Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ANALISA PENGARUH KELEMBABAN RELATIF DALAM INKUBATOR TELUR Mohd.Isa. T. Ibrahim1, Ahmad Syuhada2, Hamdani3 1)
Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstrack:this study aimed to verify the effect of relative humidity during incubation of duck eggs in the incubator on the rate of decline in egg weight, hatching day old duck weight, length and hatching eggs energy difference duck. Duck eggs taken from the poultry business in Meunasah Krueng, water fence, Lambaro, Aceh Besar. Then each egg was placed in an incubator units in the three experimental groups, namely low humidity (57/58% RH), intermediate humidity (67/68% RH) and high humidity (71/72% RH). Incubation process done manually with temperature 38 oC incubator. Eggs were coded X and O adjacent to facilitate marking a reversal in current twice a day. Primary data retrieval from the first day until the fifteenth day by weighing the eggs and using electronic scales. Changes in egg weight reduction on the fifteenth day following (10.666%), (3.853%) and (2.859%) for the treatment of low humidity, intermediate and high, then the day of hatching eggs weigh hatching day old duck also showed that the weight is also affected by incubation and humidity differences by ANOVA analysis it can be concluded that the changes in egg weight reduction greatly influence the hatching duck weight difference and the difference so long incubation energy hatching day old duckling have more energy at low humidity (57/58% RH). Keywords:Humidity, egg weight, hatching daily weight children, the old hatchery, and energy
Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk verifikasi pengaruh kelembaban relatif selama inkubasi telur itik didalam inkubator terhadap laju penurunan berat telur, berat anak tetas umur sehari, lama penetasantelurdanperbedaanenergianaktetasnya. Telur itik diambil dari usaha peternakan unggas di meunasah krueng, pagar air, lambaro, Aceh Besar. Kemudian setiap telurnya ditempatkan didalam tiga unit inkubator kelompok percobaan yaitu kelembaban rendah (57/58 % RH), kelembaban menengah (67/68 % RH) dan kelembaban tinggi (71/72 % RH). Proses inkubasi dilakukan dengan inkubator manual dengan temperatur 38oC. Telur diberi kode X dan O bersebelahan untuk memudahkan penandaan pada saat pembalikannya dalam sehari dua kali. Pengambilan data primer dilakukan dari hari pertamasampai dengan hari kelima belas dengan menimbang telurnya dan menggunakan timbangan elektronik. Perubahan pengurangan berat telur pada hari kelima belas sebagai berikut (10,666 %), (3,853%) dan (2,859%)untuk perlakuan kelembaban rendah, menengah dan tinggi, kemudian hari penetasan telurnya di timbang juga anak tetas umur sehari menunjukkan bahwa beratnya juga dipengaruhi oleh perbedaan kelembaban inkubasidan berdasarkan analisis ANOVA dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan pengurangan berat telur sangat berpengaruh terhadap perbedaan beratanak tetas dan perbedaan lama penetasannya sehingga energi an ak tetas umur sehari lebih berenergi pada kelembaban rendah (57/58 % RH). Kata kunci: kelembaban, berat telur, berat anak tetas sehari, lama penetasan, dan energi.
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
- 1
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Ini Upaya untuk meningkatkan populasi ternak unggas seperti itik, ayam dan puyuh diperlukan
usaha
Menurut J. M. Romao (2009) standar
mendapatkan
kebutuhan kelembaban relatif inkubator untuk
populasinya dengan berbagai cara penetasan
proses penetasan telur itik antara 36,05 ±
telur. Secara alami penetasan telur dilakukan
6,06 % RH sampai dengan 76,50 ± 4,40 %
dengan cara pengeraman oleh induknya,
RH. Kelembaban yang terlalu tinggi akan
hanya saja jumlah telur yang dapat ditetaskan
mencegah terjadinya penguapan air dari dalam
sangat sedikit, oleh karena itu, penetasan
telur, disamping itu jika kelembaban yang
secara
peternakan
terlalu rendah dapat menyebabkan terjadinya
komersial tidak lagi dilakukan orang karena
penguapan air yang terlalu banyak dari dalam
tidak efisien, berbeda halnya dengan itik
telur sehingga akan terjadi kematian embrio.
alami
untuk
inkubator.
dalam
usaha
petelur, sejak dahulu itik tersebut tidak
Kelembaban relatif juga mempengaruhi
mengeraminya, dikarenakan sifat mengeram
proses metabolisme kalsium (Ca) pada embrio.
tidak dimiliki oleh unggas tersebut, telur dari
Saat kelembabannya tinggi, perpindahan Ca
jenis unggas ini menetas karena seleksi alam,
dari kerambang telur ke tulang-tulangnya
maka dari itu upaya dalam memperbanyak
dalam perkembangan embrio akan lebih
serta mempertahankan populasi itik diperlukan,
banyak.
salah
dalam
diperlambat oleh keadaan kelembaban udara
menanggulangi permasalahan ini dengan
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah,
menggunakan inkubator (mesin tetas).
selanjutnya pertumbuhan embrio optimum
satu
cara
diantaranya
Pertumbuhan
embrio
dapat
Dewasa ini penggunaan inkubator (mesin
akan diperoleh pada kelembaban relatif
tetas) sudah umum dan banyak digunakan
memdekati maksimum (Parry B. Paimin,
serta sudah mudah diperoleh di beberapa
2011).
tempat
yang
menyediakannya,
bahkan
Pengujian laju perubahan berat telur
masyarakat sipil bisa membuat sendiri, meski
menggunakan uji statistik F yang dilakukan
demikian banyak kasus yang dijumpai pada
dengan
saat proses penetasan dilakukan itu tidak
(ANOVA). Analisis ini bertujuan untuk
sempurna. Salah satu penyebab hal ini adalah
mengetahui seberapa jauh hipotesis penelitian
faktor pengaturan kelembaban relatif ruang
yang telah dilakukan sehingga hasilnya layak
inkubator yang mempunyai pengaruh besar
untuk diterima atau ditolaknya berdasarkan
terhadap kualitas tetas. Apabila kelembaban
data yang telah di Tabelkan.
menggunakan
analisis
varians
relatif (RH) terlalu rendah atau terlalu tinggi
Statistik F adalah perbandingan antara
akan mempengaruhi perkembangan embrio
jumlah seluruh Variasi antar kelompok (Variasi
didalam telur dan laju perubahan air didalam
antara kategori kelembaban relatif) dengan
telur selama inkubasi bisa dikontrol melalui
jumlah seluruh Variasi yang bersumber dari
pengaturan
dalam setiap kelompok (Variasi berat telur).
kelembaban
relatif
didalam
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
- 2
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Penelitian mengetahui
ini
bertujuan
seberapa
besar
untuk
penetasannya, dengan adanya energi panas
pengaruh
ini, maka air yang ada didalam wadahnya
penguapan air didalam telur itik selama proses
dapat
inkubasi pada temperatur konstan dengan
relatif didalam ruangan inkubator dapat
kelembaban bervariasi didalam inkubator
naik sesuai kebutuhan yang diperlukan.
terhadap laju perubahan berat telur dan keadaan anak tetas yang dihasilkan.
menguap
sehingga
kelembaban
Gambar 1: Memperlihatkan dimensi inkubator
dari
tampak
depan
yang
digunakan dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan teknik penelitian observasi, dimana proses pengambilan data dilakukan dengan metode eksperimen di laboratorium terhadap objek penelitian (populasi atau sampel). Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dari beberapa literatur yang berkaitan, kemudian data primer diperoleh atau
dikumpulkan
langsung
Gambar1. Inkubator tampak depan Sumber: Data pembuatan
dari
pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian. Telur itik untuk penelitian ini diambil dari suatu usaha peternakan itik di desa meunasah krueng, kemukiman pagar air, lambaro, Aceh Besar dan selanjutnya diseleksi berdasarkan kriteria telur tetas. Verifikasinya dan penelitian ini dilakukan dalam laboratorium Rekayasa Termal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Gambar2. Inkubator tampak samping Sumber: Data pembuatan
Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan inkubator
Telur itik yang sudah diverifikasi
berdasarkan dimensi yang telah dibuat
kemudian ditimbang beratnya
sehingga didalam ruangan tersebut terjadi
menggunakan
proses perpindahan energi panas dari
Merek Sartorius AG, model CPA 26P,
energi
Gottingen sebagai data awal primer.
listrik
lampu
pijar
ke
plat
aluminium dan diteruskan ke arah ruang
timbangan
dengan
elektronik,
Parameter inkubasi dilakukan secara Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
- 3
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
manual pada temperatur 38oC, telur diputar
sebagai pengikat kuning telur.
2 (dua) kali setiap hari, dengan sudut putar 180oC, data berat telur ditimbang selama 15 (lima belas) hari, kemudian kelembaban relatif
(RH)
untuk
ketiga
inkubator
disamakan yaitu 60 – 65 % RH sampai telur tersebut menetas. Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan alat ukur Multi Function Environment
meter Elektronik,
merek
Krisbow, KW 06 – 291 yaitu alat ukur sound level, light, humidity dan temperatur. Temperatur
didalam
inkubator
dipertahankan pada 38 ± 5oC dengan menggunakan dikontrol
pemanas
dengan
listrik
alat
yang
rangkaian
Termoregulator dan Termostat.
itik dari sepuluh butir setiap kelompok uji di
Tabelkan
Kadar air telur Menurut Martin dan Arnold (1991), kadar air awal telur sebelum inkubasi sebanyak 68,25% dari massa telur sebelum inkubasi dan biasanya 12% sampai dengan 14% banyaknya air yang diuapkan selama prosen inkubasi untuk telur itik (Rahu et al 1981), bila terlalu rendah atau tinggi air yang diuapkan akan berpengaruh terhadap
Data primer perubahan berat satu telur
kelembaban
Gambar 3 Telur dan bagian-bagiannya Sumber: Tirto Hartono danIsman
dan
dibuat
pertumbuhan embrio. Kadar air awal dan akhir dihitung dengan menggunakan persamaan:
Grafiknya, kemudian dianalisis dengan menggunakan Statistik One Way ANOVA 𝒎=
untuk perlakuan Uji Hipotesis.
KAJIAN PUSTAKA
(𝒘𝒐 − 𝒘𝒐 ) × 𝟏𝟎𝟎% 𝒘𝒐
(𝟏)
Variabel m : kadar massa air (%), wo :
Telur tetas
berat telur awal (gr), wd : berat telur pada
Menurut Tirto Hartono dan Isman
hari selanjutnya (gr).
(2010), telur terdiri atas empat bagian penting yaitu selaput membran, kerambang (shell), putih telur (albumen) dan kuning telur
(yolk).
tersebut tersusun
Masing-masing
bagian
dari beberapa elemen
yang berbeda. Bagian telur yang berperan penting dalam proses penetasan adalah Chalaza. Chalaza merupakan bagian dari putih telur yang mempunyai peran vital 4-
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
Pengurangan berat telur Menurut pemeriksaan
Ar
and
pengurangan
Rahn berat
(1980) telur
selama inkubasi dapat diberikan sebesar 10 sampai 11 % penguapan air hilang dari telur unggas lokal selama periode inkubasi, sedangkan menurut Soliman et al (1994)
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
menemukan
pengurangan
berat
telur
oleh kelembaban tersebut.
11,32 % dalam telur unggas jepang yang di inkubasi pada temperatur
o
37,5 C bola
o
Menurut Ar (1991) temperatur sangat mempengaruhi kelembaban relatif
basah dan 30 C bola kering dengan
keduanya
kelembaban 56
Berdasarkan
penguapan air telur selama inkubasi,
verifikasi bahwa perbedaan kelembaban
korelasi temperatur dan kelembaban harus
sangat berpengaruh terhadap pengurangan
dilakukan pengawasan secara kontinyu
berat telur.
selama
%
UR.
berkontribusi
dan
proses
inkubasi
terhadap
berlamgsung,
dikarenakan penguapan kadar air didalam embrio tidak mampu di awasi.
Udara Menurut
Wiranto
Arismunandar
(1981),udara yang mengandung uap air
Mesin tetas (inkubator)
dinamai udara lembab atau udara basah.
Menurut Farry B. Paimin (2011),
Sedangkan udara kering adalah udara yang
mesin tetas merupakan sebuah peti atau
sama sekali tidak mengandung uap air,
lemari dengan konstruksi yang dibuat
seperti terlihat pada Tabel sebagai berikut:
sedemikian rupa sehingga panas didalam tidak terbuang.
Tabel 1. Komposisi udara kering
Syarat-syarat penetasan telur
Temperatur
dan
perkembangan
embrio
Sumber: Wiranto Arismunandar
Kelembaban dalam inkubator
Pengaturan ventilasi
Pemutaran telur
Kelembaban relatif dalam inkubator telur Menurut J.M. Romao, TGN, Morales, RSC, Teix Ceira (2009), telur angsa jepang dilakukan percobaan terhadap kelembaban relatif (RH) dalam inkubator otomatis pada temperatur 37,5oC dan telur diputar setiap 30 menit selama 15 hari inkubasi dengan kelembaban rendah (36,05 ± 6,06% RH) adalah pengurangan berat telur 11,96%, sehingga berat anak ayam dipengaruhi juga
Analisis Varian (ANOVA) Menurut Harinaldi (2005), analisis varians adalah suatu teknik statistik yang memungkinkan kita untuk mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel-sampel masing – masing populasi. Analisis varians lebih efektif digunakan untuk menguji tiga atau lebih populasi. Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
- 5
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
x3 : kelembaban tinggi (71/72% RH).
Kebutuhan energi inkubator Energi
merupakan
sesuatu
yang
dimiliki oleh zat yang merupakan sifat dari zat tersebut. Energi didalam inkubator diperoleh dari perpindahan panas lampu
bola
pijar ke ruang inkubator melalui
bantuan plat aluminium. Menurut Holman (1991) besarnya laju perpindahan panas dapat diberikan dengan persamaan sebagai Gambar 6. Hubungan fase penetasan telur
berikut:
terhadap kelembaban relatif yang bervariasi
𝑸 = 𝒎𝒄𝒑 ∆𝑻
(𝟐)
Sumber: HasilAnalisa Data Penelitian
Variabel Q : perpindahan panas (kJ),
Energi dalam ruangan penetasan
m : massa udara (kg), Cp : panas spesifik udara
(kJ/kg.K),
∆T
:
perbedaan
temperatur ruangan (K).
Besarnya energi didalam ruangan penetasan sama dengan besarnya jumlah energi yang diberikan oleh sumber panas lampu pijar dengan daya sebesar 120 watt.
Hipotesis Diduga
ada
pengaruh
terhadap
pengurangan berat telur selama proses
+ 273 = 301 K)
inkubasi, perbedaan
Volume ruang diatas plat inkubator [V] (1,2 m x 0,8 x 0,5 = 0,48 m3)
inkubasi dan juga terhadap lama penetasan telur. Berat telur sebelum dan sesudah
Temperatur luar ruangan 28oC (28oC
Energi
listrik
sebesar
120
watt
energi anak tetas
dibawah plat aluminium inkubator
umur sehari yang disebabkan oleh faktor
diperoleh temperatur 45oC (45oC +
perbedaan kelembaban relatif (% RH)
273 = 318 K)
udara didalam inkubator.
Berdasarkan temperatur film sebesar 45oC maka didapat sifat – sifat fisik
HASIL PEMBAHASAN
fluida sebagai berikut:
Penyajian data
-
Cp
= 1,05 kJ/kg.K
hasil
-
ρ
= 1,0753 kg/m3
identifikasi dari hubungan – hubungan
-
𝑚
=V.ρ
antara berat telur dengan kelembaban
-
= 0,48 m3 x 1,0753 kg/m3
Gambar
4:
menunjukkan
setiap hari observasi, dimana : x1 : kelembaban rendah (57/58% RH) x2 : kelembaban menengah (67/68% RH) 6-
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
= 0,516 kg Berdasarkan parameter yang telah diberikan, maka energi dalam bentuk panas
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
didalam ruang inkubasi
diperoleh Q DAFTAR PUSTAKA
sebesar 8,903 kJ.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan uji variasi kelembaban bahwa pengurangan kadar air didalam telur antara 3 sampai dengan 10 % selama inkubasi berpengaruh terhadap berat anak tetas sehari. Penetasan pada kelembaban rendah (57/58 % RH), anak tetasnya lebih kuat energinya dan lebih ringan beratnya bila dibandingkan dengan kelembaban menengah dan tinggi, disamping itu fase penetasan
yang digunakan lebih efisien
dan efektif serta beratanak tetas umur sehari dan energy anak tetas umur sehari juga mengalami peningkatan secara drastis.
Saran 1.
Lakukan penelitian lanjutan mengenai kematian embrio pada kelembaban rendah, menengah dan tinggi.
2.
Perlu
verifikasi
kemampuan
laju
penetasan telur itik dengan bervariasi kelembaban. 3.
Berhubung penelitian ini dilakukan pada temperatur tetap (38oC), maka perlu dikaji ulang dengan berubah temperatur terhadap
apakah kelembaban
berpengaruh relatif
dan
embrio. 4.
Buku Arismunandar, W. 1981. Penyegaran Udara. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Harinaldi. 2005. Prinsip – Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta. Erlangga. Holman JP. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta. Erlangga. Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta. Bumi Aksara. Parry B. Paimin. 2011. Mesin Tetas. Jakarta. Swadaya. Tirto Hartono dan Isman. 2010. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Jakarta.PT. Agro Media Pustaka. William W. Hines, Doglas C. Moutgenery. 1990. Probabilitas dan Statistik dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen. Jakarta. Universitas Indonesia. W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo.
Untuk lebih akurat penelitian ini perlu uji kembali pada inkubator otomatis
Jurnal Ar A And Rahn H. 1980.Water In The Avian Egg Over All Budget of Incubation. American Zoologist. Ar A. 1991. Egg Water Movement During Incubation, In: S.G Tullet (editor). Avian Incubation. London. Bruzual JJ, Peak SD, Brakej and Peebles ED. 2000. Effects of Relatife Humidity During Incubation on Hatchability and Body Weight of Broiler Chicks From Younger Breeder Flocks. Poultry Science. J.M. Romau, Tgu. Moraes. 2009.Effect Of Relatif Humidity On Incubations Of Japanese Quall Eggs. Journal Of Universidad Politecniea De Madrid. Lundy. 1969. A Review of The Effects of Temperature, Humidity, Turning and gaseous Environment in The Incubator on Hatchability of Hen’s Eggs. In: TC Carter and BM Freeman, editor, Oliver and Boyd. Martin P.A and Arnold TW. 1991. Relationship Among Fresh Mass, Incubation Time, and Water Loss in Japanese Guail Eggs. The Condor. Prosiding Seminar Ahmad Syuhada. 2004. Kaji eksperimental penyeragaman temperatur pada inkubator telur dua tingkat menggunakan lampu pijar. Data laboratorium teknik mesin, fakultas teknik universitas syiah kuala.
dengan alat kontrol yang lebih ketat tanpa toleransi ukuran.
Prosiding Seminar Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
- 7
Jurnal Teknik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Widowati, 2009. Kompetensi Bidang Teknologi Pembelajaran dalam Mendukung Kerja Profesional Guru. Seminar Nasional Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan & Sertifikasi Tenaga Kependidikan. Hal: 193-199. Semarang:
8-
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
FT Unnes