ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU Abd. Kudus Zaini Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Email: abd_kudus
[email protected]
ABSTRACT Polusi suara atau kebisingan adalah salah satu isu lingkungan yang terjadi diwilayah perkotaan. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja menimbulkan kerusakan pada telinga manusia, tetapi juga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari manusia, serta berpengaruh terhadap fisiologi dan psikologi manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan akibat lalulintas di ruas jalan Jendral Sudirman kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab, membandingkan tingkat kebisingan akibat lalu lintas dengan baku mutu tingkat kebisingan sesuai peruntukan kawasan/lingkungan serta memberikan solusi pengendalian/penanganan kebisingan akibat lalu lintas. Metode yang digunakan untuk menganalisa tingkat kebisingan akibat lalu lintas mengadopsi pada model perhitungan tingkat kebisingan yang dikembangkan oleh Department of Transport United Kingdom yaitu Calculation of Road Traffic Noise (CoRTN). Berdasarkan hasil survai kebisingan dan perhitungan CoRTN diperoleh tingkat kebisingan sebagai berikut : Titik I diperoleh tingkat kebisingan dengan SLM sebesar 74,74 dBA. Titik II diperoleh tingkat kebisingan dengan SLM sebesar 71,67 dBA, tingkat kebisingan dasar sebesar 78,56 dBA dan tingkat kebisingan prediksi sebesar 73,83 dBA. Titik III diperoleh tingkat kebisingan dengan SLM sebesar 76,19 dBA, tingkat kebisingan dasar sebesar 77,11 dBA dan tingkat kebisingan prediksi sebesar 74,11 dBA. Tingkat kebisingan yang dihasilkan berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Namun tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu ini adalah tingkat kebisingan untuk diluar bangunan/ruangan kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab. Sedangkan tingkat kebisingan yang dihasilkan didalam ruangan/bangunan kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab masih berada dibawah baku mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 55 dBA, sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Sakit Tabrani Rab masih sangat representatif sebagai sebuah kawasan rumah sakit yang berada di pusat kota karena tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu proses penyembuhan kesehatan bagi. Solusi penanganan/pengendalian kebisingan di lokasi penelitian dilakukan dengan membangun penghalang buatan antara jalan dan bangunan rumah sakit. Penghalang dari bahan susunan bata dengan tinggi 2,5 meter akan menghasilkan efektifitas reduksi sebesar 15 – 16 dBA. Alternatif lain dari material penghalang buatan adalah penggunaan bahan beton bertulang dengan dengan tinggi 3-4 meter akan mereduksi kebisingan sebesar 17-18 dBA, bahan fiber dengan tinggi 3-4 meter akan mereduksi kebisingan sebesar 17-18 dBA. Kata Kunci : Polusi suara, Kebisingan, Baku mutu, Calculation of Road Traffic Noise (CoRTN), SLM, Tingkat Dasar Kebisingan
1.
PENDAHULUAN
Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain (Munawar,1996). Dengan majunya transportasi maka aktivitas manusia akan lebih dinamis dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya, yang pada gilirannya usaha untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa dapat segera terwujud. Kegiatan transportasi tidak lepas dari adanya kendaraan bermotor, dan semakin meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor, baik milik pribadi maupun yang dipergunakan untuk usaha, semakin meningkatkan kepadatan arus lalulintas di jalan raya. Padatnya arus lalulintas dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh transportasi tersebut, antara lain kebisingan, polusi udara, polusi air tanah serta getaran. Malkamah,S, (1996 )Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan suara ini sangat mengganggu manusia yang dalam beberapa kasus bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Meskipun demikian, tidak semua kebisingan yang disebabkan oleh sistem transportasi itu tidak baik, misalkan kebisingan dari suara lonceng kereta api yang melintasi jalan raya tanpa palang pintu akan menguntungkan bagi pengguna jalan lainnya, karena adanya kereta api yang akan melintas. Tetapi pada umumnya kebisingan dari sistem transportasi sangat merugikan manusia. Rumah Sakit salah satu fasilitas umum yang dipergunakan untuk penyembuhan, peningkatan, dan perbaikan kesehatan manusia. Ada berbagai macam rumah sakit, ditinjau dari jenis pelayanan maupun tipenya. Jenis pelayanan, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit jantung, rumah sakit orthopedi, rumah sakit bersalin, rumah sakit mata, rumah sakit umum, dan yang akan dikembangkan adalah rumah sakit Prof. DR.H. Tabrani Rab merupakan
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-19
Transport rumah sakit tipe B. Ini berarti bahwa rumah sakit tersebut akan melayani banyak pasien yang mengidap berbagai macam penyakit, dengan demikian akan banyak pula pasien yang rawat inap di rumah-rumah sakit tersebut. Seorang yang sakit tentunya memerlukan suasana yang tenang untuk menyembuhkan sakitnya. Dilain pihak, lokasi rumah sakit tersebut di tepi jalan raya, sehingga terkena dampak dari adanya arus lalulintas yang melintasi jalan tersebut yang berupa kebisingan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana tingkat kebisingan yang diderita oleh rumah sakit tersebut, apakah masih ada pada tingkatan yang diijinkan. (Murwono,J,1996) Masalah kebisingan merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sederhana, karena jika tingkat kebisingan tersebut sudah melebihi dari tingkat yang dijinkan, maka akan berakibat yang kurang baik bagi manusia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian tentang kebisingan dari suatu hunian penduduk atau tempat fasilitas umum lainnya, agar dapat dilakukan pengurangan atau penghilangan sumber bunyi yang dapat mengurangi adanya kebisingan.
2.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui tingkat kebisingan akibat lalulintas pada ruas jalan Jenderal Sudirman kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab 2. Membandingkan tingkat kebisingan akibat lalu lintas dengan baku mutu tingkat kebisingan sesuai peruntukan kawasan/lingkungan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/1996, tertanggal 25 November 1996. 3. Memberikan solusi pengendalian/penanganan kebisingan akibat lalu lintas. Manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan tentang pentingnya kajian dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem transportasi khususnya masalah kebisingan (noise). 2. Memberikan solusi pengendalian/penanganan kebisingan akibat lalu lintas kepada kawasan/lingkungan yang terkena kebisingan diatas baku mutu yang telah ditetapkan.
3.
TINJAUAN PUSTAKA
Bunyi Bunyi terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang bergerak dan dapat juga berupa udara yang bergerak. Salah satu contoh obyek yang bergerak adalah kendaraan bermotor.
Alat ukur bunyi Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network dan layar display dengan satuan dB (decibel).
Kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alatalat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan jalan raya Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Tabel 1. Tingkat bising rata-rata :
Pengaruh bising terhadap manusia Perubahan ambang dengar akibat pengaruh kebisingan tergantung pada frekuensi, bunyi, intensitas dan lama waktu paparan. Batas Tingkat kebisingan di daerah pemukiman oleh U.S. Department of housing and urbar Development yaitu:
T-20
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport 1. 2. 3. 4.
4.
Tidak dapat di terima : melebihi 80 dBA , 60 menit dalam 24 jam dan melebihi 75 dBA , 8 jam dalam 24 jam Dapat di pilih atau tidak biasanya tidak dapat di terima: melebihi 65 dBA,8 jam dalam 24 jam dan suara-suara kuat yang berulang-ulang pada lokasi. Dapat di pilih atau tidak biasanya dapat diterima: tidak melebihi 65 dBA lebih dari 8 jam dalam 24 jam. Dapat di terima : tidak melebihi 45 dBA,lebih dari 30 menit dalam 24 jam
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dan waktu penelitian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
5.
Alat tulis dan formulir survei. Handphone sebanyak 2 unit, dimana handphone yang digunakan harus memiliki kemampuan sebagai video recorder (perekam video) dan kamera dengan kualitas baik. Komputer sebagai alat analisis data sebanyak 1 unit Stop watch sebanyak 2 buah, yang digunakan untuk menghitung waktu tempuh kendaraan dan dalam pembacaan angka sound level meter berdasarkan dari sampel jenis kendaraan yang diambil secara acak (random). Sound Level Meter (SLM) merk Lutron sebanyak 1 buah, digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dilapangan. Meteran gulung sebanyak 1 buah, digunakan untuk mengukur jarak tempuh kendaraan untuk dijadikan patokan pengamatan kecepatan kendaraan. Audio recorder sebanyak 1 unit, digunakan untuk merekam suara hasil pembacaan angka pada Sound Level Meter (SLM). Hand Counter sebanyak 1 buah, digunakan untuk menghitung volume lalu lintas perjenis
LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian berada pada Jalan Jenderal Sudirman, yang berlokasi pada 3 (tiga) titik sampling. Secara terinci lokasi titik sampling tersebut adalah sebagai berikut: a. b. c.
6.
Titik 1 (satu) berlokasi di Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Riau. Titik ini dipilih sebagai representasi kawasan kantor pemerintahan. Titik 2 (dua) berlokasi di Lembaga Pendidikan IPI-LEPPINDO. Titik ini dipilih sebagai representasi kawasan pendidikan/sekolah. Titik 3 (tiga) berlokasi di Rumah Saki Prof DR. Tabrani Rab Titik ini dipilih sebagai representasi kawasan rumah sakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa kecepatan kendaraan Kecepatan kendaraan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kebisingan. Semakin cepat laju kendaraan, semakin tinggilah tingkat kebisingan yang dihasilkan. Hasil survei kecepatan kendaraan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.:
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-21
Transport
GRAFIK REKAPITULASI DATA KECEPATAN KENDARAAN 70 64,93 58,17
KECEPATAN KENDARAAN (km/jam)
60 54,73
52,36
51,24
50,29
50
49,05
43,73
43,03 40
38,05
36,55
34,89
30
20
10
0
Spd motor
Titik I
Kend. Ringan
Titik II
Kend. Berat
Rerata
JENIS KENDARAAN
Titik III
Sumber : Hasil Analisa
Hasil analisa volume kendaraan Hasil pencacahan volume kendaraan menghasilkan sebuah data yang fluktuatif. Besarnya volume kendaraan ditampilkan dalam grafik pada gambar dibawah ini G R A F IK R E K A P IT U L A S I V O L U M E K E N D A R A A N 4500
4328
4000
V o l. K e n d a ra a n (ke n d /ja m )
3500
3000
3143 2573
2931 2500
2000
1735
1685 1687
1500
1389 1000
1189
500
57
68
19
T itik I (D e p a n D in a s T ra sm ig ra si d a n K e p e n d u d u ka n )
T itik II (D e p a n IP I-L E P P IN D O )
T itik III (D e p a n R S . T a b ra n i R a b )
0
S e p e d a M o to r
T itik S a m p lin g K e n d . R in g a n (L V )
K e n d . B e ra t (H V )
V o lu m e T o ta l
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa volume arus lalu lintas tertinggi berada pada Titik II (Didepan IPI-LEPPINDO) sebesar 4328 kend/jam yang terjadi pada pukul 16.20 – 17.20, dengan komposisi volume kendaraan sepeda motor sebesar 2573 kend/jam, kendaraan ringan sebesar 1687 kend/jam dan kendaraan berat sebesar 68 kend/jam. Selain itu, titik II juga memiliki komposisi kendaraan terbesar untuk setiap jenis kendaraan jika dibandingkan dengan titik I dan III. Dari data volume kendaraan, selanjutnya dapat dihitung persentase kendaraan berat pada setiap titik sampling. Besarnya persentase kendaraan berat ditampilkan pada gambar dibawah ini: GRAFIK REKAPITULASI PERSENTASE KENDARAAN BERAT 1,80
1,57
1,60
1,40
Persentase Kend. Berat
1,20
1,00
0,80
0,60 0,60
0,40
0,20
0,00
0,00 Titik Sampling Titik I
Titik II
Titik III
Sumber : Hasil Analisa
T-22
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport Dari gambar diatas diperoleh persentase kendaraan berat dari ketiga lokasi titik sampling, yaitu 1,57% untuk titik II; dan 0,60 % untuk titik III, sedangkan untuk kasus titik I, data volume kendaraan tidak bisa digunakan untuk mencari persentase kendaraan berat dikarenakan ketidak lengkapan waktu survei yang hanya berdurasi 45 menit, sedangkan data yang dibutuhkan adalah data per 1 (satu) jam. Persentase kendaraan berat tertinggi berada pada titik II sebesar 1,57 %, namun persentase kendaraan berat yang ada masih relatih rendah. Rekapitulasi volume kendaraan dan persentase kendaraan berat dapat dilihat pada gambar
Hasil analisa tingkat kebisingan berdasarkan sound level meter Tingkat kebisingan hasil pengukuran dengan sound level meter (SLM) pada setiap titik sampling dapat dilihat pada gambar dibawah ini. GRAFIK TINGKAT KEBISINGAN (TITIK I) 85,0
73,6
75,0
Pembacaan SLM (dBA)
70,0
77,9 78,0 72,9 73,5 75,3 74,7 74,9 72,8 76,1 76,5 74,5 72,2 74,8 78,5 73,6 72,5 76,6 75,9 76,2 74,1 76,0 74,2 76,6 73,1 73,6 72,2 73,9 74,7 75,4 73,1 74,9 73,9 74,0 73,3 74,2 72,4 72,1 72,2 75,0 77,7 74,6 75,1 77,6 79,1
80,0
65,0
60,0
55,0
50,0
45,0
15.16 15.17 15.18 15.19 15.20 15.21 15.22 15.23 15.24 15.25 15.26 15.27 15.28 15.29 15.30 15.31 15.32 15.33 15.34 15.35 15.36 15.37 15.38 15.39 15.40 15.41 15.42 15.43 15.44 15.45 15.46 15.47 15.48 15.49 15.50 15.51 15.52 15.53 15.54 15.55 15.56 15.57 15.58 15.59 16.00
40,0
Waktu Tingkat Kebisingan
Baku Mutu
Gambar : Grafik tingkat kebisingan pada titik I (Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Riau) Titik I yang berlokasi didepan Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Riau merupakan representasi dari bangunan/gedung pemerintahan, dimana baku mutu untuk kawasan pemerintahan ditetapkan sebesar 60 dBA. Berdasarkan hasil survei kebisingan dengan sound level meter diperoleh angka kebisingan yang kesemuanya berada diatas baku mutu / ambang batas kebisingan yang ditetapkan. Range data yang diperoleh dari pembacaan sound level meter terendah adalah 67,2 dBA dan yang tertinggi adalah 89,4 dBA, dimana tingkat kebisingan rerata yang diperoleh sebesar 74,7 dBA. Pada titik II (IPI-LEPPINDO), hasil pembacaan sound level meter dapat dilihat pada gambar dibawah ini: GRAFIK TINGKAT KEBISINGAN (TITIK II) 77,0
71,9
73,8 74,6
71,6 70,9 70,5 71,2 71,5 71,2 70,5 71,8 72,2 72,0 72,1 71,2 71,2 71,7 71,1 70,0 72,9 73,4 73,1 70,7 70,3 72,1 68,8 71,9 74,1 69,0 70,9 69,2 70,0 71,2 72,4 69,7 71,4 72,2 70,8 69,9 71,7 73,1 71,8 70,0 71,3 69,9 72,3
68,3
70,0
70,3 70,5 72,3 69,8 69,8
70,4
72,9 73,1 74,2 75,7
76,6 75,0
75,2
80,0
Pembacaan SLM (dBA)
65,0
60,0
55,0
50,0
45,0
16.21 16.22 16.23 16.24 16.25 16.26 16.27 16.28 16.29 16.30 16.31 16.32 16.33 16.34 16.35 16.36 16.37 16.38 16.39 16.40 16.41 16.42 16.43 16.44 16.45 16.46 16.47 16.48 16.49 16.50 16.51 16.52 16.53 16.54 16.55 16.56 16.57 16.58 16.59 17.00 17.01 17.02 17.03 17.04 17.05 17.06 17.07 17.08 17.09 17.10 17.11 17.12 17.13 17.14 17.15 17.16 17.17 17.18 17.19 17.20
40,0
Waktu TINGKAT KEBISINGAN
BAKU MUTU
Sumber : Hasil Analisa
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-23
Transport Titik II yang berlokasi didepan IPI-LEPPINDO merupakan representasi dari bangunan/gedung sekolah/pendidikan, dimana baku mutu untuk lingkungan kegiatan sekolah atau sejenisnya ditetapkan sebesar 55 dBA. Berdasarkan hasil survei kebisingan dengan sound level meter diperoleh range angka kebisingan terendah adalah 66,1 dBA dan angka kebisingan tertinggi adalah 85,4 dBA, dengan tingkat kebisingan rerata adalah 71,7 dBA. Data ini menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang terbaca pada sound level meter kesemuanya berada diatas baku mutu / ambang batas kebisingan yang ditetapkan. Selanjutnya, pada titik III yang berada di Rumah Sakit PROF. DR Tabrani Rab diperoleh angka kebisingan sound level meter seperti yang terlihat pada gambar dibawah in i: G R A F IK T IN G K A T K E B IS IN G A N (T IT IK III)
7 7 ,7
7 4 ,2 2 0 .1 0
7 7 ,6
7 4 ,3 2 0 .0 9
2 0 .0 8
7 6 ,7
2 0 .0 7
7 5 ,9
7 4 ,5
7 5 ,0
7 4 ,9 2 0 .0 3
7 3 ,3
2 0 .0 2
7 5 ,8
7 4 ,4
7 5 ,8
7 3 ,5
1 9 .5 8
7 4 ,6
1 9 .5 7
7 6 ,7
7 5 ,7
7 5 ,2
7 8 ,2
7 7 ,7
7 6 ,3
7 4 ,3
7 6 ,3
1 9 .4 9
7 5 ,4
7 3 ,9
1 9 .4 8
7 9 ,9
7 7 ,4
7 6 ,0
7 5 ,0 1 9 .4 2
7 7 ,8 7 4 ,7 1 9 .4 1
7 8 ,3
7 7 ,5
7 7 ,3 1 9 .3 9
7 7 ,3
1 9 .3 8
7 5 ,1
7 7 ,3
7 7 ,2
7 6 ,2
1 9 .3 2
7 4 ,3 1 9 .3 1
8 0 ,3
7 5 ,9
7 5 ,2
7 7 ,0 7 3 ,9
7 4 ,7
7 9 ,8
7 6 ,4
1 9 .2 1
7 5 ,2
7 7 ,7
7 7 ,7
1 9 .2 0
7 6 ,7
P e m b a ca a n S L M
7 5 ,0
7 5 ,2
7 6 ,7
1 9 .1 7
7 2 ,8 1 9 .1 6
7 5 ,7
7 9 ,1
7 7 ,0
(d B A )
7 6 ,4
8 0 ,0
7 9 ,6
8 5 ,0
7 0 ,0
6 5 ,0
6 0 ,0
2 0 .0 6
2 0 .0 5
2 0 .0 4
2 0 .0 1
2 0 .0 0
1 9 .5 9
1 9 .5 6
1 9 .5 5
1 9 .5 4
1 9 .5 3
1 9 .5 2
1 9 .5 1
1 9 .5 0
1 9 .4 7
1 9 .4 6
1 9 .4 5
1 9 .4 4
1 9 .4 3
1 9 .4 0
1 9 .3 7
1 9 .3 6
1 9 .3 5
1 9 .3 4
1 9 .3 3
1 9 .3 0
1 9 .2 9
1 9 .2 8
1 9 .2 7
1 9 .2 6
1 9 .2 5
1 9 .2 4
1 9 .2 3
1 9 .2 2
1 9 .1 9
1 9 .1 8
1 9 .1 5
1 9 .1 4
1 9 .1 3
1 9 .1 2
5 0 ,0
1 9 .1 1
5 5 ,0
W a k tu B A K U M
T IN G K A T K E B IS IN G A N
U T U
Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan yang terbaca pada sound level meter berada diatas ambang batas / baku mutu bagi peruntukan lingkungan kegiatan rumah sakit, yang memiliki ambang batas / baku mutu sebesar 55 dBA. Dari hasil tabulasi pada titik ini diperoleh tingkat kebisingan terendah sebesar 69,4 dBA dan tingkat kebisingan tertinggi sebesar 84,7 dBA, dengan tingkat kebisingan rerata sebesar 76,2 dBA. Rekapitulasi data tingkat kebisingan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Hasil perbandingan analisa tingkat kebisingan prediksi, Sound Level Meter dan baku mutu kebisingan G R A F IK P E R B A N D IN G A N A N T A R A B N L , P E M B A C A A N S L M D A N B A K U M U T U 90
7 8 ,5 6
T in g k a t k e b is in g a n ( d B A )
80
7 4 ,7 4
7 6 ,1 9
7 7 ,1 7
7 1 ,6 7
70
60
60 55
55
50
40
30
20
10
0 ,0 0
0 I
II
III
T it ik s a m p lin g
B a k u m u tu
P em bacaan S LM
B a s ic N o is e L e v e l
Grafik perbandingan hasil BNL, Pembacaan SLM dan Baku Mutu Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa baik itu tingkat bising dasar (Basic Noise Level) maupun pembacaan angka kebisingan SLM, keseluruhannya berada diatas baku mutu / ambang batas. Pada Titik I tingkat kebisingan dasar tidak dihitung dikarenakan waktu survai yang hanya berdurasi 45 menit, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu data yang digunakan adalah data-data hasil survai selama 1 jam atau 18 jam. Tingkat bising dasar yang dihasilkan pada titik II sebesar 78,56 dBA, sedangkan untuk titik III sebesar 77,17 dBA. Selain itu ada perbedaan angka antara hasil perhitungan tingkat bising dasar dan pembacaan angka SLM. Bila sekiranya nilai perhitungan tingkat bising dasar dengan pengukuran SLM tidak identik, maka hendaknya digunakan nilai yang tertinggi. Hasil Perhitungan tingkat bising dasar (Basic Noise Level) selanjutnya dikoreksi dengan faktor-faktor koreksi yang dibutuhkan. Tingkat bising dasar yang telah dikoreksi akan menghasilkan tingkat bising prediksi (Predicted Noise Level). Contoh penyelesaian perhitungan tingkat kebisingan dasar, tingkat bising prediksi dan hasil penyajiannya untuk titik II dan titik III dapat dilihat pada grafik diatas Berikut ini akan disajikan grafik tingkat bising prediksi (Predicted Noise Level) seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
T-24
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport
D A T A H A S IL P E R H IT U N G A N B N L D A N P N L 90,00
7 8 ,5 6
80,00
7 7 ,1 7
7 3 ,8 3
7 4 ,1 1
T ingkat K ebisingan (dB A )
70,00
60
60,00
55
55
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0 ,0 0
0,00
0 ,0 0 I
II
III
T itik S am pling
B a sic N o ise L e ve l
.
P re d icte d N o ise L e ve l
B a ku M u tu
Gambar Grafik Hasil Perhitungan BNL dan PNL
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa setelah memasukkan faktor-faktor koreksi, tingkat kebisingan yang dihasilkan mengalami reduksi/pengurangan. Pada Titik I tingkat kebisingan perhitungan secara empiris tidak dihitung dikarenakan waktu survai yang hanya berdurasi 45 menit, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu data yang digunakan adalah data-data hasil survai selama 1 jam atau 18 jam. Pada titik II tingkat bising dasar (Basic Noise Level) yang bernilai 78,56 dBA, setelah memasukkan faktor koreksi, dihasilkan tingkat bising prediksi (Predicted Noise Level) sebesar 73,83 dBA. Sedangkan pada titik III, tingkat bising dasar (Basic Noise Level) yang bernilai 77,17 dBA, setelah memasukkan faktor koreksi, dihasilkan tingkat bising prediksi (Predicted Noise Level) sebesar 74,11 dBA. Berdasarkan uraian diatas diperoleh hasil tingkat kebisingan yang kesemuanya berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Namun tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu ini adalah tingkat kebisingan hasil pengukuran dan hasil perhitungan untuk diluar bangunan/ruangan kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab. Sedangkan tingkat kebisingan yang dihasilkan didalam ruangan/bangunan kawasan Rumah Sakit PROF.DR. Tabrani Rab seperti pada sal-sal (ruang perawatan pasien) dan ruang lainnya masih berada dibawah baku mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 55 dBA, sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Sakit Tabrani Rab dengan keadaan lalu lintas yang ada masih sangat representatif sebagai sebuah kawasan rumah sakit yang berada di pusat kota karena tidak menimbulkan kebisingan yang tinggi, dan dapat mengganggu proses penyembuhan kesehatan bagi pasien.
7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1.
2.
3.
Berdasarakan hasil survai kebisingan secara langsung dan perhitungan secara empiris (Calculation Of Road Trafic Noise) diperoleh tingkat kebisingan untuk kawasan Rumah Sakit Tabrani sebagai berikut : Titik I yang berlokasi di Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Riau, diperoleh tingkat kebisingan dengan sound level meter sebesar 74,74 dBA. Titik II yang berlokasi di IPI-LEPPINDO, diperoleh tingkat kebisingan dengan sound level meter sebesar 71,67 dBA, tingkat kebisingan dasar (Basic Noise Level) sebesar 78,56 dBA dan tingkat kebisingan prediksi (Predicted Noise Level) sebesar 73,83 dBA. Titik III yang berlokasi di Rumah Sakit Tabrani Rab, diperoleh tingkat kebisingan dengan sound level meter sebesar 76,19 dBA, tingkat kebisingan dasar (Basic Noise Level) sebesar 77,11 dBA dan tingkat kebisingan prediksi (Predicted Noise Level) sebesar 74,11 dBA Tingkat kebisingan yang dihasilkan berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Namun tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu ini adalah tingkat kebisingan hasil pengukuran dan hasil perhitungan untuk diluar bangunan/ruangan kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab. Sedangkan tingkat kebisingan yang dihasilkan didalam ruangan/bangunan kawasan Rumah Sakit Tabrani Rab seperti pada sal-sal (ruang perawatan pasien) dan ruang lainnya masih berada dibawah baku mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 55 dBA, sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Rumah Sakit Tabrani Rab dengan keadaan lalu lintas yang ada masih sangat representatif sebagai sebuah kawasan rumah sakit yang berada di pusat kota karena tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu proses penyembuhan kesehatan bagi pasien. Solusi penanganan/pengendalian kebisingan di lokasi penelitian dilakukan dengan membangun penghalang buatan antara jalan dan bangunan rumah sakit. Posisi penghalang buatan yang sedekat mungkin pada sumber bising atau penerima bising, ukuran penghalang buatan yang melebihi dinding depan bangunan, penghalang dari bahan susunan bata dengan tinggi 2,5 meter akan menghasilkan efektifitas reduksi sebesar 15 – 16 dBA.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-25
Transport Alternatif lain dari material penghalang buatan adalah penggunaan bahan beton bertulang dengan dengan tinggi 3-4 meter akan mereduksi kebisingan sebesar 17-18 dBA, bahan fiber dengan tinggi 3-4 meter akan mereduksi kebisingan sebesar 17-18 dBA. Selain itu faktor estetika juga harus menjadi faktor yang harus diperhatikan agar penghalang buatan yang dibangun tidak menutupi tampak depan bangunan dengan terlalu ekstrim.
Saran 1.
2. 3.
Tingkat kebisingan di Jalan Jenderal Sudirman kawasan Rumah Sakit PROF.DR. Tabrani Rab yang telah melewati baku mutu yang ditetapkan, maka disarankan kepada pihak-pihak/instansi yang terkena dampak langsung kebisingan mulai mengantisipasi dampak kebisingan yang dihasilkan, yaitu dengan mulai melakukan penanganan kebisingan baik dari sumber, jalur perambatan maupun dari penerima bising Hasil penelitian ini bisa dijadikan rekomendasi bagi jalan-jalan yang mempunyai karakteristik dan tipe yang sama dengan Jalan Jenderal Sudirman, dalam upaya mengatasi kebisingan. Pada penelitian selanjutnya perlu divariasikan jarak antara sound level meter dengan sumber bunyi, dimana kebisingan tidak hanya diukur pada jarak 0 (nol) meter dari tepi jalan, tetapi juga diukur dari jarak yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Pedoman Prediksi Kebisingan Akibat Lalu Lintas Pedoman Teknis No. 10-2004-B. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2005, Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas Jalan Pedoman Teknis No. 16-2005-B. Direktorat Jenderal Bina Marga dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990, Panduan Survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas No. 001/T/BNKT/1990, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1999, Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising Pedoman Teknik No. 036/T/BM/1999. Doelle dan Prasetio, 1995, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Handayani dan Sawitri, 2002, Analisa TingkatKebisingan Lalu Lintas Pada Jalan Tol Ruas Waru – Sidoarjo, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Hidayati, Nurul, 2007, Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan (Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan di Surakarta), Dinamika Teknik Sipil, Volume 7, Nomor 1, hal. 45 – 54 Kristanta, Arif, 2008, Gelombang, (Online), http://arifkristanta.files.wordpress.com/2008/01/gelombang.pdf, diakses 30 Agustus 2008) Kristanta, Arif, 2008, Bunyi, (Online), (http://arifkristanta.files.wordpress.com/2008/01/bunyi.pdf, diakses 30 Agustus 2008). Mediastika, Christina Eviutami, 2005, Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Malkamah,S (1996 ) bahan kuliah Program Pasca Sarjana Magister Sistem Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada,Jokjakrta Murwono,J ( 1996 ) Bahan Kuliah Program Pasca Sarjana Magister Sistem Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada, Jokjakarta Munawar,A ( 1996 ) , Bahan Kuliah Program Pasca Sarjana Magister Sistem Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada, Jokjakarta Salter, R.J, 1976, Highway Traffic Analysis and Design, The Macmillan Press Ltd, London Situs resmi Kementrian Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/ MENLH/11/1996, tanggal 25 November 1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan Zaini, Kudus, 1996, Perencanaan Lingkungan Transportasi Studi Kasus Kawasan Malioboro, Tugas Program Pasca Sarjana Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Zaini, Kudus, 2005, Teknik Lalu Lintas : Prinsip Perancangan dan Pengaturan Lalu Lintas, UIR Press, Pekanbaru. UIR PRESS 2004
T-26
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011