ANALISA INDEKS KINERJA DALAM REHABILITASI DAERAH IRIGASI PUNGKIT KECAMATAN LOPOK KABUPATEN SUMBAWA DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PDSDA-PAI VERSI 1.0
JURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
RIZKI ELIZABETH SJIOEN NIM. 115060401111026-64
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2015
ANALISA INDEKS KINERJA DALAM REHABILITASI DAERAH IRIGASI PUNGKIT KECAMATAN LOPOK KABUPATEN SUMBAWA DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PDSDA-PAI VERSI 1.0 Rizki Elizabeth Sjioen1, Widandi Soetopo2, Laksono Djoko Nugroho3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3 Dosen Pembimbing (Direktur CV.Tirta Adinugraha, Malang Jawa Timur) Teknik Pengairan Universitas Brwaijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia email :
[email protected] ABSTRAK Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat di satu sisi menimbulkan suatu permasalahan yaitu meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan, sehingga perlu dipikirkan usaha untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pangan yakni dengan rehabilitasi jaringan irigasi. Untuk membantu proses rehabilitasi di butuhkan perhitungan indeks kinerja sesuai dengan Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui nilai indeks kinerja Daerah Irigasi Pungkit dengan menggunakan Software PDSDA-PAI Versi 1.0. Adapun analisa ini menunjukan bahwa hasil nilai indeks kinerja Daerah Irigasi Pungkit menggunakan Software PDSDA-PAI Versi 1.0 sebesar 68,68%. Sesuai dengan Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007 nilai indeks kinerja tersebut termasuk dalam klasifikasi kondisi daerah irigasi kurang dan perlu perhatian yang memiliki rentang nilai antara 55 – 69%. Dari hasil indeks kinerja tersebut dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan yang berguna untuk menambah dan memperbaiki fungsi dari Daerah Irigasi Pungkit tersebut. Kata Kunci : indeks kinerja, rehabilitasi, daerah irigasi, software PDSDA-PAI versi 1.0 ABSTRACT Rapid Growth in Indonesian population on one side cause an issue, namely the increase on food material needs, thus it needs to be considered for the efforts to improve food plant production. One of effort to improve food plant production output is by irrigation network rehabilitation. To assist the rehabilitation process, performance index calculation is required according to The Regulation of Ministry of Public Work Number 32 Year 2007. This analysis aimed to find out performance index value of Punkit Irrigation Area by using PDSDA-PAI software Version 1.0. This analysis showed that performance index value of Pungkit Irrigation Area by using PDSDA-PAI software Version 1.0 was 68, 68%. In accordance with the Ministry’s Regulation Number 32 Year 2007, performance index value referred to low condition classification of irrigation area and needed to be taken into account, which has value range of 55- 69 %. From that performance index result, may be taken these recovery efforts which useful in improving and repairing the function of Pungkit Irrigation Area. Keywords: performance index, rehabilitation, irrigation area, PDSDA-PAI software version 1.0
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat di satu sisi menimbulkan suatu permasalahan yaitu meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan, sehingga perlu dipikirkan berbagai usaha untuk lebih meningkatkan hasil pertanian dan mencegah terjadinya kesenjangan yang tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan bahan makanan dan juga meningkatkan taraf hidup petani. Usaha yang ditempuh untuk meningkatkan produksi tanaman pangan adalah dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi berarti meningkatkan hasil pertanian dengan cara membuka lahan baru untuk dijadikan lahan pertanian, sedangkan intensifikasi yang berarti pengoptimalan lahan yang sudah ada. Upaya intensifikasi merupakan upaya paling tepat yang dilakukan saat ini. Pengelolaan sistem irigasi yang baik erat kaitannya dengan peningkatan produksi daerah irigasi karena itu dalam pengoperasian suatu jaringan irigasi hendaknya selalu diperhatikan mengenai ketersediaan air, kebutuhan air dan bagaimana cara membagi air yang ada tersebut sejauh mungkin adil dan merata agar semua tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu selain diperlukan suatu perencanaan atau rehabilitasi jaringan irigasi teknis yang dapat mengelola penggunaan air yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk irigasi di Kabupaten Sumbawa. Dalam menentukan indeks kinerja rehabilitasi jaringan irigasi teknis ini dipergunakan program komputer berupa PDSDA- PAI versi 1.0 (Pengolah Data Sumber Daya Air – Pengelolaan Aset Irigasi). Program ini mempertimbangkan aspek yang terkait dengan biaya pengembangan implementasi (efektivitas biaya) dan aspek reliabilitas dari sistem
aplikasi yang dikembangkan (kehandalan sistem). 1.2. Identifikasi Masalah Kecamatan Lopok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sumbawa yang terletak di wilayah timur. Di wilayah ini mengalir sungai-sungai besar diantaranya Sungai Leweng dan Sungai Pungkit yang pemanfaatannya untuk pertanian tanaman pangan padi dan palawija. Serta dengan adanya sarana irigasi teknis yang memadai maka saat ini Kecamatan Lopok dapat dikategorikan sebagai daerah surplus pangan yang dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat bahkan pendatang dari luar daerah khususnya pada sektor pertanian dan jasa pertanian. Namun demikian terdapat beberapa sarana jaringan irigasi yang rusak keadaannya dan perlu perbaikan dalam menunjang sektor pertanian di DI Pungkit. Salah satu usaha untuk memperbaiki sarana yang rusak adalah rehabilitasi Daerah Irigasi Pungkit. Dalam rehabilitasi DI Pungkit ini indeks kinerja sangat diperlukan untuk menentukan kelayakan serta memberikan solusi dalam penilaian. Untuk mempermudah memperhitungkan indeks kinerja dipergunakan Program PDSDA-PAI Versi 1.0. 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari analisa ini adalah untuk memperoleh hasil penilaian indeks kinerja dan hasil usaha pemulihan kinerja sesuai dengan penilaian indeks kinerja dalam rehabilitasi Daerah Irigasi Pungkit Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa dengan menggunakan software PDSDAPAI Versi 1.0. Analisa ini diharapkan dapat memberikan manfaat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan untuk pengelolaan air irigasi yang baik, dapat dipilih indeks kinerja dan usaha pemulihan yang baik menggunakan software PDSDA-PAI
Versi 1.0, serta hasil analisa ini dapat menjadi masukan atau bahan perbandingan bagi peneliti yang melakukan penelitian yang serupa. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan atau sasaran pada sistem irigasi merupakan indeks kinerja sistem irigasi. 2.1.1. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi Pada jaringan irigasi, kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut keadaan fisik suatu irigasi, dimensi, jumlah dan jenisnya. Menurut Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007 dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi ekerusakan fisik jaringan irigasi. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi sebagai berikut : Tabel 1. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi No
Kondisi
Tingkat Kerusakan Pemeliharaan
1
Baik
Tingkat kerusakan < 10% dari kondisi awal bangunan/saluran
Diperlukan pemeliharaan rutin
2
Rusak Ringan
Tingkat kerusakan 10 20% dari kondisi awal bangunan/saluran
Diperlukan pemeliharaan berkala
3
Rusak Sedang
Tingkat kerusakan 21 40% dari kondisi awal bangunan/saluran
Diperlukan perbaikan
4
Rusak Berat
Tingkat kerusakan > 40% dari kondisi awal bangunan/saluran
Diperlukan perbaikan berat atau penggantian
Sumber : Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007
Pada Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007 juga dijelaskan jenis-jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari :
1. Pengamanan jaringan irigasi Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menangulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, dan manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagaii berikut : a. Tindakan pencegahan Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 50 m sebelah hulu dan ± 1000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat. Memasang papan larangan untuk kendaran yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan. Melarang mandi disekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi jaringan irigasi. b. Tindakan pengamanan Membuat bangunan pengaman ditempat-tempat yang berbahaya, misalkan : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok. 2. Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan terus menerustanpa ada bagian konstruksi yang dirubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi : a. Yang bersifat perawatan Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak. Membersihkan bangunan dan saluran dari sampah dan kotoran. Pembuangan endapan lumpur dibangunan ukur. Memelihara tanaman lindung disekitar bangunan dan di tepi luat tanggul saluran. b. Yang bersifat perbaikan ringan Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas. 3. Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola berdasarkan kemmapuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi : a. Pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan Pengecatan pintu. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran. b. Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
Perbaikan bendung, bangunan pengambilan, dan bangunan pengatur. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya. Perbaikan saluran. Perbaikan pintu-pintu dan skot balik. Perbaikan jalan inspeksi. Perbaikan fasilitas pendukung sperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan PPB, kendaraan dan peralatan. c. Pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian Penggantian pintu. Penggantian alat ukur. Penggantian peil schall. 4. Penanggulangan/perbaikan darurat Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengerusakan/penjebolan tanggul, lonsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi. 2.1.2. Indikator Kebehasilan Kegiatan Pemeliharaan Dalam kegiatan pemeliharaan dibutuhkan indikator-indikator penentu untuk mendapatkan keberhasilan. Berikut indikator-indikatornya : a. Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana. b. Terjaganya kondisi bangunan dan saluran : Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10% dari kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan rutin. Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 - 20% dari kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan berkala. Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 – 40% dari kondisi
awal bangunan dan saluran, diperlukan perbaikan. Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40% dari kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan perbaikan berat atau penggantian. c. Meminimalkan biaya rehabilitasi jaringan irigasi. d. Tercapainya umur rencana jaringan irigasi. 2.1.3. Manajemen Kelembagaan Menurut Sebayang et al (2014) manajemen kelembagaan meliputi elemen-elemen yang terkait dalam kegiatan O&P sistem irigasi serta tugas yang dimiliki. Manajemen kelembagaan dapat dianalisis dengan cara seperti berikut : Tabel 2. Manajemen Kelembagaan Ketersediaan Petugas
Kriteria
Kepala ranting, mantri, staf ranting, POB dan PPA
Sangat baik
Salah satu petugas tidak tersedia
Baik
Dua dari lima kategori petugas tidak tersedia
Buruk
Lebih dari dua kategori petugas tidak tersedia
Sangat buruk
Sumber : Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007
2.1.4. Sumber Daya Manusia Menurut Sebayang et al (2014) sumberdaya manusia menyangkut ketersediaan personil untuk setiap elemen-elemen yang dibutuhkan dalam suatu sistem irigasi. Sumber Daya manusia dapat dianalisis dengan cara seperti berikut : Tabel 3. Sumber Daya Manusia Ketersediaan SDM Kepala ranting, mantri, staf ranting, POB, PPA dan petugas saluran Setiap petugas tersedia namun personil petugas belum terpenuhi
Kriteria Sangat baik
Baik
Satu atau dua petugas tidak tersedia
Buruk
Lebih dari dua petugas tidak tersedia
Sangat buruk
Sumber : Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007
2.2. Rehabilitasi Daerah Irigasi Rehabilitasi daerah irigasi adalah kegiatan perbaikan daerah irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula. 2.2.1. Skala Prioritas Rehabilitasi Skala prioritas penanganan rehabilitasi ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan dengan kriteria penilaian meliputi 5 aspek, yaitu : 1) Areal layanan 2) Kondisi saluran 3) Kondisi bangunan 4) Ketersedian air 5) Kelembagaan P3A. 2.2.2. Jaringan Irigasi Jaringan terdiri atas komponen sipil dan komponen mekanikal elektrika; (ME) yang terdiri atas data mengenai : a. Bangunan utama Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai : semua bangunan yang direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air yang masuk (Anonim KP 02, 2010:39). Bangunan utama terdiri dari bagian, yaitu bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir, pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan pelengkap. (Sidharta,1997:96) b. Bangunan pelengkap pembawa Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk membawa air dari satu ruas hulu ke ruas hilir. Bangunan-bangunan ini bisa
dibagi menjadi dua kelompok sesuai jenis aliran hidrolisnya, yaitu : (i) Bangunan-bangunan dengan aliran subkritis, dan (ii) Bangunan-bangunan dengan aliran superkritis. Contoh untuk kelompok bangunan pertama adalah gorong-gorong, flum, talang, dan sipon. Contoh untuk kelompok kedua adalah bangunanbangunan pengukur dan pengatur debit, bangunan terjun serta got miring (Anonim KP 04, 1986:87). Pada jaringan irigasi terdapat bangunanbangunan pelengkap yang terdiri dari tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir, kisi-sisi penyaring untuk menyegah tersumbatnya bangunan (pada sipon/gorong-gorong), jembatan dan jalan penghubung dari desa ke dsa untuk keperluan penduduk. Selain bangunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring, sipon, peninggi muka air, bangunan pembuang dan jalan inspeksi.(Sutrisno dan Cholilul Chayati,2013). c. Saluran Menurut Ansori et al 2013 saluran irigasi merupakan bangunan pembawa yang berfungsi membawa air dari bangunan utama sampai ketempat yang memerlukan. Saluran pembawa ini berupa saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier. (Sistem Irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan. Pada ruas tertentu jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan. Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapezium tanpa pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis, perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan yang plaing rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap (Anonim KP 03, 1986:17). Saluran Pasangan (lining) dimaksud untuk : Mencegah kehilangan air akibat rembesan Mencegah gerusan dan erosi Mencegah merajalela tumbuhan air Mengurangi biaya pemeliharaan Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar Tanah yang dibebaskan lebih kecil Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan pemboran dan penggalian sumur uji di alur saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya rembesan. Pasangan mungkin hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas (Anonim KP 03,1986:52). d. Bangunan drainase Menurut Suryanti et al. (2013) bangunan drainase adalah bangunan infrastruktur yang memiliki beberapa persyaratan teknis, shingga kelancaran system jaringan drainase sangat dipengaruhi oleh perumusan gagasan dan perencanaan teknis. e. Jaringan irigasi air tanah Menurut Agoes et al. (2012) pada PP No.20 tahun 2006 saluran irigasi air tanah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah intake/pompa sampai lahan yang diairi. - Saluran Primer Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan petak-
petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki luas kurang lebih 8 s.d 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d 150 ha. - Saluran Sekunder Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dialayani oleh saluran sekunder tersebut. - Saluran Tersier Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama kedalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petakpetak sawah. 2.3. Software PDSDA-PAI Versi 1.0. Menurut Ernanda (2013) pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 Pengelolaan asset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingakt pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan asset irigasi seefisien mungkin. PDSDA-PAI adalah salah satu submodul dari program aplikasi PDSDA (Pengolah Data Sumber Daya Air). PDSDA-PAI memadukan antara penggunaan data tabular dan spasial (peta untuk jaringan irigasi / skema irigasi). Berdasarkan hal tersebut, maka PDSDA-PAI dibangun dengan mengintegrasikan perangkat lunak berbasis tekstual dengan sistem informasi geografis. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Studi Kecamatan Lopok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sumbawa yang terletak di wilayah timur dan sebagian besar terdiri dari dataran rendah karena berada di daerah pesisir utara Pulau
Sumbawa dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan laut. Wilayah Kecamatan Lopok memiliki luas 155,76 km2 dengan batas-batas wilayahnya antara lain : Sebelah Utara : Kecamatan Moyohilir Sebelah Timur : Kecamatan Lape Sebelah Selatan : Kecamatan Maronge dan Lantung Sebelah Barat : Kecamatan Moyohulu 3.2. Langkah Pengolahan Data Analisis dilakukan terhadap datadata yang diperlukan yakni peta, kebutuhan air irigasi, luas layanan irigasi, dimensi bangunan dan saluran pada daerah irigasi. Rangkaian tahapan analisis untuk memperoleh hasil indeks kinerja menggunakan software PDSDA-PAI Versi 1.0 adalah : 1. Data peta bangunan dan saluran daerah irigasi dipersiapkan dengan format .dwg 2. Software Global Mapper 14 : dilakukan untuk merubah format peta bangunan dan saluran dari .dwg ke .shp 3. Software Quantum GIS Enceladus : dilakukan untuk memotong setiap bangunan yang ada pada peta. 4. Hasil dari pemotongan pada Software Quantum GIS Enceladus dimasukan pada Software PDSDA-PAI Versi 1.0 5. Software PDSDA-PAI Versi 1.0 : dilakukan untuk input data berupa dimensi saluran dan bangunan, kebutuhan air irigasi, luas layanan irigasi, serta data-data pendukung pada daerah irigasi. 6. Dari data-data yang telah di input didapatkan nilai indeks kinerja dengan aspek penilaian meliputi kondisi prasarana, ketersediaan air, indeks pertanaman, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi dan P3A. 7. Dari hasil indeks tersebut ditentukan kondisi daerah irigasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007. Adapun
klasifikasi penilaian kondisi daerah irigasi sebagai berikut : - Kinerja daerah irigasi sangat baik : Nilai 80 – 100% - Kinerja daerah irigasi baik : Nilai 70 – 79% - Kinerja daerah irigasi kurang dan perlu perhatian : Nilai 55 – 69% - Kinerja daerah irigasi jelek dan perlu perhatian : Nilai < 55% 8. Kondisi daerah irigasi ditentukan dari hasil indeks kinerja yang kemudian dilakukan upaya-upaya pemulihan pada bangunan, saluran serta sarana pendukung pada daerah irigasi yang dianggap kurang, rusak dan perlu perhatian. Upaya pemulihan tersebut dilakukan untuk memperbaiki fungsi daerah irigasi menjadi lebih baik.
kondisi daerah irigasi kurang dan perlu perhatian. 4.2. Analisis Penilaian Indeks Kinerja Menggunakan Software PDSDAPAI Versi 1.0 Berdasarkan data-data yang ada dan dilakukan penilaian menggunakan software PDSDA-PAI Versi 1.0 didapatkan nilai indeks kinerja yang dapat dilihat pada Tabel 5 : Tabel 5. Indeks Kinerja Hasil Running Software PDSDA-PAI Versi 1.0 No
Kondisi Prasarana Ketersediaan Air Indeks Pertanaman Sarana Penunjang Organisasi Personalia Dokumentasi P3A JUMLAH
1 2 3
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Penilaian Indeks Kinerja Secara Manual Berdasarkan data-data yang ada dan dilakukan penilaian secara manual sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 didapatkan nilai indeks kinerja yang dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4. Indeks Kinerja Daerah Irigasi Pungkit Secara Manual No 1 2 3
Uraian
Kondisi Prasarana Indeks Pertanaman Sarana Penunjang Organisasi 4 Personalia 5 Dokumentasi 6 P3A JUMLAH Sumber : Hasil Perhitungan
Max Nilai 45 6 10 15 5 10
Kinerja saat ini (%) 31,90 11,28 0,50
Rentang Nilai
Uraian
4 5 6 7
25 - 45 6-9 4-6 5 - 10 7,5 - 15 2,5 - 5 5 - 10
Kinerja saat ini (%) 26,79 8,40 5,36 5,25 11,80 3,00 8,08 68,68
Sumber : Hasil Perhitungan Pada hasil perhitungan indeks kinerja Daerah Irigasi Pungkit menggunakan software PDSDA-PAI Versi 1.0 didapatkan nilai sebesar 68,68%. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 hasil indeks kinerja tersebut masuk pada kondisi daerah irigasi kurang dan perlu perhatian.
9,75 1,00 5,85 60,28
Pada hasil perhitungan indeks kinerja Daerah Irigasi Pungkit secara manual didapatkan nilai sebesar 60,28%. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 hasil indeks kinerja tersebut masuk pada
4.3. Usaha Pemulihan Berdasarkan Nilai Indeks Kinerja Secara Manual Tabel 6. Usaha Pemulihan Berdasarkan Nilai Indeks Kinerja Secara Manual No 1.
Uraian Kodisi Prasarana
Kinerja saat ini (%) 31,9
Usaha-usaha Pemulihan Pemeliharaan rutin dan berkala pada bangunan dan saluran
2
3
Indeks Pertanaman
11,28
Sarana Penunjang
Menjaga kebocoran air dari saluran, Membuat sistem golongan dan giliran, Menjaga pengambilan air liar, Menambah saluran linning agar efisiensi irigasi, Peningkatan O&P Pengadaan sarana penunjang, Pengadaan alat-alat dasar, Pengadaan alat transportasi, Pengadaan alat-alat kantor, Pengadaan alat komunikasi Menambah personil pada bagian yang dibutuhkan Membuat dokumentasi, Meminta buku data DI ke BWS setempat, Meminta peta dan gambar-gambat ke BWS, Membuat data dinding di kantor, Meminta gambar pelaksana ke BWS setempat, Meminta skema jaringan ke BWS setempat Pembinaan yang terus menerus
0,5
4
Organisasi Personalia
9,75
5
Dokumentasi
1
6
Perk. Petani Pemakai Air (P3A)
5,85
Sumber : Hasil Analisis 4.4. Usaha Pemulihan Berdasarkan Nilai Indeks Kinerja Menggunakan Software PDSDAPAI Versi 1.0 Tabel 7. Usaha Pemulihan Berdasarkan Nilai Indeks Kinerja Menggunakan Software PDSDA-PAI VERSI 1.0 No
Uraian
Kinerja saat ini (%)
1.
Kodisi Prasarana
26,79
2.
Kondisi Ketersediaan Air
8,4
3.
Indeks Pertanaman
5,36
4.
Sarana Penunjang
5,25
Usaha-usaha Pemulihan Pemeliharaan rutin dan berkala pada bangunan dan saluran Menjaga jaringan agar tetap baik Menjaga kebocoran air dari saluran, Membuat sistem golongan dan giliran, Menjaga pengambilan air liar, Menambah saluran linning agar efisiensi irigasi, Peningkatan O&P Pengadaan sarana penunjang, Pengadaan alatalat dasar, Pengadaan alat transportasi, Pengadaan alat-alat kantor, Pengadaan alat komunikasi
5.
Organisasi Personalia
11,8
Menambah personil pada bagian yang dibutuhkan
6.
Dokumentasi
3
Perk. Petani Pemakai Air (P3A)
8,08
Membuat dokumentasi, Meminta buku data DI ke BWS setempat, Meminta peta dan gambar-gambat ke BWS, Membuat data dinding di kantor, Meminta gambar pelaksana ke BWS setempat, Meminta skema jaringan ke BWS setempat Pembinaan yang terus menerus
7.
Sumber : Hasil Analisis 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dalam Bab IV didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil dari penilaian indeks kinerja dalam rehabilitasi Daerah Irigasi Pungkit Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa dengan menggunakan software PDSDA-PAI Versi 1.0. sebesar 68,68% sedangkan hasil dari penilaian indeks kinerja dalam rehabilitasi Daerah Irigasi Pungkit Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa secara manual didapatkan nilai sebesar 60,28%. Selisih nilai sebesar 8,40% disebabkan dari penilaian secara manual ketersediaan air masuk tidak ada dalam penilaian. Dari hasil Indeks kinerja menggunakan Software PDSDA-PAI Versi 1.0 ataupun secara manual didapatkan kondisi Daerah Irigasi Pungkit dalam keadaan kurang dan perlu perhatian. 2. Hasil indeks kinerja dengan menggunakan Software PDSDA-PAI Versi 1.0 didapatkan nilai sebesar 68,68%, nilai tersebut masuk dalam klasifikasi kinerja daerah irigasi kurang dan perlu perhatian. Usahausaha pemulihan diperlukan untuk menambah dan memperbaiki fungsi dari Daerah Irigasi Pungkit. 5.2. Saran Dari hasil analisis indeks kinerja dalam rehabilitasi Daerah Irigasi Pungkit
Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa dengan menggunakan software PDSDAPAI Versi 1.0. maupun secara manual didapatkan saran-saran sebagai berikut : 1. Pelu lebih teliti saat memasukan peta ke Software Quantum GIS Enceladus, agar tidak ada penumpukan peta yang akan membingungkan pada saat pengisian data di PDSDA-PAI Versi 1.0. 2. Perlu lebih berhati-hati dalam proses pemotongan perbangunan pada Software Quantum GIS Enceladus karena dapat menyebabkan hasil pemotongan tidak sesuai. 3. Perlu lebih teliti dalam pemasukan data ke Software PDSDA-PAI Versi 1.0 agar tidak melakukan pengulangan pemasukan data pada Menu Cleaning, karena sekali salah memasukkan data pada Software PDSDA-PAI Versi 1.0 data yang telah diisi tidak dapat di perbaiki kecuali mengulang dari awal. 4. Perlu lebih teliti saat memasukan data luas hektar areal layanan pada Menu Edit Skema, apabila terjadi pengisian data luas, kalkulasi indeks kinerja tidak dapat bekerja. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Herliyani Farial.,Muhlis, Adriani.,Setiyo. 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi Kunyit Kabupaten Tanah Laut. E-Jurnal. Politeknik Negeri Banjarmasin. Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan 03 Bagian Saluran. Jakarta: Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan 04 Bagian Bangunan. Jakarta: Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Anonim. 2010. Kriteria Perencanaan 02 Bagian Bangunan Utama. Jakarta: Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Ansori, Ahmad.,Ariyanto, Anto., Syahroni. 2013. Kajian Efektifitas dan Efisiensi Jaringan Irigasi Terhadap Kebutuhan Air pada Tanaman padi (Studi Kasus Irigasi Kaiti Samo Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu). E-Jurnal. Universitas Pasir Pengaraian. Vol. 1. No.1. 2013. Ernanda, Heru. 2013. Kajian Penilaian Kondisi dan Keberfungsiaan Komponen Aset Berbasis AHP dalam Penetapan Urutan Prioritas Pengelolaan Aset Irigasi BendungKabupaten Jember. Digital Repository. Universitas Jember. Satria Sebayang, Muhammad., Sumono., Putra Munir, Achwil. 2014. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. E-Jurnal. Vol. 2 No.3 Tahun 2014. SK, Sidharta. 1997. Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta : Gunadarma. Suryanti, Irma.,Norken, IN.,Sila Dharma, IG. 2013. Kinerja Sistem Jaringan Drainase Kota Semarapura di Kabupaten Klungkung. Jurnal Spektran. Universitas Udayana Denpasar. Vol.1.No. 1, Januari 2013, hlm: 33. Sutrisno dan Chlilu Chayati.2013. Perhitungan Efisiensi Saluran Irigasi Pada Daerah Irigasi Kebonagung Kabupaten Sumenep. E-Jurnal. Universitas Wiraraja Sumenep. Vol.1. No.2. 2013.