AMERIKA-kah Yang Mendirikan Republik Indonesia: Mitos atau Fakta ? http://www.kompasiana.com/arihuniarto/amerikakah-yang-mendirikan-republik-indonesia-mitos-atau-fakta_551807b0a333118007b6624b
http://www.kompasiana.com/arihuniarto
13492408401656162499 Sebuah informasi yang menghentak bawa sadar saya dari kawan saya, pada saat kami berdiskusi mengenai sejarah dari bangsa besar yang masih belum dewasa ini -yang bernama Indonesia. Ketika terucap sebuah kalimat “Indonesia ini merdeka karena Amerika, dan itu sangat jelas sekali.” Ujarnya seraya menambahkan kalimat berikutnya “Pada dasarnya bahwa ketika Indonesia merdeka ini praktis Indonesia tidak mempunyai kekuatan apapun juga untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut, bergantung sekali kepada Amerika untuk dapat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.” Termenung saya mendengar pernyataan tersebut,sedetik pun tidak pernah terlintas dalam pikiran saya akan keterangan dari kawan saya tersebut. Amerika sebuah Negara yang pada waktu itu menghadapi masa sulit menentang ekspansi Jepang yang menyulitkan di kawasan Asia Tenggara. Ditambah lagi komunis telah menancapkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan dengan dimotori oleh Soviet dan China Akhir dari Perang Dunia II Sebagaimana kita ketahui bersama, Amerika bersama sekutunya yaitu Prancis dan Inggris memenangkan peperangan ini disertai juga dari pihak lain yaitu Soviet dan China. Kemenangan besar ini sangat mempengaruhi kisaran politik dunia saat itu, sehingga dunia
1
dalam sebuah kegamangan besar. Lepas dari itu Amerika bersama sekutunya dengan pongah berusaha membangun pengaruh mereka ke seantero dunia mengingat bahwa ternyata rival mereka sesungguhnya adalah bukan Jerman, Italia atau Jepang melainkan kekuataan yang lebih besar lagi yaitu Soviet dan China. Secara sadar, mereka memprediksikan sebuah kehancuran besar akan terjadi bagi mereka bila tidak menghambat pengaruh dari Soviet dan China. Dalam imperialisme dan kolonialisme yang makin menjalar, terutama di belahan Asia dan Eropa Barat dan Timur. Akhirnya sebuah konstelasi besar mulai beredar dalam dunia yang penuh kegamangan setelah Perang Dunia II berakhir, masing-masing pihak berusaha merebut dan menancapkan hagemoni pengaruh di berbagaibelahan dunia tidak terkecuali Indonesia. Bagi kalangan awam, perjuangan memperoleh pengakuan kemerdekaan Indonesia merupakan murni buah perjuangan para pahlawan, baik melalui perjuangan fisik maupun melalui jalur diplomatik, banyak orang Belanda masih berpikir bahwa bantuan Amerika Serikat terhadap kemerdekaan Indonesia pada 1945-1946 sangatlah besar dan Indonesia takkan mampu merdeka tanpa peran Amerika. Kemesraan Amerika dan Belanda Orang-orang Belanda kaya telah menjadi sumber pinjaman dana pada masa-masa pembentukan negara Amerika Serikat yang sarat gejolak. John Adams kala itu sebelum menjadi presiden Amerika Serikat merupakan utusan diplomatik Amerika Serikat yang baru terbentuk untuk berkeliling di kawasan Eropa pada tahun 1780-an. Uang itu dipergunakan untuk membayar pinjaman sewaktu perang kemerdekaan melawan Raja George III dari Inggris, selain juga diinvestasikan untuk membuat infrastruktur untuk negara baru tersebut. Begitupula Ratu Wilhemina, mempunyai banyak sekali investasi di Amerika Serikat, sehingga berdasarkan hal tersebut Amerika selalu menganggap Belanda adalah “kakak perempuan.” Dan seorang adik lelaki harus selalu melindungi kakak perempuannya. Belanda-lah negara pertama yang manyambut kemerdekaan Amerika. Pada 1920-an ituAmerika memuji-muji pengelolaan kolonial Belanda , yang mereka sebut bahwa pemerintah kolonial Belanda mampu menjalankan pemerintahannya dengan baik. Bagaimanapun Belanda adalah salah satu sekutu terakrab Amerika di Eropa yang menunjukkan sikap “Atlantikisme tegas”setelah usaiperang dunia II. Bahkan menteriluar negeri Amerika Robert Lovettpada Desember 1947, menyampaikan kepada Belanda tentang sebuah program bantuan Marshall Plan, atas dukungan bantuan untuk pemulihan sektor komersial Hindia Belanda. Ini merupakan satu-satunya koloni Belanda. Washington juga diam-diam memberikan izin tentara Belanda di Hindia Belanda 2
menggunakan bantuan militer Amerika ( Amerika Land Lease), karenannya terlihat banyak sekali konsentrasi Tentara Kerajaan Belanda yang memakai baju dan peralatan perang dari marinir Amerika saat mereka kembali datang ke Indonesia pada 1946. Amerika juga memberikan pinjaman senilai 26 juta USD dalam US War Assets Administration yang dimaksudkan untuk membangun kapasitas peralatan non-organik tentara Belanda di Eropa Utara. Dengan pembukuan yang lihai, yakni dipindahkan untuk penyediaan perlengkapan militer untuk tentara Belanda di Indonesia. Hingga Desember 1948 Amerika masih menentang keanggotaan Indonesia dalam Economic Commision for Asia and the Far East (ECAFE). Dari momentum inilah semua Kerajaan Belanda menafsirkan bahwa Amerika memberikan “lampu hijau” untuk Belanda melakukan serangan militer mendadak terhadap Indonesia di Yogyakarta 18 Desember 1948. US Independence Declaration feat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
13492409971686093924 Hasrat bangsa Indonesia untuk berdaulat atas diri sendiri, yaitu dapat melepaskan diri dari kolonial Belanda ternyata mempunyai kesamaan dengan kelahiran negara merdeka Amerika Serikat ketika memutuskan hubungan kolonial dengan Inggris. Tak Pelak lagi, ada banyak sekali persilangan peran dan konstelasi yang mengarah pada
3
proklmasi kemerdekaan antara deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat pada 1776 dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945. Bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditulis dengan singkat dan tegas mengenai lahirnya sebuah negara merdeka dan mempunyai kebebasan dari segala kejahatan penjajahan dengan waktu yang teramat cepat karena para tokoh waktu itu melihat terjadi kekosongan kekuasaan walaupun Jepang tidak mengakuinya dan bahkan Sukarno sendiri menyangsikan akan kekosongan kekuasaan tersebut. Sedangkan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat 1776 berisikan pernyataan politik yang hebat. Dokumen panjang lebar tersebut menyertakan alasan-alasan telak yang membenarkan perebutan kemerdekaan penduduk koloni Amerika Utara. Deklarasi kemerdekaan Amerika juga merumuskan kaidah-kaidah politik yang telah menetapkan jati diri politis Amerika Serikat dan menjadi landasan moral sejak awal diumumkan. Bahkan deklarasi kemerdekaan Amerika disunting terlebih dahulu di awal Juli 1776 yang dilakukan oleh delegasi konggres continental, sehingga dapat menimbulkan kesamaan pendapat diantara koloni-koloni Amerika Utara, berbeda dengan pernyataan SukarnoHatta yang satu arah sehingga mengandung banyak makna yang dapat di intrepetasikan banyak hal. Sebuah kesamaan sejarah ini lah yang dilakukan oleh seorang Sudarpo Sastrosatomo seorang atase pers di New York dari Indonesia untuk membuat sebuah makalah “Its 1776 in Indonesia” disebarkan lah makalah pernyataan sikap tersebut didepan para wartawan, pejabat publik Amerika dan perwakilan internasional di PBB. Dimana Sudarpo menunjukkan serangkaian persamaan antara revolusi Amerika dan Indonesia dengan cerdas dan penuh percaya diri, untuk mendapatkan simpati oleh public Amerika dan internasional. Situasi di Asia Tenggara pada 1945 Tidak hanya Indonesia yang mencontoh Amerika dalam mencapai cita-cita anti penjajahan, malah pemimpin gerakan nasionalis Vietnam banyak mengutip deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat ketika dia mengumumkan kemerdekaan Republik Vietnam 2 September 1945, bahkan Ho Chi Minh memberikan penghormatan yang teramat besar kepada Amerika Serikat dengan menyebut “Republik Amerika adalah teman kita” didalam pidatonya saat proklamasi Vietnam. Padahal Amerika sangat membutuhkan Perancis dalam menguatkan posisi mereka didalam percaturan dunia, dikarenakan Perancis mempunyai kedudukan veto di dewan keamanan 4
PBB. Sehingga dari situlah Washington memberikan kebebasan kepada sekutunya untuk melakukan kembali neo kolonial. Bahkan Washington memberikan pinjaman peralatan militer kepada Perancis seperti yang dilakukannya kepada Belanda. Ho Chi Minh bahkan sempat menulis surat kepada President Amerika Serikat, Harry Truman pada tanggal 24 November 1945, Ho meminta untuk Amerika berhenti mendukung Perancis dalam upaya kembalinya Perancis, tetapi naasnya surat permintaan dukungan politik dan ekonomi tersebut tidak ditanggapi oleh Harry Truman. Sang bijak Sutan Syahrir, perdana menteri pertama Indonesia mendapatkan sebuah surat dari Ho Chi Minh yang dimana Ho meminta Indonesia untuk melakukan koordinasi perjuangan revolusi bersama antara Vietnam dan Indonesia dan Syahrir tidak memberikan jawaban. Menurut Syahrir situasi yang berada di Vietnam dan Indonesia saat itu berbeda, Syahrir mengatakan “Perancis masih merupakan sebuah kekuatan militer yang besar di eropa dan dunia walaupun sudah babak belur setelah perang dunia II sedangkan Belanda tidak akan dapat melakukan peperangan yang berlarut-larut sebab Belanda tidak sebanding dengan Perancis.” Selain itu Syahrir menambahkan “Perjuangan revolusioner kami dari kaum nasionalis dan Vietnam dari kaum komunis, oleh sebab itu tentunya musuh kami tidak sebanyak musuh mereka yang tentunya lebih besar.” Bahwa Syahrir mengatakan musuh dari Vietnam lebih besar dan banyak itu di identikan kepada Amerika Serikat dan sekutunya tentunya. Bahwa saat itu pengaruh Soviet demikian kuat untuk menancapkan ideologi komunis di seluruh dunia bersama sekutu utamanya yaitu China, sebab Soviet menyadari bahwa mereka sedang berlomba dengan Amerika untuk menancapkan hagemoni pengaruh kepada seluruh areal didunia ini. Dalam sebuah surat menteri luar negeri Amerika Dean Acheson mengatakan bahwa “Semua pengikut Stalin didaerah kolonialis adalah nasionalis, setelah tercapainya kemerdekaan maka mereka akan menundukkan negara kepada komunis.” Sekutu kuat Amerika yang lainnya yang selalu dianggap kakak tertua adalah Inggris, dimana merekapun harus mempertahankan dominasi kolonisasi di Melayu dan India, bahkan perdana menteri Inggris Winston Churchill menawarkan bantuan kepada Belanda untuk mempertahankan koloni nya di Indonesia. Mereka sedang berusaha mengembalikan pamor mereka sebagai negara pemain kelas satu di dunia setelah perang dunia II. Tetapi Belanda malah melakukan perundingan rahasia dengan Roosevelt di Washington, mereka berupaya mengandalkan Amerika untuk mempertahankan Hindia Belanda dan 5
sebagai balasan mereka akan memberikan fasilitas khusus untuk perdagangan dan eksploitasi sumber daya alam bagi Amerika. Belanda rupanya tak ingin meminta bantuan Inggris. Ingatan akan pendudukan sementara Inggris di jawa pada awal abad 19 dibawah Sir Thomas Raffles sesudah revolusi Prancis, masih menyayat hati warga kolonial Belanda. Dan bisa jadi Inggris juga akan meminta ”imbalan terlalu besar untuk bantuanya.” Kaum nasionalis moderat Indonesia sepertinya sepakat akan hal yang dilakukan oleh Belanda, contohnya Dr. Sam Ratulangi mendekati A.H Hamilton dokter konsulat Amerika di Batavia, menyarankan “Jika Belanda sampai tidak dikalahkan Jerman, Amerika Serikat sebaiknya mengambil tanggung jawab melindingi Hindia Belanda jika diminta rakyat Hindia belanda dalam pemungutan suara.” Suasana Amerika Serikat di Jakarta, akhir Agustus 1945 Para pemuda revolusi di Indonesia berharap bahwa yang akan melucuti dan demobilisasi tentara Jepang adalah pasukan Amerika Serikat. Karena itu mereka ingin menyambut pasukan Amerika Serikat dengan teks-teks yang dikenal dan dihormati oleh orang Amerika. Dimana-mana muncul coretan dan spanduk yang bertuliskan “We Fight For Democracy: We Have Only To Win”, “For the Right of Self-Determination”, “Life, Liberty and the Pursuit of Happines”, “Every Nation Has the Absolute Right to Maintain Independence”, “All People Are Created Equal” Yang terakhir jelas perubahan pernyataan asli dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Rujukan-rujukan provokatif pada revolusi Amerika dan para pendiri Amerika juga punya manfaat strategis langsung pada akhir Agustus 1945, agar menarik simpati pasukan Amerika Serikat. Itulah yang dilakukan kaum nasionalis dengan senang hati. Tak sampai lima tahun kemudian, saat kemerdekaan Indonesia diakui dunia international dan setelah konferensi Meja Bundar di Den Haag berakhir munculah satu seri perangko. Yang dimana seri perangko tersebut bergambar para arsitek utama Republik Indonesia disandingkan dengan para leluhur Presiden Amerika Serikat, untuk mengakui kenyataan bahwa perundingan Konferensi Meja Bundar “sangat dipengaruhi oleh Amerika Serikat.” George Washington berada dibelakang gambar Sukarno, Abraham Lincoln disandingkan oleh Hatta, Hamilton disandingkan dengan Maramis, dan Jefferson disandingkan dengan Syahrir. Kekuatan karakter dan kemiripan perang diantara tokoh-tokoh besar tersebut tidak bisa dipungkiri lagi menjadi sebuah gema yang menguat diantara kedua bangsa 6
besar, Amerika Serikat dan Indonesia. Dalam Departemen Luar Negeri AS, kelompok Asianis mulai berspekulasi bahwa apapun cara Belanda melakukan agresi pasti gagal. Perkembangan kurang baik sesudah agresi militer di Indonesia juga nampak membuat tercengang karena biaya yang dikeluarkan kas Negara di Den Haag sudah tak terkendali. Presiden Truman mensinyalir kebijakan untuk mengangkangi Indonesia lagi, yang sedemikian ngotot dilakukan oleh Belanda tampak kontra produktif dan menghambat pemulihan Eropa yang masih menjadi prioritas utama pemerintahan Truman. Titik Balik Amerika Berpaling ke Indonesia Setelah masa pemberontakan PKI yang dipimpin Muso, walaupun Washington benar-benar mengkhawatirkan keutuhan dan kelangsungan Republik Indonesia, Departemen Luar Negeri AS juga mengakui bahwa krisis Madiun memberi kesempatan kepada rezim Yogyakarta untuk menunjukkan posisinya yang moderat (non-komunis). Amerika Serikat telah menaruh kepercayaan kepada pemerintahan Soekarno dan sekaranglah waktunya bagi para pemimpin Republik membuktikan layak tidaknya. Dan kita tahu Departemen Luar Negeri AS memuji total keberhasilan Soekarno-Hatta menumpas kemerdekaan. Dari sini, Amerika Serikat dapat menilai bahwa Indonesia sejatinya bukanlah negara komunis. Ini membuktikan bahwa sebagai bangsa Indonesia masih menganut liberalisme. Sebuah perbedaan besar dengan pergerakan yang terjadi di Vietnam. Kemudian Amerika Serikat menarik diri dari infiltrasi Belanda yang selalu menunggang kekuasan Amerika Serikat. Agresi Militer II yang dilancarkan Belanda melalui prajurit NICA yang membombardir Yogyakarta dan Surabaya membuat kondisi perjuangan semakin terdesak. Ini membuat Amerika marah besar, karena Marshal Plan tidak diindahkan oleh kolonialisme Belanda yang menggerogoti fondasi kemerdekaan Indonesia. Sejak itu, kita menjadi kokoh posisinya di mata dunia internasional dan diakui sebagai bangsa yang telah lepas dari belenggu penjajahan. Pemerintah RI menilai bahwa Truman kini makin pro-Indonesia, lantaran Belanda kemudian mulai mengurangi staf diplomatik yang bertugas mengadakan perundingan-perundingan dengan utusan Indonesia dalam sengketa penyelesaian pergolakan perjuangan kemerdekaan. Citra ini makin diperkuat dengan provokasi kritis belanda yang mencari-cari celah untuk kembali menjajah Indonesia, ini tersebar ke telinga langsung Presiden Truman dan membuat Amerika Serikat gamang dan menjadi diam dalam perundingan kedua belah pihak diantara Belanda dan Indonesia. Sebenarnya, Belanda sudah cukup berhasil dengan telak menguasai Indonesia. Para
7
pemimpin Republik sudah amat terdesak dan wilayah Indonesia berhasil dikepung dari berbagai penjuru. Bahkan, Soekarno-Hatta sudah berwasiat bila mereka tak lagi mampu dan tertangkap oleh pasukan Belanda, beliau berdua menyerahkan kekosongan kekuasaan pada para trokoh nasional lainnya yang bergerilya di Tanah Air dan yang tengah ada dalam pembuangan maupun pengasingan di luar negeri. Bila Belanda berlanjut meledakkan Agresi Militer III dan Amerika Serikat merestui, maka habislah wilayah Indonesia menjadi kepingan keruntuhan yang akan kita sesali hingga hari ini. Sebab seorang Jenderal besar bernama Dwight Eisenhower sudah memarkir pasukan besar di utara Kalimantan dan Morotai yang menghancurkan Jepang dengan amat kilat selepas menjadi pesakitan dengan Pearl Harbour. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila Jenderal besar tersebut mendarat ke Batavia dan kemudian melaju ke Yogyakarta untuk membantu mengembalikan harga diri dan memulihkan kekuasaan “kakak perempuannya” yaitu kerajaan Belanda. Sebuah titik balik yang sangat signifikan ketika Amerika Serikat pada tahun 1948 berbalik mendukung pemerintah Indonesia adalah bahwa Amerika Serikat mempunyai kepentingan yang sangat besar akan peran dan posisi Indonesia sebagai basis dari pertahanan liberalis melawan komunis yang sudah merangsek hingga Indochina, dan Amerika lebih percaya kekuatan sekutu nya “saudara tua nya” Inggris daripada “kakak perempuannya” Belanda dalam membendung komunis di kawasan asia tenggara dan selatan. Disamping tentunya banyak sekali kepentingan-kepentingan ekonomi yang tentunya tidak perlu kita bahas disini. Indonesia Di bawah Ketiak Amerika Meskipun pasukan Belanda menaklukkan kota-kota dan kotapraja di jantung Republik di Pulau Jawa dan Sumatera, mereka tidak bisamengendalikan desa dan pedesaan. 43 tentara Republik dan milisi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel (kemudian Presiden) Suharto menyerang posisi Belanda di Yogyakarta pada subuh 1 Maret 1949. Orang Belanda diusir dari kota selama enam jam namun bala bantuan didatangkan dari kotakota terdekat Ambarawa dan Semarang sore itu. Para pejuangIndonesia mundur pada pukul 12 siang dan Belanda kembali memasuki kota. Serangan Indonesia, kemudian dikenal di Indonesia sebagai Serangan Oemoem (ejaanbaru: Serangan UMUM '1 Maret UmumSerangan'), diperingati oleh sebuah monumen besar di Yogyakarta. Serangan serupa terhadap pasukan Belanda di Surakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi pada 7 Agustus 1949. Sekali
lagi, opini
internasional dari kampanye militer
Belanda tersebut
melecut 8
kemarahan, secara signifikan baik di PBB maupun bagi Amerika Serikat sendiri. Pada Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut pemulihan atas pemerintahan Republik Indonesia. Amerika Serikat yang selama ini mengarahkan bantuan khusus diperuntukkan bagi usaha Belanda Indonesia segera dibatalkan. Tekanan datang bertubi-tubi dari dalam Kongres AS untuk semua bantuan Amerika Serikat agar dipotong. Ini termasuk dana Marshall Plan, yang penting bagi Belanda untuk membangun kembali pascaPerang Dunia II yang sejauh ini mencapai US $ 1 miliar. Pemerintah Belanda telah menghabiskan jumlah yang setara dengan hampir setengah dari dana kampanye mereka di Indonesia. Bahwa bantuan dari Amerika Serikat itu dapat digunakan untuk membiayai "sebuah imperialisme pikun dan tidak efektif" mendorong suara banyak kunci di Amerika Serikat - termasuk diantara sejumlah cendekiawan dan pemimpin Partai Republik - dan juga pertentangan akut dari dalam gereja-gereja Amerika serta LSM untuk berbicara dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Ketahanan resistensi Republik Indonesia dan diplomasi yang mereka junjung tinggi untuk mempertahankan wialyah Tanah Airnya mendapat respons yang baik dari dunia internasional terhadap upaya Belanda untuk mendirikan kembali koloni mereka. Demarkasi tegas pengaruh Komunisme di Indo China, bagi Amerika Serikat sendiri yang sangat berkepentingan mesti segera dihalangi. Maka, benteng terakhir itu adalah Indonesia. Pada sidang-sidang Majelis Umum PBB selanjutnya, Amerika Serikat terus mendorong Belanda menghentikan serangannya ke Indonesia jika tidak ingin mereka sendiri yang menghalami hantaman dari dunia Internasional. Dengan demikian, Amerika Serikat mereposisi dirinya dengan jelas sebagai penjaga keutuhan Liberalisme di belahan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Ia amat khawatir jika pengaruh Komunis menjalari Indonesia, bisa dipastikan akan menjadi lebih sulit dibendung. Beban Amerika Serikat menjadi lebih banyak, sebab Indo-China telah diinfiltrasi kekuatan komunis, sebagaimana tercermin dari kiprah Ho Chin Minh di dataran Vietnam. Kemerdekaan dan Kelayakan Sebuah Bangsa yang Mandiri Negara yang baru berdiri dan kerdil dalam banyak hal butuh sokongan Negara besar dan pemimpin pergolakan peperangan. Indonesia yang tumbuh dari Negara terjajah ratusan tahun tidaklah bisa langsung tegak berdiri tanpa adanya sokongan yang betul-betul murni perjuangan darah dan keringat sendiri. Pemaparan cukup lengkap di atas jelas membentangkan panorama akan peran Amerika Serikat dalam perjuangan kemerdekaan 9
kita. Jadi, jikalau kita ditanya oleh seseorang bagimana cara bangsa kita bangkit dan berdiri tegak menentang kolonialisme sejak dari Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang, mari jujur mengatakan salah satunya lewat tangan dingin bantuan Amerika. Kita tidak perlu malu apalagi menarik diri dari fakta tersebut. Baru kita layak merdeka sesungguhnya dengan pola pikir semacam ini. Bukan berarti kita menafikan perjuangan rakyat selama revolusi fisik dan intelektual yang sudah berlangsung ratusan tahun dengan gigihnya berjuang mempertahankan Nusantara. Hanya saja, perjuangan fisik dan intelektual hanya cukup untuk merebut kemerdekaan tanpa dapat mempertahankan kemerdekaannya sendiri. Seharusnya, demikianlah salah satu mata-rantai peradaban dalam bingkai sejarah diajarkan ke murid-murid dan pemuda yang nantinya menjadi pewaris bangsa di masa depan. Sekali lagi, hal yang mustahil bila ratusan tahun bangsa besar ini yang menamakan diri Nusantara kemudian tiba-tiba dapat berdiri tegak dengan kokoh diatas kaki sendiri. Beberapa pertanyaan yang besar yang akhirnya saya jawab sendiri menyeruak ke hadapan, yaitu: 1. Apakah kita lalai akan sejarah kita ? Ya…Banyak data dan fakta yang tidak pernah disajikan oleh bangsa inididalam mata pelajaran sejarah untuk membangun peradaban bangsa ini di masa depan. 2. Apakah kita merebut kemerdekaan dengan penuh pengorbanan yang terkadang tidak dapat kita rasakan dan nalar untuk generasi kita hari ini? Definitely Yes… mempertahankan jauh lebih sulit daripada merebutnya. 3. Apakah kita sadar bahwa dari kacamata rasional kita, bangsa Indonesia tidak akan dapat berdiri sendiri sebagai bangsa yang kuat tanpa bantuan bangsa lain? Ya, sangat sadar sekali tidak ada satupun dari sebuah bangsa di dunia ini yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan negara lain termasuk Amerika Serikat dengan “kakak perempuannya” 4. Apakah kita harus malu bila ternyata bangsa lain itu tidak lain adalah bangsa Amerika Serikat yang selalu kita cecar dan hina selama ini? Menurut saya kita harus mengakui akan hal ini walaupun hal itu kita harus terima dengan pahit.
10