Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
Coca-Cola (Cool Handycraft And Cooking Class) Sebagai Sarana Pengembangan Potensi Kewirausahaan Bagi Anak Jalanan dan Marginal di Komunitas Save Street Child Surabaya Aisyah Nusa Ramadhana (
[email protected]), Aisah Anggraeni Reswariningtyas, Muhammad Reza Dzulfikri
Abstract The condition of street children in Indonesia every year has increased. Ministry of Social Affairs noted, the number of street children in 2016 reached 4.1 million or increased 100 percent. Khofifah Indar Parawansa said that the increase of street children in 2016 increased dramatically compared to 2015. This data is obtained in the calculation of children who are living in the House of Child Social Protection throughout Indonesia. The street children are the average of those who are still between 6-18 years of school age. Poverty is one of factor that causes a child to live on the streets, in addition to coercion from parents to work on the streets so that children are able to complete the life necessary of family. Solutions that can be done to overcome one of these factors is to develop the entrepreneur mindset to street children and marginal so that they can become an independent person. To that end, we create a program for empowering street children and marginal through the development of entrepreneurship potential with Coca-Cola method (Cool Handycraft and Cooking Class) which is uniquely arranged and fun for socialization can be delivered well and easily understood by street children and marginal communities. In addition, the training program is implemented with support of module so that this program can be continued by the cadres, that is the coaches and the volunteers or the participants. So it can be a sustainable program. Keywords: Street Children, Marginal, Potential, Entrepreneurship PENDAHULUAN Marginal, rentan dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan umunya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Sedangkan disebut eksploitatif karena mereka
biasanya memiliki posisi tawar- menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti dkk. (eds.)1997). Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang 1
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada tuanya. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Ketiga, children from of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalan sejak anak masih bayi bahkan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. (Bagong, 1999:41-42) Kementrian Sosial (Kemensos) mencatat, jumlah anak jalanan (anjal) pada tahun 2016 mencapai 4,1 juta atau meningkat 100 persen. Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, bahwa peningkatan anjal di tahun ini meningkat drastis dibanding tahun lalu 2015. Data ini didapat dalam perhitungan anjal yang tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) di seluruh Indonesia. Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti kesulitan ekonomi keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga tangga orang tua, masalah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orang tua, rasa ingin bebas untuk hidup mandiri di jalanan, serta pengaruh teman. Pada batas-batas tertentu, memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan
merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orang tuanya. (Bagong, 1999:48). Faktor kemiskinan dan paksaan oleh orang tua kepada anak untuk bekerja di jalanan tersebut yang menjadi titik perhatian bagi kami. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi salah satu faktor tersebut yaitu dengan menanamkan mindset wirausaha kepada anak jalanan dan marginal agar mereka mampu menjadi pribadi yang mandiri. Untuk itu disini kami membuat sebuah program pemberdayaan anak jalanan dan marginal melalui pengembangan potensi kewirausahaan dengan metode COCACOLA (Cool Handycraft and Cooking Class) yang disusun secara unik dan menyenangkan agar sosialisasi dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami oleh anak jalanan dan marginal. Program pemberdayaan anak jalanan dan marginal melalu pengembangan potensi kewirausahaan ini dilakukan di salah satu komunitas pemerhati anak jalanan dan marginal yaitu komunitas Save Street Child. Save Street Child adalah gerakan komunitas yang mengaktualisasikan kepedulian kepada anak-anak jalanan dan marginal. Saat ini, Komunitas Save Street Child sudah melebar di 18 kota yakni Jakarta (Koordinator Pusat), Surabaya, Makasar, Medan, Bandung, Yogyakarta, Depok, Manado, Padang, Blitar, Malang, Semarang, dan sebagainya. Yang menjadi sasaran pada program ini yaitu Save Street Child Surabaya (SSCS). Total jumlah anak didik SSCS hampir mencapai 2
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
300 anak yang tersebar di beberapa wilayah di Surabaya, antara lain kawasan Jembatan Merah Plaza (JMP) : 50 anak, kawasan Makam Rangkah : 50 anak, kawasan Taman Bungkul : 20 anak, kawasan Traffic Light (TL) Jalan dr.Moestopo (Ambengan Selatan Karya) : 70 anak, kawasan Traffic Light (TL) HR Muhammad : 20 anak, kawasan Traffic Light (TL) Kertajaya : 20 anak, kawasan Traffic Light (TL) Ambengan : 10 anak, kawasan Gemblongan : 20 anak, kawasan Joyoboyo : 30 anak. Mereka yang menjadi anak didik di SSCS adalah anak jalanan dan marginal yang masih dalam usia sekolah, yaitu yang berada pada rentang usia 6-18 tahun. Mereka menjalani hidup dengan tidak selayaknya seperti kehidupan anak-anak pada umumnya. Mereka harus bekerja untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga sejak usia yang begitu dini. Banyak diantara mereka yang berjualan kran di tengah lampu merah, mengamen, mengemis, menyemir sepatu, serta menjadi pedagang asongan. Berbagai profesi mereka jalani tanpa harus mempertimbangkan resiko asalkan mereka mendapatkan rupiah. Tidak sedikit anak didik di SSCS ini yang tidak bersekolah. Meski sekolah pun mereka juga hanya dapat mengampu pendidikan yang sangan minim. Mereka tidak punya banyak waktu luang untuk belajar. Apalagi yang tidak bersekolah dapat membaca dan menulis pun sudah sangat untung-untungan. Selanjutnya kami memfokuskan program COCA-COLA (Cool Handycraft and Cooking Class) sebagai sarana pengembangan potensi kewirausahaan ini pada anak didik yang berada di daerah Gemblongan yang berjumlah 20 anak, yang mana anak didik di daerah tersebut
adalah dominasi perempuan. Karena sangat berkaitan dengan program yang dilakukan yaitu dengan metode pembuatan kerajinan tangan dan kelas memasak. Seperti perempuan pada umumnya yang mempunyai kesabaran dan ketelitian yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Serta tidak asing lagi bagi perempuan dalam kegiatan masakmemasak. Juga dilakukan proses kaderisasi pada anak didik di daerah Gemblongan ini agar menyalurkan wawasan dan pengalaman baru yang mereka dapatkan kepada teman-teman lain yang berada di seluruh wilayah SSC Surabaya. Dalam komunitas SSCS terdapat lebih dari 150 anggota sukarela yang secara aktif dan pasif ikut berperan dalam melaksanakan program kegiatan SSCS. Mereka dari latar belakang yang bermacam-macam, mulai dari pelajar SMA, mahasiswa, bahkan yang sudah berkeluarga. Anggota komunitas SSCS tersebut sangat berpotensi untuk membantu jalannya program COCACOLA (Cool Handycraft and Cooking Class) sebagai sarana pengembangan potensi kewirausahaan ini. Disamping berpengalaman dalam mengajarkan banyak hal seperti pendidikan dan kesehatan, mereka juga mempunyai kesabaran yang tinggi dalam membimbing para anak jalanan dan marginal. Komunitas SSCS ini mempunyai basecamp yang lokasinya cukup luas dan memadai yang dapat dijadikan tempat untuk melaksanakan program ini. Faktor ekonomi yang dijadikan alasan bagi anak jalanan hingga rela melupakan pendidikan memang sudah menjadi rahasia umum. Mereka terpaksa 3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
menjadi anak jalanan untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan diadakannya program COCACOLA (Cool Handycraft and Cooking Class) sebagai sarana pengembangan potensi kewirausahaan ini dapat menanamkan mindset wirausaha pada anak jalanan dan marginal sehingga mereka menjadi pribadi yang mandiri. Mereka dapat berkarya sesuai kemampuan masing-masing dan hasil karya tersebut dapat dijual yang nantinya keuntungan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, program ini dapat berguna dalam jangka waktu panjang. Ketika anak jalanan dan marginal sudah mempunyai mindset wirausaha, maka mereka tidak akan menjadi anak jalanan untuk seterusnya karena mereka akan berusaha untuk terus berkarya dan selalu mempunyai inovasi baru. Bisa dikatakan dari program COCACOLA (Cool Handycraft and Cooking Class) sebagai sarana pengembangan potensi kewirausahaan ini dapat mengurangi persentase jumlah anak jalanan pada tahapan menekan jumlah anak yang berada di jalanan melalui pemberdayaan dengan COCA-COLA ini.
METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan dilakukan dalam periode 4 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni tahun 2017. Tempat pelaksanaan yaitu di basecamp komunitas Save Street Child Surabaya dengan alamat Jalan Semampir Selatan Gg. IIA No.45, Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.
Teknik, Cara dan Tahapan 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan diagnosa terhadap masyarakat sasaran yaitu manakah anak didik yang memerlukan bimbingan sewajarnya dan manakah anak didik yang memerlukan bimbingan khusus karena perbedaan usia yang menyebabkan perbedaan daya serap pada materi penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan. Selain itu, juga dilakukan diagnosa analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku atau menghambat program. 2. Wawancara Masyarakat Sasaran Agar data yang diperoleh bersifat valid dan obyektif maka diadakan wawancara langsung ke pembimbing yang ada di Komunitas Save Street Child Surabaya. Dari wawancara ini diketahui berbagai masalah yang dihadapi masyarakat sasaran. 3. Pre Test Sebelum melakukan penyuluhan dan pelatihan program pengembangan potensi kewirausahaan, diadakan pre test yang isinya tentang bagaimana pengetahuan mengenai konsep wirausaha untuk mengetahui minat anak didik pada Coca Cola (Cool Handycraft and Cooking Class) sebagai metode pebelajaran bagi anak jalanan dan marginal di Komunitas Save Street Child Surabaya. 4. Persiapan Pengenalan Coca-Cola Persiapan juga meliputi pengadaan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktek Coca-Cola (Cool Handycraft and Cooking Class), kunjungan mingguan ke pusat 4
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
5.
keramaian, pembuatan pamflet yang unik dan menarik serta gantungan kunci yang berisi motivasi untuk berwirausaha. Sosialisasi dan Pembelajaran dengan Coca-Cola Sosialisasi dimulai dengan perkenalan Coca-Cola, untuk menarik perhatian anak didik diawal sosialisasi. Tema sosialisasi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: Pertemuan 1-2: “Wirausaha Ceria”, meliputi materi tentang konsep wirausaha dan pentingnya pengenalan wirausaha untuk anak usia dini. Pertemuan 3-4: “Which One Your Cool Handycraft:”,yang artinya “Yang Mana Kerajinan Tangan Keren-mu”, meliputi materi pengenalan jenis kerajinan tangan, pilihan kerajinan tangan keren yang disukai oleh para anak didik di komunitas SSCS, serta proses pelatihan untuk membuat kerajinan tangan. Pertemuan 5-6: “Let’s Join Cooking Class”, yang artinya “Ayo Gabung Kelas Memasak”, meliputi materi pengenalan jenis masakan antara lain masakan untuk makanan berat dan makanan ringan, pilihan masakan yang disukai oleh para anak didik SSCS; dan proses pelatihan untuk memasak Pertemuan 7-8: “Market Day”, yang artinya “Hari Pasar”, meliputi kegiatan berkunjung ke pusat keramaian seperti Car Free Day, bazaar atau pasar rakyat untuk memasarkan hasil kreasi para anak didik SSCS.
Sosialisasi juga dilakukan dengan pemberian pamflet dan gantungan kunci. Plamfet “Coca Cola Perintis Wirausaha” merupakan pamflet yang didesain lucu dan menarik. Berisi motivasi serta ringkasan isi sosialisasi. Juga dicantumkan ikon Coca-Cola supaya lebih diingat oleh anak didik. Juga akan diberikan gantungan kunci “Coca-Cola dan Wirausaha Nyatanya Nyegerin”. Gantungan kunci diharapkan bisa menjadi pengingat bagi anak didik untuk senantiasa berwirausaha. Gantungan kunci akan didesain secara unik dengan menampilkan ikon “CocaCola” yang memberikan motivasi untuk senantiasa mengembangkan potensi wirausaha. Berlangsung sebulan sekali selama 2 bulan. Selanjutkan akan ada evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman anak didik setelah dilakukan sosialisasi mengenai pengembangan potensi kewirausahaan. Hasilnya akan dibandingkan dengan tingkat pemahaman saat pre test. Cara Kerja 1. Cool Handycraft (Kerajinan Tangan yang Keren) 1.1 Pengenalan Jenis Kerajinan Tangan Pengenalan ini dilakukan dengan menggunakan media presentasi power point. Ada juga kegiatan interaktif, yang mana ada tanya jawab mengenai jenis-jenis kerajinan tangan dilihat dari bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan antara lain kertas 5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
origami, kertas kokoru, kain flannel, busa, kardus, lem serbaguna, dapat juga memanfaatkan barang bekas seperti kaleng, botol minuman, kotak makanan, dan barang lain yang dapat ditemukan di sekitar SSCS. 1.2 Pilihan Kerajinan Tangan Keren yang Disukai oleh Para Anak Didik SSCS. Pada tahap ini, para siswa dipersilahkan untuk memilih jenis kerajinan tangan yang mereka sukai. Setelah itu akan diberikan contoh-contoh dari jenis kerajinan tangan yang sudah jadi. Lalu ada pembentukan kelompok yang terdiri dari beberapa anak didik berdasarkan jenis kerajinan tangan yang dipilih. 1.3 Proses pelatihan untuk membuat kerajinan tangan Proses pelatihan dilakukan dengan alat dan bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kerajinan tangan yang dibuat adalah sesuai dengan apa yang telah dipilih masing-masing siswa, dapat berupa boneka, tempat pensil, tempat foto, kartu ucapan, gantungan kunci, dan sebagainya. 2. Cooking Class 2.1 Pengenalan Jenis Masakan Pengenalan ini dilakukan dengan mengklasifikasikan masakan antara makanan berat dengan makanan ringan seperti kue, camilan dan makanan pencuci mulut. Media yang digunakan dalam tahap ini yaitu media presentasi power point. Ada juga
kegiatan interaktif, yang mana ada tanya jawab mengenai jenis-jenis masakan. 2.2 Pilihan Masakan yang Disukai oleh Para Anak Didik SSCS Pada tahap ini, para siswa dipersilahkan untuk memilih jenis masakan yang mereka sukai. Setelah itu akan diberikan contohcontoh dari jenis masakan. Lalu ada pembentukan kelompok yang terdiri dari beberapa anak didik berdasarkan jenis masakan yang dipilih. 2.3 Proses Pelatihan untuk Memasak Proses pelatihan dilakukan dengan alat dan bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Masakan yang dibuat adalah sesuai dengan apa yang telah dipilih masing-masing anak didik. Untuk proses pelatihan memasak dapat dimulai dari bahan yang sederhana. Contohnya memasak makanan berat seperti nasi goreng, mini burger, sandwich, dan sejenisnya. Sedangkan untuk makanan ringan dapat memasak jamur crispy, brokoli crispy, mini lumpur, lumpur fla, keripik talas, keripik ceker, dan sejenisnya. Lalu untuk makanan pencuci mulut antara lain fruit pudding, choco pudding, dan jenis pudding yang lain.
6
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
Skema Kerja Gambar 1.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Pengumpulan Data dan Perencanaan Program
Wawancara Masyarakat Sasaran
Persiapan Alat, Modul, dan Materi Pelatihan
Pre Test
Sosialisasi
Peninjauan Ulang dan Perbaikan Metode
Evaluasi Program
Post Test
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberdayaan anak jalanan dan marginal melalui pengembangan potensi kewirausahaan dengan metode COCACOLA (Cool Handycraft and Cooking Class) yaitu memperkenalkan kepada anak didik di komunitas Save Street Child Surabaya wilayah Gemblongan mengenai wirausaha dengan berkreasi dalam membuat kerajinan tangan serta masakmemasak. Melalui kegiatan pelatihan ini,
anak didik di komunitas SSCS wilayah Gemblongan merasa telah mendapat suatu pengetahuan dan keterampilan baru yang belum pernah mereka peroleh. Dengan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak, menjadikan bekal bagi mereka untuk bisa merintis wirausaha. Kegiatan dengan bentuk pelatihan akan memberi kesempatan kepada adikadik untuk mengalami proses belajar secara lebih lengkap dan komprehensif melalui kegiatan yang memfasilitasi pengembangan ranah kognitif, afektif/emosi, dan keterampilan (skill). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Afiatin et al. (2013) bahwa pelatihan merupakan salah satu cara pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan dilakukan oleh pelatih dengan memberi kesempatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu pada saat ini dan masa mendatang. Pelatih ialah seseorang yang melatih keterampilan tertentu kepada orang lain agar mampu dan mau melakukan minatnya sendiri dalam waktu yang relatif singkat. Seorang pelatih juga disebut fasilitator yang berarti orang yang membantu orang lain untuk belajar meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Seorang fasilitator harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik pelatihan, kemampuan empati dan kepekaan, serta keterampilan personal dan interpersonal. Kegiatan pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak memfasilitasi adik-adik untuk mengembangkan potensi kewirausahaan pada usia dini. Kegiatan ini dirasakan menarik oleh adik-adik yang merupakan anak didik komunitas SSCS karena dikemas dengan metode yang unik dan menyenangkan melalui program COCA7
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
COLA ini. Menurut keterangan dari pihak humas SSCS, kegiatan serupa dengan COCA-COLA pernah dilakukan di komunitas SSCS yaitu program keterampilan. Namun hanya berlangsung sementara, karena adik-adik merasa bosan dengan jenis kerajinan tangan yang kurang variatif serta kurangnya kemampuan relawan pengajar di SSCS dalam memberikan inovasi program keterampilan yang akan diajarkan. Program COCA-COLA mempunyai tiga fokus penting yaitu pelatihan membuat kerajinan tangan, pelatihan memasak, serta puncaknya yaitu pelatihan kewirausahaan. Pelatihan membuat kerajinan tangan dikemas dengan dengan nama “Which One Your Cool Handycraft” (yang mana kerajinan tangan keren-mu). Dimana pada pelatihan tersebut diperkenalkan jenis-jenis kerajinan tangan dan proses pelatihan untuk membuat kerajinan tangan. Selanjutnya pelatihan memasak dengan nama “Let’s Join Cooking Class” (ayo gabung kelas memasak). Yang mana terdapat sosialisasi mengenai jenis-jenis masakan dan proses pelatihan memasak. Yang terakhir yaitu pelatihan kewirausahaan dengan ”Market Day” yaitu membuar bazaar kecil-kecilan untuk memasarkan hasil kreasi adik-adik serta memperkenalkan bagaimana proses jualbeli kepada adik-adik. Selama kurang lebih 4 bulan berlangsung pelatihan keterampilan pada adik-adik di komunitas Save Street Child Surabaya wilayah Gemblongan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang sebelumnya adik-adik kurang terampil dalam berkreasi membuat kerajinan tangan dan memasak, setalah diberikan beberapa pelatihan menjadikan adik-adik
mempunyai keahlian yang lebih dari sebelumnya. Yaitu mereka juga menjadi pribadi yang kreatif serta mempunyai semangat yang tinggi untuk selalu berkarya dengan bekal keterampilan baru yang telah mereka dapatkan. Selain itu, terdapat perubahan mindset pada anak jalanan dan marginal di komunitas Save Street Child Surabaya mengenai faktor ekonomi, yang awalnya mereka hanya bisa bergantung kepada orang lain di jalanan, menjadi muncunya mindset wirausaha. Yaitu dorongan untuk selalu berkarya dan meritis wirausaha sejak usia dini. Sebagian besar adik-adik mengaku bahwa program keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak ini merupakan sesuatu baru yang sangat menyenangkan. Ditambah lagi dukungan dari para relawan pengajar yang senantiasa ikut serta dalam penyelenggaraan program COCA-COLA. Seluruh komentar yang diutarakan oleh relawan pengajar rata-rata adalah komentar yang positif, menanggapi keberlangsungan program COCA-COLA yang mampu memberi pengetahuan, latihan, serta praktik keterampilan dalam membuat kerajinan tangan dan memasak yang sangat berguna sebagai bekal adikadik di masa yang akan datang. Melalui kegiatan pemberian umpan balik terhadap keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak yang telah dipraktikkan oleh adik-adik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan, wawasan serta motivasi adik-adik untuk terus mempraktikkan keterampilannya. Untuk mendukung keberlangsungan dan keberlanjutan program COCACOLA, maka dilakukan kerjasama yang baik dengan pihak komunitas Save Street 8
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
Child Surabaya sendiri. Mulai dari pembnetukan kader, penggalangan dana untuk modal adik-adik, serta pemasaran produk-produk hasil kreasi adik-adik. Luaran dari program COCA-COLA sendiri yaitu dibuatnya modul sebagai pedoman pembelajaran bagi kader, pengadopsian program COCA-COLA menjadi kurikulum program keterampilan di komunitas Save Street Child Surabaya, serta yang terpenting yaitu tertanamnya mindset wirausaha pada anak jalanan dan marginal di komunitas Save Street Child Surabaya. KESIMPULAN Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, yaitu pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak yang dikemas secara unik dan menyenangkan sebagai metode untuk mengembangkan potensi kewirausahaan bagi anak jalanan dan marginal di Komunitas Save Street Child Surabaya wilayah Gemblongan dapat diuraikan beberapa kesimpulan sebagai berikut. a) Kegiatan pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak pada anak didik di komunitas Save Street Child Surabaya wilayah Gemblongan berlangsung dengan lancar dan baik. b) Kegiatan pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak dirasakan banyak memberi manfaat bagi anak jalanan dan marginal yang mengikuti pelatihan
c) Pelatihan keterampilan membuat kerajinan tangan dan memasak berpengaruh terhadap terbukanya inovasi baru bagi anak didik di komunitas Save Street Child Surabaya wilayah Gemblongan d) Mindset anak jalanan dan marginal telah berubah dari yang awalnya bergantung pada orang lain dalam perekonomian menjadi munculnya mindset wirausaha SARAN Setelah melakukan serangkaian kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan tetap terjalin sinergitas yang baik antara tim PKM-M COCA-COLA dengan semua pihak yang telah membantu kelancaran serta keberlanjutan program. Program COCA-COLA ini mempunyai tujuan yang mulia, jika dikaitkan dengan program pemerintah untuk mengurangi persentase anak jalanan adalah sangat erat hubungannya. Program COCA-COLA harus tetap rutin dilaksanakan mengingat sudah diadopsinya program ini menjadi kurikulum program keterampilan di komunitas Save Street Child Surabaya. DAFTAR PUSTAKA BUKU Afiatin, T. et al. 2013. Mudah dan Sukses Menyelenggarakan Pelatihan: Melejitkan Potensi Diri. Yogyakarta: Kanisius. Afiatin, T. dan Budi Andayani. 2016. “Pelatihan Keterampilan Mendongeng untuk Keluarga Nelayan”. Indonesian Journal of Community Engagement. 2 (1), 5365. Suyanto, Bagong & Sri Sanituti Hariadi. 2002. Krisis dan Child Abuse: Kajian 9
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 5, Nomor 2, Mei- Agustus 2017
Sosiologis tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak dan AnakAnak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (Child in Need of Special Protection). Surabaya: Airlangga University Press. Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana. INTERNET C20 Library & collabtive. 2011. Save Street Child Surabaya. www.ayorek.org Diakses pada tanggal 5 Juni 2017. Santosa, Rebecca. 2015. Teriakan Bagi Hati Diawali Tangisan Mimpi. http://m.beritajatim.com Diakses pada tanggal 5 Juni 2016. Save Street Child Surabaya. 2011. Komunitas Pemerhati Anak Jalanan dan Marginal. www.sschildsurabaya.wordpress.com Diakses pada tanggal 7 Juni 2017. Surabaya News. 2016. 2016 Anjal Meningkat 100%. www.surabayanews.co.id Diakses pada tanggal 7 Juni 2017. Wahyudianta, Imam. 2015. Menyelamatkan Anak Jalanan di Surabaya. http://m.detik.com Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.
10