4/9/2012
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN I Pengantar Analisis Lokasi dan Pola Ruang SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
Relevansi Teori Von
Thunen pada saat ini ?
1
4/9/2012
Hasil Pengamatan Von Thunen Menurutnya pertanian merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Dalam teori ini ia memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut termasuk variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Ia menggambarkan bahwa jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah dipengaruhi perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas ke pasar terdekat.
7 Asumsi Teori Von Thunen mengenai tanah pertanian
2
4/9/2012
1. Terdapat suatu daerah yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated). 2. Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market). 3. Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain (Single Destination). 4. Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis kota itu sendiri. 5. Petani akan menanam tanaman yang dapat memberi manfaat dan profit maksimum. Jenis tanaman yang ditanam rata-rata mengikuti permintaan yang ada (Maximum Oriented). 6. Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda (One Moda Transportation). 7. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi ditanggung oleh petani (Equidistant)
3
4/9/2012
Penggunaan teknologi modern yang berkembang saat ini menjadikan teori Von Thunen menjadi kurang relevan. Contoh kekurangan teori Von Thunen ialah: 1. Kemajuan transportasi dapat menghemat banyak waktu dan biaya; 2. Ada beberapa daerah yang tidak hanya memiliki 1 merket center saja, tetapi juga 2 market center; 3. Adanya berbagai bentuk pengawetan, sehingga mencegah resiko busuk pada pengiriman jarak jauh; 4. Kondisi topografis setiap daerah berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan dihasilkanpun akan berbeda; 5. Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota; 6. Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasarannya.
Penataan dan penentuan lokasi yang kurang tepat dapat memunculkan berbagai persoalan ruang?
4
4/9/2012
ISUE PENATAAN RUANG SALAH Pemilihan Lokasi yang salah? 1. Teori Johann Heinrich von Thunen 2. Teori Weber 3. Teori Model Christaller
PERMASALAHAN LOKASI dimana kita akan membangun pabrik agar tidak mencemari kota dengan polusinya, ? di mana kita akan membangun stasiun agar dapat dijangkau oleh pesawat dengan berbagai macam ukuran ? Untuk masalah sekolah, bagaimana persebaran lokasi dari sekolah tersebut agar seluruh lapisan masyarakat dapat menjangkaunya ? Penataan dan penentuan lokasi yang kurang tepat dapat memunculkan berbagai akibat yang berbeda-beda.
5
4/9/2012
LOKASI Lokasi menyangkut dua hal, yaitu: a.Fungsional: mengenai siapa saja yang terlibat dalam masalah lokasi: individu, keluarga, RT/RW, perusahaan, industri, negara b.Areal: mengenai seberapa besar cakupan wilayahnya: ruangan, gedung, lingkungan, kota, metropolis, propinsi, negara, atau global.
LOKASI Kalau kita menyebut nama suatu tempat, kita dapat mengabstrasikan tempat tersebut sebagaii suatu ruang. Tetapi kita tak akan dapat mengabstrasikan lebih jauh bagaimana karakteristik ruang tersebut sebelum dideskripsikan tentang lokasinya.
6
4/9/2012
LOKASI lokasi suatu benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan dan dapat memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi. Masalah atau persoalan yang berkenaan dengan asosiasi gejala dengan gejala lain, dengan ditunjukkan lokasinya, sudah memberikan prespektif sebelum analisis lebih lanjut
Lokasi MOJOKERTO
A SOLUT ? RELATIF ?
7
4/9/2012
Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu : 1.Lokasi absolut: Lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut tempat dapat diamati pada peta. 2.Lokasi relatif: Lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain yang ada disekitarnya.
Tugas I Membandingkan dan Mereview 1. Teori Johann Heinrich von Thunen 2. Teori Weber 3. Teori Model Christaller
8
4/9/2012
TERIMAKASIH.....................
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN II Konsep Dasar Lokasi dan Pola Ruang SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
9
4/9/2012
Lokasi MOJOKERTO
A SOLUT ? RELATIF ?
Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu : 1.Lokasi absolut: Lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut tempat dapat diamati pada peta. 2.Lokasi relatif: Lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain yang ada disekitarnya.
10
4/9/2012
Tugas I Membandingkan dan Mereview 1. Teori Johann Heinrich von Thunen 2. Teori Weber 3. Teori Model Christaller
Sistem Ekonomi sebagai Dasar Lokasi
11
4/9/2012
Bahan Baku Biaya Transportasi
Faktor-faktor Lokasi sebagai Sistem Ekonomi (Faktor – Tangible)
Energi
Lokasi Dalam Sistem EKONOMI
Keterkaitan
Lahan
TANGIBLE Skala Produksi
Tenaga Kerja
Managemen
Modal
Faktor-Faktor Lokasi - Tangible A.BAHAN BAKU: berkurang selama proses pemindahan B.ENERGI: tidak bergerak, semakin kalah karena teknologi bisa mengganti kedudukan energi C.LAHAN: tetap, tidak bisa bergerak, tempat dimana kita menempatkan suatu lokasi D.TENAGA KERJA: berperan bagi kegiatan industri yang padat karya, para pelaku produksi E.MODAL: bisa bersifat liquid (mudah berpindah) dan bersifat fixed (mesin, bangunan, dsb) F.MANAJEMEN: kemampuan mengambil risiko dalam lingkungan usaha G.SKALA PRODUKSI: biaya/unit vs jumlah produk; localisation economies dan urbanisation economies H.KETERKAITAN (LINKAGES): vertikal (production chain) dan horizontal I.BIAYA TRANSPORTASI: menghubungkan produksi dan pasar; biaya/unit vs jarak; fob vs cif; terminal cost
12
4/9/2012
Faktor-faktor Lokasi sebagai Sistem Ekonomi (Faktor – InTangible) Lingkungan Bisnis
Lokasi Dalam Sistem EKONOMI
INTANGIBLE Preferensi
Kesejarahan
Faktor lokasi yang bersifat intangible: a.lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb b.faktor kesejarahan c.preferensi perorangan dan perusahaan: budaya, kepercayaan
13
4/9/2012
Dimensi Analisis Lokasi • DESKRIPTIF • NORMATIF
Dimensi Analisis Lokasi Deskriptif • Deskriptif: menjelaskan fenomena yang terjadi terhadap perbedaan lokasi, dijelaskan dengan apa dan mengapa. • Contoh: mengapa banyak usaha ‘jual beli mobil ’ di Kamayoran, • mengapa banyak usaha fotocopy
14
4/9/2012
Dimensi Analisis Lokasi Normatif bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh pengguna suatu lokasi agar dapat mendatangkan manfaat secara optimal. Contoh: bagaimana hotel ditempatkan dengan jaraknya dari stasiun transportasi atau yang memiliki view agar menarik, bagaimana sekolah bisa dijangkau oleh semua peserta didik
Pendekatan Teori Tentang Lokasi Sebagai Dasar Analisis Model yang berkembang pada awalnya berdasarkan konsep dasar menyangkut: Biaya transportasi, Jarak.
Model berikutnya mulai mempertimbangkan beberapa faktor lain yang lebih kompleks: Pelaku usaha ekonomi, Kondisi lingkungan makro, Perbedaan karakteristik wilayah.
15
4/9/2012
Ruang Lingkup Teori Lokasi
Lahan Pertanian dan guna lahan Perkotaan
Lokasi Industri
Tempat Pusat/Usaha
Alokasi Lokasi
Interkasi Keruangan
a.lahan pertanian dan guna lahan kota Johann Heinrich von Thunen adalah yang pertama kali mengemukakan teori ekonomi lokasi modern. Pada The Isolated State (1826), von Thunen menjabarkan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ini dengan teori sewa (theory of rent). .
16
4/9/2012
b.lokasi industri Teori Weber adalah ” Bahwa penentuan lokasi undustri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal(least cost location)”. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).
c. Center Place Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti. Itulah sebabnya disebut sistem K=3 dari Christaller. Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut: 1.Wilayahnya adalah adalah datar dan sama. 2.Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface). 3.Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.
17
4/9/2012
b. Alokasi lokasi
bagaimana pemerintah dapat mengalokasikan fasilitas kota dengan tatanan yang apik.
e.interaksi keruangan
adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada 3 unsur: jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan sruktur keruangan, menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan,
18
4/9/2012
TERIMAKASIH.....................
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN III PerbandinganTeori Lokasi SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
19
4/9/2012
CHECK TUGAS I Pada Pertemuan I Discovery learning
PENGERTIAN TEORI LOKASI-1 Tarigan, 2006, menjelskan bahwa Pengertian teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
20
4/9/2012
PENGERTIAN TEORI LOKASI-2 Pengertian teori lokasi yang lainnya adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun sosial.
Pertama kali yang mengembangkan teori lokasi adalah Von Thunen pada tahun 1880, namun teori ini lokasi diperkenalkan kembali secara utuh oleh Walter Isard pada tahun 1952.
21
4/9/2012
Teori lokasi merupakan teori yang dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang geografi dan ekonomi. Namun pada awal perkembangannya teori ini lebih kepada bidang geografi daripada bidang ekonomi.
TIGA ALASAN MENGAPA TEORI LOKASI LEBIH DEKAT DENGAN BIDANG GEOGRAFI
pertama, teori lokasi lebih menarik ahli geografi daripada ahli ekomi, sehingga teori lokasi merupakan bagian dari ilmu geografi. kedua, peralatan yang digunakan dianggap tidak biasa bagi ahli ekonomi sehingga tidak menarik bagi mereka yang membidanginya. ketiga, teori lokasi yang pada awal dikembangkan dalam tiga bentuk yang pada waktu itu lebih tampak berdiri sendiri
22
4/9/2012
ASUMSI DASAR TEORI LOKASI DALAM PADANGAN EKONOMI
Sebagian besar dasar teori ekonomi diasumsikan membatasi ruang dan jarak. Beberapa ahli ekonomi telah mengetahui pentingnya arti lokasi tetapi tidak banyak yang berusaha untuk memperkenalkan modal lain dengan beberapa variabel secara teoritis. Dan sebagian lagi menganggap bahwa keterangan lokasi yang membutuhkan analisis yang kuat serta tata cara yang diterapkan untuk dimengerti, terutama dari segi tingkah laku usaha. Alfred Weber adalah seorang ahli yang mengemukakan teori lokasi dengan pendekatan ekonomi. Namun ia merupakan penerus Wilhem Lounhart (1882-1885) yang menunjukkan bagaimana mengoptimalkan lokasi dengan menyerderhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle.
Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat.
Pertama, topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan.
Kedua
, kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.
23
4/9/2012
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi
Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber
Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari Issac Newton dan Ullman
Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut: 1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen. 2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai. 3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR). 4) Hanya ada satu jenis alat transportasi. 5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut. 6) Terdapat persaingan antarkegiatan industri. 7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
24
4/9/2012
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini : a) (b) (c) Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000) Keterangan: M = pasar P = lokasi biaya terendah. R1, R2 = bahan baku Gambar (a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak. (b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri. (c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
25
4/9/2012
Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost) Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1) Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama. 2) Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.
Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari Issac Newton dan Ullman Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling melengkapi (regional complementarity), kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability). Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut.
Keterangan: I = gaya tarik menarik diantara kedua region. d = jarak di antara kedua region. P = jumlah penduduk masing-masing region.
26
4/9/2012
Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barangbarang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal. 2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. 3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Untuk menerapkan teori Christaller, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut: 1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan. 2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.
27
4/9/2012
Renungkan kembali Teori Lokasi dan cari lagi yang lain Pada Pertemuan I Discovery learning
TERIMAKASIH.....................
28
4/9/2012
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN IV Faktor-Faktor Dalam Sistem Interaksi Spasial SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
PENGERTIAN INTERKASI SPASIAL
29
4/9/2012
ISU NASIONAL a. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dipicu oleh krisis keuangan (financial) negara-negara di Eropa dan Amerika; b. Memperkuat ketahanan pangan (menjaga ketersediaan bahan pokok) dan energi; c. Masih diperlukan percepatan pengurangan kemiskinan; d. Perlu meningkatkan added value pemanfaatan potensi dan peluang: SDA, bonus demography, relokasi industri, pasar domestik yang besar; e. Pembangunan berkelanjutan (pro-environment); f.
Kesenjangan ekonomi dan sosial antarwilayah.
Kesenjangan Wilayah
30
4/9/2012
Kesenjangan Sosial
Arahan RPJMN 2 NO.
RINCIAN
SASARAN
PEMBANGUNAN EKONOMI a)
Pertumbuhan Ekonomi
b)
Inflasi
c)
Tingkat Pengangguran
d)
Tingkat Kemiskinan
Rata-rata 6,3 – 6,8 persen pertahun Sebelum tahun 2014 tumbuh 7 persen Rata-rata 4 - 6 persen pertahun 5 - 6 persen pada akhir tahun 2014 8 – 10 persen pada akhir tahun 2014
31
4/9/2012
STRATEGI 1.
MENGEMBANGKAN POTENSI EKONOMI MELALUI KORIDOR EKONOMI: Membangun pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor ekonomi (pulau), dengan pengembangan klaster industri berbasis sumber daya unggulan (komoditi dan/atau sektor)
2.
MEMPERKUAT KONEKTIVITAS NASIONAL: (locally integrated, internationally connected): Konektivitas intra dan inter pusat pertumbuhan. Konektivitas lokal untuk pembangunan inklusif (akses dan kualitas pelayanan dasar yang merata di seluruh Indonesia). Konektivitas antar koridor ekonomi (pulau) Konektivitas international (gate perdagangan dan wisatawan)
3.
MEMPERKUAT KEMAMPUAN SDM DAN IPTEK NASIONAL
32
4/9/2012
Baja
Kawasan Selat Sunda
Peralatan Alutsista
Perkapal an
Baja
Bauksit
Batu Bara
Nikel
Oil & Gas
Nikel
Oil & Gas
Sumatera
Kelapa Sawit
Jawa
Tekstil
Makanan- Peralatan Telematika Minuman dan Mesin
Kelapa Sawit
Perkayuan
Oil & Gas
Tanaman Pangan
Coklat
Perikanan
Kalimantan Sulawesi Bali – Nusa Tenggara
Karet
Batu Bara
Perkapal an
Pariwisata Peternakan Perikanan
Papua – Kep. Maluku
Tanaman Pangan
Perikanan
Tembaga
KE Sumatera
1. 2. 3.
Jalan High Grade – Highway Lintas Sumatera Pelabuhan Kuala Tanjung (International Hub Port) Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi
KE Jawa
4. 5. 6.
Jalan Tol Trans Jawa Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Double Track KA Cirebon – Surabaya
KE Kalimantan
7. 8. 9. 10.
Trans Kalimantan Lintas Selatan – Jembatan Tayan Jalan Perbatasan Kalimantan Trans Kalimantan Lintas Tengah – Jembatan Penajam KA Kalteng dan KA Kaltim
KE Sulawesi
KE Bali-NT KE Papua-Kep. Maluku
Metrop Jakarta Area
11. Lintas Sulawesi 12. Jalan Tol Menado – Bitung 13. Pelabuhan Bitung (International Hub Port) 14. Lintas Nusa Tenggara 15. Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa 16. Trans Maluku (jalan dan ferry) 17. Jalan Jayapura – Wamena, Jalan Merauke – Tanah Merah, Jalan Sorong – Manokwari ( jalan, ferry, dan angkutan sungai)
33
4/9/2012
DKI Jakarta Cikampek
Serang
Banten
In Operation Government
1
PPP
Palimanan
Bogo r
Enterprise
PejaganPemalang 3 Kanci Ciranjang (K) 2 Sukabumi Bandung Batan g Jawa Tengah Jawa Barat
4Semarang
Demak
6
5 Solo
Ngaw i
Yogyakarta DIY
9 Surabaya 8 Mojokert o Kertoson Pasuruan Gemp o Panda ol Probolinggo an Mala Jawa ng Timur 7
Banyuwangi
o North Java adalah urat nadi kegiatan ekonomi di Indonesia, dengan demikian sektor swasta diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pembangunan infrastruktur di Northern Java Economic Development Corridor (NJEDC). o Lancarnya aliran barang dan penumpang menghubungkan node-node ekonomi transportasi barang dan penumpang merupakan kunci untuk mendukung daya saing ekonomi nasional dan meningkatkan lebih lanjut pembangunan ekonomi di sepanjang koridor. o NJEDC secara ekonomi signifikan, oleh karena itu sangat penting untuk menyelesaikan Trans Jawa konstruksi Jalan Tol pada tahun 2014. o Total Kebutuhan Lahan 5.060,46 Ha dan Lahan yang telah bebas s/d saat ini adalah 2.185,3 Ha (43,18%)
Pembangunan Double Track Lintas Utara Jawa Total kebutuhan pendanaan untuk pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Utara Jawa 2011-2013 sebesar Rp. 9 Trilyun Tahun 2012 telah dialokasikan sebesar Rp 3,2 triliun Kebutuhan untuk Tahun 2013 adalah sebesar Rp. 5,5 Trilyun Cirebon Semarang
JAKARTA
CIREBON 220 km
SELESAI
NO,
Segment
01, CIREBON - TEGAL 02, TEGAL - PEKALONGAN 03, PEKALONGAN - SEMARANG TAWANG 04, SEMARANG - SURABAYA TOTAL
BREBES
63 km
TEGAL PEKALONGAN
12 km
SELESAI
Length (KM) 75,94 60,95 89,04 280
Semarang Surabaya
62km
SEMARANG
BOJONEGORO
SURABAYA
280 km
87,9km
SELESAI 2011
Year INDICATIVE Additional Requirement TOTAL 2012 2012 2013 81,23 241,94 689 371,16 1.383,33 223,73 27,83 251,56
2011
2,00 40,00 346,96
235,76 280,82 786,35
1.699 2.388
1.542,24 1.780,00 3.580,18 5.600,00 5.493,58 9.014,89
34
4/9/2012
Cirebon Semarang
Semarang Surabaya
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN V Faktor-Faktor Dalam Sistem Interaksi Spasial SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
35
4/9/2012
PENGERTIAN INTERKASI SPASIAL
ISU NASIONAL a. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dipicu oleh krisis keuangan (financial) negara-negara di Eropa dan Amerika; b. Memperkuat ketahanan pangan (menjaga ketersediaan bahan pokok) dan energi; c. Masih diperlukan percepatan pengurangan kemiskinan; d. Perlu meningkatkan added value pemanfaatan potensi dan peluang: SDA, bonus demography, relokasi industri, pasar domestik yang besar; e. Pembangunan berkelanjutan (pro-environment); f.
Kesenjangan ekonomi dan sosial antarwilayah.
36
4/9/2012
Kesenjangan Wilayah
Kesenjangan Sosial
37
4/9/2012
Arahan RPJMN 2 NO.
RINCIAN
SASARAN
PEMBANGUNAN EKONOMI a)
Pertumbuhan Ekonomi
b)
Inflasi
c)
Tingkat Pengangguran
d)
Tingkat Kemiskinan
Rata-rata 6,3 – 6,8 persen pertahun Sebelum tahun 2014 tumbuh 7 persen Rata-rata 4 - 6 persen pertahun 5 - 6 persen pada akhir tahun 2014 8 – 10 persen pada akhir tahun 2014
STRATEGI 1.
MENGEMBANGKAN POTENSI EKONOMI MELALUI KORIDOR EKONOMI: Membangun pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor ekonomi (pulau), dengan pengembangan klaster industri berbasis sumber daya unggulan (komoditi dan/atau sektor)
2.
MEMPERKUAT KONEKTIVITAS NASIONAL: (locally integrated, internationally connected): Konektivitas intra dan inter pusat pertumbuhan. Konektivitas lokal untuk pembangunan inklusif (akses dan kualitas pelayanan dasar yang merata di seluruh Indonesia). Konektivitas antar koridor ekonomi (pulau) Konektivitas international (gate perdagangan dan wisatawan)
3.
MEMPERKUAT KEMAMPUAN SDM DAN IPTEK NASIONAL
38
4/9/2012
Baja
Kawasan Selat Sunda
Peralatan Alutsista
Perkapal an
Baja
Bauksit
Batu Bara
Nikel
Oil & Gas
Nikel
Oil & Gas
Sumatera
Kelapa Sawit
Jawa
Tekstil
Makanan- Peralatan Telematika Minuman dan Mesin
Kelapa Sawit
Perkayuan
Oil & Gas
Tanaman Pangan
Coklat
Perikanan
Kalimantan Sulawesi Bali – Nusa Tenggara Papua – Kep. Maluku
Karet
Batu Bara
Perkapal an
Metrop Jakarta Area
Pariwisata Peternakan Perikanan
Tanaman Pangan
Perikanan
Tembaga
39
4/9/2012
KE Sumatera
1. 2. 3.
Jalan High Grade – Highway Lintas Sumatera Pelabuhan Kuala Tanjung (International Hub Port) Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi
KE Jawa
4. 5. 6.
Jalan Tol Trans Jawa Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Double Track KA Cirebon – Surabaya
KE Kalimantan
7. 8. 9. 10.
Trans Kalimantan Lintas Selatan – Jembatan Tayan Jalan Perbatasan Kalimantan Trans Kalimantan Lintas Tengah – Jembatan Penajam KA Kalteng dan KA Kaltim
11. Lintas Sulawesi 12. Jalan Tol Menado – Bitung 13. Pelabuhan Bitung (International Hub Port)
KE Sulawesi
14. Lintas Nusa Tenggara 15. Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
KE Bali-NT
16. Trans Maluku (jalan dan ferry) 17. Jalan Jayapura – Wamena, Jalan Merauke – Tanah Merah, Jalan Sorong – Manokwari ( jalan, ferry, dan angkutan sungai)
KE Papua-Kep. Maluku
Serang
DKI Jakarta Cikampek
Banten
Bogo r
In Operation Government
1 Palimanan
PPP Enterprise
PejaganPemalang 3 Kanci Ciranjang (K) 2 Sukabumi Bandung Batan g Jawa Tengah Jawa Barat
4Semarang
Demak
6
5 Solo
Yogyakarta DIY
Ngaw i
9 Surabaya 8 Mojokert o Kertoson Pasuruan Gemp o Panda ol Probolinggo an Mala Jawa ng Timur 7
Banyuwangi
o North Java adalah urat nadi kegiatan ekonomi di Indonesia, dengan demikian sektor swasta diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pembangunan infrastruktur di Northern Java Economic Development Corridor (NJEDC). o Lancarnya aliran barang dan penumpang menghubungkan node-node ekonomi transportasi barang dan penumpang merupakan kunci untuk mendukung daya saing ekonomi nasional dan meningkatkan lebih lanjut pembangunan ekonomi di sepanjang koridor. o NJEDC secara ekonomi signifikan, oleh karena itu sangat penting untuk menyelesaikan Trans Jawa konstruksi Jalan Tol pada tahun 2014. o Total Kebutuhan Lahan 5.060,46 Ha dan Lahan yang telah bebas s/d saat ini adalah 2.185,3 Ha (43,18%)
40
4/9/2012
Pembangunan Double Track Lintas Utara Jawa Total kebutuhan pendanaan untuk pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Utara Jawa 2011-2013 sebesar Rp. 9 Trilyun Tahun 2012 telah dialokasikan sebesar Rp 3,2 triliun Kebutuhan untuk Tahun 2013 adalah sebesar Rp. 5,5 Trilyun Cirebon Semarang
JAKARTA
CIREBON 220 km
SELESAI
NO,
Segment
01, CIREBON - TEGAL 02, TEGAL - PEKALONGAN 03, PEKALONGAN - SEMARANG TAWANG 04, SEMARANG - SURABAYA TOTAL
BREBES
63 km
Semarang Surabaya
TEGAL PEKALONGAN
12 km
SELESAI
Length (KM)
62km
SEMARANG
BOJONEGORO
SURABAYA
280 km
87,9km
SELESAI 2011
75,94 60,95 89,04 280
Cirebon Semarang
Year INDICATIVE Additional Requirement TOTAL 2012 2012 2013 81,23 241,94 689 371,16 1.383,33 223,73 27,83 251,56
2011
2,00 40,00 346,96
235,76 280,82 786,35
1.699 2.388
1.542,24 1.780,00 3.580,18 5.600,00 5.493,58 9.014,89
Semarang Surabaya
41
4/9/2012
ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG TKW 205
PERTEMUAN VI Prinsip Distance, Movement dan Interaction dalam
Fragmentation SUPRAJAKA Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
FRAGMENTASI
Hardisk/Komputer
Fragmentasi adalah kondisi dimana suatu file yang diletakkan pada media yang tidak menempati sektor secara berurutan. Fragmentasi terjadi ketika sistem operasi tidak dapat mengalokasikan ruang yang cukup pada blok-blok penyimpanan yang bersebelahan secara lengkap sebagai sebuah kesatuan.
Fragmentasi Hardisk memperlambat Kinerja Sistem
1
file A, B, C, D, dengan ukuran yang sama.
2
file B dihapus, dan tersisa 10 blok yang kosong di antara file A dan file C
3
ruang yang kosong di antara file A dan file C, ditempatkan file E yang berukuran lebih kecil
4
file F yang ukurannya lebih besar dari pada ruang yang kosong di antara file E dan file C, dan ternyata sisa bagian dari file tersebut ditempatkan pada blok sesudah blok yang ditempati oleh file D
84
42
4/9/2012
FRAGMENTASI
Bentanglahan
FRAGMENTASI BENTANGLAHAN Merupakan Proses perubahan lingkungan yang menggambarkan munculnya
diskontinuitas (fragmentasi) dalam lingkungan organisme (habitat). Fragmentasi habitat dicirikan
terpecahnya bentanglahan 1
2
3
yang luas menjadi bidang-bidang lahan tunggal (patch) yang lebih kecil dan biasanya patch ini secara ekologis tidak lagi saling berhubungan satu sama lain. 85
FRAGMENTASI
Bentanglahan
1. Perforasi (perforation) merupakan proses membuat lubang di dalam habitat. 2. Pemotongan (dissection) adalah pemotongan atau pembagian area menjadi habitat berbeda dengan lebar yang relatif sama. 3. Fragmentasi (fragmentation) adalah pemecahan habitat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. 4. Penyusutan (shrinkage) terjadi seiring potongan habitat berlanjut dengan penurunan luas. 5. Erosi habitat (attrition) adalah proses dimana fragment habitat yang tersisa berangsur hilang, karena degradasi habitat atau suksesi.
86
43
4/9/2012
FRAGMENTASI Ekosistem Lahan Basah Secara SPASIAL
Pertanyaan Mendasar bagimana proses Fragmentasi SPASIAL pada ekosistem Lahan Basah “cultural” (sawah dan Tambak) ? 87
Analisis Heterogenitas Spasial Fragmentasi Spasial Ekosistem Lahan Basah
88
44
4/9/2012
SRTM, Peta AMS, JOG, RBI, Geomorfologi, Sistem Lahan,
EKOSISTEM LAHAN BASAH (Tidal Swamps, Seasonal Swamps, Alluvial Plains,
Citra Satelit Multi Temporal (MSS, TM, ASTER, ALOS)
Meander Belts, Peat and Marshes, Floodplains)
Analisis
Analisis Morfometri, Morfografi, ekosistem lahan basah
Pola, Bentuk dan Arah Guna/Penutup Lahan
Peta Bentuklahan
Peta Penggunaan Lahan
Hasil Analisis Komposisi dan Konfigurasi Spasial Ekosistem Lahan Basah
90
45
4/9/2012
Hasil Analisis Komposisi dan Konfigurasi Spasial Ekosistem Lahan Basah
AMS1954
TM 1994
JOG1959
MSS1972
MSS1985
TM2000
TM2003
TM2008
RBI1994
Perkembangan Kawasan Terbangun (Permukiman) 1954 - 2008
Hasil Analisis Komposisi dan Konfigurasi Spasial Ekosistem Lahan Basah
92
46
4/9/2012
Hasil Analisis Fragmentasi Spasial Ekosistem Lahan Basah
Sidoarjo
Pola dan Struktur Dinamika Pemanfaatan Lahan Pada Ekosistem Lahan Basah di Sidoarjo dengan contoh di grid
Sd 109 High, Sd 106 Medium, Sd 189 Low 93
TERIMAKASIH.....................
47