AKLIMATISASI Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PACLOBUTRAZOL
IWANA PREWARI PUTRI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aklimatisasi Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Paclobutrazol adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Iwana Prewari Putri NIM A24090136
ABSTRAK IWANA PREWARI PUTRI. Aklimatisasi Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Paclobutrazol. Dibimbing oleh SINTHO WAHYUNING ARDIE dan NURUL KHUMAIDA. Kaempferia parviflora merupakan tanaman obat yang memiliki beragam khasiat karena kandungan bioaktifnya, seperti methoxyflavone. Perbanyakan K. parviflora umumnya dilakukan menggunakan rimpang. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan rimpang dan periode dormansi yang panjang menuntut pengembangan teknik perbanyakan cepat, misalnya kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol yang sesuai untuk pertumbuhan K. parviflora pada proses aklimatisasinya. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Oktober 2013, menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama merupakan komposisi media tanam (v/v) dengan lima taraf yaitu kompos 100%, arang sekam 100%, kompos : arang sekam = (1:1), kompos : arang sekam = (1:2), dan kompos : arang sekam = (2:1). Faktor kedua merupakan konsentrasi paclobutrazol dengan lima taraf yaitu 0, 1, 5, 10, dan 15 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi konsentrasi paclobutrazol hingga 15 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman K. parviflora, sebaliknya komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan warna daun. Bibit yang ditanam pada media tanam yang megandung kompos memiliki tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun yang lebih tinggi pada 10 MSP, serta warna daun yang lebih hijau pada 8 MSP dibandingkan bibit yang ditanam pada media arang sekam 100%. Kata kunci: aklimatisasi, arang sekam, kencur hitam, kompos, paclobutrazol.
ABSTRACT IWANA PREWARI PUTRI. Acclimatization of Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker on Several Growing Medium Compositions and Various Paclobutrazol Concentrations. Supervised by SINTHO WAHYUNING ARDIE and NURUL KHUMAIDA. Kaempferia parviflora is a medicinal plant which is highly valuable because of the bioactive compound in its rhizome, such as methoxyflavone. Conventional propagation of K. parviflora by splitting the rhizomes takes time because of long growing period prior to harvest and long period of rhizomes dormancy. Thus, rapid multiplication using in vitro culture is needed. The objective of this study was to obtain the optimum growing medium composition and paclobutrazol concentration suitable for K. parviflora acclimatization. This study was conducted from April to October 2013 and was arranged in a randomized completely block design with two factors and three replications. The first factor was growing medium composition (v/v) consisted of five levels i.e. 100% compost, 100 % charcoal husk, compost : charcoal husk = (1:1), compost : charcoal husk = (1:2), compost : charcoal husk = (2:1). The second factor was paclobutrazol concentration consisted of five levels i.e. 0, 1, 5, 10 and 15 ppm. The results showed that application of paclobutrazol at concentration up to 15 ppm had no significant effect on plant growth until 10 weeks after treatment (WAT). In contrast, growing medium composition significantly affected plant height, leaf length, leaf width, and leaf color. Plant growth on medium containing compost showed better growth than those grown in 100% charcoal husk medium. Key words: acclimatization, charcoal husk, compost, black galingale, paclobutrazol.
AKLIMATISASI Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PACLOBUTRAZOL
IWANA PREWARI PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Aklimatisasi Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Paclobutrazol Nama : Iwana Prewari Putri NIM : A24090136
Disetujui oleh
Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi Pembimbing I
Dr Ir Nurul Khumaida, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Aklimatisasi Kaempferia parviflora Wall. Ex" Baker pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Paclobutrazol Nama : Iwana Prewari Putri : A24090136 NIM
Disetujui oleh
Dr ~ inth o \\"ahvuning Ardie, SP MSi Pembimbing I
TanggaJ Lulus:
- -
.-......-
..
- ~.
r
Dr Ir Nurul Khumaida, MSi Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak April sampai Oktober 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura ini ialah aklimatisasi tanaman hasil perbanyakan in vitro, dengan judul Aklimatisasi Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Paclobutrazol. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi dan Ibu Dr Ir Nurul Khumaida, MSi selaku pembimbing skripsi serta Ibu Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati (alm) dan Ibu Dr Ir Heni Purnamawati MSc selaku pembimbing akademik. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr Dewi Sukma SP MSi selaku dosen penguji ujian akhir yang telah banyak memberikan saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Siti Kholifah laboran Tissue Culture Laboratory yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Bapak Grambang Suwahyo), ibu (Ibu Sri Nurdayani), kakak (Arief Wicaksono Utomo), seluruh keluarga, teman-teman Agronomi dan Hortikultura 46 SOCRATES (khususnya Annisa, Rachma, Anindya, Nurul, Nani, Astryani, Dirayati, Endro, Abubakar, Fajar Pangestu), dan temanteman Pondok Harmoni (Rianika, Griv, Meilianti, Arfiani, Mirna, Cindy, Meilisa, Wenny) atas segala do’a dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Iwana Prewari Putri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker Perbanyakan Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker Aklimatisasi Tanaman Hasil Perbanyakan In Vitro Media Tanam Paclobutrazol METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman K. parviflora Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan Tanaman K. parviflora SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 3 4 4 4 5 5 5 5 7 9 10 14 17 17 20
DAFTAR TABEL 1
2
3 4
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tanaman K. parviflora Pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun total, jumlah tanaman per rumpun, panjang daun dan lebar daun pada 10 MSP Pengaruh media tanam terhadap nilai EC dan pH Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman, jumlah daun total, jumlah tanaman per rumpun, panjang daun dan lebar daun pada 10 MSP
10
11 13
15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keragaan tanaman K. parviflora Pelaksanaan aklimatisasi pada tanaman K. parviflora Suhu rata-rata dan kelembaban udara rata-rata lingkungan saat penelitian Warna daun tanaman K. parviflora pada komposisi media tanam kompos dan arang sekam pada 10 MSP Keragaan akar tanaman K. parviflora pada komposisi media tanam kompos dan arang sekam Keragaan tanaman K. parviflora pada beberapa komposisi media tanam pada 10 MSP Grafik pertumbuhan tinggi tanaman K. parviflora Hasil regresi respon tanaman terhadap konsentrasi paclobutrazol pada tanaman K. parviflora Keragaan tanaman K. parviflora pada beberapa konsentrasi paclobutrazol
3 7 9 11 12 13 14 16 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman obat dan rempah saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan banyaknya manfaat tanaman obat. Produksi tanaman obat secara umum mengalami peningkatan 11.25% dari tahun 2011 hingga 2012. Berdasarkan data statistik, nilai ekspor tanaman obat tahun 2012 mencapai US$ 7 469 935 (Direktorat Jenderal Hortikultura 2013). Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker (K. parviflora) merupakan tanaman obat yang termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dan berasal dari Thailand. Kaempferia parviflora dikenal dengan nama krachai dam, Thailand gingseng, black galingale di daerah asalnya (Putiyanan et al. 2008). Dalam bahasa Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan kencur hitam karena warna rimpangnya yang ungu kehitaman (Evi 2012). Rimpang tanaman ini biasanya digunakan untuk mengobati demam dan gangguan saluran pencernaan karena kandungan bioaktifnya, seperti methoxyflavone (Rujjanawate et al. 2005). Perbanyakan K. parviflora umumnya dilakukan dengan cara menanam rimpangnya. Produksi rimpang K. parviflora memerlukan waktu yang sangat lama antara 10-12 bulan sebelum dapat digunakan sebagai bibit. Penelitian Karim (2013) menunjukkan bahwa rimpang K. parviflora baru dapat bertunas kembali pada 50-55 hari setelah panen. Oleh karena panjangnya umur tanaman dan periode dormansi yang lama, teknik perbanyakan cepat yang dapat diterapkan adalah melalui kultur in vitro. Alveno (2012) melaporkan bahwa multiplikasi tunas K. parviflora secara in vitro dapat dilakukan menggunakan media MS ½ untuk mempercepat pertumbuhan sebelum aklimatisasi dan penanaman di lapang. Aklimatisasi adalah suatu upaya mengkondisikan bibit hasil perbanyakan in vitro dengan kelembaban tinggi dan heterotrof, untuk dapat tumbuh di lingkungan ex vitro dengan kelembaban rendah dan autotrof (Zulkarnain 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi aklimatisasi antara lain adalah cahaya, kelembaban, suhu dan media tanam. Media tanam yang dapat digunakan untuk aklimatisasi bibit hasil perbanyakan in vitro perlu memenuhi beberapa persyaratan, yaitu ringan, porous, dapat mempertahankan kelembaban, tidak mengandung patogen sehingga dapat mendukung persentase keberhasilan tumbuh yang tinggi. Media tanam optimum dalam aklimatisasi dapat berbeda antar jenis tanaman. Persentase tumbuh yang tinggi mencapai 100% diperoleh pada aklimatisasi tanaman kapolaga menggunakan media pasir (Husni et al. 1994), sedangkan persentase hidup tertinggi (70.81%) pada aklimatisasi tanaman anyelir diperoleh menggunakan media kompos dan humus bambu (Rohayati dan Marlina 2009). Media tanam sekam mentah dan aplikasi fungisida berbahan aktif benomil 50% dengan konsentrasi 1% dapat menunjang pertumbuhan bibit anthurium dengan baik dalam tahap aklimatisasi (Marlina dan Rusnandi 2007). Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah zat pengatur tumbuh yang berguna dalam aklimatisasi. Zat pengatur tumbuh (ZPT) memiliki peranan dalam memacu pertumbuhan, memperbaiki mutu, dan meningkatkan hasil tanaman
2 (Winten 2009). Aplikasi ZPT paclobutrazol, sejenis retardan, dapat meningkatkan jumlah daun total bibit anggrek Dendrobium lasianthera pada konsentrasi 10 ppm saat aklimatisasi (Handini 2012). Perbanyakan K. parviflora secara in vitro telah dilakukan sebelumnya oleh Alveno (2012), akan tetapi keberhasilan aklimatisasinya belum diketahui. Oleh karena itu, penelititan ini dilakukan untuk mempelajari serta mendapatkan jenis media tanam dan konsentrasi paclobutrazol yang sesuai untuk pertumbuhan K. parviflora pada proses aklimatisasinya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol yang sesuai untuk pertumbuhan K. parviflora pada proses aklimatisasinya. Hipotesis 1. Komposisi media tanam yang tepat mampu meningkatkan pertumbuhan K. parviflora dalam aklimatisasi. 2. Konsentrasi paclobutrazol yang optimal mampu mendukung daya aklimatisasi K. parviflora. 3. Terdapat interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan K. parviflora dalam aklimatisasi.
TINJAUAN PUSTAKA Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker Kencur hitam merupakan tanaman obat yang termasuk ke dalam famili Zingiberaceae (Putiyanan et al. 2008). Dalam sistem taksonomi tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta dengan Sub Divisi Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Zingiberales, Famili Zingiberaceae, Genus Kaempferia, dan Spesies Kaempferia parviflora Wall Ex. Baker. Tanaman ini merupakan tanaman indigenous herbal yang berasal dari Thailand. Tanaman ini dikenal dengan nama Krachai Dam, black galingale atau Thailand ginseng pada daerah asalnya (Putiyanan et al. 2008). Tanaman ini digunakan dalam bidang etnofarmakologi meliputi stimulasi saraf, gangguan pencernaan, serta gangguan pada lambung (Yenjai et al. 2004; Rujjanawate et al. 2005). Kaempferia parviflora dapat tumbuh pada ketinggian 500-700 m dpl pada daerah asalnya di Thailand (ICS UNINDO 2009). Penelitian Evi (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif awal selama 13 minggu setelah tanam (MST) pada ketinggian tempat 240 m dpl lebih baik dibandingkan pada tanpa naungan dan ketinggian tempat 1 200 m dpl. Akan tetapi, penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Rahma (2013) menunjukkan pertumbuhan vegetatif dan produksi rimpang K. parviflora pada ketinggian 1 200 m dpl memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan pada ketinggian 240 m dpl. Produksi rimpang K. parviflora
3 yang ditanam di bawah naungan tajuk lebih baik dibandingkan jika ditanam tanpa naungan atau menggunakan paranet 50%. Tanaman ini dapat tumbuh sangat baik pada tanah beraerasi di bawah sedikit cahaya matahari. Kaempferia parviflora memiliki penampakan daging rimpang berwarna ungu kehitaman (Yenjai et al. 2004; Putiyanan et al. 2008). Daun berbentuk bulat panjang dengan batang berbentuk pipih (Evi 2012; Gambar 1A). Bunga tanaman K. parviflora termasuk bunga majemuk dengan 1-4 bunga dalam satu tandan bunga. Warna bunga putih dengan sedikit bercak ungu pada bagian tengah (Evi 2012, Gambar 1B).
Gambar 1 Keragaan tanaman K. parviflora. Tanaman (A) dan tanaman berbunga ditandai dengan panah (B)
Perbanyakan Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker Perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk memperbanyak tanaman dengan menggunakan bagian-bagian dari tanaman seperti batang, akar, umbi dan daun. Metode perbanyakan vegetatif secara konvensional yang digunakan antara lain perbanyakan umbi, layering, cutting dan grafting (Adriance dan Brison 1971). Keuntungan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah tanaman yang dihasilkan berasal dari tanaman dengan kualitas yang sama dengan induknya sehingga hasil dari perbanyakan tanaman adalah tanaman yang seragam dengan tanaman induk. Bahan perbanyakan tanaman K. parviflora adalah rimpang yang berumur 10-12 bulan, bebas penyakit dan mengalami masa simpan 1-3 bulan sebelum ditanam (Rahma 2013). Masa panen terbaik tanaman ini berkisar antara umur 8-9 bulan setelah tanam (ICS UNINDO 2009). Akan tetapi, perbanyakan tanaman konvensional memiliki kelemahan yaitu laju perbanyakan rendah, tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh tidak terkendali, bahan tanam yang digunakan banyak sehingga merusak pohon induk, serta tanaman membutuhkan tempat yang luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak (Sukmadjaja dan Mariska 2003) Perbanyakan secara in vitro dapat menghasilkan tanaman secara masal, cepat, seragam serta bebas hama dan penyakit. Perbanyakan secara in vitro pada tanaman temu glenyeh (Curcuma soloensis Val.) menginformasikan bahwa pada umur 1-2 minggu tanaman yang dikulturkan sebagian besar telah mengalami pertumbuhan dan pada umur 4-6 minggu bibit telah terbentuk dengan morfologi yang proporsional (Hoesen et al. 1996).
4 Hasil penelitian Alveno (2012) menunjukkan bahwa pada tanaman K. parviflora produksi tunas dapat disubkulturkan dengan pengunaaan media MS ½ untuk memepercepat pertumbuhan sebelum aklimatisasi dan penanaman di lapangan. Aklimatisasi Tanaman Hasil Perbanyakan In Vitro Aklimatisasi merupakan tahap paling akhir dari perbanyakan in vitro sebelum bahan tanam dipindahkan ke lapang. Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan bibit ke media aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi, kemudian secara berangsur-angsur kelembabannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan. Keberhasilan aklimatisasi bibit anthurium dipengaruhi oleh penyiapan bibit yang baik dan proses aklimatisasi secara bertahap (Marlina dan Rusnandi 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi aklimatisasi antara lain adalah cahaya, kelembaban, suhu, media tanam serta pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian Slamet (2011) pada tanaman kedelai, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi adalah kondisi bibit (ukuran bibit, perakaran), kondisi lingkungan (ketepatan media tumbuh yang digunakan dan kelembapan udara), ketepatan perlakuan pra dan pasca transplantasi dari media in vitro ke media tanah, dan sanitasi lingkungan dari infeksi penyakit Media Tanam Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi adalah media tanam. Media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu media tanam yang baik adalah sekam padi karena ringan, memiliki drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH, mempunyai kapasitas menyerap air, serta harganya murah (Marlina dan Rusnandi 2007). Media arang sekam serta sekam mentah menghasilkan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun) paling baik pada tanaman anthurium (Marlina dan Rusnandi 2007). Kompos merupakan hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat lembab, aerobik atau anaerobik (Wulandari et al. 2011). Kompos memiliki sifat memperbaiki struktur media tanam dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Paclobutrazol Zat pengatur tumbuh terbagi atas dua jenis, yaitu zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen. Zat pengatur tumbuh endogen atau fitohormon adalah zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman dan eksogen adalah zat pengatur tumbuh sintesis. Dalam zat pengatur tumbuh eksogen juga tercakup zat penghambat tumbuh (growth retardant) dan herbisida (Wattimena 1988). Pengaruh fisiologis dari zat pengatur tumbuh antara lain ruas tanaman pendek, batang menjadi tebal, meningkatkan pembuahan serta mempercepat perkecambahan dan penunasan (Wattimena 1988).
5 Paclobutrazol merupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada bagian meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin, sehingga terjadi penghambatan terhadap perpanjangan sel (Berova et al. 2002). Tanaman yang diberi paclobutrazol dapat menghambat etiolasi (Wattimena 1988). Menurut Satjapradja et al (2006) pemberian paclobutrazol pada tanaman Agathis loranthifolia menghasilkan persentase hidup yang tinggi sehingga meningkatkan ketahanan fisik semai terhadap gangguan-gangguan dari luar yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Paclobutrazol memiliki rumus empirik C15H20ClN3O dengan nama kimia 1-(4-Chlorophenyl)-4,4-Dimethyl-2-(1H-1,2,4Triazol-1-il) Penta-3-01 (Syam’un et al. 2008).
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di dalam net house Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2013. Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet K. parviflora yang berasal dari kultur in vitro berumur 12 minggu setelah kultur (Alveno 2012) yang kemudian disubkultur ke media MS yang mengandung 2 ppm BAP, 3% gula, serta 0.7% agar. Planet yang digunakan memiliki ukuran yang beragam yaitu ukuran kecil (tinggi < 5 cm), sedang (tinggi 5-10 cm), dan besar (tinggi > 10 cm). Media tanam yang digunakan berupa kompos dan arang sekam. Metode Percobaan Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah komposisi media tanam (v/v) yang terdiri atas 5 taraf yaitu kompos 100%, arang sekam 100%, kompos:arang sekam (1:1), kompos:arang sekam (1:2), dan kompos:arang sekam (2:1). Faktor kedua adalah konsentrasi paclobutrazol yang terdiri atas 5 taraf yaitu 0, 1, 5, 10, dan 15 ppm. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 75 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri atas dua pot berdiameter 12 cm, dengan satu bibit per pot sehingga terdapat 150 satuan pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F dengan perangkat lunak SAS 9.1.3. Jika terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%
Yijk µ
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + γk + εijk :Pengamatan pada perlakuan komposisi media ke-i, paclobutrazol ke-j, dan kelompok ke-k :Nilai rataan umum hasil pengamatan
konsentrasi
6 αi :Pengaruh komposisi media ke-i βj :Pengaruh konsentrasi paclobutrazol ke-j (αβ)ij :Pengaruh interaksi antara perlakuan komposisi media ke-i, konsentrasi paclobutrazol ke-j γk :Pengaruh kelompok ke-k εijk :Pengaruh galat percobaan perlakuan komposisi media ke-i, konsentrasi paclobutrazol ke-j, dan kelompok ke-k Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan media tanam yang akan digunakan seperti kompos dan arang sekam. Penyiraman media tanam menggunakan bakterisida Streptomysin sulfat 20% dan fungisida Mankozeb 80% dengan dosis 50 ml per tanaman dilakukan pada awal persiapan media tanam. Alat-alat seperti alat tanam dan pinset dipersiapkan dengan membilasnya dengan air bersih. Planlet dikeluarkan dari botol kultur dimulai dengan memasukkan air ke dalam botol, kemudian botol digoyang-goyang agar planlet terlepas dari medianya. Planlet dikeluarkan satu per satu dengan menggunakan pinset panjang dan dibilas dengan air mengalir untuk melepas media agar yang menempel pada planlet. Bibit kemudian diletakkan di atas kertas koran dan dikeringanginkan selama 10 menit. Aplikasi paclobutrazol dilakukan dengan cara merendam bibit ke larutan paclobutrazol selama 10 menit dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan setelah bibit dikeluarkan dari botol kultur dan dikeringanginkan. Volume larutan paclobutrazol yang digunakan sebanyak 2 L sehingga dapat merendam seluruh bibit. Penanaman bahan tanam dilakukan di dalam pot berdiameter 12 cm. Pot diisi dengan media tanam sesuai dengan perlakuan. Media tanam dimasukkan sebanyak ¾ bagian pot kemudian dibuat lubang tanam sedalam 10-15 cm. Pot yang telah tertanami kemudian disusun rapi dan diletakkan pada rak dengan naungan 75%. Setiap tanaman diberikan sungkup berupa gelas plastik yang dilubangi. Penyungkupan berguna untuk menjaga tanaman agar tetap pada kondisi lembab. Sungkup mulai dibuka perlahan-lahan pada umur 4 minggu setelah perlakuan (MSP) saat tanaman sudah mulai tegar. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman rutin setiap harinya pada pagi hari, sanitasi lingkungan tumbuh, serta pengendalian hama secara manual. Tahapan pelaksanaan penelitian ditampilkan pada Gambar 2.
7
Gambar 2 Pelaksanaan aklimatisasi pada tanaman K. parviflora
Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap parameter pertumbuhan data lingkungan yaitu suhu dan kelembaban udara, serta pH dan EC larutan hara pada media. A. Parameter pertumbuhan. 1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari pangkal (permukaan media) sampai bagian ujung daun terpanjang.
8 2. Jumlah daun total (helai). Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun segar yang telah terbuka sempurna. 3. Jumlah tanaman per rumpun. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman per pot tanaman. 4. Panjang dan lebar daun spesifik (cm). Pengamatan panjang dan lebar daun spesifik dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar daun yang sudah diberi tanda pada awal tanam yaitu daun pertama yang muncul dan telah membuka sempurna. 5. Warna daun. Pengamatan warna daun dilakukan pada 4 dan 8 MSP menggunakan SPAD-502 (Konica Minolta, Jepang) pada daun spesifik. B. Pengamatan data lingkungan 1. Suhu (ºC) dan kelembaban (%). Pengamatan dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban rata-rata harian setiap pukul 08.00, 12.00, 16.00 WIB. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Thermo-hygrometer. Pengukuran suhu rata-rata harian dan kelembaban relatif dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko 1993): Trata-rata harian = (2 T08.00+T12.00+T16.00)/4 T08.00 = suhu udara pada pengamatan pukul 08.00 T12.00 = suhu udara pada pengamatan pukul 12.00 T16.00 = suhu udara pada pengamatan pukul 16.00 RHrata-rata harian = ( RH08.00+RH12.00+RH16.00)/3 RH08.00 = kelembaban udara pada pengamatan pukul 08.00 RH12.00 = kelembaban udara pada pengamatan pukul 12.00 RH16.00 = kelembaban udara pada pengamatan pukul 16.00 2. pH dan EC larutan hara pada media. Pengamatan pH dan EC larutan hara pada media dilakukan dengan menggunakan pH meter portable AD-110 untuk mengukur pH media dan EC meter portable TDS meter 503-1 untuk mengukur EC media pada 0 dan 8 MSP. Pengukuran pH dan EC dihitung menggunakan Metode Pour thru sebagai berikut: 1. Media tanam disiram hingga jenuh/kapasitas lapang (hingga beberapa tetes air keluar dari dasar pot) menggunakan air yang biasa digunakan untuk menyiram tanaman. 2. Media dibiarkan selama 30 menit sampai 1 jam 3. Ember penampung ditempatkan di bawah pot dan air destilata ditambahkan (± 50-75 mL) hingga diperoleh air perkolasi sebanyak 50 mL 4. pH air perkolasi diukur menggunakan pH meter, sedangkan EC diukur menggunakan EC meter
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu rata-rata di dalam net house selama sepuluh minggu penelitian adalah 28.33 ºC, dengan suhu maksimum pada minggu ke-2 adalah 30.15 ºC dan suhu minimum pada minggu ke-8 adalah 26.13 ºC (Gambar 2A). Kelembaban suhu udara rata-rata adalah 71.27%, dengan kelembaban udara maksimum pada minggu ke-8 adalah 82.67% dan kelembaban minimum pada minggu ke-10 adalah 66% (Gambar 2B). Tanaman hasil kultur in vitro pada umumnya tidak dapat bertahan hidup ketika dipindahkan dari lingkungan asalnya ke dalam lingkungan rumah kaca atau lapangan karena lingkungan rumah kaca atau lapangan memiliki kelembaban yang relatif rendah, intensitas cahaya yang relatif tinggi serta lingkungan yang kurang aseptik. Kondisi lingkungan pada saat aklimatisasi yang baik adalah ventilasi yang baik, naungan dan kebersihan yang terjaga. Suhu dan kelembaban optimum saat aklimatisasi bibit in vitro bervariasi tergantung pada jenis tanaman. Hasil penelitian Hastuti (2002) menunjukkan bahwa pada tanaman Calla Lilly suhu optimum selama aklimatisasi adalah 25-28 ºC. Hasil penelitian Astuti (2006) menunjukkan bahwa aklimatisasi bibit walisongo baik dilakukan pada suhu rata-rata 28 ºC dan kelembaban rata-rata 84 %.
A Suhu rata-rata (⁰C)
32 30 28 26 24 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu setelah perlakuan (MSP)
B Kelembaban udara (%)
90 80 70 60 50 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu setelah perlakuan (MSP)
Gambar 3 Suhu rata-rata (A) dan kelembaban udara rata-rata (B) lingkungan saat penelitian
10 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bibit K. parviflora asal in vitro dapat diaklimatisasi dengan baik pada kisaran suhu 27.19-30.15 ºC dan RH 66.3371.33%, berdasarkan persentase hidup bibit yang mencapai 100% hingga 4 MSP. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman mampu beradaptasi dengan baik dari lingkungan heterotrof menjadi autotrof. Berdasarkan analisis ragam, komposisi media tanam berpengaruh terhadap beberapa parameter pertumbuhan. Akan tetapi, konsentrasi paclobutrazol serta interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap seluruh parameter yang diamati hingga 10 MSP (Tabel 1). Tabel 1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tanaman K. parviflora Parameter Tinggi tanaman Jumlah daun segar Jumlah daun senesens Jumlah tanaman per rumpun Panjang daun Lebar daun Warna daun
Umur tanaman (MSP) 10 10 10 10 10 10 0 8
Media tanam ** tn tn tn ** ** tn **
Konsentrasi paclobutrazol tn tn tn tn tn tn tn tn
Interaksi MxP tn tn tn tn tn tn tn tn
MSP = Minggu setelah perlakuan, ** = berbeda sangat nyata pada taraf α=1%, tn = tidak berbeda nyata, M = Media tanam, P = Konsentrasi paclobutrazol.
Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman K. parviflora Media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman K. parviflora pada 10 MSP, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun total dan jumlah tanaman per rumpun pada 10 MSP (Tabel 1). Pertumbuhan tanaman K. parviflora dapat dilihat dari bertambah tingginya tanaman. Tanaman yang ditanam pada media arang sekam 100% memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang ditanam pada media yang mengandung kompos. Demikian pula pada pengamatan panjang dan lebar daun, tanaman yang ditanam pada media arang sekam 100% memiliki panjang dan lebar daun yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang ditanam pada media yang mengandung kompos. Daun tanaman K. parviflora yang ditanam pada media tanam arang sekam 100% memiliki nilai paling rendah dibandingkan tanaman yang ditanam pada media yang mengandung kompos (Tabel 2). Nilai SPAD yang tinggi menunjukkan warna daun yang lebih hijau. Secara visual, daun tanaman pada media yang mengandung kompos tampak lebih hijau (Gambar 4).
11 Tabel 2 Pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun total, jumlah tanaman per rumpun, panjang daun dan lebar daun pada 10 MSP Tinggi tanaman (cm)a
Jumlah daun total (helai)
Jumlah tanaman/ rumpun
Panjang daun (cm)a
Lebar daun (cm)a
Kompos 100 %
22.77a
4.33
1.10
8.63ab
3.05a
37.14a
Arang sekam 100 %
16.06b
5.53
1.30
6.78c
2.47b
31.57b
Kompos (1) : Ar. Sekam (1)
24.77a
5.10
1.13
9.44a
3.24a
39.93a
Kompos (1) : Ar. Sekam (2)
25.29a
4.63
1.13
8.85ab
3.20a
37.59a
Komposisi media tanam
Warna daun a *
Kompos (2) : Ar. Sekam (1) a
22.52a 4.73 1.20 8.21b 2.99a 38.47a Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5%, * Data diambil pada 8 MSP dan diamati menggunakan SPAD; MSP = minggu setelah perlakuan
Gambar 4 Warna daun tanaman K. parviflora pada komposisi media tanam kompos 100% (A) dan arang sekam 100% (B) pada 10 MSP Hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan tanaman pada media tanam arang sekam 100% lebih terhambat dibandingkan dengan tanaman pada media tanam yang mengandung kompos. Campuran media tanam kompos dan arang sekam cenderung mendorong pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dibandingkan dengan hanya satu media. Penggunaan media campuran dapat membantu memperbaiki kekurangan sifat dari masing-masing bahan yaitu kecepatan pelapukan, tingkat ketersediaan hara, dan kondisi kelembaban dalam media tanam. Kekurangan sifat dari media kompos yaitu slow release atau menyediakan unsur hara secara lambat serta jumlah yang sangat terbatas, kandungan hara yang tidak bisa diketahui secara pasti serta kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik (Setyorini et al 2012). Kekurangan sifat dari media arang sekam yaitu memiliki sifat porous atau mudah membuang air yang berlebihan, memiliki kadar salinitas yang rendah serta hanya dapat digunakan dua kali (Fahmi 2013). Media tanam kompos berasal dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerob). Sifat kompos yaitu dapat mengikat dan menyumbang hara, serta memiliki aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena memiliki pori yang banyak (Asrodiah 2005). Kompos akan bertindak sebagai penyedia hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos dapat menjadikan struktur media lebih baik sehingga
12 pertukaran oksigen dan karbondioksida yang diperlukan aktivitas akar dapat tercukupi. Sistem perakaran yang baik memungkinkan hara terserap lebih banyak dan luas (Mariana 2009). Arang sekam merupakan sekam bakar berwarna hitam yang didapatkan dari hasil pembakaran sekam padi yang tidak sempurna. Sifat arang sekam yang kasar dan banyak membentuk pori menjadi pemacu hilangnya hara yang ada dalam media tanam sehingga kebutuhan hara bagi tanaman tidak dapat tercukupi dengan baik (Suryanto dan Dwi 2010). Menurut Hardjanti (2005) arang sekam merupakan media tanam yang bersifat porous sehingga memungkinkan tanaman cepat mengalami kehilangan air akibat evaporasi dan drainase ke bawah karena besarnya pori makro yang dimiliki oleh media. Ketersediaan air merupakan bentuk cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman. Tanaman yang mengalami penurunan ketersediaan air akan mengalami pertumbuhan akar yang lebih lambat, dan pertumbuhan tajuk akan tertekan. Pertumbuhan akar tanaman K. parviflora pada media arang sekam tampak lebih terhambat dibandingkan pada media kompos (Gambar 5) . Sifat fisik media arang sekam yang memiliki banyak pori makro juga memicu hilangnya hara yang ada dalam media. Electrical conductivity (EC) merupakan suatu cara untuk mengukur tingkat salinitas atau jumlah garam (hara) yang terdapat di dalam media tanam (Corwin dan Lesch 2003). Media arang sekam memiliki EC yang lebih rendah dibandingkan media yang mengandung kompos pada awal perlakuan (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan hara pada media arang sekam lebih rendah dibandingkan media yang mengandung kompos. Menurut Wijayanti dan Susila (2013) media arang sekam memiliki sifat inert atau tidak menyediakan unsur hara dan sukar mengalami pelapukan. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer atau penyangga. Ketersediaan hara di dalam tanah maupun media tanam menjadi faktor yang menentukan dalam pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik menggambarkan ketersediaan hara pada media. Pada penelitian tidak dilaksanakan pengukuran data terhadap akar tanama, namun pengamatan terhadap akar dilakukan secara visual. Keragaan akar tanaman pada media yang mengandung kompos tampak lebih baik dibandingkan media arang sekam 100%.
Gambar 5 Keragaan akar tanaman K. parviflora pada komposisi media tanam kompos (A) dan arang sekam (B). Garis = 10 cm Komposisi meda tanam berpengaruh sangat nyata pada EC media tanam pada 0 MSP dan penurunan EC antara 0 dan 8 MSP. Media tanam yang mengandung kompos memiliki penurunan EC yang lebih tinggi dibandingkan
13 media arang sekam 100% (Tabel 3). Penurunan EC media seiring dengan tumbuhnya tanaman diduga menggambarkan bahwa sebagian hara telah terserap oleh tanaman atau pun hara yang terdapat pada media tanam mengalami pencucian oleh air yang masuk ke dalam media tanam. Derajat keasaman atau pH merupakan pengukuran standar keasaman atau kebasaan dari suatu larutan (Addy et al. 2004). Nilai pH berpengaruh penting terhadap ketersediaan unsur hara dan kemampuan akar dalam menyerap unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Suradinata et al. 2012). Kisaran pH pada media tanam adalah 5.8-6.8 (Susila 2013). Apabila pH berada di atas nilai optimum maka dapat diturunkan dengan cara menambahkan asam sampai dengan pH 5.8 dan apabila pH kurang dari nilai optimum, maka dapat dinaikkan dengan cara menghentikan tambahan asam pada saat irigasi. Kisaran pH seluruh komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam rentang pH netral. Oleh karena itu nilai pH yang terdapat dalam setiap perlakuan tidak terlalu berpengaruh terhadap komposisi media tanam. Tabel 3 Pengaruh media tanam terhadap nilai EC dan pH Komposisi media tanam Kompos 100 % Arang sekam 100 % Kompos (1) : Ar. Sekam (1) Kompos (1) : Ar. Sekam (2) Kompos (2) : Ar. Sekam (1) a
EC (mmhos.cm-1) 0 MSPa 8 MSP ΔECa 2.36b 0.34 2.03bc 0.96c 0.21 0.75c 2.57b 0.22 2.35b 3.04b 0.43 2.61b 4.57a 0.44 4.13a
pH 0 MSP 8 MSPa 6.57cd 6.57b 7.77a 7.37a 6.70c 6.87bc 6.87b 7.03b 6.43d 6.93b a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5%; MSP = minggu setelah perlakuan
Gambar 6 Keragaan tanaman K. parviflora pada beberapa komposisi media tanam kompos 100% (A,F), arang sekam 100% (B,G), kompos : arang sekam (1:1) (C,H), kompos : arang sekam (1:2) (D,I) dan kompos : arang sekam (2:1) (E,J) pada 10 MSP. Garis = 12 cm Pada penelitan ini tidak dilakukan pemupukan baik melalui media tanam maupun melalui daun tanaman hingga umur tanaman 10 MSP. Hal ini ditunjukkan oleh kurva pertumbuhan tinggi tanaman yang menunjukkan bahwa hingga 4 MSP tinggi tanaman pada komposisi media tanam yang dicobakan tidak berbeda (Gambar 7). Tinggi tanaman pada media arang sekam lebih rendah dibandingkan
14
Tinggi tanaman (cm)
pada media kompos mulai 5 MSP. Oleh karena itu jika bibit K. parviflora diaklimatisasi pada media arang sekam pemupukan perlu dilakukan sebelum 5 MSP.
30 24 18 12 6 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Minggu setelah perlakuan (MSP) Kompos 100% Kompos : arang sekam (1:1) Kompos : arang sekam (2:1)
Arang sekam 100% Kompos : arang sekam (1:2)
Gambar 7 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman K. parviflora
Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan Tanaman K. parviflora Aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun total, jumlah tanaman per rumpun, panjang daun, dan lebar daun K. parviflora pada 10 MSP (Tabel 4). Tinggi tanaman K. parviflora berkisar antara 21.66 hingga 22.90 cm, jumlah daun total per tanaman berkisar antara 4 hingga 6 helai, panjang daun berkisar antara 8.16 hingga 8.69 cm, lebar daun berkisar antara 2.91 hingga 3.00 cm, dan warna daun berkisar antara 36.30 hingga 37.59 (Tabel 4). Penelitian Handini (2012) menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol pada tanaman Dendrobium lasianthera hingga 20 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap peubah persen tumbuh, panjang daun, pertambahan jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, warna daun, tinggi tanaman, dan bobot segar tanaman kecuali pada jumlah daun total dan lebar daun total pada 6 hingga 8 MSP. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh paclobutrazol baru tampak setelah rentang waktu yang cukup lama sejak saat aplikasi yaitu pada 6 MSP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman K. parviflora. Diduga paclobutrazol memerlukan waktu yang cukup lama sebelum pengaruhnya tampak pada pertumbuhan tanaman K. parviflora.
15 Tabel 4 Pengaruh konsentrasi paclobutrazol tinggi tanaman, jumlah daun total, jumlah tanaman per rumpun, panjang daun dan lebar daun pada 10 MSP Konsentrasi Paclobutrazol (ppm) 0 1 5 10 15 *
Tinggi tanaman (cm) 22.22 22.38 22.90 22.24 21.66
Jumlah daun total (helai) 4.67 4.43 5.23 4.43 5.57
Jumlah tanaman/ rumpun
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Warna daun *
1.17 1.10 1.27 1.03 1.30
8.23 8.16 8.69 8.41 8.42
2.91 2.91 3.05 3.08 3.00
36.30 37.57 37.25 37.59 36.41
Data diambil pada 8 MSP dan diamati menggunakan SPAD; MSP = minggu setelah perlakuan
Efektivitas paclobutrazol dapat dilihat dari cara aplikasinya dan konsentrasi yang diberikan. Perendaman tanaman pada paclobutrazol diduga masih kurang efektif sehingga pertumbuhan masih kurang maksimal. Kegunaan paclobutrazol adalah untuk mengendalikan pertumbuhan vegetatif tanaman (Christov et al. 1995). Prinsip kerja pacloburazol adalah menghambat reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin, sehingga terjadi penekanan pada batang tanaman (Salisbury dan Ross 1995). Penghambatan sintesis giberelin menyebabkan pemanjangan dan pembelahan sel pada subapikal berjalan lambat sehingga mengalihkan asimilat ke fase generatif (Krishnamoorthy 1981). Regresi antara konsentrasi paclobutrazol dengan tinggi tanaman menunjukkan bahwa kurva respon yang dihasilkan bersifat kuadratik. Konsentrasi 5 ppm merupakan konsentrasi paling optimum dibandingkan konsentrasi paclobutrazol konsentrasi lainnya. Persamaan regresi antara konsentrasi paclobutrazol dengan tinggi tanaman adalah y = 22.27 + 0.1451x – 0.01271x2 yang menunjukkan jika kandungan konsentrasi paclobutrazol bernilai 0 maka tinggi tanaman adalah 22.27 cm dengan konsentrasi paclobutrazol optimum sebesar 5.7081 ppm menghasilkan tinggi tanaman sebesar 22.68 cm (Gambar 8A). Regresi antara konsentrasi paclobutrazol dengan lebar tanaman menunjukkan bahwa kurva respon yang dihasilkan juga bersifat kuadratik. Konsentrasi 9 ppm merupakan konsentrasi paling optimum dibandingkan konsentrasi paclobutrazol konsentrasi lainnya. Persamaan regresi antara konsentrasi paclobutrazol dengan tinggi tanaman adalah y = 2.893 + 0.04165x – 0.002299x2. Hal ini menunjukkan jika kandungan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm maka lebar daun adalah 2.89 cm dengan konsentrasi paclobutrazol maksimum sebesar 9.06 ppm menghasilkan lebar daun terlebar sebesar 3.08 cm (Gambar 8B). Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diduga bahwa peningkatan konsentrasi paclobutrazol lebih dari 15 ppm tidak akan meningkatkan pertumbuhan tanaman K. parviflora pada tahap aklimatisasi. Aplikasi paclobutrazol di atas 15 ppm dikhawatirkan menghambat pertumbuhan tanaman. Menurut Cathey (1975) dan Harjadi (2009), tanaman yang diberi retardan dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman terutama tinggi tanaman sehingga tanaman tampak roset dan kompak. Keragaan tanaman pada 10 MSP ditampilkan pada Gambar 9.
16
Gambar 8 Hasil regresi respon tanaman terhadap konsentrasi paclobutrazol pada parameter tinggi tanaman (A) dan lebar daun (B) K. parviflora
Gambar 9 Keragaan tanaman K. parviflora pada beberapa konsentrasi paclobutrazol dalam media kompos (A) dan arang sekam (B) saat 7 MSP. Garis = 12 cm
17
SIMPULAN Tanaman K. parviflora yang ditanam pada media arang sekam 100% memiliki tinggi tanaman, panjang dan lebar daun yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang ditanam pada media yang mengandung kompos. Aplikasi paclobutrazol hingga konsentrasi 15 ppm tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman K. parviflora pada seluruh parameter yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam yang mengandung kompos menunjukkan hasil yang paling baik terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA Addy K, Green L. Herron E. 2004. pH and Alkalinity. [Internet] [diunduh 2013 Des 22]. Tersedia pada: http://www.uri.edu/ce/wq/ww/Publications/ pH%26alkalinity.pdf. Adriance GW dan Brison FR. 1971. Propagation of Horticultural Plants. New York (US): Tata McGraw-Hill. Alveno V. 2012. Multiple in vitro shoot induction of Kaempveria parviflora Wall. Ex. Baker [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Asrodiah R. 2005. Pemanfaatan serasah kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan stroberi (Fragaria ananassa Duch) yang ditanam secara hidroponik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Astuti D. 2006. Pengaruh intensitas cahaya dan periode aklimatisasi terhadap pertumbuhan serta kualitas layak display tanaman walisongo (Scefflera arboricola) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Berova M, Zlatev Z, Stoeva N. 2002. Effect of paclobutrazol on wheat seedling under low temperature stress. J Plant Physical. 28 (1-2): 75-84. Cathey HM. 1975. Comparative plant growth-retarding activities of Ancymidol with ACPA, Phosfon, Chlormequat and SADH on ornamental plant species. Hort. Sci. 10(3):204-216. Christov C, Tsvetkov I, Kovachev V. 1995. Use of paclobutrazol to control vegetative growth and improve fruiting efficiency of grapevines (Vitis vinera L.). J Plant Physiol. 21(4): 64-71. Corwin DL, Lesch SM. 2003. Application of soil electrical conductivity to precision agriculture: theory, principles, guidelines. Agron J. 95: 455-471. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Perkembangan volume ekspor tanaman obat [Internet]. [diunduh 29 Sep 2013]. Tersedia pada: http//hortikultura.deptan.go.id/?q=node/433. Evi. 2012. Altitude and shading condition affect vegetative growth of Kaempferia parviflora [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fahmi ZI. 2013. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. [Internet] [diunduh 2014 Feb 2]. Tersedia pada http://www.ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/17 .%20media%20tanam%20sebagai%20faktor%20eksternal%20dalam%20perk ecambahan%20benih-ok.pdf
18 Handini AS. 2012. Pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium lasianthera pada tahap aklimatisasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya. Hardjanti S. 2005. Pertumbuhan setek adenium melalui penganginan, asal bahan setek, penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Agrosains. 7(2): 108114. Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hastuti W. 2002. Uji pengaruh tempat aklimatisasi dan waktu perendaman bibit dalam beberapa konsentrasi larutan Hoagland terhadap keberhasilan aklimatisasi bibit calla lilly (Zantedschia rehmanii) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hoesen DSH, Sumarnie, Panggabean G. 1996. Kultur jaringan temu glenyeh (Curcuma soloensis Val.). Di dalam: Prosiding Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik APINMAP 1996 [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Balitbang Botani, Puslitbang Biologi LIPI. hlm 272-277. Husni A, Hobir, Sukmadjaja D. 1994. Aklimatisasi bibit kapolaga asal kultur jaringan. Bul Litro. 9(2): 73-76. ICS UNINDO. 2009. Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker. [internet] [diunduh 2012 Des 12]. Tersedia pada: http://maps. ics. trieste. it/ Home/ TechnologyInfo/621. Karim MA. 2013. Pematahan dormansi rimpang Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Krishnamoorthy HN. 1981. Plant Growth Substance Including Application in Agriculure. New Delhi (IN): Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. Mariana M. 2009. Pertumbuhan dan produksi tiga varietas bibit kentang (Solanum tuberosum L.) pada berbagai konsentrasi pupuk daun super ACl dengan sistem aeroponik. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Pekan Kentang 2008 [Internet]. 2008 Agu 20-12; Lembang,, Indonesia. Lembang (ID): Departemen Pertanian. hlm 162-173. Marlina N, Rusnandi D. 2007. Teknik aklimatisasi bibit anthurium pada beberapa media tanam. Bul Teknik pertanian. 12(1): 38-40. Putiyanan S, Chansakaow S, Phrutivorapongkul A, Charoensup W. 2008. Standard pharmacognostic characteristic of some Thai herrbal medicine. CMU J Nat Sci. 7(2):239-255. Rahma A. 2013. Analisis produksi dan kandungan bahan aktif Kaempferia parviflora Wall. Ex. Baker pada ketinggian dan tingkat naungan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rohayati E, Marlina N. 2009. Teknik aklimatisasi plenlet anyelir (Dianthus caryophyllus L.) untuk tanaman induk. Bul Teknik Pertanian 14(2): 72-75. Rujjanawate C, Kanjanapothi D, Amornlerdpison D, Pojanagroon S. 2005. Antigastric ulcer effect of Kaempferia parviflora. J Ethnopharmacol. 102: 120-122. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid ke-3. Lukman dan Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari Plant Physiology, 4th Edition.
19 Satjapradja O, Setyaningsih L, Syamsuwida D, Rahmat A. 2006. Kajian penggunaan paclobutrazol terhadap pertumbuhan semai Agathis loranthifolia. J Manajemen Hutan Tropika. 7(1): 63-73. Setyorini D, Saraswati R, Anwar EK. 2012. Kompos. [Internet] [diunduh 2014 Jan 30]. Tersedia pada http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pdf. Slamet. 2011. Perkembangan teknik aklimatisasi tanaman kedelai hasil regenerasi kultur in vitro. J Litbangtan. 30(2) 48-55. Sukmadjaja D, Mariska I. 2003. Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultu Jaringan. Bogor (ID): Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Suradinata YR, Nuraini A, Setiadi A. 2012. Pengaruh kombinasi media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan tanaman anggrek dendrobium sp. pada tahap aklimatisasi. J Agrivigor. 11(2): 104-116. Suryanto A, Dwi WS. 2010. Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman. Malang (ID): Brawijaya University Pr. Susila AD. 2013. Modul Kuliah Dasar Dasar Hortikultura. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura. Syam’un E, Fernita H, Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. J Agrivigor. 7(2): 170-179. Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas. Wijayanti E, Susila AD. 2013. Pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat (Lycopersicon esculentum mill.) secara hidroponik dengan beberapa komposisi media tanam. Bul Agrohorti. 1(1):104-112. Winten KTI. 2009. Zat pengatur tumbuh dan peranannya dalam budidaya tanaman. Majalah Ilmiah Untab. 6: 49-59. Wulandari AS, Mansur I, Sugiarti H. 2011. Pengaruh pemberian kompos batang pisang terhadap pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). J Silvikultur Tropika. 3:78-81. Yenjai C, Prasanphen K, Daodee S, Wongpanich V, Kittakoop P. 2004. Bioactive flavanoids from Kaempferia parviflora. Fitoterapia 75: 89-92. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 5 September 1991 dari ayah Grambang Suwahyo dan ibu Sri Nurdayani. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 47 JAKARTA dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti Leadership and Entrepreneurship School IPB tahun 2009, Gentra Kaheman IPB tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis pernah berkesempatan mengikuti kegiatan magang di Pusat Kajian Buah Tropika (sekarang PKHT) di Kebun Tajur dan Kebun Pasir Kuda.selama satu bulan. Pada bulan Juni sampai Agustus 2012 penulis melaksanakan kuliah kerja profesi (KKP) di Desa Jatimulya, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selama kuliah penulis mengikuti berbagai kepanitiaan seperti panitia Masa Perkenalan Departemen AGH 47, panitia Agrosportment III, panitia IPB Art Contest tahun 2012 serta staf hubungan masyarakat dalam Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2013.