Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah Kheyene Molekandella Boer Universitas Mercu Buana Yogyakarta Abstract The intense competition between private television in Indonesia force the television workers to rise their effort in order to still competitive. The implication is private television should make a program that could give high ratings. It means, television workers treat their programme as a commodification. One example of commodification by Indonesian private television is the presence of Soimah. Soimah is being performed as Javanese traditional woman. But in her performance, Soimah act as Javanese woman that have oral competence –the things that contrary with the Javanese culture. In Javanese culture, woman should polite, kind, and elegant. This article assumed media representation could create cultural ambiguity message and shared meaning process that could be misinterpret by the audience. The image of Javanese woman could distort. Here, commodification victimize the cultural element. This article discuss about representation in Soimah’s personality performance in television. Keywords: cultural commodification, message ambiguity, personality performance Abstrak Menjamurnya televisi swasta di Indonesia, membuat insan-insan televisi kerap memutar otak agar televisi mereka dapat bertahan ditengah ketatnya persaingan industri pertelevisian. Fakta inilah yang menuntut televisi swasta untuk mencari kehidupan dengan menghambakan rating dalam setiap program acara mereka. Segala bentuk komodifikasi yang dilakukan oleh insan pertelevisian, salah satunya adalah fenomena hadirnya sosok Soimah yang ditampilkan sebagai perempuan Jawa. Seharusnya Soimah diberikan tempat yang tepat untuk menjadi pelestari budaya Jawa dengan tetap mempertahankan unsur keanggunan, kesantunan, kesopanan seorang wanita Jawa pada umumnya bukan sebaliknya. Soimah justru ditampilkan sebagai sosok wanita Jawa yang memiliki kecakapan lisan yang sangat bertolak belakang dengan budaya Jawa yang sesungguhnya. Representasi dari media diasumsikan dapat menjadi ambiguitas pesan kultural serta proses pertukaran makna yang pada akhirnya salah dipersepsi penonton televisi. Citra wanita Jawa kemungkinan besar akan tergeser menjadi wanita yang kasar walaupun ia pintar menyindenkan lagu Jawa. Komodifikasi di sini terlihat mengorbankan banyak sekali unsur budaya demi profit semata. Penelitian ini tertarik membahas representasi pada personality performance Soimah di televisi. Kata kunci : komodifikasi budaya, ambiguitas pesan, personality performance
35
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Pendahuluan
tergeser
Menjamurnya
televisi
swasta
di
menjadi
wanita
yang
kasar
walaupun ia pintar menyindenkan lagu
Indonesia, membuat insan-insan televisi
Jawa.
kerap memutar otak agar televisi mereka
mengorbankan
dapat
budaya demi profit semata. Penelitian ini
bertahan
ditengah
ketatnya
Komodifikasi
persaingan industri pertelevisian. Fakta
tertarik
inilah yang menuntut televisi swasta
personality
untuk
televisi
mencari
menghambakan
kehidupan rating
dengan
banyak
membahas
terlihat
sekali
representasi
performance
unsur pada
Soimah
di
setiap
Media sebagai referensi dominan
program acara mereka, sehingga telah
khalayak untuk memperoleh beragam
menjadi rahasia umum bahwa industri
informasi. Media memiliki kuasa penuh
media adalah salah satu bisnis yang cukup
untuk merancang semua pesan-pesan
menjanjikan. Segala bentuk komodifikasi
sesuai
yang dilakukan oleh insan pertelevisian,
campur tangan dari pemerintah. Di satu
salah satunya adalah fenomena hadirnya
sisi hal ini dinilai sebagai angin segar
sosok Soimah. Perempuan pecinta budaya
pasca pemerintahan orde lama, tetapi
Jawa ini, terkenal dengan keunikannya
disisi lain fenomena ini kian dinilai bablas
yang berani tampil dilayar kaca dengan
karena media memiliki pengaruh yang
selalu
lengkap
kuat sebagai alat propaganda yang cukup
dengan sanggulnya. Sayangnya, media
efektif. Media mampu mengasah semua
dengan sengaja menempatkan Soimah
jenis informasi agar memiliki “value” yang
dengan segala keunikannya ditempat yang
bisa dijual kepada khalayak dengan harga
salah.
yang tinggi. Budaya-pun tak luput dari
menggunakan
Seharusnya
dalam
disini
kebaya
Soimah
diberikan
keinginan
mereka
tanpa
ada
tempat yang tepat untuk menjadi pelestari
ekspose
budaya
tetap
repackaging ulang sebuah simbol-simbol
keanggunan,
kebudayaan tanah air dengan tujuan baik,
kesantunan, kesopanan seorang wanita
yaitu mempertahankan budaya tradisional
Jawa pada umumnya bukan sebaliknya.
Indonesia di mata masyarakat Indonesia.
Soimah ditampilkan sebagai sosok wanita
Akan tetapi pada akhirnya media lepas
Jawa yang memiliki kecakapan lisan yang
kendali/lost control dan tidak berhati-hati
sangat bertolak belakang dengan budaya
dalam menghadirkan kemasan budaya
Jawa yang sesungguhnya. Representasi
dalam bentuk hiburan modern yaitu acara
dari media diasumsikan dapat menjadi
acara televisi. Media seolah terjebak
ambiguitas pesan kultural serta proses
dalam dua tujuan yang bertolak belakang,
pertukaran makna yang pada akhirnya
dimana mereka ingin terus mengeksiskan
salah dipersepsi penonton televisi. Citra
budaya Indonesia secara modern dan
wanita Jawa
tujuan lainnya mereka tak memperhatikan
Jawa
mempertahankan
dengan unsur
kemungkinan besar akan
media
yaitu
dengan
me-
36
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
interpretasi masyarakat Indonesia yang
ditawarkan kepada khalayak. Berikut hasil
mungkin saja dalam menangkap pesan
pengamatan penulis tentang program-
budaya tersebut tak sejalan atau terpeleset
program acara yang turut menyertakan
dari apa yang diinginkan oleh pihak
unsur budaya dibeberapa televisi swasta
media.
Indonesia :
Beberapa
tahun
terakhir
ini,
bertebaran beragam tayangan di berbagai stasiun televisi swasta yang memuat unsur kebudayaan lokal sebagai nilai plus untuk Tabel 1.1 : Gambar Program Acara Bernuansa Kultural Di Televisi Stasiun TV
Program Acara
Deskripsi Unsur Budaya
TRANS TV
Keluarga MINUS
Papua
TRANS TV
Bukan Empat Mata
Jawa
TRANS TV
Show Imah
Jawa
TRANS 7
Opera Van Java (OVJ)
Jawa
TRANS 7
Hidup Itu Indah
Jawa
TRANSTV,
Bajaj Bajuri
Jawa, Padang, Betawi
ANTEVE, SCTV Sumber : Pengamatan peneliti ditahun 2011-2012 Acara acara di atas memiliki konsep yang berbeda-beda, mulai dari sinetron
yang identik dengan kebudayaan Jawa yang dianggap melawan arus tersebut.
komedi yang diusung oleh “Bajaj Bajuri”
Acara bertemakan “Show Imah”
dan “Keluarga Minus”, konsep talk show
berada dalam naungan Trans TV dengan
dalam acara
jam tayang mulai dari hari Senin hingga
“Bukan Empat Mata” dan
“Show Imah”, konsep reality show dalam
Jumat,
acara “Hidup Itu Indah”, dan konsep
Pancawati
acara drama komedi dalam acara “Opera
berperan sebagai host dan tampil lengkap
Van
ingin
menggunakan atribut jawa yaitu sanggul,
program
make up tebal dan balutan kebaya sebagai
acara yaitu lebih kepada sosok pribadi
ciri khas dari kebudayaan Jawa. Hal yang
atau identitas yang ditampilkan oleh
menjadikan unik adalah tingkah laku
Soimah, dengan alasan kehadiran Soimah
Soimah
adalah sebuah fenomena baru dalam
dengan atribut yang ia kenakan dapat
industri televisi Indonesia, ia mampu
dilihat
membuat beberapa stasiun TV Indonesia
intonasi, pemilihan kata-kata, kekerasan
berebut untuk menampilkan sosoknya
suara, ekpresi wajah dan gesture, lebih
Java”.
Tulisan
ini
mengidentifikasi bukan pada
pukul
16.30
adalah
dianggap dari
gaya
WIB.
Soimah
nama asli
Soimah
bertolak berbicara
belakang seperti
37
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
terlihat
hyperaktif
dengan
beragam
tingkah pola yang ia keluarkan, meskipun
pada
perempuan
Jawa
yang
Kebudayaan
dalam
sesungguhnya?
begitu ia mahir menembangkan lagu Jawa dengan indah.
Membingkai
Wanita asal kota Pati, Jawa Tengah
Perspektif Media
ini mampu mengundang tawa pemirsa melalui ekspresi wajah dan tingkah laku. Gaya bicaranya yang terkenal ‘ceplasceplos’ dengan mengeluarkan kata yang malah menjadi trend di kalangan anak muda yaitu “Masalah buat Loe?”. Dalam acara
talk
show,
terkadang
ia
menanggalkan segala atribut Jawa seperti kebaya, konde dan make up tebalnya. Ia memilih untuk tampil dengan rambut yang dibiarkan terurai bergelombang, blazer, rok atau celana yang simple, di mana atribut yang dikenakan mencirikan sebagai sosok wanita yang lekat dengan kehiduan dinamis, aktif, simple, modern dan pintar. Di luar dari penampilan modern diacara tersebut Soimah tetap mempertahankan identitas buayanya dari logat,
celetukan
dan
sekali
kali
memperlihatkan kemampuan nembang
Budaya adalah unsur yang penuh dengan
kesakralan
dan
rasa
penghormatan tinggi bagi siapapun yang memahaminya dengan benar. Namun dengan kreativitas insan pertelevisian Indonesia, kini budaya dapat dengan mudah di komodifikasi. Jawa adalah budaya yang berciri khas mengutamakan kesopanan, kesantunan dan kesungkanan. Dari latar belakang inilah akhirnya budaya Jawa dicoba untuk ditampilkan dengan konsep melawan arus pemikiran zaman dulu. Dimana, kini anak muda yang menganggap Jawa adalah budaya yang ketinggalan
zaman.
Tetapi
dengan
hadirnya sosok Soimah dinilai sebagai bentuk keekspresifan perempuan dijaman yang serba bebas ini. Kehadiran
Shoimah
membuat
Jawa-nya sekalipun dia sedang tidak
pemirsa televisi membuka pemikiran lebar
memakai kebaya. Karena ia tahu benar
tentang pendefinisian budaya Jawa. Pesan
itulah nilai jual yang ada didalam dirinya.
yang disampaikan media tidak secara
Dominasi penampilan Soimah di media
ketat disaring agar bisa diterima sesuai
agaknya perlu disoroti, karena dengan
dengan
intensnya
sosok
bukannya menimbulkan ambiguitas bagi
Soimah maka ditakutkan akan terjadi
khalayak dalam menginterpretasikannya.
pergeseran
ditangkap
Dahulu citra Jawa dari segi tradisi, sikap
khalayak tentang pemaknaan terhadap
dan karakter orang Jawa membutuhkan
perempuan Jawa. Akankah sosok seperti
waktu yang lama dalam mengemasnya
Soimah memiliki pengaruh yang besar
hingga dikenal ke pelosok dunia. Namun
untuk memudarkan nilai-nilai kesakralan
dengan tampilnya sosok Soimah, citra
38
media
menampilkan
makna
yang
apa
yang
diharapkan
media
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
dibuat puluhan tahun tersebut
society. Media-lah yang menghubungan
terlunturkan seketika menjadi citra yang
ketiga komponen tersebut, pada masa
cenderung negatif (bukan ekpresi atau
reformasi
simbol kebebasan bagi masyarakat Jawa)..
didominasi oleh pasar, sedangkan dahulu
yang
Budaya sansekerta
berasal yaitu
dari
bahasa
buddhayah,
yang
hubungan
didominasi media
oleh
triangulasi
negara.
menjadi
lebih
Seharusnya,
penghubung
ketiga
merupakan bentuk jamak dari buddhi
komponen tersebut, dan tidak boleh
(budi dan akal) artinya hal-hal yang
berada atau berpihak pada satu komponen
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
saja.
Kebudayaan
sesuatu yang sakral lagi, karena ternyata
(Kroeber
&
Kluckoln,
Kini
dengan
1952:181) : Budaya adalah fenomena yang terdiri dari pola-pola, baik yang eksplisit maupun yang implisit, tentang dan untuk perilaku yang diperoleh dan disebarluaskan melalui simbol-simbol, membentuk prestasi khas kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudanya dalam bentuk berbagai artefak; inti kebudayaan yang paling esensial terdiri dari ide-ide tradisional (yaitu ide-ide yang diderivasi dan diseleksi secara historis) dan terutama nilai-nilai yang dinisabkan kepadanya; sistem-sistem budaya, disatu sistem dapat dianggap sebagai produk tindakan dan disisi lain sebagai elemen-elemen yang mengondisikan tindakan selanjutnya
media
kesakralan
itu
bukan dapat
dimodifikasi sesuai dengan keinginan elit penguasa. Media menjalankan banyak fungsi
selain
memberikan
sebagai
alat
untuk
informasi
kepada
masyarakat, media kerap menjalankan fungsi
sebagai
penganut
kepentingan
propaganda politik juga ekonomi.
Jawa Dalam Balutan Komedi Beberapa tahun terakhir muncul beberapa nama komedia yang kian laris menghiasi wajah pertelevisian Indonesia. Demam acara komedi nampaknya mampu perhatian
khalayak
yang
merupakan
mungkin tengah jenuh dengan pergulatan
membedakan
kondisi politik Indonesia saat ini. Komedi
kelompok-kelompok sosial lainnya baik
hadir menjadi angin segara bagi khalayak
secara eksplisit dan implisit. Soimah
sebagai hiburan yang ringan. Maraknya
mencoba menyampaikan Jawa dengan
program ber-genre komedi tak lepas dari
dua cara tersebut yaitu secara eksplisit
aktor yang diistilahkan dengan sebutan
melalui atribut yang ia kenakan dan
pelawak
secara implisit melalui tingkah laku yang
komedian
ia keluarkan. Kini peran media berada
dengan
dalam triangulasi negara, pasar dan civil
sinetron, sutradara dan lain lain.
simbol-simbol
kebudayaan
sudah
berubah menjadi budaya yang dapat
menarik Artinya
kebudayaan
untuk
atau
komedia.
Pelawak/
adalah profesi yang sejajar penyanyi,
musisi,
pemain
39
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Komedi adalah salah satu unsur krusial
dipandang
terkenal dan melegenda adalah grup
komedi
Srimulat, Warkop DKI dan Patrio. Namun
merupakan salah satu cara efektif untuk
semakin berkembangnya industri televisi
mencairkan suasana dan disukai oleh
kini banyak lawakan yang terdiri dari satu
banyak
sebelah
yang
tidak
mata.
boleh
buat. Di Indonesia bentuk lawak yang
Di
mana
dari
adanya
orang saja alias independent. Mereka
adalah
untuk
melawak bukan merujuk pada sebuah
merilekskan saraf yang tegang. Komedi
cerita yang dikonsep terlebih dahulu,
biasanya disajikan sebagai packaging dari
melainkan dengan cara spontanitas saja.
sebuah program acara, karena khalayak
Menurut Mamiek Prakoso yang juga
lebih menyukai hal yang lucu daripada
seorang komedian, menurutnya seorang
yang serius. Di pertelevisian Indonesia
pelawak adalah sebagai penghibur bukan
sendiri banyak acara yang ber-genre
penghancur
komedi laris manis dan hilir mudik tiap
dibawanya haruslah sesuatu yang dapat
jam-nya. Perubahan format, tata cara
menghibur keseluruhan pihak dan tidak
lawakan (komedi)-pun berubah seiring
menyakiti
berkembangnya zaman. Komedi terbentuk
Prakoso:
dan tumbuh sesuai kebutuhan dan situasi
Bukan Penghancur”, Kompasiana.com, 30
sosial lingkungan yang terjadi. Terdapat
Juni 2012).
orang.
tayangan
Tujuan
komedi
artinya,
lawakan
sebagian Pelawak
yang
pihak.(“Mamik
Sebagai
Penghibur
sisi positif dan negatif pada fenomena
Dalam acara yang di usung Metro
yang terjadi dalam acara komedi di tanah
TV dengan tema “Seni Pelawak Tunggal”
air. Pertama, dengan komedi kita bisa
menjelaskan seorang pelawak dituntut
melihat bagaimana situasi sosial, budaya,
untuk paham apa tema yang sedang
politik
diangkatnya
yang
terjadi.
Karena
diatas
atau
materi
yang
panggung muncul segala kritik dalam
dibawakannya serta memberikan solusi
bentuk lelucon. Negatifnya, Kini komedi
yang digambarkan dari lawakan tersebut.
didominasi oleh unsur kekerasan verbal
Seorang pelawak harus memiliki karakter
dan non verbal (lisan) sehingga muncullah
sebagai ciri khasnya agar semakin mudah
ambiguitas
mengkonsep
pemaknaan
dari
interaksi
lawakan
tersebut.
komunikasi aktor komedi tersebut yang
Melontarkan lawakan yang lucu dan
ditangkap oleh khalayak.
membuat orang tertawa namun di pihak
Pelawak orang terutama
yang
atau
menghibur
dalam
adalah
lain ada orang yang merasa tersinggung
penonton,
dan tak lucu melihat lawakan tersebut
mereka
maka tujuan lawakan itu telah terpeleset
komedian membuat
tertawa. Cara yang paling umum adalah
bukan
dengan mengucapkan lelucon orang lain
lawakan telah mengalami pergeseran,
atau diri sendiri, tingkah laku yang dibuat-
lawakan berkualitas kini amat susah
40
sebagai
hiburan.
Kini
profesi
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
didapatkan, ini terlihat dari pelawak
sendiri, (2) Fungsi sosial : kemampuan
pelawak
untuk
tunggal
yang
menyajikan
memperjuangkan
kepentingan
lawakannya dengan tidak sehat alias
masyarakat. Kedua asumsi tersebut jika
banyak lawakan yang tidak berkonsep
dipaparkan
atau banyak pula yang menyelipkan unsur
terjadi kepentingan ekonomi dan isi pesan
kekerasan.
media , teori ekonomi politik media erat
lebih
lanjut,
didalamnya
Pelawak tak mungkin terkenal tanpa
hubungannya dengan sistem politik. Jika
eksplorasi media. Media mampu merubah
dahulu media dipandang hanya sebagai
powerful.
penyaji teks biasa, namun dibalik itu
segalanya
karena
bersifat
Namun yang disayangkan media bergerak
semua
berdasarkan
sebenarnya terjadi’, kini media sebagai
semata,
profit
pihak
atau
media
keuntungan
tidak
pernah
kita
pergulatan
bisa
melihat
kepentingan
‘apa
pemilik
yang dan
memberikan filter apa yang layak dan tak
sebuah ideologi karena permasalahan
layak dikonsumsi secara berlebihan oleh
kepemilikan (ekonomi) dan kekuasaan
pemirsanya. Lawakan yang cerdas adalah
(politik).
lawakan
yang
tidak
mendiskriminasi
etnis-etnis, ras atau suku. Seiring
Media telah melakukan kekerasan simbolik
berkembangnya
terhadap
suku
Jawa,
salah
zaman
satunya melalui sosok Soimah. Teori
peran media kini menjadi bisnis yang
representasi (Theories of Representation)
menjanjikan.
dengan
Industri
media
dapat
pendekatan
konstruksionis
dijadikan alat propaganda serta untuk
(constructionist approach) milik Stuart
mengumpulkan
uang.
Hall (1997), menjelaskan representasi
Terutama dengan merebaknya televisi
adalah bagian terpenting dari proses
swasta yang tentunya tidak mendapatkan
dimana arti (meaning) diproduksi dan
subsidi dari pemerintah, sehingga mereka
dipertukarkan antara anggota kelompok
harus memutar otak untuk dapat bertahan
dalam
hidup dan terus eksis dalam dunia
Dalam kasus ini televisi telah melakukan
pertelevisian,
pross representasi atas objek
pundi-pundi
yaitu
dengan
membuat
sebuah
kebudayaan
(culture). yang
program program yang menarik agar
ditampilkan
publik menyukai apa yang televisi tersebut
dengan
sajikan, sehingga keuntungan (profit)
soimh menggunakan unsur-unsur Jawa
dapat
sebagai
mereka
tuai.
Dalam
Undang
didalam acara atau sosok
menggunakan penyampaian
bahasa. pesan
Sosok kepada
Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002,
pemirsa melalui atribut yang menempel
menjelaskan asumsi dasar kemampuan
ditubuh
yang harus dimiliki oleh media penyiaran
tersebut. Bahasa menurut Ferdinand de
televisi swasta : (1) Fungsi ekonomi :
Saussure (1857-1913) menjelaskan bahwa
kemampuan untuk menghidupi dirinya
ciri pembeda yang paling menonjol karena
perempuan
asal
kota
Pati
41
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
dengan bahasa setiap kelompok sosial
memperlihatkan kevulgaran berkomedi
merasa dirinya sebagai kesatuan yang
dan
berbeda
moralitas,
dengan
kelompok
lainnya.
mengesampaingkan nilai
budaya
nilai
nilai
Timur
demi
Representasi pemirsa merupakan bentuk
kepentingan pasar dan industri. Menurut
pertanggungjawaban media yang harus
Habermas
dijalankan, karena menyangkut moralitas,
media elektronika adalah ketika nilai-nilai
citra,
pedagogis, pencerdasan diabaikan dan
pandangan
budaya
Jawa
yang
dikomodifikasi oleh media tersebut.
(1991)
kesalahan
terbesar
tidak memberikan diseminasi pengaruh
Menurut pakar media Prof.Mark
yang
membentuk
nilai
tambah
bagi
Hobart dari School of Oriental and
pemikiran dan pembangunan karakter
African
masyarakat lewat konten konten yang
Studies
dihadapan
dalam
pemaparan
Perhimpunan
Pelajar
Indonesia (PPI) di London mengatakan
berkualitas. Personality
performance
adalah
bahwa dirasa perlu untuk mengubah
tampilan luar yang sengaja dikemas oleh
wajah
Tidak
individu untuk menampilkan keunikan
dapat dipungkiri masyarakat lebih peduli
dan citra diri yang ingin dibangun dimata
kepada tayangan televisi dibandingkan
masyarakat. Soimah yang baru-baru ini
agenda pemerintah (“Televisi Pengaruhi
mondar mandir dalam acara televisi.
Wajah Media, Meski Pemirsa Kerap Tak
Perempuan asal Jogjakarta ini pandai
Tahu
menyindenkan berbagai jenis lagu dengan
pertelevisian
Realitas
Indonesia.
Asli
Peristiwa”.
Republika.co.id, 27 November 2011).
suaranya
yang
merdu,
terlebih
lagi
memiliki
tampilannya yang memang selalu dibalut
dampak dan fungsi untuk mempengaruhi
dengan pakaian kebaya. Sangat terlihat
masyarakat
menjaadi
anggun, karena jarang sekali ada seorang
kontruksi
artis yang berani tampil menggunakan
Televisi
banyak yang
agresif,
sekali
defensif
memberikan
pengetahuan
yang
positif,
pertukaran
pakaian
tradisional.
Mengingat
kini
gagasan dan nilai kontrol sosial publik,
budaya kita kurang begitu disorot dan
namun dapat juga memberikan nilai
tidak akan laku jika dijual dinegara
nilaiyag
etika,
sendiri,dikarenakan pola hidup kita secara
melalui
tak langsung banyak mengadopsi dari
moralitas, sesuatu
menjatuhkan
aspek
keseimbangan yang
diri
sifatnya
komersial
budaya barat.
(komodifikasi). Tayangan yang laris manis adalah tayangan yang mampu mengaduk aduk emosionalitas,
salah
Jawa
Pada
Sosok
Soimah
satunya
Nama lengkapnya adalah Soimah
adalah komedi. Televisi dengan sengaja
Pancawati, seorang sinden asli Jogjakarta
42
seperti
Komodifikasi
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
dan penyanyi campur sari ini lahir pada
ringan dan topik yang hangat. Bintang
tangga 29 September 1980. Memang baru
tamunya pun setara dengan yang memiliki
dikenal
saja.
latar belakang artis saja. Pertanyaan yang
nyentrik
dilempar juga seputar privasi bintang
dibanding artis lainnya. Dikenal dengan
tamu. Karena dalam format ini yang dijual
keahliannya menyanyikan lagu campur
bukanlah konteks, melainkan pembawaan
sari atau sinden, Soimah acap kali diminta
Soimah
untuk mengisi acara acara hiburan, seperti
Apakah ia mampu memberikan hiburan
dahsyat
yang disukai pemirsa dengan aksen yang
publik
Lantaran
belakangan
tampilannya
sebagai
MC
ini
yang
dengan
modal
selama
acara
berlangsung.
kegokilaanya tersebut. Namun memang
ia
sangat
yang
soimah juga tidak melulu menggunakan
digunakannya dengan tingkah lakunya
kebaya, ia kerap kali muncul berbusana
jauh berbeda, misalnya walaupun dia
modis dengan style masa kini. Dalam
menggunakan baju tradisonal. Attitude-
berkomunikasi ia tetap menggunakan
nya sangat bertolak belakang, seperti
logat Jawa, karena itu adalah salah satu
dengan
ciri khasnya.
disayangkan
gaya
apa
jalannya
yang
suka
miliki.
Selama
acara
berlangsung
“ngangkang”, gaya tertawanya yang lepas,
Didalam sosok Soimah banyak hal
berbicara suka berteriak dan membentak.
yang unik dan mampu menjadi nilai jual
Walaupun begitu soimah dipercaya untuk
yang laris manis dipasar industri media :
memegang sebuah acara Talkshow sendiri yang bernama “Show Imah”. Media massa sebagai agent of destroyer
memang
kerap
memicu
munculnya masalah- masalah sosial di masyarakat, karema televisi adalah media hiburan yang murah sehingga dirasa merupakan sarana yang paling tepat untuk memproleh hiburan. Permasalahan sosial yang kerap dimunculkan dimedia massa adalah kekerasan. Jika hal ini terus menerus dikonsumsi masyarakat secara berkelanjutan
maka
akan
berdampai
negatif bagi masyarakat. Dalam berperan
acara sebagai
Show
1) Hiperaktif Meskipun kostum yang kerap kali ia gunakan yaitu kebaya Jawa yang identik dengan wanita Jawa yang terkenal halus, baik, ramah, sopan dan santun.
Namun
apa
jadinya
jika
kebaya tersebut melekat didalam diri Soimah. Akankah citra negatif akan wanita Jawa akan bergeser menjadi wanita
yang
hiperaktif,
pecicilan.
Terutama dengan logat Jawanya yang begitu kental yang menjadikan ciri khas Soimah dengan yang lainnya. Walaupun memiliki logat Jawa yang
Imah,
moderator
ia atau
pembawa acara sekaligus tuan rumah.
kental,ia
sering
didaulat
untuk
menjadi host tamu dalam beberapa acara
televisi
dan
ia
tetap
Format talkshow yang dibawakan dengan 43
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
mempertahankan
logat
melalui hip hop, ia pun disambut luar
Jawanya. Pantas saja karena karir
biasa oleh hip hopper Bronx. Soimah
Soimah dalam dunia seni dimulai
tercatat
sejak
kesenian dan budaya Indonesia di mata
ia
akses
bersekolah
di
sekolah
Menengah Karawitan Jogjakarta tahun Kesenian
Indonesia
di
Yogyakarta. 2)
Kondisi pertelevisian kita benar benar telah memasuki era dimana produk produknya ditentukan oleh the invisible
Historis Soimah
hand mekanisme pasar yang bertumpu
Rumah orangtuanya di Pati Jawa
pada
Tengah
tempat
logika sirkuit modal dan rasionalitas
singgah pemain ketoprak tobong.
maksimalisasi produksi dan konsumsi
Karena
melihat
(Sudibyo,2004:64). Perilaku insan televisi
bibinya
mengajak
Soimah
untuk
pindah
ke
dalam
rangka
diproduksi dengan waktu yan cepat, cepat
mengembangkan bakatnya. Sampai
laku dan cepat terjual meskipun tak ada
pada akhirnya ia berlatih tari di
kandungan ‘gizi’ untuk konsumennya.
sering
dijadikan bakat
Jogja
Soimah,
lebih
padepokan Bagong, dari sinilah ia mulai menjadi
sering
diajak
sinden.
manggung
kaidah
permintaan
mengedepankan
Soimah
penawaran,
hal
adalah
hal
bentuk
yang
dari
komodifikasi yang tujuan awalnya jelas
rasa
untuk komersialisasi belaka, meskipun
keingintahuannya yang besar ia tak
ada banyak keuntungan dari komodifikasi
ingin
tersebut,
mempelajari
Karena seni
diluar
seperti
Soimah
dianggap
wayang, lalu ia bergabung masuk
mempertahankan
kedalam kelompok musik Acapella
budaya
Mataraman. Ia juga belajar akting
Indonesia sendiri dan mata dunia. Media
dan sempat menjadi pembawa acara
dengan sengaja menempatkan posisi yang
“klinng klinong Campur Sari” disalah
salah
satu stasiun televisi lokal.
‘menjual’ kekerasan lisan dalam bercanda
Dibalik identitasnya sebagai seorang sinden,
Soimah
Jawa
untuk
dan dimata
soimah,
melestarikan masyarakat
yaitu
dengan
dan gesture tubuh yang sama sekali tak
3) Hip Hop Jawa
ternyata
juga
bergabung dengan Jogja Hip Hop Fondation, ia juga mengadakan tour bersama Hip Hop Foundation ke Asia Society, New York, Amerika Serikat untuk mempopulerkan bahasa Jawa 44
mengkampanyekan
dunia.
1995 dan ia juga sempat bersekolah di Institut
aktif
mencerminkan sebagai seorang wanita pada umumnya bahkan jika menggunakan kebaya. Media kerap kali menampilkan sosok
soimah
sebagai
sebuah
dua
kepribadian dalam satu jiwa yang bertolak belakang. Jiwa pertama, bisa dilihat dari packaging luar, kemasan atau tampilan ia berbalut kebaya yang anggun lengkap
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
dengan
sanggul
dan
make
up-nya
media
penyiaran
memang
bisa
sehingga persepsi masyarakat Soimah
diandalkan, sebab televisi mempunyai
adalah
yang
daya tarik yang kuat karena memiliki
sesungguhnya telah mengakar sejak nenek
unsur kata-kata, musik juga memiliki
moyang, Jiwa kedua adalah attitude yaitu
unsur visual berupa gambar hidup yang
dengan menunjukan sikapnya sebagai
mampu menimbulkan kesan mendalam
seorang wanita yang ber-gesture “urakan”
pada penonton. Ciri utama televisi adalah
/ terkadang melakukan tingkah tingkah
besarnya pengaturan, kontrol atau lisensi
yang tak sepantasnya ia lakukan sebagai
oleh penguasa yang awalnya datang dari
seorang wanita, terutama jika sedang
kebutuhhan
menggunakan kebaya. Komunikasi lisan
campuran anatara pilihan demokratis,
sebagai bahan komedi atau homor yang
kepentingan
diucapkan
ekonomi dan budaya lembaga yang bebas
cerminan
acap
budaya
kali
Jawa
penuh
dengan
teknis,
kemudian
negara,
dari
kenyamanan
kekerasan lisan, terlihat dari Intonasi,
(McQuail,2011:38).
kata kata yang digunakan, hingga cara
televisi merupakan suatu kekuatan besar
berekspresi.
untuk menggiring masyarakat berfikir
Tidak salah jika sosok Soimah
Oleh
karena
itu
kearah yag diinginkan. Televisi sebagai
ditempatkan secara benar dalam media,
media
memiliki
konten
biarkan publik mengenal Soimah sebagai
beragam, saluran audiovisual, dianggap
seorang sinden dan pecinta budaya Jawa
bersifat domestik, dekat, dan personal,
yang telah lama melintang dibidang seni
Intensitas
dan memiliki segudang aktivitas untuk
keterlibatan. Televisi sebagai lembaga
memperkenalkan buadaya Jawa di dunia
memiliki teknologi dan organisasi yang
serta mempertahankannya dinegara kita
rumit, Tunduk pada aturan dan kontrol
sendiri. Menjadi salah ketika unsur unsur
sosial,
budaya yang melekat di diri Soimah
interasional, dapat dilihat orang banyak
kemudian dijual, dikomodifikasikan dan
(McQuail,2011:40).
rendah
dan
berkarakter
yang
sangat
pengalaman
nasional
dan
ditambahi unsur unsur lainnya yang
Mosco (2009) memberikan tiga
akhirnya akan membentuk persepsi yang
pintu gerbang untuk melihat konsep
buruk dimasyarakat akan unsur budaya
ekonomi politik media yaitu komodifikasi,
yang melekat dalam dirinya.
spasialisasi dan strukturasi. Komodifikasi
Televisi memiliki pengaruh yang
disini dapat kita definisikan
sebagai
sugesti
proses mengubah nilai pada suatu produk
khalayaknya. Televisi merupkan salah satu
yang tadinya hanya memiliki nilai guna
kekuatan terbesar dalam kemampuan
kemudian menjadi nilai tukar (nilai jual)
menggiring opini publik. Menurut Effendi
dimana nilai kebutuhan atas produk ini
(2006) bahwa televisi sebagai fungsi
ditentukan
besar
untuk
memberikan
lewat
harga
yang
sudah 45
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
dirancang oleh produsen (Mosco, 2009:
kita. Hal ini dikarenakan kepentingan
132). Dalam paper ini akan mengangkat
ekonomi
tema komodifikasi yang dimaknai sebagai
sehingga minim untuk membuat kualitas
upaya
tayangan
mengubah
apapun
menjadi
pemilik yang
modal baik.
yang
Dan
kuat
industri
komoditas atau barang dagangan sebagai
pertelevisian kita secara tidak langsung
alat untuk mendapatkan keuntungan.
telah menerapkan unsur ekonomi yaitu
Seperti : komodias isi media, jumlah
dengan menekan biaya sekecil kecilnya
audience dan iklan. Isi media adalah
untuk
sebuah komditi yang dijual ke masyarakat.
besarnya, artinya pelaku industri media
Komodifikasi
lebih menekankan kuantitas dibandingkan
adalah
suatu
proses
mendapatkan
laba
sebesar
mengubah barang dan jasa yang memiliki
kualitas.
nilai
program yang disajikan oleh media akan
guna
untuk
diubah
menjadi
komoditi yang memiliki nilai jual.
dan
dipandang
budaya
akibat
terus menggiring masyarakat menjadi
Media kini sebagai sektor yang menjanjikan
Perusakan
sebagai
kualitas diri yang buruk pula. Ada dua dimensi
utama
yang
ladang hijau yang memiliki potensi untuk
komodifikasi
digarap.
media
komunikasi, yaitu : (1) Proses komunikasi
swasta cenderung mengikuti trend yang
dan teknologi berperan terhadap proses
sedang
umum
Namun laku
kebanyakan dipasaran.
Sehingga
penting
menjadikan
komodifikasi
dalam
ekonomi
kajian
secara
mengakibatkan informasi yang diproduksi
keseluruhan dan (2) Proses komodifikasi
media kurang berkualitas. Banyak media
yang terjadi di masyarakat menekan
yang berlomba lomba membuat siaran
proses komunikasi dan institusi, sehingga
yang disukai masyarakat untuk mengejar
perbaikan dan kontradiksi dalam proses
rating, padahal para pelaku media juga
komodifikasi
harus memperhatikan fungsi sosial yaitu
komunikasi sebagai praktek sosial. Proses
memberikan informasi yang berkualitas
komodifikasi
dan
memberikan
kapitalisme mencapai tujuan - tujuan
infomasi untuk menambah pengetahuan
dengan mengakumulasikan kapital atau
masyarakat akan sesuatu hal yang positif,
merealisasikan nilai melalui transformasi
hiburan
nilai
mendidik.
yang
Seperti
ringan
namaun
sehat,
kini
budaya
budaya
tidak sehat telah menjamur di televisi swasta, mulai terjadi pengikisan nilai nasionalisme, westernisasi
munculnya secara
tak
budaya langsung
berdampak bagi masa depan masyarakat 46
mempengaruhi
menjelaskan
menjadi
(Mosco,2009: 142).
sinetron yang mendidik. Realitanya,
guna
sosial
nilai
cara
tukar
Dalam komunikasi,
Mosco (2009:135-139), menyebutkan ada tiga bentuk komodifikasi yaitu:
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
1. Komodifikasi konten
sudah tak zaman budaya itu kolot, Jawa
Para elite ekonomi menginginkan membuat
komuditas
komunikasi,
dalam
bentuk
komodifikasi
dalam
tak berhati “halus”, lemot (lamban) dan masih banyak lagi pesan yang ingin disampaikan.
Citra
Jawa
yang
lekat
komunikasi yang merubah bentuk pesan,
dengan Soimah membuatnya kerap kali
mulai dari kode biner hingga sistem
bertingkah berlebihan “lebay” alias sangat
pemaknaan
bertolak
menjadi
produk
dagang.
belakang
dengan Yang
kebiasaan
Proses menciptakan nilai tukar dalam
perempuan Jawa.
konten komunikasi adalah keseluruhan
adalah
aspek hubungan social dari komodifikasi
perempuan Jawa yang kini dipandang tak
termasuk
dalam
pekerja,
hubungan
sosial
yang
diskriminasi
akan terjadi
dan
minoritas
ini
adalah
mengerti estetika santun dalam berbicara.
terjadi
antara
Kebaya mengandung sarat makna
pekerja, konsumen dan pemilik modal.
perjuangan perempuan Indonesia. Kebaya
Dalam masyarakat kapitalis media massa
menjadi simbol feminisme yang kini
mengalihkan proses komoditi produksi
menjadi
budaya
seperti isi produk yang dikemas untuk
terkenal
Indonesia,
mencerminkan
kepentingan
menyatakan rasa hormatnya pada kebaya
modal.
juga
Media
pemilik
sebagai
entitas
yang
dinilai
nasional.
Desainer
Anne
Avantie
merupakan
simbol
ekonomi memiliki peran langsung sebagai
keanggunan, sekaligus busana perjuangan
pencipta
Indonesia. Dalam pertunjukan Fashion
nilai
surplus
salah
satunya
melalui iklan dalam sektor produksi.
Week
Maka isi media yang disampaikan ke
baru baru ini, Anne berkolaborasi dengan
publik
Garin
merupakan
hasil
kemampuan
yang diselenggarakan di Jakarta Nugroho
menuturkan
bahwa
professional untuk memproduksi sebuah
dengan menggunakan kebaya adalah rasa
cerita dalan suatu sistem yang sarat
cinta negeri, rasa hormat pada bangsa
makna dan menjadi layak untuk dilempar
sekaligus rasa cinta pada keindahan
ke pasaran. (Mosco, 2009: 133-136)
Nusantara. Begitu juga menurut Sammuel
bentuk
Muliah bahwa kebaya sebagai sebuah
penyajian komodifikasi isi, terlihat dari
identitas nasional, memiliki kepribadian
atribut budaya Jawa yang ia “perlakukan”
yang harus tetap utuh, namun style-nya
tidak secara sakral, agung dan elegant,
boleh berubah agar tidak tergerus zaman,
tidak sesuai dengan aslinya. Pergeseran
lewat
tingkat kesakralan inilah yang menjadi
hembusan
angin
inti sari atau isi pesan yang sesungguhnya
pembaruan
yang
dengan mengedepankan “kekinian” atau
Indonesia lebih menarik lewat aneka
mengatasnamakan
siluet
Soimah
adalah
suatu
modernitas
bahwa
tubuh
kebaya
berkebaya segar
membawa dan
napas
menjadikan
wanita
("Kebaya,
Simbol
dengan sengaja berpesan bahwa sekarang 47
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Perjuangan Kartini". Okezone.com, 23
menarik, agar nantinya rating tersebut
April 2012).
dapat dijual kepada advertiser. Walaupun
Kebaya mencerminkan tingkah laku seorang
perempuan.
Kebaya
adalah
program yang dibuat mengesampingkan unsur moralitas dan edukasi sebagai mana
simbol Jawa yang seharusnya digunakan
fungsi
dengan cara yang benar dan logis. Sebuah
termasuk dalam audiens yang secara tak
simbolik yang patut untuk dibanggakan,
langsung atau tanpa disadari bekerja
oleh karena itu kebaya dianggap memiliki
untuk
aura perjuangan kaum perempuan bagi
kapitalisme. Pemirsa bekerja dirumah
siapapun yang menggunakannya. Kebaya
dengan tetap menjalankan mereka sebagai
hingga kini menemani perempuan dalam
sebuah keluarga kecil yang tak luput dari
mengukir berbagai cerita hidup mereka.
segala bentuk informasi dan hiburan
Namun pada Soimah simbol perjuangan
media. Ketika
ini memang disajikan melawan arus yang
menyukai acara tertentu baik karena
selama ini mengalir. Memberikan nuansa
sosok atau figur yang ada didalamnya,
yang lebih cenderung negatif dengan
maka
bertingkah
menonton, hal itu berdampak pada rating
layaknya
bukan
seorang
media
sesungguhnya.
meningkatkan
akan
keuntungan
pemirsa banyak yang
semakin
Komodifikasi
permintaan iklan yang masuk semakin
media ingin
besar
belum
tentu
penghidupan bagi tv swasta Indonesia,
menyampaikan
pesan
mereka berlomba lomba mencari pundi
pesan sesuai keinginan pihak media.
uang dengan memberikan beragam. Iklan
Disini media terjerumus dalam tujuan
adalah sebuah industri besar, salah satu-
antara ingin, mengeksistensikan budaya
nya di Amerika, total pengeluaran iklan
Jawa dengan tujuan untuk menggeser
sendiri di Amerika Serikat (AS) mencapai
makna sesungguhnya budaya Jawa itu
US$ 200 miliar di tahun 1998, dengan
sendiri.
demikian pengeluara iklan untuk, wanita,
pesan
disampaikan berhasil
pesan
tersebut
dalam
Iklan
adalah
sehingga
yang
terhadap
pula.
tinggi
yang
acara
dilakukan
semakin
banyak
perempuan yang kita ketahui selama ini. yang
yang
Audiens
sumber
pria dan anak yang hampir mencapai 270
2. Komodifikasi khalayak
juta jiwa di AS, pada tahun 1998 adalah
Dalam hal ini audiens dijadikan
lebih dari US$ 700 (Shimp, 2003 : 356).
komoditas untuk dijual kepada para
Data ini bisa menjadi tolak ukur mengapa
pengiklan, agar tayangan mereka penuh
kini industri media kerap digarap serius
dengan
ingin
dalam menghasilkan keuntungan dan
Pihak
mengkapitaliskan
para
mengiklankan
pihak produk
yang mereka.
televisi berlomba mengumpulkan rating yang tinggi lewat kemasan acara yang 48
didalamnya.
semua
element
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
Menurut Mosco (2009), rating merupakan
unsur
penting
dalam
mengkonstruksikan
pikiran
mereka
tentang hal – hal yang menyenangkan saat
komodifikasi isi dan khalayak di mana
bekerja
mereka menjadi komoditas utama industri
walaupun
media.
seharusnya. Dalam proses komodifikasi,
Rating
adalah
bagian
dari
di
perusahaan dengan
gaji
media
massa
yang
tidak
immanent commodification atau hasil
capital
dari
ada
konsep dari eksekusi, ketrampilan dari
(komodifikasi isi, khalayak dan pekerja).
kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
immanent
Perhatian akan tertuju pada kekuasaaan
commodities karena dibentuk sebagai
class tertentu yang merupakan bagian dari
komoditas dalam proses yang memberi
capital.
komodifikasi
Rating
yang
sudah
merupakan
kontribusi teehadap produksi komoditas.
bertindak
memisahkan
Budaya Jawa identik dengan nilai kesakralan
3. Komodifikasi pekerja
untuk
temurun,
yang
dijaga
namun
secara turun
kehadiran
Soimah
Bahwa perusahaan media massa
membuat nilai sakral tersebut luntur,
pada kenyataannya tidak berbeda dengan
esensi utama identitas Jawa sebagai
pabrik- pabrik. Para pekerja tidak saja
budaya
memproduksi content dan mendapatkan
perlahan, publik tidak lagi menafsirkan
penghargaan
kebudayaan Jawa sebagaimana nilai nilai
terhadap
upaya
yang
sopan
luntur
dengan
menyenangkan khalayak dalam konten
terdahulu,
tersebut. Melainkan juga menciptakan
menginterpretasikan pergeseran citra dan
khalayak sebagai pekerja yang terlibat
cara
dalam mendistribusikan konten sebuah
tersebut.
komoditas (Mosco, 2009). Hal ini terlihat
menyukai sosok Soimah yang ditampilkan
dimana secara tak disadari khalayak
ditelevisi, sehingga pasar media terus saja
mentransformasikan dirinya tak hanya
berjalan lihai untuk mengumpulkan pundi
sekedar menjadi konsumen melainkan
pundi
produsen. Menurut Braverman, Labor
diskriminasi kesukuan.
namun
memandang, Tanpa
uang
lebih
memaknai disadari
walaupun
budaya pemirsa
dengan
cara
(pekerja) terbentuk dari kesatuan konsep atau kekuatan untuk membayangkan, imajinasi
dan
pelaksanaan,
desain, atau
mengutarakannya.
dan
eksekusi/
kekuatan Labor
untuk (Pekerja)
merupakan penggerak kegiatan produksi dan
juga
dimanfaatkan semaksimal
distribusi. pikiran mungkin
Para dan
Penutup
pekerja tenaganya
dengan
cara
Fungsi
televisi
yang
lebih
mementingkan keuntungan atau profit akhirnya
mengesampingkan
kewajiban
mereka sebagai industri media yang sesungguhnya. Tidak hanya Soimah yang menjadi ‘korban’ komodifikasi, masih banyak
lagi.
Terutama
masalah 49
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
ambiguitas pesan, dimana unsur budaya
pemerintah melestarikan budaya tanah air
yang awalnya
untuk memperkenalkan
yang malah semakin pudar di negeri
masyarakat akan kebudayaan Jawa yang
sendiri. Untuk itu, unsur humoris, gesture
ternyata masih dapat eksis tetapi akhirnya
tak layak dan tak pantas disejajarkan atau
bergeser dengan menampilkan unsur-
disatupadukan
unsur
selayaknya
seperti kebaya yang melekat di tubuh
disejajarkan dengan kebudayaan Jawa
Soimah berisiko dapat meleburkan nilai
untuk
yang
kesakralan atribut Jawa sebagai sesuatu
menghasilkan banyak keuntungan semata.
yang tidak berarti. Hal tersebut mungkin
Insan televisi terjebak dalam penggunaan
akan
kebudayaan untuk dijadikan produk yang
proses pemaknaan pesan yang diterima
tak semestinya. Seharusnya sosok Soimah
masyarakat tentang sosok Soimah yang
adalah
disajikan
humoris
yang
dijadikan
sosok
tak
produk
unik
yang
harus
dengan
memunculkan
oleh
unsur
budaya
ambiguitas
media
massa
atau
bisa
dimanfaatkan secara benar dan tepat,
menggeser citra masyarakat Jawa serta
kerena
melaluinya
kita
kebudayaannya.
peluang
untuk
dapat
50
bisa
melihat
membantu
Kheyene Molekandella Boer, Ambiguitas Pemaknaan Pesan Sebagai Komodifikasi dalam Personality Peformance Multikultural Pada Sosok Soimah
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Internet
Effendi, Onong Uchjana. 2006. Dimensi-
“Mamiek
Prakoso:
Pelawak
Sebagai
dimensi Komunikasi. Bandung :
Penghibur
Remaja Rosdakarya.
http://lifestyle.kompasiana.com/cat
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa
McQuail.
Edisi
6.Buku
Habermas,Jurgen. 1991. The Structural of
the
Penghancur”
atan/2012/06/30/mamiek-prakosopelawak-sebagai-penghibur-bukanpenghancur/2012/6/30, diakses 1
1.Jakarta : Salemba Humanika.
Transformation
bukan
Public
September 2013 "Kebaya, Simbol Perjuangan Kartini".
Sphere: An Inquiry into a Category
Okezone.com, 23 April 2012.
of Bourgeois Society (Studies in
http://lifestyle.okezone.com/read/2
Contemporary
012/04/23/29/616435/kebaya-
German
Social
simbol-perjuangan-kartini , diakses
Thought).....MIT Press Hall,
Stuart. Cultural
1997.
Representation,
Representations
and
15 September 2013 “Televisi Pengaruhi Wajah Media, Meski
Signifying Practices.London: Sage
Pemirsa Kerap Tak Tahu Realitas
Publication.
Asli Peristiwa”. Republika.co.id, 27
Mosco,
Vincent.
2009.
The
Political
Economy of Communication. 2nd. London: Sage Publications.
November 2011, http://www.republika.co.id/berita/ nasional/umum/11/11/27/lva7ldtelevisi -pengaruhi-wajah-media-
Kroeber, A. L. , Clyde Kluckhohn, Wayne
meski-pemirsa-kerap-tak-tahu-
Untereiner, Alfred G. Meyer Culture.
realitas-asli-peristiwa, diakses pada
1952. A Critical Review of Concepts
3 Oktober 2013
and Definitions. Vintage Books: New York. Publication Shimp, Terence. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta : Erlangga Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media
Penyiaran.
Yogyakarta
:
LKIS
51
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
52