ANALISA PENDAPATAN DAN SISTEM PEMBAGIAN HASIL NELAYAN JURUNG BERDASARKAN SARANA DAN MUSIM (Studi Kasus: Desa Kombang Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep) Tayyunnisa’1), Nur Ida Iriani2), dan Warter Agustim3) NIM. 2011120060 ABSTRAK Fakta menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar (17.504 pulau) di dunia serta memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km. Berbanding terbalik dengan luasnya garis pantai di Indonesia, penduduk yang memiliki mata pencaharian di Indonesia masih sangat timpang dan masih dalam garis kemiskinan. Kemiskinan yang membelenggu nelayan di negara maritim ini sudah berlangsung lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan zaman, bahkan pendapatan nelayan Indonesia berada di bawah standar garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia yakni sebesar Rp 520 ribu per bulan Madura merupakan daerah kepulauan yang memiilki banyak masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Salah satu desa dengan mata pencaharian nelayan tertinggi adalah desa Kombang Kecamatan Talango Sumenep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendapatan dan sistem pembagian hasil nelayan jurung berdasarkan sarana dan musim Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data berupa hasil pendapatan dan bagi hasil nelayan jurung dari bulan Juni – November 2013. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pendapatan untuk armada nelayan dengan sarana sederhana adalah Rp 21.988,33, sedangkan untuk armada nelayan dengan sarana memadai adalah Rp. 38.128,33. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pendapatan pada nelayan dengan sarana sederhana dengan yang memadai dan mampu mempengaruhi pendapatan perhari dari armada nelayan. Rata-rata pendapatan untuk musim dengan ombak stabil adalah Rp 39.755,00 sedangkan untuk musim dengan ombak tidak stabil adalah Rp. 20.361,00. Berdasarkan perhitungan dengan uji-t ada perbedaan pendapatan antara musim dengan ombak stabil dan tidak stabil. Berdasarkan perhitungan dengan uji-t tidak ada perbedaan pembagian hasil baik itu berdarkan sarana maupun musim, hal ini dikarenakan standar deviasi yang didapatkan adalah 0. Kata Kunci: Pendapatan, Bagi Hasil, Nelayan Jurung
1) 2)
, , dan 3) Program Studi Manajemen
[email protected]
ANALYSIS OF REVENUE AND DISTRIBUTION SYSTEM FISHERMEN JURUNG BASED FACILITY AND THE SEASON (Case Studies: Kombang Village Talango Sub-District Sumenep Regency) Tayyunnisa’1), Nur Ida Iriani2), and Warter Agustim3) NIM. 2011120060 ABSTRACT Facts show that Indonesia is a maritime nation and the largest (17,504 islands) in the world and have the coastline over 104,000 km. is inversely proportional to extent the coastline in Indonesia, the people who have livelihoods in Indonesia is still very lame and still in the poverty level. Poverty that curbs fishermen in a maritime nation has been going on trans-generation and as if it did not stop in line with the development of time, even the Indonesian fishermen are under poverty line standard World Bank set to Rp 520 thousand per month Madura island was the region that memiilki there are many people are officers who worked as fishermen. One of the villages livelihoods with fishermen's highest Kombang village sub-district Talango Sumenep. This research aims to know the difference between revenue and distribution system fishermen jurung based facility and the season this research quantitative, data and results for the result of the moon fishermen jurung June - November 2013. Research results obtained by average revenue to fleet fishermen with simple facility is Rp 21,988.33, while for fleet fishermen with adequate facility was 38,128.33. Based on the results count with test result obtained-t that there is a difference in the means fishermen simple with adequate and capable of affecting revenue per day from fishing fleet. Average revenue for summer with waves stable is Rp 39,755.00 while for the season with waves unstable is Rp 20,361.00. Based on calculations with test-t there is a difference between the season with waves stable and not stable. Based on calculations with test-t there is no difference between the distribution good results, berdarkan facilities and the season, this is because standard deviation findings suggest that is 0. Key words: Revenue, For the result, the Fishermen Jurung
1) 2)
, , and 3) Manjorring in Management
[email protected]
PENDAHULUAN Pembangunan di sektor perikanan menjadi perhatian utama bagi Pemerintah. Perhatian tersebut diimplementasikan melalui dukungan kebijakan fiskal dan non fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama nelayan. Selain itu, kebijakan Pemerintah juga diarahkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya. Harapan dari dampak kebijakan yang telah dilakukan adalah kontribusi sektor perikanan semakin meningkat antara lain: penyediaan lapangan kerja, ekspor dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (Samosir, 2012). Fakta menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar (17.504 pulau) di dunia serta memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km. Panjang garis pantai Indonesia terbesar kedua setelah Kanada. Berlimpahnya kekayaan laut yang terdapat di Indonesia diikuti dengan besarnya potensi sumberdaya dan jenis ikan seperti ikan pelagis besar dan kecil, ikan demersal, udang, lobster, cumi-cumi dan lainnya (Samosir 2012). Wilayah air yang untuk sebagian besar dari wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan yang meliputi 5,8 juta km 2 atau 70% dari luas total teritorial Indonesia. Dengan kondisi wilayah yang demikian ini, disamping sebagai Negara kepulauan, Negara Indonesia juga dikatakan sebagai Negara Bahari (Maritim). Berdasarkan Pasal 46 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS dalam Retnowati 2011), Negara Kepulauan
berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Selanjutnya ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun l996 tentang Perairan Indonesia; Negara Republik Indonesia adalah Negara Kepulauan. Keseluruhan luas laut Indonesia (Total Indonesian Waters) 5,8 juta km 2 yang terdiri: luas perairan kepulauan atau laut Nusantara (Total Archipelagic Waters) 2,3 juta km 2 ; luas Perairan Teritorial (Total Territorial Waters) 0,8 juta km 2; Luas Perairan ZEE Indonesia (Total EEZ of Indonesian Waters) 2,7 juta km 2; dan Panjang garis Pantai (Coast Line of Indonesian) 95.181 km. (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009) Wilayah lautan Indonesia terkandung potensi ekonomi kelautan yang sangat besar dan beragam. Sedikitnya terdapat 13 (tiga belas) sektor yang ada di lautan, yang dapat dikembangkan serta dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian dan kemakmuran masyarakat Indonesia, yaitu meliputi: a) Perikanan tangkap, b) Perikanan budidaya, c) Industri pengolahan hasil budidaya, d) Industri bioteknologi kelautan, e) Pertambangan dan energi, f) Pariwisata bahari, g) Transportasi laut, h) Industri dan jasa maritim, i) Pulau-pulau kecil, j) Sumber daya non-Konvensional, k) Bangunan kelautan, l) Benda-benda berharga dan warisan budaya, m) Jasa lingkungan Konversi dan Biodiversitas (Retnowati. 2011). Perikanan menjadi salah satu SDA yang mempunyai peranan penting
dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumber daya. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011, potensi lestari sumberdaya ikan laut Indoneisa sebesar 6,52 juta ton (Samosir, 2012). Berdasarkan data Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) juga diketahui bahwa potensi sumber daya ikan Indonesia diperkirakan adalah 6,4 juta ton pertahun (Danuri, 2013) Berbanding terbalik dengan luasnya garis pantai di Indonesia, penduduk yang memiliki mata pencaharian di Indonesia masih sangat timpang dan masih dalam garis kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang (Sugra, 2014). Kemiskinan yang membelenggu nelayan di negara maritim ini sudah berlangsung lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan zaman, bahkan pendapatan nelayan Indonesia berada di bawah standar garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia yakni sebesar Rp. 520 ribu per bulan (Solicha, 2013). Keberadaan nelayan secara sosial dan ekonomi, dalam arti jumlah nelayan di
Indonesia rata-rata didominasi oleh nelayan penggarap dan nelayan kecil atau nelayan tradisional. Menurut data Dirjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan (2009) jumlah nelayan di Indonesia sampai tahun 2009 tercatat ada 2.752.490 orang dengan total armada 596.230 unit. Dari keseluruhan jumlah tersebut 90% nya adalah nelayan kecil dengan bobot mati kapal di bawah 30 GT, dan dalam kenyataannya mayoritas nelayan (nelayan tradisional), Samosir (2012), menyatakan keadaan ekonomi nelayan di daerah pesisir sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama dari sarana dan musim. Faktor dari aspek sarana yang mempengaruhi meliputi (a) ukuran tonase kapal, (b) jumlah aggota nelayan dalam operasi penangkapan ikandan (c) wilayah penangkapan ikan. Maiwa (2010) menyatakan Kondisi cuaca buruk dan tingginya gelombang laut disertai angin kencang, di ratusan kapal nelayan tradisional dan modern takut melaut. Mereka berhenti sementara waktu melakukan penangkapan ikan guna menghindari terjadinya kecelakaan di laut akibat dari cuaca ekstrim.Sebagian besar kapal nelayan disini tidak berangkat melaut, karena hingga saat ini ombak masih tinggi dan sangat membahayakan keselamatan para nelayan. Begitupun ada juga beberapa kapal nelayan yang tetap memberanikan diri untuk tetap melaut. Kondisi armada kapal perikanan nelayan Indonesiapun masih kurang memadai untuk melakukan proses penangkapan disaat cuaca tidak baik, maka sering kali melakukan operasi
penangkapan hanya dilakukan diperairan sekitar pantai saja. Pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh sistem bagi hasilnya. Sistem Bagi Hasil dalam penangkapan ikan sangat berperan pula dalam menentukan tingkat pendapatan nelayan. Dalam sistem pembagian hasil penangkapan ikan pada umumnya diterapkan dengan sistem bagi hasil ini, nelayan pemilik (juragan) mendapatkan bagian hasil lebih banyak dari nelayan penggarap. Ketimpangan dalam sistem bagi hasil seperti ini nampaknya sudah menjadi tradisi atau budaya dan nampaknya kondisi seperti ini cenderung dilestarikan, nelayan pemilik modal atau pemilik (juragan) mendominasi para nelayan. Sementara nelayan (penggarap) tidak mempunyai pilihan. Dalam arti karena keterbatasan modal dan skill yang dimiliki oleh nelayan. Disamping itu juga karena budaya atau sikap yang tidak dimiliki oleh nelayan entrepreneur sehingga mereka lebih suka menyediakan tenaga dan resiko nyawanya daripada kehilangan modal. Sedang bagi pemilik (juragan) karena mereka sebagai pemilik modal dengan resiko kehilangan modal maka untuk menghindari atau meminimalkan resiko ini mereka menerapkan sistem bagi hasil sebagaimana dijelaskan di atas, yang kecenderungan dengan segala upaya atau bentuk sistem bagi hasil untuk meminimalisir resiko kerugian yang akan diderita kadang dirasa kurang adil bagi nelayan. Sistem perdagangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang tidak transparan, yang lebih banyak dikuasai oleh para tengkulak.
Sehingga Nelayan tidak ada pilihan. Kondisi ini juga merupakan penyebab bertambahnya derita nelayan (Retnowati. 2011). Madura merupakan daerah kepulauan yang memiilki banyak masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Salah satu desa dengan mata pencaharian nelayan tertinggi adalah desa Kombang Kecamatan Talango Sumenep. Berdasarkan hasil observasi di Desa tersebut didapatkan data presentase mata pencaharian untuk Nelayan sebesar 83,5 %, petani 6,5% dan 10% lain-lain. Desa ini memiliki tradisi penangkapan ikan yang sangat unik yaitu disebut jurung dan merupakan tradisi turun temurun nelayan di daerah itu. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Primyastanto dkk (2012), mengenai nelayan di daerah Madura didapatkan hasil responden nelayan rata-rata mencurahkan waktunya untuk kegiatan melaut dan tidak memiliki pekerjaan alternatif selain melaut. Melaut dijadikan sebagai sumber nafkah utama mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Keberadaannya untuk perikanan laut Indonesia sampai saat ini tetap dianggap penting baik dilihat dari produktifitasnya maupun penyerapan tenaga kerja selain itu kontruksi alat tangkap payang sederhana dan masih bersifat tradisional memungkinkan para nelayan untuk tetap mengoperasikan alat tangkap tersebut). Kegiatan istri nelayan dalam menambah pendapatan rumah tangganya, dilakukan dengan mengolah sebagian hasil tangkapan seperti pengeringan ikan, pedagang
ikan, membuka toko sembako, menjadi penjahit, maupun menjadi buruh dalam usaha pengolahan. Berdasarkan hal di atas maka diambil judul penelitian “Analisis Pendapatan dan sistem pembagian hasil Nelayan Jurung berdasarkan sarana dan Musim (Studi Kasus: Desa Kombang Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep).
Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini adalah Desa Kombang Kecamatan Talango Pulau Poteran Kabupaten Sumenep.Desa ini merupakan salah satu desa di Sumenep yang memiliki banyak warga bermatapencaharian sebagai nelayan
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data berupa hasil pendapatan dan bagi hasil nelayan jurung dari bulan Juni–November 2013. Bulan Juni–Agustus mewakili musim kemarau (ombak stabil), dan bulan September–November mewakili musim penghujan (ombak tidak stabil). Berdasarkan aspek sarana armada perahu dibagi menjadi: a. Armada dengan sarana sederhana, yang memiliki karakteristik: 1) ukuran tonase perahu berkisar antara 10kg-20kg 2) Perahu berukuran kecil dengan panjang sekitar 4 - 5,5 meter 3) Jumlah anggota nelayan berjumlah 3 orang/perahu 4) Wilayah penangkapan sekitar 20km dari garis pantai b. Armada dengan sarana memadai dengan karakteristik 1) Ukuran tonase sekitar 20kg40kg 2) Perahu ukuran sedang dengan panjang 6-8 meter 3) Jumlah anggota nelayan 4-5 orang 4) Wilayah penangkapan 30-40 km dari garis pantai
Gambar 3.1 Peta Desa Kombang Kecamatan Talango Pulau Poteran Sumenep Gambaran Tempat Penelitian menurut PPK-KP3K Sumenep (2013) menyatakan bahwa: a. Desa kombang terletak di Pulau Poteran letaknya di sebelah tenggara Pulau Madura. Luas Pulau Poteran mencapai 49,8 km2 yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Talango dan terdiri dari 8 desa. b. Desa Kombang bertoprografi landai dengan tingkat kemiringan rata-rata kurang dari 30% dan berada pada ketinggian dibawah 500 m dpl sehingga masuk dalam kategori dataran rendah. c. Pulau Poteran memiliki jumlah penduduk sebanyak 41.107 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 18.547 jiwa dan wanita sebanyak 22.560 jiwa. Dengan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan
d.
e.
f.
g.
tersebut, maka sex rasio penduduk di Pulau Poteran adalah 82,21%. Penduduk Pulau Poteran terutama di desa Kombang tergabung ke dalam 14.481 KK (Kecamatan Talango Dalam Angka 2011). Jadi jumlah rata-rata penduduk dalam 1 KK berjumlah 3 orang. Dari total jumlah KK tersebut yang termasuk dalam keluarga pra sejahtera sebanyak 2.674 KK, sejahtera I sebanyak 4.810 KK dan sejahtera ≥ II sebanyak 6.997 KK (Kecamatan Talango Dalam Angka 2011). Masyarakat Desa Kombang bermatapencaharian sebagai nelayan, petani, peternak, perdagangan, jasa, transportasi, dll. Petani banyak mengusahakan pertanian lahan kering dan perkebunan, seperti jagung, ubi kayu, kelapa, dll, sedangkan untuk nelayan terbagi menjadi nelayan tangkap dan pembudidaya rumput laut dengan jenis Eucheumacottonii dan E. spynosum. Desa Kombang memiliki tipe pertumbuhan terumbu karang tepi (fringing reef). Pulau ini shallow water atau perairan dangkal yang cukup luas dengan substrat dominan pasir berlumpur yang memungkinkan visibility yang buruk karena mudah teraduk oleh arus, angin, maupun gelombang. Pulau Poteran telah memiliki jalan darat dalam kondisi baik dan mencukupi. Panjang jalan yang ada di pulau ini mencapai 92,13 km yang tergolong jalan kabupaten/kota sepanjang 47,13 km dan jalan kecamatan/desa sepanjang 45,00
km. Kondisi jalan yang ada termasuk dalam kondisi baik, hanya berkisar 5,45 km dalam kondisi sedang dan 1 km yang rusak ringan. h. Sarana penerangan Desa Kombang telah didukung oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Meskipun tidak 100% rumah tangga yang menjadi pelanggan PLN, setidaknya sudah 1.982 rumah tangga yang menjadi pelanggan dari 14.481 rumah tangga yang ada. Bagi masyarakat yang tidak menjadi pelanggan PLN biasanya menggunakan penerangan minyak atau menyambung dari rumah lain yang menjadi pelanggan untuk menerangi beberapa lampu. i. Sebagai pulau yang menjadi pusat kecamatan membuat Pulau Poteran memiliki sarana kesehatan yang cukup memadai. Di pulau ini terdapat 2 unit puskemas pembantu, 5 polindes, 3 dokter, 10 bidan dan 18 perawat. Keberadaan sarana dan petugas kesehatan tersebut merata di seluruh desa sehingga sangat terjangkau oleh masyarakat apabila ada masalah kesehatannya. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan jurung di Desa Kombang-TalangoSumenep
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besa, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel itu. Sampel yang diambil harus representatif (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah 6 armada nelayan di Desa Kombang-TalangoSumenep. Teknik Sampling Teknik Sampling dalam penelitian ini adalah random sampling (pengambilan sampel secara acak). Pada teknik ini, secara teoritis semua anggota dalm populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Karakteristik Sample Nelayan Madura Sebagai Sampel Untuk mendapatkan data yang homogen maka perlu dikaji lagi mengenai karakteristik tiap nelayan yang akan dijadikan sampling. Hal ini akan mengacu kepada penelitian Primyastanto dkk (2012) untuk kriteria nelayan yang dianggap pantas dijadikan sample untuk di daerah Madura, dengan ketentuan sebagai berikut a. Karakteristik nelayan responden, dilihat dari komposisi umur, ratarata umur nelayan responden harus termasuk usia produktif (antara 1565 tahun), dimana pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang potensial untuk bekerja bagi seorang tenaga kerja.
b. Pengalaman melaut dalam sektor perikanan merupakan hal yang penting bagi nelayan, karena dari pengalaman inilah diperoleh keahlian dan keterampilan dalam hal penangkapan ikan sehingga dapat diukur bagaimana cara nelayan tersebut memperoleh penghasilan. Dengan pengalaman ini pula, nelayan dapat mengetahui kelemahan maupun kekurangan serta peluang-peluang baru bagi profesinya dan bertambahnya pengalaman maka nelayan akan lebih mudah menemukan fishing ground.. Rata-rata nelayan harus memiliki pengalaman melaut berkisar antara 21- 30 tahun. Lamanya pengalaman tersebut tentu bukan merupakan waktu yang singkat. Dari kondisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat pada lokasi penelitian sudah lama bertumpu pada sektor perikanan. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan pendapatan dan bagi hasil dari kedua kelompok nelayan. Asumsi yang harus dipenuhi pada independen uji-t antara lain: 1. Skala data interval/rasio. 2. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan. 3. Data per kelompok berdistribusi normal. 4. Data per kelompok tidak terdapat outlier. 5. Varians antar kelompok sama atau homogen.
Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 15.
Tabel 4.2 Rata-Rata Pendapatan per hari berdasarkan Musim Nelayan bulan Juni-November 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendapatan Nelayan Berdasarkan sarana kelompok nelayan dibagi menjadi kelompok dengan sarana sederhana dan nelayan dengan sarana memadai. Rincian pendapatan tiap nelayan terdapat pada Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1 maka dibuat Tabel 4.1 yang menjelaskan tentang rata-rata pendapatan nelayan dari bulan JuniNovember 2013. Tabel 4.1 Rata-Rata Pendapatanperhari berdasarkan Sarana Nelayan bulan Juni-November 2013
Armada Nelayan
Armada sarana sederhana Armada A (Pak Junaidi) Armada B (Pak Hafid) Armada C (Pak Su’ieb) Armada dengan sarana memadai Armada D (Pak Fathur) Armada E (Pak Muhtar) Armada F (Pak Muhdar)
Rata-Rata Pendapatan per hari bulan JuniNovember 2013
Rp. 21,528 Rp. 21,921 Rp. 22,516
Armada Nelayan Armada A (Pak Junaidi) Armada B (Pak Hafid) Armada C (Pak Su’ieb) Armada D (Pak Fathur) Armada E (Pak Muhtar) Armada F (Pak Muhdar)
Musim Ombak Ombak Stabil tidak Stabil Rp. 27,539 Rp. 15,518 Rp. 27,893
Rp. 15,949
Rp. 28,967
Rp. 16,064
Rp. 45,423
Rp. 25,959
Rp. 54,389
Rp. 25,143
Rp. 54,319
Rp. 23,536
Bagi Hasil Bagi hasil dalam penelitian ini lebih menitik beratkan tentang pembagian hasil antara pemilik armada dengan anggota armada. Presentase pembagian hasil untuk pemilik pada tiap armada dijelaskan pada Tabel 4.3 dan 4.4. Tabel 4.3 Presentase Pembagian Hasil berdasarkan Sarana Nelayan bulan Juni-November 2013
Armada Nelayan Rp. 35,691 Rp. 39,766 Rp. 38,928
Berdasarkan musim maka pendapatan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ketika musim ketika ombak stabil dan musim ketika ombak tidak stabil. Pendapatan nelayan tiap musim dijelaskan pada tabel 4.2
Armada sarana sederhana Armada A (Pak Junaidi) Armada B (Pak Hafid) Armada C (Pak Su’ieb) Armada dengan sarana memadai Armada D (Pak Fathur) Armada E (Pak Muhtar) Armada F (Pak Muhdar)
Presentase Pembagian Hasil JuniNovember 2013
25% 25% 25%
35% 35% 35%
Tabel 4.2Presentase Pembagian Hasil berdasarkan Musim Nelayan bulan Juni-November 2013 Musim Ombak Ombak tidak Stabil Stabil 25% 25%
Armada Nelayan Armada A (Pak Junaidi) Armada B (Pak Hafid) Armada C (Pak Su’ieb) Armada D (Pak Fathur) Armada E (Pak Muhtar) Armada F (Pak Muhdar)
25%
25%
25%
25%
35%
35%
35%
35%
35%
35%
Pembahasan Pendapatan Nelayan Pendapatan Berdasarkan Sarana Rata-rata pendapatan armada berdasarkan sarana dihitung dengan menggunakan SPSS 15 untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara armada dengan sarana sederhana dengan armada yang menggunakan sarana memadai. Hasil yang didapatkan setelah perhitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut: Group Statistics N
Rata2_ pendap atan
Independent Samples Test
Kelompok Sederhana
Mean 3
21988 .3333
3
38128 .3333
Memadai
Std. Std. Error Devi Mea ation n 497. 287. 4297 1911 3 9 2151 1242 .977 .444 31 68
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS didapatkan hasil bahwa rata-rata pendapatan untuk armada nelayan dengan sarana sederhana adalah Rp 21.988,33, sedangkan untuk armada nelayan dengan sarana memadai adalah Rp. 38.128,33. Salah satu syarat untuk melanjutkan ke uji-t adalah dengan melihat apakah data homogen dengan melihat nilai F test, dimulai dengan membuat hipotesis. Ho: Kedua varian adalah sama (varian kelompok kelas A dan kelas B adalah sama) Hi : Kedua varian adalah berbeda (varian kelompok kelas A dan kelas B adalah berbeda). Apabila nilai F> 0,05 maka Ho diterima (Homogen) Nilai F< 0,05 maka Ho ditolak (tidak Homogen) Pada data di atas nilai F = 6,639 > 0.05 yang berarti data homogen dan dapat dilanjutkan ke uji-t. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan pendapatan rata-rata perhari
2.
3.
4.
5.
6.
antaranelayan dengan sarana sederhana dan memadai Ha : ada perbedaan pendapatan rata-rata perhari antaranelayan dengan sarana sederhana dan memadai Menentukan tingkat signifikansi Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) Menentukan t hitung Dari tabel di atas didapat nilai t hitung (equal variance assumed) adalah -12,657 Menentukan t tabel Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 6-2 = 4. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel (0.975 didapatkan dari 1-0,025 untuk kolom dan 4 (n-2) untuk baris) sebesar 2,776 (Lihat pada lampiran 2) Kriteria Pengujian Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Kesimpulan Karena -12,657 < -2,776 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan pendapatan rata-rata perhari antara nelayan dengan sarana sederhana dan memadai
Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan hasil bahwa perbedaan sarana pada nelayan mampu mempengaruhi pendapatan perhari dari armada nelayan. Salah satu sarana yang menjadi acuan dalam penangapan ikan adalah jumlah tonase pada perahu semakin banyak jumlah kapasitas tonase maka tangkapan ikan akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Esti (2011), bahwa kapasitas tonase perahu dapat diukur dengan mengamati dimensi utama kapal yang merupakan ukuran besar kecilnya sebuah kapal yangmeliputi panjang (L), lebar (B), tinggi (D), dan sarat air (d). Kapasitas tonase inilah yang mempengaruhi tangkapan ikan. Salah satu aspek yang mempengaruhi juga dari sisi sarana adalah jumlah anggota dalam satu armada. Armada dengan sarana memadai memiliki jumlah personel yang lebih banyak dari yang sederhana. Mundini (2011) menyatakan bahwa anggota dalam penangkapan ikan akan sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi waktu penangkapan sehingga ikan yang didapatkan bisa lebih banyak. Pendapatan Berdasarkan Musim Rata-rata pendapatan armada berdasarkan musim didapatkan hasil data sebagai berikut: Group Statistics
Penda patan
Musim Ombak Stabil Ombak tidak stabil
N 6 6
Mean 39755 .0000
Std. Deviati on 13150. 73321
Std. Error Mean 5368. 76435
20361 .0000
5012.7 1934
2046. 43410
Independent Samples Test
2.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS didapatkan hasil bahwa rata-rata pendapatan untuk musim dengan ombak stabil adalah Rp 39.755,00 sedangkan untuk musim dengan ombak tidak stabiladalah Rp. 20.361,00. Salah satu syarat untuk melanjutkan ke uji-t adalah dengan melihat apakah data homogen dengan melihat nilai F test, dimulai dengan membuat hipotesis. Ho: Kedua varian adalah sama (varian kelompok kelas A dan kelas B adalah sama) Hi : Kedua varian adalah berbeda (varian kelompok kelas A dan kelas B adalah berbeda). Apabila nilai F> 0,05 maka Ho diterima (Homogen) Nilai F < 0,05 maka Ho ditolak (tidak Homogen) Pada data di atas nilai signifikasi = 26.343> 0.05 yang berarti data homogen dan dilanjutkan ke uji-t. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis
3.
4.
5.
6.
Ho : Tidak ada perbedaan pendapatan rata-rata perhari antaramusim dengan ombak stabil dengan ombak tidak stabil Ha : ada perbedaan pendapatan rata-rata perhari antaramusim dengan ombak stabil dengan ombak tidak stabil Menentukan tingkat signifikansi Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) Menentukan t hitung Dari tabel di atas didapat nilai t hitung (equal variance assumed) adalah 3,375 Menentukan t tabel Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 12-2 = 10. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel (0.975 didapatkan dari 1-0,025 untuk kolom dan 10 (n-2) untuk baris) sebesar 2,764 (Lihat pada lampiran 2) Kriteria Pengujian Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Kesimpulan Karena 3,375 > 2,764 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan
pendapatan rata-rata perhari antara nelayan berdasarkan musim dengan ombak stabil dengan ombak tidak stabil Berdasarkan perhitungan di atas musim akan mempengaruhi penangkapan ikan oleh nelayan hal ini juga dijelaskan oleh Dwi (2012), bahwa Keadaan gelombang suatu wilayah perairan akan menentukan keberadaan ikan, oleh karena itu nelayan dapat menentukan kapan dan dimana suatu wilayah perairan yang sesuai atau cocok untuk melakukan penangkapan ikan. pada musim-musim angin banyak sekali gejala-gejala yang ditimbulkanya. Keadaan angin yang terlalu basar akan menimbulkan sutu arus yang tidak searah. Misalnya pada bagian atas, tengah dan dan dalam tidak searah sehingga menyulitkan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan. Bagi Hasil Berdasarkan Sarana Rata-rata bagi armada berdasarkan sarana didapatkan hasil data sebagai berikut: Group Statistics
a t cannot be computed because the standard deviations of both groups are 0. Karena standart deviasi antara kedua kelompok 0 maka perhitungan tidak dilanjutkan dan hal ini dapat dijabarkan bahwa pembagian hasil dari kedua kelompok tidak berbeda jauh dan
hampir sama walaupun pada kenyataannya untuk arma sederhana pembagian hasil kepada pemilik kapal sebesar 25% dan armada yang memadai sekitar 35%. Bagi Hasil Berdasarkan Musim Rata-rata bagi armada berdasarkan musim didapatkan hasil data sebagai berikut: Group Statistics
a t cannot be computed because the standard deviations of both groups are 0. Karena standart deviasi antara kedua kelompok 0 maka perhitungan tidak dilanjutkan dan hal ini dapat dijabarkan bahwa pembagian hasil berdasarkan musim tidak mempengaruhi presentase bagi hasil yang diberikan kepada pemilik kapal SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Rata-rata pendapatan untuk armada nelayan dengan sarana sederhana adalah Rp 21.988,33, sedangkan untuk armada nelayan dengan sarana memadai adalah Rp. 38.128,33. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pendapatan pada nelayan dengan sarana sederhana dengan yang memadai dan mampu mempengaruhi pendapatan perhari dari armada nelayan. Rata-rata pendapatan untuk musim dengan ombak stabil adalah Rp 39.755,00
sedangkan untuk musim dengan ombak tidak stabil adalah Rp. 20.361,00. Berdasarkan perhitungan dengan uji-tada perbedaan pendapatan antara musim dengan ombak stabil dan tidak stabil. 2. Berdasarkan perhitungan dengan uji-t tidak ada perbedaan pembagian hasil baik itu berdarkan sarana maupun musim, hal ini dikarenakan standar deviasi yang didapatkan adalah 0.
Statistik Perikanan PPP Mayangan Kota Probolinggo Tahun 2009.
Depdagri, 2006, 6 Tahun Program PEMP Sebuah Refleksi, Jakarta Dwi.
2012. Pengaruh Angin dan Gelombang Terhadap Hasil Tangkapan di Laut Selat Jawa. Universitas Islam Negeri Malang
Dyckman, D.D., 2002, Akuntansi Intermediate, Erlangga: Jakarta.
SARAN Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik gambaran tentang status ekonomi nelayan pedesaan. Diharapkan pada penelitian berikutnya peneliti lain mampu melihat berbagai faktor lain yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Aliminsyah. 2002. Kamus Akutansi. IAI. Jakarta
Data
Istilah
Baridwan, Z. 2000. Intermediate Accounting, BP FE, Yogyakarta Charles, T. Anthony, 2001, Suistainable Fishery System, Fish and Aquatic Resources Series. Oxford: Blackwell Science Dahuri, R. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi. Pradnya Paramita. Jakarta Danuri, R. 2013. Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan, Majalah Tokoh Indonesia No. 7 : 15-18
Eidman, V. 2000. Analysis of Cultural and Economi Sailor in East Java. University of Minnesota, Department of Applied Economics. Esti, A. 2011. Pengaruh GT (Gross Tonase) 3 Dan 5 Ton Terhadap Hasil Tangkapan Kapal Payang Jurung Di PPI Lekok Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Cetakan Pertama, AIA Dewan Standar Akuntansi Keuangan: Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pusat Data, Statistik dan Informasi, 2009, Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009 Kieso, D. E. 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
King, L. 2001. Personal Income and Inflation. Puget Sound Regional Council. Kanada Kusnadi. 2000. Akutansi Keuangan Menengah. JISS. Jakarta Laporan Monitoring Tahun 2009.
BPPPI
Lekok
Laporan Tahunan PPN Pengambengan 2009. Maiwa. 2012. Cuaca Buruk Nelayan Belawan Takut Melaut (online). http://hariansumut.go.id. Diakses 2 Juni 2014 Muhammad, 2001, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, UII Press. Yogyakarta Muhammad, A.K. 2001. Issues in Islamic Economics, ed.5.Lahore: Islamic Publications LTD. Mundini, A. 2011. Karakteristik Pengelolaan Ikan Tangkap di Kabupaten Morowali. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Primyastanto, M., Soemarno, Anthon, Efani, Sahri, M.. 2012. Kajian Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Payang Di Selat Madura, Jawa Timur. Wacana– Vol. 15, No. 2 (2012) Retnowati, E. 2011. Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural. Jurnal Perspektif XVI (3) : 149-159 Rosyidi, (2009) Peluang di Bidang Kewirausahaan, Cetakan keempat, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Samosir, A.2012. Sektor Perikanan: PNBP Yang Terabaikan. Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Sastrawidjaya, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Sastrawidjaya. 2002, Nelayan dan Kemiskinan, Penerbit Pradnya Paramita Jakarta. Sedana, I. G. 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Balai Riset Perikanan Laut, Pusat Riset Perikanan Laut, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Solicha, 2013. Terpuruknya Nelayan di Negeri Maritim (online). http:// http://www.antarajatim.com. Diakses 2 Juni 2014 Soekartawati. 2000. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soemarsono, 2003. Salemba. Jakarta
Pendapatan.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian. Alfabeta. Jakarta Sugra, M.S. 2014. Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Panglima Laot terhadap Tingkat Taraf Hidup Rumahtangga Nelayan Tradisional (Kasus: Desa Lambada Lhok, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar). Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Aceh Besar Sutiman, 2011. Pengenalan Musim dan Iklim. RUI Press. Jakarta
Syafri, H.S., 2002. Teori Akuntansi : Laporan Keuangan ; Bumi Aksara.Jakarta Tarsidin, 2010, Bagi Hasil: Konsep dan Analisis. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan. Wild. 2003. Economic Valuation. JFF. Kanada