AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
DANIEL ALFARUQI NIM. 1111044100065
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M
ABSTRAK
Daniel Alfaruqi. NIM 1111044100065. AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA. Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hulum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 94 halaman + 11 lampiran. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat hanya berpatokan kepada metode taqribi yaitu menggunakan acuan perkiraan setelah ditentukan arah mata angin. Fakta menunjukkan bahwa metode ini memiliki kelemahan pada tingkat keakuratannya. Padahal seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, telah ditentukan metode yang lebih akurat untuk menentukan arah kiblat menggunakan hitungan yang rinci. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara. Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian dilakukan di setiap masjid dan beberapa mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara menggunakan metode tahqiqi, yaitu melalui perhitungan menggunakan rumus ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri) dengan alat bantu pengukuran menggunakan program Mizwala Qibla Finder. Kriteria dan sumber data yang digunakan yaitu pertama, data primer seperti wawancara, dokumentasi dan data observasi. Kedua, data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan tulisantulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun teknik pengumpulan data diantaranya yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan data sampel. Data yang terkumpul selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36% yang tepat, 1 masjid atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak tepat. Sedangan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla atau 20% yang tepat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 38 mushalla atau 76% tidak tepat arah kiblatnya. Kata Kunci : Akurasi, Arah Kiblat, Masjid, Mushalla, Ka’bah, Payakumbuh Utara, Mizwala Qibla Finder, Metode Tahqiqi, Metode Taqribi, Spherical Trigonometri. Pembimbing : Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag. Daftar Pustaka : Tahun 1975 s.d Tahun 2015
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Nurkausar, S.Pd dan Ibunda Imelda, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka. Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah. 3. Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah membimbing, mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
v
4. Afwan Faizin, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saransaran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. M. Soleh Hasan, Lc., MA. selaku orang tua kami selama belajar dan tinggal di Asrama Putra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan teladan, mendidik, mengajarkan disiplin, dan memberikan ilmu yang sangat berharga bagi kehidupan kami. 7. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kota Payakumbuh yang telah mengeluarkan surat rekomendasi bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di Kecamatan Payakumbuh Utara. 8. Nofriwandi, SH. dan Resfi Yendri, S.Ag. selaku Camat dan Kepala KUA Payakumbuh Utara beserta staf yang telah memberikan izin bagi penulis untuk memperoleh data-data yang diperlukan. 9. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang berkaitan dengan skripsi ini. 10. Bapak-bapak pengurus masjid dan mushalla yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi dan keterangan guna melengkapi data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.
vi
11. Papa dan mama, serta kedua adikku Zikril Mustawa dan Nur Aisyah yang selalu mencintai, memberi semangat, harapan, arahan serta memberi dukungan baik secara materil maupun spiritual sampai terselesaikan skripsi ini dengan baik. 12. Kepada yang tersayang Resti Adita, A.Md. KG. yang selalu memberikan semangat, motivasi, saran, kritikan dan ide-ide
kepada penulis dalam
melakukan penelitian ini. 13. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama Syams Eliaz Bahri, M. Rafel, Didi Nahtadi, Rachmatullah Tiflen, Rudi Niyarto, Ahmad Saidi, Azmi Hayim Ali, Safira Maharani dan Nadia. Kawan-kawan Ikatan Keluarga Mahasiswa Minangkabau, KKN Palanta Rantau dan ISLAMMU Jabodetabek. Serta kawan-kawan Asrama UIN Jakarta angkatan 2011 terutama Yusup, Miqdad, Rizki, dan juga adik-adik asrama angkatan 2012 Junaidi Habibillah dan Lilik Jalaludin. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.
Jakarta, 30 Maret 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
i
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI .........................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
7
D. Review Studi Terdahulu ......................................................
8
E. Metode Penelitian .................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
14
KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT A. Pengertian Arah Kiblat ........................................................
16
B. Sejarah Arah Kiblat ..............................................................
17
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam shalat ...................
22
D. Hukum Menghadap Kiblat ...................................................
28
E. Metode Penentuan Arah Kiblat ............................................
35
PROFIL MASJID DAN MUSHALLA A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara 1. Sejarah Singkat .................................................................
48
2. Letak Geografis.................................................................
49
3. Struktur Organisasi ...........................................................
51
viii
BAB IV
4. Keadaan Masyarakat .........................................................
52
5. Keagamaan........................................................................
54
B. Data Umum Masjid dan Mushalla .......................................
55
C. Status Tanah Masjid dan Mushalla ......................................
59
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara ...........................................
64
B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di Kecamatan Payakumbuh Utara ...........................................
70
C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara ...........................................
BAB V
79
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
88
B. Saran-saran ...........................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
92
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara ..................... 51
Tabel 3.2
Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga ........................ 52
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 53
Tabel 3.4
Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara ............ 54
Tabel 3.5
Data Umum Masjid ........................................................................ 56
Tabel 3.6
Data Umum Mushalla .................................................................... 57
Tabel 3.7
Status Masjid Tanah Wakaf ........................................................... 59
Tabel 3.8
Status Mushalla Tanah Wakaf ....................................................... 60
Tabel 3.9
Status Mushalla Tanah Kaum ........................................................ 61
Tabel 3.10
Status Mushalla Tanah Pribadi ...................................................... 62
Tabel 3.11
Status Mushalla Tanah Pemda ....................................................... 62
Tabel 3.12
Status Mushalla Fasilitas Umum ................................................... 63
Tabel 3.13
Status Mushalla Tanah Yayasan .................................................... 63
Tabel 4.1
Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara ............................ 64
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Arah Kiblat ....................................................... 66
Tabel 4.3
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas ...................... 71
Tabel 4.4
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari ......................................................................................... 72
Tabel 4.5
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat . 73
Tabel 4.6
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas .................. 74
Tabel 4.7
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah x
Barat ............................................................................................... 76 Tabel 4.8
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari ......................................................................................... 77
Tabel 4.9
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat ...... 78
Tabel 4.10
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan Bangunan Masjid ........................................................................... 78
Tabel 4.11
Arah Kiblat Masjid yang Akurat ................................................... 79
Tabel 4.12
Arah Kiblat Mushalla yang Akurat ................................................ 80
Tabel 4.13
Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara ....................................... 81
Tabel 4.14
Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara .......................................... 82
Tabel 4.15
Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara .................................... 82
Tabel 4.16
Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara ...................................... 84
Tabel 4.17
Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi .......... 85
Tabel 4.18
Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi ...... 86
Tabel 4.19
Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid ..................................... 86
Tabel 4.20
Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla ................................. 87
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) di mana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat hidup terasing dari manusia lain, melainkan harus selalu hidup dalam ikatan kelompok, golongan, atau kerukunan sebagai suatu kesatuan sosial.1 Hubungan antar sesama manusia dan antar sesama kelompok harus dikuatkan dan ditingkatkan ke tingkat yang lebih baik dari aspek spiritualitas sebagai pengendalinya. Karena tanpa aspek spiritualitas, kemanusiaan manusia akan menjadi lemah dan menurun bahkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan keadilan menjadi tidak ada. Jika hubungan manusia hanya ditinjau dari aspek materil saja, maka ia hanya akan menimbulkan kesewenang-wenangan, melepaskan
keinginan
menurut
hawa
nafsu,
dan
memunculkan
naluri
kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun kontrol. Allah SWT menjadikan shalat sebagai media untuk membina manusia dan menempatkan nalurinya. Shalat menjadi fondasi hubungan antar manusia yang dibangun di atas dasar-dasar yang baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan hawa nafsu.2
1
Nurnaningsih Amriani, Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1. 2 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqih Ibadah, Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk, cet. II, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 146.
1
2
Setiap Muslimin diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada waktunya dan harus menghadap kiblat.3 Arah kiblat dalam Islam sudah ditentukan, yakni harus menghadap ke Masjid al-Haram (Ka’bah).4 Pada dasarnya menghadap Ka’bah dalam wacana fiqih merupakan syarat sah shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika Rasulullah SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas perintah dari Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli kitab. Tetapi beliau sangat berharap agar arah kiblat di alihkan ke Ka’bah yang mulia, karena itulah kiblat bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau banyak menengadah kearah langit, sambil berharap turunnya wahyu tentang pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar sangat mengharapkan hal ini, hingga akhirnya Allah SWT memenuhi keinginan beliau dan memerintahkan agar beliau menghadap ke arah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain yang membuat beliau berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, yaitu karena orang-orang Yahudi yang sangat jahat biasa berkata, “Alangkah anehnya urusan Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun sama dalam shalatnya dengan kiblat kita dan kalau tidak karena agama kita, tentu dia tidak tahu harus menghadap kemana ketika shalat”. Karena itulah beliau benar-benar ingin agar Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, sehingga orang-orang Yahudi tidak mempunyai cara untuk menyerang pribadi dan agama beliau.5
3
Depag, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998), h. 25. 4 Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h.69. 5 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, cet.I, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 30.
3
Bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya, kewajiban menghadap Ka’bah tidaklah menjadi masalah, karena mereka lebih mudah dalam melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang jauh dari Mekkah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka tidak pasti bisa mengarah ke Ka’bah secara tepat.6 Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada di sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari. Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah sederhana yang dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika mereka masih berada di wilayah Indonesia, hal tesebut tidak menjadi persoalan, Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika Latin yang berasal dari pulau Jawa. Mereka tetap mengadap ke Barat dalam shalatnya, padahal semestinya harus menghadap ke Timur.7 Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan Saudi Arabia tempat dimana Ka’bah berada terdapat di sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik 6 7
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 126. Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 123.
4
dengan arah Barat. Selanjutnya, berdasarkan letak geografis Saudi Arabiah terletak di sebelah Barat agak miring ke Utara (Barat Laut) maka arah kiblatnya ke arah tersebut. Oleh karena itu ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan arah kiblatnya agak ke Utara walaupun ia shalat di masjid yang sudah benar menghadap kiblat.8 Setelah mengenal ilmu falak, mereka menentukan arah kiblatnya berdasarkan bayang-bayang sebuang tongkat dengan berpedoman pada posisi matahari persis pada titik zenith Ka’bah.9 Setelah kompas ditemukan, umat Islam menggunakan alat tersebut untuk menentukan arah kiblat, namun cara ini kurang akurat. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan dan pengukuran setelah terlebih dahulu diketahui koordinat Ka’bah dan tempat yang bersangkutan. Sistem ini menggunakan dua cara, yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur bola (Spherical
Trigonometri)
dan
ternyata
hasilnya
lebih
akurat.
Dalam
perkembangan terakhir, sistem yang digunakan dalam menentukan arah kiblat adalah menggunakan pesawat theodolit setelah diketahui terlebih dahulu data arah kiblat hasil perhitungan ilmu ukur bola.10 Mengetahui secara pasti tentang cara menentukan arah kiblat tersebut sangat perlu agar kita merasa yakin telah menghadap kiblat dalam melaksanakan ibadah yang diwajibkan. Untuk mendapatkan keyakinan akan kiblat yang benar tersebut, maka kita perlu menentukan atau menghitung dengan teliti
8
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 48. 9 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), h. 36. 10 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 50-58.
5
kesempurnaan arahnya. Sebab bergeser sedikit saja dari arah yang sebenarnya, maka ia berarti tidak lagi menghadap ke Masjid al-Haram.11 Dalam pembangunan masjid dan mushalla keakuratan arah kiblat sangat perlu diperhatikan. Hal yang paling penting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak mihrab. Di sebelah mana dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi patokan orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat.12 Walaupun telah ada teori untuk menentukan arah kiblat yang akurat seperti yang telah disebutkan di atas, namun kenyataannya praktek yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat berbeda dengan teori yang telah di tetapkan. Sampai saat ini masyarakat masih tetap menggunakan cara-cara yang tradisional seperti hanya dengan menentukan arah Barat dan memiringkan sedikit ke arah Utara yang hanya di lakukan dengan perkiraan semata ataupun hanya berpatokan kepada masjid atau mushalla terdekat tanpa ada perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Menurut data yang ditulis dalam buku penentuan arah kiblat Departemen Agama sebagai mana dikutip oleh Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu Falak, seharusnya arah kiblat kota Payakumbuh kalau diukur dari Barat ke Utara adalah 24º18’ jika masyarakat kota Payakumbuh berpatokan pada ukuran yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama tersebut, maka pasti arah kiblat di kota Payakumbuh semuanya akan serasi. Namun penulis menemukan ada banyak variasi arah kiblat yang ada di kota Payakumbuh. 11
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.71. 12
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,” Laporan Penelitian, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h.15.
6
Perbedaan antara teori penentuan arah kiblat yang telah penulis pelajari selama kuliah dengan praktik yang terjadi di masyarakat membuat penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut. Penulis merasa hal ini sangatlah penting untuk dikaji dan diteliti agar memperoleh jawaban yang jelas mengenai permasalahan tersebut, maka penulis membuat penelitian ini dengan judul “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini sehingga masalah yang akan diangkat jelas, maka penulis membatasi masalahnya hanya pada arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara (Sumatera Barat) yang terdiri dari 25 kelurahan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah pokok yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini sebagai berikut: a. Bagaimana cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal pembangunannya? b. Bagaimana tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal pembangunannya. b. Mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti sendiri semoga melalui penelitian ini bisa memperkaya khazanah keilmuan intelektualitas di bidang Ilmu Falak, khususnya yang terkait dengan penentuan arah kiblat. b. Bagi kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan mendalam tentang akurasi arah kiblat. c. Bagi kalangan praktisi dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi kepada segenap pihak yang berkompeten untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap penentuan arah kiblat yang kedudukannya sangat vital bagi pelaksanaan peribadatan umat Islam, terutama ibadah shalat. d. Bagi masyarakat luas semoga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat
8
mengenai cara penentuan arah kiblat agar shalat yang di dirikan lebih mencapai kesempurnaannya.
D. Review Studi Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang arah kiblat. Berikut skripsi yang penulis temukan: Afni Desiana Dalimunthe (206044103780) Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Pamulang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang akurasi arah kiblat masjid di 8 kelurahan pada Kecamatan Pamulang. Bedanya dengan penelitian penulis yaitu, selain wilayah yang berbeda, penelitian penulis tidak hanya mengukur tingkat keakuratan masjid saja, namun juga mengukur keakuratan kiblat mushalla yang ada di 25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara. Almahsuri (107044202402) Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi administrasi keperdataan Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Skripsi ini menjelaskan tentang akurasi arah kiblat mushalla di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan asumsi bahwa seharusnya pengetahuan tentang ilmu falak untuk menentukan arah kiblat di ajarkan sedini mungkin dalam lembaga pendidikan. Bedanya dengan penelitian penulis yakni penulis memfokuskan pada tingkat ke
9
akurasian arah kiblat masjid dan mushalla yang ada dalam lingkungan masyarakat dengan asumsi bahwa pandangan masyarakat tentang keakuratan arah kiblat harus di perbaiki sesuai dengan teori yang semestinya. Gusti Agung Wibisono (106044203687) Keakuratan Arah Kiblat Mushalla di Wilayah Bekasi Utara. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1431 H / 2010 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang bagaimana keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya terbatas pada kiblat mushalla saja, namun juga meneliti tentang kiblat masjid yang ada di 25 kelurahan dalam Kecamatan Payakumbuh Utara. Pitri Wulandari (109044100042) Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Perkotaan di Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta barat. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1434 H / 2013 M. Skripsi ini membahas tentang akurasi kiblat pada masjid yang dilakukan di perkotaan dan meneliti keterkaitannya dengan pengetahuan masyarakat perkotaan dengan tingkat keakuratan arah kiblat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya meneliti keakuratan kiblat masjid saja, namun juga meneliti keakuratan arah kiblat yang ada di mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara. Poin utama yang membedakan penelitian penulis dengan beberapa skripsi lain yang pernah membahas tentang arah kiblat ini yaitu dalam cara penentuan arah mata angin. Penulis dalam menentukan arah mata angin memanfaatkan
10
cahaya matahari dengan media pendukung program dari Mizwala Qibla Finder. Sedangkan skripsi-skripsi diatas menggunakan alat bantu kompas.
E. Metode Penelitian Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu kegiatan penelitian.13 1. Jenis Penelitian a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang sumber datanya diambil dari tulisan-tulisan atau sumber bacaan yang diterbitkan untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan suatu masalah yang timbul. Dalam hal ini yaitu dengan mencari dan mengumpulkan serta menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan cara-cara atau teknik penentuan arah kiblat. b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang sumber datanya terutama diambil dari objek penelitian atau proses terjun langsung secara aktif ke lapangan untuk meneliti objek penelitian tersebut. Objek penelitian dalam hal ini adalah masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara yang akan di teliti keakuratan arah kiblatnya.
13
Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, cet.I, (Jakarta: 2010), h. 97.
11
2. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri selama penelitian berjalan. Hal ini berarti bahwa pada waktu awal penelitian dimulai, data masih belum ada, dan data tersebut baru ada setelah penelitian berlangsung.14 Adapun data primer berasal dari observasi langsung yang akan penulis lakukan berupa penghitungan dan pengukuran arah kiblat. Selain observasi langsung, penulis juga mewawancarai para pihak yang berkaitan, seperti pengurus masjid, pengurus mushalla dan juga pengurus Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Payakumbuh Utara. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer, terdiri dari buku-buku, artikel ilmiah, dan arsiparsip yang mendukung. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data yang akurat saat penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Observasi, adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki.15 Artinya observasi itu adalah suatu metode
14
Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 57. 15 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah), (Bandung: C.V Tarsito, 1975), h. 155.
12
pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian. b. Wawancara (Interview), yaitu cara yang digunakan kalau seseorang untuk tujuan sesuatu tertentu mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.16 Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan para pihak yang berkaitan, seperti pengurus masjid, pengurus mushalla, KUA dan masyarakat sekitar. c. Dokumentasi, merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dikumen-dokumen.17 Dalam hal ini penulis mengambil dokumen dan arsip-arsip yang ada di lembaga pemerintahan setempat yang dijadikan objek penelitian serta data-data dari literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul penelitian ini. d. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari pupulasi.18 Dalam penelitian akurasi arah kiblat masjid dan mushalla ini, untuk bagian masjid penulis menggunakan populasi yaitu penulis 16
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 129. 17 Husaini Usman, dkk., Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.69. 18 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet. VII, (Jakarta: CV Afabeta 2009), h. 82.
13
meneliti arah kiblat seluruh masjid yang ada di Payakumbuh Utara yaitu sebanyak 25 masjid. Sedangan untuk arah kiblat mushalla penulis menggunakan sampel acak (Random Sampling), artinya sampel tersebut diambil secara acak dari wilayah sampel yang dipilih dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang penulis dapat dari KUA dan Kantor Camat Payakumbuh Utara, terdapat 65 mushalla yang tersebar dalam 25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara. Dari 65 mushalla, penulis mengambil 50 mushalla sebagai sampel dalam skripsi ini. 4. Metode Analisis Data Setelah seluruh data yang penulis peroleh baik dari library research maupun field research seperti interview maupun studi dokumentasi, data tersebut lalu dianalisa dengan analisa kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.19 Lalu di interpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif. Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif eksploratif yakni menggambarkan atau melukiskan secara jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan yang terjadi dilapangan secara objektif, sehingga didapatkan fakta-fakta yang diselidiki.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13.
14
5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan penulis sajikan dalam 5 Bab, yaitu: BAB I
Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Kajian Teoritis Tentang Arah Kiblat, bab ini berisi tentang pengertian arah kiblat, sejarah arah kiblat, dasar hukum menghadap kiblat dalam solat, hukum menghadap kiblat, metode penentuan arah kiblat.
BAB III
Profil Masjid dan Mushalla Kecamatan Payakumbuh Utara, di dalamnya dibahas tentang profil Kecamatan Payakumbuh Utara, data umum masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara dan status tanah masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara.
BAB IV
Deskripsi Hasil Penelitian, dalam bab ini dijelaskan tentang deskripsi hasil perhitungan arah kiblat masjid dan mushalla di
15
Kecamatan
Payakumbuh
Utara,
cara
masyarakat
dalam
menentukan arah kiblat masjid dan mushalla pada awal pembangunan di Kecamatan Payakumbuh Utara, dan tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara. BAB V
Penutup, berisikan kesimpulan dan saran penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat Ada beberapa istilah penting yang perlu dijelaskan untuk mempermudah memahami skripsi ini yaitu, akurasi, arah, kiblat dan ka‟bah. Keempat istilah ini saling berkaitan satu sama lain dan merupakan pembahasan pokok dalam skripsi ini. Akurasi dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer berarti ketepatan, kecermatan dan ketelitian.1 Dalam kamus al-Munawwir, arah sering disebut dengan jihah atau syathrah dan terkadang disebut juga dengan qiblah yang artinya adalah hadapan.2 Bila kata syathrah diikuti oleh kata Masjid al-Haram seperti disebutkan dalam Q.S al-Baqarah ayat 144, maka maknanya adalah arah (menghadap) Masjid Haram.3 Kiblat yang dalam bahasa Arabnya disebut qiblah berasal dari kata istaqbala yang semakna dengan wajaha, yang berarti menghadap. Sehingga kata qiblah dapat diartikan hadapan, yaitu suatu keadaan (tempat) di mana orang-orang menghadap kepadanya.4
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 36. 2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), h. 1305. 3 Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-Ashri, cet. IV, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998), h. 1134. 4 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 26.
16
17
Dalam The Encyclopedia of Religion kiblat adalah specific poin faced by Muslims when performing the daily ritual prayers (shalat) anywhere in the world. Artinya, kiblat adalah titik tertentu yang dihadapi oleh umat Islam saat melakukan shalat setiap hari di mana saja di dunia.5 Pada hakikatnya dalam kajian hukum Islam, istilah qiblah ini adalah satu arah yang menyatukan arah segenap umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat.6 Sedangkan Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat.7
B. Sejarah Arah Kiblat Kiblat umat Islam untuk melaksanakan ibadah shalat menghadap ke arah Ka‟bah. Ka‟bah secara etimologi adalah Bait al-Haram di Mekkah, al-ghurfatu (kamar), kullu baitin murabba‟in (setiap bangunan yang berbentuk persegi empat).8 Ka‟bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Isma‟il atas perintah Allah SWT. Menurut terminologi Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan wajib 5
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library Reference USA, 1993), h. 225. 6 Perpustakaan Nasional, Ensiklopedi Islam, cet.V, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), h. 6. 7 Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet.II, h. 129. 8 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
18
dikunjungi pada saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bangunan Ka‟bah berbentuk kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter.9 Dalam The Encyclopedia of religion dijelaskan bahwa bangunan Ka‟bah ini merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu (granit) Mekkah yang kemudian dibangun menjadi bangunan berbentuk kubus (cubelike building) dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11 meter.10 Ka‟bah mempunyai empat rukun atau pilar, setiap rukun mempunyai nama tersendiri yaitu, rukun Aswadi yang terletak dipojok Timur tempat hajar aswad dan disebut juga dengan Rukun I‟roqi karena letaknya ke arah negara Iraq, Rukun Ghorbiy karena terletak dipojok Barat arah yang lain dari Hijir Ismail ke arah negara Mesir, Rukun Syami yang terletak di sebelah Utara (diarah hajar aswad ke hijir Ismail) disebut Rukun Syami karena letaknya ke arah negara Syam (Syiria), Rukun Yamani yang terletak di sebelah Selatan ke arah negara Yaman.11 Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufasirin dan lainnya tidak ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama dari Ka‟bah. AlQur‟an hanya menyebutkan bahwa Ka‟bah adalah rumah ibadah pertama yang diperuntukkan Allah SWT bagi manusia, sebagaimana yang disebutkan dalam aurat Ali Imran ayat 96: )69 :ٌ (ال عًشا Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang 9
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 129. Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library Reference USA, 1993), h. 225. 11 Muhammad Taufiq Ali Yahya, Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah, Manasik Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), h. 66-67. 10
19
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam”.(Ali „Imran ayat 96) Sejarah Ka‟bah memang tidak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim AS. Bahkan Ka‟bah indentik dengan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.12 Namun mereka bukan pendiri pertama Ka‟bah, tapi hanya membangun kembali atau meninggikan dasar-dasar Baitullah13, sebagaimana terdapat dalam surat alBaqarah ayat 127: )721 : (انبقشة Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdo‟a), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (al-Baqarah ayat 127) Ka‟bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Putranya diberi mandat oleh Allah SWT untuk meninggikan pondasi Ka‟bah, ini di indikasikan oleh do‟a Nabi Ibrahim ketika mengantarkan Hajar istrinya dengan Ismail anaknya yang masih kecil ke Mekkah, seperti disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 37: ) 71 :ىْٛ (ابش Artinya: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka 12
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 216. 13 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.I, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 324.
20
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim ayat 37) Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikuat Jibril di Jabal Qubais, lalu diletakkan di sudut Tenggara bangunan. Hajar Aswad ini merupakan batu yang disakralkan oleh umat Islam. Mereka mencium atau menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena Nabi Muhammad SAW juga melakukan hal tersebut. Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan Ka‟bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka‟bah dipegang oleh kabilah-kabilah Quraiys yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi Ismail. 14 Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka‟bah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala atau patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat al-Ikhlas dalam
14
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 50.
21
al-Qur'an). Ka‟bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama tauhid (Islam).15 Pada masa sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dalam shalatnya menghadap ke Baitullah. Setelah hijrah ke Madinah kiblat dipindahkan ke arah Bait al-Maqdis di Yerusalem. Perpindahan arah kiblat ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran Nabi Muhammad, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.16 Perubahan arah kiblat dari Bait al-Maqdis di Yerusalem ke Ka‟bah di Mekkah terjadi pada tahun ke 2 hijriah. Setelah Nabi Muhammad SAW melihat kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah Bait al-Maqdis dalam rangka menarik hati Bani Israil yakni agar dengan kesamaan kiblat itu mereka bersedia mengikuti ajaran Islam karena Bait al-Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaeman AS leluhur Bani Israil yang sangat mereka kagumi, selama setahun setengah lebih Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin mengarahkan kiblatnya ke Bait al-Maqdis akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dalam agamanya bahkan memusuhi Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin. Sehingga terbesik dalam hati Nabi SAW keinginan untuk kembali mengarah ke Ka‟bah sebagaimana sebelum beliau berhijrah ke Madinah. Selain itu juga untuk menguji keimanan kaum muslimin apakah akan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya atau tidak.17
15 16
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010h. 131.
Ibid., h. 131. M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.344. 17
22
Pasca kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Ka‟bah semakin menarik perhatian seluruh dinasti Islam. Hampir seluruh pemimpin memberikan perhatian yang lebih, karena hal tersebut merupakan salah satu kebanggaan tersendiri menjadi pelayan bagi mereka yang hendak melaksanakan umrah dan haji.18 Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci Ka‟bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.19
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam Shalat Ada beberapa nash dalam al-Qur‟an dan Hadis yang memerintahkan kita untuk menghadap kiblat dalam shalat. Adapun nash-nash tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasar Hukum al-Qur’an a. Surat al-Baqarah Ayat 144
18
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 242. 19 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 51.
23
)711: (انبقشة Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit20, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekalikali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (al-Baqarah ayat 144) Ali bin Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Masalah yang pertama kali di nasakh dalam al-Qur‟an ialah masalah berkiblat (ke Baitul Maqdis).” Yaitu ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah yang mayoritas penduduknya adalah Yahudi, maka Allah menyuruhnya agar berkiblat ke Baitul Maqdis. Kaum Yahudi pun senang Rasulullah SAW berkiblat ke sana selama 10 bulan. Akan tetapi, Rasulullah mencintai kiblatnya Ibrahim, oleh karenanya dia berdo‟a kepada Allah Ta‟ala dan menengadah ke langit. Maka Allah menurunkan ayat ini. Firman Allah “Di manapun kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya” Maksudnya, Allah Ta‟ala menyuruh mengahadap ke kiblat dari segala penjuru bumi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tidak
20
Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendo‟a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
24
ada satu perkara shalatpun yang dikecualikan dari perintah ini selain shalat sunnah ketika bepergian.21
b. Surat al-Baqarah Ayat 149 )716 : (انبقشة Artinya:“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (al-Baqarah ayat 149) c. Surat al-Baqarah Ayat 150 )751 : (انبقشة Artinya:“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”. (alBaqarah ayat 150) Dalam ayat-ayat di atas (al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150) Allah menyebut فٕلّ ٔجٓك شطشةsebanyak tiga kali. Menurut Ibn Abbas, pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegasan pentingnya menghadap kiblat (ta‟kid). Sementara itu menurut Fakhrur Razi, hikmah dari tiga kali pengulangan ini ialah, perintah pertama (al-Baqarah : 144) ditujukan bagi 21
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, penerjemah Syihabuddin, cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 245-246.
25
orang yang dapat melihat Ka‟bah. Perintah kedua (al-Baqarah : 149) ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah, namun tidak dapat melihat Ka‟bah. Sedangkan perintah ketiga (al-Baqarah : 150) di tujukan bagi setiap orang yang berada di berbagai negara.22 Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perintah menghadap kiblat itu tidak hanya ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya saja, tetapi juga bagi semua umat Islam di berbagai penjuru dunia. 2. Dasar Hukum al-Hadits Selain dasar hukum tentang kewajiban menghadap kiblat yang terdapat di dalam al-Qur‟an, juga terdapat beberapa hadits yang berkaitan dengan arah kiblat, diantaranya adalah: a. Hadits Riwayat Imam Muslim 1) Hadits dari Anas bin Malik ra
بت حذثُب عفبٌ حذثُب حًبد بٍ صهًت عٍ ثببج عٍ أَشٛحذثُب أبٕ بكش بٍ أبٗ ش َٖج (قَ ْذ َش ْ َجَ انًُْقَذَس فََُزَنْٛ َحَٕ ب ْ َ ُِٗصَهٚ ٌََّ ٔصهى كبٛأٌ سصٕل اهلل صهٗ اهلل عه )ِضجِذِ انْحَشَاو ْ ًَْطشَ ان ْ َجَٓكَ ش ْ َٔ ََُِكَ قِ ْبهَتً حَ ْشضَبَْب فََٕلِٛجَٓكَ فِٗ انضًََبءِ فَهَ َُٕن ْ َٔ َحَقَهُب َجشِ َٔقَ ْذ صَهُ ْٕا سَ ْكعَتً فََُبدَٖ أَال ْ َع فِٗ صَهَبةِ انْف ٌ ْٕ ٍُ بَُِٗ صَهًََتَ َُْٔ ْى سُك ْ ِم ي ٌ ُفًََشَ سَج ) (سٔاِ يضهى.َحَٕ انْقِ ْبهَت ْ َ ج فًََبُن ْٕا كًََب ُْ ْى ْ َإٌَ انْقِ ْبهَتَ قَ ْذ حََٕن Artinya: “Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang mendirikan shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat al-Qur‟an: “Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, 22
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 250.
26
palingkanlah mukamu ke arahnya. Kemudian seorang lakilaki Bani Salamah lewat (di hadapan sekumpulan orang yang sedang shalat shubuh) dalam posisi ruku‟ dan sudah mendapat satu rakaat. Lalu ia menyeru, sesungguhnya kiblat telah berubah. Lalu mereka berpaling ke arah kiblat.” (HR. Muslim No. 1208)23 2) Hadits dari Usamah bin Zaid
م ِّ َُصٚ ْ َٔنَى، ِّ ُكّهَِٓبِٛ ََٕاحِٙ دَعَب ف،َْجَٛصَّهىَ َنًَّب دَخَمَ انْب َ َٔ َِّْٛعه َ هلل ُ صهَّٗ ا َ ٌَِّٙ ان َُّب َّ َأ َ َخش َ َفَهًَّب،َخشَج َ َِّّٗ حَخِٛف ِ َٔقَبلَ" َْ ِز ِ انْقِ ْبهَتُ" (سٔا،ٍَِْْٛجِ َس ْك َعخَٛ ُق ُبمِ انْبِٙج َسكَعَ ف )يضهى Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW tatkala masuk ke Ka‟bah berdoa di sudut-sudutnya, tidak shalat di dalamnya sehingga beliau keluar. Tatkala keluar, beliau shalat dua raka‟at menghadap Ka‟bah. Kemudian beliau berkata: “Ini adalah kiblat”. (HR. Muslim dari Usamah bin Zaid)24
3) Hadits dari Malik bin Anas
ِس فِٗ صَهَبة ُ ًََُب انَُبْٛ َ ب:ُبس عٍ ابٍ عًش قبلٚعٍ يبنك بٍ أَش عٍ عبذ اهلل بٍ د ِّْٛ َّ ٔصهى قَ ْذ أَ َْزَلَ عَهٛانصُ ْبحِ بِقُبَبء إِ ْر جَبءَُْ ْى آثٍ فَقَبلَ إٌَِ سَصُ ْٕلَ اهللِ صَهَٗ اهلل عه صخَذَا ُس ْٔا ْ َج ُٔجُ ُُْْٕٓ ْى إِنَٗ انّشَب ِو فَب ْ َ ضخَ ْقبِمَ انْكَ ْعبَتَ فَبصْخَ ْقبِهُ َْْٕب َٔكَب ْ َٚ ٌ ْ َهَتُ َٔقَ ْذ أُيِشَ أْٛ َانه ) (سٔاِ يضهى.ِإِنَٗ انْكَ ْعبَت Artinya : “Dari Malik bin Anas dari Abdullah bin Diyar dari ibnu Umar berkata: ketika para sahabat sedang melakukan shalat shubuh di masjid Quba‟ tiba-tiba datang seseorang kemudian berkata bahwa Rasulullah tadi malam telah diberi wahyu dan nabi diperintahkan untuk menghadap kiblat maka menghadaplah kalian semua ke kiblat. Ketika itu sahabat sedang melakukan shalat menghadap Syam maka mereka berputar menghadap Ka‟bah”. (HR. Muslim No. 1206)25
23
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th), h. 66. 24 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Maktabah Syamilah), No. Hadits: 395, Juz. II, h. 968. 25 Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, tth), h. 66.
27
b. Hadits Riwayat Imam Bukhari
َٗ ِإرَا ُق ًْجَ إٍن:َِّ َٔصَهَىَ قَبلْٛ َهلل عَه ُ صَهَٗ اٙ َ ِهلل عَ ُُّْ أٌَ ان َُب ُ َ اِٙشَةَ سَضْٚ َ ُْشٙ ْ ٍِ أَب ْ َع ََضَشَ يَعَكَ يٍَِ انْقُ ْشآٌِ ثُىَٛانْصَهَبةِ فَأصْبِغِ ان ُٕضُ ْٕءَ ثُىَ اصْخَ ْقبَمِ انْقِ ْبهَتَ فَكَبِش ُثىَ اقْشَأ بًَِب ح طًَئٍَِ صَبجِذًا ْ َضخََِٕ٘ قَبئًًِب ُثىَ اصْجُذ حَخَٗ ح ْ َطًَئٍَِ سَاكِعًب ُثىَ اسْفَع حَخَٗ ح ْ َاسْكَع حَخَٗ ح ٍَِطًَئ ْ َطًَئٍَِ صَبجِذًا ُثىَ اسْفَع حَخَٗ ح ْ َطًَئٍَِ جَبنِضًب ُثىَ اصْجُذ حَخَٗ ح ْ َثُىَ اسْفَع حَخَٗ ح )٘ صَهَبحِكَ كُهَِٓب (سٔاِ بخبسِٙجَبنِضًب ُثىَ افْعَم رَنِكَ ف Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda: Apabila kamu bangkit hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhu‟, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah, kemudian bacalah sesuatu yang mudah yang engkau hafal dari ayat-ayat al-Qur‟an, kemudian ruku‟lah hingga engkau tuma‟ninah (disertai) dalam ruku‟ itu, kemudian angkatlah kepalamu hingga engkau tegak dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah disertai tuma‟ninah dalam sujud itu, kemudian angkatlah kepalamu disertai tuma‟ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah (yang kedua) disertai tuma‟ninah dalam sujud itu, kemudian kerjakan cara yang demikian itu dalam shalatmu seluruhnya.” (HR. Bukhari No. 6251).26 Berdasarkan pada pemaknaan ayat al-Qur‟an dan hadits diatas, dapat disimpulkan bahwa menghadap kiblat hukumnya wajib dan menjadi salah satu syarat sahnya shalat. Hal ini berarti bila seseorang tidak menghadap ke Ka‟bah ketika melaksanakan shalat, maka shalatnya tidak sah. Menghadap kiblat yang dimaksud adalah menghadap ke Ka‟bah (Baitullah) Sehingga seseorang yang dapat melihat Ka‟bah, maka wajib menghadap ke Ka‟bah. Namun bila tidak dapat melihat Ka‟bah, maka wajib menghadap ke arahnya.27
26
Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid.I, (al-Qahirah: Dar al-Sya‟ab, 1987), h.69. 27 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 38.
28
D. Hukum Menghadap Kiblat Jumhur ulama sepakat bahwa bagi orang-orang yang melihat Ka‟bah wajib menghadap ke fisik Ka‟bah („ain Ka‟bah) dengan penuh keyakinan dalam shalatnya. Sementara itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat Ka‟bah maka para ulama berbeda pendapat apakah tetap wajib menghadap ke fisik Ka‟bah („ain Ka‟bah) atau cukup dengan menghadap ke arah Ka‟bah saja (jihatul Ka‟bah). Beberapa pendapat para ulama madzhab tersebut sebagai berikut: 1. Madzhab Hanafi Menurut Imam Hanafi, bagi orang-orang yang jauh dari Ka‟bah maka cukup menghadap jihatul Ka‟bah saja. Apabila seseorang sudah menghadap salah satu sisi Ka‟bah dengan yakin, maka ia sudah termasuk menghadap Ka‟bah. Pendapat Imam Hanafi ini juga diikuti oleh pengikutnya. Mayoritas ulama Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang tidak melihat Ka‟bah secara langsung, wajib menghadap ke arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah), yaitu menghadap ke dinding-dinding mihrab (tempat shalatnya) yang dibangun dengan tanda-tanda yang menunjuk pada arah Ka‟bah.28 Argumentasi yang digunakan oleh mayoritas ulama Hanafiah ini berangkat dari kemampuan manusia untuk dapat menghadap. Menurut mereka, yang sebenarnya diwajibkan adalah menghadap kepada sesuatu yang mampu dilakukan (al-maqdur „alaih). Sedangkan menghadap kepada bangunan Ka‟bah („ainul Ka‟bah) merupakan sesuatu yang tidak dapat
28
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h.40.
29
dilakukan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan untuk menghadap kepadanya. Yang diwajibkan hanya menghadap ke arahnya saja.29 Menurut Hanafiyah bagi orang yang tidak mengetahui arah kiblat dan ingin mencari tanda yang menunjukkan kepada arah tersebut maka baginya ada tiga alternatif: Pertama, berpatokan kepada mihrab tua yang didirikan oleh para sahabat dan tabi‟in, jika dapat ditemukan mihrab tua tersebut maka wajib melaksanakan shalat ke arahnya. Jika masih mengerjakan shalat ke arah yang lain maka shalatnya tidak shah. Kedua, jika berada di suatu daerah yang tidak terdapat mihrab tua, maka wajib bertanya kepada orang yang adil dan mengetahui dengan yakin akan arah kiblat di daerah tersebut. Ketiga, kalau tidak mendapatkan mihrab dan tidak pula seseorang untuk ditanya. Dalam hal ini ia wajib mengetahui arah kiblat dengan jalan meneliti. Misalnya dengan cara melaksanakan shalat menghadap ke arah yang lebih diduga kuat bahwa itu adalah arah kiblat, maka shalatnya itu shah dalam keadaan yang bagaimanapun.30 2. Madzhab Maliki Madzhab Maliki berpendapat bahwa bagi orang yang jauh dari Ka‟bah dan tidak mengetahui arah kiblat secara pasti, maka ia cukup menghadap ke arah Ka‟bah secara zhan (perkiraan). Namun bagi orang yang mampu mengetahui arah kiblat secara pasti dan yakin, maka ia harus menghadap ke 29
Ibid., Ahmad Izzuddin, h. 41. Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul Hadits, 2004), h. 157. 30
30
arahnya. Argumentasi yang dipakai oleh aliran madzhab Maliki bahwa perintah menghadap kiblat yang tercantum di dalam al-Qur‟an surat alBaqarah ayat 144, “Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”, memberitahukan bahwa siapa saja yang letaknya jauh dari Ka‟bah, maka hendaknya dia menghadap ke arahnya saja, bukan bangunannya, karena sangat susah menghadap ke bangunannya, bahkan ini tidak mungkin bisa dilaksanakan kecuali bagi yang melihatnya secara langsung.31 Malikiyah berpendapat bahwa apabila seseorang hendak melaksanakan shalat di suatu daerah yang tidak mengetahui arah kiblat, maka cara mengetahui arah kiblatnya adalah: Pertama, melihat masjid yang bermihrab tua, ia wajib melaksanakan shalat menghadap arah mihrab itu. Kedua, Jika ia mendapatkan suatu daerah yang tidak ada mihrab, dan memungkinkan baginya untuk berijtihad tentang arah kiblat, maka ia wajib berijtihad dan tidak harus bertanya kepada seorang mukallaf yang adil. Ketiga, Jika tidak mendapatkan seseorang untuk ditanya maka ia boleh melaksanakan shalat ke arah mana saja yang ia pilih, dan shalatnya itu shah.32
31
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 41-42. 32 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul Hadits, 2004), h. 157.
31
3. Madzhab Hanbali Para ulama madzhab Hanbali sepakat atas wajibnya menghadap ke arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah) bagi orang yang tidak dapat melihatnya, bukan menghadap ke bangunan Ka‟bah (‟ainul Ka‟bah).33 Ulama dari Madzhab Hambali berpendapat bahwa keadaan orangorang dalam menghadap ke Ka‟bah terbagi menjadi empat, mereka adalah: a. Orang yang sangat yakin, yaitu orang yang melihat langsung bangunan Ka‟bah, atau ia temasuk penduduk Mekkah, atau ia tinggal di Mekkah tetapi berada di belakang penghalang batuan, seperti pagar. Maka kiblatnya adalah menghadap ke bangunan Ka‟bah tersebut secara yakin. b. Orang yang mengetahui arah Ka‟bah melalui kabar orang lain. Karenanya, ia tidak perlu lagi berihtihad dan cukup mengikuti kabar yang disampaikan orang itu kepadanya. Seperti ia berada di Mekkah namun bukan penduduk Mekkah, dan ia tidak dapat melihat Ka‟bah. Ia menemukan seseorang yang memberitahu kepadanya tentang arah Ka‟bah dengan penuh yakin atau melihatnya langsung. Demikian pula jika seseorang berada di sebuah kota atau desa yang pandanganya tidak dapat menjangkau bangunan Ka‟bah, maka ia wajib menghadap ke mihrab dan kiblat mereka yang sudah dipasang. Sebab, mihrab tersebut dibangun oleh orang yang ahli dan mengetahui arah Ka‟bah. Maka
33
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah, (Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2010), h.39.
32
kondisi ini sama seperti mengetahui kiblat melaui kabar dari orang lain. c. Orang yang harus melakukan ijtihad dalam menentukan kiblat. Ia adalah orang yang tidak sama kondisinya dengan dua jenis orang diatas. Sementara ia memiliki beberapa tanda-tanda untuk mengetahui kiblat itu. d. Orang yang wajib bertaklid. Ia adalah orang buta dan orang yang tidak memiliki kemampuan untuk berijtihad. Ia adalah orang yang kondisinya berbeda dengan dua kondisi orang yang pertama. Karenanya, ia harus taklid kepada para mujtahid.34 4. Madzhab Syafi‟i Imam Syafi‟i dalam kitab al-Umm mengatakan bahwa wajib menghadap ke bangunan Ka‟bah secara tepat ketika mendirikan shalat. Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kiblat, ia wajib menghadap ke bangunan Ka‟bah seperti halnya orang Mekkah.35 Dalil yang digunakan oleh madzhab Syafi‟i ini berdasarkan pada hadits Ibnu Abbas ra, yaitu:
. َْزِِ ان ِقبْهَت:َ َٔقَبل،َٓبْٛ صَهّٗ ِإَن َ َ ف،َخشَج َ م ا ْن َكعْبَ َت َخ َ ّ ٔصهى َنًَب َدٛص ْٕلَ انهَ ِّ صهٗ اهلل عه ُ أٌََ َس )(سٔاِ انبخبسّ٘ ٔ يضهى Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW setelah memasuki Ka‟bah, beliau keluar lalu melakukan shalat dengan menghadapnya. Kemudian beliau bersabda: “Inilah Kiblat.” (Hadis Riwayat al Bukhari dan Muslim)36
34
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 33-36. Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 26. 36 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 1417H/1996M), h. 968. 35
33
Menurut Syafi‟iyah terdapat empat tingkatan untuk mengetahui arah kiblat: Pertama, sesorang yang dapat mengetahui sendiri. Barangsiapa yang memungkinkan untuk mengetahui sendiri, ia wajib mengetahuinya sendiri, tanpa harus bertanya pada seseorang. Seorang buta yang berada di dalam masjid, bila memungkinkan baginya meraba tembok masjid untuk mengetahui kiblat, maka ia wajib melakukan hal itu, tanpa harus bertanya kepada seseorang. Kedua, adalah orang yang bertanya kepada seorang yang dipercaya dan mengetahui kiblat. Bertanya kepada seorang yang dipercaya itu berlaku di saat seseorang memang tidak mampu mengetahui kiblat sendiri. Ketiga, adalah dengan cara berijtihad. Cara ijtihad ini tidak shah kecuali apabila ia tidak mendapatkan seseorang yang dapat dipercaya untuk ditanya, atau ia tidak mendapatkan suatu wasilah yang dapat digunakan untuk mengetahui kiblat, atau tidak mendapatkan mihrab di suatu masjid. Keempat, adalah dengan cara mengikuti seorang mujtahid, artinya bahwa apabila ia tidak bisa mengetahui arah kiblat dengan cara bertanya kepada seorang yang dapat dipercaya, dan tidak pula dengan mihrab dan lain sebagainya maka ia boleh mengikuti seseorang yang telah melakukan ijtihad untuk mengetahui arah kiblat, dan shalat dengan menghadap ke arah kiblat itu.37
37
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul Hadits, 2004), h. 158.
34
Selain perbedaan pendapat mengenai kiblat bagi orang yang jauh dari Ka‟bah dan tidak dapat melihat Ka‟bah, para ulama juga berbeda pendapat tentang hukum bagi orang shalat yang kiblatnya salah.38 a. Menurut ulama Hanafiyyah dan Hanabilah, jika seseorang sedang mengerjakan shalat dan ternyata arah kiblatnya salah, sedangkan ia mengetahui arah kiblat yang benar itu masih dalam keadaan mengerjakan shalat, maka cukup dengan memutar tubuhnya untuk dihadapkan ke arah kiblat yang baru atau yang diyakini kebenarannya itu, ia tidak harus mengulangi shalat. b. Menurut Malikiyyah, jika seseorang berijtihad untuk mengetahui arah kiblat, dan ternyata ijtihadnya salah dan kesalahan itu diketahui dalam shalat, baik secara yakin maupun zhan, bila ia dapat melihat dan penyimpangan ke arah kiblat itu besar, misal sampai membelakanginya, maka shalatnya harus diulang dari awal. Tetapi jika penyimpangannya sedikit atau ia buta, maka tidak perlu mengulang shalatnya. c. Menurut Syafi‟iyyah, jika seseorang meyaini kesalahan arah kiblat di tengah mengerjakan shalat atau sesudah mengerjakannya, maka dia harus mengulangi dari awal lagi, selama masih dalam waktu shalat. Jika mengetahui keslahan arah kiblat itu diwaktu shalat berikutnya, maka tidak perlu mengulang shalat diwaktu-waktu yang telah lalu. Pendapat Syafi‟iyyah ini dapat diibaratkan seorang hakim, jika dia memutuskan suatu hukum, tiba-tiba pada saat itu juga (masih dalam sidang perkara) dia 38
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 46-47.
35
mengetahui kesalahannya, maka keputusannya harus diganti (dirubah). Namun jika dia telah berijtihad, kemudian berubah ijtihadnya maka tidak membatalkan putusan sebelumnya yang berbeda dengan ijtihad pertama.
E. Metode Penentuan Arah Kiblat 1. Metode pengukuran taqribi (menggunakan acuan perkiraan) Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk cara-cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui titik mata angin utama, yakni Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Biasanya yang melakukan pengukuran dengan cara ini telah memiliki pengetahuan dasar yang sederhana perihal posisi Ka‟bah ditinjau dari tempat atau lokasi pengukuran. Denga bekal pengetahuan arah mata angin utama tersebut, dimana letak Ka‟bah dari tempat pengukuran cukup dikenali apakah lurus, miring ke kanan, atau miring ke kiri. Perihal seberapa besar angka kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira saja. Karena penggunaan data dalam metode ini dilakukan secara perkiraan, maka pengukuran arah kiblat seperti ini dikategorikan pada metode taqribi.39 Data utama yang diperlukan dalam metode pengukuran taqribi ini hanya arah mata angin. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang digunakan bermacam-macam. Tingkat akurasi penentuan titik mata angin ini pun kemudian menampakkan hasil yang bertingkat-tingkat. Adapun hasil yang diperoleh dalam pengukuran titik mata angin ini selama sudut kemiringannya 39
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,” Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h.16.
36
ditentukan secara kira-kira, tetap akan membuahkan hasil yang taqribi yang memiliki tingkat keakuratan rendah.40 Adapun beberapa alat dalam metode taqribi dan teknik untuk melakukan pengukuran arah kiblat di suatu lokasi antara lain: a. Menggunakan pisau silet Pusat magnet pada titik Utara bumi dapat dicari melalui pisau siet, caranya dengan menempatkan pisau silet diatas permukaan air dengan syarat jangan sampai tenggelam. Tunggu sampai pisau silet bergerak mencari posisi, dan setelah stabil, pisau silet telah menemukan posisi arah Utara, yang ditunjukkan sebuah ujungnya dan ujung yang lain adalah arah Selatan. Selanjutnya tinggal membuat garis tegak lurus terhadap garis Utara dan Selatan, maka didapatlah titik Barat dan titik Timur. Dari titik Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut selera pengukur. Maka arah tersebut adalah kiblat untuk Indonesia.41 b. Menggunakan kompas 1) Dengan kompas transparan a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan titik Utara dan titik Selatan. b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang dikehendaki. 40 41
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 16. Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 17.
37
c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas telah tepat pada derajat sudut yang dicari, diberi tanda atau titik katakanlah titik Q dan itulah arah kiblat yang dicari. d) Dari titik Q, ditarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari. Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan membentuk sudut arah qiblat dan itulah sudut arah kiblat. 2) Dengan kompas magnet a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan titik utara dan titik selatan. b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang dikehendaki. c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas (kcl) telah tepat pada derajat sudut yang dicari diberi tanda titik katakanlah titik Q dan itulah arah kiblat yang dicari. d) Dari titik Q tarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari. Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan membentuk sudut arah kiblat dan itulah sudut arah kiblat.
38
3) Dengan kompas kiblat Kompas qiblat merupakan alat yang sangat mudah digunakan untuk menentukan arah kiblat suatu tempat, sebab dengan meletakkan kompas tersebut pada suatu tempat, jarumnya akan secara otomatis mengarah atau menunjukkan arah qiblat yang dicari. Teknisnya sama dengan kompas transparan dan kompas magnet, bedanya kompas qiblat tidak perlu diputar. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh tetap merupakan perkiraan (tidak akurat) sebab pengaruh dari grafitasi dan gaya magnet bumi sangat besar sehingga menyebabkan adanya penyimpangan yang relatif besar.42 Menggunakan kompas memang cara yang paling mudah, tetapi
perlu diketahui
mempunyai beberapa
bahwa kompas (kompas
magnetis)
kelemahan, diantaranya bahwa kompas
magnetis ini peka terhadap benda-benda logam yang berada disekitarnya dan kutub Utara magnet yang merupakan alat utama dalam kompas itu tidak selalu menunjukkan arah Utara sejati (Utara sesungguhnya) dari bumi. c. Menggunakan busur derajat atau rubu‟ mujayyab Menentukan arah kiblat dengan busur derajat sangat praktis dan mudah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
42
A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasih, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121-122.
39
1) Membuat atau menentukan titik pada garis Utara Selatan, katakanlah titik U pada titik Utara dan S pada titik Selatan. 2) Dengan menggunakan siku, buat garis yang tegak lurus dengan garis Utara Selatan, yaitu garis Timur Barat. 3) Pada titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur Barat buat titik, katakanlah titik A. 4) Busur derajat yang telah disiapkan titik pusatnya letakkan pada titik A dan memanjang mengikuti garis Utara Selatan (berimpit). 5) Titik 90º (Sembilan puluh derajat) pada busur tepat di titik Utara, sedangkan titik 0º (nol derajat) dan 180˚ (seratus delapan puluh derajat) berimpit dengan titik Barat dan Timur. 6) Hitung mulai dari 90º sampai berapa besar derajat yang akan dicari arah kiblatnya, lalu beri titik (katakana Q). 7) Hubungkan titik A dengan titik Q. Garis A-Q adalah kiblat yang dicari.43
U Q A S
d. Menggunakan tongkat istiwa‟ Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan tongkat istiwa‟, tongkat istiwa merupakan tongkat biasa yang ditancapkan tegak
43
Ibid., A. Jamil, h. 123-124.
40
lurus pada bidang datar di tempat terbuka (dimana sinar matahari tidak terhalang). Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Tegakkan sebuah tongkat (kayu, bambu atau besi) yang lurus, sepanjang 1,5 meter, lebih panjang tentu lebih baik, tegak lurus dengan bumi, di atas tempat yang terbuka dan tidak terhalang oleh sinar matahari sepanjang hari. 2) Buat satu atau beberapa “lingkaran sepusat” sekeliling tongkat tersebut, Titik pusat lingkaran (lingkaran-lingkaran tersebut berhimpit dengan tempat berdirinya tongkat). 3) Perhatikan
saat
bayang-bayang
ujung
tongkat
menyentuh
lingkaran, pada pagi hari (sebelum dzuhur) san sore hari (sesudah dzuhur), lalu beri tanda titik. Jadi ada dua buah titik pada masingmasing lingkaran tersebut, yaitu titik pada waktu pagi dan titik pada waktu sore. 4) Hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis lurus, dan inilah garis arah Timur Barat.44 5) Dari titik Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut selera pengukur. Disitulah ditentukannya arah kiblat untuk Indonesia.
44
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung , PT. Refika Aditama, 2007), h. 99.
41
e. Rashdul Kiblat Selain dengan cara diatas, untuk menentukan arah kiblat di suatu tempat juga bisa diamati pada waktu tertentu ketika matahari berada persis di atas Ka‟bah atau disebut dengan istilah rashdul kiblat. Posisi matahari tepat di atas Ka‟bah itu terjadi ketika harga deklinasi matahari sama dengan harga lintang Ka‟bah, maka pada saat itu matahari akan tepat berkulminasi di atas Ka‟bah. Keadaan seperti ini dalam setahun akan terjadi dua kali, yaitu pada tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei (tahun Basithah) pada pukul 11.57 LMT (Local Mean Time) dan pada tanggal 15 Juli (tahun kabisat) atau 16 Juli (tahun basithah) pada pukul 12.06 LMT.45 Apabila waktu Mekkah itu dikonversi ke waktu WIB yaitu 105º39º50‟ = 65º 10‟/15 = 4j 20m 40d atau 4j 21m maka peristiwa itu akan terjadi pada pukul 11.57 + 4.21 = 16.18 WIB dan 12.06 + 4.21 = 16.27 WIB. Dengan cara ini maka setiap orang dapat melakukan pengukuran dan pengecekan arah kiblat setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18 WIB atau setiap tanggal 15 dan 16 Juli pada pukul 16.27 WIB.46 Jika waktu Mekkah dikonversi ke waktu WITA yaitu 120º-39º50‟ = 80º 10‟/15 = 5j 20m 40d atau 5j 21m maka peristiwa itu akan terjadi pada pukul 11.57 + 5.21 = 17.18 WITA dan 12.06 + 5.21 = 17.27 WITA. Maka setiap orang dapat melakukan pengukuran dan pengecekan arah kiblat
45
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, h. 83. 46 Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.143.
42
setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 17.18 WITA atau setiap tanggal 15 dan 16 Juli pada pukul 17.27 WITA. Penggunaan metode ini hanya dapat dilakukan pada tempat-tempat yang terdapat sinar matahari langsung, untuk di Indonesia khususnya karena peristiwa ini terjadi pada sore hari maka wilayah Indonesia Timur yang jika dikonversi dari waktu Mekkah (LMT) ke waktu WIT yaitu 135º39º50‟ = 95º 10‟/15 = 6j 20m 40d atau 6j 21m maka peristiwa rashdul kiblat yang seharusnya terjadi pada pukul 11.57 + 6.21 = 18.18 WIT pada tanggal 27 dan 28 Mei dan 12.06 + 6.21 = 18.27 WIT pada tanggal 15 dan 16 Juli tidak dapat dilakukan karena posisi matahari sudah berada di bawah ufuq atau sudah terbenam47. Adapun teknik penentuan arah kiblat menggunakan rashdul kiblat ini yaitu dengan cara mempersiapkan sebuh tongkat lurus sekitar 1 meter, tali atau benang, dan paku. Tegakkan tongkat di tempat terbuka, tunggu sampai waktu yang telah ditentukan, bila matahari bersinar di waktuwaktu tersebut dan bayangan tongkat sudah nampak jelas, tinggal ditarik garis lurus dengan tali atau benang. Maka itulah arah kiblatnya. Di Indonesia peristiwa ini terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menuju ke Timur (membelakangi arah kiblat). Arah sebaliknya yaitu bayangan ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang tepat.48
47
Ibid., h. 144. Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, h. 84. 48
43
Fenomena rashdul kiblat berlaku bagi seluruh negara yang memiliki waktu lokal berselisih maksimal sekitar 5,5 jam dari waktu lokal Ka‟bah, baik di sebelah barat (Afrika dan Eropa) atau sebelah timur (Asia), kecuali untuk daerah-daerah abnormal yang berada pada lintang besar di Lintang Utara seperti negara Jepang (selisih waktu 6 jam) atau daerah di sekiar kutub yang mengalami waktu siang cukup lama.49 Meskipun cara ini tergolong mudah dan praktis, namun metode ini masih memiliki kelemahan. Pertama, dari segi waktu cara ini hanya dapat dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas selama empat hari seperti yang telah disebutkan diatas. Kedua, Dari segi letak geografis negara kita yang berada di daerah katulistiwa menyebabkan negara kita beriklim tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, aplikasi metode ini dilapangan tidak dapat dilakukan manakala cuaca mendung atau hujan.50 2. Metode pengukuran tahqiqi (metode pengukuran yang akurat) Metode ini dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri). Perhitungan dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yakni sudut dari sebuah segitiga bola yang sisi-sisinya terbentuk dari lingkaran-lingkaran besar yang saling berpotongan melalui titik Ka‟bah, kota atau lokasi pengukutan, dan titik Utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi Indonesia
49
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses pada 08 April 2015 dari https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat. 50 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, h. 84.
44
misalnya, hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat dari titik Barat ke arah Utara atau dari titik Utara ke arah Barat.51 Adapun data yang diperlukan dalam proses perhitungan arah kiblat adalah: a. Lintang tempat (φ tp) b. Bujur Tempat (λ tp) c. Lintang Ka‟bah (φ k) d. Bujur Ka‟bah (λ k) Untuk data lintang dan bujur suatu tempat yang akan dicari arah kiblatnya biasanya sudah tersedia, tetapi untuk saat sekarang berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka data yang sudah ada itu perlu diverifikasi lagi dengan alat kontemporer yaitu GPS (Global Positioning System).52 Sedangkan untuk lintang Ka‟bah menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh Departemen Agama RI adalah 21º 25‟ LU dan garis bujur Ka‟bah adalah 39º 50‟ BT.53 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat suatu tempat adalah rumus ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri):54 sin φtp Cotan Q = cos φtp tan φK _ sin (λtp - λk) tan (λtp - λk) Keterangan:
51
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,” Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 20. 52 Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 136. 53 Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1994, 1994), h. 16. 54 Maskufa, Ilmu Falak, h. 136.
45
Q
: arah kiblat
λtp
: bujur tempat
φtp
: lintang tempat
λk
: bujur Ka‟bah
φK
: lintang Ka‟bah Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat
dihitung dari titik Utara ke arah Barat, berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Atau bisa dari titik Barat ke Utara dengan cara dikurangi dengan 90º. Setelah besaran sudut diperoleh, maka untuk praktik pengukurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu empat arah mata angin utama. Penentuan arah mata angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa, kompas setelah dikoreksi dengan angka magnetic variation, atau dengan menggunakan program Mizwala Qibla Finder. Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar matahari. Mizwalah merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari sebuah gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.55 Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala Qibla Finder adalah sebagai berikut: 1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada). 2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat, tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan 55
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
46
waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain seperti google earth. 3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya. Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah). 4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah dipersiapkan pada gnomon. 5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan catatlah waktunya (waktu pengamatan). 6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang. 7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau bayang-bayang.56
56
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2013), h. 63-64.
47
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program Mizwala Qibla Finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut 180º, arah Barat pada sudut 270º. Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu menentukan arah kiblat dengan cara: 1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri) yang diukur dari arah Barat ke arah Utara maupun dari Utara ke Barat. 2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri), maka arah tersebut adalah arah kiblat yang dicari.
BAB III PROFIL MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA
A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara 1. Sejarah Singkat Menurut sejarah asal nama Kota Payakumbuh terdiri dari dua kata yaitu Payo dan Kumbuah. Payo dalam bahasa Indonesia berarti rawa-rawa dan kumbuah adalah sejenis tanaman yang dahulunya banyak tumbuh subur di daerah rawa di Kenagarian Koto Nan Gadang pusat kota sekarang. Asal nama tersebut dikenal dengan sebutan Payakumbuh yang kemuadian menjadi salah satu kota berkembang di Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Payakumbuh ditetapkan sebagai kota kecil dan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970, Kota Payakumbuh ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II dengan wilayah pemerintahan sendiri. Tanggal dikeluarkannya Permendagri tersebut di atas kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Payakumbuh. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1982, Kota Payakumbuh secara administratif terbagi atas 3 wilayah Kecamatan dengan 73 kelurahan, yaitu Payakumbuh Barat dengan 31 kelurahan, Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan. Ketiga Kecamatan tersebut diresmikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Barat atas
48
49
nama Menteri Dalam Negeri pada waktu itu diwakili oleh Sekretaris Daerah Drs. Soekarni pada tanggal 23 November 1988. Pada tahun 2008 diadakan pemekaran wilayah Kecamatan, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 dan 13 tahun 2008. Sehingga Kota Payakumbuh memiliki 5 Kecamatan dengan 76 kelurahan, yaitu Kecamatan Payakumbuh Barat dengan 22 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Utara dengan 25 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Selatan dengan 9 kelurahan, dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dengan 6 kelurahan.1 2. Letak Geografis Kecamatan Payakumbuh Utara adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kota Payakumbuh yang terletak di sebelah Utara wilayah Kota Payakumbuh dan merupakan pintu gerbang sebelah Utara untuk mencapai pusat Kota Payakumbuh.2 Kecamatan Payakumbuh Utara mempunyai luas daerah lebih kurang 14,52 Km2 dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan 50 Kota. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Barat. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Timur.
1
Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015 dari ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/. 2 Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
50
Jarak dari kantor Kecamatan ke kota-kota sekelilingnya yaitu: a. Ibu kota Sumatera Barat (Padang)
: 129 Km
b. Ibu kota Provinsi Riau (Pekan Baru)
: 180 Km
c. Kota Bukittinggi
: 37 Km
d. Kabupaten Tanah Datar (Batu Sangkar)
: 35 Km
Kecamatan Payakmbuh Utara memiliki 25 kelurahan. Kelurahan Talawi merupakan kelurahan yang terluas dengan luas lebih kurang 157,91 Ha2 sedangkan kelurahan Balai Gurun merupakan kelurahan terkecil dengan luas lebih kurang 7, 47 Ha2. Adapun nama-nama kelurahan yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara antara lain: Padang Kaduduk, Napar, Tarok, Balai Baru, Bunian, Koto Baru Balai Janggo, Labuh Baru, Kubu Gadang, Balai Kaliki, Balai Gadang, Balai Cacang, Muaro, Balai Gurun, Balai Jariang, Cubada air, Kaning Bukik, Pasir, Taruko, Payolinyam, Nan Kodok, Tambago, Payonibung, Talawi, Balai Betung, Tanjung Anau. Keadaan topografi Payakumbuh utara mendatar dengan ketinggian lebih kurang 513 meter di atas permukaan laut dan letak koordinatnya 100º 20’ hingga 100º 40’ Bujur Timur dan 0º 8’ hingga 0º 15’ Lintang Selatan. Terdapat 4 sungai dengan lebar antara 5 meter hingga 20 meter. Suhu udara rata-rata 26ºC dengan kelembapan udara 45% hingga 50%.
51
Penggunaan lahan tertinggi yaitu tanah untuk bangunan sebesar 48.07% sedangkan penggunaan untuk lahan pertanian sebesar 37,79% sawah dan 17,54% untuk lahan kebun.3 3. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 05 Tahun 2008 tertanggal 16 September 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh, Kecamatan Payakumbuh Utara dipimpin oleh satu orang Camat yang di bantu oleh 9 kelompok jabatan fungsional, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara NO
Nama
Jabatan
1
Nofriwandi, SH
Camat
2
Fardinal, SH
Sekretaris
3
Efrizal, S.Sos
Kasubag Kepegawaian
4
Wildatul Aini, A.Md
Kasubag Umum dan Perlengkapan
5
Permata Budi
Kasubag Keuangan
6
Hermanto, S.Sos
Kasi Pemerintahan
7
Syafwani
Kasi Kesos
8
Drs. Rasyidin
Kasi Ketentraman dan Ketertiban
9
YY. Iriani
Kasi Pendapatan
3
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 2-4.
52
10
Darwenis
Kasi Ekonomi dan Pengembangan
Sumber data : Laporan Tanggungjawab Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014
4. Keadaan Masyarakat Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang terdiri dari 119 Rukun Tetangga (RT), 56 Rukun Warga (RW), dan 7,843 Kepala Keluarga (KK), sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga No
Nama Kelurahan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
RT
RW
KK
1
Padang Kaduduk
5
2
264
2
Napar
8
4
660
3
Tarok
7
3
511
4
Balai Baru
4
2
215
5
Bunian
4
2
402
6
Koto Baru BJ
10
4
531
7
Labuh Baru
4
2
510
8
Kubu Gadang
5
2
547
9
Balai Kaliki
4
2
194
10
Balai Gadang
4
2
322
11
Balai Cacang
4
2
271
12
Muaro
5
2
251
13
Balai Gurun
4
2
221
14
Balai Jariang
4
2
276
15
Cubadak Air
4
2
249
16
Kaning Bukik
4
2
260
17
Pasir
4
2
167
18
Taruko
4
2
259
53
19
Payolinyam
4
2
218
20
Nan Kodok
6
3
492
21
Tambago
4
2
198
22
Payonibung
4
2
183
23
Talawi
4
2
262
24
Balai Betung
4
2
171
25
Tanjung Anau
5
2
209
119
56
7.843
JUMLAH
Sumber data : buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 60
Berdasarkan
jenis
Kelamin,
jumlah
penduduk
di
Kecamatan
Payakumbuh Utara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No
Nama Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Padang Kaduduk
597
606
1.203
2
Napar
1.177
1.242
2.419
3
Tarok
1.117
1.081
2.198
4
Balai Baru
410
397
807
5
Bunian
687
587
1.274
6
Koto Baru BJ
923
1.042
1.965
7
Labuh Baru
1.196
1.072
2.268
8
Kubu Gadang
1.134
1.084
2.218
9
Balai Kaliki
417
397
814
10
Balai Gadang
433
495
928
11
Balai Cacang
530
540
1.070
12
Muaro
430
414
844
13
Balai Gurun
392
375
767
14
Balai Jariang
506
531
1.037
54
15
Cubadak Air
430
515
945
16
Kaning Bukik
439
473
912
17
Pasir
227
220
492
18
Taruko
404
418
822
19
Payolinyam
472
433
905
20
Nan Kodok
1.015
1.085
2.100
21
Tambago
378
351
729
22
Payonibung
324
450
774
23
Talawi
578
481
1.059
24
Balai Betung
341
306
647
25
Tanjung Anau
402
464
866
15.004
15.059
30.063
JUMLAH
Sumber data: buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 58-59 5. Keagamaan Pembinaan kegiata keagamaan di Kecamatan Payakumbuh Utara dilakukan oleh pejabat yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Payakumbuh Utara. Berikut adalah struktur organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara: Tabel 3.4 Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara No
Nama
Jabatan
1
Resfi Yendri, S.Ag
Kepala KUA
2
Muhammad Israk, S.Ag
Penghulu
3
Yendra, S.HI., MA
Penghulu
4
Asramawati, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Fungsional
55
5
Fajri Nur, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Fungsional
6
Zulhendri, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Fungsional
7
Berwalinda, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Fungsional
8
Tasniwati
Pengadministrasi KU dan Umum
9
Rina Rida Wati
Pengadministrasi Nikah dan Rujuk
10
Ismanidar
Pengadministrasi Kemasjidan
11
Nasrul
Pengadministrasi Hazawaibsos
12
Jum Muliati
Produk Halal dan Kemaslahatan Umat
13
Weli Sofia Rina, S.HI
Peng ADM Keluarga Sakinah dan BP.4
14
Jum Muliati
Pramu Kantor
Sumber data: KUA Kecamatan Payakumbuh Utara Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25 unit masjid dan 65 unit mushalla. Demikian juga kondisi tempat baik masjid maupun mushalla semuanya dalam keadaan baik.4
B. Data Umum Masjid dan Mushalla Berdasarkan hasil survey lapangan telah diteliti sebanyak 25 masjid dan 50 mushalla, secara umum informasi tentang keadaan masjid dan mushalla dapat diuraikan sebagai berikut:
4
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 74.
56
Tabel 3.5 Data Umum Masjid No
Nama Masjid
Alamat
Tahun
Pengurus
Berdiri 1
Muslimin
2
Baitul Mukmin
3
Ansharullah
4
Baitussalam
5
An-Nur
6
Masjid Raya
7
Muslimin
8
Istiqamah
9
Arsyad
10
Nurul Jannah
11
Baiturrahman
12 13
AlMutawahidah Nurul Huda
14
Al-Husna
15
Al-Muttaqin
16
Syuhada
17
Baiturrahim
18
Muhsinin
19
Al-Muqarrabin
20
Baitul Hikumah
21
Asy-Syifa’
22
Hidayah
23
Ihsan
24
Amaliyah
25
Nurul Huda
Status
Keakuratan
Tanah
Cara Pengukuran
Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Baru Jl. Jend Sudirman No. 16 Koto Baru Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Jl. Jend Sudirman Balai Baru, Koto Nan Gadang Balai Gadang, Koto Nan Gadang Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit Jl. Jend Sudirman No. 48 Nan Kodok Jl. Jend Sudirman Payolinyam Jl. K.H. Ahmad Dahlan Tanjung Anau Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibuang Tambago
1926
H. Edwar
Wakaf
-3º
Kompas
1987
H.Syaiful
Wakaf
Akurat
1964
H. Suhaimi Biran, BA Heri Iswandi, SE H. Helmi Yandri
Wakaf
Akurat
Wakaf
Akurat
Bayangan Matahari Bayangan Matahari Kompas
Wakaf
+6º
Kompas
1934
Usmi Adri
Wakaf
Akurat
Kompas
1989
Wakaf
Akurat
Kompas
Wakaf
-29º
1930
Gusti Yandri, S.HI H. Hamdi Idrus Jasri Najar
Wakaf
-7º
Perkiraan Arah Barat Kompas
2002
Wardi Munir
Wakaf
+4º
Kompas
1938
Iswardi
Wakaf
+6º
Kompas
1959
Nurkausar
Wakaf
-4º
Kompas
1959
Syafri
Wakaf
Akurat
Kompas
1975
Trinaldi
Wakaf
+8º
Kompas
Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Cubadak Air Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang Jl. R.A. Kartini Padang Kaduduk Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bunian Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Bunian Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Jl. Jend Sudirman Muaro Jl. Jeruk Kubu Gadang
2010
Al-Jufri
Wakaf
-9º
Bayangan Matahari
1979
Doni Putra
Wakaf
+14º
Kompas
1976
Wakaf
-6º
Kompas
Wakaf
-1º
Kompas
1926
N. Dt. Basa Nan Pandak Yusrizal, HB., M.MPd H.Firdaus
Wakaf
+8º
1949
Asrul
Wakaf
Akurat
2010
Anton
Wakaf
Akurat
Bayangan Matahari Perkiraan Arah Barat Kompas
1942
H. Abu Hanifah Anasri
Wakaf
+5º
Kompas
Wakaf
+6º
Azwar Arsyad H. Syofyan, SH., MM
Wakaf
-7º
Perkiraan Arah Barat Kompas
Wakaf
Akurat
Kompas
1957 1926
1988
1963
1961 1972 1963
57
Tabel 3.6 Data Umum Mushalla No
Nama
Alamat
Mushalla 1
Batirai
2
Nurul Hidayah
3
Sumua Tobiang
4
Al-Muhajirin
5
Darul Hikmah
6
Al-Ishlah
7
Taslim
8
Miftahul Jannah
9
Miftahul Falah
Tahun
Pengurus
Status
Berdiri
Keakuratan
Tanah
Cara Pengukuran
Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan Kodok Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02 Payolinyam Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Rt 02/02 Jl. R.A. Kartini Cubadak Air Jl. Tanmalaka Tarok Balai Gurun Rt 02/02
1929
Asrin Habudin
Pribadi
+2º
Kompas
2011
Nurhadis
Wakaf
Akurat
Kompas
2003
Usman Ibrahim Asma Yasir
Wakaf
-20º
Kompas
Fasilitas Umum
-8º
Kompas
Wakaf
-6º
Kompas
Wakaf
+10º
Kompas
Jl. Jen Sudirman Muaro Jl. Tanmalaka Napar Tabek Taluak Napar Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Tambago
2012
1983
Wakaf
-4º
Kompas
2012
Dt. Bosa Nan Panjang Masdar Sutan Rajo Mudo Fahrul Umar Dt. Tuah Nan Basango Jefriandi
Pribadi
-5º
1950
Bustami
Wakaf
+7º
Software Kiblat Kompas
1992
Gustiar
Pribadi
+10º
Kompas
2010
Zulkifli, S.HI
Wakaf
Akurat
Kompas
1950
Marnis
Wakaf
-18º
1993
Irwan
Wakaf
+15º
Perkiraan Arah Barat Kompas
1978 1974
10
Amanah
11
Ibnusina
12
Muslim
13
Mardhatillah
14
Jambu
Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01 Labuh Baru Balai Gadang
1973
Eriandi
Wakaf
Akurat
Kompas
15
Pandam
Balai Gadang
1815
H. Syafri D
Kaum
+4º
Kompas
16
Mejan
Balai Gadang
1950
Arif Din
Wakaf
Akurat
Kompas
17
Arruhamak
Balai Kaliki
1982
H. Musmiral
Wakaf
Akurat
Kompas
18
Nurul Falah
2012
H. Nasri efendi
Pribadi
Akurat
Kompas
19
Ikhlas
Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Jl. Rajawali Tarok
1978
Kaum
+3º
Kompas
20
Hikmah
1990
Kaum
+2º
Kompas
21
Al-Rahma
2000
Sentosa
Pribadi
+23º
Kompas
22
Darul Muhajirin
1995
Deni Sumardi
Wakaf
Akurat
Kompas
23
Al-Ikhlas
2014
M. Afriandi
Fasilitas umum
-14º
Kompas
24
Ikhlas
Jl. Dewi Sartika Rt 01/01Taruko Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Payonibung Padang Kaduduk Jl. R.A. Kartini Perumahan Cikasimi Cubadak Air Jl. Ikhlas Pasir
N. Dt Mangkuto Dirajo Nurdin
1974
Wakaf
Akurat
Kompas
25
Pulai
Balai Gurun
2007
Nurul Fadilah Marhusni Iryanis
Kaum
-7º
Kompas
26
Darul Hikmah
Balai Gurun Rt
1980
Joni Anwar
Pribadi
Akurat
Kompas
58
02/02 27
Nurul Iman
Balai Gurun
1992
Ismai
Kaum
+4º
28
Bingkuang
1980
Adrimas
Pribadi
-4º
29
Solok
1937
Mustardi
Wakaf
-8º
Kompas
30
Pincuran Sabil
1960
Husnil Efendi
Wakaf
Akurat
Bayangan Matahari
31
Nurul Falah
Jl. Surau Bingkuang RT 01/01 Balai Cacang Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Rt 01/02 Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang Tanjung Anau
Perkiraan Arah Barat Kompas
1961
Ibnu Fadhilah
Wakaf
+4º
Kompas
32
Nurul Yaqin
1943
Darwenis
Wakaf
+4º
Kompas
33
Tigo Dusun
1970
Yursefdi
Wakaf
-16º
34
Al-Munawarah
1890
Yuswardi
Pribadi
+1º
Perkiraan Arah Barat Kompas
35
Darul Huda
1982
Adityawarman
Wakaf
-5º
Kompas
36
Nurul Huda
2002
H. M. Nur
Pribadi
-21º
37
An-Nur
1994
Zikri
Wakaf
-7º
Bangunan Masjid Kompas
38
Cibodak
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/02 Balai Betung Jl. K.H. Ahmad Balai Betung Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru BJ Tanjung Anau Rt 04/01 Nan Kodok Rt 02/02 Jl. Jend Sudirman Nan Kodok Balai Kaliki
2006
Kaum
-5º
Kompas
39
Baiturrahman
1993
Wakaf
+16º
Kompas
40
Gonjong
1960
Dt. Siri
Wakaf
+5º
41
Rao-rao
1985
Alfian, SH
Wakaf
+11º
Perkiraan Arah Barat Kompas
42
Jamiatul Hujjaj
1998
H. Masderi
Yayasan
+5º
Kompas
43
Al-Hijrah
2007
H. Suwardi
Pemda
-16º
Kompas
44
Kantor Camat
2010
Nofriwandi, SH
Pemda
+1º
Kompas
45
Ambacang
1949
Ir. Tastiul
Kaum
-12º
Kompas
46
Tawaqqal
1985
Diati
Wakaf
-4º
Kompas
47
Baru
1978
H. Riswandi
Kaum
-19º
48
Ampalu
1998
H. Darnius
Kaum
-24º
49
Al-Muttaqin
2014
Hasan Basri
Pribadi
-3º
Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Kompas
50
Nurul Iman
Padang Kaduduk Rt 01/02 Jl. Kenanga Napar Jl. Arisun Labuah Baru Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu Gadang Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit Jl. Gelatik Padang Kaduduk Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/01 Talawi
Dt. Rajo Mangkuto Nan Putiah Ali Usman
1994
Afrizal N, S.Sos
Kaum
-21º
Perkiraan Arah Barat
59
C. Status Tanah Masjid dan Mushalla Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Payakumbuh Utara, status tanah tempat masjid itu didirikan yaitu sebanyak 25 masjid semuanya (100%) berasal dari tanah wakaf. Sedangkan dari hasil observasi, dari 50 mushalla yang di jadikan sampel untuk diukur arah kiblatnya, sebanyak 25 mushalla (50%) merupakan tanah wakaf, tanah pribadi sebanyak 10 mushalla (20%), tanah kaum sebanyak 10 mushalla (20%), fasilitas umum sebanyak 2 mushalla (4%), tanah milik pemerintah daerah sebanyak 2 mushalla (4%), dan tanah milik yayasan sebanyak 1 mushalla (2%). Tabel 3.7 Status Masjid Tanah Wakaf No Nama Masjid 1 Muslimin 2
Baitul Mukmin
3
Ansharullah
4
Baitussalam
5
An-Nur
6
Masjid Raya
7
Muslimin
8
Istiqamah
9
Arsyad
10
Nurul Jannah
Alamat Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru
Status Tanah Wakaf
Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Baru Jl. Jend Sudirman No. 16 Koto Baru Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Jl. Jend Sudirman Balai Baru, Koto Nan Gadang Balai Gadang, Koto Nan Gadang Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit Jl. jend Sudirman No. 48 Nan Kodok Jl. Jend Sudirman Payolinyam
Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf
60
11
Baiturrahman
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Tanjung Anau Jl. Camar Rt 01/01 Talawi
Wakaf
12
Al-Mutawahidah
13
Nurul Huda
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibuang Tambago
Wakaf
14
Al-Husna
15
Al-Muttaqin
Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Cubadak Air Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang Jl. R.A. Kartini Padang Kaduduk Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok
Wakaf
16
Syuhada
17
Baiturrahim
18
Muhsinin
19
Al-Muqarrabin
Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bunian Rt 01/02 Bunian
Wakaf
20
Baitul Hikumah
21
Asy-Syifa’
Wakaf
Hidayah
Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar
22 23
Ihsan
Jl. Dewi Sartika Rt 02/01
Wakaf
24
Amaliyah
Jl. Jend Sudirman Muaro
Wakaf
25
Nurul Huda
Jl. Jeruk Kubu Gadang
Wakaf
Wakaf
Wakaf
Wakaf Wakaf Wakaf
Wakaf
Wakaf
Tabel 3.8 Status Mushalla Tanah Wakaf No Nama Masjid 1 Nurul Hidayah 2 3 4 5 6
Sumua Tobiang Darul Hikmah Al-Ishlah Taslim Miftahul Falah
Alamat Jl. Jend Sudirman Rt 01/02 Payolinyam Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Jl. R.A. Kartini Cubadak Air Jl. Tanmalaka Tarok Balai Gurun Rt 02/02 Jl. Tanmalaka Napar
Status Tanah Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf
61
7 Ibnusina 8 Muslim 9 Mardhatillah 10 11 12 13 14 15
Jambu Mejan Arruhamak Darul Muhajirin Ikhlas Solok
16 Pincuran Sabil 17 Nurul Falah 18 Nurul Yaqin 19 20 21 22 23 24
An-Nur Baiturrahman Gonjong Rao-rao Tawaqqal Tigo Dusun
25
Darul Huda
Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Tambago Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01 Labuh Baru Balai Gadang Balai Gadang Balai Kaliki Padang Kaduduk Jl. Ikhlas Pasir Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Rt 01/02 Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang Tanjung Anau Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/02 Balai Betung Jl. Jend Sudirman Nan Kodok Padang Kaduduk Rt 001/002 Jl. Kenanga Napar Jl. Arisun Labuah Baru Jl. Camar Rt 001/001 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Balai Betung Tanjung Anau Rt 004/001
Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf Wakaf
Mayoritas penduduk di Kecamatan Payakumbuh Utara merupakan masyarakat Minangkabau. Menurut adat kebiasaan di Minangkabau setiap suku atau setiap marga biasanya memiliki satu mushalla yang pada umumnya jamaah di mushalla tersebut berasal dari suku yang sama. Tabel 3.9 Status Mushalla Tanah Kaum No Nama Mushalla 1 Pandam 2 Ikhlas 3 Hikmah
Alamat Balai Gadang Jl. Rajawali Tarok Jl. Dewi Sartika Rt 01/01Taruko
Status Tanah Kaum Kaum Kaum
62
4 5 6 7 8 9 10
Pulai Nurul Iman Cibodak Ambacang Baru Ampalu Nurul Iman
Balai Gurun Balai Gurun Balai Kaliki Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/01 Talawi
Kaum Kaum Kaum Kaum Kaum Kaum Kaum
Tabel 3.10 Status Mushalla Tanah Pribadi No Nama Mushalla 1 Batirai 2
Miftahul Jannah
Alamat Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan Kodok Jl. Jend Sudirman Muaro
Status Tanah Pibadi
3
Amanah
Tabek Taluak Napar
Pibadi
4
Nurul Falah
Pibadi
5
Al-Rahma
6
Darul Hikmah
Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Payonibung Balai Gurun Rt 02/02
7
Bingkuang
Pibadi
8
Al-Munawarah
9
Nurul Huda
Jl. Surau Bingkuang RT 01/01 Balai Cacang Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru BJ Nan Kodok Rt 02/02
10
Al-Muttaqin
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Talawi
Pibadi
Pibadi
Pibadi Pibadi
Pibadi Pibadi
Tabel 3.11 Status Mushalla Tanah Pemda No Nama Mushalla 1 Kantor Camat
Alamat Jl. Gelatik Padang Kaduduk
Status Tanah Pemda
63
2
Al-Hijrah
Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit
Pemda
Tabel 3.12 Status Mushalla Fasilitas Umum No 1 2
Nama Mushalla Al-Muhajirin Al-Ikhlas
Alamat Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Rt 02/02 Jl. R.A. Kartini Perumahan Cikasimi Cubadak Air
Status Tanah Fasilitas Umum Fasilitas Umum
Tabel 3.13 Status Mushalla Tanah Yayasan No 1
Nama Mushalla Jamiatul Hujjaj
Alamat Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu Gadang
Status Tanah Yayasan
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara Dalam penentuan arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara penulis menggunakan metode tahqiqi yang dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Data-data yang diperlukan untuk melakukan penghitungan dengan metode tahqiqi ini yaitu dengan mengetahui lintang dan bujur tempat di Kecamatan Payakumbuh Utara dan juga lintang dan bujur Ka’bah. Untuk mengetahui lintang dan bujur tempatnya menggunakan GPS (Globa Posisioning System) yaitu alat ukur koordinat dengan menggunakan satelit. Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang masingmasing kelurahan mempunyai sedikit perbedaan untuk data koordinatnya. Adapun data koordinat masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelurahan Labuh Baru Koto Baru BJ Balai Baru Balai Gadang Balai Cacang Kaning Bukit Nan Kodok Payolinyam
Lintang (φ) -0º 13’ 27.91” -0º 13’ 24.85” -0º 13’ 14.09” -0º 13’ 9.95” -0º 12’ 58.46” -0º 12’ 37.69” -0º 12’ 19.33” -0º 12’ 3.28” 64
Bujur (λ) 100º 38’ 6.29” 100º 38’ 0.06” 100º 38’ 15.3” 100º 38’ 36.3” 100º 38’ 36.3” 100º 38’ 40.3” 100º 38’ 44.7” 100º 38’ 55.3”
65
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tanjung Anau Payonibung Tambago Cubadak Air Balai Jariang Padang Kaduduk Tarok Bunian Balai Kaliki Napar Taruko Talawi Muaro Kubu Gadang Balai Gurun Balai Betung Pasir
-0º 11’ 24.11” -0º 11’ 50.89” -0º 11’ 57’ 41” -0º 12’ 28.12” -0º 12’ 48.6” -0º 12’ 40.86” -0º 12’ 57.06” -0º 13’ 16.97” -0º 13’ 20.21” -0º 12’ 48.64” -0º 12’ 34.24” -0º 11’ 32.93” -0º 12’ 55.84” -0º 13’ 46.13” -0º 12’ 58.57” -0º 11’ 21.73” -0º 12’ 48.17”
100º 38’ 55.3” 100º 37’ 53.8" 100º 38’ 1.63” 100º 38’ 14.3” 100º 38’ 24.5” 100º 37” 45.2” 100º 37’ 48.1” 100º 37’ 48.9” 100º 38’ 20.9” 100º 37’ 23” 100º 39’ 19.6” 100º 38’ 22.5” 100º 38’ 42.6” 100º 38’ 27.6” 100º 38’ 20.8” 100º 38’ 44.8” 100º 38’ 50”
Berdasarkan data koordinat masing-masing kelurahan tersebut, untuk mendapatkan arah kiblatnya dihitung menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Salah satu contoh proses perhitungannya sebagai berikut: Data koordinat diketahui: Lintang tempat Labuh Baru (φtp)
= -0º 13’ 27.91”
Bujur tempat Labuh Baru (λtp)
= 100º 38’ 6.29”
Lintang Ka’bah (φK)
= 21º 25’ LU
Bujur Ka’bah (λK)
= 39º 50’ BT
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: sin φ tempat Cotan Q = cos φ tempat tan φ Ka’bah _ sin (λ tempat – λ Ka’bah) tan (λ tempat – λ Ka’bah)
66
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus tersebut maka harus diketahui nilai selisih bujur (λtp - λK) yaitu (100º 38’ 6.29”- 39º 50’) = 60º 48’ 6.29” Setelah diketahui nilai selisih bujur maka data diatas dimasukkan ke dalam rumus: Cotan Q = cos -0º 13’ 27.91”. tan 21º 25’ _ sin 60º 48’ 6.29”
sin -0º 13’ 27.91” tan 60º 48’ 6.29”
Proses penyelesaian dengan kalkulator, ada beberapa cara penyelesaiannya tergantung pada model dan jenis kalkulator, salah satunya dengan kalkulator Royally tipe Ry-350MS yaitu sebagai berikut: Shift tan (cos (-)0º 13’ 27.91” x tan 21º 25’ : sin 60º 48’ 6.29” – sin (-)0º 13’ 27.91” : tan 60º 48’ 6.29”) x-1 = shift o,,, 65º 42’ 1.39” Dari hasil perhitungan ini maka arah kiblat untuk kelurahan Labuh Baru adalah 65º 42’ 1.39” dari titik Utara ke arah Barat (U-B) atau 90º - 65º 42’ 1.39” = 24º 17’ 58.61” dari titik Barat ke Utara (B-U). Adapun azimutnya adalah 360º 65º 42’ 1.39” = 294º 17’ 58.6” di ukur dari titik Utara. Berdasarkan proses perhitungan diatas, maka diperoleh arah kiblat untuk setiap kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Arah Kiblat No
Kelurahan
Lintang (φ)
Bujur (λ)
Kiblat (U-B)
Kiblat (B-U)
1
Labuh Baru
-0º 13’ 27.91”
100º 38’ 6.29”
65º 42’ 1.39”
24º 17’ 58.61”
2
Koto Baru BJ
-0º 13’ 24.85”
100º 38’ 0.06”
65º 42’ 1.48”
24º 17’ 58.52”
3
Balai Baru
-0º 13’ 14.09”
100º 38’ 15.3”
65º 42’ 9.7”
24º 17’ 50.3”
4
Balai Gadang
-0º 13’ 9.95”
100º 38’ 36.3”
65º 42’ 16.08”
24º 17’ 43.92”
67
5
Balai Cacang
-0º 12’ 58.46”
100º 38’ 36.3”
65º 42’ 21.4”
24º 17’ 38.6”
6
Kaning Bukit
-0º 12’ 37.69”
100º 38’ 40.3”
65º 54’16.21”
24º 5’ 43.79”
7
Nan Kodok
-0º 12’ 19.33”
100º 38’ 44.7”
65º 42’ 41.29”
24º 17’ 18.71”
8
Payolinyam
-0º 12’ 3.28”
100º 38’ 55.3”
65º 42’ 50.97”
24º 17’ 9.03”
9
Tanjung Anau
-0º 11’ 24.11”
100º 38’ 55.3”
65º 43’ 9”
24º 16’ 50.9”
10
Payonibung
-0º 11’ 50.89”
100º 37’ 53.8"
65º 42’ 43.64”
24º 17’ 16.36”
11
Tambago
-0º 11’ 57’ 41”
100º 38’ 1.63”
65º 42’ 42.23”
24º 17’ 17.77”
12
Cubadak Air
-0º 12’ 28.12”
100º 38’ 14.3”
65º 42’ 30.76”
24º 17’ 29.24”
13
Balai Jariang
-0º 12’ 48.6”
100º 38’ 24.5”
65º 42’ 23.45”
24º 17’ 36.55”
14
Padang Kaduduk
-0º 12’ 40.86”
100º 37” 45.2”
65º 42’ 19.28”
24º 17’ 40.72”
15
Tarok
-0º 12’ 57.06”
100º 37’ 48.1”
65º 42’ 11.8”
24º 17’ 48.2”
16
Bunian
-0º 13’ 16.97”
100º 37’ 48.9”
65º 42” 2.75”
24º 17’ 57.25”
17
Balai Kaliki
-0º 13’ 20.21”
100º 38’ 20.9”
65º 42’ 8.06”
24º 17’ 51.94”
18
Napar
-0º 12’ 48.64”
100º 37’ 23”
65º 42’ 10.35’
24º 17’ 49.65”
19
Taruko
-0º 12’ 34.24”
100º 39’ 19.6”
65º 42’ 41.8”
24º 17’ 18.2”
20
Talawi
-0º 11’ 32.93”
100º 38’ 22.5”
65º 42’ 58.05”
24º 17’ 1.95”
21
Muaro
-0º 12’ 55.84”
100º 38’ 42.6”
65º 42’ 23.95”
24º 17’ 36.05”
22
Kubu Gadang
-0º 13’ 46.13”
100º 38’ 27.6”
65º 41’ 57.49”
24º 18’ 2,51”
23
Balai Gurun
-0º 12’ 58.57”
100º 38’ 20.8”
65º 42’ 18.05”
24º 17’ 41.95”
24
Balai Betung
-0º 11’ 21.73”
100º 38’ 44.8”
65º 43’ 7.79”
24º 16’ 52.03”
25
Pasir
-0º 12’ 48.17”
100º 38’ 50”
65º 42’ 29.07”
24º 17’ 30.93”
Setelah diketahui sudut arah kiblat untuk masing-masing kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara, maka untuk proses selanjutnya penulis melakukan praktek pengukuran di lapangan, yaitu Menentukan arah mata angin dengan program dari Mizwala Qibla Finder. Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar matahari. Mizwala merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari sebuah
68
gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.1 Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala Qibla Finder adalah sebagai berikut: 1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada). 2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat, tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain seperti google earth. 3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya. Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah). 4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah dipersiapkan pada gnomon.
1
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
69
5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan catatlah waktunya (waktu pengamatan). 6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang. 7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau bayang-bayang.2 8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program mizwala qibla finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut 180º, arah Barat pada sudut 270º. Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu menentukan arah kiblat dengan cara: 1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri) yaitu sebesar 24º
untuk wilayah di Kecamatan
Payakumbuh Utara yang diukur dari arah Barat ke arah Utara. 2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri), maka arah tersebut adalah arah kiblat di tempat pengamatan. 2
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2013), h. 63-64.
70
B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di Kecamatan Payakumbuh Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Payakumbuh Utara, penentuan arah kiblat ketika awal pembangunannya di wilayah ini hanya menggunakan cara-cara perkiraan atau metode taqribi saja. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sangat awam mengenai ilmu pengukuran arah kiblat yang akurat.3 Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara ditemukan banyak variasi. Dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang menggunakan kompas sebanyak 18 masjid atau 72%, menggunakan bayang-bayang matahari sebanyak 4 masjid atau 16%, dan menggunakan perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%. Setelah diteliti, masjid yang diukur menggunakan kompas jika dihubungkan dengan keakuratan arah kiblat, dari 18 masjid yang menggunakan kompas hanya 6 masjid atau 33% yang akurat arah kiblatnya, keakuratan arah kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas ini dikarenakan adanya masukan dari tokoh agama setempat bahwa arah kiblat masjid ini bukan ke arah Barat kompas, tetapi dari arah Barat kompas itu serong ke kanan dengan tidak dijelaskan berapa angka derajatnya.4 Sedangkan yang akurat karena diberi angka toleransi ada 1 masjid atau 6%, dan yang tidak tepat sebanyak 11 masjid atau 61%. Lihat tabel di bawah ini:
3
Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara. Payakumbuh, 24 Februari 2015. 4 Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung. Payakumbuh, 27 Februari 2015.
71
Tabel 4.3 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas No
Nama Masjid
1
Muslimin
2
Baitussalam
3
An-Nur
4
Masjid Raya
5
Muslimin
6
Arsyad
7
Nurul Jannah
8
Baiturrahman
9 10
Al-Mutawahidah Nurul Huda
11 12
Al-Husna Syuhada
13
Baiturrahim
14
Muhsinin
15
Asy-Syifa’
16
Hidayah
17 18
Amaliyah Nurul Huda
Alamat Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Jl. Jend Sudirman Balai Baru, Koto Nan Gadang Balai Gadang, Koto Nan Gadang Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Jl. Jend Sudirman No. 48 Nan Kodok Jl. Jend Sudirman Payolinyam Jl. K.H. Ahmad Dahlan Tanjung Anau Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibung Tambago Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang Jl. R.A. Kartini Padang Kaduduk Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar Jl. Jend Sudirman Muaro Jl. Jeruk Kubu Gadang
Cara Ukur Kompas
Keakuratan
Kompas
Akurat
Kompas
+6º
Kompas
Akurat
Kompas
Akurat
Kompas
-7º
Kompas
+4º
Kompas
+6º
Kompas Kompas
-4º Akurat
Kompas Kompas
+8º +14º
Kompas
-6º
-3º
Kompas Akurat dalam Toleransi Kompas Akurat Kompas
+5º
Kompas Kompas
-7º Akurat
72
Bagi masjid yang diukur menggunakan bayang-bayang matahari pada saat peristiwa Rashdul Kiblat terdapat 4 masjid. 2 masjid tergolong akurat dan 2 masjid lainnya tidak akurat. Lihat tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari No
Nama Masjid
1
Baitul Mukmin
2
Ansharullah
3
Al-Muttaqin
4
Al-Muqarrabin
Alamat
Cara Ukur Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Bayangan Baru Matahari Jl. Jend Sudirman No. 16 Bayangan Koto Baru Matahari Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Bayangan Cubadak Air Matahari Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bayangan Bunian Matahari
Keakuratan Akurat Akurat -9º +8º
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Firman Wazri selaku salah satu pengurus masjid Ansharullah diatas, pada awalnya kiblat masjid Ansharullah tidak tepat, sehingga dilakukan pengukuran oleh Departemen Agama Kota Payakumbuh dengan menggunakan alat bantu kompas. Kemudian berdasarkan surat himbauan dari Badan Hisab Rukyat (BHR) yang ada di Kemenag Kota Payakumbuh untuk seluruh pengurus masjid bahwa pada tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18 WIB atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB kita bisa melihat sendiri bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Maka berdasarkan himbauan tersebut pengurus masjid Ansharullah melakukan kembali
73
pengukuran arah kiblat menggunakan bayangan matahari pada tanggal-tanggal tersebut, sehingga di dapatlah kiblat masjid Ansharullah seperti adanya sekarang.5 Masjid yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari terbenam sebanyak 3 masjid, satu diantaranya memiliki kiblat yang akurat dan selebihnya tidak akurat. Perhatikan tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat No
Nama Masjid
Alamat
1
Istiqamah
Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit
2
Baitul Hikmah
Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Bunian
3
Ihsan
Jl. Dewi Sartika Rt 02/01
Cara Ukur Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat
Keakuratan -29º
Akurat
+6º
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, satu masjid yang akurat arah kiblatnya yaitu masjid Baitul Hikmah diperkirakan pengukuran arah kiblatnya dilakukan pada sekitar bulan Juni, karena berdasarkan gerakan semu matahari tahunan pada tanggal 21 Juni merupakan deklinasi matahari maksimal, yaitu deklinasi matahari sebesar (+) 23º 30’ dari arah Barat ke arah Utara sehingga hampir bertepatan denga arah kiblat untuk masjid Baitul Hikmah yaitu 24º 18’. Masjid yang arah kiblatnya +6º juga diperkirakan bahwa pengukuran arah kiblatnya dilakukan sekitar bulan Juni, tetapi terdapat kelebihan sebesar 6º. Sedangkan masjid yang
5
Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah. Payakumbuh, 27 Februari 2015.
74
arah kiblatnya menyimpang -29º diperkirakan pengukuran arah kiblatnya dilakukan sekitar tanggal 8 Maret atau 6 Oktober karena berdasarkan data deklinasi pokok matahari, pada tanggal tersebut deklinasi matahari adalah -5º dan hampir berdekatan dengan arah kiblat masjid Istiqamah sekarang ini. Adapun mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan kompas terdiri dari 40 mushalla. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa yang tepat arah kiblatnya hanya 9 mushalla atau 22.5%, yang akurat karena diberi angka toleransi ada 2 mushalla atau 5%, sedangkan yang tidak tepat arah kiblatnya sebanyak 29 mushalla atau 72.5%. Kalau kita lihat dari data di atas, mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan alat ukur kompas sebagian besar arah kiblatnya tidak akurat yaitu sebesar 72.5%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran arah kiblat menggunakan kompas tanpa dibantu dengan data koreksi magnetik dan tanpa penghitungan untuk menentukan sudut kiblatnya mempunyai resiko besar terhadap keakuratan arah kiblat. Perhatikan tabel dibawah ini: Tabel 4.6 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas No Nama Mushalla 1
Batirai
2
Nurul Hidayah
3
Sumua Tobiang
4
Al-Muhajirin
5
Darul Hikmah
Alamat Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan Kodok Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02 Payolinyam Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Rt 02/02 Jl. R.A. Kartini Cubadak Air
Cara Ukur Kompas
Keakuratan
Kompas
Akurat
Kompas
-20º
Kompas
-8º
Kompas
-6º
+2º
75
6 7 8 9 10
Al-Ishlah Taslim Miftahul Falah Amanah Ibnusina
11
Mardhatillah
12 13 14 15 16
Jambu Pandam Mejan Arruhamak Nurul Falah
17 18
Ikhlas Hikmah
19
Al-Rahma
20 21
Darul Muhajirin Al-Ikhlas
22 23 24 25
Ikhlas Pulai Darul Hikmah Bingkuang
26
Solok
27 28
Nurul Falah Nurul Yaqin
29
Al-Munawarah
30 31
Darul Huda An-Nur
32 33 34 35
Cibodak Baiturrahman Rao-rao Jamiatul Hujjaj
Jl. Tanmalaka Tarok Balai Gurun Rt 02/02 Jl. Tanmalaka Napar Tabek Taluak Napar Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01 Labuh Baru Balai Gadang Balai Gadang Balai Gadang Balai Kaliki Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Jl. Rajawali Tarok Jl. Dewi Sartika Rt 01/01Taruko Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Payonibung Padang Kaduduk Jl. R.A. Kartini Perumahan Cikasimi Cubadak Air Jl. Ikhlas Pasir Balai Gurun Balai Gurun Rt 02/02 Jl. Surau Bingkuang RT 01/01 Balai Cacang Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Rt 01/02 Tanjung Anau Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/02 Balai Betung Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru BJ Tanjung Anau Rt 04/01 Jl. Jend Sudirman Nan Kodok Balai Kaliki Padang Kaduduk Rt 01/02 Jl. Arisun Labuah Baru Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu Gadang
Kompas Kompas Kompas Kompas Kompas
+10º -4º +7º +10º Akurat
Kompas
+15º
Kompas Kompas Kompas Kompas Kompas
Akurat +4º Akurat Akurat Akurat
Kompas Kompas
+3º +2º
Kompas
+23º
Kompas Kompas
Akurat -14º
Kompas Kompas Kompas Kompas
Akurat -7º Akurat -4º
Kompas
-8º
Kompas Kompas
+4º +4º
Kompas Kompas Kompas
Akurat dalam toleransi -5º -7º
Kompas Kompas Kompas Kompas
-5º +16º +11º +5º
76
36
Al-Hijrah
37
Kantor Camat
38 39 40
Ambacang Tawaqqal Al-Muttaqin
Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit Jl. Gelatik Padang Kaduduk Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Talawi
Kompas
-16º
Kompas
Akurat dalam toleransi -12º -4º -3º
Kompas Kompas Kompas
Mushalla yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari terbenam sebanyak 7 mushalla dan tidak ada satupun arah kiblatnya yang akurat. Perhatikan tabel berikut: Tabel 4.7 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat No
Nama Mushalla
Alamat
1
Muslim
Tambago
2
Nurul Iman
Balai Gurun
3
Tigo Dusun
4
Gonjong
Jl. K.H. Ahmad Balai Betung Jl. Kenanga Napar
5
Baru
6
Ampalu
7
Nurul Iman
Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/01 Talawi
Cara Ukur Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat Perkiraan Arah Barat
Keakuratan -18º +4º -16º +5º -19º -24º -21º
Berdasarkan tabel di atas jika hasil pengukuran arah kiblatnya dihubungkan dengan data deklinasi pokok matahari maka
dapat
diperkirakan
bahwa mushalla Nurul Iman kelurahan Balai Gurun dan mushalla Gonjong diukur sekitar bulan Juni, mushalla Muslim, mushalla Baru dan Nurul Iman kelurahan
77
Talawi diukur pada tanggal 4 April dan 10 September, mushalla Ampalu diukur sekitar bulam Maret, dan mushalla tigo dusun diukur arah kiblatnya sekitar tanggal 16 April atau 28 September. Tabel dibawah ini merupakan satu mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan bayang-bayang matahari pada saat matahari tepat berada di zenith Ka’bah atau disebut juga dengan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat yang akurat. Tabel 4.8 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari No
Nama Mushalla
1 Pincuran Sabil
Alamat Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang
Cara Ukur Bayangan Matahari
Keakuratan Akurat
Berikut adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan software arah kiblat yang di download dan dijalankan melalui hand phone. Berdasarkan hasil wawancara dengan Jefriandi sebagai pengurus mushalla ini, ketika awal pengukuran arah kiblat menggunakan software ini beliau sudah meletakkan patokan arah kiblatnya agar disesuaikan dengan bangunan mushalla nantiknya, tapi ketika fondasi mushalla sudah dibuat ternyata terjadi pergeseran patokan yang telah beliau tetapkan dari awal. Sehingga bangunan mushalla dan arah kiblat tidak sesuai dengan hasil pengukurannya di awal.6 Perhatikan tabel dibawah:
6
Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah. Payakumbuh, 17 Februari 2015.
78
Tabel 4.9 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat No
Nama Mushalla
1 Mftahul Jannah
Alamat Jl. Jend Sudirman Muaro
Cara Ukur Software Kiblat
Keakuratan -5º
Selanjutnya adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya hanya berpatokan pada bangunan masjid di sekelilingnya. Terdapat satu mushalla dan arah kiblatnya tidak akurat sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan Bangunan Masjid No
Nama Mushalla
1 Nurul Huda
Alamat Nan Kodok Rt 02/02
Cara Ukur Bangunan Masjid
Keakuratan -21º
Berdasarkan pemaparan data-data diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa masyarakat dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushallah di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara pada umumnya menggunakan metode taqribi yaitu metode yang menggunakan acuan perkiraan. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengerti dengan cara pengukuran menggunakan metode tahqiqi yang bisa menentukan arah kiblat dengan benar dan akurat sehingga masyarakat beranggapan bahwa cukup dengan menggunakan cara dan alat-alat yang gampang dan sederhana saja, yang penting hati tertuju pada Allah di saat melaksanakan shalat.
79
C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara Tingkat Akurasi dalam praktik pengukuran arah kiblat ditentukan oleh bagaimana caranya menggunakan metode taqribi maupun tahqiqi sesuai dengan prosedur yang baik. Hal ini demi meminimalisir kelemahan pada masing-masing metode tersebut. Untuk menganalisis konsep arah kiblat ini, sesuai dengan hasil perhitungan yang penulis lakukan sebelumnya bahwa arah kiblat tiap kelurahan yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara adalah 24º dari arah Barat ke arah Utara. Sehingga penulis menemukan sebagian masjid dan mushalla yang akurat dan juga yang tidak akurat. Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan terhadap 25 masjid dan 50 mushalla yang berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara, hanya 9 masjid saja atau 36% yang tepat arah kiblatnya yakni masjid Ansharullah, masjid Baitussalam, Baitul Mukmin, Muslimin, Masjid Raya, Nurul Huda kelurahan Payonibung, Baitul Hikmah, Asy-Syifa’, dan Nurul Huda kelurahan Kubu Gadang. Sedangkan dari 50 mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara, jumlah mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya 10 mushalla atau 20% yaitu mushalla Nurul Hidayah, Ibnusina, Jambu, Mejan, Arruhamak, Nurul Falah, Darul Muhajirin, Ikhlas, Darul Hikmah, dan Pincuran Sabil. Perhatikan tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Arah Kiblat Masjid yang Akurat No Nama Masjid 1 Ansharullah
Alamat Jl. Jend Sudirman No. 16 Koto Baru
Keakuratan Akurat
80
2 3 4 5 6 7 8 9
Baitussalam Baitul Mukmin Muslimin Masjid Raya Nurul Huda Baitul Hikmah Asy-Syifa’ Nurul Huda
Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Baru Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Balai Gadang Koto Nan Gadang Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibung Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Bunian Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Jl. Jeruk Kubu Gadang
Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat
Tabel 4.12 Arah Kiblat Mushalla yang Akurat No Nama Mushalla 1 Nurul Hidayah 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ibnusina Jambu Mejan Arruhamak Nurul Falah Darul Muhajirin Ikhlas Darul Hikmah Pincuran Sabil
Alamat Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02 Payolinyam Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Balai Gadang Balai Gadang Balai Kaliki Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Padang Kaduduk Jl. Ikhlas Pasir Balai Gurun Rt 02/02 Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang
Keakuratan Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat Akurat
Setelah melakukan penghitungan arah kiblat menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola seperti yang telah disebutkan di atas, maka diketahui arah kiblat untuk wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara adalah sebesar 24º di ukur dari arah Barat ke arah Utara. Masjid dan mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya itu mempunyai sudut deviasi, yaitu sudut yang menyimpang dari angka yang telah ditentukan sebesar 24º dari arah Barat ke arah Utara. Sudut penyimpangan ini dapat terjadi kurang dari angka yang telah ditentukan ataupun lebih dari angka yang telah ditentukan.
81
Berdasarkan pengelompokan derajat deviasi (penyimpangan) arah kiblat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: a. Negatif atau minus (-) apabila arah kiblat masjid atau mushalla kurang ke Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat 24º ke Utara. b. Positif atau plus (+) apabila arah kiblat masjid atau mushalla melebihi ke Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat 24º ke Utara. Adapun masjid yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 16 masjid (64%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 8 masjid (32%) dan masjid yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 8 masjid (32%). Lihat tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara No 1
Nama Masjid Muslimin
2
Istiqamah
3
Arsyad
4 5
AlMutawahidah Al-Muttaqin
6
Baiturrahim
7
Muhsinin
8
Amaliyah
Alamat Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit Jl. Jend Sudirman No. 48 Nan Kodok Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Cubadak Air Jl. R.A. Kartini Padang Kaduduk Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Jl. Jend Sudirman Muaro
Cara Ukur Kompas
Hasil Ukur 21º
Deviasi
Perkiraan Arah Barat Kompas
-5º
-29º
17º
-7º
Kompas
20º
-4º
Bayangan Matahari Kompas
15º
-9º
18º
-6º
Kompas
23º
-1º
Kompas
17º
-7º
-3º
82
Tabel 4.14 Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara No Nama Masjid 1
An-Nur
2
Nurul Jannah
3
Baiturrahman
4 5
Al-Husna Syuhada
6 7
AlMuqarrabin Hidayah
8
Ihsan
Alamat Jl. Jend Sudirman Balai Baru, Koto Nan Gadang Jl. Jend Sudirman Payolinyam Jl. K.H. Ahmad Dahlan Tanjung Anau Tambago Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bunian Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar Jl. Dewi Sartika Rt 02/01
Cara Ukur Kompas
Hasil Ukur 30º
Deviasi
Kompas
28º
+4º
Kompas
30º
+6º
Kompas Kompas
32º 38º
+8º +14º
Bayangan Matahari Kompas
32º
+8º
29º
+5º
Perkiraan Arah Barat
30º
+6º
+6º
Sedangkan mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 40 mushalla (80%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 22 masjid (44%) dan mushalla yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 18 mushalla (36%) sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.15 Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara No 1 2 3 4 5
Nama Alamat Mushalla Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Rt 02/02 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Cubadak Air Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Miftahul Jl. Jen Sudirman Jannah Muaro
Cara Ukur Kompas
Hasil Ukur 4º
Deviasi
Kompas
16º
-8º
Kompas
18º
-6º
Kompas Software Kiblat
20º 19º
-4º -5º
-20º
83
6
Muslim
Tambago
Perkiraan Arah Barat Kompas
7
Al-Ikhlas
8 9
Pulai Solok
10
Tigo Dusun
11
Darul Huda
12
Nurul Huda
13
An-Nur
14 15
Cibodak Al-Hijrah
16
Ambacang
17
Tawaqqal
18
Baru
19
Ampalu
20
Al-Muttaqin
21
Nurul Iman
22
Bingkuang
Jl. R.A. Kartini Perumahan Cikasimi Cubadak Air Balai Gurun Kompas Jl. Jend Sudirman Kompas Balai Cacang Rt 01/02 Jl. K.H. Ahmad Balai Perkiraan Betung Arah Barat Tanjung Anau Rt Kompas 04/01 Nan Kodok Rt 02/02 Bangunan Masjid Jl. Jend Sudirman Nan Kompas Kodok Balai Kaliki Kompas Jl. Jend Sudirman Kompas Kaning Bukit Jl. Camar Rt 01/01 Kompas Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Kompas Talawi Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan Talawi Arah Barat Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan Talawi Arah Barat Jl. K.H. Ahmad Kompas Dahlan Rt 02/02 Talawi Jl. K.H. Ahmad Perkiraan Dahlan Rt 01/01 Arah Barat Talawi Jl. Surau Bingkuang Kompas RT 01/01 Balai Cacang
6º
-18º
10º
-14º
17º 16º
-7º -8º
8º
-16º
19º
-5º
3º
-21º
17º
-7º
19º 8º
-5º -16º
12º
-12º
20º
-4º
5º
-19º
0
-24º
21º
-3º
3º
-21º
20º
-4º
Dari hasil wawancara dengan pengurus mushalla Tawaqqal di Kelurahan Talawi diketahui bahwa pengukuran arah kiblat ketika awal pembangunan di mushalla ini dilakukan oleh Departemen Agama Kota Payakumbuh dengan menggunakan alat bantu kompas. Selang beberapa waktu yang lalu juga sempat di
84
ukur oleh Zainal Arifin yaitu salah seorang hakim Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Barat ketika berkunjung ke mushalla Tawaqqal. Dari hasil pengukuran yang dilakukannya ternyata kiblat mushalla kurang ke kanan (kurang ke Utara beberapa derajad).7 Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran yang penulis lakukan yaitu arah kiblatnya kurang ke Utara 4º. Walaupun pengurus mushalla mengetahui kekurangakuratan arah kiblatnya namun beliau tetap tidak mengubah arah kiblat mushalla tersebut dengan pemikiran bahwa selisihnya hanya sedikit. Pemahaman pengurus mushalla seperti halnya diatas mengindikasikan bahwa pengetahuan tentang arah kiblat tidak sampai kepada pengurus mushallah, padahal melenceng 1º saja bisa melencengkan arah sekitar 100 kilo meter dari posisi Ka’bah. Tabel 4.16 Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara No 1
Nama Mushalla Batirai
2 3 4 5
Al-Ishlah Miftahul Falah Amanah Mardhatillah
6 7 8
Pandam Ikhlas Hikmah
9
Al-Rahma
7
Alamat Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan Kodok Jl. Tanmalaka Tarok Jl. Tanmalaka Napar Tabek Taluak Napar Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01 Labuh Baru Balai Gadang Jl. Rajawali Tarok Jl. Dewi Sartika Rt 01/01Taruko Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Payonibung
Cara Ukur Kompas
Hasil Ukur 26º
Deviasi
Kompas Kompas Kompas Kompas
34º 31º 34º 39º
+10º +7º +10º +15º
Kompas Kompas Kompas
28º 27º 26º
+4º +3º +2º
Kompas
47º
+23º
+2º
Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal. Payakumbuh, 25 Februari 2015.
85
10
Nurul Iman
Balai Gurun
11 12
Nurul Falah Nurul Yaqin
13
Al-Munawarah
14
Baiturrahman
15
Gonjong
Tanjung Anau Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/02 Balai Betung Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru BJ Padang Kaduduk Rt 01/02 Jl. Kenanga Napar
16
Rao-rao
17
Jamiatul Hujjaj
18
Kantor Camat
Jl. Arisun Labuah Baru Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu Gadang Jl. Gelatik Padang Kaduduk
Perkiraan Arah Barat Kompas Kompas
24º
+4º
28º 28º
+4º +4º
Kompas
25º
+1º
Kompas
40º
+16º
Perkiraan Arah Barat Kompas
29º
+5º
35º
+11º
Kompas
29º
+5º
Kompas
25º
+1º
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa masjid yang paling tinggi penyimpangannya adalah masjid Istiqamah (-29º) untuk kategori kurang (-) ke Utara dan penyimpangan tertinggi untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah masjid Syuhada (+14º). Tabel 4.17 Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi No Nama Masjid Alamat 1 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit 2 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang
Keakuratan -29º +14º
Sedangkan mushalla yang tertinggi penyimpangan untuk kategori kurang (-) ke Utara adalah mushalla Ampalu (-24º) dan untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah mushalla Al-Rahma (+23º). Lihat tabel di bawah:
86
Tabel 4.18 Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi No 1 2
Nama Mushalla Ampalu Al-Rahma
Alamat
Keakuratan
Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 Payonibung
-24º +23º
Dalam pengukuran arah kiblat ini peneliti memberikan angka toleransi terhadap keakuratan arah kiblat sebanyak +1º dan -1º. Peneliti menganggap bahwa kisaran +1º dan -1º merupakan angka penggenapan terkecil dan secara faktual kisaran angka ini tidak terlalu jauh penyimpangannya. Penggenapan sebanyak +1º dan -1º ini juga bertujuan untuk memberikan kelonggaran terhadap kemungkinankemungkinan yang bisa terjadi seperti halnya human error, yaitu kesalahan yang dilakukan seseorang yang bisa diakibatkan karena faktor kondisi fisik lingkungan yang tidak mendukung. Apabila diberikan toleransi keakuratan arah kiblat terhadap masjid dan mushalla sebanyak +1º dan -1º, artinya masjid dan mushalla ini dianggap tepat arah kiblatnya. Adapun masjid dan mushalla yang dikategorikan akurat berdasarkan toleransi adalah sebagai berikut: Tabel 4.19 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid No Nama Masjid 1 Muhsinin
Alamat Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok
Keakuratan Akurat dalam toleransi
87
Tabel 4.20 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla No 1
Nama Mushalla Al-Munawarah
2
Kantor Camat
Alamat Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru Balai Janggo Jl. Gelatik Padang Kaduduk
Keakuratan Akurat dalam toleransi Akurat dalam toleransi
Apabila jumlah masjid dan mushalla yang sudah ditoleril dikeluarkan dari kategori masjid dan mushalla yang menyimpang arah kiblatnya, ternyata perubahannya tidak terlalu signifikan. Jumlah masjid yang menyimpang arah kiblatnya sebanyak 15 masjid atau 60%, sedangkan jumlah mushalla yang menyimpang arah kiblatnya sebanyak 38 mushalla atau 76%.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang akurasi arah kiblat pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla menggunakan metode taqribi, yaitu metode yang menggunakan acuan perkiraan dengan alat bantu pengukuran yang bervariasi, yaitu dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang menggunakan kompas sebanyak 18 masjid atau 72%, menggunakan bayang-banyang matahari sebanyak 4 masjid atau 16%, dan menggunakan perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%. Sedangkan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, sebanyak 40 mushalla atau 80% menggunakan kompas, 7 mushalla atau 14% menggunakan perkiraan arah Barat, 1 mushalla atau 2% menggunakan bayang-bayang matahari, 1 mushalla atau 2% menggunakan software kiblat, dan 1 mushalla atau 2% hanya berpatokan pada bangunan masjid disekitarnya tanpa dilakukan pengukuran terlebih dahulu. Dari sini terlihat bahwa masyarakat dalam pengukuran arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara pada umumnya menggunakan alat bantu kompas. 2. Mayoritas arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara tidak akurat, walaupun dalam penelitian ini telah 88
89
diberikan angka toleransi penyimpangan sebesar -1º dan +1º dari arah yang telah ditentukan yakni 24º dari arah Barat ke arah Utara. Dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36% yang akurat, 1 masjid atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak akurat. Sedangan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla atau 20% yang akurat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi keakuratan arah kiblatnya, dan 38 mushalla atau 76% tidak akurat. Berdasarkan alat bantu pengukuran, dari 18 masjid yang menggunakan alat bantu kompas, hanya 6 masjid atau 33% yang akurat, 1 masjid atau 6% akurat karena toleransi dan 11 masjid atau 61% tidak akurat. Sedangkan dari 40 mushalla hanya 9 atau 22.5% yang akurat, 2 mushalla atau 5% ditoleransi dan 29 mushalla atau 72.5% tidak akurat. Menggunakan bayang-bayang matahari pada saat peristiwa Rashdul Kiblat ada 4 masjid, 2 akurat dan 2 lainnya tidak akurat. Sedangkan hanya satu mushalla yang menggunakan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat yang akurat. Menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari terbenam ada 3 masjid dan 7 mushalla, satu masjid diantaranya akurat dan selebihnya tidak akurat, dan mushalla tidak ada satupun arah kiblatnya yang akurat, serta terdapat satu mushalla menggunakan software arah kiblat dan satu mushalla perpatokan pada bangunan masjid di sekelilingnya namun mempunyai kiblat yang tidak akurat.
90
B. Saran-saran Dalam bagian akhir skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang berhubungan dengan keakuratan arah kiblat kepada pihak-pihak terkait: 1. Kepada Kementrian Agama Republik Indonesia yang dalam hal ini merupakan salah satu lembaga yang menangani tentang hisab rukyat, hendaknya membuat ketentuan resmi yang seragam dalam mengatur cara pengukuran arah kiblat masjid di Indonesia serta cara perhitungan arah kiblat dan bagaimana cara melakukan pengukuran di lapangan. Dan juga mengadakan pelatihan-pelatihan kepada pegawai Departemen Agama mengenai pengukuran arah kiblat. 2. Kepada Departemen Agama Kanwil Kota Payakumbuh khususnya dan juga Kanwil-Kanwil lain pada umumnya, hendaklah mempraktekkan penerapan perhitungan falakiyah dalam menentukan arah kiblat dan hendaknya memberikan petunjuk secara langsung, yaitu dengan turun langsung ke lapangan pada waktu pengukuran arah kiblat masjid ataupun mushalla. 3. Kepada pengurus masjid dan mushalla jika ragu akan ketepatan arah kiblatnya, diharapkan bertanya kepada lembaga-lembaga yang kiranya dapat diminta sarannya dalam menentukan arah kiblat seperti Kantor Urusan Agama atau Departemen Agama yang berada di wilayah masingmasing.
91
4. Kepada masyarakat hendaklah memperhatikan arah kiblat masjid atau mushalla, karena dengan keakuratan arah kiblat akan membuat kesempurnaan dalam beribadah. 5. Untuk Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan Peradilan Agama, agar selalu meningkatkan kualitas pengajaran mengenai ilmu falak yang salah satunya mengenai arah kiblat. Dan juga menyediakan fasilitas yang kiranya bisa mendukung kegiatan pembelajaran sehingga mahasiswa mudah memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan. Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah. Shahih alBukhari, Jilid.I. al-Qahirah: Dar al-Sya’ab, 1987. Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati. al-Qahirah: Darul Hadits, 2004. Al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi. Shahih Muslim, Juz II. Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th. Amriani, Nurnaningsih. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, cet.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011. Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 1999. Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An‟am, cet.I. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000. Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas. Fiqih Ibadah. Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk. cet.2. Jakarta: Amzah, 2010. Depag. Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama. 1998. Depag. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1994. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: 1995. Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion, volume.VII. New York: Macmillan Library Reference USA, 1993. Indrawadi. Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014. Payakumbuh: Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014. Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003. Jamil, A. Ilmu Falak Teori dan Aplikasih. Jakarta: Amzah, 2009. 92
93
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia, 1985. Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011. Maskufa. Ilmu Falak, cet.II. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010. Miswari, Zuhairi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009. Mudhor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus al-Ashri, cet.IV. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998. Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984. Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008. Muslim, Shahih Muslim. Maktabah Syamilah, No Hadits: 395, Juz.II. Perpustakaan Nasional. Ensiklopedi Islam, cet.V. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999. Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III. Jakarta: Modern English Press, 2002. Setiawan, Muhammad Umar. “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone”. Semarang: Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2013. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, cet.I. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984. Sopyan, Yayan. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet.VII. Jakarta: CV. Afabeta 2009. Supriatna, Encup. Hisab Rukyat dan Aplikasinya. Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
94
Surachmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah). Bandung: CV. Tarsito, 1975. Usman, Husaini, dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Wafa, Sirril, dkk. “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat”, Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002. Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah, Manasik Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya. Jakarta: Lentera, 2007. Yaqub, Ali Mustafa. Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah. Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2010. Sumber Internet: Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses pada 08 April 2015 dari https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat. Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
dari
Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015 dari ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/. Sumber Wawancara: Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah. Payakumbuh, 27 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah. Payakumbuh, 17 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara. Payakumbuh, 24 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung. Payakumbuh, 27 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Payakumbuh, 25 Februari 2015.
Pengurus
Mushalla
Tawaqqal.
KEMtrI{TtrRIAN AGAMA
UNMRSTTAS ISLAM NEGERT (UIN) S YARIF' HID AYATUL LAH JAKAR'TA
r EE&,
FAI(ULTAS SYARIAI.I DAN IIUI(UM
%sEe m Jln. lr. H. Juanda No.
Telp. (62-2 1 ) 7 47 1 1 537, 7 401 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821 Siebsito : lvww.uinjkt.ac.id E-mail :
[email protected]
95 Ciputat Jakarta 't5412, lndonesia
p
?l / 2a1,5
Nomor Lampiran
r Jn.01, / F A / r
Ha1
Permohonan Data / Wawancara
Jakarta, 23 Februari 2015
Kepada Yt[ Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
(KESBANGPOL) .i
di Payakumbuh /,ss
al
antu'
al
aikum Wr.INb.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Syari-f Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama
Daniel AJfaruqi
Nomor Pokok
1"111044L00065
Tempat/Tanggal Lahir
Payakurrb uh,
Semester
VIII (delapan)
Junrsan/Konsentrasi Alamat
/ f'eradilan Agama Ii.T 001 RW 001 Kelurahan Talawi Camal Jl.
21.
]anuari 1992
SAS
Kecamatan Payakumbuh Utara
: 0831806728?-3
Teip
Adaiah benar mahasiswa FakuJ.tas Syariah dan Hukum UIN Syarif I{idayatullah Jakarta yang sedang rnenyusun skripsi dengan judul "Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan Payakumbuh LJtara"
Untuk rnelengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud. Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih. lMassalatn,
kan Bidang Akademik
".r Ama
M.Ag >1
8032002 t
Ternl.usan : 1. Dekan Fakultas Syariair dan Hukurn UIN Jakarta 2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilarn Agama
*l PEMERI NTAH }
KAI{TOR KESATUAil BA]IGSA DAl{ POLITIK n. Sri Rejeki No.
- 95713 Koh Payakumbuh 26225
5 Kel. Bulakan Balai Kandi Telp/Fax. (0752)
REKOITIENDASI Nomor. B.2AA| A57 lKesbang-P oYil- 20 1 E TENTANG IZIN UELAKSANAKAN PENELITIAN Kami Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik berdasarkan Surat Pengantar
Nomor
:
: UIN Syarif Hidayatul Jakarta : Un 01 .1t41KM.00.02122112015
:
Tanggal 23 Februari2015. Perihal : lzin Penelitian Dengan ini menyatakan tidak keberatan atas maksud melaksanakan penelitian Kota Payakumbuh yang dilakukan
oleh:
Nama TempaUTgl.
Lahir
Pekerjaan a m at Kartu ldentitas No HP/Telp
: DANIEL ALFARUQI : Payakumbuh,2l Januari 1992
:Mahasiswa : KelurahanTalawi Kecamatan Payakumbuh Utara :1111044100065 : 083180672823 Maksud/Tujuan : Untuk kelengkapan data dalam menyusun skipsi dengan Judul "Akurasi Arah Kiblat Masjid Dan lllushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh utara" Dosen pembimbing : 1. Kemenag Kota Payakumbuh 2. Kantor Camat Payakumbuh Utara 3. KUA Payakumbuh Utara Waktu : 24 Februari sld24 Mei 2015 Anggota Penelitian : Denqan ketentuan sebasai berikut: 1. Kegiatan Penelitian I Survey / Pengambilan Data akan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Dinas / Kantor / lnstansi / otoritas lokasi yang diteliti. 2. Tidak boleh menyimpang daritujuan melaksanakan penelitian. 3. Memberitahukan melaporkan diri pada Pemerintah, Dinas Kantor setempat dan menjelaskan atas kedatangannya serta menunjukkan surat - surat keterangan yang berhubungan dengan itu serta melaporkan diri sebelum meninggalkan daerah / lokasi penelitian. 4. Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghormati adat lstiadat serta kebijaksanaan masyarakat setempat. 5. Mengirimkan laporan hasil karya ilmiahnya sebanyak 1 (satu) exemplar pada Walikota Payakumbuh cq Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Payakumbuh. 6. Apabila terjadi suatu penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan - ketentuan yang tersebut di atas maka surat keterangan / Rekomendasi ini akan dicabut kembali. Demikianlah rekomendasi penelitian ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan oleh yang berkepentingan sebagaimana mestinya.
Al
/
/
An. KEP
Februari 2A15 BANGSA DAN POLITIK MBUH Bangsa
WA 198503 2002 Tembusan disampaikan kepada Yth : Bapak Gubernur Sumatera Barat Cq. Kaban Kesbang Pol Linmas di Padang Bapak Walikota Payakumbuh di Payakumbuh (sebagai laporan)
1. 2.
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVF'RSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM Jln. lr. H. Juanda No.
relp. (62-21) 747 11537,7401925 Fax. 162-21) 7491821 Website : www.uinjkt.ac.id E-mail :
[email protected]:om
95 Ciputat Jakafta 15412, lndonesia
Nomor Lampiran Hal
U n.01, /
Fa
/ I<M.01.3 / 9,
2- / :2015
Jal,iarta,
2'1, J
anuri
2015
Permohonan Data/ Wawancara Kepada Yttr, Kepala Kantor Kecamatan Payakumbuh Utara
di Tempat As s alamu' alaikum
Wr.W
.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Jakarta menerangkan bahwa: Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111044100065
UIN Syarif
Hidayatullah
Tempat/Tanggal Lahir
Payakumb uh, 2L J anuar i 1992
Semester
MII (delapan)
]urusan/Konsentrasi Alamat
/ Peradilan Agama Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi Jl. Kecamatan Payakumbuh Utara
Telp
083180672823
SAS
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul: "Akurasi Arah Kiblat Masj id ilan Mushalla ili Wilay ah Kecamatan Payakumbuh Utara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan urrtuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud. . Atas kerjasama dan btrntuannya, kami ucapkan l;erima kasih. Wassalam,
Akademik
M.Ag $ 97707071998032002
Tembusan : 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum LIIN Jakarta 2. Ka/Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAK,A.RTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM Jln. lr. H. Juanda No.
Telp. (62-21 ) 747 11537 ,7401925 Fax. (62-2'l) 7491821 Website : www.uinjkt.ac.id E-mail :
[email protected]:om
95 Ciputat Jakafia 15412, lndonesia
Nomor Lampiran Hal
/2t-O/2015
:
IJn.0'1./F4IKM.00.02
:
Permohonan Data/Wawitncara
J;rkarta, 26Januari2015
Kepada Yth, Kepala KUA Kec. Payakurnbuh Utara
di Tempat A
s s
al amu' al
aikum Wr.W
.
Dekan Fakultas Slrariah dan Hukum UINI Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan barhwa : Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir
Pay akumb uh, 2L J anuar
Semester
VIII (delapan)
Jurusan/Konsentrasi Alamat
Agama Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi Kecamatan Payakumbuh Utara SAS
:
Telp
i 1992
/ Peradilan
083180572823
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul: "Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Vfilayah Kecamatan Payakumbuh IJtara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon
kiranya
Bapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud. Atas kerjasama dan b,anfuannya, kami ucapkan terima kasih.
.
Wassalam,
ang Akademik
a,
M.Ag
)A
Tembusan : L. DekanFakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta 2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jln. lr. H. Juanda No.
Telp. (62-2 1 ) 7 47 I 1 537, 7 40 1 925 F ax. (62-21 ) 7 491 821 Website : www.uinjkt.ac.id E-mail ;
[email protected]
95 Ciputat Jakarta'.|5412,lndonesia
Nomor Lampiran Hal
:
/2015
Un.01./F4/KN1.01,.3/22q
Jakarta,ZlJanuari2}ll
: Permohonan Data/Wawancara Kepada Yth, Ketua DKM Masjid
di Tempat A
ss
alamu' al aikum
Wr,W
.
Dekan Fakultas S1'ariah dan Hukum UINI Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa : Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir
Payakumb uh, 21 J anuar i 1992
Semester
VIII (delapan)
Jurusan/Konsentrasi Alamat
Agama Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi Kecamatan Payakumbuh Utara SAS
:
Telp
/ Peradilan
083180672823
Adalah benar mahasiiswa Fakultas Syariah da.n Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul: " Akurasi
Arah Kiblat Masj iil ilan Mushalla di l\rilay ah Kecamatan PayakumbuhUtara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skriprsi, dimohon
kiranya Bapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna pe.nulisan skripsi dimaksud. Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
.
Wassalam,
Akademik
Tembusan : L. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta 2. Ka / Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAK ARTA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jln. lr. H. Juanda No.
reE. (62-21 ) 7 47
11 537, 7 4O1 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 82 1
[email protected] Website : www.uinikt.ac.id www.uinjkt.ac.id E-mail ri syar_hukuin@yahoc
95 Ciputat Jakana 15412, lndonesia
Nomor Lampitan Hal
: Un.01/F4 /W.01..3/&25/2015
Jal<arta, 21.Januati2015
: Permohonan Data/Wawancara Kepada Yttr, Ketua DKM Mushalla
di Tempat As s al amu' al aikum
Wr.W
.
Dekan Fakultas St'ariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa : Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir
Payakumb uh,
Semester
VIII (delapan)
]urusan/Konsentrasi Alamat
SAS
2'L
J
amtari 1992
/ Peradilan Agama
Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi Kecamatan Payakumbuh Utara
:
Telp
083180672823
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul: "Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla iliWilayah Kecamatan PayakumbuhUtars"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud. . Atas kerja sama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih. Wassalam,
Bidang Akademik
A,
M.Ag
>l
998032002\
Tembusan : 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta 2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
HASIL WAWANCARA
Narasumber
Resfi Yendri, S.Ag.
NIP
t970t1182000031001
Jabatan
Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
Hari/Tanggal
Selasa, 24 Februari 2015
Tempat
Kantor KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
1.
Apakatr Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Payakumbuh Utara mempunyai program tentang penyuluhan arah kiblat masjid dan mushalla yang tepat dan akurat?
Jawaban: Program penyuluhan arah kiblat
ini adalah program dari Badan
Hisab Rulqtat (BHR) kota yang hanya ditakukan oleh Kemenag. Badan Hisab RulEat hanya ada di Kemenag, hal ini diknrenakan petugasnya yang belum menculatpi. 2.
Bagaimana peran
KUA
kecamatan Payakumbuh Utara dalam program
tersebut?
iawaban: Peran KUA kecamatan Payakumbuh (Jtara hanya mendata melalui surat-surat yang masuk kepada KUA mengenai masjid atau mushalla yang pengurusnya merasa ada keraguan terhadap arah kiblat mereks. Hasil data
ini
disampaikan ke Badan Hisab Rukyat kota. Jadi peran KUA sebagoi
perantara dari masyarakat yang ingin diukur arah kiblatnya kepada Kemenag melalui Badan Hisab Rulqtat kota.
3. Apakah
masyarakat
di
kecamatan payakumbuh tJtara ketika awal
pernbangunan masjid atau mushalla mendatangi KUA?
Jawaban: sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa Badan Hisab Rurryat (BHR) hanya ada di kota, bagi mereka yang tidak mengetahui hal ini memang
pada dasarnya mereka mendatangi KuA, talu KUA menyalurlan ke Badan Hisab Rulryat koto. Tapi bagi mereka yang mengetahui bahwa Badan Hisab Rulgtat ini hanya ada di kota maka mereka langsung mendatangi BHR yang ada di Kemenag kota Payakumbuh.
4.
Bagaimana proses bagi masyarakat yang ingin diukur arah kiblat masjid atau mushalla yang ada di wilayahnya?
Jawaban: Masyarakat yang ingin
di ulrur arah kiblatnya terlebih dahulu
memasukkan surat permohonan kepada
KUA atau langsung ke Kemenag
Payahtmbuh untuk diukur arah kiblat mereko, kemudian selang waktu satu atau dua hari baru
tim
hisab rulyat ini turun untuk melakukan pengulruran
arqh kiblat.
5.
Jika masyarakat tidak mendatangi KUA, bagaimana masyarakat kecamatan Payakumbuh Utara menentukan arah kiblat di wilayahnya? Jawaban: Setiap tahun kita melakukan himbauan kepada masyaraftat melalui
surat yang datang dari Badan Hisab Rulqtat (BHR) kota, kemudian KUA menindak laniuti surat ini dan diteteruskan ke masjid dan mushalla, terutoma ke masjid, bahwa setiap tanggal 27 atau 2g Mei pada pulatl 16.lg wIB atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB kita biso melihat sendiri
bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Jadi dihimbau pada pengurus masiid atau mushalla kalau ragu akan arah kiblat merefta, agar
pada tanggal dan jam tersebut menegakkan tongkat di halaman masjid, mokn arah bayangan tongknt itu merupalmn arah kiblat masjid atau mushallanya. 6.
Pernahkah
KUA melakukan penyuluhan arah kiblat terhadap masjid
dan
mushalla yang sudah ada di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara?
Jawaban: Penyuluhan
arah kiblat yang dilakukan KUA yaitu
seperti
memberikan himbauan seperti halnya diatas, Namun kalau penyuluhan dengan cara tatap muka secoro langsung memang tidak ada. 7.
Metode atau alat apa yang sering digunakan dalam menentukan arah kiblat? Jawaban: Alat-alat yang ada
di Kemenag yaitu seperti teropong, kompas dan
tongkat istiwa'. Namun Theodilit memang belum ada
di
Kemenag kota
Payahtmbuh karena biayanya yang mahal. 8.
Jika ditemukan rnasjid atau mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya, tindakan apa yang dilakukan oleh KUA? Jawaban: KUA melafukan pendekatan pada pengurus masjid atau mushalla,
menyampoikan bahwa kemungkinan arah kiblat masjid atau mushalla ini
htrang pas, lalu kita usulkan untuk memeriksa ulang arah kiblatnya. Jikn pengurus bersedia maka pengurus diminta membuat surat perrnohonan pengukuran kiblat ke KUA dan KU,4 akan turun melalui BHR kota.
9.
Apa saran bapak jika terdapat masjid atau mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya? Jawaban: Tentu kita menyarankan baik pada pengurus masjid tersebut atau kepada masyarakat, kiranya kita berlapang hati untuk mengubah arah kiblat,
liarena makin hari bumi ini akon mengalami suatu perobahan yang akan terjadi. Seperti halnya pergeseran lempengan bumi serta perputarannya yang
kurang pas karena ugianya yang sudah tua. Kita berikan p.engertian pada masyarakat agar merekn paham dan tidak hanya ikut-ikutan dalam hal kiblat ini. 10.
Ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatura No. 05 Tahun 2010 bahwa arah kiblat bagi umat Islam disebutkan menghadap Barat
di Indonesia
yang sebelumnya
kini direvisi menjadi ke arah Barat Laut,
tindakan apayangdilakukan KUA Payakumbuh Utara menyikapi hal ini? Jawaban: Memang setelahfatwa
MUI No. a5 Tahun 2010 dikeluarkan, BHR
propinsi melalui Kanwil sibuk-sibulorya
mengadai,kan
orientasi hisab rulEat.
Jadi atas dasar itulah BHR kota dibentuk dan menurunkan surat
ke
masyaralrat atau pengurus masjidnya melalu pengurus di KUA.
ll.Jika
ada ketidak tepatan arah kiblat masjid atau mushalla
di kecamatan
Payakumbuh Utara, apakah penyebab dari ketidak tepatan arah kiblat tersebut?
Jawaban: Penyebab ketidak tepatan arah kiblat diantaranya karena ilmu hisab rulgtat ini sampoi kepada masyarakat baru-baru ini, sementarq rata-
rata masjid yang ada di Payahtmbuh Utara ini merupakan bangunan loma, 'Serta
penetapan arah kiblat yang hanya dilakukan secqra kira-kira. Seperti
hanya melihat pada arah matahari terbenam saja. 12.Bagwmana tindakan masyarakat jika terjadi perubahan atau pergeseran shaf di masjid atau mushalla di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara? Jawaban: Kalau yang meltggeser arah kiblat
ini adalah buya atau sesepuh
yang ada di wilayah tersebut maka mereka menerima saja, namun kalau kita
ltang langsung memberitahu kepada mereka, makn disini bisa timbul pro
MAGAMA KA}'ITORIJRUSNAGAMATECAMATANPAYAKMBIIHITTARA lalan RA Kartini No.7 Kelurahan Padang Kaduduk Kota Payakumbuh Pos 26218 Telp : 90886
SURAT KETERANGAN Kk.03. 14.3/P\M.01/oe1 DA|S yang bertanda tangan dibawah ini kepala kantor urusan agama kecamatan payakumbuh utara kota payakumbuh menerangkan bahwa
Nama
:
:D&*ie+Alfartqi
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/
NomorPokok
2l Ianr;ert'. 1992
:1111044100065
adalah benar telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Payakumbuh
Utara Kota Payakumbuh, berdasarkan surat dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kota Payakumbuh nomor
:
B.200/057/I(esbang-Pol/Il-2015 tanggal
24 Februari
2015,
Rekomerdasi Tefttaftg lzfut Melaksanat*an Fenelitian detgan nfuan ffituk ketengkapan data dalam menyusun skripsi dengan judul "Akurasi Arah
Kiblat Masjid Ilan Mushalla Di
Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara" dari tanggal24 Februari sld24 Mei 2015.
Demikianlah surat keterangan
ini kami buat untuk
dapat dipergunakan sebagaiuiana
mestinya.
{,ffi
uhlL Februari 2015
rirS.Ag 970111 8200003 1001
ST]RAT KETERANGAIY
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Baiturrahim kelurahan Padang Kaduduk: :
Pendidikan
N. Dt. BosaNan Pandak
Teralfiir : Sl
Pekerjaan
: PNS
Menerangkan bahwa narna di bawah ini:
Nama
Daniel Alfaruqi
NomorPokok
I I I 1044100065
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VIII
Fakultas
Syariah dan Hukum
{.IIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan skipsi yang berjudul "AI(URASf rlP-{H KIBLAT MAS.ID DAni MUSHALLA DI WILAYAII KECAMATAI\I PAYAKUMBUH UTARA'. Demikian surat keterangan
ini kami buat agar dapat dipeqgunakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh,28
ffi
SURAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid AlMirtawahidah kelurahan Talawi
:
:Nurkausar, S.Pd.
Nama Pendidikan
Terakhir : S1
Pekerjaan
: PNS
Menerangkan bahwa nama di bawah ini: Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VIII
Fakultas
Syariah dan Hukum
I I 1044100065
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
!
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul "AI(URASI ARAII KIBLAT MASJID DAN MUSIIALLA DI WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA''. Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 6 Maret 2015
ffiR
i.
S.URAT
KEIERANGAN
Karti yang bertandatangan di bawatr ini pengurus masjid Al-Muttaqin keluratran Cubadak Air:
Nama
:
Aljufri
Pendidikan Tera**dr : SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Meneraogkan bahwanama di bawah ini: Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
111109100065
Jurusan/Semester
Peradilan AgarnaA/III
Fakultas
Syariah danHuhrm
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan gurn menyelesaikan slripsi yang berjudul *AKTURASI ARAII KIBLAT MAS.ID DAnf MUSHALLA I}I WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBTIE UTARA'. Demikian surat keterangan
ini kami buat agar dapat diperguakan
sebagaimanamestinya.
Payakumbuh" 25 Februari 2015
Al'Muttaqitr
#-\ ,{"f; tt{-
\s$e
fI
ST'RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Syuhada' keluralran Balai Jaring:
Nama Pendidikan
:
Doni PuEa
Teral&ir : SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Menerangkan bahwa nama di bawah ini:
Nama
Daniel Alfaruqi
NomorPokok
I I I 1044100065
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VI[
Fakultas
SyariahdanHukum
UIN Syarif Hidayatultah Jakafia
guu menyelesaikan skripsi yaog berjudul 'AKURASI ARAH KIBLAT MAStrID DAI\[ Telah selesai melaksanakan pe,lrelitian lapangan
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT}MBTIH UTARA'. Demikiao surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.
26 Februari 2015 Syuhada'
ST'RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengrrus masjid Al-Muqarrabin kelurahan Bunian:
Nama
: H. Firdaus
Pendidikan Terak&ir : SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Menerangkan bahwa narna di bawah ini:
Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111044100065
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/Vll
Fakultas
Syariah danHukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul .'AKURASI ARAII KIBLAT MA$IID DAnt MUSHALLA DI WILAYAII KECAIUATAN PAYAKT}MBUII UTARA'. Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat sebagaimana mestinya.
ST]RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Darut Hikmah keluratran Cubadak Air:
Nama Pendidikan
: Dt. BosaNan Panjang
Terakhir : D3
Pekerjaan
:
THL/TBPP
Menerangkan bahwa rulma di bawah ini:
Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
11
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VIII
Fakultas
Syariatr dan Hukum
I 1044100065
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul 6.AI(IRASI ARAII KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAIT PAYAKUMBUII UTARA'. Demikian surat keterangan
ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 20 Februari 201 5 Ketua Mushalla Darul Hikmah
w*"#
ST'RAT KETERANGAI\I
Kami yang b€rtandatangan di bawah ini pengurus mushalla Pandarn keltralran Balai Gadang:
Nama Pendidikan
:
H. Syafri D
Terakhir : SLTA
Pekerjaan
: Pensiun PNS
Menerangkan bahwa fflma di bawah ini:
Nama
Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok
1111M4100065
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VIII
Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna meoyelesaikan
skripsi yang berjudul 'rAKURASI ARAH KIBLAT MAS.ID DAI{ MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUII UTARA'. Demikian surat keterangan
ini kami buat agar dapat dipergmakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 16 Februari 2015
Mushalla Pandam
r6F:v'A;
SI]RAT KETERANGAI\I
.
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Pandam
kelurahan Balai Gadang:
Nama Pendidikan
:
H. Syafri D
Terakhir : SLTA
Pekerjaan
: Pensiun PNS
Menerangkan batrwa nama di bawah ini:
Nama
Daniel Alfanrqi
Nomor Pokok
I I l 1044100065
Jurusan/Semester
Peradilan Agama/VI[
Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul '6AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSIIALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT'MBIIII UTARA'. Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 16 Februari 2015
Mushalla Pandarr
Gr] ' i' t,
Daftar Deklinasi Pokok
Tanggal
Deklinasi Matahari
Tanggal
22 Desember
-23e30',
22Desember
|anuari
- za"
22 Nopember
8 Pebruari
- 150
3 Nopember
23 Pebruari
- 100
20 Oktober
-5"
6 Oktober
21.
Maret
8
0"
23 September
5o
10 September
April
100
28 September
mei
15"
12 Agustus
20"
24Iuli
23030',
21Juni
2l Maret a 15
l
April
'23Mei 21luni
{sepaetl -
B.-n-
l
ffi;;w lU,*,Af
/
FiS.5s. Gambar 17. Gerak semu matahari selama satu tahun
-
ARAH KIBLAT
@l#'i'ta FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor:05 Tahun 2010 Tentang ARAH KIBLAT
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah
MENIMBANG:
A.
bahwa dalam rangka memberikan pedoman kepada masyarakat tentang arah kiblat, Majelis Ulama Indonesia menetapkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kiblat, yang pada bagian Ketentuan Hukum Nomor 3 disebutkan: "Letak geografis Indonesia yang berada di bagian timur Kabah/Mekkah maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat"; bahwa terhadap diktum fatwa tersebut muncul pertanyaan
di
masyarakat, yang bisa menimbulkan kesimpangsiuran
penafsiran serta pertanyaan mengenai keabsahan shalat yang c.
MENGINGAT:
1.
arah kiblatnya menghadap ke barat laut; bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa tentang arah kiblat untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat.
Firman Allah SWT:
c
1 f;ji
{ i
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
"sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamuke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi At kitab (Taurat dan lnjil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Baqarah [2] : 144)
Firman Allah SWT: -, ,*5
at'j.St
"**i
ji,;; C- ot 3;k& J*ii,c'r"1iufi ,L, u&i
"Dan dari mana sajakamukeluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu bena*rbenar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu keriakan". (QS. Al-Baqarah [21 3.
: Iag)
Firman Allah SWT:
i* t *;lAi 9-ii'fuo<+:i?,-*"*bi "Dan rJari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saia kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah [2]: 150).
BIDANG IBADAH
4.
Firman Allah SWT
[-s u
:
:-] "fi *i'e:;; t jii "+Ai brxr $; Lb
'Dan lcepunyaan Alhh-hh timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.l (QS. AlBaqarah [2]
:
115)
Firman Allah SWT:
a*
J*
c:
4 :fl'; i
'9W'o; ;ti
a1o39e
4i=.1tia;iei;{1i r;r;eiyuiitUG
'*di *s u"r;i "Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan lihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu
kesempitan. (ikutilah) agama orang tuamu lbrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi salcsi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong". (QS. Al-Hajj [22]
:78)
Hadis Nabi SAW:
-Lj cl" ,l' *i- -'et J*; tl lv ,* 4t i;; J$ ,$; f , €'.,C'; t5; , it e" G-k- St , qk *ti aci'c.iiir (d--, €,L-Jl ol-1., ) {< '..J!;jtt ,y > Sut ;9r k ,g, iS t
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 'I975
Dari Atho, ia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas berkata: setelah Rasulullah SAW masuk ke Ka'bah beliau berdoa pada setiap sudutnya dan beliau tidak shalat (di dalamnya) sampai beliau keluar Ka'bah. Setelah beliau keluar Ka'bah, beliau lalu shalat dua rakalat di hadapan Ka'bah. Rasulullah SAW latu bersabda : "inilah kiblaf'. (HR Imam Bukhari dan
Imam Muslim) 7.
Hadis Nabi SAW: u
4itt 1r"*r >> -
-3t
d-t
+p
ir
- Ut lui;} ;'t5 (qj*)l ot5r7
*
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Menghadaplah
kiblat, kemudi an
b
er t akb
irlah
(t akb
iratul
ihram)" (HR. Imam Bukhari) 8.
Hadis Nabi SAW:
u$ q iv',1 it ,f )Q: / *tt * i *u! r - *:4" ir -b - {t Jy:'ol ,S* ?1 "J;e \t :? #t
t>G ,;.
ukj o*"
& Jit i ((JJr-Jl ,t2r1 *rp| .lryt ;trrlrrit;,v ffut J.r#;) ,'"o13jr',#"Lf 'rf
ii
,"^Ut
Dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari lbrut Umar berkata: ketika orang-orang sedang shalat shubuh di Masjid Quba, tiba-tiba datang seseorang berkata bahwa Rasulullah SAW tadi malam menerima wahyu dan diperintahkan untuk menghadap Ka'bah. Mereka lalu mengubah arah (shalat), yang ketika itu menghadap ke arah Syam (baitul maqdis), ke arah kiblat (masjidil haram). (HR. Imam Bukhari) 9.
Hadis Nabi SAW:
tf .-
dt - ;;-; ,si *|slit .)-":. Gi J b- t A ,)P - *:+ro .ilr .b - #, J;)i'"i*t ,-r; >Lr' ji ),*rt rrtj -1. - $t JJ.1,'iivt * p;* i , .
ar
u'5i'f Uy'V q'rt ifrt'qe, > - d-: +J, ir
r-
BIDANG IBADAH
Dari Sa'id ibn Sa'id al-Maqburi dari Abu Hurairah RA bahwa ada seoro.ng laki-laki masuk ke masjid kemudian ia
shalat
dan
saat
itu ada Rasulullah sedang duduk di
salah
satu sudut masjid. Setelah shalat orang itu mendatangi Rasul
dan memberi salam kepada beliau. Rasul lalu menjawab : "Wa blaika al-salam, kembalilah/ulangilah shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat".
Laki-laki itu kemudian
mengulangi shalatnya dan kembali mendatangi Rasul serta memberi salam kepada beliau. Rasul menjawab salam dan
:
"ulangi kembali shalatmu karena kamu belum shalat". Kemudian laki-laki itu berkata di pengulangan shaiat yang kedua atau sesudahnya : 'Ajarilah aku wahai Rasulullah" berkata
Rasulullah menjawab : "Apabila engkau akan menunuikan shalat maka sempurnakanlah wudlu, menghadaplah kiblat
lalu bertakbirlah (takbiratul ihram), kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari ayat-ayat al-Qur'an, lalu ruku'lah dengan thumahinah, lalu berdiri dengan sempurna,lalu sujud dengan thumahinah, lalu duduk dengan thuma'ninah, lalu sujud dengan thuma'ninah, kemudian bangun dan duduk dengan tlruma'ninah. Makalakukanlah seperti itu pada setiap shalat kamu" (HR. Imam Bukhari) 10.
Hadis Nabi SAW:
;ret-:JE -l*:qr"nr J.-d' ...,i .r".lt qpt;tfoi'jp (,jj,.Jl ol;r) .41i ,rriltl A,::Jt Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda :'Arah antara Timur dan Barat adalah Kiblat", (HR. Imam alTurmudzi)
r--
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
I
l. Hadis Nabi
SAW:
: Jtt - &; qf" &l J* -,Jr .ri rg,,F ;l oo ,tbo o" (fl/l J"sY aL; -r:Jr I r.r--Jl Jr! 4jj .;t ^ij 1r;r J .€l a Vsbs k rb g ;,)t $! Dari Atho dari lbnu
Abbas bahwa Nabi SAW bersabda: "Ka'bah adalah kiblat bagi orang yang shalat di masjidil haram, dan masjidil haram adalah kiblat bagi penduduk yang tinggal di tanah haram (mekkah), dan tanah haram (mekkah) ada kiblat bagi penduduk bumi di timurnya dan di baratnya dari umatku".
MEMPERHATIKAN:
l.
Pendapat Imam Ala al-Din al-Kasani al-Hanafi dalam Kitab
Badai' Shanai'fi Tartib al-Syarai'
dlr .a=
Jp
P
iov
otS
ri Jr;:-"}
:
;*(rru
r,t^f J! r.!
.,I;) of*Ir
.ri
.,tf.,! .ijJr Jl *lt * .-l rrru .rr-f WGr- CtS,rt6- .i,ir V ,y sK i6* g;i+,i t-€r.e
a.KJt i-r-oL:,
Jr-
.3
ijE;*ci;r1:ir-; rl .;+l
k---
'e Jt*y,
Jl o-ll 4y *s C: t,!rli"ea;; \r--ajit.-r1}l ,.fJ kd* Jl oll 4e,r1- a-ir r,' i;u of,9 .JJJi
.--*.,
;t1i3...,-Jl
(l-$'e
.rl,
\*r -r;s.k.:r J!)
.rd\ ,\s)
tJ.
u4t-:",
uV
J-*
cr<
,taJc ajuJl c,lrt")l.,
g2 t61\)\1.J*F,
'Sesungguhnya bagi orang yang shalat tidak boleh kosong/
lepas, apakah
ia mampu atau tidak, untuk
menghadap
kiblat. Apabiia ia mampu maka wajib baginya menghadap kiblat, jika ia dapat menyaksikannya (Ka'bah) maka ia harus menghadap kepada
.
BIDANG IBADAH
(tidak dapat melihat Ka'bah) maka waiib menghadap Ka'bah (jihatul Ka'bah) ...!'
ke arah
Pendapat Imam al-Qurtubi dalam Kitab Jami' al-Ahkam
Al-Qur'an:
JLi a- .-(j-i Y
1'o+l
ri;lt
tl..a-J<J c!.i+".a :r-r"i
a),U.I
-fs
.1t,;' -1 -,,/uJrl ,f
(r
} J, lJiL*l J
otY.r),JJ,Jr;,1r Ju .Jj!t,
g".-dt )^t .i4*\ JU ;,. pa- t .;=l*tr c 4rtgjJr;ilr cl
,j*: Jrlt
.41
'beQii';l
Jr-; -JrJ ,rTrilt.l q .,r,'tlt cl : ..)gr ef si o; ,y ,.et\t ,t ,?.d.? [eri "rqi ,.*ii .t
it'"rl
ut
LU
,!
,.;F
'e;ijij';1
grJ' .lrrLjr -, *rr, l-f":-l eL.LJl
rll : .c-)t
.JUt
;s
"Mereka berbeda pendapat apakah waiib bagi si ghaib (orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka'bah) untuk menghadap tepat ke bangunan Ka'bah (hinul Ka'bah) atau ke arah Ka'bah (jihatul Ka'bah) ? sebagian berpendaiat pertama (yaitu, menghadap binul Ka'bah). Berkata lbnu Arabi (W. 543 H) : pendapat ini adalah lemah karena membebani orang yang tidak dapat shalat dengan menghadap tepat ainul Ka'bah. Sebagian lain berpendapat cukup menghadap arah Ka'bah (jihatul Ka'bah). Pendapat terakhir inilah yangbenar, dengan tiga alasan : (1) Bahwa hal inilah yang memungkinkan bagi ketentuan sebuah taklif (pembebanan hukum). (2) bahwa hal initah yang diperintahkan oleh Al-Qur'an dalam ayat
J9 (Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram) yakni belahan bumi di timur dan
,r/t
.r-JrrL-:, A4-)
barat , p: fur: t)i (Palingkanlah mukamu ke arahnya). (3) bahwa para ulama berhujjah dengan (kebolehan) shalat dengan shaf yang panjang, yang sangat lemah (kecil kemungkinan) dapat menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
(hinul Ka'bah);'
a-
HIMPUNAN FATWA MA]ELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
3.
Pendapat Imam al-Syirazi dalam kirab al-Muhadzdzab:
Jtt
,-^---rlr.1 ,
. t.,
i * ,j
p: :)): ;.r d Ot, "( I kir- Jl ljr* d.r) r,qJ,;11 4L J.ra:-r -;K, ;f VV
,)p -,f,)-rlt
iFt;-rl:tS:Jr
Jt( d!r-
c,
; "irr .1u r.r.r, .1\)ts Jl4r.r rJrr
.t-.rlr 3 I ut< r+:* oi ot ,:Ki
,@'o:'4-
.,"ri *) .r c) ;4.jl z".Vlw;t" :1!l .f JE :b\gt4+g 131 .i-+ll )^ e$t oi gJ.t ,J;: v glb1.q$t *Jt a?t-r! {,jJ al+Jt U re "r! ;} tr J4Jl .D'4 c--*, I aJr f d]lt i,tt , d! ,,rdl .y el "Jika sama sekali ia tidak memiliki petunjuk apa pun, maka dilihat maslahatnya. Iika ia termasuk orang yang mengetahui tanda-tanda atau Petunjuk kiblat, maka meskipun ia tida dapat melihat Ka'bah, ia tetap harus berijtihad untuk mengetahui kiblat. Karena ia memiliki cara untuk mengetahuinya melalui keberadaan matahari, bulan, gunung, dan angin, karena Allah SWT berfirman:
,€:ro:r+e
#L;r'y:*t;,
"Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat Petunjuk". (QS An-Nahl: 16) Dengan begitu, ia berhak berijtihad (dalam menentukan letak Ka'bah) seperti orang yang faham tentang .fenomena alam. Ivlengenai kewajibannya, ada dua pendapat. Dalam kitab ul-Urnm, ImAm al-Syaf i berkata: "Yang wajib dalam berkiblat adclah menghadap secara tepat ke bangunan Ka'bah.
Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kibalt, ia wajib menghadap ke bangunan Ka'bah, seperti halnya orang Mekkahj' Sedangkan teks yang jelas yang dikutip oleh Imam
al-Muzanni (murid Imam al-Syaf i) dari Imam al-Syaf i mengatakan bahwa yang wajib adalah menghadap ke arah Ka'bah (jihat al-Ka'bah). Karena, seandainya yang wajib itu adalah menghadap kepada bangunan Ka'bah secara fisik,
r)'
BIDANG IBADAH
maka shalat jamaah yang shafnya memanjang adalah tidak sah, sebab di antara mereka terdapat ora.ng yang menghadap ke arah di luar dari bangunan Ka'bah."
4.
Pendapat Ibnu Qudamah al-Hanbali
:
- *: rb it ,rt- - qpjJl Ji (r.:JJ L,0+ l- e* ,l olrlbl .6*.,. ir* t-rJ- :)$1 cg;L)l oly ..i-'ajr J"6i i).e c=.e U .JFJI \Wt .rb)l 0t' , c!9 ..I.i c6.t*11 aS d)U:-i JJrt-:, i^3 ;)l- \1 ti*. b & .YtAl e : J, dli .b_/+ Yl.i"aJl J* e q4t Jt o*ja bi jr* ) r;p ."alj *.,i1t1 .ry'If .x U" :
.)ti *lr;-t6" t i *Dan
...i-zJl
,rU- C 6-.1 Lii.: l,:li .g;itll6*1 {,Jl
bagi kita adalah sabda Nabi sAW
,f:rt:*',irt #rt,
dan barat adalah kibla{'(HR. Imam at-Tarmidzi), menurut ini adalah hasan shahih. Yang jelas bahwa arah antara keduanya adalah kiblat karena jika yang
sebuah pendapat hadist
diwajibkan adalah menghadap tepat ke bangunan Ka'bah ('ainul Ka'bah) maka tidaklah sah shalat orang dengan shaf yang panjang..."
1.
Makalah Drs. KH. A. Ghazalie Masroeri tentang 'Arah Qiblat dari Indonesia" dan "Posisi Arah Barat Indonesia" dalam Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal I
|uli
2.
2010;
Pandangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa
Februari 2010 dan 1
]uli
MUI
pada hari Senin tanggal
1
2010.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN: FATWA TENTANG ARAH KIBLAT Pertama: Ketentuan Hukum
1.
Kiblat bagi orang yang shalat dan dapat melihat Ka'bah adalah menghadap ke bangunan Kabah ('ainul Ka'bah).
2.
Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Kabah adalah arah Ka'bah (jihat al-Ka' b ah)
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJI\K 1975
3.
Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing'
Kedua: Rekomendasi ulang shafnYa Bangunan masjid/mushola yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata * tanpa membongkar bangunannYa
-
DitetaPkan di : lakarta Tanggal: 18 Raiab 1431 H 1 luli'2010 M
MAJELIS ULAMA INDONESIA KOMISI FATWA
Sekretaris
Ketua
ttd DR. KH. Anwar lbrahim
D.rs.,
H. I{asanuddin, M.Ag
i
!
i
j
i
I