ALASAN PERLUNYA KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN Globalisasi mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan
global
di
berbagai negara, dimana terciptanya bentuk hubungan yang tidak terbatas antar perusahaan dari satu negara dengan negara lainnya. Perusahaan dapat memanfaakan globalisasi ini dengan mencari peluang untuk bekerja sama dengan perusahaan lain seperti investasi, kepemilikan saham, pemasaran produk, pemeberian kredit dan sebagainya. Untuk menunjang hubungan kerjasama antar perusahaan maupun transaksi-transaksi bisnis lainnya, diperlukan standar akuntansi yang mampu mengatasi perbedaan standar akuntansi yang ada di berbagai negara, karena setiap negara mempunyai standar akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan itu, International Financial Reporting Standard (IFRS) yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama International Accounting Standards (IAS) dikeluarkan oleh International Accounting Standards Board (IASB) menjadi pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global. Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of Accountants (IFAC). IFRS menjadi fenomena global saat ini karena semakin banyak negara-negara di dunia mengadopsi standar akuntansi internasional ini. Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara anggota G-20 juga tunduk terhadap kesepakatan untuk melakukan kovergensi IFRS, yang dinyatakan dalam pertemuan G20 di London, 2 April 2009 yang menghasilkan 29 kesepakatan, diamana kesepakatan nomor 13-16 tentang Strengthening Financial Supervision and Regulation. Pada kesepakatan ke-15 dikatakan: “to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisorsand regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve
1
asingle set of high-quality global accounting standards.” Maka dari itu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan pada tahun 2012 dan perusahaanperusahaan sudah mengadopsi penuh IFRS. Indonesia mulai melaksanakan konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) terhadap Standar Akuntansi Keuangan pada tahun 2008. Konvergensi ini dilakukan secara bertahap dengan fase pertama penerapan IFRS dapat diselesaikan pada tahun 2012 dan fase kedua dapat diselesaikan pada tahun 2015. Penerapan IFRS di Indonesia ini lebih lambat dibandingkan negara-negara di Uni Eropa yang telah mengharuskan perusahaan untuk menerapkan IFRS secara penuh mulai 1 Januari 2005. Sementara itu, Australia telah menerapkan IFRS secara lebih awal lagi yaitu pada tahun 2002. RUMUSAN MASALAH Mengapa perlunya konvergensi IFRS di Indonesia?
2
B. PEMBAHASAN 1. Standar Akuntansi Standar Akuntansi di Indonesia kini berkembang menjadi 4 (empat) seturut dengan perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah : a) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (entitas yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun). b) Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. c) Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) Standar ini digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau berbasis syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna. Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah. d) Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Standar ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat ataupun daerah. SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari 3
suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan. 2. IFRS (International Finantial Reporting Standard) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi
ini
memiliki
tujuan
mengembangkan
dan
mendorong
penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999). Natawidyana (2008) dalam ida (2013) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan
4
utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair„ (IFRS framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Pentingnya standar akuntansi internasional, dibutuhkan sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan di berbagai negara yang dapat meningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan
keuangan.
Mengurangi
biaya
pelaporan
keuangan
bagi
perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis. 3. Karakteristik IFRS a) IFRS menggunakan “Principles Base “ yaitu lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut, standar membutuhkan penilaian atas substansi
transaksi
dan
evaluasi
apakah
presentasi
akuntansi
mencerminkan realitas ekonomi, dan membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi. b) Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilai c) Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitaif maupun kualitatif d) IFRS secara dinamis akan berubah mengikuti perkembangan lingkungan bisnis dan kebutuhan informasi para pengguna. 4. Konvergensi IFRS di Indonesia Adopsi IFRS dilakukan dengan dua cara: cara sekaligus (pendekatan big bang) dan dengan cara gradual. Big bang strategy mengadopsi penuh
5
IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan tertentu, digunakan oleh negaranegara maju. Cari ini berdampak drastis terhadap laba dan sistem akuntansi perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Singapura, Australia, Selandia Baru yang memilih pendekatan big bang menghadapi koreksi besar-besaran pada tahun pertama penerapan IFRS. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap, digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Konvergensi berasal dari bahasa Inggris yaitu convergence. Secara harfiah pengertian konvergensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan menuju satu titik pertemuan, memusat, pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat. Dalam hal ini, berarti bahwa standar akuntansi yang sebelumnya kita gunakan di Indonesia kini kemudian berpusat atau dalam hal ini mengacu pada standar IFRS yang berada di IASB. Artinya, secara tidak langsung DSAK akan mengubah (menyesuaikan) standar akuntansi di Indonesia sesuai dengan yang digunakan oleh international. Pernyataan Indra Wijaya Kusuma berikut lebih tepat menjelaskan istilah konvergensi bagi Indonesia: “Indonesia mengadopsi secara penuh seperti Australia sangat tidak mungkin,adopsi yang mungkin adalah mengadopsi IFRS berkarakteristik Indonesia yang lebih bersifat taylor-made namun memenuhi kebutuhan internasional serta dapat melepaskan diri dari tekanan dunia internasional”. Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Penerapan IFRS di Indonesia harus menggunakan skala prioritas, terutama kepada perusahaan besar yang merupakan perusahaan terbuka. Untuk perusahann kecil dan menengah yang belum dimiliki masyarakat secara luas dan terbatas hanya untuk perusahaan lokal, belum perlu
6
menerapkan IFRS. Hal ini disebabkan karena ada alternatif peraturan SAKEntitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang diterbitkan DSAK IAI untuk perusahaan skala menengah dan kecil. Standar akuntansi untuk pemerintahan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) PP 71 tahun 2010. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Karena harus ada penyesuaian terlebih dahulu hingga tidak dapat secara total diadopsi langsung. 1) Fase Pertama (SAK per 1 Januari 2012 = IFRS 1 Januari 2009) Tahap adopsi (2008-2011)
Tahap persiapan akhir (2011)
seluruh IFRS diadopsi ke penyelesaian PSAK
Tahap implementasi (2012)
terhadap aktivitas
persiapan infrastruktur yang IFRS secara bertahap
diperlukan persiapan infrastruktur yang penerapan secara bertahap evaluasi diperlukan
beberapa IFRS
evaluasi
penerapan PSAK
terhadap
PSAK
terhadap
berbasis penerapan komprehensif
PSAK
yang berlaku Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Namun pada tahun 2010 bagi perusahaan yang memenuhi syarat, adopsi IFRS sangat dianjurkan. Sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS/IFRS versi 1 Januari 2009 Pada konvergensi IFRS tahap pertama (2008 – 2012), per 1 Desember 2012 DSAK IAI telah menerbitkan: 40 PSAK, 20 ISAK, 11 PPSAK berikut revisi terkait serta 10 PSAK Syariah. DSAK IAI juga menerbitkan PSAK non – IFRS, seperti: 7
PSAK
dampak
secar
a) PSAK 28: Akuntansi Kontrak: Asuransi Kerugian b) PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa c) PSAK 38: Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali d) PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba e) ISAK 25: Hak atas Tanah 2) Fase kedua ( SAK per 1 januari 2015 = IFRS 1 januari 2014) Setelah fase satu berakhir, Indonesia menuju fase kedua (2012-2015). Dan tahun 2014 merupakan konvergensi gelombang kedua bagi Indonesia dalam mengadopsi IFRS. Untuk menjadi PSAK yang berlaku efektif di 1 Januari 2015. Dengan demikian gap PSAK dan IFRS menjadi semakin pendek. Jika pada tahap pertama gap itu 3 tahun, maka tahap kedua gap menjadi hanya 1 tahun. Semakin pendek gap tersebut, diharapkan pelaporan akuntansi keuangan entitas di Indonesia semakin transparan dan semakin berkualitas, sehingga dapat disepadankan dengan ensitas-ensitas di bursa Internasional. Sepajang tahun 2013-2014 IAI telah menerbitkan baik baru maupun revisi 13 PSAK, 5 ISAK, dan 1 PPSAK, berserta penyesuaian SAK. DSAS IAI menerbitkan 2 PSAK Syariah. DSAK IAI juga menerbitkan PSAK non – IFRS, seperti: a) PSAK 28: Akuntansi Kontrak: Asuransi Kerugian b) PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa c) PSAK 38: Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali d) PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba e) ISAK 25: Hak atas Tanah f) ED ISAK 31: Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAk 13: Properti Investasi g) PSAK Syariah (101-110) 5. Mengapa Perlunya Konvergensi ke IFRS ?? 8
Indonesia memutuskan berkiblat ke IFRS, Konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal. Pengakuan maksimal ini didapat dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. Jurang pemisah terdalam PSAK dengan IFRS telah teratasi yaitu dengan diperbolehkannya penggunaan nilai wajar (fair value) dalam PSAK. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal. Teknologi informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasme para investor tidak akan terhalangi oleh batasan negara, misal: Investor dari Amerika bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa atau di Singapore atau bahkan di Indonesia. Bukan hanya investor & analis yang membutuhkan informasi seperti ini, melainkan juga dibutuhkan oleh stakeholder lainnya. Upaya pemerintah Untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor dalam negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk investasi di Indonesia. Konvergensi IFRS ke dalam PSAK akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama dari sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya dan dapat memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. Dengan mengimplementasikan
IFRS, perusahaan akan menikmati
biaya modal yang lebih rendah dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Juga konsolidasi yang lebih mudah & sistem teknologi informasi yang terpadu.
9
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industriindustri spesifik. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis juga meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”. Manfaat dari penerapan IFRS: a) b) c) d) e) f)
Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK) Mengurangi biaya SAK Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan Menigkatkan komparabilitas pelaporan keuangan Meningkatkan transparansi keuangan Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
KESIMPULAN IFRS telah mulai di adopsi di berbagai negara di Eropa, Asia, maupun di negara-negara ASEAN seperti singapura, malaysia, vietnam. Di Indonesia sendiri, Tanggapan Indonesia terhadap IFRS di bidang standar profesi, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi AIS. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka
diharapkan
informasi
akuntansi
memiliki
kualitas
utama
yaitu
komparabilitas dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan keputusan. DAFTAR PUSTAKA Muchlis, Saiful. (2011) “Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional Dan Dampak Penerapan Dari Adopsi Penuh Ifrs Terhadap Psak”. ASSETS. 2, (1), 191-206.
10
Suprihatin, Siti Dan Elok. (2013) “ Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards Terhadap Nilai Relevan Informasi Akuntansi”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia. 10, (2), 171-183. Nurhayati, Ida Dan Maryono. (2013) “ Dampak Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan Terhadap International Financial Reporting Standards ( Ifrs ) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Perusahaan
Manufaktur)”.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Kristen
Manaratha. Herawati, Nyoman. “Konvergensi International Financial Reporting Standards (Ifrs) Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Akuntansi Pengantar Di Perguruan Tinggi”: Universitas Pendidikan Ganesha. Situmorang, Murni Dan Agus. “ Transisi Menuju Ifrs Dan Dampaknya Terhadap Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI)”. Universitas Diponegoro. Ifrianis, Della. 2015. Tulisan Akuntansi Internasional, (online), (http://dellairfianis.blogspot.co.id/. Diakses 29 Januari 2016). Perdana, Geri. 2015. Konvergensi IFRS: Meningkatkan Investasi di Indonesia, (online), (https://www.selasar.com/ekonomi/konvergensi-ifrs-meningkatkaninvestasi-di-indonesia. diakses 29 Januari 2016). Wulansari, Siti. 2012. Mengapa Perlunya Konvergensi IFRS?, (online), (http://lanzfullmoon.blogspot.co.id/2012/12/mengapa-perlu-konvergensiterhadap-ifrs.html?m=1. Diakses 14 februari 2016) Primaciptasolusindo. Perkembangan
2014.
Regular
Konvergensi
Training IFRS
(20 di
Nov
2014)
Indonesia,
Update (online),
(http://www.primaciptasolusindo.com/news/read/regular-training-20-nov2014-update-perkembangan-konvergensi-ifrs-di-indonesia februari 2016).
11
. diakses 14
Elraihany. 2013. Konvergensi IFRS Di Indonesia, Perkembangan dan Dampaknya Terhadap Bisnis dan Auditor. (online). (https://elraihany.wordpress.com/2013/04/24/konvergensi-ifrs-diindonesia- . Diakses 14 februari 2016)
12