Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
ANALISA KEGAGALAN POTENSIAL PROSES PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ PLYWOOD DALAM USAHA MENCAPAI KEPUASAN PELANGGAN Rakhmawati Teknologi Industri Pertanian,Universitas Trunojoyo Jl.Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan Madura. Email :
[email protected]
ABSTRACT Main raw material in plywood production is large size wood which needs long time to obtain. Therefore, the process has to be as efficient as possible to prevent waste of raw material. PT. XYZ is a labour intensive industry in which quality of final product depends largely on workers’ skill. The purpose of this study is to analyze potential failure during production in order to obtain high quality product to fulfill customers satisfaction. Lean Six Sigma approach is used to analyze data. The aim of Lean method is to minimalize the cause of failure during processing including all waste. In this study, data which have been processed using Lean Method were then analysed using Six Sigma Method to further reduce the quantity of defective products. By combining result of the two methods, actions required to improve reduce defect were then identified. Result showed that major potential failure at PT. XYZ were delays and defective product, cause by collision and defect due to sander process. To solve the problem it is suggested for the company to use suitable conveyor and troly to replace forklift. Also it is suggested to attach surface smoothness detector onto sander machine. Lastly, The SOP (Standard Operational Procedure) is required for worker in sander department. Keyword: Lean, Six Sigma, Cutomer Satisfaction, Plywood PENDAHULUAN Latar Belakang Kepuasan pelanggan merupakan faktor terpenting dalam industri manufaktur maupun jasa. Oleh karena itu, tujuan suatu perusahaan secara langsung maupun tidak langsung akan mengacu pada hal tersebut. Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Upaya tersebut biasanya berupa perbaikan terusmenerus baik dari segi produk maupun pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka cara untuk mencapai kepuasan pelanggan pun mengalami perubahan. Mulai dari Kaizen, TQM (Total Quality Management), SPC (Statistical Process Control), Lean, hingga Six Sigma. PT. XYZ merupakan salah satu industri padat karya yang bergerak dibidang agroindustri khususnya pengolahan hasil hutan (kayu) untuk dijadikan kayu lapis atau plywood. Seperti yang telah kita ketahui, bahan dasar produksi PT. XYZ dalam penyediaannya membutuhkan waktu yang sangat lama, namun disisi lain produksi harus dilakukan setiap hari sesuai dengan pesanan dari pelanggan. Oleh karena itu, kesalahan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
dalam proses produksi akan mempengaruhi produk yang dihasilkan yang pada akhirnya berpengaruh pada efisiensi penggunaan bahan baku. Kesalahan dalam produksi dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana salah satu yang potensial menjadi penyebab yang telah ada di PT. XYZ adalah faktor tenaga kerja yang selama ini secara tidak langsung merupakan penentu kualitas produk. Kesalahan dalam produksi tersebut, apabila terjadi secara berkelanjutan akan menimbulkan banyak masalah, selain dari konsumen maka perusahaan juga menanggung banyak kerugian, baik kerugian waktu maupun tenaga untuk pengerjaan ulang hasil produksi yang salah. Dari fakta yang ada di PT. XYZ, pendekatan Lean yang pada dasarnya mengacu pada lancarnya aliran nilai sepanjang proses produksi serta Six Sigma yang berfokus pada penciptaan kualitas produk dimana tidak akan ada kecacatan pada produk (zero defect) akan mampu membantu perusahaan dalam menganalisa kegagalan potensial dari proses produksi dalam usaha meningkatkan kualitas produk, sehingga penyebab kegagalan tidak akan muncul kembali. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Seberapa banyak dan apa penyebab kegagalan potensial yang terjadi pada proses produksi di PT. XYZ? 2. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu produk PT. XYZ? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis penyebab kegagalan potensial yang terjadi pada proses produksi di PT. XYZ. 2. Mengkaji cara meningkatkan mutu produk melalui berbagai tindakan berbasis konsep Lean Six-Sigma. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan saran pada perusahaan mengenai berbagai kegagalan potensial yang terjadi pada proses produksi serta tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu produk dengan pendekatan konsep Lean Six Sigma. Batasan Masalah Agar pembahasan sesuai dan tidak menyimpang dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa batasan masalah, diantaranya adalah: 1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data selama lima bulan produksi Plywood mulai bulan Agustus hingga Desember 2008 dengan tiga ukuran produk yang sering diproduksi pada periode tersebut. 2. Waste atau pemborosan dan defect atau produk cacat yang diidentifikasi dan dikaji merupakan waste dan defect yang menempati urutan pertama dan kedua.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di XYZ, yang berada di Jl. Kapten Darmo Sugondo 56 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada Oktober 2008 dan akan berakhir pada Januari 2009 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian merupakan bagian penting dalam suatu penelitian karena hal tersebut yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian. Gambar 1 merupakan ringkasan dari tahapan penelitian yang telah dilaksanakan.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Langkah-langkah pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan metode Lean Six Sigma.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan PT. XYZ terletak di jalan Kapten Darmo Sugondo, Desa Karang Kiring, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. PT. XYZ merupakan industri padat karya yang bahan industri yang dipergunakan adalah kayu gelondongan dari Kalimantan Timur hasil tebangan PHP sendiri dan sebagian membeli dari PHP lain. Hasil produksi PT. XYZ adalah kayu lapis, Fancy Wood, Rumah Kontrol, Lumber Core dan kayu gergajian. Hasil produksi berupa kayu lapis, Polyester, Moulding dan Flush Door 99% dipasarkan ke luar negeri (Ekspor) dengan negara tujuan Jepang, Taiwan, Korea, Rotherdam dan Italy. Sistem manajemen mutu ISO 9001 telah digunakan perusahaan untuk menjamin mutu bagi pelanggannya dengan Motto atau semboyan “Tiada Hari Tanpa Peningkatan Mutu”. Selain sistem manajemen Mutu ISO 9001, standart mutu yang digunakan oleh PT. XYZ antara lain IHPA (Imported Harwood Product Association), JAS (Japan Agricultural Standart), JPIS (Japan Plywood Inspection Corporation) dan SNI (Standart Nasional Indonesia). Langkah-langkah dalam six sigma Define (Identifikasi) Identifikasi Proyek Define merupakan tahapan awal dalam metode Six Sigma, dalam tahapan ini akan ditentukan proyek mana yang akan menjadi prioritas perusahaan. Proyek Six Sigma harus berusaha memperbaiki kinerja eksternal yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, seperti perbaikan desain produk, respon atau pengiriman yang lebih cepat, atau atribut kepuasan pelanggan lainnya; ataupun sistem pengukuran efektivitas organisasi internal, misalnya penurunan tingkat kecacatan atau kesalahan maupun peningkatan produktivitas. Dalam dunia bisnis, menurut pimpinan PT. XYZ dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kualitas, kuantitas dan tepat waktu. Apabila salah satu dari ketiga hal tersebut tidak terpenuhi maka pelanggan akan cenderung meninggalkan perusahaan dan berpindah pada perusahaan lain. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan oleh PT. XYZ harus memenuhi standart yang ditetapkan oleh pelanggan. Standart tersebut berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang lain. IHPA (Imported Harwood Product Association), JAS (Japan Agricultural Standart), JPIS (Japan Plywood Inspection Corporation) dan SNI (Standart Nasional Indonesia) merupakan beberapa standar yang digunakan oleh PT. XYZ. Namun diantara ke-empat standart tersebut yang sering digunakan adalah JAS (Japan Agricultural Standard) karena konsumen tetap pada saat ini adalah negara Jepang dan negara-negara lain yang mau menerima produk apabila sesuai dengan standar tersebut karena JAS dapat diterima diberbagai negara di seluruh dunia. Dalam tahapan ini, CTQ atau Critical to Quality merupakan hal penting yang harus diperhatikan. CTQ merupakan salah satu kriteria yang ditetapkan oleh konsumen akan produk yang di produksi. CTQ diklasifikasikan dalam tiga kategori seperti yang disarankan oleh Kano, yaitu: 1. Penyebab ketidakpuasan: sesuatu yang diharapkan dalam suatu produk atau jasa. 2. Penyebab kepuasan: sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan. 3. Pembuat senang: fitur baru atau inovatif yang tidak diharapkan oleh pelanggan. Dari ketiga hal di atas, CTQ pada PT. XYZ adalah semua jenis cacat yang mengakibatkan menurunnya kualitas produk yang pada dasarnya erat kaitannya dengan ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
kepuasan pelanggan eksternal. Sesuai dengan standar yang telah ditentukan, produk yang dihasilkan harus bebas dari berbagai macam cacat. Pengukuran kinerja sigma pada roses produksi dilakukan untuk memastikan apakah proyek yang dipilih dapat dilanjutkan atau tidak. Pengukuran kinerja tersebut dapat dilakukan dengan meggunakan Ms. Excel 2003 dengan rumus =NORMSINV(1Jumlah Produk Cacat/Total Seleksi)+1.5. Dari hasil perhitungan kinerja sigma diketahui bahwa kinerja proses produksi plywood di PT. XYZ berkisar antara 4.3 hingga 4.6 sigma dan belum mencapai enam sigma. Hal tersebut menegaskan bahwa proyek enam sigma dapat diberlakukan pada perusahaan tersebut untuk dapat meningkatkan nilai sigma. Hal ini berarti PT. XYZ dalam memproduksi satu juta produk, masih ditemukan produk cacat sebesar 2555 hingga 936 unit. Dalam tahapan ini, dapat ditentukan bahwa tujuan dari penggunaan Lean Six Sigma digunakan untuk mereduksi cacat produk yang dihasilkan perusahaan hingga mencapai level enam sigma. Hal tersebut menjadi prioritas karena kualitas produk harus sesuai dengan keinginan pelanggan. Merujuk pada sistem produksi PT. XYZ yang make to order atau berproduksi karena ada pesanan, maka segala sesuatu tentang produk harus sesuai dengan keinginan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh pelanggan yang 99 % adalah pelanggan internasional. Pengorganisasian Proyek Six Sigma Sebelum memulai berbagai tahapan dalam proyek Six Sigma, terlebih dahulu harus dibentuk sebuah tim atau organisasi yang terstruktur untuk menjalankan proyek Six Sigma selanjutnya. Tim dalam proyek Six Sigma harus terdiri dari beberapa orang, yaitu: Project Team Charter Six Sigma PT. XYZ dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemetaan Proses Tahap define atau perumusan disamping mengetahui CTQ, yang dapat dibuat selanjutnya adalah diagram SIPOC (Tabel 1.) yang berfungsi untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan terpenting yang terjadi di suatu proses untuk kemudian mengurut balik ke arah pemasok dan atau maju ke arah pelanggan. Selain diagram SIPOC, dalam pemetaan proses juga harus diketahui aliran proses produksi. Diagram alir proses produksi plywood dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 1. Diagram SIPOC (Supllier, Input, Process, Output dan Customer)
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Gambar 3. Diagram Alir proses produksi Plywood PT. XYZ
Pendefinisian Waste Pemborosan atau waste yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup delapan waste. Pendefinisian waste merupakan hal penting yang perlu dilakukan karena dengan pendefinisian ini responden akan lebih memahami dan akan membantu mereka dalam pengisian kuesioner. Apabila pendefinisian ini kurang tepat maka hasil dari kuesioner juga menjadi kurang akurat. Measure (Pengukuran) Identifikasi Waste dan Pengambaran Big Picture Mapping Identifikasi waste dan pengambaran big picture mapping (Lampiran 2) didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya, dengan adanya informasi yang ada dalam BPM Key Performance Indicators (KPIs) dapat dihitung dengan menghitung Process Cycle Efficiency (PCE). Menurut Gaspersz (2007), jika nilai PCE kurang dari 30% maka suatu perusahaan dikatakan un-Lean. Hasil perhitungan KPIs (Lampiran 3) sebesar 53.7762 % menunjukkan bahwa PT. XYZ merupakan perusahaan yang telah mencapai Lean. Pengukuran Waste Pengukuran waste yang berpengaruh dilakukan dengan bantuan kuesioner yang diberikan pada beberapa tenaga kerja diberbagai departemen baik bagian produksi maupun manajemen yang berkenaan dengan proses produksi, dalam penelitian ini data hasil pengukuran waste menggunakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shomad (2009). Dari hasil rekapitulasi kuesioner dapat diketahui waste tertinggi yang terjadi di PT. XYZ adalah delay (menunggu) dan defect (produk cacat) yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Waste PT. XYZ (Shomad, 2009) No. Waste % (Persen) 1 Overproduction 10.553 2 Delay 22.278 3 Transportation 13.065 4 Inappropiate processing 9.380 5 Inventory 9.883 6 Motion 10.218 7 Defect 18.928 8 Deefective design 5.695
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Dalam fase ini, berdasarkan data yang telah didapatkan dapat diketahui cacatcacat produk yang sering terjadi selama proses produksi. Data jenis jumlah dari berbagai jenis cacat tersebut disajikan pada Lampiran 4. Hasil rakapitulasi cacat terbesar kemudian ditransformasikan dalam diagram pareto (Gambar 4) untuk memilih cacat terbesar yang kemudian akan dijadikan obyek pembenahan selanjutnya.
Gambar 4.Diagram Pareto Jenis Cacat Terbesar PT.XYZ
Membangun CTQ Dari pengukuran waste sebelumnya maka dapat ditentukan CTQ (Critical To Quality) dari proyek ini adalah waktu delay (menunggu) yang berlebih dan defect atau produk cacat dengan sub-kriteria cacat terbentur dan cacat sander. Kapabilitas Proses dan Penentuan Prioritas Perbaikan Sistem produksi PT. Sumber Mas Indah Plywood adalah make to order atau berproduksi berdasarkan pesanan dari pelanggan. Oleh karena itu, produk yang diproduksi harus sesuai dengan keinginan pelanggan baik dalam ukuran maupun kualitas. Dari produk yang dipesan, ukuran yang sering diproduksi adalah plywood dengan ukuran 2.4 x 920 x 1830 mm, 5.2 x 910 x 1820 mm dan 8.7 x 913 x 1830 mm. Data produksi ketiga ukuran tersebut beserta cacat tertinggi selama lima periode dapat dilihat pada Lampiran 5. Data-data cacat pada masing-masing ukuran (Lampiran 5.) kemudian diuji normalitas dan stabilitas datanya dengan sofware Minitab 14. Hal tersebut akan digunakan untuk menentukan kapabilitas dari proses produksi dan pengukuran kinerja Sigma dari PT. XYZ. Asumsi yang digunakan dalam uji kapabilitas proses adalah bahwa nilai rata-rata sama dengan nilai target. Dari hasil studi kapabilitas proses, kurva yang terbentuk dari semua hasil pengukuran melebihi batas atas maupun batas bawah rentang dalam proses, hal tersebut menunjukkan bahwa proses tidak memiliki kapabilitas atau ketidakseragaman hasilnya. Analyze (Analisis) Dari fase sebelumnya diketahui bahwa kecacatan produk tertinggi dikarenakan adanya cacat terbentur dan cacat sander. Dengan diketahuinya kecacatan tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan dalam fase ini adalah pembuatan diagram sebab akibat untuk menentukan sebab-sebab terjadinya cacat yang selama periode terjadi untuk kemudian pada fase selanjutnya dilakukan pengontrolan pada proses agar cacatISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
cacat tersebut dapat dikurangi atau bahkan dieliminasi. Dalam pengambaran diagram sebab akibat semua potensi penyebab kegagalan harus tercantum dalam tulang-tulang atau garis-garis penyebab, namun apabila salah satu atau beberapa faktor diantara enam faktor yang menjadi penyebab kegagalan (personel, machine, measure, method, material dan environment) tidak termasuk dalam kategori penyebab kegagalan maka faktor tersebut tidak perlu dicantumkan dalam diagram. Dari diagram sebab akibat yang telah disusun dapat dibuat FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) yang merupakan alat yang secara sistematis digunakan untuk mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari kegagalan sistem atau proses, serta mengurangi atau mengeliminasi peluang terjadinya kegagalan dengan memperhatikan tingginya nilai RPN (Risk Priority Number). Dalam FMEA worksheet diketahui terdapat empat mesin atau proses yang terpilih untuk segera dianalisis untuk dilakukan perbaikan . Bagian tersebut adalah penghalusan dengan menggunakan mesin sander yang masing-masing disebabkan karena adanya getaran pada mesin (RPN 700), kurang telitinya pekerja dalam menentukan kehalusan (RPN 630), kurang hati-hatinya pekerja saat memasukan plywood ke dalam mesin sander (RPN (560) serta kurang sesuainya alat trasportasi yang digunakan (forklift) dengan luas ruangan yang ada (RPN 630). Pengisian FMEA worksheet didasarkan pada diagram sebab akibat terjadinya dua cacat terbesar yang terjadi di PT. SMIP. Sedangkan penentuan besarnya rating dilakukan dengan diskusi antara Master Black Belt, Black Belt, Green Belt dan pihakpihak terkait yang merupakan tim dalam proyek. Improve (Perbaikan) Dalam Action Planning Failure Mode (Lampiran 7) diketahui bahwa hampir 75% perbaikan seharusnya dilakukan pada mesin sander yang digunakan untuk menghaluskan permukaan plywood, selebihnya adalah proses trasportasi dalam ruang produksi yang menggunakan forklift. Produk akhir (plywood) PT. XYZ berdasarkan hasil identifikasi dan pengukuran diketahui bahwa cacat produk (defect) yang selama ini terjadi adalah cacat karena terbentur yang disebabkan ketidaksesuaian luas ruangan yang ada dengan mesin pengangkut yang selama ini digunakan (forklift). Luas ruangan yang terlalu sempit dengan adanya banyak tumpukan produk di beberapa departemen menyebabkan luas gerakan forklift tidak maksimal sehingga peluang terbenturnya forklift dengan produk sangat besar. Untuk menanggulangi hal tersebut tidak mungkin dilakukan perluasan ruang produksi, namun dengan menyesuaikan mesin pengangkut yang digunakan dengan ruangan dengan cara mengoptimalkan penggunaan alat transportasi yang telah dimiliki diharapkan akan memberikan solusi terbaik. Mesin pengangkut yang mungkin dapat digunakan adalah konveyor atau troly yang sebenarnya telah dimiliki oleh perusahaan, dengan mesin tersebut akan mengurangi kegiatan pengangkatan yang berpotensi menyebabkan produk terjatuh dan terbentur. Permasalahan yang sangat kompleks selain pada bagian transportasi terjadi pada bagian penghalusan dengan mesin sander. Adanya getaran pada mesin sander, kurang telitinya pekerja dalam menentukan tingkat kehalusan serta kurang hati-hatinya pekerja dalam memasukkan plywood ke dalam mesin merupakan beberapa penyebab terjadinya cacat sander. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan peredam getaran pada mesin sander, melengkapi mesin sander dengan detektor kehalusan serta pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) bagi pekerja pada bagian sander.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Selain defect atau produk cacat waste terbesar yang terdapat di PT. XYZ adalah delay atau waktu menunggu yang terlalu lama. Untuk menanggulangi pemborosan tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi PAM (process activity mapping) dengan cara menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities), serta penerapan kedisiplinan pada semua pekerja dengan penggunaan konsep Kanban (penulisan segala informasi yang berkaitan dengan aliran barang dan atau produk menuju proses selanjutnya). Control (Pengawasan) Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian maka pada fase kontrol hanya diberikan saran yang nantinya dapat dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengawasi atau mengontrol proyek Lean Six Sigma selanjutnya. Proyek Sigma dapat terus dijalankan sesuai dengan kebutuhan perusahaan tidak terbatas pada berbagai lingkup. Hal tersebut sesuai dengan konsep manajemen kualitas Continue Improvement yang berarti peningkatan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Control atau pengawasan dapat dilakukan dengan selalu menjalankan metode DMAIC sesuai dengan proyek yang dianalisa. Pengontrolan atau pengawasan harus dilakukan secara berkala sesuai periode yang telah ditetapkan, karena dengan pengawasan secara berkala akan dapat meminimalkan kesalahan atau bahkan mungkin menghilangkan sumber kesalahan tersebut. pengontrolan dan pengawasan tidak perlu dilakukan oleh orang khusus, cukup dengan memberikan pengertian kepada pengawas pada masing-masing departemen yang kemudian melaporkannya pada bagian produksi ataupun QC (Quality Control). PENUTUP Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Pemborosan yang terjadi di PT. XYZ selama bulan Agustus hingga Desember 2008 meliputi overproduction (10,553 %), delay (22,278 %), transportation (13,065 %), inappropiate processing (9,380 %), inventory (9,883 %), motion (10,218 %), defect (18,928 %), defective design (5,695 %). 2. Cacat produk (defect) yang sering terjadi selama bulan Agustus hingga Desember 2008 adalah cacat terbentur (29,0 %) serta cacat sander (28,7%) dari total cacat yang ada. 3. Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu produk adalah dengan mereduksi dan mengeliminasi penyebab cacat terbentur dan cacat sander di antaranya adalah dengan penyesuaian alat transportasi sesuai dengan luas ruang produksi (optimalisasi penggunaan konveyor dan troly sebagai pengganti forklift), melengkapi mesin sander dengan peredam getaran, pemberian detector kehalusan atau menentukan standar kehalusan serta penyusunan SOP (Standard Operational Procedure) untuk pekerja pada mesin sander. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT. XYZ sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain: 1. Selalu menggunakan metode DMAIC untuk membantu meningkatkan kualitas produk.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
2. Memberikan pelatihan bagi pihak-pihak terkait untuk membentuk Six Sigma team dalam usaha meningkatkan kualitas produk, manajemen maupun service perusahaan. 3. Menyesuaikan alat transportasi dengan luas ruangan produksi dengan optimalisasi alat transportasi (konveyor dan troly) untuk meminimalkan kesalahan yang berdampak pada kecacatan produk. 4. Menerapkan sistem kanban untuk meminilkan adanya kesalahan informasi yang berpengaruh pada terbuangnya banyak waktu yang menyebabkan delay semakin bertambah. 5. Melengkapi mesin sander dengan detector kehalusan atau memberikan standar kehalusan serta SOP (Standard Operational Procedure) pada pekerja dibagian sander. DAFTAR PUSTAKA Anonim1, 2007. Lean Flow Design. http://manufacturingengineering.Inc. Diakses pada 07 Nopember 2008. Anonim2. 2008. Fishbone diagram. http://digilib.perta.ac.id diakses pada 29 Oktober 2008. Czarnecki, H. & Loyd, N. 2001. Simulation of Lean Assembly Line for High Volume Manufacturing. Center for Automation and Robotics University of Alabama in Huntsville. Alabama. Dio, M. 2008. Aplikasi Six Sigma - Program Efisiensi Fungsi HRD. http://indosdm.com. Diakses pada 24 Oktober 2008. Evans, J. R. & Lindsay, W. M. 2007. An Introduction to Six Sigma & Process Improvement; Pengantar Six Sigma. Salemba Empat. Jakarta. Gaspersz, V. 2007. Lean Six Sigma; For Manufacturing and Service Industries. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Henry, 2007. Just In Time: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kristiani tentang Waktu. Teknik Indutri. Universitas Kristen Petra. Juran, J. M. 1988. Juran’s Quality Control Habdbook 1 & 2; Fourt Edition. McGrawHill. Inc. Kwalasetia, J. 2002. Upaya Pengendalian Proses dengan Menerapkan Metode SPC di PT Hidup Djaya Palembang. Kompilasi Jurnal Skripsi TI-STT Musi Palembang. Nasution, A.H. 2006. Manajenen Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta. Niviari, N. 2008. Six Sigma, Balance Scorecard, dan Kaitannya dengan Audit Manajemen. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Pujawan, I. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya. Rahmah, S. & Moses, L.. 2006. Penerapan Value Stream Mapping untuk Evaluasi dan Perbaikan Sistem Produksi pada PT. Remaja Prima Engineering (RPE). Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III Program Studi MMTITS.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Shomad, M. 2009. Identifikasi Waste pada Proses Produksi Kayu Lapis dengan Pendekatan Lean Manufacturing untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi (Studi Kasus PT. Sumber Mas Indah Plywood). Skripsi tidak diterbitkan: Program Studi TIP. Universitas Trunojoyo. Bangkalan. Tjipto, F & Diana, A. 2003. Total Quality Management. Penerbit Andi. Yogyakarta.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
LAMPIRAN Lampiran 1. Project Team Charter Proyek Six Sigma PT. XYZ
Lampiran 2. Big Picture Mapping Proses Produksi Plywood PT. XYZ (Shomad, 2009)
Lampiran 3. Perhitungan Kinerja Sigma dan PCE Proses Produksi Plywood PT. XYZ Kinerja sigma proses produksi plywood di PT. Sumber Mas Indah dengan Ms. Excel 2003 dengan rumus: =NORMSINV(1-Jumlah Produk Cacat/Total Seleksi)+1.5
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Ukuran 2.4 x 920 x 1830 5.2 x 910 x 1820 8.7 x 913 x 1830
Jumlah Produk Cacat 1491 158 25
Total seleksi Nilai sigma 584952 4.30078455 108397 4.47654007 26900 4.611922
Perhitungan Process Cycle Eficiency (PCE) Process Cycle Efficiency (PCE) = Value add Time Total Lead Time
Process Cycle Efficiency (PCE)
= = = =
Value add Time Total Lead Time 235.97 menit 438.8 menit 0.537762 53.7762 %
Lampiran 4. Rekapitulasi Jumlah Produk PT. XYZ
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Lampiran 5. Data Jumlah Cacat Plywood Berbagai Ukuran (QC. PT. XYZ, 2008) Data Jumlah Cacat Terbentur Plywood Ukuran 2.4 x 920 x 1830 mm
Data Jumlah Cacat Sander Plywood Ukuran 2.4 x 920 x 1830 mm
Data Jumlah Cacat Terbentur Plywood Ukuran 5.2 x 910 x 1820 mm
Data Jumlah Cacat Sander Plywood Ukuran 5.2 x 910 x 1820 mm
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-14
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Data Jumlah Cacat Terbentur Plywood Ukuran 8.7 x 913 x 1830 mm
Data Jumlah Cacat Sander Plywood Ukuran 8.7 x 913 x 1830 mm
Lampiran 6 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Worksheet PT. XYZ
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-15
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011
Lampiran 7. APFM (Action Planning for Failure Mode)
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-22-16