AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DI KOTA METRO Oleh: A. Jamil Abstract
The direction of Qibla that is objected by Ka’bah in Mecca. It is obligated to Moslem to do their worship, such as prayer, tawaf, and corpse funeral. Mosque, the prayer place, must be measured in accordance with the right direction of Qibla. So that, it can properly leads to the direction of Qibla in accordance with the Syariah rules. Like the reality in Solo, Yogyakarta, Bandung and Jakarta, there are still many mosques which is not correctly head to the direction of Qibla in Metro city. The main problem of this research is how is the accuracy of Mosques’ Qibla direction in Metro city?. This research is aimed in describing the accuracy of Mosques’ Qibla direction in Metro city. This is a descriptive qualitative research. The object of this research is mosques in Metro city, with using purposive proportional sampling. The data were collected by observation and measurement, with special tool, GPS. The researcher analyzed the data qualitatively. The average deviation of Qibla direction on West Metro is the lowest deviation, namely 7 degrees. East Metro has 9 degrees in average, and Central Metro has 10 degrees. While North Metro and South Metro has the highest deviation, between 16-17 degrees. Keywords: Akurasi Arah Kiblat, Masjid, Kota Metro A. PENDAHULUAN Arah kiblat adalah arah yang dituju Ka`bah di Mekah yang wajib dilakukan oleh umat Islam ketika melakukan ibadah shalat, tawaf dan ketika pemakaman janazah. Hal ini mengandung makna bahwa menghadap ke arah kiblat merupakan ketentuan yang penting dalam syari`at Islam. Kewajiban menghadap kiblat
174
Dosen Jurusan Syariah STAIN Jurai Siwo Metro Lampung.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
dalam pelaksanaan ibadah shalat merupakan masalah ubudiyah yang kesehariannya selalu dilakukan secara rutin oleh umat Islam, Oleh sebab itu Masjid sebagai tempat ibadah shalat harus diukur sesuai dengan arah kiblat yang benar agar masjid tepat mengarah ke arah kiblat sesuai dengan ketentuan syariat. Mengenai keharusan menghadap ke arah kiblat ini dalam al Qur`an disebutkan dalamsurat al Baqarah ayat 150 yang Artinya: Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan solat) maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah) dan dimana saja kamu berada maka hadapkanlah mukamu ke arahnya, supaya tidak ada lagi alasan bagi orang yang menyalahi kamu, kecuali orang yang zalim diantara mereka (ada saja yang mereka jadikan alasannya). Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kamu kepadaKu semata-mata dan supaya Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan juga supaya kamu beroleh petunjuk.1 Dalam kaitan ini Muhammad Ali As-Sabuni mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan masjidil Haram sebagai arah Kiblat dalam surat Al Baqarah ada beberapa makna, 1). Ka`bah itu sendiri, 2). Seluruh bangunan Masjidil Haram, 3). Tanah haram/Kota Makkah.2 Dengan demikian pelaksanaan ibadah shalat wajib menghadap ke arah kiblat, yaitu Ka`bah itu sendiri bagi orang yang ada di Masjidil Haram, Masjidil Haram bagi orang yang ada disekitar masjid, tanah haram/Kota Makkah bagi orang yang jauh dari Makkah termasuk Indonesia. Dalam kenyataannya di tengah masyarakat Indonesia arah kiblat masjid masih banyak yang belum tepat mengarah ke arah Ka`bah di kota Makkah.; baik di kota besar lebih-lebih di kota kecil termasuk Kota Metro. Hal ini ada beberapa faktor penyebab ketidak-tepatan masjid mengarah ke arah kiblat, bisa disebabkan alat ukur yang digunakan atau tenanga teknis yang kurang memehami cara penggunaan alat ukur, bisa hanya kira-kira arah Barat serong
1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Qur`an, Al Qur`an dan Terjemahannya, (Madinatul Munawarah : Majmu’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li ithiba’at al Mushahaf asy Syarif), tt. h.38. 2 Muhammad Ali As Sabuni, Tafsar Ayat-ayat Hukum dalam Al Qur`an, Jilid I, alih bahasa Saleh Mahfoed, (Bandung : Alma`arif, 1994), h. 215.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
175
sedikit ke Utara. Selain itu bisa disebabkan lokasi yang terlalu sempit, atau bisa juga dikarenakan mengikuti arah jalan. Penyimpangan atau ketidak tepatan arah kiblat masjid mengarah ke arah kiblat yang benar sudah sejak lama mulai diketahui, sebagaimana Ahmad Dahlan sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah telah meluruskan arah kiblat Masjid Agung Kraton Yogyakarta3 namun tidak menyebar luas di kalangan masyarakat. Akhir-akhir ini, terutama diawal tahun 2010 masalah arah kiblat mencuat kembali seperti terjadi di Jawa Tengah di Solo misalnya ada 35 masjid arah kiblatnya salah, di Bandung, di Mataram dan Ibu Kota Jakarta; seperti masjid Baiturrahman yang berada dikomplek Istana Negara arah kiblatnya diluruskan dengan cara meluruskan shaff dengan penyimpangan terlalu ke arah Barat sebesar 40 derajat. Demikian hangatnya masalah arah kiblat ini, sampai-sampai Menteri Agama RI di panggail DPR untuk membahas masalah arah kiblat4. Realitas di lapangan sebagaimana yang terjadi di Solo,Yogyakarta, Bandung dan Jakarta, masih banyak masjid di Metro yang tidak tepat mengarah ke arah kiblat5. Sebagai contoh Masjid Al Amin di jalan Hasanuddin kelurahan Yosomulyo azimut arah kiblatnya sebesar 264º yang seharusnya 295º, sama dengan Masjid Al Isro` Kelurahan Karangrejo. Hal ini berarti penyimpangan arah kiblat dari yang seharusnya sebesar 31°. Demikian juga Masjid Al Falah di jalan Palapa 2 15A Iringmulyo penyimpangan dari arah yang seharusnya mencapai 10°, Masjid Baiturrahman 2 di Kelurahan Mulyojati Metro Barat selisih 5º kurang ke arah Utara, Masjid Taqwa kelurahan Margodadi Metro Selatan arah kiblatnya 20º kurang ke Utara, termasuk di Metro
3 Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tahun 1912 berarti antara tahun 1900 -1910 Ahmad Dahlan meluruskan arah kiblat Masjid Agung Kraton Yogyakarta. 4 Muhammad Saifullah, ”Menteri Agama Dipanggil DPR Soal Arah Kiblat”, dalam, -www.okezone.net, 15 Januari 2010 5 Prasurvey dengan pengukuran langsung beberapa masjid di lima wilayah kecamatan tanggal 13 dan 14 Februari 2010, kecuali Masjid Al Amin Yosomulyo pengukuran dilakukan tanggal 16 Mei 2009 atas permintaan ta`mir Masjid untuk mengukur arah kiblat dalam rangka meluruskan shaff.
176
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
Utara kelurahan Karangrejo Masjid Al HIdyah penyimpangan arah kiblatnya sebesar 10º kurang ke Utara. Sementara hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan arah kiblat masjid dan mushalla di kecamatan Metro Timur oleh Hadi Rahmat, tahun 2007 penyimpangan terbesar arah kiblat terjadi pada mushalla Baitul Maqdis di kelurahan Yosodadi dan Masjid Nurul Iman di kelurahan Tejoagung dengan angka penyimpangan masing-masing 35° dan 30°. Meskipun demikian ada beberapa Masjid yang arah kiblatnya sudah tepat, seperti Masjid Hidayaturrahman dan Mushalla Al Ma`unah di kelurahan Yosodadi, Mushalla Nur At Taqwa di kelurahan Tejoagung dan Mushalla Al Kautsar di kelurahan Tejosari. Hasil wawancara dengan pengurus beberapa Masjid ketika mengukur arah kiblat atas permintaan pengurus dapat digaris bawahi bahwa penyimpangan itu terjadi karena kekurang-pahaman terhadap standar arah kiblat yang sesungguhnya, disamping ada juga menyesuaikan dengan keadaan lokasi. Dengan demikian berdasarkan prasurvey dan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sebagian besar dari masjid yang di survey, arah kiblatnya belum tepat mengarah ke arah kiblat. Disisi lain belum ada data akurat berkaitan dengan jumlah masjid yang arah kiblatnya belum tepat dan berapa masjid yang arah kiblatnya sudah tepat. Demikian juga upaya ke arah pembenahan dan pembinaan/penyuluhan tentang arah kiblat oleh pihak terkait belum optimal, yang salah satu penyebabnya dikarenakan belum adanya data base yang akurat mengenai masjid dan arah kiblatnya. Sebaliknya ada beberapa masjid berupaya meluruskan arah kiblat dengan cara meluruskan shaff, namun seringkali menuai masalah di kalangan internal pengurus dan jama`ah.6 Berdasdarkan latarbelakang masalah di atas, maka masalah utama peneltian ini adalah bagaimana akurasi arah kiblat masjid di Kota Metro ?. Adapun tujuan dan kegunaan penelitian adalah untuk mendeskripsikan akurasi arah kiblat masjid yang ada di Kota Metro dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data base dan bahan informasi untuk 6 Masjid Al Manar Kelurahan Yosomulyo dan Masjid Khairul Amal kelurahan Iringmulyo
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
177
pengambilan kebijakan oleh Kementerian Agama dan pihak terkait dalam mensosialisasikan dan membenahi arah kiblat masjid yang ada dalam wilayah Kota Metro. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan bersifat deskriptif kualitatif, sasaran penelitian adalah keseluruhan majid yang ada di wilayah Kota Metro dengan menggunakan sampel. Teknik sampling purposive proporsional sampling, yakni mengambil sampel berdasarkan proporsi masjid yang ada pada masing-masing kelurahan dengan mempertimbangkan masjid lama dan masjid baru, dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Metro baik yang memiliki kultur kota, kultur desa maupun kultur kota-desa. Mengingat jumlah masjid dalam lima wilayah kecamatan se Kota Metro ada 130 masjid, sampel akan diambil 70% sehingga sampel dalam penelitian ini berjumnlah 91 masjid yang menyebar pada 22 kelurahan dalam lima wilayah kecamatan. Teknik pengumpulan data adalah observasi untuk pendataan masjid dengan cara mengamati masjid-masjid dalam lima wilayah kecamatan se Kota Metro, untuk mengetahui kondisi dan posisi masjid, apakah masjid lama ataukah masjid baru, di desa atau di kota; sekaligus mengamati kondisi sosial kemasyarakatan. Selanjutnya dilakukan tindakan pengukuran arah kiblat di lapangan atau di masjid-masjid yang dijadikan sampel dengan menggunakan alat ukur utama GPS yang akurasinya mendekati hasil pengukuran dengan bayang-bayang matahari, sedangkan kompas kiblat produk Makkah dan Produk STAIN Pekalongan sebagai pembanding (kalibrasi), ditambah alat bantu berupa waterpass untuk memastikan kedataran lokasi yang diukur. Teknik ini digunkan untuk menghimpun data tentang akurasi arah kiblat masjid, sedangkan wawancara digunakan dalam menghimpun data mengenai sebab terjadinya penyimpangan dan upaya serta sikap masyarakat terhadap arah kiblat. Analisis yang digunakan adalah analisa kualitatif sebagaimana dikemukakan Spradley yang terdiri dari analisis domein dan taksonomi,7 setelah sebelumnya melalui proses 7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 305 – 307.
178
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
penyesuaian sesuai kebutuhan. Adapun alat ukur utama adalah Global Positioning System8 : B. KAJIAN TEORI Kata arah berarti jurusan, tujuan dan maksud, dapat juga diartikan dengan jarak terdekat yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi, dan ada yang memaknai dengan jihad, syathrah dan azimuth. Kiblat adalah kata yang dikhususkan sebagai arah ke mana seseorang yang shalat menghadap.9 Sedangkan kata Kiblat berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram kota Mekah.10 Dengan demikian arah kiblat adalah suatu arah yang dituju yaitu Ka`bah di Mekah yang wajib dilakukan oleh umat Islam ketika melakukan ibadah shalat. Arah kiblat sebagai salah satu syarat sah shalat dalam Islam berdasarkan ayat-ayat Al Qur`an, hadis dan ijma` ulama. Dalam Al Qur`an terdapat dalam surat al Baqarah ayat 142, 143, 144, 145,149, dan 150. Dalam ayat 144 dikatakan bahwa Nabi selalu berdo`a dengan menengadahkan muka ke langit agar arah kiblat dipindahkan dari baitul makdis ke Baitullah, Sementara ayat 143 menegaskan bahwa pemindahan araah kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah selain memenuhi keinginan Rasulullah saw juga dimaksudkan untuk menguji siapa yang tetap taat dan mengikuti Rasul dan siapa yang membelot atau murtad, Selanjutnya ayat 150 surat Al Baqarah menegaskan dari mana saja arahmu untuk mengerjakan shalat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu..."11 Adapun hadis sebagai landasan arah kiblat adalah hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari al Barra` yang berkaitan dengan azbabulnuzul ayat dan hadis riwayat Bukhari diceritakan dari al-Bara bin Azib, bahwasanya Nabi SAW pertama tiba di Madinah beliau turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar.) Dan GPS yang digunakan adalah GPS Garmin [GPS map 76CSx]. Muhammad Ali As Sabuni, Tafsar Ayat-ayat Hukum dalam Al Qur`an, Jilid I, alih bahasa Saleh Mahfoed, (Bandung : Alma`arif, 1994), h. 218. 10 Baca juga Abdul Azizi Dahlan (ed), Enseklopedi Hukum Islam Jilid 3, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1977), h. 944. 11 Ibid., h. 38. 8 9
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
179
bahwasanya beliau shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah. Dan shalat pertama beliau dengan menghadap Baitullah adalah shalat Ashar dimana orang-orang ikut shalat bermakmum) bersama beliau.12. Ulama fikih sepakat bahwa kiblat bagi orang yang melihat Ka`bah adalah tepat menghadap ke bangunan Ka`bah itu sendiri, sedangkan kiblat bagi orang yang tidak melihat Ka`bah menurut jumhur fukaha adalah arah Ka`bah.13 Berdasarkan HR Baihaki Ka’bah (Baitullah) adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil haram, masjidil haram adalah kiblat bagi penduduk tanah haram (Mekah), dan tanah haram (Mekah) adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di barat maupun di timur. Arah kiblat Kota Metro erat kaitannya dengan letak titik koordinat, yakni berapa derajat jarak Kota Metro dari khattulistiwa dan berapa derajat letak Kota Makkah dari Khatulistiwa yang lebih dikenal dengan istilah lintang () dan berapa derajat jarak Kota Metro dan Kota Makkah dari Greendwich serta jarak dari Kota Metro Ke Makkah yang disebut garis bujur (). Kota Metro berkedudukan pada titik koordinat 5˚6΄52.86" selatan khatulistiwa dan 105˚18΄25.50" bujur timur, sementara kota Makkah (tanah haram) sebagai pusat Kiblat berada pada lintang 21˚ 25΄ utara khatulistiwa dengan bujur 39˚ 50΄ timur. Untuk mencari arah Kiblat kota Metro dengan data geografis tersebut digunakan segitiga bola antara Kota Metro, Kota Makkah dan titik kutub utara atau segi tiga bola antara Kota Metro, Kota Makkah dan garis khatulistiwa. Jarak dari khatulistiwa ke Makkah (21˚25΄), jarak dari Metro ke khatulistiwa (-5˚6΄52.86") dan jarak dari Metro ke Makkah (105˚18΄25.50" –39˚ 50΄) = 65˚ 28΄25.50" Selanjutnya data tersebut dimasukkan dalam rumus arah kiblat sebagai berikut cotan B =
cos(B)tan(A)–sin(B)cos(B-A) sin (B - A)
12 Susiknan Azhari, Arah Kiblat Perhitungan dan Pengukurannya, Makalah pada Pelatihan Falakiyah, (Bandar Lampung, Mei, 2008), h. 3. 13 Ahmad Aziz Dahlan (ed), Enseklopedi Hukum Islam, ... h. 944.
180
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
cos (-5˚6΄52.86") tan (21 25) cos B tan A sin (-5˚6΄52.86") cos (65 2825.50") sin Bcos B-A)
= = = = = =
sin(652825.50") cotan B B
= = =
0,996018251 0,392231316(x) 0,390669549 -0,089149551 0, 415110096 (x) -0,037006878 (-) 0,427676427 (:) 0,9097171184 (=) 0,470092298 644919.72" dibulatkan 64 49 (U–B)14
Dengan demikian arah kiblat Kota Metro adalah 64 49 diukur dari titik Utara ke arah Barat. Sedangkan untuk mengukur arah kiblat banyak alat yang dapat digunakan, diantaranya Kompas magnetik, kompas eliktrik, kompas kiblat tongkat Istiwa (bayang-bayang matahari), theodolit dan GPS. Dalam penelitian ini akan menggunakan alat ukur utama GPS selain praktis akurasinya mendekati hasil pengukuran dengan tongkat istiwa`. Untuk dikalibrasi digunakan alat ukur Kompas Suunto C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mengingat penduduk Kota Metro mayoritas penganut agama Islam, maka rumah ibadah termasuk banyak didirikan dari yang besar sampai yang kecil, dari masjid bangunan lama sampai masjid bangunan baru, baik yang ada di wilayah kota maupun kota-desa. Adapun jumlah masjid se wilayah Kota Metro berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Agama Kota Metro berjumlah 13010 masjid yang menyebar di Kecamatan Metro Pusat 37 masjid, Kecamatan Metro Timur 29 masjid, Kecamatan Metro Barat 24 masjid, Kecamatan Metro Utara 24 masjid, Kecamatan Metro Selatan 18 masjid. Mengenai akuarsi arah kiblat
14 Arah kiblat Kota Metro 64 49 diukur dari titik utara ke arah barat atau 25 11 diukur dari titik baarah utara dan kalau diukur dengan menggunakan azimut, maka arah kibltnya = 360 - 64 49 = 295 11 atau 270 + 25 11 =295 11. 10 Kementerian Agama Kota Metro, Data Masjid Kota Metro Tahun 2010.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
181
masjid se Kota Metro11 berdasarkan temuan yang ada di lapangan dapat diilustrasikan sebagai berikut : Penyimpangan arah kiblat masjid (Barat – Utara) Tepat 18% Terlalu ke Utara 4%
0%
Terlalu ke B arat Memperhatikan grafik di atas sebagian besar masjid dalam 78%
wilayah Kota Metro arah kiblatnya kurang akurat, dengan penyimpangan yang variatif. Maksudnya bahwa penyimpangan arah kiblat antara satu masjid dengan masjid lain tidak sama. Sebagian besar penyimpangan arah kiblat terlalu mengarah ke arah barat dengan jumlah 71 (78,02%) dari 91 masjid sedangkan yang menyimpang ke arah Utara ada 4 (4,40%) majid, sementara yang tepat sesuai dengan standar arah kiblat ada 16 (18,58%) masjid. Ditilik dari besar kecilnya penyimpangan cukup variatif, artinya penyimpangan yang ada tidak sama; dengan kisaran angka antara 1 sampai 31 derajat. Jumlah terbanyak penyimpangan arah kiblat dari masjid di Kota Metro antara 6 – 10 derajat dengan jumlah mencapai 27% lebih atau sebanyak 25 masjid. Untuk melihat variasi penyimpangan arah kiblat masjid Kota Metro berikut disajikan dalam bentuk grafik.
11
182
Pengukuran dilakuakn pada tanggal 13 - 15 Mei 2010.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
Besar Kecil Penyimpangan Arah Kiblat Masjid Kota Metro
0% 0% 0% 26º > 21<25º 10% 0% 0% Tepat 9% 18% 16<20º 1<5º 5% 18% 11<15º
Dengan memperhatikan grafik penyimpangan arah kiblat 13% masjid di atas sangat variatif dengan kisaran 6<10ºangka 1-5 derajat mencapai 18% (16) masjid, penyimpangan antara 6–10 derajat 27% 27% = 25 masjid, penyimpangan antara 11-15 derajat 13% atau 12 masjid dan penyimpangan antara 16–20 derajat, 21-25 derajat dan di atas 25 derajat, masing-masing 5, 8 dan 9 masjid. Dilihat dari “kota – desa” tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap akurasi arah kiblat masjid, seperti kecamatan Metro Pusat dan Metro Timur yang termasuk kotegori “kota” ternyata arah kiblat yang tepat tidak jauh berbeda dibandingkan dengan masjid yang termasuk kategori “desa”, dengan perbndingan 10 : 8. Sedangkan yang tidak akurat dengan penyimpangan 1º-5º, jumlahnya hampir berimbang, dengan perbandingan 7:9. Pada tarap penyimpangan antara 6º-15º memang lebih banyak penyimpangan masjid kategori “Kota” dengan perbandingan 25:10, sebaliknya penyimpangan pada tingkat yang lebih besar antara 16º-30º masjid dengan kategori “desa” yang lebih banyak menyimpang dengan perbandingan 7:17. Untuk lebih jelasdapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 : Penyimpangan Arah Kiblat Masjid Kota-Desa NO 1 2 3
Uraian Kota Desa Jumlah
0º 10 8 16
Penyimpanagn 1-5º 6-10º 11-15º 16-20º 21-25º 26-30º 7 16 9 2 2 3 9 7 3 3 6 8 16 25 12 5 8 9
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
183
Demikian juga secara umum penyimpangan rata-rata antara masjid kategori Kota dengan masjid kategori desa hampir tidak ada perbedaan, karena penyimpangan rata-rata masjid kategori “Kota” sebesar 9.52 (10 derajat) = (48%), sedangkan rata-rata penyimpangan arah kiblat masjid kategori “desa” sebesar 10.67 derajat (52%). Namun dilihat dari bangunan lama-baru, nampak ada pengaruhnya terhadap akurasi arah kiblat, seperti di wilayah Metro Timur ada beberapa masjid termasuk kategori baru tingkat akurasinya cukup tinggi, seperti masjid Baiturrozak, masjid Azdkiya, masjid Miftahul Jannah, masjid Baiturrahman 1, Mulyojati, Masjid Al Hikmah Metro, masjid Al Mujahidin Imopuro, masjid Baitul Izzah Hadimulyo, dan masjid Al Amin Karangrejo Metro Utara merupakan masjid bangunan baru yang arah kiblatnya tepat. Penyebaran Arah Kiblat Yang Akurat (Dari 13 Masjid Baru)
UTARA SELTN 0% 0% 7% 0% BARAT 31%
0% 0% 0% 0%
PUSAT 31%
Sebaliknya masjid bangunan lama sebagian besar tidak akurat, seperti masjid Al Huda di jl. Kerinci , masjid Al Muttaqin di Kampung baru, masjid Babussalam danTIMUR Baitussalam Tejosari, masjid Al Amin Yoserejo, masjid Al Hidayah31% dan masjid Al Isró, Karangrejo, masjid Al Muttaqin Rejomulyo; merupakan masjid bangunan lama dengan penyimpangan arah kiblat antara 19º sampai 31º. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan Grafik akurasi arah kiblat masjid se Kota Metro dalam lima wilayah kecamatan
184
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
Rata-Rata Penyimpangan Arah Kiblat Masjid Per Kecamatan
SELATAN 29% 0%
UTARA 27%
PUSAT 0% 17% TIMUR 15% BARAT 12%
Berdasarkan rata-rata penyimpangan arah kiblat masjid se Kota metro dalamlima wilayah kecamatan, ternyata maasjid dalam wilayah Kecamatan Metro Barat menempati urutan terendah dengan angka rata-rata 7 derjat = 12 , diikuti Metro Timur dengan rata-rata penyimpangan 9 derajat, Metro Pusat dengan angka rata-rata 10 derajat. Sedangkan Metro Utara dan Metro Selatan memiliki angka rata-rata penyimpangan yang cukup tinggi antara 16 dan 17 derajat. Mengenai sikap dan upaya Kementerian Agama Kantor Kota Metro15 terhadap arah kiblat masjid atau mushalla cukup positif. Artinya pihak Kementerian Agama menilihat dan menilai bahwa persoalan arah kiblat ini merupakan persoalan pokok dan penting sebab menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu syarat sah shalat. Oleh sebab itu jika kiblatnya salah maka shalatnya tidak memenuhi salah satu unsur syarat sah shalat berarti shalat seseorang tidak sah, kecuali kalau tidak tau arah kiblatnya salah. Sikap, kebijakan dan upaya Kementerian Agama Kantor Kota Metro berkenaan dengan arah kiblat masjid sudah lebih awal dari kebijakan Kementeria Agama Pusat yang muncul diawal tahun 2010 yang salah satu ujudnya adalah menghimbau Kementerian Agama di seluruh Provinsi dan Kabupaten Kota untuk melakukan pendataan “Up dating”16 arah kiblat sebagai 15
H. M. Syahro, Kaur Urais dan Haji Kementerian Agama Kantor Kota
Metro. 16Berdasrakan Surat Edaran yang dilaksanakan pada tanggal 22 dan 24 Maret 2010.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
185
bahan kebijakan selanjutnya. Sikap dan Upaya Kementerian Agama Kantor Kota Metro ini dibuktikan oleh realitas di lapangan bahwa upaya-upaya yang dilakukan mengenai pembenahan arah kiblt ini telah dilakukan sejak tahun 2008 berupa sosialisasi mengenai arah kiblat, terutama bagi kalangan penyuluh agama (KUA) dan takmir masjid se Kota Metro. Pada tahun 2009 Kementerian Agama Kantor Kota Metro melakukan pengukuran arah kiblat beberapa lapangan dalam wilayah Kota Metro yang biasanya digunakan masyarakat untuk pelaksanaan shalat idul fitri maupun idul adha17. Pada tahun 2010 sosialisasi terhadap arah kiblat diadakan kemabli terutama bagi pengurus masjid yang belum mengikuti sosiaalisasi tahun 2008. Selain sosialisasi arah kiblat dengan sasaran Penyuluh Agama, Tokoh Agama, Ormas Islam dan Takmir Masjid pada tahun 2010, juga atas permintaan Kementerian Agama Wilayah/Provinsi, Kementerian Agama Kantor Kota Metro telah melakukan up dating (pengukuran ulang) mengenai akurasi arah kiblat masjid yang ada di wilayah kota Metro meskipun baru sebatas 20 masjid sebagai sampel, juga membentuk Badan Hisab dan Rukyat untuk tingkat Kota Metro. Demikian juga Pemerintah Kota melalui bagian Kesra dan bekerjasama dengan Dewan Majis Kota Metro pada tahun 2009 juga melakukan sosialisasi mengenai arah kiblat bagi pengurus masjid se Kota Metro yang berlangsung di Gedung Pramuka Kota Metro. Berdasarkan wawancara dengan beberpa takmir masjid yang sempat ditemui pada saat pelaksanaan penelitian sikap masyarakat terhadap kesalahan arah kiblat secara garis besar dapat dikelompok menjadi tiga, yaitu : a. Sikap positif dimana masyarakat menerima dengan baik, dan berusaha membenahi kesalahan arah kiblat yang ada dengan cara meluruskan shaf atau menggeser sajadah, sebab mengahadap kiblat merupakan syarat sah shalat,
17Yaitu lapangan Hadimulyo (dekat Masjida Ad Dakwah), lapangan Kampus, lapangan 21 C (dekat masjid Al Manar), lapangan Rejomulyo Metro Selatan dan lapangan Banjarsari (29).
186
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
b. Sikap negatif dimana masyarakat belum atau tidak mau membenarkan kesalahan arah kiblat yang ada, sebab yang penting niatnya menghadap kiblat tidak harus pas betul, c. Sikap positif-negatif. Artinya sebagian pengurus menghendaki dan berusaha meluruskan arah kiblat yang salah dengan alasan menghadap kiblat merupakan syarat sah shalat, sedangkan sebagian yang lain tidak menghendaki dengan alasan bahwa yang penting adalah niat menghadap kiblat jadi tidak harus pas betul. D. SIMPULAN Dari uraian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahsa arah kiblat masjid di Kota Metro sangat variatif dengan kisaran angka 1-5 derajat mencapai 18% (16) masjid, penyimpangan antara 6 – 10 derajat 27% = 25 masjid, penyimpangan antara 11 – 15 derajat mencapai 13% atau 12 masjid dan penyimpangan antara 16 – 20 derajat, 21 -25 derajat dan di atas 25 derajat, masing-masing 5, 8 dan 9 masjid. Penyimpangan arah kiblat masjid dalam wilayah Kecamatan Metro Barat menempati urutan terendah dengan angka rata-rata 7 derjat = 12 , diikuti Metro Timur dengan rata-rata penyimpangan 9 derajat, Metro Pusat dengan angka rata-rata 10 derajat. Sedangkan Metro Utara dan Metro Selatan memiliki angka ratarata penyimpangan yang cukup tinggi antara 16 dan 17 derajat. DAFTAR PUSTAKA Abdul Azizi Dahlan, Enseklopedi Hukum Islam Jilid 3, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,1977. A.Jamil, Ilmu Falak Hisab Arah Kiblat,Awal Waktu dan Awal Bulan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Amzah,2009. A. Razak dan Rais Lathief, Terjemah Shahih Muslim, Juz 1, Jakarta: Pustaka Al Husna, t.th. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Press,1983.
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011
187
Hadi Rahmat, Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Metro Timur, Laporan Penelitian, STAIN Jurai Siwo Metro, Tahun 2007. Imam Syaukani, Optimalisasi Peran KUA, Laporan Hasil penelitian, Jakarta: Departemen Agama, 2007. Khadim al Haramain as Syarifain, Fahd inb Abd al Aziz al Sa`ud , Al Qur`an dan terjemahannya, Madinah, 1411. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Muhammad Ali As Sabuni, Tafsar Ayat-ayat Hukum dalam Al Qur`an, Jilid I, alih bahasa Saleh Mahfoed, Bandung: Alma`arif, 1994. Mutoha AR, Perhitungan dan Pengukuran Arah Kiblat, Modul Pelatihan Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: 2007. Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Antara,1976. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alpabeta, 2001. Susiknan Azhari, Arah Kiblat Perhitungan dan Pengukurannya, Makalah pada Pelatihan Falakiyah, Bandar Lampung: Mei, 2008. Muhammad Saifullah, Menteri Agama dipanggil DPR, dalam, www.okezone.net, 15 Januari 2010.
188
Tapis Vol. 11, No. 02 Juli-Desember 2011