Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
ANALISA BIAYA RISIKO KEGIATAN BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN BANJARMASIN (TPKB) Andrianto1) dan I Putu Artama Wiguna 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected] . ABSTRAK Kejadian kecelakaan yang terus meningkat pada kegiatan bongkar muat petikemas, yaitu mencapai rata-rata 137 % peningkatan kejadian risiko dalam 5 tahun terakhir dan kerugian perusahaan PT. Pelindo III cabang Banjarmasin untuk biaya kerusakan puncaknya pada tahun 2011 mencapai total 1,2 milyar dalam setahun. Hal ini dapat mengganggu kelancaran operasional Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB) dan berpotensi merugikan perusahaan PT. Pelindo III Cabang Banjarmasin. Penanganan risiko untuk menghilangkan atau memperkecil dampak risiko yang timbul selama ini hanya dalam bentuk pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi yaitu bersifat penanganan kerusakan / kuratif, sedangkan penanganan pencegahan / prefentif dalam bentuk mitigasi risiko belum pernah dilakukan. Penanganan risiko berupa pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi hanya memperhitungkan dampak risiko dengan mengganti biaya kerusakan saja, sedangkan biaya kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian risiko tersebut tidak pernah diperhitungkan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan menggunakan expected monetary value (EMV) memperhitungkan biaya dampak risiko secara keseluruhan baik biaya kerusakan maupun kerugian akibat kejadian risiko tersebut. Bedasarkan data kejadian risiko sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 melalui metode focus group discussion dianalisa berdasarkan sumber penyebab kejadian risiko untuk menentukan respon risiko. Kemudian diperhitungkan biaya yang diperlukan pada tiap respon risiko untuk mengurangi atau menghilangkan risiko tersebut. Penelitian analisa biaya risiko menggunakan benefit cost ratio (B/C ratio) dilakukan untuk mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan apabila dilakukan mitigasi risiko. Dari hasil penelitian ini akan dilakukan tindakan mitigasi risiko yang efisien yang akan mengurangi kejadian risiko sehingga kerugian perusahaan akibat kejadian risiko dapat diminimalkan. Kata kunci: Kejadian risiko, dampak risiko, expected monetary value (EMV), biaya dampak risiko, mitigasi risiko, benefit cost ratio (B/C Ratio) PENDAHULUAN Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB) merupakan terminal yang diperuntukkan kegiatan bongkar muat barang khususnya petikemas, dimana pendapatan terbesar Pelabuhan Banjarmasin adalah di sektor bongkar muat petikemas. Kegiatan operasional di TPKB adalah kegiatan bongkar muat petikemas dimana merupakan terminal yang mempunyai pelayanan 24 jam dengan tingkat operasional yang tinggi, dibandingkan dengan terminal-terminal yang lain yang ada di Pelabuhan Banjarmasin. Kegiatan operasional yang tinggi di TPKB mengakibatkan banyaknya risiko yang terjadi berkaitan dengan kegiatan penyandaran kapal, bongkar muat petikemas, kegiatan ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
perpindahan petikemas dari dan ke kapal, perpindahan petikemas dari dan ke truk pengangkut, perpindahan petikemas di lapangan penumpukan petikemas dan proses bongkar muat petikemas yang lainnya. Menurut penelitian dan analisa oleh Shiu W.W, Lu C S Tseng WJ dan Yang YL dalam “The risk management of container terminal operations (2000) bahwa dari keseluruhan kejadian kecelakaan dalam supply chain management, 25 % kecelakaan terjadi di container terminal. Dan kejadian kecelakaan terbesar disebabkan oleh kelalaian manusia. Saat ini pengelolaan risiko yang dilakukan di Pelabuhan Indonesia III cabang Banjarmasin pada umumnya hanya memindahkan/mengalihkan risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi asuransi. Untuk selanjutnya pihak manajemen memantau proses claim hanya terhadap biaya kerusakan (damage) akibat peristiwa risiko yang terjadi. Sedangkan untuk pengelolaan risiko yaitu mitigasi risiko masih belum dilakukan dan juga pihak manajemen belum pernah melakukan analisa kerugian (loss) perusahaan akibat peristiwa risiko tersebut. Data angka kejadian kecelakaan yang tinggi seperti pada tahun 2013 mencapai 26 kejadian kecelakaan yang terjadi dan peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya rata-rata mencapai 137 % dalam kurun waktu 5 tahun terjadi di areal terminal petikemas. Apabila dilihat dari segi total biaya kerusakan dalam setahun yang ditanggung PT. Pelindo III cabang Banjarmasin angkanya bervariasi mulai yang terkecil di tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 3,6 juta dan yang terbesar yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,2 milyar. Untuk menghindari dan mengurangi risiko yang terjadi baik itu kecelakaan kerja maupun terganggunya operasional yang dapat berdampak pada penurunan pendapatan dan bahkan kerugian akibat biaya yang ditimbulkan di TPKB maka perlu diadakan suatu kegiatan penelitian. METODE Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas enam tahap, yaitu pengumpulan data peristiwa risiko, penentuan variabel dan klasifikasi risiko, pengukuran risiko (EMV), penentuan mitigasi risiko, penghitungan biaya mitigasi risiko, analisa benefit cost ratio. Tahap Pengumpulan Data Peristiwa Risiko Tahap pengumpulan data peristiwa risiko dilakukan dengan pengumpulan data sebagai berikut: 1. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari obyek penelitian yang dapat dilakukan dengan cara mendata langsung kondisi yang terjadi dilapangan, pengamatan, penyebaran kuisioner dan diskusi atau wawancara. 2. Data sekunder yaitu data kejadian risiko yang dikumpulkan dari manajemen cabang Pelindo III Banjarmasin adalah kejadian risiko dalam 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Data Kejadian risiko tersebut meliputi data-data seperti waktu kejadian, tempat kejadian, penyebab kejadian, akibat kejadian. Tahap Penentuan Variabel dan Klasifikasi Risiko Tahap Penentuan Variabel dan Klasifikasi Risiko didapatkan dari data historis semua kejadian risiko yang terjadi melalui pembahasan dalam Focus Group Discussion (FDG) dikelompokkan tertentu sesuai spesifik jenis kegiatan bongkar muat petikemas di Banjarmasin. Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ada 5 jenis klasifikasi kegiatan yang menimbulkan risiko dalam kegiatan bongkar muat petikemas, yaitu berthing, stevedoring, cargodoring, stacking dan receiving delivery. Sedangkan untuk penentuan variable risiko juga melalui pembahasan dalam FGD.
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Tahap Pengukuran Risiko dengan Expected Monetary Value (EMV) Pada tahap ini pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan perhitungan EMV yang didapat dari probabilitas dan biaya dampak. 1.
Mengitung Probabilitas dan Biaya Dampak Dari setiap variable kejadian risiko, dengan metode dokumen review akan diukur probabilitas terjadinya kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu, yaitu selama 5 tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Sehingga akan didapat nilai prosentase probabilitas kejadian risiko tersebut.Untuk menetapkan dampak dari peristiwa risiko, dilakukan dengan metode Damage & Loss yang mengacu pada handbook : For Estimating the Socio – economic and Environmental Effects of Disasters, Section Four, ECLAC, 2003 dengan kriteria dampak risiko yaitu dampak primer (risiko akibat langsung dari peristiwa risiko), dampak sekunder (risiko akibat dari kejadian risiko dampak primer), dampak tersier (risiko akibat dari kejadian risiko dampak sekunder). Untuk data biaya kerusakan (damage) dari Dampak Primer didapat berdasarkan dokumen review terhadap data-data kejadian risiko, sedangkan untuk Dampak Sekunder dan Dampak Tersier didapat menggunakan metode FGD (Forum Group Discusion). Data biaya kerugian (loss) untuk Dampak Primer, Sekunder dan Tersier menggunakan metode FDG yang dilaksanakan berupa rapat khusus terkait dengan risiko kegiatan operasional di terminal petikemas. Tabel 1. Penilaian Biaya Dampak (a) Risiko Primer (b) Risiko Sekunder (c) Risiko Tersier
(a)
2.
(b)
(c)
Mengitung EMV Nilai EMV dapat dihitung dari penjumlahan hasil perkalian besaran nilai probabilitas kejadian risiko peristiwa i dengan besaran nilai dampak akibat kejadian risiko peristiwa i sehingga akan di dapat variable risiko yang potensial menyebabkan kerugian yang significant pada perusahaan. EMV = ∑ Ni.Pi (1) Dari masing-masing nilai EMV pada peristiwa akan di dapat variable risiko yang potensial menyebabkan kerugian yang significant pada perusahaan.
Tahap Penentuan Mitigasi Risiko Dari variable risiko potensial tersebut baru selanjutnya di analisa dengan mencari masing-masing sumber penyebab terjadinya risiko tersebut (source of risk). Dari sumber penyebab akan dihitung biaya untuk mencegah risiko tersebut terjadi di kemudian hari, atau paling tidak akan didapat respon risiko untuk memperkecil tingkat risiko penting utama hingga sampai level dapat diterima atau As Low As Reasonably Practicable (ALARP). Memperkecil tingkat risiko dapat dilakukan dengan cara memperkecil probabilitas atau memperkecil dampak atau kedua-duanya.
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Setelah ditetapkan mitigasi risiko yang akan di jalankan, maka dihitung biaya (cost) yang diperlukan untuk melakukan mitigasi risiko tersebut dan juga sekaligus berapa nilai manfaat (benefit) yang dapat dihemat untuk setiap variable risiko tersebut. Biaya mitigasi yang direncanakan adalah merupakan biaya pencegahan (cost preventive) yang dikeluarkan oleh PT. Pelindo Cabang Banjarmasin untuk menghilangkan atau mengurangi kejadian risiko dimasa yang akan datang sehingga dapat dihindari biaya dampak risiko (kerusakan dan kerugian) yang akan muncul akibat kejadian risiko tersebut. Untuk perhitungan manfaat mitigasi risiko adalah dengan cara mengurangi biaya dampak risiko (primer, sekunder dan tersier) yang terjadi meliputi biaya kerusakan (damage) dan kerugian (lost) dikurangi dengan biaya pencegahan (cost preventive) yang diperlukan untuk untuk melakukan mitigasi pada kejadian risiko tersebut. Sehingga terdapat manfaat berupa penghematan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan risiko tersebut, apabila memang biaya mitigasi lebih rendah dari biaya dampak risiko. Penentuan mitigasi risiko, besaran biaya mitigasi risiko dan manfaatnya menggunakan metode FGD. Tahap Analisa Benefit Cost Ratio Dari hasil perhitungan biaya terhadap kegiatan mitigasi risiko yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai manfaat apabila kejadian risiko tersebut dilakukan mitigasi risiko. Sedangkan nilai manfaat didapat dari nilai dampak risiko dikurangi dengan nilai sisa biaya dampak risiko (apabila ada sisa dampak risiko, tidak menghilangkan dampak risiko) Selanjutnya akan dievaluasi baik terhadap manfaat yang diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan sehingga akan didapat penanganan respon risiko yang paling efisien bagi perusahaan. Apabila perbandingan antara manfaat dengan biaya lebih dari 1 (satu), maka akan menguntungkan perusahaan. B/C > 1 ........ OK (2) HASIL DAN PEMBAHASAN Melalui pembahasan secara khusus dalam Forum Group Discussion (FGD) dan berdasarkan Sispro bongkar muat TPKB, didapat 5 buah klasifikasi risiko sedangkan untuk variabel risiko ditentukan dari tiap kategori terdapat dua variabel yaitu variable akibat kesalahan operator (human error) dan akibat operasional itu sendiri (Tabel 2).
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Tabel 2. Klasifikasi dan Variabel Risiko NO
KLASIFIKASI
K1
Kegiatan Berthing (Kapal petikemas berada di rede atau kolam pelabuhan menuju ke dermaga untuk sandar/tambat) Kegiatan Stevedoring (Bongkar muat petikemas menggunakan CC di dermaga)
K2
Kegiatan Cargodoring (Angkutan petikemas dari dermaga ke CY menggunakan trailer )
K3
VARIABEL RISIKO
PERISTIWA RISIKO
V1 Nakhoda /Kapten Kapal lalai
-
Kapal menabrak dermaga
-
Kapal menabrak mooring dolphin
- V2 Olah gerak kapal petikemas
-
Kapal merusak fender.
-
- V1 Operator CC lalai
-
Haluan kapal menabrak container crane (CC) Komponen kapal ditabrak Spreader dan/atau petikemas Petikemas jatuh karena posisi twist lock masih terkunci sebagian saat setelah di muat. Petikemas jatuh ke sungai Crane kapal menabrak CC Sling tersangkut container shg container dan truk terguling Petikemas tabrak petikemas lain saat diangkat diatas kapal Hilang baut fender Menabrak truk trailer yang lain / Rubber Tire Gantry (RTG) /CC/ tumpukkan petikemas Trailer dan petikemas terguling saat belok Petikemas jatuh dari trailer Patah as roda/spring suspension trailer Petikemas jatuh ke atas trailer Petikemas membentur tumpukan petikemas lain shg jatuh/rusak. Operator RTG lalai/mengantuk/tidak sadar diri Trailer tabrak RTG Sling tersangkut saat mengangkat petikemas RTG tabrak tumpukkan container Twistlock spreader lepas/belum terkunci saat mengangkat container Terjadi genangan air banjir di lapangan penumpukan petikemas Posisi penempatan petikemas yang salah Kabel petikemas reefer dicuri RTG rusak karena jalur roda yg rusak Petikemas rusak saat diangkat Menabrak truk trailer yang lain / Rubber Tire Gantry (RTG) / gate / tumpukkan petikemas Trailer dan petikemas terguling saat belok Petikemas jatuh dari trailer Patah as roda/spring suspension trailer Pintu petikemas terlepas saat diangkat ke trailer
-
- V2 Operasional CC
- V3 Sopir Trailer lalai - V4 Operasional Trailer - V5 Operator RTG lalai
-
Kegiatan Stacking (Penumpukan petikemas dari dan ke trailer menggunakan RTG)
K4
Kegiatan Receiving/Delivery (Angkutan petikemas dari dan ke CY melalui gate petikemas)
K5
- V6 Operasional RTG
- V7 Sopir Trailer lalai
- V8 Operasional Trailer
-
Tiap kejadian risiko dalam suatu variabel risiko dianalisa baik dampak kerusakan dan kerugian dalam hal ini yang ditanggung oleh PT. Pelindo III Cabang Banjarmasin. Dampak kerusakan dan kerugian langsung (dampak primer) dan juga dampak turunannya berupa dampak sekunder dan dampak tersier yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Hasil Perhitungan Biaya Dampak Risiko KLASIFIKASI RISIKO K1
Berthing
K2
Stevedoring
K3
Cargodoring
K4
Stacking
K5
Receiving / Delivery
PROBA PRIMER BILITA DAMAGE LOSS S Nakhoda Kapal Lalai 4.55 % 1.123.922.270 171.921.430 Olah Gerak Kapal 11.36 % 160.867.217 2.343.456.000 Operator CC Lalai 6.82 % 68.109.178 148.320.000 Operasional CC 27.27 % 1.867.901.670 6.133.032.000 Sopir Trailer Lalai 2.27 % 3.000.000 1.647.800 Operasional Trailer 2.27 % 48.000.000 2.298.960.000 Operator RTG Lalai 6.82 % 71.677.525 78.622.133 Operasional RTG 34.09 % 358.072.290 119.962.867 Sopir Trailer Lalai 2.27 % 65.000.000 20.779.733 Operasional Trailer 2.27 % 64.000.000 2.327.040
DAMPAK (Rp)
VARIABEL RISIKO V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10
SEKUNDER DAMAGE
500.000.000 118.500.000 78.500.000 30.000.000 400.000.000 420.000.000 22.845.000 -
TERSIER LOSS
11.874.000.000 173.568.267 10.985.333 454.243.533 9.862.091 170.272.667 49.111.445 164.632.875 10.975.525 -
DAMAGE
LOSS
- 12.464.928.000 91.918.080 5.817.600 240.557.760 872.640 90.172.800 44.496.000 932.926.200 -
JUMLAH DAMPAK (Rp) 26.134.771.700 2.769.809.564 351.732.111 8.774.234.963 45.382.531 3.007.405.467 663.907.103 1.598.439.232 96.755.258 66.327.040
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa biaya dampak terbesar pada variabel risiko V1 nakhoda kapal lalai yaitu sebesar Rp. 26.134.771.700,-. Sedangkan urutan berikutnya yaitu biaya dampak sebesar Rp. 8.774.234.963,- yaitu variabel risiko V4 operasional CC. Dan urutan ketiga biaya dampak terbesar adalah variabel risiko V6 operasional trailer dengan nilai sebesar Rp. 3.007.405.467,-. ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Setelah mendapatkan biaya dampak dan nilai probabilitas maka dapat dicari nilai EMV dari masing variabel risiko yang disajikan dalam grafik pada grafik 1. Dari grafik 1 tersebut dapat dilihat bahwa variabel risiko yang mempunyai nilai EMV terbesar adalah V4 yaitu Operasional Container Crane yang masuk klasifikasi risiko K2 Stevedoring. Diikuti oleh variabel risiko V1 nakhoda kapal lalai yang masuk klasifikasi risiko K1 Berthing dan urutan yang ketiga terbesar yaitu V8 operasional RTG yang masuk klasifikasi risiko K4 Stacking.
Grafik 1. Hasil perhitungan EMV
Dari ketiga variabel risko pontesial tersebut kemudian ditetapkan mitigasi resiko yang akan di jalankan. Biaya mitigasi yang direncanakan adalah merupakan biaya pencegahan (cost preventive) dan biaya perbaikan / penambahan / penyempurnaan (cost curative) untuk masa depan agar tidak terulang kejadian tersebut. Setelah didapat biaya mitigasi resiko yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak resiko pada variabel resiko yang potensial, maka dapat diketahui manfaat yang dapat diperoleh yaitu dengan mengevaluasi lebih lanjut untuk setiap mitigasi yang dilakukan dan memperhitungkan akibat dilakukan tindakan mitigasi tersebut yang berdampak pada berapa sisa resiko yang diperoleh untuk setiap kejadian resiko. Dari nilai manfaat yang didapat untuk setiap tindakan mitigasi yaitu selisih antara biaya dampak resiko total dikurangi dengan biaya sisa resiko ini.
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Tabel 4. Contoh Perhitungan Biaya dan Manfaat Risiko VARIABEL RISIKO
V4
V4
Operasional CC
Operasional CC
KEJADIAN RISIKO
R3
R4
SUMBER PENYEBAB RISIKO Listrik power supply CC mati mendadak akibat putusnya fuse pengaman saat troley sehingga terjadi ayunan kontainer yang membentur kontainer lain. Kondisi base lock (corner post) di container yang rusak/berubah bentuk/bengkok akibat seringnya menggunakan sling dan gancu saat bongkar muat di terminal konvensional (tidak menggunakan spreader) sehingga twist lock spreader tidak bisa unlock / macet karena terganjal.
MITIGASI RISIKO PREVENTIVE Pengecekan dan penggantian fuse pengaman secara berkala sesuai life time fuse pengaman. Pengecekan saat sebelum spreader terpasang di atas container, saat trailer melewati gate kondisi corner post juga di cek menggunakan cermin
CURATIVE di setting ulang sistem plcnya. jd ketika trolley full speed mau langsung berhenti. sistem akan merubahnya menjadi slowdown terlebih dahulu. Shg tidak terjadi ayunan. Penambahan sensor pengaman yaitu untuk menginformasikan apabila kondisi corner post/base lock sudah tidak standar/sudah rusak
BIAYA (COST) Penggantian Fuse secara berkala (setiap 1,5 = Rp th)
Pemasanga n Cermin 2 bh di gate in = Rp
Penambaha n sensor pengaman di spreader
= Rp
KEUNTUNGAN
NILAI KEUNTUNGAN (BENEFIT)
kemungkinan putus fuse berkurang, kecuali 18.000.000 Rp 18.000.000 sampai terjadi arus Rp 1.498.007 pendek. Namun juga di back up dengan penyempurnaan Dari Pengecekan di gate mungkin bisa terlewatkan namun dari sensor 5.000.000 tambahan di spreader maka kegagalan sistem lock di spreader Rp 35.000.000 dapat dihindari Rp 1.498.008
30.000.000
Dari perhitungan manfaat yang diperoleh dari setiap kegiatan mitigasi resiko akan dibandingkan dengan biaya mitigasi resiko itu sendiri. Sehingga didapat perbandingan nilai manfaat yang didapat (Benefit) dibandingkan dengan biaya mitigasi (Cost) untuk setiap kejadian resiko pada variabel resiko potensial. Perbandingan B/C Ratio dipetakan dalam grafik BC Ratio pada Grafik 2.
Grafik 2. Benefit Cost Ratio Kejadian Risiko pada Variabel Risiko Potensial
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari semua data kejadian risiko di TPKB yang digolongkan ke dalam 10 variabel risiko yaitu Nakhoda Kapal Lalai (V1), Olah Gerak kapal Petikemas (V2), Operator CC Lalai (V3), Operasional CC (V4), Sopir Trailer lalai (V5) untuk cargodoring, Operasional Trailer Lalai (V6) untuk cargodoring, Operator RTG Lalai (V7), Operasional RTG (V8), Sopir Trailer Lalai (V9) untuk receiving delivery, Operasional Trailer (V10) untuk receiving delivery. Kemudian dilakukan analisa menggunakan Expected Monetary Value (EMV) dan didapat hasil 3 variabel risiko yang potensial yaitu : Operasional CC (V4) nilai EMV = 2.392.973.172, Nakhoda Kapal Lalai (V1) nilai EMV =1.187.944.168. Operasional RTG (V8) nilai EMV = 544.922.465 Pada variabel risiko ini memang yang perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan kegiatan alat berat bongkar muat utama yang merupakan penggerak utama bongkar muat container di terminal petikemas. 2. Respon risiko berupa tindakan mitigasi yang tepat untuk variabel risiko yang potensial yaitu : a. Operasional CC (V4) yaitu : - Penyediaan dan pengantian yang rusak alat komunikasi (handy talky) antara operator CC, crane kapal, foreman. - Pengecekan secara berkala kondisi alat bongkar muat container crane secara rutin. - Seting ulang sistem plc untuk pengaturan gerakan trolly.. - Penambahan sensor pengaman deteksi corner post yang rusak. - Penambahan kipas pendingin cadangan untuk resistor bank. b. Nakhoda kapal lalai (V1) yaitu : - Penyediaan dan pengantian yang rusak alat komunikasi (HT) antara nakhoda dan pandu dengan petugas kepil (ikat dan lepas tali). - Sosialisasi sispro olah gerak kapal tunda kepada seluruh petugas pandu dan perusahaan pelayaran. c. Operasional RTG (V8) yyaitu : - Pengalokasian blok khusus untuk container 40 feet dan OD termasuk over hight. - Normalisasi saluran rutin dan pengecekan kelancaran drainase di terminal petikemas. - Pemantauan kondisi container yang rusak atau tidak layak sebelum masuk terminal petikemas. - Penyempurnaan sistem indicator twist lock di spreader RTG. - Perbaikan dan Pengecatan kembali/marking jalur roda RTG. - Penyempurnaan sistem dengan penambahan software untuk setting plc, sehingga respon brake otomatis lebih cepat. Untuk memperbaiki hasil penelitian ini, maka sarannya adalah: 1. Dari variabel risiko yang potensial yaitu Operasional CC (V4), Nakhoda Kapal Lalai (V1) dan Operasional RTG (V8) yang telah dibuat tindakan mitigasinya untuk dapat diterapkan dilapangan sehingga dapat menguntungkan perusahaan, dengan tetap terus melakukan evaluasi pelaksanaan mitigasi risiko tersebut. 2. Untuk setiap potensi risiko yang lain yang mungkin terjadi juga tetap harus dipertimbangkan di setiap variabel risiko, mengingat penelitian ini dibatasi hanya berdasarkan dari data-data kejadian risiko yang telah terjadi. 3. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan review terhadap kebijakan perusahaan sehingga penanganan risiko tidak hanya dengan melakukan pengalihan risiko (transfer risk) namun ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
juga melakukan mitigasi risiko efektif dan efisien serta sekaligus menganggarkan biayanya. 4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam terkait mitigasi dan biaya dampak risiko. DAFTAR PUSTAKA Amir M.S (1979), Peti Kemas (Masalah dan Aplikasinya), PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Asaduzzaman et.al (2013), Assessing the Risk of Loss and Damage Associated with the Adverse Effects of Climate Change in Bangladesh, International Centre for Climate Change and Development (ICCCAD) Independent University, Bangladesh (IUB) Banu Santoso (1998), Port Terminal Operation, AMNI Semarang. Clifford F. Gray and Eric W. Larson (2006), Project Management : The managerial Process, 3rd Edition, The Mc Graw-Hill. Darmawi, Herman (2006), Manajemen Risiko, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Economic Commision for Latin America and The Caribbean (ECLAC 2003), Handbook for Estimating The Socio-economic and Environmental Effec of Disaster, Spanish Flanagan, R., & Norman, G. (1993), Risk Management and Construction, Cambridge Hasby, M. (2010), Penggunaan Pohon Keputusan dalam Teori Keputusan, Bandung. Health and Safety Executive, Port Skills and Safety (2010), Safety Guidance on Container Handling, United Kingdom.
in Port (SIP-003)
Hullet (2010), Decision Tree Analysis for the Risk Averse Organization, Los Angeles. Morlock & Edward (1978), Introduction to Transportation Engineering and Planning, Mcgraw-Hill College, United States. Peraturan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) (2010), Pedoman Teknis Manajemen Risiko Korporat di Lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero), Surabaya. PMBOK (2004), Project management body of knowledge, Third Edition, PMI, Munich. Roopdarahan Walke, Vinay Topkar, Sajal Kabiraj (2010), Risk Quantification Using EMV Analysis-A Strategic Case of Read Mix Concrete Plan, Civil and Enviironmental Engineering Department, VJTI, Mumbai, India. Ruslan, Rosady (2003), Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT. Raja. Grafindo Persada, Jakarta. Shang Kuo-chung and Tseng Wen-Jui (2010), A Risk Analysis of Stevedoring Operation in Seaport Container Terminal, Journal of Maritim Science and Technology, Vol. 18, No. 2, pp.201-210. Umar, H. (2001), Manajemen Risiko Bisnis: Pendekatan Financial dan Non Financial, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ISBN : 978-602-70604-0-1 D-1-9