ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV) Tut Wulaningsih – Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA – Michael Ardita, ST, MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak — IPTV merupakan sebuah layanan televisi digital yang di lewatkan pada jaringan IP melewati koneksi broadband. Pengiriman data pada IPTV tersebut menggunakan video. Dalam prosesnya, diharapkan file video yang dikirimkan tidak mengalami penyendatan. Salah satu solusi yang digunakan untuk menghindari masalah penyendatan dalam pengiriman data adalah dengan menkompresi video yang berukuran besar. VLC merupakan program open source yang digunakan sebagai studio untuk streaming program penjadwalan terhadap client. Pada VLC terdapat beberapa macam teknik kompresi . Pada paper ini membahas tentang analisa kinerja kompresi video MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10 pada VLC dengan menggunakan bitrate 64 Kbps, 128Kbps, 256Kbps, 512 Kbps dan 1024 Kbps. Analisa yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan. Pertama menganalisis kualitas jaringan atau Quality of Service (QoS). Kedua menganalisis performa dari standar kompresi video dengan melihat nilai PSNR (Peak Signal to Noise Ratio). Ketiga penilaian secara subjektif yaitu dengan MOS (Mean Opinion Score). Berdasarkan hasil yang didapatkan dari simulasi, metode MPEG4 part 10 menghasilkan kualitas streaming yang lebih baik dari MPEG4 part 2, yaitu dengan nilai delay 27.66%, jitter 12.20 % lebih kecil dari metode MPEG4 part 2. MPEG4 part 2 menghasilkan ukuran file 5.310 KByte sedangkan MPEG4 part 10 menghasilkan ukuran file 5.320 Kbyte dengan nilai PSNR R 3.14 %. G 3.47 %, B 4.11 % lebih besar dari metode MPEG4 part 2. Nilai MOS yang diperoleh MPEG4 part 2 adalah 51% sedangkan MPEG4 part 10 adalah 62 %. Kata kunci : IPTV,VLC,PSNR,MOS
I.
PENDAHULUAN
IPTV (Internet Protocol Television) dapat digambarkan sebagai suatu sistem dimana layanan televisi digital dikirimkan menggunakan internet protocol melalui infrastruktur jaringan, yang pada pelaksanaannya bisa dikirim melalui koneksi broadband. Teknologi ini diharapkan mampu
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
menjadi langkah baru industri televisi dalam mengatasi kekurangan teknologi televisi tradisional saat ini. IPTV merupakan suatu sistem televisi digital yang format penyiarannya melalui protokol internet. Agar seorang client dapat melihat IPTV dengan baik dan nyaman, maka ada dua hal yang harus diperhatikan, yang pertama adalah kualitas video yang dikirimkan, yang kedua adalah kelancaran video yang dilihat oleh client tersebut. Kualitas video yang baik biasanya akan berdampak pada besarnya file, hal tersebut juga berpengaruh pada kualitas transfer data dari server kepada client. Ukuran file yang besar akan menimbulkan penyendatan pada transfer file sehingga akan mengurangi kenyamanan pada pengguna IPTV. Salah satu solusi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan kompresi, namun tidak semua kompresi dapat digunakan, karena teknik kompresi yang jelek akan menghasilkan kualitas video yang jelek dan akan berpengaruh kepada pengguna IPTV. Pada IPTV menggunakan VLC untuk membroadcast video pada server serta sebagai penerima pada sisi client. Pada paper ini membahas tentang analisa kinerja kompresi video MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10 pada VLC dengan menggunakan bitrate 64 Kbps, 128Kbps, 256Kbps, 512 Kbps dan 1024 Kbps. Analisa yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan. Pertama menganalisis kualitas jaringan atau Quality of Service (QoS). Kedua menganalisis performa dari standar kompresi video dengan melihat nilai PSNR (Peak Signal to Noise Ratio). Ketiga penilaian secara subjektif yaitu dengan MOS (Mean Opinion Score). II.
DASAR TEORI
Berikut merupakan dasar teori yang digunakan dalam paper berikut ini : A. IPTV Menurut definisi yang dijelaskan dalam International Telecommunication Union Focus Group on IPTV (ITU-T FG IPTV) menyebutkan bahwa IPTV didefinisikan sebagai berikut:
1
“IPTV adalah layanan multimedia seperti televisi / video / audio / text / grafis / data yang disampaikan me-lalui jaringan berbasis IP yang dikelola untuk memberikan jaminan tingkat kualitas dalam hal layanan, keamanan, interaktivitas dan kehandalan[1].“ B. Kompresi Video Kompresi digunakan untuk mereduksi atau Mengurangi besarnya data video. untuk mengatur kompresi digunakan codec (compressor-decompressor). Codec adalah program yang digunakan untuk menganalisa video dan membuang data yang tidak diperlukan. Video memiliki 3 dimensi : yaitu 2 dimensi spatial (horizontal dan vertikal) dan 1 dimensi waktu. Di dalam video terdapat 2 hal yang yang dapat dikompresi yaitu frame (still image) dan audionya. Data video memiliki : redundancy spatial (warna dalam still image) dan redundancy temporal (perubahan antar frame). Penghilangan redundancy spatial (spatial/intraframe compression) dilakukan dengan mengambil keuntungan dari fakta bahwa mata manusia tidak terlalu dapat membedakan warna dibandingkan dengan brightness, sehingga image dalam video bisa dikompresi (teknik ini sama dengan teknik kompresi lossy color reduction pada image)[2]. C. PSNR PSNR dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik kualitas dari metode kompresi yang digunakan. Semakin besar nilai PSNR maka akan semakin baik kualitas dari metode kompresi tersebut. Perhitungan PSNR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut. PSNR = 20x
D. RMSE Dimana E.
E. MPEG4 Part 2 MPEG4 part 2 juga sering disebut dengan MPEG4Visual, dikembangkan oleh Moving Picture Experts Group (MPEG), sebuah ―working group‖ dibawah pengawasan International Organisation for Standardisation (ISO). MPEG4 part 2 diterima menjadi standar secara internasional untuk kompresi video pada tahun 1999. MPEG4 part 2 bisa diimplementasikan di banyak aplikasi yang berbeda. Ini dikarenakan MPEG4 part 2 mempunyai banyak profile. Profile merupakan kumpulan dari tools yang ada dalam satu standar yang penggunaannya lebih spesifik[4]. F. MPEG4 Part 10 MPEG4 Part 10 dikembangkan oleh kerjasama dua group, yaitu Moving Picture Expert Group dan Video Coding Expert Group ( MPEG dan VCEG). MPEG Part 10 dikenal juga dengan nama H.264 atau H.264/AVC (Advanced Video Coding). MPEG4 part 10 diterima menjadi standar secara internasional untuk kompresi video pada tahun 2003. MPEG4 part 10 diharapkan dapat memberikan kualitas video yang lebih baik dengan bitrate yang sama dibandingkan dengan standar video sebelumya. MPEG4 part 10 hanya memiliki tiga profile saja, yaitu Main Profile, Baseline Profile, dan Extended Profile[4]. III.
METODOLOGI PERANCANGAN
Pembahasan dimulai dari perancangan sistem secara umum, desain MOS ,instalasi software, konfigurasi jaringan pada IPTV, pengujian dan pengambilan data dari sistem serta analisa. Pembuatan sistem ini meliputi beberapa tahap yang ditunjukkan dengan flowchart pada Gambar 3.1.
=
Keterangan : Vpeak : 2k – 1 ; k = jumlah bit warna N x M : ukuran video f (x,y) : source video f‘ (x,y) : destination video PSNR menggunakan pengukuran per frame video. PSNR membandingkan frame video asli dengan frame video yang telah terekonstruksi. PSNR diukur dalam satuan desibel (dB). Kompresi video dikatakan memiliki kualitas yang bagus bila memiliki nilai PSNR diatas batas threshold 30 dB[3]. D. RGB Warna akan dipisahkan menjadi tiga komponen, yaitu red (merah), green (hijau), dan blue (biru). Warna dari setiap pixel ditentukan oleh kombinasi intensitas dari ketiga warna tersebut. Warna apapun bisa dibentuk dengan mengkombinasikan ketiga warna dasar tersebut dengan komposisi tertentu. Bila kedalaman warna yang dipakai adalah 24 bit, maka setiap komponen warna akan dinyatakan dalam 8 bit sehingga akan didapat 256 kedalaman warna untuk setiap komponen warna. Misalnya untuk warna kuning dapat direpresentasikan dengan R=255, G=255, B=0[4].
start
Perencanaan Sistem secara umum
Desain MOS
Pembuatan program sistem ( diagram alir, instalasi XAMPP, Instalasi VLC, instalasi program IPTV yang sudah ada, instalasi php, penambahan channel )
Instalasi software pendukung pembuatan sistem (wireshark, FFmpeg, MSU)
Konfigurasi jaringan (topologi jaringan, spesifikasi hardware, server, client)
Pengambilan Data
Qos
MOS
Rasio kompresi dan PSNR
Analisa
End
Gambar 3.1 Flowchart Sistem Secara Umum
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
2
A. Diagram simulasi kompresi dan streaming video Pada simulasi ini akan digunakan video yang pada mulanya berformat avi digunakan sebagai input. Video ini kemudian akan dikodekan dengan menerapkan metode MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10 sehingga menjadi berformat mp4. Untuk penggukuran kualitas hasil kompresi dari kedua metode tersebut akan dilihat dari rasio kompresi dan nilai PSNR. Sedangkan untuk mengukur kualitas dalam proses streaming videonya, video mp4 ini diletakkan di server yang kemudian akan diputar di computer client. Pengukuran kualitas streaming akan dilihat dari delay, jitter dan paket loss. Untuk proses encoding dan decoding dalam tugas akhir ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan codec bawaan dari VLC yaitu FFmpeg. FFmpeg adalah aplikasi berbasis command line yang dibangun dari sekumpulan codec untuk tujuan encoding dan decoding video dengan menggunakan metode MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10. Input file video tersebut akan diencoding dengan menggunakan beberapa nilai bitrate yang berbeda. Bitrate ini menentukan berapa banyak jumlah bit yang dapat ditransmisikan dalam satu detik. Nilai bitrate ini juga akan menentukan besar kecilnya file hasil proses encoding. Hasil dari proses encoding ini adalah video berformat mp4. Bitrate yang digunakan dalam proses encoding adalah 64 Kbps, 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps dan 1024 Kbps. INPUT FILE .AVI
ENCODER Rasio Kompresi FILE .MP4
STREAMING SERVER
VLC
Kabel LAN
delay, Jitter, Packet Loss,
DECODER CLIENT PLAYER
FILE REKONTRUKSI .AVI
Pada Gambar 3.3 ditunjukkan gambar diagram alir sistem MOS pada sisi member secara jelas. Selain analisa kompresi video dilakukan secara objektif maka analisa kompresi video akan dilakukan juga dengan menggunakan penilaian MOS. Sebelum pembuatan program MOS, maka perlu didefinisikan skema cara kerja sistem dari program yang akan dikerjakan, hal ini dilakukan untuk membantu mempermudah dan memperjelas skenario pembuatan MOS. Penilaian MOS ini dilakukan dengan mudah tanpa menyulitkan client. Program dimulai ketika client mengakses halaman IPTV dan sign in terlebih dahulu, setelah berhasil sign in maka client akan diarahkan ke halaman linear TV .Pada halaman disajikan 3 siaran channel yang menggunakan metode kompresi yang berbeda- beda. Dengan menggunakan video murni, kompresi MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10. Pada saat client menikmati siaran channel perintah pengisian MOS akan muncul dan client hanya memberi penilaian dengan panduan yang telah disediakan. Apabila pengisian MOS sudah dilakukan maka halaman MOS akan tertutup dengan sendirinya dan client bisa melanjutkan menikmati siaran channel tersebut. C. Diagram Alir sistem MOS pada admin Pada Gambar 3.4 ditunjukkan gambar diagram alir sistem MOS pada sisi admin secara jelas. Setelah pengisian MOS dilakukan pada sisi client atau pada member. Maka hasil dari penilaian secara subyektif dapat dilihat pada sisi admin. Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah login ke halaman admin IPTV terlebih dahulu. Setelah masuk ke halaman admin tinggal memilih ―tool” yang telah disediakan yaitu TVB. Dengan demikian hasil sudah jelas tersimpan di admin dari penilaian subyektif yang dilakukan oleh member dari sisi client. Start
Pilih Tanggal
PSNR
Login
Lihat tabel & chart
Gambar 3.2 Diagram Alir Simulasi B. Diagram Alir sistem MOS pada member
Login sukses
T
Pilih opsi lain
Y
Start Tonton Video kompresi MPEG4 part 2
Login Login sukses
T
Isi penilain MOS untuk kompresi MPEG4 part 2
Y Pilih Halaman
Tonton Video kompresi MPEG4 part 10
TVB
Isi penilain MOS untuk kompresi MPEG4 part 10
Y Tonton Video murni Streaming
Logout
end
Gambar 3.3 Diagram Alir Sistem MOS pada Member.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
Pilih TVB atau VOD
Logout T
Pilih Kompresi
Y
end
Gambar 3.4 Diagram Alir Sistem MOS pada Admin. D. Konfigurasi Jaringan Metodologi akan digunakan untuk melakukan pengujian sistem pada jaringan LAN, yang meliputi pengukuran QoS, dan pengukuran MOS. Device yang digunakan untuk pengiriman informasi dari satu titik ke titik lain adalah switch, yang menghubungkan server dengan user dalam satu jaringan. Konfigurasi jaringan ditunjukkan pada Gambar 3.5 .
3
PSNR - R (dB) 40
switch Server 10.122.69.108
20
Client 10.122.69.109
Gambar 3.5 Konfigurasi Jaringan Unicast IV.
part 2
0 64
512
1024
part 10
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai PSNR –R tingkat
1. Pengujian rasio kompresi Rasio kompresi akan diukur dengan menggunakan video hasil dari proses encoding. Pada awalnya video tersebut berformat avi yang kemudian akan diencoding sehingga menjadi berformat mp4. Bitrate yang akan digunakan dalam proses encoding adalah 64, 128, 256, 512 dan 1024 Kbps. Berikut ini adalah table ukuran file hasil dari proses encoding video . Table 4.1 Ukuran Video Hasil Kompresi Bitrate Video CITY cif60 (Kbps) MPEG4 part 2 MPEG4 part 10 (KByte) (Kbyte) 64 301 318 128 659 672 256 1.355 1.370 512 2.693 2.697 1024 5.310 5.320 Tabel 4.2 Rasio Kompresi Bitrate Video CITY (Kbps) MPEG4 part 2 64 231.26 128 105.63 256 51.37 512 25.84 1024 13.10
256
Bitrate (Kbps)
PENGUJIAN SISTEM
A. Pengujian kualitas kompresi Pengujian ini dilakukan untuk menguji keberhasilan kompresi dari masing-masing metode.
128
cif60 MPEG4 part 10 218.90 103.58 50.81 25.81 13.08
Dari table 4.2 didapatkan nilai rasio kompresi pada bitrate yang sama, metode MPEG4 part 2 menghasilkan rasio kompresi yang lebih besar dari pada metode MPEG4 part 10. Secara umum dapat dikatakan bahwa MPEG4 part 2 memiliki nilai rasio kompresi lebih baik dari pada metode MPEG4 part 10. Semakin besar nilai bitrate yang digunakan ukuran video hasil kompresi juga akan mengalami kenaikan , hal ini dikarenakan semakin besar bitrate yang digunakan maka semakin banyak data yang disimpan setiap detiknya. 2. Pengujian PSNR (R-G-B) Video setelah diencoder telah mengalami proses rekronstruksi, kemudian dihitung nilai PSNR nya sehingga akan diketahui selisih nilai PSNR yang dihasilkan antara metode MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10. Komponen PSNRyang akan diukur adalah komponen R, G, dan B. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
PSNR - G (dB) 60 40 20 0
part 2 64
128
256
512
1024
part 10
Bitrate (Kbps)
Gambar 4.2 Perbandigan Nilai PSNR –G
PSNR - B (dB) 40 30 20 10 0
part 2 64
128
256
512
1024
part 10
Bitrate (Kbps) Gambar 4.3 Perbandigan Nilai PSNR – B Dari gambar 4.1 sampai 4.3 didapatkan bahwa semua bitrate, metode MPEG4 part 10 memiliki nilai PSNR untuk komponen R, G, dan B yang lebih tinggi daripada metode MPEG4 part 2. Semakin besar nilai bitrate yang digunakan dalam proses encoding, semakin tinggi pula nilai PSNR yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bitrate yang digunakan, maka kualitas video hasil kompresi semakin baik. Perbedaan nilai PSNR yang paling besar terjadi pada bitrate 64 Kbps, dengan kenaikan nilai PSNR sebesar 21.5% pada metode MPEG4 part 10 dibandingkan dengan MPEG4 part 10, menunjukkan bahwa metode MPEG4 part 10 masih menunjukan kualitas yang bagus untuk bitrate yang rendah. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai PSNR pada MPEG4 part 2 untuk komponen R dan B yang berada dibawah 30 dB untuk bitrate 64 Kbps. Dari pengukuran nilai PSNR MPEG4 part 10 selalu lebih tinggi dari MPEG4 part 2. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kompresi MPEG4 part 10 memang lebih baik daripada MPEG4 part 2. 4
B. Pengujian kualitas streaming Pengukuran kualitas pada proses straming bertujuan untuk mengetahui metode mana yang lebih baik antara metode MPEG4 part 2 dan MPEG4 part 10 untuk video streaming. Video yang digunakan untuk simulasi streaming ini memiliki bitrate 64, 128, 256, 512, 1024 Kbps. Sumulasi streaming akan dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap video dengan menggunakan bandwidth 2 Mbps ( Mega bit per second). Parameter yang dilihat pada pengukuran kualitas video ini adalah delay, jitter serta paket loss. 1. Pengujian delay Video setelah diencoder akan disimpan server yang nantinya akan distreaming ke client dengan menggunakan konfigurasi jaringan unicast. Pada saat pengiriman tersebut akan dimati nilai delay yang terjadi dari masing-masing metode kompresi. 40 30 Delay 20 (ms) 10
part 2 part 10
0 64 128 256 512 1024 Bitrate (Kbps)
Dari grafik tersebut terlihat kenaikan jitter pada setiap pengurangan nilai bitrate, hal ini juga disebabkan oleh pengaruh kenaikan dari nilai delay, walaupun kenaikannya relatif kecil. Untuk pengujian jitter menggunakan standar ITU-T Y1541 dimana untuk jitter maksimal 100 ms. Sementara terlihat dari hasil pengukuran dengan bitrate yang bervariasi didapat rentang nilai jitter dari 9.103 ms hingga 53.251 ms, nilainya masih jauh dari 100 ms. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode kompresi MPEG4 part 2 dan metode kompresi MPEG4 part 10 masih memenuhi standar ITU-T Y1541. 3. Pengujian paket loss Pada pengiriman steaming dari server ke client ada kemungkinan paket tersebut rusak. Pada simulasi kali ini akan disajikan presentase paket loss pada proses streaming video.Berikut ini adalah table yang menunjukkan presentasi paket loss. Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Paket loss Bitrate Paket Loss Paket Loss MPEG4 (Kbps) MPEG4 part 2 part 10 (ms) (ms) 64 0.00 0.00 128 0.00 0.00 256 0.00 0.00 512 0.00 0.00 1024 0.00 0.00
Gambar 4.4 Hasil pengukuran delay Sesuai dengan ITU-T G1010 untuk delay video streaming satu arah yaitu kurang dari 10 detik. Sementara delay yang diperoleh dari hasil pengukuran berkisar pada nilai 9 ms sampai 16 ms pada metode MPEG4 part 2, dan 6 ms sampai 34 ms pada metode MPEG4 part 10. Pada kompresi IPTV menggunkan metode MPEG4 part 10 dengan bitrate 1024 Kbps, sehingga layanan ini dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik karena memiliki delay yang kecil yaitu dengan nilai delay sebesar 6.957 ms. 2. Pengujian jitter Berikut merupakan table hasil pengukuran jitter dengan menggunakan beberapa bitrate. Tujuan dengan menggunakan bitrate yang berbeda beda adalah agar dapat diketahui pengaruh bitrate pada hasil pengujian jitter. Jitter merupakan variasi delay, semakin besar perubahan delay, maka semakin besar pula nilai jitter. Dari hasil simulasi straming didapatkan nilai jitter sebagai berikut. 60 50 40 jitter 30 (ms) 20 10 0
part 2 part 10
Pada table 4.5 didapatkan bahwa untuk metode MPEG4 part 2 dan metode MPEG4 part 10 presentasi paket loss menunjukkan nilai 0 %. Artinya semua paket yang dibentuk oleh server berhasil sampai ke client dengan baik, tanpa ada yang rusak. Dilihat dari presentasi presentase paket loss dengan metode MPEG4 part 2 maupun metode MPEG4 part 10 sama-sama mempunyai kehandalan pada saat pembuatan dan pengiriman paket dalam video streaming. Sesuai dengan ITU-T G1010 packet loss video streaming yaitu < 1% apabila melebihi nilai tersebut maka kualitas layanan tidak baik. Dengan demikian metode MPEG4 part 2 dan metode MPEG4 part 10 masih memenuhi standart ITU-T G 1010. C. Pengujian MOS Penilaian subyektif ini memanfaatkan konten yang ada pada IPTV yaitu dengan menggunakan TVB. Siaran dikirim dalam 3 channel secara bersamaan dengan menggunakan dua metode kompresi. Channel 1 memutar video murni, channel 2 memutar video dengan menggunakan kompresi MPEG4 part 10 dan pada channel 3 memutar video dengan menggunakan kompresi MPEG4 part 2 seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.6. Dengan demikian bisa membandingkan video hasil kompresi dengan video murni dilihat dari kriteria yang telah d tetapkan. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan oleh 15 orang, maka didapatkan hasil seperti pada gambar 4.7
64 128 256 512 1024 Bitrate Kbps Gambar 4.5 Hasil pengukuran jitter Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
5
4.
dikatakan bahwa kualitas streaming bagus pada metode MPEG4 part 10. Dari penilaian subjektif metode MPEG4 part 10 menghasilkan kualias yang bagus dibandingkan dengan metode MPEG4 part 2, hal ini dikarenakan pada metode MPEG4 part 2 pada saat di streaming banyak frame yang cacat atau kabur.
VI.
Gambar 4.6 Penilaian MOS pada sisi client. 6 5 4
score 3
part 2
2
part 10
1 0 1 3 5 7 9 11 13 15 Gambar 4.7 Hasil pengukuran MOS Dari gambar 4.7 terlihat dengan jelas bahwa MPEG4 part 10 memiliki kualitas yang bagus di bandingkan dengan MPEG4 part 2. Dari 15 penilai hampir rata-rata memberi nilai good pada siaran televise channel 2 yaitu dengan menggunakan metode kompresi MPEG4 part 10. Hasil kompresi tidak jauh beda dengan video murni. Jadi dengan demikian penilaian subyektif berdasarkan penglihatan kasat mata dari 15 orang, bahwa metode MPEG4 part 10 lebih bagus dibandingkan dengan metode MPEG4 part 2. Hampir tidak ada noise pada metode kompresi MPEG4 part 10. Penilaian MOS didasari pada ITU-T P.800 untuk ‗sound’ dan BT.500 untuk ‗frame’. V.
KESIMPULAN
Berdasarkan sistem yang telah dirancang, berdasarkan pengujian dan analisis terhadap performansi sistem maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. MPEG4 part 2 memiliki nilai rasio kompresi lebih besar 5,3 % pada bitrate 64 Kbps dari pada metode MPEG4 part 10. Secara umum dapat dikatakan bahwa MPEG4 part 2 memiliki nilai rasio kompresi lebih baik dari pada metode MPEG4 part 10. 2. Metode MPEG4 part 10 memiliki nilai PSNR untuk komponen R, G, dan B yang lebih tinggi daripada metode MPEG4 part 2. Perbedaan nilai PSNR yang paling besar terjadi pada bitrate 64 Kbps, dengan kenaikan nilai PSNR sebesar 21.5%. Metode MPEG4 part 10 menunjukan kualitas yang bagus untuk bitrate yang rendah yaitu untuk komponen R, G dan B yang selalu diatas batas threshold 30 dB. 3. Pada bitrate 1024 Kbps MPEG4 part 10 mempunyai delay 6.957 ms, jitter 9.103 ms, paket loss 0 ms. Sedangkan metode MPEG4 part 2 mempunyai delay 9.618 ms, jitter 10.369 ms, paket loss 0 ms. Jadi dapat Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
DAFTAR PUSTAKA
1. ITU-T Standardization Y.1910, ―IPTV Function Architecture‖, September, 2008. 2. Rifka, Silfia. 2008. Kompresi Video Pada Spatial Domain Menggunakan Transformasi Wavelet. Teknik Elektro : Padang : Politeknik Negeri Padang 3. ISO/IEC 14496-10, Second Edition, 2004. http://akuvian.org/src/x264/ISOIEC-144962_2001_mpeg4_Visual.pdf.gz. didownload pada tanggal 8 april 2011 4. Ian E.G. Richardson. 2003. H.264 and MPEG-4 VIdeo Compression-VIdeo Coding for Next-generation Multimedia.John Wiley & Sons. http://www.scribd.com /doc/9767957/Wiley-H264and-MPEG4-Video Compression , didownload pada tanggal 31 Mei 2011. 5. D. Wu, Y. T. Hou, W. Zhu, Y. Zhang dan J. M Peha, ―Streaming Video Over The Internet: Approaches and Directions‖, IEEE Trans. On Circuits and Systems for Video Technology, vol. 11, no. 3, March 2001. 6. Simpson, Wes, “Video Over IP. IPTV, Internet Video, H.264, P2P, WebTV, and Streaming: A Complete Guide to Understanding the Technology”, Elsevier Inc., UK, 2nd edition, 2008. BIODATA PENULIS Tut Wulaningsih, dilahiran di Tulungagung, 25 Mei 1985. Merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bambang Jumono dan Jumilatin. Lulus dari SD Serut Tulungagung di tahun 1998 lalu melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Tulungagung dan lulus di tahun 2001. Selanjutnya masuk di MAN 2 Tulungagung dan lulus tahun 2004. Setelah menamatkan pendidikan di jenjang SMA, penulis melanjutkan studinya di Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Malang dan lulus pada tahun 2007. Tidak puas hanya dengan gelar Diploma, penulis akhirnya melanjutkan pendidikan dengan masuk di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember melalui program Lintas Jalur pada tahun 2009. Pada bulan Juni 2011 penulis mengikuti seminar Tugas Akhir di Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTIITS Surabaya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro.
6