MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
AKTUALISASI PEMASARAN SYARI’AH Oleh : Aang Kunaifi1 Abstrak : Perkembangan ekonomi global telah membuktikan betapa strenghtnya konsep ekonomi Islam, khususnya dalam sektor keuangan. Krisis keuangan yang melanda negara-negara maju menunjukkan betapa sistem keuangan konvensional memiliki banyak titik kerapuhan sehingga rentan terhadap instabilitas pasar keuangan, sedangkan di saat bersamaan industri keuangan (perbankan) Islam tetap menunjukan kinerja yang stabil. Meskipun fakta krisis yang terjadi adalah di sektor keuangan, hal tersebut tetap bisa dibreakdown ke dalam kegiatan ekonomi sektor riil serta dalam berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Jika diamati secara telogis ketahanan ekonomi Islam sudah tidak perlu diragukan karena sistem ekonomi Islam berasal dari wahyu yang mahasempurna. Namun yang perlu dieksplorasi adalah aksiologi ekonomi Islam untuk bisa dikaji secara deduktif sehingga bisa dijadikan sebuah aksi startegis bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa potensi pasar ekonomi cukup tinggi, bahkan dalam perkembangan terkini kesadaran masyarakat dunia untuk bertransaksi secara Islami terus meningkat. Berbagai kajian dan penelitian di bidang ekonomi semakin memiliki daya tarik sekaligus dibutuhkan untuk menetapkan sebuah strategi yang efektif bagi pemasaran perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah hasil survey yang menunjukkan tren konsumsi masyarakat muslim, khususnya middle class muslim menjadi sebuah momentum untuk mengkaji strategi pemasaran produk secara komprehensif. Tulisan ini dimaksudkan memberikan sebuah wawasan berdasarkan hasil eksplorasi pengamatan fakta dan library studies mengenai konsep pemasaran syari’ah yang bisa diaktualisasikan dengan konteks pemasaran secara umum. Tulisan ini membahas beberapa poin antara lain: Masa depan pemasaran syari’ah; Kerangka konseptual pemasaran syari’ah; Aktualisasi pemasaran syari’ah dalam marketing mix (4P‟s) dan extended marketing mix (3P‟s), dan Bagaimana langkah merevitalisasi pemasaran syari’ah dalam realitas pemasaran saat ini. PENDAHULUAN Kegiatan ekonomi dalam masyarakat merupakan kegiatan yang frekuensinya paling sering dilakukan, bahkan paling memiliki daya tarik di antara aktivitas lainnya. Setidaknya sebagai sebuah motif, maka ekonomi merupakan hal yang prioritas. Faktanya, berbagai kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi, dan konsumsi terus berkembang signifikan seiring dengan perkembangan jumlah dan peradaban manusia. Dosen Tetap pada Program Studi Ekonomi Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat Pamekasan. Praktisi bidang pemasaran di AMC Bookstore Pamekasan. 1
52
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
Meningkatnya volume kegiatan ekonomi telah memunculkan ragam bisnis yang variatif. Wal hasil, hal itu menimbulkan dampak pada persaingan dunia bisnis yang semakin ketat. Harus kita akui bahwa ketatnya persaingan bisnis harus diantisipasi oleh para pelaku binis agar usahanya tetap berjalan (sustain) serta diharapkan tumbuh (growth). Sehingga dibutuhkan berbagai strategi akurat untuk memenangkan sebuah kompetisi pasar (market competitiveness). Namun, kompetisi pasar yang semakin ketat tidak hanya melahirkan pebisnis atau pemasar yang kreativ dan inovatif, melainkan juga menimbulkan berbagai spekulasi, moral hazard, sikap permissive,dan disorientasi yang bisa menggiring pebisnis dalam budaya materialisme. Pada akhirnya akan muncul stigma negatif bahwa pebisnis harus menghalalkan
segala cara untuk membuat
bisnisnya berjaya. Oleh karena itu, dalam konteks mengendalikan kreativitas bisnis, para pebisnis membutuhkan landasan spiritual yang kokoh. Artinya, seorang pebisnis memang dituntut kreativ namun juga harus terikat dengan nilai-nilai moral dan religi. Kajian pemasaran syari’ah menjadi sangat penting untuk memberikan informasi, pemahaman, dan motivasi pebisnis dalam menjalankan aktivitasnya. Di samping memberikan arah (direction), pemasaran syari’ah juga bisa berfungsi sebagai strategi diferensiasi, mengingat pemasaran syari’ah memiliki prospek yang sangat cerah berdasarkan perkembangan pasar syari’ah. Semuanya diuraikan dalam pembahasan artikel ini. MASA DEPAN PEMASARAN SYARIAH (SHARIAH MARKETING) Pemasaran syari’ah merupakan keilmuan dan strategi yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan transaksi ekonomi yang adil dan transparan. Bahkan memiliki masa depan yang menjanjikan dan prospektif yang cerah, alasan untuk hal tersebut antara lain adalah beberapa fakta berikut: 1. Market Quantity Secara kuantitas, pemasaran syari’ah atau pemasaran berbasis syari’ah memiliki peluang untuk dapat diterima oleh pasar potensial. Setidaknya perkembangan ummat Islam sebagai basis utama pemasaran ini sangat menjanjikan
53
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
dari sisi kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, populasi umat Islam sangat besar dan terdistribusi di beberapa negara seperti data berikut ini (untuk tahun 2010): 2 a. Indonesia : 205 juta jiwa b. Pakistan : 178 juta jiwa c. India : 177 juta jiwa d. Bangladesh : 149 juta jiwa e. Mesir : 80 juta jiwa f. Nigeria : 76 juta jiwa g. Iran : 75 juta jiwa h. Turki : 75 juta jiwa i.
Aljazair : 35 juta jiwa
j.
Maroko : 32 juta jiwa
Di samping data tersebut, perkembangan muslim di Eropa juga terus meningkat. Kesimpulannya adalah pasar bisnis syari’ah sangat menjanjikan, dengan membidik segmen pasar muslim setiap corporate akan mendapat peluang tinggi untuk menarik minat pasar tersebut melalui strategi pemasaran syari’ah. 2. Market Quality Secara kualitas, mayoritas segmen pasar muslim berada di kelompok masyarakat kelas menengah. Survey Inventure tahun 2013 menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat kelas menengah untuk zakat dan sumbangan mencapai 5,4% dari total pengeluaran bulanan.3 Menurut laporan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), potensi zakat di Indonesia mencapai 270 triliun rupiah per tahunnya. 4 Karena itu tidak mengherankan jika lembaga-lembaga amil zakat, infaq, shadaqah, dan wakat mendapat sambutan hangat dari middle class muslim tersebut. Di Indonesia middle class berjumlah sekitar 187.480.000 jiwa 5, jika diasumsikan prosentasi proporsional 85% muslim maka middle class muslim berjumlah sekitar 159.358.000 jiwa. Hasil riset The Pew Forum on Religion & Public Life, 10 Negara dengan Umat Islam Terbanyak, Media Ummat edisi 157/ September 2015, 29. 3 Yuswohady, Marketing to The Middle Class Muslim (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), xii. 4 Ibid, 187. 5 Dikalkulasi berdasarkan data BPS tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia 252.000.000 jiwa, penduduk miskin (penerima raskin 2013) berjumlah 62.000.000 jiwa dan jumlah orang kaya (the have) rata-rata 1%. 2
54
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
Siapa sebenarnya middle class? Menurut investopedia: middle class is individuals who fall between the working class and the upper class within a societal hierarchy. In western culture, persons in the middle class tren to have a higher proportion of college then those in the working class, have more income available for consumption and may own property. Those in the middle class often are employed as professionals, managers and civil servants. 6 Berdasarkan definisi tersebut, bisa dikatakan bahwa middle class adalah kelompok menengah dalam strata sosial yang memiliki daya beli bagus serta memiliki tempat tinggal sendiri. Mereka sebagian besar merupakan pegawai dan pekerja profesional. Mengutip pendapat James E. McWhinney, setidaknya ada 6 ciri-ciri yang dapat menentukan siapa kelompok middle class khususnya di Amerika Serikat. Ciri-ciri tersebut antara lain:7 a. Kepemilikan rumah yang layak b. Kepemilikan kendaraan roda empat c. Jaminan pendidikan anak-anak d. Perlindungan kesehatan e. Jaminan masa pensiun/hari tua f. Kemampuan menjalankan liburan keluarga Adakah ukuran nominal pendapatan middle class yang lebih spesifik? Beberapa tokoh dan pengamat sosial ekonomi memiliki pendapat berbeda, ada yang menyebutkan secara relatif dan ada pula yang menyebutkan secara absolut. Pendapatpendapat yang dimaksud antara lain:8 a. Pendekatan relatif yang dikemukakan oleh Lester Thurow (1987) bahwa income middle class berada dalam rentang antara 75% dan 125% dari median pendapatan perkapita. Easterly dari New York University mendefinisikan middle class adalah masyarakat yang memiliki kemampuan konsumsi diantara orang miskin dengan orang kaya. b. Pendekatan absolut seperti dikemukakan Milanovic dan Yitzhaki bahwa yang dimaksud middle class adalah individu yang memiliki pendapatan antara USD 20-50 perhari. Sedangkan Banarjee dan Duflo mendefinisikan middle class dengan masyarakat yang memiliki penghasilan USD 6-10 www.catatan keluargamuda.com, diakses tanggal 21 September 2015 pukul 09.45 wib Idem 8 www.yuswohady./com, diakses tanggal 21 September 2015 pukul 10.30 wib. 6 7
55
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
perhari. Jika diasumsikan 1 USD sama dengan Rp 10.000 maka pendapatan middle class versi Milanovic dan Yitzhaki adalah antara Rp 200.000 – Rp 500.000 per hari atau sekitar Rp 6 juta hingga Rp 15 juta per bulan. Dengan asumsi yang sama, pendapatan middle class menurut Banarjee dan Duflo berada direntang Rp 60.000 – Rp 100.000 per hari atau Rp 1.800.000 – Rp 3.000.000 per bulan. c. Versi Asia Development Bank (ADB) mendefinisikan bahwa middle class adalah masyarakat yang memiliki kemampuan konsumsi sebesar USD 220 perkapita perhari. Dengan demikian jika diasumsikan 1 USD sama dengan Rp 10.000 maka nilai konsumsi middle class adalah Rp 20.000 – Rp 400.000 atau bisa disimpulkan bahwa rata-rata middle class menghabiskan pendapatannya untuk belanja (konsumtif) sebesar Rp 600.000 – Rp 12.000.000 per bulan. 3. Trend of Products Based on Shariah Maraknya produk (barang dan jasa) berbasis syari’ah merupakan fenomena yang sangat rasional bagi vitalnya bisnis berbasis syari’ah. Sebuah penelitian mencatat beberapa tren yang signifikan menunjukkan betapa bisnis dalam segmen ini memiliki potensi besar. Setidaknya ada 11 fenomena yang dapat dijadikan indikator prospeknya bisnis dan pemasaran syari’ah: 9 a. Perkembangan dan pertumbuhan bisnis hijab, bisnis hijab on-line, majalah hijab, hijabers community, dan makin banyaknya artis yang menjadi icon hijab produk perusahaan tertentu; b. Perkembangan dan pertumbuhan bisnis travel umroh dan haji plus. Faktanya adalah jumlah yang mendaftar sebagai peserta umroh dan haji plus semakin meningkat juga frekuensi yang semakin sering. Pesertanya juga tidak hanya generasi tua, tetapi yang muda juga semakin sadar dan lebih religius; c.
Meningkatnya keperdulian konsumen terhadap label halal produk serta munculnya beberapa komunitas halal;
9
Yuswohady, Marketing to Middle...21,
56
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
d. Menjamurnya terapi kecantikan khusus muslimah, kosmetik halal, salon muslimah, dan munculnya gaya hidup halal; e. Perkembangan dan perluasan sektor keuangan syari’ah seperti; bank syari’ah, pembiayaan syari’ah, asuransi syari’ah, kredit perumahan rakyat syari’ah dan jasa gadai syari’ah; f.
Munculnya investasi syariah dalam pasar modal, pasar uang, dan asuransi unit link;
g. Maraknya budaya pop Islami seperti; lagu religi, novel Islami, sinetron/film religi, dan bertambahnya rubrik atau segmen keislaman di stasiun-stasiun televisi; h. Menjamurnya hotel syari’ah atau berbagai public service bernuansa religius; i.
Kesadaran masyarakat terhadap pola islamic parenting seperti; pendidikan paud berbasis keislaman, pembelajaran baca tulis qur’an melalui gadget, sekolah islam favorit, dan munculnya buku panduan sains Islam;
j.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap zakat, infaq dan shadaqah;
k. Kehadiran masjid atau mushalla di tempat-tempat belanja atau mall di perkotaan. KERANGKA KONSEPTUAL PEMASARAN SYARI’AH Dalam konteks anatomi bisnis dan aktivitas pemasaran dalam sudut pandang hukum Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek, yaitu aspek aktivitas pelakunya (pebisnis atau marketer) dan aspek bendanya atau produknya (goods and services). Tentang aspek aktivitas pelaku atau pemasar maka berlaku kaidah:
ةٛذ باألحكاو انشرػٛا الصم فٗ أالفؼال انتم Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syari‟at.10 Dengan demikian setiap pemasar harus mengetahui dan memahami hukum syari’ah mengenai aktivitas pemasaran yang akan dilakukannya. Aktivitas yang dimaksud seperti proses produksi, ketentuan atau sistem transaksi, kegiatan promosi, dan etika. Sedangkan ditinjau dari aspek produk, maka hal tersebut berkaitan dengan hukum benda, sebagaimana kaidah: 10
Muhammad Ismail dalam Al Fikru Al Islami hal. 32-35dan Atha’ bin Khalil dalam Taysir hal. 13-15.
57
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
ىٚم انتحرٛرد دنٚ اء اإلباحة يا نىٛشٜصم فٗ اٜأ Hukum asal benda (barang) adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkan. 11 Ini menunjukkan bahwa dalam Islam manusia memiliki keleluasaan untuk berkreativitas menciptakan produk yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia, kecuali produk yang jelas-jelas diharamkan syari’ah baik dari segi fisik bendanya maupun proses pembuatannya. Namun seringkali dalam era modern seperti saat ini ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang memungkinkan berbagai rekayasa produk seringkali menjerumuskan pemasar pada aktivitas yang tidak syar’i atau tidak Islami. Persoalan tersebut semakin mengkhawatirkan manakala dalil-dalil naqli tidak memberikan indikasi hukum yang jelas. Untuk memudahkan hal itu sangat dibutuhkan pemahaman yang sederhana namun akurat agar kreativitas pemasar tidak terhambat atau mengalami resistensi yang sebenarnya tidak perlu. Kemudahan bagi kreativitas pemasar untuk berproduksi tersebut dapat dibantu dengan memahami hukum asal benda (mubah) dalam tinjauan hadlarah dan madaniyah. Hadlarah adalah peradaban, yaitu sekumpulan persepsi atau pemahaman tentang kehidupan. Oleh karena itu suatu peradaban yang merupakan hasil berpikir manusia biasanya dipengaruhi oleh ideologi atau keyakinan yang dimiliki manusia tertentu. Sehingga peradaban yang dihasilkan oleh umat Islam akan berbeda dengan peradaban yang dihasilkan oleh masyarakat non muslim. Perbedaan tersebut biasanya meliputi ideologi atau akidah, ukuran perbuatan, penilaian terhadap makna kebahagiaan, dan pandangan terhadap masyarakat.12 Sedangkan madaniyah atau budaya adalah bentukbentu fisik dari benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Madaniyah merupakan alat bantu atau teknologi yang diciptakan manusia untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. 13 Bentuk-bentuk benda yang dimaksud adalah semua benda yang merupakan hasil kemajuan pengetahuan manusia yang bersifat universal. Misalnya alat-alat transportasi, teknologi pertanian, kendaraan dan alat transportasi, teknologi komunikasi, mesin-mesin produksi, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan benda Atha’ bin Khalil, Taysir al wushul ila al-ushul, 15-16. Taqiy al-Din al-Nabahni, Nidham al-Islam, (Bayrut: Dar al-Ummah, 1953), 63.. 13 Lihat lisan al-arab juz 4, hal. 196 dan al-Muhith, hal.481. 11 12
58
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
yang bersifat universal dan boleh (mubah) untuk dimanfaatkan siapapun termasuk pemasar untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pekerjaannya di bidang pemasaran. Secara grafis proses aktivitas pemasar dalam sudut pandang konseptual pemasaran syari’ah dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Konsep Pemasaran Syari’ah Pendekatan Hadlarah & Madaniyah Hadlarah: Zat produk & bahan baku halal, suci, ber-manfaat, berkualitas, dan diproses dengan cara yang halal/benar
PRODUCTS SERVICES
DISTRIBUTIO N PROMOTION
TRANSACTIO N EXCHANGE
Madaniyah: Memanfaatkan mesin produksi, SOP produksi, teknologi design, teknik packaging, software pricing, dan lain sebagainya Hadlarah: Partnership dengan akad yang jelas, bebas unsur manipulatif, dan tanpa kecurangan. Promosi dan pengiklanan yang tidak eksploitatif terhadap aurat wanita, tidak membohongi & membodohi publik, dan bebas dari sumpah Madaniyah: Memanfaatkan seluruh media komunikasi dan media massa yang relevan. Menjalin kerjasama dan networking secara luas. Hadlarah: Akad jual beli yang sah (tidak bathil/fasid). Bebas unsur riba, denda, manipulasi, kolusi, suap, dan kedzaliman. Memberikan hak khiyar dan garansi jika memungkinkan. Madaniyah: Menggunakan sarana transaksi giro, chek, paypal, transfer, dan lain sebagainya. Menggunakan sarana pengiriman/ekspedisi yang cepat dan aman.
AKTUALISASI PEMASARAN SYARI’AH DALAM MARKETING MIX (4P + 3P)
Untuk memperkaya khazanah konseptual pemasaran syari’ah sehingga lebih aplikatif, berikut ini aktualisasinya dalam bauran pemasaran (4P) dalam lingkungan entitas bisnis (corporate):
59
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
1. Product, penawaran produk baik barang maupun jasa harus memiliki karakteristik: a. Halal/suci bahan bakunya, halal proses pembuatannya, dan halal tata cara atau prosedur pengerjaannya; b. Sektor bisnis merupakan kategori kepemilikan individu (private property) bukan kepemilikan umum (public property) dan bukan kepemilikan negara (state property); c. Proses produksi aman terhadap ekosistem dan tidak merusak lingkungan atau alam; d. Terhindar dari sesuatu yang syubhat (meragukan); e. Memiliki manfaat sehingga konsumen terhindar dari aktivitas tabdzir (membelanjakan harta untuk sesuatu yang sia-sia); f. Bebas dari bahan berbahaya dan yang memungkinkan menimbulkan efek berbahaya; g. Diutamakan berpoduksi dengan prinsip blue ocean strategy, yaitu di bidang discovery atau invention. Sehingga memudahkan pemenuhan hajat hidup masyarakat yang lebih baik serta menciptakan kemandirian ekonomi. Fahmi Shadry14 menyebutkan bahwa salah satu strategi bisnis perusahaan kelas dunia adalah menemukan kebutuhan yang tersembunyi dari masayarakat. Hal tersebut sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW bahwa beliau selalu mengadakan (provide) barang-barang yang dibutuhkan masyarakat namun belum ada atau masih langka di pasar, sebagaimana hadith yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Aisyah ra., diceritakan yang artinya bahwa “Ketika Nabi Muhammad pulang dari gua hira‟ beliau merasa menggigil ketakutan lalu meminta pada istri beliau Khadijah ra, “Selimuti aku! Selimuti aku!” lantas diselimuti oleh Khadijah ra hingga hilang rasa takutnya. Setelah dikabarkan semua kejadian yang baru dialami Nabi SAW, kemudia beliau berkata pada Khadijah: “Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa)”. Khadijah ra menegaskan, “Jangan takut! Demi Allah! Tuhan 14Fahmi
Shadry adalah praktisi shariah marketing dan marketing insight, dia juga bekerja secara mandiri sebagai Senior Consultant of Startegic Solution Partner. Dia dapat dihubungi melalui:
[email protected] & twitter @FahmiShadry.
60
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
sekali-kali tidak akan membinasakan Anda. Karena Anda selalu menghubungkan silaturrahmi, membantu orang yang sengsara, mengusahakan (mengadakan) barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu dan menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran”.15 Melalui 7 karakteristik produk di atas, perusahaan atau pemasar telah menawarkan produk yang memiliki multi manfaat yaitu manfaat materi, manfaat emosional dan manfaat spiritual. Product Value = MB + EB + SB Keterangan:
MB
= material benefit
EB
= emotional benefit
SB
= spiritual benefit
2. Price, penetapan harga hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Pantas, layak, dan sesuai dengan manfaat produk. Hal ini bertujuan supaya pelanggan tidak merasa dirugikan dan menyesal akibat membeli produk yang ditawarkan dengan harga yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda dalam hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, yang artinya: “Seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW: „Saya seorang pedagang. Apabila saya membeli sesuatu saya menawarnya lebih rendah dari harga yang saya kehendaki, lalu saya naikkan harganya sesuai dengan keinginan saya. Sebaliknya, jika menjual sesuatu saya menawarkannya dengan harga lebih tinggi dari harga yang saya kehendaki, kemudian saya turunkan sedikit demi sedikit sehingga mencapai harga yang saya inginkan‟. Rasulullah SAW bersabda: „Janganlah engkau lakukan itu. Apabila engkau hendak membeli sesuatu, maka tawarlah dengan harga yang engkau berikan atau engkau ditolak. Jika engkau menjual sesuatu, tawarkanlah dengan harga yang engkau berikan atau engkau ditolak”. b. Dianjurkan menetapkan harga yang relatif murah. Harga yang lebih murah akan meningkatkan multiplier pembelian sehingga sirkulasi produk dan distribusi harta akan lancar. Produksi akan meningkat, serapan tenaga kerja meningkat, ekonomi berjalan dengan sehat. Everlasting Business Excellence, www.mediaumat.com diakses tanggal 26 September 2015 pukul 09.10 wib. 15
61
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
Rasulullah SAW bersabda dalam hadith yang diriwayatkan Ibnu Majah, yang artinya: “Al-Jalib (orang yang mendapatkan barang dagangan dan menjualnya dengan murah) akan diberi rezeki, sementara orang yang memonopoli akan diberi laknat”. Penetapan harga dalam pemasaran syariah harus memenuhi kaidah bisnis yaitu: Price = Total Cost + Margin Maka yang dimaksud lebih murah adalah nilai margin yang semakin kecil. Bagi konsumen harga yang dibayar akan sangat sebanding dengan benefit yang diperoleh, sebagaimana ilustrasi berikut: MB + EB + SB Costumer Price = Cost (nominal) Harga bagi pelanggan relatif murah dengan kualitas dan nilai produk (manfaat materi, manfaat emosional, dan manfaat spiritual) yang ditawarkan perusahaan. Sehingga jika dinominalkan, harga materi (physical price) produk yang mengaplikasikan konsep pemasaran syari’ah hanyalah 1/3 (sepertiga) dari yang dibayarkan oleh pelanggan. Tentu saja harga tersebut relatif murah dan akan selalu lebih murah dari produk yang belum mengaplikasikan prinsip syari’ah dalam pemasarannya. 3. Place, merupakan istilah bagi usaha pemasar untuk mendistribusikan produknya. Karakteristik distribusi produk dalam pemasaran syari’ah dilakukan dengan prinsip sebagai berikut: a. Mengembangkan business networking yang luas, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadith riwayat Imam Bukhari dari Aisyah ra di atas dinyatakan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang selalu menghubungkan silaturrahmi. Beliau SAW senantiasa menjalin hubungan baik dengan keluarga, sahabat, dan partner-partner bisnisnya. Membentuk business networking yang luas merupakan kunci kesuksesan bisnis beliau SAW dan banyak diaplikasikan dalam dunia bisnis dewasa ini. b. Benar, akurat, menepati amanah, dan jujur dalam melakukan delivery service baik langsung kepada retailer maupun agency atau distribution channel yang lain. Ketiga hal tersebut sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dan Rasulnya:
62
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
ٍ ٔانشٓذاءٛمٚ ٍ ٔانصذٍٛٛ يغ انُبٛانتا جر انصذٔق األي “Pedagang yang benar dan terpercaya bergabung dengan para nabi, orang-orang benar (shiddiqin), dan para syuhada” (HR. Tirmidzi No.1209 dari Abu Said al-Khudry)
َّخر فإرا خاٜخٍ احذًْا اٚ ٍ يانىٛكٚ أَا ثانث انشر: مٕلٚ ٗإٌ هللا تؼان ًُٓاٛخرجت يٍ ب “Allah Ta’ala berfirman (dalam hadith qudsi): “Aku yang ketiga (bersama) dua orang yang berserikat dalam usaha (dagang) selama yang seorang tidak berkhianat (curang) kepada yang lainnya. Apabila berlaku curang maka Aku ke luar dari mereka”. (HR. Abu Dawud)
ُّٛب إال بّٛ ػٛؼا فّٛ بٛحم نًسهى إرا باع يٍ أخٚ ٔال,انًسهى أخٕانًسهى “Muslim itu adalah saudara muslim. Tidak boleh bagi seorang muslim, apabila ia berdagang dengan saudaranya dan menemukan cacat, kecuali diterangkannya”. (HR. Thabrani dan Ahmad) c. Anti monopoli Setiap entitas bisnis harus cermat dalam melakukan usaha, termasuk melakukan analisis dan mapping terhadap pasar, lingkungan, dan kompetitor. Anilisis pasar yang dilakukan dengan cermat akan memberikan tingkat kepercayaan diri yang tinggi pada perusahaan dan pemasar untuk menghadapi persaingan sehingga tidak khawatir untuk anti monopoli. Dalam Islam praktik monopoli sangat dibenci, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadith yang diriwayatkan Imam Ahmad yang artinya: “Barang siapa yang masuk membawa (monopoli) barang-barang kaum muslim dengan tujuan untuk meninggikan harganya di hadapan mereka, pada hari kiamat nanti Allah SWT berhak mendudukkan dia di atas api neraka yang menyala”. 16 Juga sabda Rasulullah SAW dalam hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdillah ra.:
هللا ػُّ لال كُا َتهمٗ انركباٌ فُشتر٘ يُٓى انطؼاو فُٓاَاٙػٍ ػبذهللا رض بهغ بّ سٕق انطؼاوٚ ٗؼّ حتّٛ ٔسهى أٌ َبٛ صهٗ هللا ػهٙانُب Dari Abdillah ra.: “Kami semua mencegat para kafilah dan membeli makanan dari mereka, maka Rasulullah melarang bertransaksi barang sehingga kafilah sampai di pasar makanan”. Senada dengan riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim juga meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: 16
Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW, (Bandung: Madania Prima, 2008), 50.
63
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
... غٛتهك انر كباٌ نبٚ ال “Janganlah mencegat pedagang untuk memborong barang-barangnya (sebelum sampai ke pasar)...” Juga hadith nabi yang artinya: “Barang siapa memonopoli makanan selama 40 hari maka hatinya menjadi beku dan keras”. 17 d. Melonggarkan debitur Seringkali dalam proses kerjasama ada hal-hal yang mengganggu, baik hal yang bersifat teknis atau human error maupun yang sifatnya force majeur. Hal tersebut seringkali tidak dapat dihindari dan Islam menganjurkan agar saling memberikan kelonggaran antar orang-orang yang bekerjasama selama tidak ada unsur kesengajaan. Rasulullah SAW bersabda dalam hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Hudzaifah bahwa beliau SAW salah satu amal yang dapat memasukkan seorang muslim ke surga adalah memberikan toleransi kepada orang yang berhutang.
ٍم نّ ْم ػًهت يٛمض رٔحّ فمًٍٛ كاٌ لبهكى أتاِ انًهك نٛإٌ رجال كاٌ ف ٙغ انُاس فٚ كُت أباَٙر أٛأا غٛم نّ اَظر لال يا أػهى شٛرلال يا أػهى لٛخ ٓى فأَظر انًٕسر ٔأتجٕز ػٍ انًؼسر فأدخهّ هللا انجُةٚا ٔأجازَٛانذ “Ada seorang dari kaum sebelum kalian didatangi malaikat untuk mencabut nyawanya lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah kamu pernah beramal kebaikan?” Orang itu menjawab; “Aku tidak tahu”. Dikatakan kepadanya; “Coba kamu ingat-ingat”. Orang itu kembali menjawab: “Aku tidak tahu apapun, kecuali aku pernah melakukan transaksi jual beli sesama manusia, terhadap yang diberi kelonggaran hartanya pun aku memberi toleransi waktu untuk membayar hutangnya, dan terhadap yang kesulitan aku memaafkan”. Allah pun kemudia memasukkannya ke surga”.
e. Mengusahakan fleksibilitas Fleksibilitas dalam proses distribusi barang adalah meliputi kelapangan menerima pembatalan transaksi, memberikan toleransi, dan negosiasi yang memudahkan terhadap mitra atau partner bisnis kita.
17
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi..., 190.
64
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
Dalam hal lapang dada menerima pembatalan transaksi Rasulullah SAW bersabda dalam hadith yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya: “Barangsiapa menerima pembatalan transaksi dari seorang muslim, Allah akan membatalkan (menghapus) dosa0dosanya pada hari kiamat”. Mengenai sikap toleransi dalam transaksi bisnis, Rasulullah SAW bersabda dalam hadith riwayat Imam Bukhari yang artinya: “Semoga Allah berkenan merahmati seseorang yang toleran (tidak kaku) ketika menjual, ketika membeli, dan ketika (meminta haknya lewat) peradilan”. Mengenai sikap mempermudah dalam transaksi bisnis, Rasulullah SAW bersabda dalam hadith riwayat Ath-Thabrani yang artinya: “Penghuni surga itu adalah setiap orang yang mudah, fleksibel (lentur), tidak mempersulit masalah dan dekat (dengan manusia)”. f. Pengawasan dan introspeksi Mitra bisnis dalam semua lini distribusi merupakan ikatan dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi pelanggan untuk memperoleh produk yang mereka butuhkan melalui barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Ikatan dan interaksi tersebut merupakan hubungan muamalah yang seharusnya dibangun dengan nilai-nilai kebaikan dalam menggapai ridlo Allah SWT. Oleh karena itu, setiap mitra atau partner memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan untuk tetap menjalankan transaksi yang dihalalkan dan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Saling kontrol, saling mengingatkan, dan saling mengajak kepada kebaikan merupakan prinsip yang wajib dijalankan dalam kerjasama bisnis, sebab pelaku bisnis juga manusia yang memiliki tanggung jawab ubudiyah kepada Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda dalam hadith yang diriwayatkan Abu Dawud dari Tamim ad Dari:
حةٍٛ انُصٚ إٌ انذ “Sesungguhnya agama itu adalah nasihat...” Diriwatkan pula dalam shahih Muslim dari Abu Bakar:
65
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
ّستطغ فبمهبٚ ستطغ فبهساَّ فإٌ نىٚ ذِ فإٌ نىٛرِ بٛغٛيٍ رأٖ يُكى يُكرا فه ًٌاٚٔرانك أضؼف اإل “Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran hendaklah ia mencegah kemunkaran itu dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman”. 4. Promotion merupakan aktivitas komunikasi untuk mempengaruhi pelanggan cenderung pada produk yang diiklankan. Praktek pengiklanan dalam berbagai media seringkali tidak memikirkan etika yang sesuai dengan norma sosial dan norma agama. Pemasar yang meng-implementasikan pemasaran syariah akan melakukan promosi yang elegan, jujur, dan tidak mngeksploitasi. Mengenai sikap elegan dan jujur Rasulullah SAW bersabda dalam hadith Imam Muslim dari Abu Hurairah:
انحهف يُفمة نهسؼة يًحمة نهربح “Sumpah palsu (bombastis) mendatangkan keluasan tetapi menghilangkan keuntungan”
ٍ انكاربة يُفمة نهسهؼة يًحمة نهكسبًٛٛان “Sumpah palsu (bombastis) sehingga menjadikan laku barang yang dijual mendatangkan keluasan tetapi menghilangkan pekerjaan”. Juga sebagaimana diriwayatkan Ath-Thabrani bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Meyakinkan pembeli dengan berbohong adalah haram”. Sedangkan eksploitasi yang dimaksud dalam berpromosi bisa dalam bentuk memanfaatkan ketokohan atau popularitas seseorang sebagai ikon produk (padahal yang bersangkutan tidak menggunakan atau memakai produk yang diiklankan). Eksploitasi yang juga sering dimanfaatkan pemasar dalam berpromosi adalah pornoaksi, yaitu mengumbar kecantikan dan aurat wanita. Tentu saja hal ini diharamkan sebab aurat adalah sesuatu yang harus ditutupi, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 26-27 yang artinya : “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (26) “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan
66
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpinpemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”. (27) 5. People, merupakan individu-individu atau person yang terlibat dalam setiap aktivitas pemasaran. Sebagaimana penjelasan berikut: “people are one of the few elements of the service that customers can see and interact with”. 18 Person memiliki peranan yang signifikan dalam menciptakan kepercayaan pelanggan oleh karena itu dibutuhkan perekrutan dan pelatihan yang benar dan memadai agar mereka memiliki daya saing yang bagus. Maka dalam konteks pemasaran syari’ah, rekrutmen dan pelatihan seorang marketer harus ditujukan untuk menanamkan dan memahamkan tentang: a. Kapabilitas (pengetahuan dan kemampuan teknis dibidang pemasaran syari’ah), yaitu di samping mengetahui konsep-konsep pemasaran secara umum, seorang marketer juga harus mengetahui hukum-hukum syari’ah di bidang muamalah, akhlak, dan fiqih kontemporer terkait transaksi bisnis; b. Karakter, adalah kepribadian dalam diri seorang marketer, seperti menunjukkan kedisiplinan, etos kerja, akhlak, etika, moral, dan lain sebagainya yang secara umum diusahakan berjalan hingga mencapai kesempurnaan seorang yang berkepribadian Islam baik dalam pemikiran (aqliyah) dan tingkah laku (nafsiyah); c. Integritas, adalah sikap sosial (interpersonal) yang berupa kesadaran terhadap posisinya sebagai marketer merupakan bagian dari sebuah entitas bisnis. Kesadaran tersebut akan memunculkan sikap teamwork yang solid sehingga eorang marketer harus siap memimpin dan siap untuk dipimpin. 6. Process, atau proses bisa diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan dalam upaya memberikan jasa atau mendekatkan barang pada pelanggan. Ada pula yang mengartikan bahwa proses adalah cara kerja suatu pelayanan atau produk mengenai cara penggunaan dan bagaimana petunjukknya. Dalam konteks pemasaran syari’ah, perusahaan diharapkan mampu memberikan 18
www.learnmarketing.net diakses tanggal 22 Nopember 2015 pukul 10.00wib
67
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
penjelasan yang komprehensif terhadap fungsi, kegunaan, dan cara penggunaannya agar pelanggan dapat memanfaat produk dengan cara yang benar dan sesuai. Sehingga pelanggan akan mendapatkan kemudahan dalam memanfaat produk tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh:
رٛذ ٔانتؼسٚر ال انتشذٛسٛف ٔانتٛانتحف “Memperingan dan mempermudah, bukan memperberat dan mempersulit” 19 Kaidah ini diambil berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 185: “...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...”
Juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Abu Dawud:
سرٔا ٔال تؼسرٔا ٔبشرٔا ٔال تُفرٔاٚ “Permudahlah dan jangan persulit; berilah kabar gembira dan jangan takut-takuti”. 7. Physical Evidence, adalah kondisi fisik lingkungan dimana suatu produk dinikmati oleh konsumen. Misalnya mengenai higienitas lingkungan pada saat proses pembuatan produk. Kebersihan dalam proses pemberian pelayanan dan lain sebagainya. Dalam hal ini Al-Qur’an memerintahkan kita untuk makan makanan yang halal dan baik. Hal ini menunjukkan bahwa aspek produk dan lingkungannya harus memenuhi standar halal dan juga baik (suci, bersih, steril, aman, dan higienis) REVITALISASI PEMASARAN SYARI’AH Berdasarkan penjelasan dan uraian sebelumnya, kita bisa mengambil konklusi tentang pentingnya pemasaran syari’ah serta urgensi untuk menjadikan pemasaran syari’ah sebagai pilihan pelaku ekonomi atau bisnis dalam menjalankan kegiatan pemasarannya. Upaya revitalisasi pemasaran syari’ah dalam bentuk konsep dan strategi aplikatif sangat sejalan dengan tujuan bisnis yaitu falah, keuntungan bagi tiga kuadran dalam dua dimensi yaitu kuadran individu pemasar, korporasi, dan masyarakat yang mana masing-masing mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-Shaff ayat 10-13:
Yusuf al-Qaradhawi, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalah, “terj”. Fedrian Hasmand dari judul asli alqawa>’ida al-ha>kimah lifiqhu al-mu’a>mala>h, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 184. 19
68
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
(10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? 11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 12. niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungaisungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. 13. dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. Beberapa alasan yang mengokohkan pentingnya pemasar menerapkan shariah marketing adalah: 1. Bisnis
merupakan
bagian
dari
perbuatan
yang
akan
dimintai
pertanggungjawaban kelak di akhirat; 2. Bisnis dalam perspektif Islam tidak hanya diukur dalam aspek kuantitas tetapi juga diatur dan dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaannya; 3. Setiap pemasar memiliki tanggungjawab atas dirinya sendiri, tanggungjawab kepada entitas bisnis, dan tanggungjawab kepada Allah SWT; 4. Pengamatan terhadap fakta prilaku pemasar dalam kondisi sekarang yang dapat dipastikan liberal atau serba boleh (permisif) harus menjadi motivasi bagi pemasar yang berorientasi syari’ah untuk memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai pelaksanaan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan syari’ah. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa hal mengenai keunggulan pemasaran syari’ah antara lain pangsa pasar yang cukup tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pasar masyarakat muslim yang tersebar di seluruh dunia menjadi potensi untuk mendistribusikan dan mengembangkan sasaran pasar kita. Selain itu dengan kualitas pasar muslim dalam kategori middle class, menunjukkan daya beli yang high potencial. Sebagai penguat argumen tersebut juga telah diuraikan mengenai perkembangan produk-produk berbasis syari’ah, baik di sektor riil maupun sektor keuangan (finance). Sebagai sebuah strategi yang memberikan value pada marketing mix dan extended marketing mix (4P’s + 3P’s) pemasaran syari’ah bisa diklaim sebagai sebuah strategi
69
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
diferensiasi yang jitu. Sebab startegi tersebut tidak hanya aplikatif, akan tetapi pada jangka panjang akan menciptakan trust yang memberikan entry point bagi entitas bisnis dalam bentuk longevity branding. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi pebisnis atau pemasar muslim untuk tidak mengaplikasikan pemasaran syari’ah dalam kegiatan bisnisnya. Bagaimanapun pemasar adalah manusia yang memiliki tanggungjawab terhadap penciptanya. Implementasi pemasaran syari’ah oleh marketer tidak hanya akan membuahkan kesuksesan dalam bisnisnya tetapi juga akan mendudukkan marketer sebagai orang yang mulia disisi Allah SWT, bersama para nabi, ash-shadiqun, dan para syuhada‟ insya Allah.
70
MIYAH VOL.XI NO. 01 JANUARI TAHUN 2016
DAFTAR PUSTAKA Al-Qaradhawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2002. Al-Qaradhawi, Yusuf, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalah, “terj”. Fedrian Hasmand dari judul asli al-qawa>’ida al-ha>kimah lifiqhu al-mu’a>mala>h, Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2014. Atha’ bin Khalil, Taysir al wushul ila al-ushul, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013. Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW, Bandung: Madania Prima, 2008. Ismail, Muhammad, Al Fikru Al Islami, Beyrut, Darul Ummah, 1958. Media Ummat edisi 157/ September 2015, 29. www.learnmarketing.net www.mediaumat.com www.yuswohady./com Yuswohady, Marketing to The Middle Class Muslim, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014i.
71