ANALISA ALTERNATIF PERBAIKAN KAPASITAS SIMPANG LEBAK BULUS BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN Puja Hario Widiyatmo1, Eduardi Prahara, ST,. MT.2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan, Jl.K.H. Syahdan No9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Telp 08176443686, email:
[email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan, Jl.K.H. Syahdan No9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Telp 021-5345830, email:
[email protected] ABSTRAK
Tingginya penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di Jakarta mengakibatkan jumlah kendaraan di jalan dan persimpangan. Peningkatan ini mengakibatkan menurunnya kapasitas simpang. Penelitian ini mengambil contoh persimpangan Lebak Bulus untuk dilihat kapasitas simpangnya dan dianalisa bagaimana kapasitas tersebut bisa ditingkatkan dengan alternati-alternatif perbaikan yang ditawarkan. Hasil derajat kejenuhan eksisting adalah 0,91. Nilai derajat kejenuhan pada alternatif pelebaran lajur masuk sebesar 0,81, alternatif pelebaran jalan sebesar 0,82, alternatif pelebaran lajur masuk dan pelebaran jalan sebesar 0,77, alternatif perubahan fase sebesar 0,92, dan alternatif perubahan arus kendaraan sebesar 0,81. Alternatif yang memiliki nilai derajat kejenuhan terendah adalah alternatif pelebaran lajur masuk dan pelebaran jalan. Kata Kunci : Pelebaran jalan, perubahan fase, derajat kejenuhan, persimpangan Lebak Bulus.
ABSTRACT The high use of motor vehicles in Indonesia, especially in Jakarta resulted in the number of vehicles on the roads and intersections. This increase resulted in a decreased capacity of the intersection. This study took a sample intersection Lebak Bulus to see simpangnya capacity and analyzed how this capacity can be increased by alternati-improvement alternatives offered. The results of the existing degree of saturation is 0.91. Value of degree of saturation on alternate entrance lane widening of 0.81, 0.82 for road widening alternative, alternative entry lane widening and widening of 0.77, an alternative phase change of 0.92, and an alternative vehicle flow changes of 0.81 . An alternative that has the lowest value of the degree of saturation is an alternative entrance lane widening and widening. Keywords : Road widening, phase change, degree of saturation, the intersection of Lebak Bulus.
PENDAHULUAN Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi simpang. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang bersinyal mencakup : kapasitas, tundaan, derajat kejenuhan dan peluang antrian (MKJI,1997). Sebagai ibukota negara Indonesia, Jakarta memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak. Dengan begitu, maka akan timbul permasalahan pada saat semua orang bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan dalam rangka melancarkan arus transportasi di perkotaan. Hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh kelancaran pergerakan tersebut adalah dengan menghilangkan konflik pada persimpangan. Cara yang dapat digunakan adalah dengan mengatur pergerakan yang terjadi pada persimpangan. Adapun fasilitas yang dapat difungsikan adalah lampu lalu lintas. Salah satu kawasan simpang di Jakarta yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi adalah di persimpangan Lebak Bulus. Kemacetan yang terjadi pada persimpangan tersebut timbul karena volume kendaraan yang tinggi pada jam-jam sibuk pagi dan sore. Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis merasa perlu untuk menganalisis kapasitas simpang bersinyal pada persimpangan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah Menghitung volume kendaraan, data geometrik, dan waktu tempuh kendaraan pada persimpangan Lebak Bulus dan menganalisa perhitungannya dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan mencari alternatif perbaikan simpang yang baik pada persimpangan Lebak Bulus.
METODE PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan mencari masalah yang ada di suatu permasalahan transportasi. Dan dari permasalahan tersebut akan dicari sebuah pedoman untuk dijadikan acuan untuk pemecahan masalah, yaitu studi pustaka. Studi pustaka bisa didapatkan dari pengamatan secara langsung di lapangan atau mencari info dari berbagai sumber media. Tahapan berikutnya adalah mencari tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Berikutnya adalah melakukan identifikasi masalah mengenai hal-hal apa saja yang menyebabkan permasalahan di suatu persimpangan. Setelah itu dilakukan pencarian data, baik data primer maupun data sekunder. Langkah berikutnya adalah mengolah data-data yang sudah dikumpulkan, data tersebut nantinya akan dianalisa perhitungannya dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Selanjutnya adalah mencari alternatif untuk perbaikan kapasitas simpang, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan yang cukup dan dapat dijadikan acuan untuk perbaikan kapasitas simpang. Untuk kelancaran serta kemudahan dalam kegiatan penelitian yang dilakukan maka dibuat bagan alir. Metode yang dilakukan dalam penelitian analisa perbaikan kapasitas simpang pada persimpangan Lebak Bulus dapat dilihat dari bagan alir berikut :
Gambar 1 Flow Chart Metodologi Penelitian
HASIL DAN BAHASAN Pada penelitian ini dilakukan 3 macam survei, yaitu : survei volume kendaraan, survei geometrik eksisting, dan survei waktu tempuh kendaraan. Berikut adalah data-data yang didapat dari survei-survei tersebut. Pada persimpangan Lebak Bulus terdapat 9 arah yang akan menjadi survei untuk penelitian ini. Peneliti melakukan survei selama dua minggu. Hari yang ditinjau adalah hari Selasa dan Jumat untuk mewakili hari kerja, kemudian hari Sabtu dan Minggu untuk mewakili hari libur. Waktu pelaksanaan survei ditentukan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu : pagi hari pukul 06.00 – 09.00, siang hari pukul 12.00 – 14.00, dan sore hari pukul 16.00 – 19.00.
Gambar 2 Volume Kendaraan Hari Kerja
Gambar 3 Volume Kendaraan Hari Libur
Berikutnya adalah survei geometrik eksisting pada persimpangan Lebak Bulus.
Gambar 4 Denah Eksisting
Berikut adalah data survei geometrik pada persimpangan Lebak Bulus. Tabel 1 Waktu Tempuh Kendaraan Saat Jam Normal Waktu tempuh
Arah Pergerakan TB Simatupang Pondok Pinang Pondok Indah - Lebak Bulus Pondok Pinang - TB Simatupang
LV
HV
MC
6 menit 10 detik
6 menit 38 detik
4 menit 8 detik
2 menit 19 detik
2 menit 40 detik
1 menit 36 detik
2 menit 58 detik
3 menit 10detik
1 meint 50 detik
Tabel 2 Waktu Tempuh Kendaraan Saat Jam Sibuk Waktu tempuh
Arah Pergerakan TB Simatupang Pondok Pinang Pondok Indah - Lebak Bulus Pondok Pinang - TB Simatupang
LV
HV
MC
13 menit 7 detik
14 menit 11 detik
6 menit 1 detik
5 menit 21 detik
4 menit 50 detik
1 menit 57 detik
5 menit 43 detik
6 menit 9 detik
2 menit 9 detik
Berdasarkan survei-survei yang telah dilakukan didapatkan nilai derajat kejenuhan eksisting sebesar 0,99. Hal itu menunjukkan kondisi persimpangan Lebak Buluis sudah jenuh atai mendekati kapasitas. Untuk itu diperlukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Peneliti akan menganalisa perbaikan simpang dengan 5 cara, yaitu : pelebaran lajur masuk, pelebaran jalan, kombinasi pelebaran lajur masuk dan pelebaran jalan, perubahan fase, perubahan arus kendaraan. Tabel 3 Rincian Kegiatan Alternatif Perbaikan Alternatif
Kegiatan
1
Pelebaran Lajur Masuk
2
Pelebaran Jalan
3
Pelebaran Lajur Masuk dan Pelebaran Jalan
Sub Kegiatan Melebarkan lajur masuk pada pendekat TB Simatupang sebesar 1,5 m Mengurangi lajur belok kiri langsung pada pendekat TB Simatupang sebesar 1,5 m Melebarkan lajur masuk pada pednekat Pondok Indah sebesar 2 m Mengurangi lajur belok kiri langsung pada pendekat Pondok Indah sebesar 2 m Melebarkan jalan pada pendekat TB Simatupang sebesar 2 m pada sisi kanan jalan Melebarkan jalan pada pendekat Pondok Indah sebesar 1 m pada sisi kiri jalan Melebarkan jalan pada pendekat Pondok Pinang sebesar 2 m pada sisi kanan jalan Melebarkan lajur masuk pada pendekat TB Simatupang sebesar 1,5 m Mengurangi lajur belok kiri langsung pada pendekat TB Simatupang sebesar 1,5 m Melebarkan pendekat TB Simatupang sebesar 2 m pada sisi kanan jalan
Melebarkan lajur masuk pada pednekat Pondok Indah sebesar 2 m Mengurangi lajur belok kiri langsung pada pendekat Pondok Indah sebesar 2 m Melebarkan pendekat Pondok Indah sebesar 1 m pada sisi kiri jalan Melebarkan simpang Pondok Pinang sebesar 2 m pada sisi kanan jalan Merubah fase dari 3 fase menjadi 2 fase Fase 1 : Waktu hijau secara bersamaan pada pendekat TB Simatupang dan Pondok Pinang 4
Perubahan Fase
5
Perubahan Arus Kendaraan
Fase 2 : Waktu hijau pada pendekat Pondok Indah Memberi pelarangan belok kanan pada pendekat TB Simatupang dan Pondok Pinang Merubah arus lalu lintas pada pendekat TB Simatupang dan Pondok Pinang yang ingin belok kanan harus memutar balik pada persimpangan berikutnya Pada pendekat TB Simatupang dan Pondok Indah untuk lajur belok kiri langsung dirubah menjadi belok kiri tidak langsung
Tabel 4 Perbandingan Kondisi Eksisting Dengan Alternatif-Alternatif Yang Direncanakan Panjang Tundaan Kelas Derajat Kondisi Pendekat Antrian Rata-Rata Pelayanan Kejenuhan (m) (det/SMP) Jalan Eksisting
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Alternatif 5
S
0,91
139,80
38,86
T
0,91
244,64
63,96
U
0,91
110,48
72,70
S
0,81
121,24
22,99
T
0,81
185,14
37,50
U
0,81
104,58
41,00
S
0,82
116,10
23,46
T
0,82
207,58
35,75
U
0,82
95,14
41,13
S
0,77
103,01
19,41
T
0,77
207,58
26,76
U
0,77
77,84
32,35
S
0,92
175,64
48,10
T
0,92
244,64
73,59
U
0,92
120,18
79,99
S
0,81
139,80
18,61
T
0,81
131,73
37,97
U
0,81
87,82
39,69
Berdasarkan tabel di atas untuk perencanaan : Alternatif 1 : Nilai derajat kejenuhan 0,81 < 0,91
E
D
D
C
E
D
Tundaan dan panjang antrian mengalami perbaikan Tingkat pelayanan kelas jalan membaik dari kelas E menjadi kelas D Alternatif 2 : Nilai derajat kejenuhan 0,82 < 0,91 Tundaan dan panjang antrian mengalami perbaikan Tingkat pelayanan kelas jalan membaik dari kelas E menjadi kelas D Alternatif 3 : Nilai derajat kejenuhan 0,77 < 0,91 Tundaan dan panjang antrian mengalami perbaikan Tingkat pelayanan kelas jalan membaik dari kelas E menjadi kelas C Alternatif 4 : Nilai derajat kejenuhan 0,92 > 0,91 Tundaan dan panjang antrian pada pendekat Selatan dan Utara tidak mengalami perbaikan Tingkat pelayanan kelas jalan tetap di kelas E Alternatif 5 : Nilai derajat kejenuhan 0,81 < 0,91 Tundaan dan panjang antrian mengalami perbaikan Tingkat pelayanan kelas jalan membaik dari kelas E menjadi kelas D Berdasarkan analisa terhadap alternatif-alternatif perbaikan yang telah dilakukan , yang memiliki nilai derajat kejenuhan terendah adalah alternatif kombinasi pelebaran lajur masuk dan pelebaran jalan yaitu sebesar 0,77, dan masuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas C. Langkah berikutnya adalah memprediksi jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor untuk 5 tahun mendatang pada persimpangan Lebak Bulus. Tabel 5 Prediksi Pertumbuhan Kendaraan Untuk 5 Tahun Mendatang Pada Persimpangan Lebak Bulus Tahun Peningkatan (SMP/tahun) Total (SMP/tahun) Pendekat 0
S
25.795.572
1
2.854.605
28.650.177
2
3.200.374
31.850.551
3
3.589.408
35.439.959
4
4.027.242
39.467.202
5 Tahun
4.326.341 Peningkatan (SMP/tahun)
43.793.543 Total (SMP/tahun)
0 T
7.350.078
1
754.568
8.104.646
2
842.332
8.946.978
3
941.054
9.888.033
4
1.052.313
10.940.346
5 Tahun
1.883368 Peningkatan (SMP/tahun)
12.823.714 Total (SMP/tahun)
0 U
7.653.618
1
699.871
8.453.489
2
776030
9.577.799
3
855710
10.433.509
4
944641
11.378.151
5
1133374
12.511.525
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat prediksi pertumbuhan kendaraan pada tahun 2017 untuk pendekat Selatan berjumlah 43.793.543 SMP/tahun, untuk pendekat Timur berjummlah 12.823.714 SMP/tahun, dan untuk pendekat Utara berjumlah 12.511.525 SMP/tahun.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa yang telah peneliti buat pada laporan ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan survei volume kendaraan, geometrik, dan waktu tempuh kendaraan didapatkan hasil sebagai berikut : • Untuk pendekat dari simpang TB Simatupang volume kendaraan adalah sebesar 34.963 (SMP/8 jam tinjauan), lebar simpang adalah sebesar 13,8 m , dan waktu tempuh kendaraan untuk kendaraan ringan 13 menit 7 detik, kendaraan berat 14 menit 11 detik, dan sepeda motor 6 menit 1 detik. • Untuk pendekat dari simpang Pondok Indah saat volume kendaraan adalah sebesar 20.203 (SMP/8 jam tinjauan), lebar simpang adalah sebesar 10,4 m, dan waktu tempuh kendaraan untuk kendaraan ringan 5 menit 21 detik, kendaraan beran 4 menit 50 detik, dan sepeda motor 1 menit 57 detik. • Untuk pendekat dari simpang Pondok Pinang volume kendaraan adalah sebesar 18.253 (SMP/8 jam tinjauan), lebar simpang adalah sebesar 15,6 m, dan waktu tempuh kendaraan untuk kendaraan ringan 5 menit 43 detik, kendaraan berat 6 menit 9 detik, dan sepeda motor 2 menit 9 detik. 2. Nilai derajat kejenuhan eksisting pada persimpangan Lebak Bulus adalah sebesar 0,91. Berdasarkan tabel klasifikasi jalan, dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,91 termasuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas E. 3. Alternatif 1 berupa pelebaran lajur masuk menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,81 dan masuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas D. 4. Alternatif 2 berupa pelebaran jalan menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,82 dan masuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas D. 5. Alternatif 3 berupa pelebaran lajur masuk dan pelebaran jalan menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,77 dan masuk aktegori tingkat pelayanan jalan kelas C. 6. Alternatif 4 berupa perubahan fase menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,92 dan masuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas E. 7. Alternatif 5 berupa perubahan arus kendaraan menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,81 dan masuk kategori tingkat pelayanan jalan kelas D. 8. Dari kelima alternatif tersebut, yang nilai derajat kejenuhannya paling kecil adalah alternatif 3 dan mempunyai tingkat pelayanan jalan kelas C yaitu arus stabil dan kecepatan dikontrol lalu lintas.
REFERENSI Aly, Hamid, Sumarni & Ramli, Isran, M (2006). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal pada Jl. Urip S – Jl. AP. Pettarani – Jl. Tol Reformasi di Kota Makassar. Bayasut, Tun, Muzambeth, Zain, Emal (2010). Analisa dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas Jl. Diponegoro, Surabaya. Fricker, Jon D & Whitford, Robert K. Fundamentals of Transportation Engineering. Pearson International Edition. H.Oglesby, Clarkson., Gary Hicks,R.(1996). Teknik Jalan Raya. Edisi IV, Penerbit ERlangga, Jakarta Karya, PT. Bina (persero) dan SWEROAD. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Direktorat Jendral Bina Marga. Katipana, Udayana, Musa (2010). Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Pada Jl. Raya Gedangan – Jl. Letnan Jend. S.Parman – Jl. Raya Ketajen – Jl. KH. Mukmin, Sidoarjo. Laporan Praktikum Teknik Lalu Lintas (2009). Liputo, Arifin & Ramli, Isran.M.(2006). Studi Kinerja Ruas dan Persimpangan di Kawasan Lapangan Karebosi pada Jl. Jend. Sudirman di Kota Makassar. Morlok, Edward, K. (1995). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Elangga, Jakarta Papacostas.C.S & Prevedouros. P.D. Transportation Engineering & Planning. Third Edition. University of Hawaii at Manoa.
P.Roess, Roger . S.Prassas, Elena. R.McShane, William (2004). Traffic Engineering. Third Edition. Pearson Education . US Saodang, Hamiran (2005). Konstruksi Jalan Raya. Edisi Kedua. Nova, Bandung. Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma Sukirman, Silvia (2002). Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova, Bandung Tamin, Ofyar, Z (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Edisi II. Penerbit ITB, Bandung.
RIWAYAT PENULIS Puja Hario Widiyatmo lahir di kota Jakarta pada 10 Juni 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada 2012.