5 (best). PSNR dari setiap frame dapat diubah dalam skala MOS dengan standard seperti berikut [8]: Tabel 2. Konversi PSNR ke MOS (Standart ITU-R) PSNR MO Perceived (dB) S Quality > 37 5 Excellent 31 - 37 4 Good 25 - 30 3 Fair 20 - 24 2 Poor < 20 1 Bad D. Pengujian Dalam tugas akhir ini akan dilakukan dua macam skenario pengujian performa video streaming pada jaringan HSDPA: 1. Pengaruh pertambahan user Disini jumlah user yang mengakses video streaming akan bertambah dari 1 hingga 40 user. User disimulasikan tidak bergerak, dengan jarak cukup dekat (300 m) dari BTS untuk memastikan setiap user memperoleh kualitas sinyal yang baik. Model user environment yang digunakan yaitu model indoor. Dengan adanya user yang semakin bertambah akan dianalisa pengaruhnya terhadap performa video streaming yang diperoleh oleh user. 2. Pengaruh pergerakan user dan jaraknya Dalam pengujian ini user disimulasikan bergerak dengan kecepatan sedang (60 km /jam), dengan jarak yang semakin
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 menjauh dari BTS (300 m – 1100 m). Model user environment yang digunakan yaitu model vehicular. Dengan adanya pergerakan user ini akan dianalisa performa video streaming yang diperoleh. Setelah dilakukan perancangan, akan dilakukan pengukuran dalam beberapa kondisi. Adapun untuk lebih jelasnya ditunjukkan oleh diagram alir dari sistem yang akan dibuat sebagai berikut :
4 jaringan bertambah. Saat jumlah koneksi sebanyak 5 user, delay rata-rata masih di bawah batas 300ms. Ketika pengiriman data yang lebih banyak dilakukan (10 user keatas), mulai terjadi kongesti pada buffer yang mengakibatkan waktu pengiriman video frame menjadi lebih lama, dan mulai terjadi packet drop. 1,8 1,6
Delay (s)
MULAI
Menyiapkan Video dalam format MPEG-4 Membuat tracefile dari vdeo
1,4
1 user
1,2
5 user
1
10 user
0,8
20 user
0,6
30 user
0,4
40 user
0,2 0 1
Perancangan Jaringan
18 35 52 69 86 103 120 137 154 171 188 205 222 239 256 273 290 Frame Number
Simulasi environment indoor
Simulasi environment vehicular
Penambahan user 1 – 40 user
Pergerakan user dengan jarak 300m – 1000m
Pengukuran parameter unjuk kerja
Pengukuran parameter unjuk kerja
Gambar 5. Grafik Delay End-to-end 3. Packet Loss Packet loss yang terjadi saat pertambahan jumlah user dapat dilihat pada grafik berikut: 40 35 30 Loss (%)
Analisa Hasil Pengukuran
Kesimpulan
25 20 15 10
SELESAI
5 0
Gambar 3. Diagram Alir Pengujian
1
5
10
20
30
40
Jumlah User
III. ANALISA DATA A. Skenario Pembebanan Jaringan Dalam skenario ini jaringan HSDPA dibebani dengan user yang mengakses layanan video streaming dengan jumlah yang semakin bertambah, dari 1 hingga 40 user. User disimulasikan tidak bergerak dan berada pada lingkungan indoor 1. Throughput
4. Video Quality Evaluation Dari data PSNR yang diperoleh dari proses simulasi didapatkan grafik sebagai berikut :
800000 700000 600000 500000
40
400000
35
300000
30
200000 100000 0 1
5
10
20
30
40
Jumlah User
PSNR (dB)
Throughput (bps)
Gambar 6. Grafik Packet Loss Tampak bahwa loss mulai meningkat saat user yang mengakses video streaming pada saat bersamaan diatas 5 user. Hal ini dikarenakan mulai terjadi kongesti yang kemudian memicu terjadinya packet drop. Jika merujuk pada rekomendasi ITU-T dimana maksimum packet loss adalah 15%, maka jumlah user yang diijinkan agar masih termasuk pada kategori degradasi sedang yaitu sekitar 8 user.
25 20 15 10
Gambar 4. Grafik Throughput Video Dari hasil pengujian tampak bahwa throughput menurun seiring bertambahnya user. Kebutuhan bandwidth untuk streaming video masih tercukupi sampai dengan 5 user, namun lebih dari jumlah tersebut throughput mulai turun. 2. Delay Dari grafik tampak bahwa delay semakin besar saat beban
5 0 1
5
10
20
30
40
Jumlah User
Gambar 7. Grafik PSNR Dari grafik terlihat bahwa kualitas video menurun saat jumlah user yang mengakses pada saat bersamaan di atas 5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
B. Skenario Pergerakan User Dalam skenario ini user disimulasikan bergerak dengan kecepatan konstan 60 km /jam, mulai dari jarak 300m semakin menjauh hingga 1100 m eter dari node-B. Simulasi user adalah lingkungan vehicular
Jika merujuk pada rekomendasi ITU-T dimana maksimum packet loss adalah 15%, maka jarak maksimum yang dimungkinkan agar masih termasuk pada kategori degradasi sedang yaitu sekitar 420 meter. 100 90 80 Packet Loss (%)
user. Jika mengacu pada standard ITU-R, nilai PSNR minimum yang masih dapat diterima adalah 25 dB (kualitas “fair”), sehingga jumlah maksimum user yang dimungkinkan agar kualitas video masih dapat diterima yaitu sekitar 8 user.
70 60 50 40 30 20
1. Throughput Dari hasil pengujian tampak bahwa throughput semakin menurun seiring bertambahnya jarak user dari node-B
10 0 300
Throughput (bps)
620
780
940
1100
Jarak (meter)
Gambar 10. Grafik Packet Loss
800000 700000
460
4. Video Quality Evaluation Meningkatnya jarak user terhadap node B akan menurunkan nilai PSNR video streaming, seperti terlihat pada grafik:
600000 500000 400000 300000 200000 100000
40
0 300
460
620
780
940
1100
35
Jarak ke node-B (meter)
Gambar 8. Grafik Throughput Saat jarak 300 m, nilai throughput mampu memenuhi kebutuhan datarate video sebesar 694 kbps. Ketika jarak user dari node-B semakin tinggi, kondisi kanal semakin buruk dan jumlah radio resource yang dialokasikan untuknya menjadi lebih kecil, sehingga nilai throughput menurun. 2. Delay Dari hasil pengujian tampak bahwa delay meningkat seiring bertambahnya jarak user terhadap node-B 10 9 8
300 m
Delay (s)
7
460 m
6
620 m
5
780 m
4
940 m
3
1100 m
2 1
PSNR (dB)
30 25 20 15 10 5 0 300
460
620
780
940
1100
Jarak (meter)
Gambar 11. Grafik PSNR Saat user berada dekat dengan node-B, kualitas video yang diterima cukup baik dengan nilai PSNR 34 dB (Good). Seiring bertambah jauhnya user dari node-B, kualitas video yang diterima mulai turun. Jika mengacu pada standard ITUR, dimana nilai PSNR minimum yang masih dapat diterima adalah 25 dB (kualitas “fair”), maka jarak maksimum yang diperbolehkan agar kualitas video masih dapat diterima yaitu sekitar 460 meter.
0 1
18 35 52 69 86 103 120 137 154 171 188 205 222 239 256 273 290 Frame Number
Gambar 9. Grafik Delay Saat jarak user 300 m, delay relatif kecil. Peningkatan delay mulai nampak pada jarak 460 m. Delay yang meningkat ini disebabkan oleh menurunnya throughput, sehingga paket membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke tujuan. 3. Packet Loss Seiring bertambahnya jarak user dari node B, maka loss juga semakin meningkat. Packet loss utamanya diakibatkan oleh memburuknya kualitas kanal seiring jarak user semakin jauh. Hal ini berakibat pada meningkatnya kemungkinan error pada paket data yang dikirim. Sebab lainnya yaitu delay yang terlalu besar, bahwa delay yang besar dapat memicu terjadinya packet drop.
IV. KESIMPULAN Dari hasil simulasi dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum performa layanan MPEG-4 video streaming pada jaringan HSDPA cukup bagus. Dengan bitrate video yang cukup besar, yaitu 694kbps, video dapat dimainkan dengan lancar, hal ini belum dapat dilakukan sebelumnya pada jaringan pendahulu HSDPA, yaitu UMTS karena datarate terbatas pada 384 kb ps. Performa yang tinggi ini diperoleh saat jumlah user sedikit (kurang dari 5 user) dan posisi user cukup dekat dengan base station (dalam radius 300 m). 2. Performa video streaming melalui jaringan HSDPA dipengaruhi oleh banyaknya jumlah user yang terhubung dalam satu base station. Semakin banyak jumlah user yang mengakses layanan video streaming pada saat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3.
4.
5.
bersamaan, maka performa layanan yang diterima akan semakin buruk. Hal ini ditandai oleh turunnya throughput secara keseluruhan, serta meningkatnya delay end-to-end, yang pada akhirnya berimbas pada meningkatnya prosentase packet loss dan penurunan PSNR. Pergerakan user dan jarak terhadap base station turut berpengaruh pada performa layanan video streaming yang diperoleh. Semakin jauh user, maka performa layanan yang diterima akan semakin buruk. Kualitas kanal yang menurun berdampak pada penurunan throughput dan meningkatnya packet loss, yang kemudian berimbas pada delay yang semakin tinggi serta nilai PSNR yang semakin menurun. Berdasarkan hasil simulasi, maksimum jumlah user yang dapat mengakses video streaming sebesar 694 kbps pada saat bersamaan melalui HSDPA yaitu sebanyak 8 user. Jumlah ini memenuhi standar minimum ITU yaitu delay tidak lebih dari 300 ms, packet loss tidak lebih dari 15%, serta nilai PSNR minimum sebesar 25 dB yang termasuk dalam kategori kualitas “fair”. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa maksimum jarak user dari node-B untuk mendapatkan performa dan kualitas yang masih dapat diterima dari layanan video streaming sebesar 694 kbps adalah 420 meter. Pada jarak ini performa layanan memenuhi standar minimum, dengan delay dibawah 300 m s, packet loss tidak lebih dari 15%, dan nilai PSNR diatas 25 dB. DAFTAR PUSTAKA
[1]
Syafari, Anjar, “Sekilas Tentang Teknologi 3G”, Ilmu Komputer.com, pp.15-16, 2007 [2] Suwarso, M, “Spectrum Allocation for 3G (IMT-2000) in Indonesia”, Workshop on R e-arrangement of Spectrum Allocation for 3G, pp.5, Jakarta, 21 Juli, 2005 [3] Whillans, N. (editor), “End-to-end network model for Enhanced UMTS”, IST Seacorn Project Deliverable D3.2v2, 2004 [4] Anat, Zar, “High Speed Downlink Packet Access”, 2009 [5] “Implementasi dan Analisis Performansi Sistem Encoding Video Melalui Server Pada Jaringan LAN”. IT Telkom Bandung. [6] Irawan, Ibnu, “Analisis Pengiriman Video H.264 Dengan Menggunakan Metode Context-Based Adaptive Binary Aritmethic Coding (CABAC) Pada Jaringan Internet”, IT Telkom, Bandung. [7] Fall, K., Varadhan, K., ” The ns Manual”, UC Berkeley, LBL, USC/ISI, and Xerox PARC, December, 2003. [8] Chih-Heng Ke, Cheng-Han Lin, Ce-Kuen Shieh, Wen-Shyang Hwang, “An Evaluation Framework for More Realistic Simulations of MPEG Video Transmission”, Journal of Information Science and Engineering (SCI, EI), vol.24, no.2, March 2008. [9] Ikwal, Mochamad Ali, “Analisa Performansi MPEG-4 Video Streaming Melalui UMTS Dedicated Channel”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2007. [10] Vranješ, Mario, Tomislav Švedek, Snježana Rimac-Drlje, “The Use of NS2 Simulator in Studying UMTS Performances”, Preliminary Communication, vol.1, no.2, December, 2010.
6