NILAI pH, N–AMONIAK, DAN VFA SISTEM RUMEN IN VITRO CAMPURAN JERAMI PADI DAN DAUN MURBEI (MORUS ALBA) YANG DITAMBAHKAN UREA MINERALMOLASES LIQUID (UMML)
SKRIPSI
Oleh
CANDRA I 211 08 259
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
i
NILAI pH, N–AMONIAK, DAN VFA SISTEM RUMEN IN VITRO CAMPURAN JERAMI PADI DAN DAUN MURBEI (MORUS ALBA) YANG DITAMBAHKAN UREA MINERALMOLASES LIQUID (UMML)
Oleh
CANDRA I 211 08 259
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Candra
NIM
: I 211 08 259
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli. b. Apabila sebagaian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Juli 2013
CANDRA
iii
Judul Skripsi
: Nilai pH, N–Amoniak, Dan VFA Sistem Rumen In Vitro Campuran Jerami Padi dan Daun Murbei (Morus Alba) Yang Ditambahkan Urea Mineral Molases Liquid (Umml)
Nama
: Candra
Nomor Induk Mahasiswa
: I 211 08 259
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dr. Ir. SyahrianiSyahrir, M.Si Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. H. SyamsuddinHasan, M.Sc Dekan Fakultas Peternakan
Tanggal Lulus :
Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Rasjid, M.Sc Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si Ketua Jurusan
Agustus 2013
iv
Candra(I211 08 259). Nilai pH, N–Amonia dan VFA Sistem Rumen In Vitro Campuran Jerami Padi dan Daun Murbei (Morus alba) yang Diberikan Urea Mineral Molases Liquid (UMML). DibawahBimbingan Syahriani Syahrir(Pembimbing Utama) dan Sjamsuddin Rasjid(Pembimbing Anggota) ABSTRAK Pemanfaatan limbah pertanian secara optimal sebagai sumber pakan merupakan salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan pada ruminansia ialah jerami padi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbangan campuran jerami padi dan daun murbei yang diberikan UMML terhadap permentabilitas bahan yang ditandai dengan Nilai pH, N amonia dan volatile fatty acids (VFA) sistem rumen in vitro.Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai November 2012.Analisa VFA dan N-Amoniak selama proses fermentasi di Laboratorium HerbivoraFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.Penelitian di atur menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK).Terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan (kelompok).Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuankombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMMLtidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap Nilai pH, berbeda nyata (P<0,05) terhadap N Amonia dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap VFA. Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan UMML akan memperbaiki hasil fermentasi dan memperbaiki nilai pH , N-Amoniak dan VFA. Kata Kunci: Jerami Padi, Cairan Rumen , Daun Murbei dan Urea Mineral MolasesLiquid (UMML)
v
Candra (I 211 08 259). PH value, N-Ammonia and VFA Systems In Vitro Rumen Mixed Rice Straw and Leaves Mulberry (Morus alba) Provided Urea Molasses Mineral Liquid (UMML). Under the Guidance SyahrianiSyahrir (Main Supervisor) and SjamsuddinRasjid (Supervising Member)
ABSTRACT Optimal utilization of agricultural waste as a source of food is one way to meet the needs of animal feed. One agricultural wastes can be used as feed material is rice straw in ruminants. This study aimed to determine the effect of a mixture of rice straw and balance mulberry leaves given to permentabilitas UMML materials characterized by pH, ammonia N and volatile fatty acids (VFA) rumen in vitro system. The research was conducted in October 2012 to November 2012. Analysis of N-Ammonia and VFA during fermentation in herbivores Faculty of Animal Laboratory Hasanuddin University, Makassar. Research on the set according to randomized block design (RBD). Consists of 3 treatments and 5 replicates (groups). Based on the analysis of variance showed that combination treatment of rice straw and mulberry leaves are added to UMML not significantly different (P> 0.05) on pH value, significantly different (P <0.05) and ammonia N was not significantly (P> 0, 05) against the VFA. Based on the results and discussion, it can be concluded that with the addition of UMML will improve the fermentation and improve the value of pH, N-Ammonia and VFA. Keywords: Rice Straw, Rumen Fluid, Mulberry Leaf and Urea Mineral MolassesLiquid (UMML)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian serta menulisnya dalam bentuk skripsi.Shalawat serta salam penulis haturkankepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. SyamsuddinHasan, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Peternakan, serta Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si beserta dosen dan staf karyawan dan karyawati Laboratorium yang telah banyak memberikan penulis pengetahuan yang begitu berharga dan penasehat akademik Dr. Ir. SyamsuddinNompo, M.S. yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis selama mengkuti pendidikan di Fakultas Peternakan Unhas. Ibu Dr. Ir. SyahrianiSyahrir, M.Si sebagai pembimbing utama dan bapak Prof. Dr. Ir. H. SjamsuddinRasjid, M.Sc sebagai pembimbing anggota yang dengan ikhlas meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan bantuan selama masa penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT menjaga keduanya dan membalas dengan kebaikan yang banyak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda H.Toni dan Ibunda Hj. Halija yang dengan dan penuh perjuangan dalam membesarkan, mendidik serta memberikan dorongan vii
moral dan materil kepada ananda hingga saat ini, sehingga ananda dapat menyelesaikan masa pendidikan, terima kasih atas doa restunya. Dan tak lupa juga ungkapan terima kasih buat saudara-saudariku Dr. Marwah Toni terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya selama ini serta saran yang tak berujung dari kalian. Ucapan terima kasih terkhusus untuk Evha, Novi, Nuarty, Tri Lego, Ria serta SPESIES 08 yang selama ini menjadi teman, sahabat bahkan seperti saudara yang senantiasa memberi warna setiap keseharian. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan makan penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangung demi kesempurnaan
penulisan berikutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat kepada orang-orang yang telah membacanya. Wassalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh
Makassar,
Juli 2013
Penulis
Candra
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................
1
Rumusan Masalah ...............................................................................
2
Hipotesis ..............................................................................................
3
Tujuan dan Kegunaan...........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Jerami Padi Sebagai Bahan Pakan ...........................................
4
Tanaman Murbei Dan Potensinya Sebagai Bahan Pakan Ternak ..........
6
Pencernaan Ternak Ruminansia............................................................
9
KecernaanIn Vitro
....................................................................
12
ix
Produksi Volatile Fatty Acids (VFA) Rumen ......................................
13
N- Amoniak ........ ................................................................................
14
Nilai Ph ............... ................................................................................
15
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ..............................................................................
16
Materi Penelitian ................................................................................
16
Metode Penelitian ...............................................................................
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan .........................................................................
21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .........................................................................................
25
Saran ..................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
26
LAMPIRAN ................................................................................................
30
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1.
Komposisi Zat Makanan Jerami Padi ...............................................
5
2.
Komposisi Nutrient Daun Murbei ......................................................
9
3.
Kadar Mineral UMML ........................................................................
16
4.
Komposisi Zaliva Buatan ..................................................................
17
5.
Rerata Nilai VFA, N-Amoniak , dan Ph Sistem Rumen In Vitro Kombinasi Jerami Padi Dan Daun Murbei Yang Ditambahkan Dengan UMML....................................................................................
21
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1.
Jerami Padi ......................................................................................
4
2.
Tanaman Murbei (Morus Alba) ...........................................................
7
3.
Sistem Pencernaan Ruminansia ..............................................................
10
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman Teks
1.
2.
3.
4.
Analisis sidik ragam pengurangan dan uji Duncan VFA system rumen in vitro kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML .....................................................................................
28
Analisis sidik ragam pengurangan dan uji Duncan pH system rumen in vitro kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML .................................................................................................
31
Analisis sidik ragam pengurangan dan uji Duncan N – Amoniak system rumen in vitro kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML .................................................................
34
Foto-foto kegiatan selama penelitian ......................................................
39
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang Hewan ternak merupakan sumber protein hewani dalam kehidupan manusia, sehingga pemeliharaan ternak banyak dikembangkan oleh masyarakat. Salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ternak adalah pakan. Kualitas pakan sangat berpengaruh terhadap kualitas hewan ternak yang dipelihara, sehingga pakan yang baik harus dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan produktivitas ternak. Terbatasnya pakan dan harga pakan yang semakin tinggi merupakan kendala dalam penyediaan pakan. Hal tersebut dapat mendorong suatu usaha untuk mencari sumber pakan baru. Pemanfaatan limbah pertanian secara optimal sebagai sumber pakan merupakan salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan pada ruminansia adalah jerami padi. Jerami padi merupakan limbah pertanian yang banyak tersedia terutama pada musim panen, namun jerami padi merupakan pakan berkualitas rendah akibat tingginya kandungan karbohidrat struktural. Beberapa usaha telah dilakukan untuk meningkatkan daya guna jerami padi, baik dengan meningkatkan kualitas zat makanan jerami maupun penambahan bahan pakan berkualitas dalam pakan. Peningkatan daya guna jerami padi dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis, namun usaha tersebut terkendala oleh biaya pengolahan yang mahal. Cara alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya guna jerami padi yaitu dengan penambahan
1
konsentrat, namun harga konsentrat yang terus meningkat mengakibatkan pemberian konsentrat harus dibatasi. Untuk itu perlu dicari sumber pakan lain yang ketersediaan dan kualitasnya dapat menggantikan konsentrat. Daun murbei memiliki potensi produksi mencapai 19 ton BK/ha/tahun (Boschini, 2002). Daun murbei juga mempunyai kandungan Protein Kasar (PK) yang cukup tinggi yaitu sekitar 18-28 % (Machii et al., 2000) dan mengandung serat kasar yang rendah sekitar 10,57 % (Ekastuti, 1996). Daun murbei mengandung asam askorbat, asam folat, karoten, vitamin B1, pro vitamin D, mineral Si, Fe, Al, Ca, P, K, dan Mg (Singh, 2002). Murbei merupakan jenis tanaman yang mudah beradaptasi. Tanaman ini dapat tumbuh hampir di semua tempat dengan variasi suhu, pH tanah, bahkan ketinggian yang cukup besar, sehingga tanaman ini banyak dimanfaatkan dan dikembangkan di berbagai tempat. Rumusan Masalah Meskipun jerami padi dan daun murbei sudah digunakan sebagai bahan pakan
ruminansia,
namun
nilai
gunanya
masih
perlu
ditingkatkan.
Penggunaannya sebagai pakan perlu di tingkatkan antara lain dengan penambahan urea mineral molasses liquid (UMML) untuk mengoptimalkan fermentabilitasnya dalam rumen. Selain sebagai sumber nutrisi pelengkap, UMML juga akan meningkatkan palatabilitas pakan. Namun penempatannya perlu di perhatikan dari ekonomisnya, sehingga harus di tentukan jumlah UMML yang optimal pada ransum yang mengandung jerami padi.
2
Hipotesis Diduga semakin banyak penambahan urea mineral molases liquit (UMML) dalam campuran jerami padi dan daun murbei, maka fermentabilitasnya dalam rumen semakin meningkat. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran jerami padi dan daun murbei yang diberikan UMML terhadap nilai pH, ammonia dan VFA system rumen in vitro. Kegunaan penelitian
ini adalah agar
dapat
memberikan manfaat
pengetahuan tentang pencampuran limbah pertanian jerami padi dan daun murbei yang diberikan UMML.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Jerami Padi Sebagai Bahan Pakan Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang telah banyak dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia, terutama pada saat musim kemarau dan setelah musim panen. Menurut Doyle et al., (1986) jerami padi merupakan bagian vegetatif tanaman padi yang telah diambil bulir padinya. Tingginya ketersediaan jerami padi terutama setelah panen menjadikan Jerami padi sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan sumber energi bagi ternak ruminansia.
Gambar 1. Jerami Padi Terbatasnya manfaat jerami padi sebagai pakan, karena jerami padi kaya akan kristal silika, karbohidrat sebagian besar telah membentuk ikatan lignoselulosa dan ligno-hemiselulosa, dan kandungan proteinnya rendah sehingga mengakibatkan kecernaan jerami rendah (Doyle et al, 1986). Rangkuti (1987), menyatakan bahwa jerami padi mengandung zat – zat makanan yang rendah sehingga mengakibatkan kecernaan jerami padi rendah. Kandungan protein kasar yang rendah (3,5%) dan kandungan serat kasarnya tinggi (31,5 – 46,5%) sehingga
4
kemampuan ternak untuk mengkomsumsi bahan kering hanya sekitar dari bobot badan dan kecernaan sekitar 35-40 %. Faktor-faktor yang menghambat penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia antara lain rendahnya kandungan zat makanan, nilai kecernaan maupun palatabilitasnya. Hal ini disebabkan tanaman padi yang dipanen pada umur tua mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi dan tingkat lignifikasi yang sempurna sehingga sulit dirombak oleh mikroba rumen (Wardhani dkk., 1983). Dinding sel jerami padi sebagian besar tersusun dari lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Kandungan dan komposisi nutrien jerami padi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Jerami Padi Komponen Selly (1994) Doyle et al (1986)
Laconi (1992)
Bahan kering (%)
89,41
100
100
Bahan organik (%)
78,96
-
78,27
Abu (%)
-
-
21,73
Serat kasar (%)
-
28,79
30,80
3,35
4–8
3,53
Hemiselulosa (%)
-
21 – 29
-
Selulosa (%)
-
35 – 49
-
Silika (%)
18,32
-
18,32
Protein kasar
7,72
2,2 – 9,5
6,63
NH3 (nM)
4,89
-
-
VFA (nM)
49,26
-
-
KCKB (%)
20,97
-
-
KCBO (%)
20,1
-
-
Lignin (%)
5
Menurut Sutardi (1979), jerami padi sebagai makanan ternak masih terbatas pemanfaatannya karena hanya berperan sebagai bulk serta menggantikan tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak akan rumput, selain itu jerami padi mempunyai nilai nutrisi yang rendah karena kecernaannya hanya sekitar 35-40 %, dengan nilai kecernaan bahan kering (KCBK) 20,97 % dan kecernaan bahan organik (KCBO) 20,1 % (Selly, 1994). Selanjutnya dinyatakan bahwa rendahnya kecernaan jerami padi disebabkan oleh tanaman padi yang dipanen pada umur tua mempunyai kandungan lignin yang tinggi sehingga sulit dirombak oleh mikroba rumen. Kandungan serat kasar yang tinggi akan menghambat gerak laju digesta di dalam saluran pencernaan (Winugroho dkk., 1983). Jerami padi mengandung silika yang terikat ke dalam gugus organik. Bersama-sama dengan mineral lain, silikat membentuk suatu lapisan tipis yang menyelimuti bagian luar dinding sel sehingga dapat menghalangi kerja enzim pencerna bahan organik. Adanya faktor pembatas tersebut menyebabkan penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak perlu dilengkapi dengan pemberian pakan penguat (Sofyan dan Sriharini, 1986). Tanaman Murbei dan Potensinya sebagai Bahan Pakan Ternak Daun murbei merupakan produk dari tanaman murbei yang banyak dimanfaatkan dalam proses pengembangbiakan ulat sutera.
Tanaman murbei
dapat tumbuh mulai dari daerah dingin hingga daerah yang panas. Tanaman murbei sangat cocok ditanam pada lahan terbuka karena membutuhkan banyak cahaya untuk dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Ketinggian yang optimum untuk tanaman murbei yaitu 400-700 m diatas permukaan laut (Atmosoedarjo dkk., 2000).
6
Potensi produksi daun murbei mencapai 22 ton BK/ha/tahun. Potensi produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa seperti gamal (Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7-9 ton BK/ha/tahun (Horne et al., 1994) dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7-8 ton BK/ha/tahun (Suyadi dkk., 1989). Meskipun produksi daun murbei cukup tinggi, fokus pemanfaatan tanaman ini hanya untuk pakan ulat sutera.
Gambar 2 : Daun Murbei Tanaman murbei (Morus sp.) merupakan bagian dari ordo urticalis, family Moraceae dan Genus Morus (Martin et al. 2000). Beberapa nama umum dari tanaman ini antara lain: White mulberry, Russian mulberry, Silkworm mulberry, Moral blanco, karta, kitau (Sumatra), murbai, besaran (Jawa), Sangye (China), may mon, dau tam (Vietnam). Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut (Martin dkk. 2002) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
7
Kelas : Dicotyledone Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Morus Spesies : Lebih dari 30 species dan 300 varietas Tanaman murbei termasuk semak atau pohon berukuran kecil sampai sedang dengan tinggi tanaman mencapai 15 m dan diameter batang mencapai 60 cm.Tanaman murbei dapat tumbuh di daerah temperit sampai ke daerah tropik yang kering. Tanaman ini toleran tumbuh pada suhu lingkungan 5.9 sampai 27.50C dan pH tanah dari 4.9 sampai 8.0. Di India dilaporkan bahwa tanaman murbeidapat tumbuh pada daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 3300 m dpl.
Tanaman murbei dapat diperbanyak dengan biji, stek atau okulasi.
Perbanyakan dengan biji relatif lebih mahal, tetapi menghasilkan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perbanyakan melalui stek. Perbanyakan tanaman dengan stek membutuhkan 75.000 sampai 120.000 stek/ha, sedangkan perbanyakan dengan okulasi membutuhkan 4000 tanaman/ha.
Teknik
perbanyakan tanaman dengan okulasi secara eksklusif dilakukan di Jepang (Machii et al. 2002).
8
Tabel 2. Komposisi nutrien daun murbei Komposisi Nutrien Varietas Murbei Morus Morus alba Nigra Air (%) 82.27 83.17 Potein Kasar (%) 20.15 20.06 Serat Kasar (%) 13.27 16.19 Lemak Kasar(%) 3.62 3.63 Abu (%) 10.58 10.77 Sumber : Samsijah (1992)
Morus Morus multicaulis cathayana 77.11 79.55 15.51 18.53 12.55 12.89 3.64 3.69 10.97 14.84
Morus Australis 83.89 19.44 12.82 4.10 10.63
Daun murbei dapat digunakan sebagai bahan pakan, yakni sebagai suplemen dalam pakan yang berkualitas rendah seperti jerami padi. Hal tersebut disebabkan daun murbei mempunyai kandungan protein yang tinggi, yaitu sekitar 18-28 %, selain itu kecernaan protein daun Murbei dalam rumen juga tinggi (87,3%) (Machii et al., 2000). Pencernaan Ternak Ruminansia Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi).
Pakan berserat (hijauan) yang dimakan
ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi retikulum rumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulum rumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen.
9
Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi.
Sedangkan pencernaan hidrokitik membutuhkan bantuan enzim
dalam mencerna pakan. Ternak ruminansia besar seperti sapi potong dan sapi perah dapat memanfaatkan pakan dengan kandungan nutrisi yang sangat rendah, akan tetapi boros dalam penggunaan energi (Anonim, 2012).
Gambar 3. Sistem Pencernaan Ruminansia Proses pencernaan pakan pada ternak ruminansia terdiri dari : Pencernaan Mekanis, dilakukan di dalam mulut, Pencernaan Fermentatif, dilakukan oleh mikroba daalam rumen dan Pencernaan Hidrolisis, dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan.
10
Di dalam perut, pakan akan diolah di 4 kompartemen perut, yaitu : Rumen (perut beludru), Retikulum (perut jala), Omasum(perut buku,tersusun +/100 lipatan) dan Abomasum (perut/lambung sejati, karena baik anatomis maupun fisiologisnya sama dengan lambung non-ruminansia Alat pencernaan sapi ini, berkembang dalam 3 fase sesuai dengan umur sapi yaitu (Anonim, 2012). 1. Fase ini terjadi pada pedet yang baru lahir. Volume retikulo-rumen pada pedet yang baru lahir hanya sekitar 30% dari total kapasitas total perut dan rumennya masih belum berfungsi. Oleh sebab itu, pada fase ini Nutrisi didapat hanya dari susu yang berasal dari induknya. Proses pengolahanya pun langsung ke omasum (tanpa melewati rumen), melalui suatu saluran yang disebut esophagialgroove. Saluran ini menghubungkan esophagus dan reticular omasal orifice. 2. Fase Transisi. Fase ini terjadi pada pedet yang telah berusia 2 minggu. Pada usia ini pedet akan mulai belajar memakan pakan kasar (hijauan). Secara bertahap rumen juga berkembang, lebih cepat dari pada kompartemen perut yang lain. Pada fase ini pula mikroba mulai dan rumen mulai berfungsi sebagai tempat fermentasi karbohidrat. 3. Fase Ruminansia. Fase ini terjadi pada pedet yang telah berumur 6 minggu. Alat pencernaan mulai berkembang menuju kesempurnaan, hingga komposisi rumen mencapai 81%, retikulum 3%, omasum 7%, dan abomasum 9% dari volume total perut.
11
Kecernaan In Vitro In vitro adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar tubuh ternak dengan mengikuti keadaan yang sesungguhnya pada ternak tersebut. Secara tidak langsung kita dapat mengamati kegiatan yang terjadi di dalam rumen dengan cara in vitro (Arora, 1989). Kondisi yang dapat dimodifikasi dalam hal ini antara lain penggunaan larutan penyangga dan media nutrisi, tabung fermentasi, pengadukan dan fase gas, suhu fermentasi, pH optimum, sumber inokulum, kondisi anaerob, periode waktu fermentasi serta akhir proses fermentasi.Teknik kecernaan in vitro memiliki keuntungan yaitu cepat, murah, dan prediksi tepat dibandingkan in vivo yang biasanya untuk kecernaan ruminansia. Menurut Kamaruddin dan Sutardi (1977) pada proses in vitro penggunaan waktu inkubasi 24 jam dengan pertimbangan praktis dan untuk memperkecil keragaman hasil fermentasi karena pengukuran yang diperoleh dari hasil fermentasi yang inkubasinya terlalu pendek cenderung besar keragamannya. Metode in vitro sering digunakan untuk mengetahui kecernaan hewan, pakan dan hasil proses pencernaan dalam saluran pencernaan ternak. Teknik in vitro memberikan hasil analisa yang cepat dalam proses yang murah dan jumlah yang digunakan sangat sedikit (Tisserand, 1989). Tilley and Terry (1963) mengembangkan suatu prosedur pengukuran kecernaan in vitro yang banyak digunakan hingga sekarang. Pengukuran nilai kecernaan bahan makanan secara in vitro menggunakan cairan rumen, saliva buatan dan bahan pakan yang dicampur ke dalam tabung pencerna.
12
Kelebihan metode in vitro adalah hasil penelitian dapat diperoleh dalam waktu singkat beberapa bahan makanan yang tidak dapat diberikan secara tunggal pada hewan, kecernaannya dapat diteliti dengan metode in vitro tidak diperlukan pengumpulan feses atau sisa makanan, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Sedangkan kekurangannya adalah menggunakan waktu standar,
padahal waktu lamanya bahan makanan berada dalam rumen bervariasi menurut jenis dan bentuk makanan, tidak terjadi penyerapan zat-zat makanan seperti yang terjadi pada hewan hidup (Rusdi, 2000). Produksi Volatile Fatty Acids Rumen Volatile Fatty Acids (VFA) atau asam lemak terbang merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konsentrasi VFA pada cairan rumen dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktifitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999). Ransum yang diberikan pada ternak ruminansia umumnya mengandung karbohidrat sekitar 60-75%. Karbohidrat yang masuk ke dalam rumen akan dihidrolisa menjadi monosakarida, terutama glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Glukosa tersebut akan difermentasi menjadi VFA berupa asetat, propionat, dan butirat, CH4 dan CO2. VFA merupakan sumber energi yang penting bagi ternak karena digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme pencerna serat kasar dalam rumen serta dapat digunakan sebagai sumber kerangka karbon untuk pembentukan protein mikroba (Sutardi dkk., 1983).
13
Produksi VFA yang dihasilkan dalam rumen sangat bervariasi tergantung pada ransum yang dikonsumsi, yaitu antara 200-1500 mg/1000 ml cairan rumen.Kadar VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan optimal rumen adalah 80-160 mM (Sutardi, 1979) dan VFA yang dihasilkan mampu menyediakan 50-70% energi yang dapat dicerna oleh ruminansia. Banyaknya VFA yang ada dalam rumen dicirikan oleh aktivitas mikroba, jumlah VFA yang diserap atau keluar dari rumen (Church, 1974). Menurut penelitian Yulistiani (2008), daun murbei yang disuplementasikan pada ruminansia menghasilkan VFA sebesar 79,2 mM dengan pH 6,8.
Nilai ini masih lebih besar dibandingkan
dengan suplementasi urea dan dedak padi yang menghasilkan VFA 56,05 mM dengan pH 6,73, bahkan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian lamtoro yang hanya menghasilkan VFA 37,3 mM. N - Amoniak Amoniak
merupakan
nitrogen
yang
paling
banyak
dibutuhkan
mikroorganisme rumen yang bersama dengan kerangka karbon dari sumber energi akan disintesa menjadi protein mikroba. Hungate, (1966), menjelaskan bahwa mikroorganisme sangat penting untuk mengatur kecepatan tumbuh dan efisiensi penggunaan makanan bagi ruminansia dan nutrisi mikroorganisme ini sangat penting untuk induk semang. Faktor – faktor pembatas untuk pertumbuhan mikroba rumen adalah ketersediaan ammonia, asam amino, sulfur dan mineral (Tamminga, 1982). dan Apabila nutrisi tidak mencukupi maka pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi
14
oleh ketersediaan energi. Amonia yang tidak digunakan oleh bakteri akan diserap oleh dinding rumen (Van Soest, 1982). Nilai pH Proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 – 7,0. Kondisi rumen yang anaerob, suhu rumen yang konstan dan adanya kontraksi rumen dapat menyebabkan kontak antara enzim dan substrat menjadi meningkat dan laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu mempunyai isi (Darwis dkk., 1990). Nilai pH rumen terendah umumnya dicapai antara dua sampai enam jam setelah makan (Dehority & Tirabasso (2001) Syahrir (2009)). Nilai pH media in vitro yang diukur setelah 4 jam fermentasi dikategorikan ke dalam pH optimal yakni pada kisaran 6,9 sampai 7,0. Hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya proses degradasi pakan yang baik, karena pada pH tersebut mikroba penghasil enzim pencerna serat kasar dapat hidup secara optimum dalam rumen (Jean-Blain, 1991 Syahrir, 2009).
15
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai November 2012 dengan melalui dua tahap. Analisa VFA dan N-Amoniak selama proses fermentasi di Laboratorium Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan sepertioven, shaker waterbath, sumbat karet, kain kasa, tabung fermentor, syringe. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun murbei, jerami padi UMML (Tabel 3), cairan rumen, kertas saring Whatman 41, kain kasa, kertas aluminium foil, larutan buffer (Tabel 4). Tabel 3. Kadar Mineral UMML (Syahrir. dkk., 2012). No Komponen Mineral Satuan 1 Phosphor (P) % 2 Kalium (K) % 3 Calsium (Ca) % 4 Magnesium (Mg) % 5 Sulfur (S) % 6 Clorida (Cl) % 7 Natrium (Na) % 8 Zink (Zn) Ppm 9 Cadmium (Cd) Ppm 10 Mangan (Mn) Ppm 11 Cobalt (Co) Ppm 12 Plumbum (Pb) Ppm 13 Cumprum (Cu) Ppm 14 Cromium (Cr) Ppm
Jumlah 0,024 4,627 1,715 0,38 0,043 2,81 0,095 8,675 TT 48,514 0,905 0,044 TT TT
16
Tabel 4. Komposisi Saliva Buatan (McDougall. 1948). No Larutan Jumlah (g/L) 1 NaHCO3 9,8 2 Na2HPO4+2H2O 3,71 3 KCl 0,57 4 NaCl 0,47 5 MgSO4+7H2O 0,12 6 CaCl2 0,05
Jumlah (g/ 5 L) 49 18,55 2,85 2,35 0,6 0,25
Metode Penelitian Penelitian di atur menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK). Terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan (kelompok) sebagai berikut: P1 = 70% jerami padi + 30% daun murbei P2 = P1 + 10% UMML P3 = P1 + 20% UMML Seluruh bahan yang digunakan pada uji pakan dengan teknil in vitro terlebih dahulu dikeringkan dan digiling. Peubah yang diamati terdidri atas pH, ammonia dan VFA. Pengamatan terhadap pH, ammonia dan VFA dilakukan pada jam ke 4 fermentasi. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan sidik ragam menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Pelaksanaan Penelitian Tahap pertama yang dilakukan adalah daun murbei segar dan jerami padi terlebih dahulu diovenkan 700C selama 24 jam. Kemudian sampel digiling, lalu dicampur sesuai dengan imbangan masing-masing perlakuan. Tahap selanjutnya yaitu Tabung fermentor masing-masing diisi dengan 0,5 g sampel, lalu ditambahkan dengan 40 ml larutan penyanggah dan 10 ml cairan rumen segar atau perbandingan 4:1. Setelah itu tabung dialiri gas CO2 lalu ditutup dengan karet
17
berventilasi. Tabung fermentor kemudian dimasukkan ke dalam shaker waterbath pada suhu 39 0C dan diinkubasi selama 4 jam untuk menganalisis PH, NH3 dan VFA. Pengukuran Konsentrasi Amonia Pengukuran konsentrasi amonia cairan rumen dilakukan dengan microdifusi conway pengukuran konsentrasi NH3 menggunakan metode Mikrodifusi Conway (General Laboratory Procedures, 1966). Sebelum digunakan bibir cawan Conway diolesi dengan vaselin. Supernatan yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan inkubasi 4 jam diambil 1 ml, kemudian ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway, pada ujung satunya dimasukkan 1 ml Na2CO3 jenuh. Antara supernatan dan NaCO3 tidak boleh bercampur. Larutan asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway, kemudian cawan Conway langsung ditutup rapat hingga kedap udara. Setelah itu cawan Conway digoyang-goyangkan hingga supernatan dan NaCO3 tercampur rata, dan dibiarkan dalam suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 jam asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Konsentrasi NH3 dihitung dengan rumus: NH3 (Mm) = Volume H2SO4 x N. H2SO4 x 1000 Berat sampel x BK sampel
18
Pengukuran VFA Total Konsentrasi
VFA
diukur
menggunakan
teknik
destilasi
uap
(Steamdestilation) (AOAC 1991). Lima mililiter supernatan (berasal dari tabung yang sama dengan supernatan untuk analisa NH3) dimasukkan ke dalam tabung destilasi, kemudian ditambahkan satu ml H2SO4 15%. Dinding tabung dibilas dengan aquadest dan secepatnya ditutup dengan sumbat karet yang telah dihubungkan dengan pipa destilasi berdiameter ± 0.5 cm.
Kemudian ujung
pipayang lain dihubungkan dengan alat pendingin Laibig. Tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu didih yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut. Hasil destilasi ditampung dengan labu erlenmeyer 500 ml yang telah diisi 5 ml NaOH 0.5 N. Proses destilasi selesai pada saat jumlah destilat yang ditampung mencapai 300 ml. Destilat yang tertampung ditambah indikator phenophtalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai terjadi perubahan dari warna merah jambu menjadi tidak berwarna (bening). Konsentrasi VFA total diukur dengan rumus : VFA total = (a-b) x N HCl x 1000/5 ml Keterangan: a : Volume titran blanko b : Volume titran sampel Analisa Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut (Gasperz, V., 1994). Perlakuan yang berpengaruh nyata di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji Polinomial Orthogonal.
19
Model matematikanya sebagai berikut : Yij = u + τi + βj + €ij ;
i = 1 ,2, 3 j = 1 ,2, 3, 4
Keterangan : Yij
= nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke- j
u
= nilai tengah populasi (population mean)
τi
= pengaruh aditif dari perlakuan ke- i
βj
= pengaruh aditif dari kelompok ke- j
€ij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH, N – Amoniak , VFA Sistem Rumen In vitro Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Nilai pH, N – Amoniak , VFA Sistem Rumen In vitro kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan UMML dengan imbangan yang berbeda yang dianalisis secara statistik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata Nilai VFA, N – Amoniak , PH Sistem Rumen In vitro kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML. Perlakuan pH VFA N –Amoniak P1
7,19 ± 0,04
86,02 ± 7,15
25,78 ± 7,66
P2
7,18 ± 0,06
86,86 ± 8,43
43,07 ± 14,64
P3
7,19 ± 0,05
92,98 ± 5,60
46,04 ± 15,95
Total
21,56± 0,15
265,86 ± 21,18
114,89 ± 38,25
Rata – rata
7,18 ± 0,05
88,62 ± 7,06
38,29 ± 12,75
Keterangan : P1= 70% Jerami Padi + 30% Daun Murbei ; P2 = P1+10% UMML ; P3 = P1 + 20% UMML.
pH Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap Nilai pH. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (kontrol) memiliki nilai pH yang tinggi yaitu 7,19Sedangkan perlakuan P2, dan P3 memiliki nilai pH relatif lebih rendah yaitu 7,18 dan 7,17. Perlakuan tanpa penambahan UMML relatif lebih tinggi jumlah nilai pHnya dibanding pada perlakuan P2 dan P3.
21
Meskipun tidak berbeda nyata antar perlakuan, terdapat kecenderungan penurunan pH pada ransum yang ditambahkan UMML yang semakin banyak.Pemberian UMLL tidak mengganggu keseimbangan mikroorganisme rumen, sehingga tidak menimbulkan perbedaan nyata pada nilai pH antar perlakuan. Penggunaan UMLL masih dapat mempertahankan kondisi pH media untuk kelangsungan proses fermentasi. Hal ini sesusai dengan pendapat (Woolford, 1984) bahwa derajat keasaman akan menentukan mikroorganisme yang aktif dalam fermentasi. N – Amoniak Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML berbeda nyata (P>0,05) terhadap N – Amoniak. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (kontrol) memiliki rerata-rata konsentrasi N-Amoniak yang rendah yaitu 25,78. Sedangkan perlakuan P2, dan P3 memiliki rata-rata jumlah N-Amoniak relatif lebih tinggi yaitu 43,07 dan 46,04. Terjadinya perbedaan jumlah N-Amoniak tersebut disebabkan karena penambahan UMML yang dapat mempengaruhi proses fermentasi. Yang mana dapat kita lihat konsentrasi amonia cairan rumen fermentasi setiap perlakuan yang diukur pada 4 jam setelah proses fermentasi berlangsung terdapat pada Tabel 5. Hal ini diduga penambahan suplemen UMML cenderung dapat meningkatkan konsentrasi amonia sehingga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme rumen. Konsentrasi amonia yang rendah dalam cairan rumen dapat mencerminkan proses fermentasi yang berjalan baik sehingga ammonia dimanfaatkan dengan baik, protein ransum sulit terdegradasi atau kandungan protein ransum rendah.
22
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Nuraeni (1993) yang menyatakan bahwa konsentrasi NH3 juga dapat dipengaruhi oleh waktu inkubasi. Penurunan amonia berturut-turut sampai jam ke-3 disebabkan aktivitas mikroba rumen dalam sintesis protein dan memproduksi VFA total. VFA Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi jerami padi dan daun murbei yang ditambahkan dengan UMML tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap VFA. Hasil analisis ragam menyatakan bahwa penambahan suplemen tidak mempengaruhi konsentrasi VFA. Namun penambahan suplemen UMML maupun dapat meningkatkan produksi VFA dalam tubuh ternak. Hal ini dapat dilihat dari rataan konsentrasi VFA pada perlakuan kontrol hanya sebesar 86,02 mM, sedangkan rerataan konsentrasi VFA pada perlakuan penambahan suplemen UMML dapat meningkat hingga 92,98 Mm. Hal ini diduga terdapat karbohidrat yang mudah tercerna pada suplemen UMML meningkatkan produksi VFA. Penambahan suplemen UMML mampu meningkatkan produksi VFA total dan dapat meningkatkan sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konsentrasi VFA tertinggi dihasilkan pada waktu inkubasi 3 jam diikuti dengan 1 jam dan 2 jam. Perbedaan ini disebabkan setiap bakteri memiliki tipe dan aktivitas tertentu dalam menghasilkan kualitas dan jumlah produk fermentasi rumen (Woolcock, 1991). Jumlah mikroba rumen akan mempengaruhi produksi VFA total (Silalahi, 2003). Semakin banyak jumlah sel bakteri selulolitik dalam cairan rumen maka produksi VFA total semakin tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proses fermentasi sumber energi yang
23
tertinggi terjadi setelah lag phase yaitu dari satu hingga dua jam yang diikuti dengan tahap eksponensial (logaritmik) pada jam ketiga. Sutardi (1979) menyatakan bahwa produksi VFA total dalam rumen berkurang karena digunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber energi dan diserap dinding rumen.
24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan UMML akan memperbaiki hasil fermentasi dan memperbaiki nilai pH , N-Amoniak dan VFA, yang dimana akan mempengaruhi aktivitas mikroba rumen dalam mensintesi protein.
Saran Diperlukan penelitian hasil lebih lanjut yang langsung diterapkan ke ternak ruminansia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012.Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia. http://peternakanjunaedi.blogspot.com/2011/06/sistem-pencernaan-ternakruminansia.html. Di Akses 5 Oktober 2012. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1991. Official Methods of Analysis. Arlington, Virginia. Abdul Aziz Darwis, A.A., I. Sainal,T.T. Irawani, Safriani. 1995. Kajian Kondisi Fermentasi pada Produksi Selulase dari Limbah Kelapa Sawit (Tandan Kosong dan Sabut) oleh Neurospora sitophila. J. Teknologi Industri Pertanian Vol. 5 (3) 199-207. Arora, S.P. 1989. Pencemaran Mikrob pada Ruminansia. Gadjah Mada UniversityPress : Yogyakarta.Atlas dan Bartha. 1987. Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, Moerdoko.2000. Sutera Alam Indonesia. Gramedia, Jakarta .
dan
W.
Boschini C. F. 2002. Nutritional quaity of mulberry cultivation for ruminant feeding.Dalam : Sanchez M. D., editor. Mulberry for animal production. Proceedings of an conferrence carried out, May and August 2000. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 173-182. Church, D. C. 1974. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant.Volume 2. O&B Books. United Kingdom. Dehority & Tirabasso. 2001. Effect of feeding frequency on bacterial and fungalconcentrations, pH, and other parameters in the rumendalam Syahrir S,Wiryawan. K.G, Parakkasi A. Winugroho M. Dan Sari O. N. P 2009.Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro.Media Peternakan. 32:2. 112-119. Doyle, P. T., C. Devendra, and G. R. Pearce. 1986. Rice Straw as a Feed for Ruminant. International Development Program of Australian Universities and Colleges Limited. Canberra. Dyer, I.A. and D.W Fletcher. 1958. Effects of meat meal on steer performance and rumen microbial activity. J. Anim. Sei 17 : 391. 26
Ekastuti, D. R. 1996. Pemeliharaan berbagai jenis tanaman Murbei. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gasperz. V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung Hugate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes, Avademic Press, Inc. Hal 8-330. Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan manure ayam sebagai suplemen non protein nitrogen (NPN) dalam pembuatan silase jerami padi untuk ternak kerbau. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Machii, H.A, Koyama, and H. Yamanouchi. 2000. Mulberry Breeding, cultivation and utilization in Japan. National Institute of Sericultural and Entomological Science.Owashi. Martin G, Reyes F, Hernandez I, Milera M. 2002. Agronomic studies with mulberry in Cuba. Di dalam: Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147. hlm 103-114. Nuraeni, S. 1993. Perlindungan protein ampas tahu dengan gambir dari degradasi dalam rumen dan efek perpaduannya dengan beberapa sumber energi. Skripsi.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Rangkuti, M. 1987. Meningkatkan Nilai Pemakaian Jerami Padi sebagai Pakan Ruminansia dengan Suplemen.Proceedings. Pertemuan Ilmuaih Ruminansia, Cisarua – Bogor. Rusdi, M. 2000. Kecernaan Bahan Kering In Vitro Silase Rumput Gajah Pada Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Samsijah. 1992. Pemilihan tanaman murbei (morus sp.) yang sesuai dengan daerah sindang resmi sukabumi, jawa barat. Buletin Penelitian Hutan. 547:45-59
27
Selly.1994. Peningkatan Kualitas Pakan Serat Berkualitas Rendah dengan Amoniasi dan Inokulasi Digesta Rumen.Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Singh B, Makkar HPS. 2002. The potential of mulberry foliage as feed supplement in India. Di dalam: sanchez MD. Editor.Mulberry for animal production.Proceedimg of an electronic conference carry out, May and August 2000. FAO animal production and health paper 147. hlm :139-156. Sofyan, L. A dan Sriharini, I. S. 1986. Taraf pemberian onggok dan tepung daun ubi kayu untuk domba yang mendapat ransum basal jerami padi. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutardi, T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan terhadap Degradasi oleh Mikroba dan Populasi Protozoa Rumen dan Pemanfaatannya bagi Produktivitas Ternak.Prosiding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suyadi, S., dan A. Mahmud, 1989.Produksi Biji Legum Desmanthus Virgatus. Dalam Wodzicka, M., Tomaszewska and J. A. Thompson (ed) Forage Production Proceeding of A Workshop Conducted at IPB, Bogor, Indonesia. IPB-Australian Project. Sutardi, T., N. A. Sigit, dan T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tamminga, S., 1982.In Protein and Energy Suply for Hight Production of Milk and Meat.Pergamon Oxford. Pp 15-31. Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The in vitro Digestion of Forage Crops. Journal of the British Grassland Society 18 : 104-111. Van Soest. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. Ruminant Metabolism, Nutritional strategies, the cellulytic fermentation and the chemistry of forages and plant fiber. Origon: O & B books Inc.
28
Wardhani, N. K., A. Musofic dan Sudijanto. 1983. Pengaruh berbagai bentuk potongan pucuk tebu sebagai sumber hijauan makanan ternak terhadap palatabilitas ransum. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar BPPP Departemen Pertanian, Bogor. Winugroho, M., B. Bakrie, T. Panggabbean dan N. G. Yates. 1983. Pengaruh panjang potongan dan perlakuan kimia terhadap jumlah konsumsi dan daya cerna jerami. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar BPPP Departemen Pertanian, Bogor. Woolcock, J. B. 1991. Microbial of Animals and Animal Products. Departemen of Microbiology University of Queensland. St. Lucia, Brisbane. Australia.
29
RIWAYAT HIDUP
CANDRA. Lahir pada tanggal 24 Oktober 1987 di Pinrang. Anak bungsu dari empat bersaudara. Putra dari pasangan H. Toni
dan Hj. Halija. Menyelesaikan
pendidikan formal mulai dari SD Neg. 82 Kab. Pinrang (1996-2001), SMP Neg. 2 Kab. Pinrang pada tahun (20012004), SMA 1
Kab. Pinrang pada tahun (2004-2007). Melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) tahun 2008 diterima sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penulis juga aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS) periode 2009/2010.
30