PERANAN UNITED NATIONS JOINT PROGRAM ON HIV/AIDS (UNAIDS) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDERITA HIV/AIDS DI ZIMBABWE
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
OLEH : NURUL ANISA ASRI E13110262
DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Dalam proses menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan United Nations Joint Program On HIV/AIDS (UNAIDS) Terhadap Penurunan Tingkat Penderita HIV/AIDS Di Zimbabwe, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan. Dalam proses yang tidak sebentar ini, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada ayahanda Ir.H.M.Asri Paremma,MP dan Ibunda Hj.Nuraisyah. Gelar ini saya persembahkan setinggi-tingginya kepada mereka. Terima kasih atas kesabarannya dalam mendidik saya dan mensupport dalam penyelesaian skripsi demi meraih gelar sarjana. Terima kasih atas bantuan dan doa selama ini, saya selalu bangga dan bersyukur menjadi anak ayah ibu. Teruntuk suami saya tercinta Ardiansyah, terima kasih telah menjadi partner hidup saya. Terima kasih atas kesabaran dan support kepada saya dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas kasih sayang dan pengertiannya. Teruntuk anakku tersayang Muh.Omar Zeeshan Ardiansyah terima kasih telah hadir di kehidupan mama, sebagai pelengkap kebahagiaan mama. I can’t describe
iii
how happy i’m to have you, you’re my precious thing. I love you to the moon and back. Tidak lupa untuk kedua kakakku tersayang Reski Amalia Asri dan Rina Aprinasari Asri yang tidak pernah berhenti memberikan kritik dan saran agar saya cepat menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana seperti kalian. Tetaplah menjadi kakak-kakak penyayang dan anak-anak yang membanggakan untuk ayah ibu. Skripsi ini tidak akan pernah membawa saya untuk meraih sarjana tanpa bimbingan dan ketulusan para dosen jurusan Ilmu Hubungan internasional. Rasa hormat saya yang setinggi-tingginya kepada dua dosen pembimbing saya Bapak Nasir Badu (pembimbing ll) dan Ibu Pusparida Syahdan (pembimbing ll). Terima kasih teruntuk tim penguji saya yang teristimewa Bapak Ishak Rahman, Bapak Burhanuddin, Bapak Ashry Sallatu dan Bapak Aswin. Kepada dosendosen Jurusan Ilmu Hubungtan Internasional Pak Adi, Pak Patrice, Pak Darwis, Pak Adi, Pak Agus dan Ibu Isdah terima kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama enam tahun menjalani pendidikan. Kepada seluruh teman angkatan terbaikku HITEN, HI UNHAS 2010. Daus, ayok joint lagi. Kak mamat, semangat skripsinya bapak dua anak. Fiqhi, aku rindu ketawa dan perut buncit mu. Mail, haii. Juned, jangan terlalu gondrong jun. Jullianz,brewoknya dicukur bang. Evan, hai maros. Budiaf, jangan terlalu gendut bucca. Fahmi, malaikat tanpa sayapnya anak HITEN. ilho, alhamdulillah calon bapak. Iqbal, ayo semngat skripsi. Eki ilham, palopooooo. Krisna, sukses sekolahnya bli. Ignas, lamar mi rindy nas. Radhit, semoga makin suskes dengan
iv
bandnya bang,metal!!. Cacang, rindu” tong ka sama kau. Semoga cepat mendapatkan hidayah nah hasan. Syahrul, kalo gondrong mirip aming. Mahfud, appu rusak laptop ku. Radhityo, bang dito ayok ujian. Hendra, semoga sukses dengan job baru mu hend. Maul, sukses going merry shop ta ul. Lya a.k.a UUNDE, semoga diet selanjutnya sukses shay. Chelsi, kurang-kurangi galau ta. Rindhy, dii muka jodoh ko sama ignas. Rere, hai sengkang. Tya, ibu banker. Mully, itunaaa. Widya, hai teman sd-kuliah. Amirah, sukses sekolah dan cintanya ami. Ayu, cewek cerdas nan baik. Mega, cewek cerdas, sang petualang dengan segudang ambisinya. Semoga planningnya sukses, yang awet dengan mas mu. Thankyou so much meg. Yaya, istri soleha si abang. Nini, semoga sukses sekolahnya dan terimakasih atas bantuannya ni. Nunu, jangan suka bertengkar sama nenek mu ya nu. Nining, hai bunda fia. Tri novita sari, semoga makin gede, insyaf yuk. Ina, pelukis handal. Dita, ayo semangat kuliah. Kepada BANS, hidupku hampa tanpa kalian. Adey April, cewek urat, maminya omar semoga segera diberikan “rezeki” sama Allah. Aini darmansyah, paling banyak gak sukanya, tapi kalau sama mas semuanya “suka’. Irma Dwiyani, karaeng lomponya jeneponto, tabeee. Irma Arfianty, tanya film apa aja sama dia, pasti doi tau. Citra N Fariaty, hai makcomblangku. Cukup satu dekade. Sri wahyuni, ketawa kuda semoga bisa kurusan lagi. Windyanda, kurakura. The next anne avantie, aamiin. Nana narunda, si cerdas pemakan segala, semoga mukanya segera nongol di Tv nasional. Ayokkk liburan bareng. Teruntuk teman-teman singers DB3 VOICE, teristimewa untuk Tim Grand Prix Pattaya 2012. Kak achie tamrin,Kak Nhya Akib, Kak Jhanet,
v
Kak Alice, Kak Dilah, Kak Akbar Nurdin, Kak qutub, Erwin, Ryan,Adin, Kak rina, Kak oktami dewi, Adek Muttia, Krisna, Nana narundana, Kak abhe lutfi, Tri Novitasari, Chelsy Yurista, Ria asrar, Amirah fuadiah. Terimakasih atas rasa sayangnya selama saya di DB3 Voice, terimakasih atas pengalaman berharganya. Kalian luar biasa. Tidak lupa rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Bunda dan Kak Rahma , terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis selama proses pengurusan berkas sampai ujian akhir. Maaf selalu merepotkan, semoga panjang umur dan sehat selalu. Akhirnya dengan segala kerendahan hati permohonan maaf penulis haturkan apabila ada hal yang kurang berkenan. Skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan doa dan semangat kepada penulis. Makassar, 30 Mei 2016
Penulis
vi
ABSTRAKSI
Nurul Anisa Asri, E131 10 262, dengan judul “Peranan United Nations Joint Program On HIV/AIDS (UNAIDS) Terhadap Penurunan Tingkat Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe” di bawah bimbingan Muhammad Nasir Badu, Ph.D selaku pembimbing I dan Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran UNAIDS dalam upaya penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data-data sekunder berupa buku, jurnal, dokumen, dan berbagai sumber valid. Seluruh data dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UNAIDS sebagai sebuah organisasi internasional menjadi bantuan dan penyalur bantuan luar negeri kepada Zimbabwe bekerja sama dengan pemerintah Zimbabwe untuk mengurangi tingkat penderita di negara tersebut. Keberadaan UNAIDS di Zimbabwe telah mempengaruhi penurunan tingkat penderita HIV/AIDS. Namun, upaya kerjasama ini memiliki hambatan yakni kondisi perekonomian dan sumber daya manusia di Zimbabwe yang kurang baik. Selain itu faktor kebudayaan masyarakat yang cukup sulit menerima perubahan akan suatu hal juga menjadi salah satu hambatan. Kata Kunci : Zimbabwe, UNAIDS, HIV/AIDS
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................
iii
ABSTRAKSI..............................................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xi
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................... A. B. C. D. E.
1
Latar Belakang ....................................................................... Batasan dan Rumusan Masalah.............................................. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... Kerangka Konseptual ............................................................. Metode Penelitian ..................................................................
1 6 6 7 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
13
A. Organisasi Internasional .......................................................... B. Bantuan Luar Negeri/ Foreign Aid.......................................... C. Isu-Isu Internasional ...............................................................
13 22 27
BAB III PROGRAM KERJA UNAIDS DI ZIMBABWE ...................
31
A. Latar Belakang UNAIDS......................................................... B. Situasi HIV/AIDS di Zimbabwe ............................................. C. Program UNAIDS di Zimbabwe ............................................. D. Tingkat Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe ........................... E. Hambatan Penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe ............
31 47 54 63 69
viii
BAB IV PERAN UNAIDS DALAM PENURUNAN TINGKAT PENDERITA HIV DI ZIMBABWE................................................................. 71 A. Keterlibatan UNAIDS dalam Upaya Penurunan Tingkat HIV/ AIDS di Zimbabwe .............................................................. B. Dampak Keberadaan UNAIDS dan Programnya Terhadap Tingkat Penderita HIV di Zimbabwe..................................... C. Hambatan UNAIDS di Zimbabwe .........................................
71 80 83
BAB V PENUTUP..................................................................................
86
A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran.......................................................................................
86 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
88
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Total Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe pada akhir 2007 ........
66
Tabel 3.2 Rata-rata tingkat penderita HIV/AIDS Zimbabwe 2008-2009 ...
67
Tabel 3.3 Total Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe 2007, 2008, 2009 ......
68
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Klarifikasi dan Karakter Umum Organisasi Internasional ...
19
Gambar 3.1 Program-program penanggulangan HIV/AIDS ....................
54
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1
Grafik Rata-Rata Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe 20062007 ......................................................................................
65
Grafik 3.2
UNAIDS, AIDS Epidemics Update 2007, Global Review ..
66
Grafik 3.3
Penggunaan Kondom Laki-Laki di Zimbabwe 2000-2009 ..
68
Grafik 3.4
Penggunaan Kondom Perempuan di Zimbabwe 2000-2009
69
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini, permasalahan global yang dihadapi oleh manusia semakin kompleks. Mulai dari masalah ekonomi, politik, keamanan, lingkungan hingga kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering kali menjadi perhatian masyarakat dunia adalah penyebaran virus HIV. Penyebaran virus HIV yang sangat cepat di seluruh dunia, menjadi polemik tersendiri di beberapa negara utamanya di negara-negara berkembang di kawasan Afrika dan Asia. HIV (Human Immune Deficiency Virus) merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh tidak dapat melindungi diri dari serangan berbagai macam penyakit. Virus inilah yang menyebabkan AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV. Namun, tidak semua orang yang terjangkit HIV menderita AIDS. Angka harapan hidup bagi orang yang terkena HIV sekitar 10-15 tahun atau bisa lebih namun ini sangat jarang terjadi. Penyebaran virus ini bisa melalui hubungan sex yang tidak aman, jarum suntik, ASI, transfuse darah dan tranplantasi organ atau jaringan tubuh.1 Sekitar 34 juta orang di dunia terjangkit HIV dan 1,7 juta orang meninggal karena AIDS pada tahun 2011 (Global Summary of the Aids Epidemic 2011). 1
Anonim, Modul Pelatihan untuk Pencegahan HIV/AIDS, Makassar, YASIN dan UNICEF, 2006, hal.1-4
1
Sebagian besar penderita HIV adalah remaja dan anak-anak. Lebih dari 90% orang dengan HIV AIDS (ODHA) terdapat di negara-negara berkembang utamanya negara-negara di kawasan Afrika dan Asia. Negara-negara di kawasan Afrika utamanya negara-negara sub-sahara sejak dulu selalu menjadi perhatian terkait penyebaran virus HIV.69% dari jumlah penderita HIV di dunia berada di wilayah tersebut. Negara-negara di Afrika dengan penderita HIV tertinggi diantaranya Swaziland, Botswana, Leshoto, Afrika Selatan dan Zimbabwe. Negara-negara tersebut termasuk dalam 5 (lima) negara dengan jumlah HIV penderita tertinggi. 2 Dari 5 (lima) negara dengan penderita HIV terbanyak sebagaimana yang disebutkan di atas, yang menarik adalah negara Zimbabwe di mana jumlah penderita HIV di negara ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Kasus pertama yang dilaporkan di Zimbabwe pada tahun 1985.Pada saat itu terdapat sekitar 10% dari angka populasi terinfeksi HIV. Angka tersebut meningkat drastis hingga tahun 1997 yakni mencapai 26,5% dari angka populasi. Pada saat itu, perhatian terhadap masalah HIV masih sangat minim utamanya dari pemerintah. Hal ini diperparah dengan buruknya pelayanan dan fasilitas kesehatan yang ada di Zimbabwe. Saat ini, 14% dari jumlah penduduk Zimbabwe terkontaminasi HIV Jumlah ini sudah menurun dari tahun-tahun sebelumnya.3 Dalam penanganan kasus HIV di Zimbabwe yang sudah diketahui sejak tahun 1985 pemerintah sangat lambat dalam menangani permasalahan tersebut.
2
UNAIDS, Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2012, Jenewa, UNAIDS, 2012, Hal. 8 3 HIV and AIDS in Zimbabwe, http://www.avert.org/aids-zimbabwe.htm, diakses pada tanggal 15 September 2015
2
Selain itu, diskusi ataupun pembicaraan terkait penanganan penyebaran HIV sangat
jarang
dilakukan.
Meskipun
demikian,
NACP
(National
AIDS
Coordination Programme) dan beberapa program jangka pendek dan menengah diadakan oleh pemerintah. Namun ini tidak bertahan lama. Selanjutnya pada tahun 1999 pemerintah mendirikan National AIDS Council (NAC).4 Disini terlihat bagaimana Zimbabwe di awal perumusan kebijakan penanganan AIDS belum begitu maksimal. Sebagai sebuah negara berkembang, Zimbabwe juga menjalin kerja sama dengan UNAIDS (Joint United Nations Programme on HIV/AIDS) yang merupakan organisasi internasional yang bertugas untuk menanggulangi atau menekan penyebaran virus HIV/AIDS di seluruh dunia. Organisasi ini beroperasi dengan mempromosikan kerjasama dengan agen PBB lainnya, pemerintah, media massa dan aktor lainnya. UNAIDS membantu pencegahan epidemi yang lebih besar terutama di negara-negara berkembang. UNAIDS membantu pemerintah Zimbabwe berupa bantuan teknis dan dana. UNAIDS mensponsori berbagai tindakan advokasi di beberapa tempat di Zimbabwe untuk meningkatkan informasi dan layanan kesehatan di negara tersebut.5 UNAIDS adalah badan PBB yang berbasis di Jenewa, sekretariat UNAIDS bekerja pada lebih 75 Negara dan didirikan pada tahun 1994 oleh Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial yang diluncurkan pada bulan Januari 1996. Melalui serangkaian tujuan, Resolusi dan Deklarasi yang diadopsi oleh negara-negara anggota PBB, dunia memiliki seperangkat komitmen, tindakan dan tujuan untuk 4
Ibid Zimbabwe, United Nations General Assembly Report On HIV-AIDS, Zimbabwe Country Report., Zimbabwe, 2008, hal. 4. 5
3
menghentikan dan membalikkan penyebaran HIV dan skala ke arah akses universal untuk pencegahan HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan layanan.6 Pada tahun 2001, Majelis Umum PBB mempertimbangkan isu-isu HIV/AIDS dan pada UN General Assembly Special Session on HIV/AIDS (UNGASS) Declaration of Commitment yang ditandatangani oleh perwakilan dari 189 negara, menyatakan bahwa negara-negara penandatanganan harus membuat mekanisme monitoring dan evaluasi yang memadai untuk mengukur dan menilai kemajuan pelaksanaan komitmen, serta membuat instrument monitoring dan evaluasi serta menyediakan data epidemiologik yang memadai. Pada tahun 2006, kembali diadakan Political Declaration on HIV/AIDS dimana Zimbabwe merupakan salah satu negara yang menandatangani deklarasi tersebut. Hal ini juga menegaskan kembali Deklarasi dan Komitmen pada tahun 2001 mengenai Millenium Development Goals, khususnya tujuan untuk menghentikan dan mulai membalikkan penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2015. 7 Sebagai sebuah organisasi internasional tentunya tidak memiliki kewenangan penuh untuk langsung mengambil langkah teknis dalam penanganan HIV/AIDS di Zimbabwe. Tentunya, ada komitmen dari pemerintah sendiri dalam menangani hal tersebut dengan program-program yang dijalankannya. Selain itu, ada beberapa LSM yang giat dalam memperjuangkan masalah penyebaran HIV/AIDS. Namun, dalam hal ini tentunya UNAIDS sebagai sebuah organisasi internasional mempunyai bantuan-bantuan yang diberikan kepada negara-negara
6
UNAIDS. “About UNAIDS”. http://www.unaids.org/en/aboutunaids/, diakses pada tanggal 18 September 2015 7 United nations, “Declaration of Comitment on HIV/AIDS”, 6th ed, 2006
4
berkembang dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang terbilang tinggi termasuk Zimbabwe. Jumlah penderita HIV/AIDS di Zimbabwe yang dapat menurun
dari
26,5% menjadi 14% dari angka populasi merupakan sebuah titik cerah bagi Zimbabwe dalam penanganan HIV/AIDS. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pemerintah Zimbabwe ini tidak lepas dari peranan berbagai pihak termasuk UNAIDS sebagai organisasi internasional di bawah PBB yang memang khusus menangani hal tersebut juga berbagai bantuan baik pendanaan, fasilitas maupun bantuan teknis lainnya di tengah banyaknya LSM maupun organisasi pemerintah sendiri yang menangani masalah HIV/AIDS. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa angka penderita HIV /AIDS di negara dimana UNAIDS terlibat dalam penanganannya justru menunjukkan peningkatan jumlah penderita seperti yang terjadi di Indonesia. Namun, di Zimbabwe terjadi penurunan jumlah penderita HIV/AIDS dari 26,% menjadi 14% dari jumlah populasi. Dengan pembahasan mengenai Peranan United Nations Joint Program on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam mengurangi penyebaran virus HIV/AIDS di Zimbabwe. Menimbulkan ketertarikan penulis untuk meneliti bagaimana Peranan UNAIDS dalam mengurangi penyebaran virus HIV/AIDS di Zimbabwe, yang akan diberi judul “Peranan United Nations Joint Program on HIV/AIDS (UNAIDS) terhadap penurunan tingkat penderita
HIV/AIDS di
Zimbabwe”.
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memberikan batasan pada peranan UNAIDS terhadap penurunan tingkat penderita HIV di negara Zimbabwe pada tahun 2006 hingga tahun 2009. Dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keterlibatan UNAIDS dalam upaya penurunan tingkat penderita HIV di Zimbabwe? 2. Bagaimana dampak program UNAIDS terhadap tingkat penderita HIV di Zimbabwe? 3. Bagaimana hambatan UNAIDS dalam mengurangi jumlah penderita HIV di Zimbabwe?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara garis besar, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk : a. Mengetahui dampak program-program UNAIDS yang dilakukan di Zimbabwe dalam upaya mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. b. Menganalisis faktor penghambat UNAIDS dalam mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. 2. Kegunaan penelitian Dengan adanya hasil penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan : a. Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi Akademisi Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Dosen dan Mahasiswa dalam mengkaji dan memahami masalah organisasi dan kerjasama internasional. Hal
6
ini terkait dengan aktor hubungan Internasional dalam konteks kekini-an tidak lagi didominasi oleh peran negara-negara seperti peranan IGO khususnya UNAIDS dalam mengurangi penyebaran virus HIV/AIDS di Zimbabwe. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan informasi, pembelajaran dan pertimbangan bagi penstudi ilmu Hubungan Internasional utamanya dalam kajian peranan IGO. c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Strata 1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin Indonesia Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
D. Kerangka Konseptual Pada dasarnya, Hubungan internasional merupakan suatu interaksi antar Aktor yang melintasi batas negara baik itu individu, kelompok maupun pemerintah. Sebab dalam konteks kekinian. Hubungan Internasional menurut Evans Graham dan Jeffney Newham dalam bukunya The Dictionary Of World Politics “Hubungan Internasional merupakan suatu istilah yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara dengan melewati batas-batas negara”.8 Aktor hubungan internasional tidak lagi hanya didominasi oleh negara dan isu-isu yang diperdebatkan kini semakin kompleks. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Peu Ghosh “International relations represent the study of foreign affaris and 8
Diah Ayu, “What is International Relations?”, http://diah_faid-fisip12.web. unair.ac.id/artikel_detail-59025-PIHI-What%20is%20International%20Relation%201st%20Jurnal. html, diakses pada tanggal 18 September 2015
7
global issues among states including the role of states, inter-governmental Organizations (IGO), non- governmental organizations (NGO) and Multi national Cooperation’s (MNCs) …”9 Hubungan kerjasama antara pemerintah Zimbabwe merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena hubungan internasional dalam hal ini state actor dan non state actor. Ketika berbicara mengenai pola hubungan kerjasama yakni negara Zimbabwe dan Organisasi international UNAIDS, maka ada banyak definisi mengenai organisasi internasional, di antaranya adalah menurut Teuku May Rudi sebagai berikut : Organisasi Internasional, adalah pola kerjasama yang melintasi batasbatas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.10
Dari definisi di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur Organisasi internasional adalah : 1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara. 2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama. 3. Baik antar pemerintah maupun non pemerintah. 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap. 5. Melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan11
9
Peu Ghosh, International Relations, New Delhi, PHI, 2009, hal 1-2 Anonim, “Definisi Organisasi Internasional”, 2012 , http://www.portalhi.net/index.php/oki/14-definisi-organisasi-inter, diakses pada tanggal 19 September 2015 11 Ibid 10
8
Selanjutnya Archer (1983:152-169) mengemukakan adanya Sembilan fungsi Organisasi Internasional, yaitu sebagai berikut: 1. Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota. 2. Menghasilkan norma-norma 3. Rekrutmen 4. Sosialisasi 5. Pembuatan keputusan 6. Penerapan keputusan 7. Penilaian/penyelarasan keputusan 8. Tempat memperoleh informasi 9. Operasionalisasi, antara lain pelayanan teknis, penyedia bantuan.12 Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu organisasi internasional dibentuk untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama oleh para anggotanya. Misalnya, dengan keanggotaan 189 Negara bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus HIV di dunia.
Untuk itu, UNAIDS kemudian berintegrasi
dengan negara-negara anggotanya termasuk Zimbabwe dalam memerangi penyebaran virus HIV dan menangani para penderita HIV AIDS di dunia. Dalam perjalanannya, penanganan kasus HIV tentunya membutuhkan banyak bantuan baik itu secara teknis maupun berupa dana dari luar negeri. Bantuan luar negeri merupakan bentuk dari kebijakan luar negeri. Secara umum,
12
Ibid
9
bantuan luar negeri dapat diartikan sebagai transfer sumberdaya dari suatu pemerintah ke pemerintah yang lain baik berupa uang, jasa, maupun dana. 13 Menurut KJ. Holsti, Bantuan luar negeri sebagai transfer uang, teknologi, ataupun nasihat-nasihat teknis dari pendonor kepada penerima. Ada 4 (empat) tipe utama bantuan luar negeri : 1. Technical assistance/ Bantuan Teknis 2. Grants/ Hibah dan program impor komoditi 3. Pinjaman pembangunan 4. Bantuan kemanusiaan yang sifatnya darurat14 Menurut Alan Rix, Pelaksanaan Pemberian bantuan Luar negeri tidak lepas dari motivasi para pemberi bantuan. Di antaranya dapat berupa : 1. Motif kemanusiaan 2. Motif politik 3. Motif keamanan nasional 4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara pendonor. 15 Agenda internasional saat ini tidak hanya mengenai isu-isu keamanan militer saja tapi juga menyangkut sosial, ekonomi, HAM, kesejahteraan, lingkungan hidup hingga isu kesehatan. HIV/AIDS tidak hanya merusak terhadap kesehatan, melainkan membawa efek tidak langsung terhadap berbagai bidang kehidupan, terutama pada bidang ekonomi dan bidang sosial.
13
USAID, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/204613005/bab1.pdf, diakses pada tanggal 20 September 2015 14 Ibid 15 Ibid
10
Sebagai badan Internasional, UNAIDS berintegrasi dengan negara-negara yang terkontaminasi virus HIV/AIDS. UNAIDS membantu negara-negara untuk bantuan penyusunan dan pelaksanaan program-program kerjasama yang dianggap mampu memberikan hasil yang lebih efektif dalam penanggulangan HIV/AIDS. Memimpin, memperkuat dan mendukung respon yang meluas terhadap HIV dan AIDS yang termasuk mencegah transmisi HIV, menyediakan fasilitas dan dukungan untuk orang yang sudah terlanjur hidup dengan virus HIV dan mengurangi dampak epidemik virus HIV/AIDS adalah misi dari UNAIDS yang diterapkan oleh seluruh negara, terutama negara berkembang seperti Zimbabwe. Penyebaran Virus HIV di berbagai negara di dunia menjadi perhatian berbagai kalangan mulai dari individu, kelompok masyarakat, pemerintah, maupun organisasi Internasional. Hubungan
Internasional yang tidak lagi
didominasi oleh negara, melainkan untuk mencapai tujuan bersama beberapa organisasi Internasional kemudian dibentuk termasuk UNAIDS
sebagai IGO
dengan tujuan melawan penyebaran virus HIV di dunia.
E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode ini memberikan suatu gambaran tentang masalah yang akan diteliti berdasarkan situasi dan keadaan tertentu dimana data yang diperoleh nantinya akan dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisa sehingga nantinya gambaran yang dibuat akan menjadikan data tersebut tersusun secara
11
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahanbahan tersebut diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar. 3. Jenis Data Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur. Seperti buku, jurnal, artikel, dan situs internet yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan diteliti. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi International Dalam mengkaji fenomena hubungan internasional yang terjadi, diperlukan beberapa hal yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah peristiwa yang merupakan bagian dari hubungan internasional, adanya interaksi, dimana interaksi yang terjadi melewati batas-atas negara, dan melibatkan aktor-aktor. Dalam penjelasan Evans graham dan Jeffney Newham tentang Hubungan Internasional dalam bukunya The Dictionary Of World Politics “Hubungan Internasional merupakan suatu istilah yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara dengan melewati batas-batas negara”. Seiring perkembangan zaman, isu-isu internasional semakin berkembang dan beragam. Terjadi berbagai macam perubahan dalam dunia internasional yang menyumbangkan lebih banyak fenomena untuk di analisis. Isu internasional tidak lagi melulu membahas mengenai politik, namun isu-isu lainnya seperti isu ekonomi, lingkungan hidup, kesehatan, sosial dan kebudayaan, dan lain-lain. Berkembangnya isu internasional juga tidak terlepas dari interaksi-interaksi yang melibatkan lebih banyak aktor, yang kini bukan hanya melibatkan negara.16 Berdasarkan perkembangan di atas, secara lebih kontemporer mengenai hubungan internasional dapat di jelaskan sebagai berikut, bahwa hubungan internasional dapat di lihat dari berkurangnya peranan negara sebagai aktor dalam 16
Diah Ayu, “What is International Relations?”,http://diah_faid fisip12.web. unair.ac.id/artikel_detail-59025-PIHI What%20is%20International%20Relation%201st%20 Jurnal.html, diakses pada tanggal 18 September 2015
13
politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-aktor non negara. Batas-batas yang memisahkan antar negara semakin kabur dan tidak relevan. Bagi beberapa aktor non-negara bahkan batas-batas wilayah secara geografis tidak dihiraukan. Aktor hubungan internasional tidak lagi hanya didominasi oleh negara dan isu-isu yang diperdebatkan menjadi semakin kompleks. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Peu Ghosh “International relations represent the study of foreign affaris and global issues among states including the role of states, intergovernmental Organizations (IGO), non- governmental organizations (NGO) and Multi national Coorprations (MNCs) ”17.Saat ini hubungan internasional tidak hanya dapat dilihat semata-mata hanya interaksi yang melibatkan negara, namun lebih dari itu beberapa aktor negara telah ada dan mengambil peranan yang penting, antara lain aktor-aktor seperti organisasi internasional. Lebih spesifik organisasi internasional tersebut seperti organisasi internasional antar pemerintah negara, organisasi non-pemerintah yang dapat bersifat internasional maupun nasional, dan organisasi kerjasama yang melibatkan banyak negara. Menurut Le Roy Bennet Organisasi internasional merupakan salah satu aktor dari hubungan internasional. Oleh karena itu, pembahasan mengenai organisasi internasional menjadi penting karena memiliki peran dan fungsi sebagai aktor yang mempertahankan peraturan-peraturan agar dapat berjalan tertib dalam rangka mencapai tujuan bersama. Selain itu juga, organisasi internasional dijadikan sebagai suatu wadah untuk hubungan antar negara agar kepentingan masing-masing negara dapat tercapai.18
17
Peu Ghosh, International Relations, New Delhi, PHI, 2009, hal 1-2 Le Roy Bennet. 1997. International organization: principles and issues. New jersey: Prentice hall inc. Hal 2-4 18
14
Menurut Clive Archer dalam bukunya yang berjudul International Organization mendefinisikan organisasi internasional adalah sebuah struktur formal yang berkelanjutan yang dibentuk atas dasar kesepakatan antar anggota (negara dan non negara) yang berdaulat dengan bertujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggota.19Pembentukan organisasi internasional dibentuk atas dasar saling membutuhkan karena setiap negara tidak mungkin dapat memperjuangkan kepentingan negaranya sendiri. Sehingga dengan kerjasama yang dilakukan atas dasar kesepakatan sebelumnya, tujuan-tujuan yang merupakan kepentingan dari negara tersebut dapat dicapai. Menurut Teuku May Rudi tentang definisi organisasi internasional yakni sebagai berikut: Organisasi Internasional, adalah pola kerjasama yang melintasi batasbatas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.20 Dari definisi di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur Organisasi internasional adalah : 1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara. 2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama. 3. Baik antar pemerintah maupun non pemerintah. 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap. 5. Melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan21 19
Clive Archer. 1983. Organization International. London:Allen&Unwin Ltd.hal. 35 Anonim, “Definisi Organisasi Internasional”, 2012 , http://www.portal-hi.net/index. php/oki/14-definisi-organisasi-inter, diakses pada tanggal 19 September 2015 21 Ibid 20
15
Organisasi internasional memiliki bentuknya sendiri, hal ini di jelaskan dalam dua kategori organisasi internasional oleh Ley Roy Bennet berikut ini: 1. Organisasi antar pemerintah (inter-governmental organizations/IGO), anggota berasal dari perwakilan negara seperti : PBB, WTO, NATO. 2. Organisasi non pemerintah (Non-governmental onganizations/NGO), anggotanya berasal dari kelompok non negara seperti kelompok bidang keilmuan, budaya, ekonomi, HAM. Contohnya Palang Merah, greenpeace.22 Menurut
Coulombis
dan
Wolfe,
organisasi
internasional
dapat
diklasifikasikan menurut keanggotaan dan tujuan menjadi empat klasifikasi, yaitu: 1. Global membership and general purpose, yaitu suatu organisasi internasional antar negara dengan keanggotaan global serta maksud dan tujuan umum, contohnya PBB. 2. Global membership and limited purpose, yaitu organisasi internasional antar negara dengan keanggotaan global namun memiliki tujuan yang khusus, contohnya UNHCR, IOM. 3. Regional
membership
and general
purpose,
yaitu organisasi
internasional antar negara dengan keanggotan yang regional atau berdasarkan kawasan dengan tujuan yang umum, contohnya ASEAN, UE. 4. Regional
membership
and
limited
purpose,
yaitu
organisasi
internasional antar negara dengan keanggotaan yang regional atau
22
Le Roy Bennet, Loc. cit.
16
berdasarkan kawasan dengan tujuan yang khusus, contohnya NATO, ASEAN Regional Forum. Organisasi memiliki peranan penting untuk memecahkan masalah internasional ketika negara tidak mampu menangani masalah yang berdimensi nasional ataupun internasional. Organisasi internasional muncul menjadi pihak ketiga yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan tersebut. Terdapat tiga kategorisasi peran organisasi internasional, yaitu: 1. Sebagai instrumen/alat diplomasi. Organisasi internasional digunakan oleh negara sebagai kesempatan untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing negara. 2. Sebagai arena atau forum. Organisasi internasional dijadikan ajang untuk melakukan pertemuan, negosiasi, diskusi, berdebat, bekerjasama antar negara. 3. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional memiliki posisi netral dalam menangani suatu masalah. Walaupun pada dasarnya organisasi internasional dibentuk oleh kesepakatan negara-negara, namun organisasi internasional dapat bertindak tanpa dipengaruhi oleh kepentingan satu kelompok atau negara.23 Organisasi internasional bila dilihat dari keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan
tipe
keanggotaan
dan
jangkauan
keanggotaan
(extend
of
membership). Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan negara-
23
Le Roy Bennet, Op. cit. Hal. 40
17
negara sebagai anggota atau International Govermental Organizations (IGOs), serta organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau International Non-Govermental Organizations (INGOs). Dalam hal jangkauan keanggotaan, organisasi internasional ada yang keanggotaannya terbatas dalam wilayah tertentu saja, dan satu jenis lagi dimana keanggotaannya mencakup seluruh wilayah di dunia. Karakteristik umum
yang terdapat
dalam
kedua
jenis lembaga
internasional tersebut meliputi: 1. Organisasi permanen untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu 2. Keanggotaannya bersifat sukarela 3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan struktur, dan metode pelaksanaannya 4. Badan konsultatif yang representatif 5. Dan sekretariat permanen yang menjalankan fungsi administratif, penelitian, dan informasi.24
24
Le Roy Bennet, Op. cit. Hal. 3
18
Gambar 1.1 Klarifikasi dan Karakter Umum Organisasi Internasional
(sumber: Bennet, 1997 : 3)
Selanjutnya, setelah mengetahui kategori organisasi internasional dan kategorisasi berdasarkan perannnya, lebih lanjut organisasi internasional memiliki fungsi yang mendasar. Menurut Bennet fungsi organisasi internasional, yaitu: “To provide the means of cooperation among states in areas which cooperation provides advantages for allor a large number of nations…to provide multiple channels of communication among governments so that areas of accommodation may be explored and easy acces will be available when problems arise”25
25
Le Roy Bennet, Loc. cit.
19
Maksud dari penjelasan Bennet ialah organisasi internasional memiliki hal-hal yang dibutuhkan oleh negara dalam bekerjasama dengan negara lain agar tercapai keuntungan semaksimal mungkin bagi seluruh anggota organisasi. Dan organisasi internasional menyediakan wahana komunikasi bagi negara-negara anggota untuk menyalurkan ide-ide mereka menjadi sebuah jalan keluar bersama ketika muncul sebuah masalah. Archer mengemukakan adanya Sembilan fungsi Organisasi Internasional, yaitu sebagai berikut: 1. Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota. 2. Menghasilkan norma-norma 3. Rekrutmen 4. Sosialisasi 5. Pembuatan keputusan 6. Penerapan keputusan 7. Penilaian/penyelerasan keputusan 8. Tempat memperoleh informasi 9. Operasionalisasi, antara lain pelayanan teknis, penyedia bantuan.26 Dari Sembilan fungsi yang dikemukan oleh Archer di atas, sudah jelas bahwa suatu organisasi internasional dibentuk untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama oleh para anggotanya. Melalui proses yang dan pola kerja yang juga telah disepakati antar anggotanya, hingga implementasinya.
26
Clive Archer. Op. cit. Hal. 152-169
20
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan di atas Hubungan Internasional yang tidak lagi terbatas antar aktor antar negara ini juga mempengaruhi bentuk interaksi yang terjadi. Bentuk interaksi yang awalnya hanya antar negara, kemudian berkembang menjadi antar aktor-aktor non-negara, dan juga mengembangkan bentuk interaksi antar aktor non-negara dengan sebuah negara. Keberadaan UNAIDS sebagai sebuah organisasi internasional memiliki latar belakang dan tujuan. Hal inilah yang kemudian mendorong organisasional ini untuk memiliki program-program kerja yang tidak terlepas dari fungsinya. Program kerja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dituangkan dalam berbagai bentuk cara kerja, salah satunya melalui kerjasama. Kerjasama yang dijalin oleh UNAIDS bukan hanya melibatkan pihak yang terbatas namun dapat melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini UNAIDS sebagai aktor dalam hubungan internasional yaitu organisasi internasional menjalin interaksi dengan berbagai aktor lainnya. Interaksi ini dapat berupa kerjasama dalam bidang yang telah disepakati. Dalam hal ini bidang kesehatan, dimana isu ini merupakan isu yang kontemporer dalam studi ilmu hubungan internasional dan menarik perhatian banyak pihak serta melibatkan banyak aktor. UNAIDS memiliki kerjasama dalam bidang kesehatan dengan aktor Zimbabwe. Sebagai sebuah negara Zimbabwe memiliki masalah yang juga dihadapi oleh negara lain di belahan dunia lain, yaitu penyebaran virus HIV yang berakibat pada terjangkitnya masyarakat Zimbabwe. Mengingat masalah ini dihadapi buka hanya oleh Zimbabwe, maka dapat dikatakan bahwa masalah kesehatan oleh virus HIV ini adalah masalah internasional yang dihadapi oleh
21
masyarakat internasional. Salah satu aktor internasional yang kemudian mengambil peran untuk membantu negara-negara di dunia adalah UNAIDS melalui berbagai program dan kerjasama yang melibatkan berbagai pihak27 termasuk pemerintah suatu negara. Dengan keanggotaan 189 Negara bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus HIV di dunia. Untuk itu, UNAIDS kemudian berintegrasi dengan negaranegara anggotanya termasuk Zimbabwe dalam memerangi penyebaran virus HIV dan menangani para penderita HIV AIDS di dunia. Dalam perjalanannya, penanganan kasus HIV tentunya membutuhkan banyak bantuan baik itu secara teknis maupun berupa dana dari luar negeri. Bantuan luar negeri merupakan bentuk dari kebijakan luar negeri. Secara umum, bantuan luar negeri dapat diartikan sebagai transfer sumberdaya dari suatu pemerintah ke pemerintah yang lain baik berupa uang, jasa, maupun dana.
B. Bantuan Luar Negeri/Foreign aid Bantuan luar negeri merupakan salah satu fenomena umum politik internasional yang terjadi sejak Perang Dunia II. Dalam cakupannya bantuan luar negeri diberikan berdasarkan atas dua tujuan, yaitu untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dan pengurangan angka kemiskinan di negara-negara berkembang dan untuk mencapai kepentingan politik serta strategis negara donor. Konsep atau terima bantuan luar negeri banyak digunakan setelah Perang Dunia II dan dikaitkan dengan mengalirnya sumber finansial dari negara maju ke
27
USAID, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/204613005/bab1.pdf, diakses pada tanggal 20 September 2015
22
negara berkembang. Tujuan awal bantuan luar negeri sendiri
adalah
mempromosikan atau mewujudkan perkembangan ekonomi di negara dunia ketiga atau least developed countries (LDCs). Selain itu, adanya bantuan luar negeri juga bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di negara dunia ketiga hingga mencapai batasan angka yang memuaskan dan sekiranya merupakan tingkat perekonomian mandiri. Dengan diberikannya bantuan luar negeri sebagai insentif positif bagi negara dunia ketiga diharapkan negara-negara dunia ketiga sebagai negara penerima bantuan luar negeri dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang maksimal. Menurut Eroglu & Yavuz, n.d dalam tulisannya The Role of Foreign Aid in Economic Development of Developing Countries, bantuan luar negeri mengacu pada perpindahan sumber daya nyata atau finansial dari pemerintah atau institusi publik negara maju ke pemerintah negara dunia ketiga. Aliran arus kapital ini terbagi menjadi dua jenis yaitu publik dan privat dimana publik berasal dari dua sumber yang berbeda dan dibagi lagi menjadi dua yaitu bilateral yang merupakan bantuan dari pemerintah negara donor kepada pemerintah negara penerima dan multilateral yang merupakan bantuan dari organisasi multilateral seperti Bank Dunia, PBB, dan IMF kepada negara penerima. Selain itu, menurut Radelet (2006), bantuan luar negeri berdasarkan Komite Bantuan untuk Pertumbuhan, memiliki arti sebagai arus finansial, bantuan teknis, dan komoditas yang dirancang untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sebagai tujuan utama dengan mengesampingkan bantuan untuk militer dan sektor lain yang tidak bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dalam negeri serta
23
menyediakan hibah serta pinjaman bersubsidi bagi negara-negara dunia ketiga. Bantuan luar negeri umumnya identik dengan ODA atau Official Development Asisstance yang berasal dari pemerintah negara maju. Menurut Lancaster, Bantuan luar negeri atau foreign aid yang biasa disebut juga sebagai international aid dapat diartikan sebagai perpindahan atau transfer sumber daya secara sukarela dari satu negara ke negara lain, baik antar lembaga pemerintah atau non pemerintah. Sumber daya yang dimaksud bisa berupa pemberian baik di bidang ekonomi, militer, teknis, Dan keuangan yang diberikan di tingkat bilateral maupun multilateral. Hal tersebut dituangkannya dalam pendapatnya berikut ini “foreign aid is defined as a voluntary transfer of public resources, from a government to another independent government, to an NGO, or to an international organization....”28 Secara umum, bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang berupa barang atau dana. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk jangka pendek melainkan untuk prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang. Pengertian bantuan luar negeri dalam Perwita dan Yani bahwa bantuan luar negeri pada umumnya tidak ditujukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Ada dua syarat aliran modal dari luar negeri merupakan bantuan luar negeri, yaitu : 28
Carol Lancaster, 2007, Foreign aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics, University of Chicago Press, Chicago, Hal. 6
24
1. Aliran modal dari luar negeri tersebut bukan didorong untuk mencari keuntungan 2. Aliran modal dari luar negeri atau dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional.29 Bantuan luar negeri merupakan bentuk dari kebijakan luar negeri. Secara umum, bantuan luar negeri dapat diartikan sebagai transfer sumberdaya dari suatu pemerintah ke pemerintah yang lain baik berupa uang, jasa, maupun dana. 30 Menurut KJ. Holsti, Bantuan luar negeri sebagai transfer uang, teknologi, ataupun nasihat-nasihat teknis dari pendonor kepada penerima. Ada 4 (empat) tipe utama bantuan luar negeri : 1. Technical assistance/ Bantuan Teknis 2. Grants/ Hibah dan program impor komoditi 3. Pinjaman pembangunan 4. Bantuan kemanusiaan yang sifatnya darurat31 Menurut Alan Rix, Pelaksanaan Pemberian bantuan Luar negeri tidak lepas dari motivasi para pemberi bantuan. Di antaranya dapat berupa : 1. Motif kemanusiaan 2. Motif politik 3. Motif keamanan nasional 4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara pendonor. 32 29
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Rosda : Bandung, Hal. 83 30 USAID, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/204613005/bab1.pdf, diakses pada tanggal 20 September 2015 31 Ibid
25
Agenda internasional saat ini tidak hanya mengenai isu-isu keamanan militer saja tapi juga menyangkut sosial, ekonomi, HAM, kesejahteraan, lingkungan hidup hingga isu kesehatan. HIV/AIDS tidak hanya merusak terhadap kesehatan, melainkan membawa efek tidak langsung terhadap berbagai bidang kehidupan, terutama pada bidang ekonomi dan bidang sosial. Sebagai badan Internasional, UNAIDS berintegrasi dengan negara-negara yang terkontaminasi virus HIV/AIDS. UNAIDS membantu negara-negara untuk bantuan penyusunan dan pelaksanaan program-program kerjasama yang dianggap mampu memberikan hasil yang lebih efektif dalam penanggulangan HIV/AIDS. Memimpin, memperkuat dan mendukung respon yang meluas terhadap HIV dan AIDS yang termasuk mencegah transmisi HIV, menyediakan fasilitas dan dukungan untuk orang yang sudah terlanjur hidup dengan virus HIV dan mengurangi dampak epidemik virus HIV/AIDS adalah misi dari UNAIDS yang diterapkan oleh seluruh negara, terutama negara berkembang seperti Zimbabwe. Penyebaran Virus HIV di berbagai negara di dunia menjadi perhatian berbagai kalangan mulai dari individu, kelompok masyarakat, pemerintah, maupun organisasi Internasional. Hubungan
Internasional yang tidak lagi
didominasi oleh negara, melainkan untuk mencapai tujuan bersama beberapa organisasi Internasional kemudian dibentuk termasuk UNAIDS
sebagai IGO
dengan tujuan melawan penyebaran virus HIV di dunia.
32
Ibid
26
C. Isu-Isu Internasional Dunia internasional semakin berkembang setiap hari dan perkembangan ini tidak terlepas dari banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi. Dikatakan oleh Robert Jackson dan George Sorensen isu-isu baru dalam Hubungan Internasional merupakan topik yang dianggap penting. Oleh karena itu, proposisi dari isu-isu baru tersebut mencakup nilai dan juga teori. Nilai-nilai muncul dalam gambaran sebab keputusan tentang apa yang penting dan apa yang tidak selalu berdasarkan pada nilai-nilai tertentu. Sedangkan teori muncul disebabkan karena dalam menyatakan dukungan atas isu baru harus berdasarkan pada sebagian pemikiran teoritis bahwa isu ini penting bagi studi Hubungan Internasional. Isuisu baru yang dimaksud oleh Jackson dan Sorensen adalah isu tentang lingkungan hidup, gender, dan kedaulatan. Setelah lingkungan hidup, gender juga merupakan isu baru yang dianggap penting oleh Jackson dan Sorensen. Fokus gender pada politik dunia berupaya membawa perbedaan antara laki-laki dan perempuan ke dalam keterbukaan untuk selanjutnya menunjukkan posisi subordinat perempuan, dan untuk menjelaskan bagaimana sistem ekonomi dan politik internasional menolong menghasilkan posisi yang tidak mengistimewakan perempuan. Feminis radikal ingin mengembangkan suatu disiplin feminis yang otonom yang menyatakan isu gender dalam suatu cara yang mencegah merendahkannya dalam agenda analitis tradisional. Dalam bukunya Jackson dan Sorensen, Para penstudi feminis Hubungan Internasional juga memiliki pendapat serupa tersendiri yang menyatakan
bahwa
cara
kebanyakan
penstudi
konvensional
Hubungan
27
Internasional mendekati studi politik dunia membuka tentang keamanan didasarkan pada pertahanan militer negara dalam anarki internasional adalah cara berpikir maskulinis yang menyembunyikan eksistensi lanjutan hirarki gender dalam politik dunia: yaitu proteksi dari ancaman dari luar juga merupakan proteksi dari yurisdiksi domestik yang menjamin subordinasi perempuan selamanya. Sehingga dapat disimpulkan, perspektif gender-sensitif Hubungan Internasional menyelidiki posisi rendah perempuan dalam sistem ekonomi dan politik internasional, dan menganalisis bagaimana cara berpikir kita sekarang tentang Hubungan Internasional yang cenderung menyembunyikan dan juga menghasilkan hirarki gender. Isu baru yang berikutnya, kedaulatan, adalah suatu institusi, yang berarti seperangkat aturan yang dijalankan oleh negara. Ada perdebatan yang diperbaharui tentang kedaulatan dalam Hubungan Internasional. Hal ini disebabkan oleh tantangan terhadap kedaulatan oleh sejumlah perkembangan baru-baru ini. Dikatakan oleh Jackson dan Sorensen bahwa lebih mudah menganalisis perubahan dalam kedaulatan daripada berbicara tentang “akhir” dari sebuah kedaulatan. Kemudian perubahan dalam kedaulatan terkait dengan bentuk baru kerjasama antara negara-negara demokrasi maju di Utara dan bentuk baru konflik antara negara-negara lemah di Selatan. Hal ini memerlukan perkembangan lebih jauh dari perdebatan yang telah ada pada Hubungan Internasional daripada teori-teori baru seluruhnya. Sedangkan perubahan kedaulatan sendiri disebabkan karena semakin eratnya kerjasama: negara-negara berunding tentang pengaruh pada masalah internal satu sama lain.
28
Pada tahun 2006 melalui peluncuran inisiatif Foreign Policy and Global Health (FPGH) dan Oslo Declaration yang diproklamirkan tahun 2007 isu kesehatan global merupakan isu dibicarakan dalam dunia internasional. Pentingnya pembahasan isu kesehatan diadopsi sebagai bagian dari lensa politik luar negeri, dipengaruhi oleh faktor berikut: 1) Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sangat menentukan bagi stabilitas pembangunan nasional; 2) Meningkatnya common vulnerability negara-negara terhadap public health risk dan threats, dimana pergerakan manusia, hewan, tumbuhan, dan perubahan iklim berlangsung makin kerap, cepat dan trans-boundary. Shared risk ini tidak mungkin ditangani sendiri dan perlu adanya kerja sama internasional dalam upaya mengatasinya. Resolusi WHA 64/58 mengenai Pandemic Influenza Preparedness (PIP). Framework: sharing influenza viruses and access to vaccines and other benefits pada tahun 2011 di Jenewa. Framework ini mengikat negara-negara anggota WHO dan pihak swasta/industri dalam melindungi global public health dengan prinsip kesetaraan, adil dan menguntungkan semua pihak, sekaligus menggantikan framework lama Global Influenza Surveillance Network (GISN) yang banyak dikritik. Masalah kesehatan dunia (global health issues) merupakan gangguan fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial yang meliputi seluruh dunia. Epidemic HIV/AIDS
saat ini tidak hanya merupakan isu di bidang kesehatan saja. Penyebaran dan dampaknya yang dirasakan oleh setiap tingkatan masyarakat menyebabkan pentingnya masalah sebagai konsekuensi bagi human security. Luasnya skala
29
epidemi menyebabkan Dewan Keamanan PBB (The United Nations Security Council) untuk melakukan usaha yang bersejarah dengan mengadopsi resolusi 1308 yang tidak hanya menyatakan isu kesehatan untuk pertamakalinya, namun juga secara spesifik mengkaitkan penyebaran HIV/AIDS dengan pemeliharaan kedamaian dan keamanan global. Masalah ini erat kaitannya dengan informasi kesehatan, jenis-jenis penyakit, serta teknologi kedokteran. HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV merupakan retrovirus (genus Lentivirus) yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 sel limfosit T dan makrofag komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
30
BAB III PROGRAM KERJA UNAIDS DI ZIMBABWE A. Latar Belakang UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV and AIDS, atau UNAIDS, adalah pendukung utama untuk aksi global terhadap epidemic HIV yang cepat, luas dan terkoordinasi. Misi UNAIDS adalah untuk memimpin, memperkuat dan mendukung respon yang meluas terhadap HIV dan AIDS yang termasuk mencegah transmisi HIV, menyediakan fasilitas dan dukungan untuk orang yang sudah terlanjur hidup dengan virus, mengurangi kerentanan seseorang dan komunitas terhadap HIV dan mengurangi dampak epidemik. UNAIDS, yang dibentuk pada Januari 1996, memiliki peran untuk melindungi orang dari epidemi, memonitor dan memberi semangat untuk orang yang hidup menderita HIV/AIDS. Selain itu, UNAIDS juga memberikan laporan tentang epidemi AIDS global, mengadakan konferensi tentang HIV/AIDS, dan menempatkan upaya mengurangi dampak epidemi. UNAIDS dipandu oleh ‘Program Badan Koordinasi’ dengan wakil-wakil dari 22 pemerintah dari seluruh wilayah geografis, 9 co-sponsor UNAIDS, dan lima wakil organisasi non pemerintah. UNAIDS bermarkas di Jenewa, Swiss. Terdapat 169 negara (sampai dengan 2011) yang berpartisipasi. Direktur pertamanya adalah Dr. Peter Piot. Sejak 30 tahun terakhir ini dunia global dihadapkan dengan epidemi HIV/AIDS, UNAIDS melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi polemic
31
tersebut. Seperti contohnya 10 tahun setelah Sidang Khusus PBB tentang HIV / AIDS dan adopsi dari Deklarasi Komitmen tentang HIV / AIDS, negara-negara anggota
melakukan Pertemuan Tingkat Tinggi tentang AIDS 2011 untuk
meninjau dan memperbarui komitmen masa depan untuk penanggulangan AIDS. Sebelumnya sejak tahun 1986, WHO memiliki tanggung jawab utama terhadap HIV/AIDS di dalam PBB yaitu memberikan bantuan kepada negaranegara untuk membentuk program-program AIDS nasional yang lebih dibutuhkan. Dalam rangka menghadapi tantangan yang semakin mendesak karena penyebaran HIV semakin memburuk dan mempunyai dampak terhadap segala aspek kehidupan manusia, sosial serta pertumbuhan ekonomi, sehingga membentuk munculnya satu kepentingan yang membutuhkan usaha PBB yang lebih besar. Sehubungan dengan tantangan yang ada, pada tahun 1994, PBB mendirikan UNAIDS yang mulai diluncurkan pada Januari 1996 dengan melibatkan 10 organisasi untuk bergabung menjadi pendukung program-program gabungan PBB terhadap HIV/AIDS.UNAIDS berpedoman pada Programme Coordinating Board (PCB) yang terdiri dari perwakilan 22 pemerintah dari seluruh dunia, perwakilan dari para kosponsor dan 5 perwakilan dari NGO, termasuk asosiasi korban penderita HIV/AIDS.UNAIDS merupakan badan PBB pertama yang mengikutsertakan NGO dalam badan pemerintahannya. UNAIDS merupakan IGO yang bernaung di bawah PBB yang menangani permasalahan HIV/AIDS di seluruh dunia, dengan logo pita merah (red ribbon) didirikan berdasarkan Resolution of The United Nations Economic and Social
32
Council (ECOSOC) pada bulan Desember tahun 1994.33UNAIDS sendiri didirikan berdasarkan kreasi Dr. Peter Piot (Direktur Eksekutif UNAIDS) dan di bawah Sekretaris Jenderal PBB. Dengan melakukan kerjasama dengan UNAIDS, para kosponsor dapat lebih memperluas jangkauannya melalui kerjasama strategi dengan badan PBB lainnya, negara, badan hukum, media, organisasi-organisasi keamanan, kelompok masyarakat yang terinfeksi HIV/AIDS dan NGO baik dalam lingkup regional maupun negara. UNAIDS dalam menjalankan tugas-tugasnya mendapatkan bantuan dari agen-agen PBB yang memiliki kualifikasi di bidang masing-masing, sehingga akan memudahkan kerja UNAIDS di seluruh dunia, yang biasa disebut kosponsor UNAIDS. Keberadaan kosponsor bagi UNAIDS memberi keuntungan dimana dapat menambah sinergi dan efisiensi kerja UNAIDS, dan Kosponsor juga bagi UNAIDS berkontribusi untuk membantu dalam mengimplementasikan kegiatankegiatan penanggulangan HIV/AIDS. Kosponsor juga membantu dalam menyediakan bantuan yang dibutuhkan oleh UNAIDS, seperti bantuan teknis, bantuan rancangan program, memberikan masukan-masukan. Terdapat beberapa kosponsor yang juga membantu pendanaan UNAIDS. UNAIDS bersama-sama dengan kosponsor yang ada bertujuan untuk membangun koordinasi yang lebih efektif dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, meningkatkan efisiensi kerja UNAIDS, dan juga membangun kemitraan yang harmonis dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan epidemi HIV/AIDS.
33
http://www.unaids.org, diakses pada tanggal 1 Januari 2016
33
UNAIDS bersama dengan para kosponsor berusaha untuk meningkatkan dan memperluas respon dari negara-negara untuk penanggulangan HIV/AIDS. Dengan adanya UNAIDS dan kosponsor, maka koordinasi upaya penanggulangan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan lebih mudah. Karena dapat dihindari terjadinya tumpang tindih pengalokasian bantuan terhadap program nasional dimana isu HIV/AIDS ini juga akan berintegrasi dengan program-program yang relevan. Alasan kosponsor bergabung atau menjadi kosponsor utama UNAIDS, adalah: 1. Perlunya respon terhadap epidemik yang telah menyebar, tidak hanya pada aspek kesehatan namun juga pembangunan ekonomi. 2. Perlunya koordinasi yang lebih baik dalam sistem PBB untuk mendukung dan membantu negara-negara di dunia. Sebagai sebuah organisasi internasional, UNAIDS memiliki isi, tujuan serta strategi yang diterapkan. Misi UNAIDS yakni Sebagai pendukung utama dari aksi seluruh dunia menanggulangi HIV/AIDS, UNAIDS mempunyai misi global yaitu mengarahkan, memperkuat dan mendukung tanggapan terhadap wabah penyakit tersebut yaitu dengan: 1. Mencegah penyebaran HIV/AIDS 2. Memberikan perhatian dan dukungan bagi mereka yang terinfeksi penyakit tersebut. 3. Mengurangi kerentanan terhadap penyakit tersebut bagi setiap individu dan komunitas HIV/AIDS
34
4. Mengurangi dampak sosial, ekonomi dan kemanusiaan terhadap wabah penyakit tersebut. Tujuan UNAIDS yakni untuk membangun dan mendukung respon yang lebih besar terhadap epidemik, berkaitan dengan upaya dari berbagai pihak dan kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat. Terkait dengan strategi, dalam salah satu isi deklarasi komitmen Sidang Umum PBB mengenai HIV/AIDS tanggal 25 Juli 2001 adalah menghargai peran kepemimpinan atas kebijakan dan koordinasi HIV/AIDS di dalam sistem PBB, yakni Badan Koordinasi Program UNAIDS. Dengan memperhatikan pengesahannya tentang program strategi global untuk HIV/AIDS yang membantu negara anggota dan masyarakat terkait sebagaimana mestinya di dalam pengembangan strategi HIV/AIDS. Secara khusus, hal ini menganjurkan adanya upaya dari pemerintah dengan partisipasi penuh dan aktif dari masyarakat, kalangan bisnis dan sektor lainnya, melalui: 1. Membangun
dan
menguatkan
mekanisme
yang
menyertakan
masyarakat termasuk organisasi yang berdasarkan kepercayaan, sektor privat dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) di segala tingkatan. 2. Menguatkan dan mendukung organisasi lokal dan nasional untuk mengembangkan dan menjalin kemitraan, koalisi dan jaringan regional.
35
3. Keikutsertaan penuh dari ODHA, mereka yang di dalam grup rawan ini sangat beresiko, terutama anak muda. Menekankan pada isu stigma dan diskriminasi juga. Fokus utama dari UNAIDS adalah untuk memperkuat kapabilitas nasional dalam menghadapi epidemik HIV/AIDS ini. UNAIDS mempunyai peranan yang saling memperkuat dalam aktivitas UNAIDS di tingkat negara, antar negara maupun di tingkat regional, yaitu: 1. Policy Development and Research Bertujuan untuk mengidentifikasikan, membangun dan menjadi sumber utama di dalam penelitian pada skala internasional. 2. Technical Support Menyelidiki penyebab dan menyediakan bantuan teknis untuk memperkuat kapabilitas nasional dalam memperkuat respon terhadap HIV/AIDS. 3. Advocacy Sebagai pelopor yang memulai respon yang komprehensif dari berbagai sector dan didukung dengan bantuan teknis dan strategis yang baik serta akan disediakan sumber yang memadai. 4. Coordination Bertujuan mengkoordinasikan dan merasionalisasikan kegunaankegunaan dari para sponsor dan badan PBB lain dalam mendukung usaha mengurangi epidemik.
36
Bukan hanya itu, UNAIDS juga memiliki 5 bidang fokus untuk respon yang lebih efektif terhadap HIV/AIDS: 1. Menggerakkan kepemimpinan dan advokasi untuk aksi yang lebih efektif terhadap epidemik. 2. Menyediakan informasi dan kebijakan strategis untuk mengawasi upaya-upaya dalam penanggulangan HIV/AIDS di seluruh dunia. 3. Melacak, pengawasan dan evaluasi dari epidemik, sumber-sumber terdepan dari seluruh dunia yang berhubungan dengan analisa dan data epidemik. 4. Menjalin
kerjasama
dengan
masyarakat
dan
mengembangkan
kemitraan. 5. Menggerakkan sumber daya manusia, keuangan, dan teknis untuk mendukung respon yang tepat guna. UNAIDS dapat beranggotakan badan-badan baik di dalam keanggotaan PBB maupun di luar keanggotaan PBB yang memfokuskan dirinya kepada masalah HIV/AIDS. Selain itu, bisa juga terdiri dari organisasi atau LSM dari tingkat regional maupun nasional. Keanggotaannya juga tidak menutup kemungkinan bahwa pemerintah suatu negara ataupun pihak swasta bisa turut bergabung di dalamnya. Secara garis besar, sifat keanggotaan dari UNAIDS ini bersifat terbuka dan sukarela, dimana siapapun dapat bergabung dalam anggotanya, baik dalam memberikan bantuan teknis maupun bantuan materil. Pendanaan UNAIDS, dengan adanya anggaran tahunan sebesar 60 juta US $ dan 129 Profesional staff, UNAIDS merupakan suatu program sederhana yang
37
sangat efektif dengan dampak yang substansial, hal ini dikarenakan UNAIDS berperan sebagai penghubung dan mengkoordinasikan segala aksi melawan penyebaran HIV/AIDS. Pada tahun 2003, lebih dari 118,5 juta Dollar AS telah diterima dari 30 pemerintah, organisasi dermawan, individu-individu dari seluruh dunia dan lainnya. Donor terbesar berasal dari Belanda yang diikuti Norwegia, AS, Swedia, Inggris Raya dan Jepang. Di tahun 2004, 35 pemerintah telah memberikan kontribusi kepada UNAIDS. Pendanaan internasional dan domestik untuk AIDS telah tumbuh dari jutaan menjadi milyaran dalam dekade terakhir ini. Akhir tahun 2007, pendanaan untuk AIDS diperkirakan berada di angka bawah 10 Milyar Dollar Amerika. Mekanisme kerja UNAIDS, sebagai organisasi internasional yang mengkhususkan diri untuk menanggulangi permasalahan HIV/AIDS di seluruh dunia mempunyai mitra kerjasama yang berasal dari berbagai kalangan. Untuk mengkoordinir dan mengakomodasi semua program atau kegiatan dan perencanaan yang dibuat oleh UNAIDS, maka UNAIDS mempunyai mekanisme kerja yang terbagi ke dalam struktur organisasi, dimana disetiap bagiannya mengemban tugas dan tanggung jawab yang saling berkaitan. Bagian-bagian dalam struktur organisasi UNAIDS yakni UNAIDS memiliki sebuah sekretariat yang berpusat di Jenewa, Swiss. Sekretariat UNAIDS berperan sebagai koordinator untuk segala aktifitas UNAIDS. Sekretariat UNAIDS beroperasi sebagai katalisator dan koordinator aksi terhadap HIV/AIDS dibanding sebuah badan atau organisasi pelaksana, fungsinya adalah:
38
1. Facilitation Staff UNAIDS mengkoordinasikan dan mengefektifkan usaha-usaha yang dilakukan oleh para kosponsor dan badan-badan PBB lainnya dalam melawan HIV/AIDS. 2. Best Practice Sekretariat UNAIDS membantu pembuat kebijakan-kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan epidemik ini, mengacu pada pengalaman yang telah berhasil dilakukan oleh negara-negara lain. 3. Advocacy Dalam
tingkat
internasional,
staff
UNAIDS
bertugas
untuk
mempromosikan kegunaan “Best Practice”. Selain itu mereka juga berupaya menyatukan negara-negara donor, sector swasta, NGO dan juga masyarakat yang hidup dengan HIV/AIDS untuk melawan HIV/AIDS. 4. Trafficking the epidemic Pusat yang mengumpulkan, menganalisa dan menyebarluaskan informasi mengenai epidemik ini dan apa saja yang telah dilakukan untuk menanggulanginya. Program coordinating board (PCB), UNAIDS dibimbing oleh PCB, sebagai badan pemerintahan UNAIDS. Badan ini beranggotakan perwakilan dari 22 negara diseluruh dunia, perwakilan dari 10 kosponsor dan 5 perwakilan NGO, dimana di dalamnya terdapat asosiasi pengidap HIV/AIDS. PCB atau Dewan Pengkoordinasi
Program
mempunyai
beberapa
fungsi
utama,
seperti
39
mengeluarkan kebijakan dan menentukan program apa yang akan dilakukan guna mengatasi epidemik HIV/AIDS. Untuk menentukan langkah apa yang akan diambil, PCB harus melakukan introspeksi dan menganalisis faktor-faktor penentu seperti data epidemik dan perubahan jumlah penderita HIV/AIDS, maka PCB akan dapat mengambil langkah-langkah yang dinilai tepat untuk mengatasi epidemik HIV/AIDS. Selain bertugas untuk merancang program yang akan dilaksanakan, PCB juga harus mempelajari kembali dan menentukan persetujuan atas perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan sehubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk membiayai program-program UNAIDS yang akan dilakukan. Perencanaan keuangan ini dipersiapkan oleh Directur Eksekutif dan Komite Organisasi Pendukung (CCO). PCB juga berkewajiban untuk mengevaluasi usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh para organisasi pendukung untuk kosponsor, kemudian PCB membuat rekomendasi untuk para kosponsor mengenai langkah-langkah apa yang harus diambil selanjutnya yang berhubungan dengan aktifitas mereka dalam program penanggulangan HIV/AIDS. Dan tugas terakhir PCB, yaitu PCB juga harus mempelajari kembali laporan periode untuk mengevaluasi kemajuan program dan dari hasil yang ada dapat dilihat sejauh mana efektifitas dari program-program yang sudah dilaksanakan. Committee of cosponsoring organization (CCO), Komite organisasi pendukung bertindak sebagai forum bagi para organisasi pendukung atau kosponsor untuk bertemu dan menyampaikan masukan terkait dengan programprogram yang dilaksanakan oleh UNAIDS. CCO mengadakan pertemuan secara
40
rutin
sebagai
komite
penyeimbang
dari
PCB.
CCO
juga
bertugas
mempertimbangkan permasalahan-permasalahan di UNAIDS, serta memberikan masukan-masukan bagi para kosponsor untuk membuat kebijakan dan langkahlangkah strategis bagi UNAIDS. CCO mempunyai beberapa fungsi utama, seperti mempelajari kembali rencana kerja yang telah disusun serta laporan pendanaan dan laporan keuangan program-program yang akan dijalankan untuk setiap periode keuangan. Hal ini dilakukan CCO agar rencana kerja yang telah disusun benar-benar tepat untuk dilaksanakan. Setelah mempelajari semua rencana kerja dan laporan keuangan yang ada, maka CCO berkewajiban untuk mempertanggung jawabkannya kepada PCB. Selain itu, CCO juga membuat rekomendasi untuk aspek-aspek tertentu agar disetujui oleh PCB. Setelah semua langkah tersebut berhasil diselesaikan, maka CCO bertugas untuk mempelajari kembali aktifitas yang dilakukan oleh masingmasing kosponsor, apakah sesuai dan mendukung seluruh kegiatan UNAIDS. Theme Group adalah sebuah bagian dari mekanisme kerja UNAIDS yang anggotanya terdiri dari para kepala dari organisasi pendukung atau kosponsor UNAIDS yang ada di suatu negara tertentu dan juga dari badan-badan PBB lain yang masih berkaitan. Theme Group bertujuan untuk mendukung segala usaha menanggulangi HIV/AIDS secara komprehensif di sebuah negara tertentu. Di beberapa negara, Theme Group juga dapat terdiri dari pemerintah dimana Theme Group berada. Tidak hanya pemerintah, namun juga orang pemerintah yang berada di negara-negara itu juga tergabung dalam Theme Group.
41
Theme Group diketuai oleh salah seorang ketua perwakilan dari organisasi pendukung atau kosponsor UNAIDS dan setiap 2 tahun sekali akan berputar secara bergiliran dengan ketua perwakilan kosponsor yang lain. Program kerja dari Theme Group ini akan berbeda-beda, tergantung dari situasi masing-masing negara. Namun pada prinsipnya program kerja untuk Theme Group ini akan meliputi : mengumpulkan informasi-informasi terkait data yang dibutuhkan untuk penanggulangan HIV/AIDS dalam suatu negara tertentu, menganalisa programprogram yang akan dilakukan dan mengkoordinasikan aksi bersama untuk penanganan HIV/AIDS. Contoh program kerja Theme Group untuk HIV/AIDS: 1. Mengkoordinasikan program-program HIV/AIDS yang terdapat di national strategic plan bersama-sama dengan anggota Theme Group lainnya. 2. Menjamin bahwa kebijakan-kebijakan dan program-program UNAIDS diterapkan oleh anggota Theme Group. 3. Menyebarluaskan informasi dan aktivitas mengenai HIV/AIDS. 4. Menjembatani partner nasional dengan kosponsor dan pada tingkat global antara partner nasional dengan UNAIDS. Country Programme Adviser (CPA),Dibeberapa negara tertentu, kelompok pengusul tema atau Theme Group dibantu oleh CPA. Biasanya CPA ditempatkan di negara yang sedang berkembang untuk membantu negara tersebut dalam mengimplementasikan program-program UNAIDS. Tugas utama yang diemban oleh CPA adalah untuk membantu Theme Group dalam mendapatkan respon
42
nasional suatu negara yang baik dalam program penanggulangan HIV/AIDS. Juga untuk memastikan kebijakan UNAIDS diterapkan dengan baik di negara yang telah ditunjuk.34 CPA bertugas untuk mendorong terciptanya pendekatan yang baru dan inovatif dalam menghadapi epidemik HIV/AIDS. CPA menyebarluaskan informasi terbaru mengenai data yang terkait dengan HIV/AIDS dan penanganannya
di
negara
tertentu.
CPA mempunyai
kewajiban
untuk
menciptakan komitmen yang kuat diantara pemerintah yang berwenang, para pemberi dana, media massa, masyarakat sipil dan sector swasta dalam memperkuat serta memperluas respon nasional terhadap upaya penanggulangan epidemik HIV/AIDS. Selain itu, CPA juga harus dapat menyediakan dukungan teknis yang diperlukan oleh negara dalam pengimplementasian UNAIDS. Technical Working Group berperan sebagai badan pelaksana operasional bagi Theme Group. Technical Working Group terdiri dari perwakilan mitra kegiatan UNAIDS yang berada dalam negara tertentu. Technical Working Group berfungsi untuk membantu pengimplementasian program-program yang disusun oleh Theme Group. Biasanya, Technical Working Group menangani daerah spesifik, dimana Theme Group membutuhkan bantuan untuk membantu negara dalam mengimplementasikan program-program UNAIDS. Technical Working Group ini juga harus mengamati perkembangan dan pelaksanaan dari aktifitas program yang telah ditetapkan dan melaporkannya kembali pada Theme Group.
34
http://data.unaids.org/publication/IRC-Pub03/una96-3en.Pdf,Unaids.Facts Unaids, CPA, diakses pada tanggal 1 Januari 2016
About
43
Program kerja dari Technical Working Group akan berbeda-beda tergantung pada keadaan negara. Namun pada dasarnya tugas mereka adalah mempersiapkan rencana kerja, mengkaji kembali proposal permohonan bantuan dana yang ditujukan kepada UNAIDS dan ikut serta dalam perencanaan strategi program-program penanggulangan HIV/AIDS. Focal Point adalah petugas dari PBB yang bekerja untuk program HIV/AIDS pada bagian teknisnya. Ada 2 tipe Focal Point pada tingkat negara, yaitu: 1. The Agency Focal Points: Anggota staff dari Theme Group yang mewakili organisasinya di Technical Working Group. 2. The UNAIDS Focal Point: salah seorang perwakilan dari kosponsor, yang telah ditunjuk oleh Theme Group, yang bersedia menjadi part time CPA di sebuah negara dimana belum terdapat CPA tetap. Rangkaian staff ini berusaha membangun komitmen negara dalam HIV/AIDS dan menjembatani jarak antara kelompok dan organisasi-organisasi yang ada dalam masyarakat. WHO juga akan memberikan bantuan administratif bagi UNAIDS secara global namun untuk tingkat negara maka UNDP yang bertanggung jawab untuk membantu. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, UNAIDS membagi 2 daerah kegiatannya, yaitu Country Support, Bertujuan memperkuat dan mendukung
kapabilitas
nasional
untuk
mengkoordinasi,
merencanakan,
mengimplementasikan, memonitor dan mengevaluasi respon terhadap HIV/AIDS. Fokus utama UNAIDS pada level negara adalah meningkatkan kapabilitas
44
nasional dalam mengambil tindakan untuk HIV/AIDS dan memastikan adanya tanggapan atau kepedulian terhadap epidemik ini untuk jangka waktu yang panjang. Country Support yang bertujuan memperkuat dan mendukung kapabilitas nasional untuk koordinasi, rencana, implementasi, monitor dan evaluasi respon terhadap HIV/AIDS. Tugas UNAIDS pada Country Support, yakni membentuk mekanisme dari aksi bersama dalam mendukung dan memonitor semua usaha nasional dalam menanggulangi HIV/AIDS. Menyediakan dukungan untuk Theme Group dalam menjalankan tugasnya terutama dalam penyebarluasan informasi. Menyediakan dan memfasilitasi bantuan teknis untuk memperkuat kapasitas nasional. Menyediakan dan memfasilitasi bantuan teknis untuk national HIV/AIDS Programme, kosponsor, NGO dan para penderita HIV/AIDS. Memperkuat kapasitas kepemimpinan nasional untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengevaluasi respon terhadap HIV/AIDS. Mempertahankan komitmen politis, keterlibatan multisektoral dan membangun kondisi yang kondusif untuk respon HIV/AIDS, terutama dalam kaitannya dengan HAM. Selanjutnya mengidentifikasikan,
adalah membuat
International dan
Best
mempertahankan
Practice,
bertugas
kebijakan-kebijakan,
strategis yang diperlukan dalam menghadapi epidemik HIV/AIDS dengan mengacu pada apa yang telah berhasil dilakukan oleh negara lain. Kontribusi UNAIDS untuk negara-negara adalah menganalisa segala bentuk aksi yang telah dilakukan berkaitan dengan pencegahan HIV/AIDS dan mengambil pelajaran dari sini. Aktifitas yang terbukti berhasil secara efektif dan efisien, dianjurkan untuk
45
dapat ditiru oleh negara-negara lain, termasuk segala pengalaman dari para kosponsor, LSM dan para penderita HIV/AIDS, yang kemudian akan dijadikan bahan masukan bagi negara. UNAIDS memperluas respon ini dengan fokuskan pada kebijakankebijakan, strategi yang dapat mengurangi resiko terhadap HIV/AIDS, seperti promosi kondom, pendidikan seks yang sehat. Serta pada kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap HIV/AIDS dan efek-efek yang ditimbulkannya. Tugas UNAIDS pada International Best Practice yaitu membantu pertukaran informasi, jaringan kerja, komunikasi antar para partner dalam mengumpulkan, menganalisa dan mempromosikan Best Practice. Memberikan bantuan teknis termasuk informasi dan training untuk memastikan bahwa Best Practice dapat berjalan dengan baik di tingkat negara. Menyebarluaskan Best Practice secara umum dan memberikan bantuan yang diperlukan di tiap negara. Menciptakan mekanisme bagi para partner UNAIDS dalam pembentukan kebijakan, riset dan evaluasi untuk Best Practice. Memonitor dan memperkirakan kecenderungan penyebaran virus HIV/AIDS di seluruh dunia dan juga terus memantau respon terhadap epidemik ini pada tingkat negara, antar negara dan juga tingkat global. Terus memperkuat kapabilitas dari UNAIDS sebagai sumber utama dalam pembuatan berbagai kebijakan, strategi dan petunjuk teknis untuk HIV/AIDS serta mempersatukan potensi yang ada di dalam maupun di luar sistem PBB.
46
B. Situasi HIV/AIDS di Zimbabwe Republik Zimbabwe adalah sebuah negara di Afrika bagian selatan. Negara yang terkurung daratan ini berbatasan dengan Afrika Selatan di sebelah selatan, Botswana di barat, Zambia di utara dan Mozambik di timur. Zimbabwe terbagi menjadi 8 provinsi dan 2 kota yang berstatus setingkat provinsi: Bulawayo (kota), Harare (kota), Manicaland, Mashonaland Pusat, Mashonaland Timur, Mashonaland Barat, Masvingo, Matabeleland Utara, Matabeleland Selatan, dan Midlands. Secara geografis Zimbabwe adalah sebuah negara tanpa lautan, dikelilingi oleh Afrika Selatan di selatan, Botswana di barat, Zambia di barat daya, dan Mozambique di timur dan timur laut. Inyangani adalah gunung tertinggi di Zimbabwe dengan ketinggian 2.592 meter. Perbatasan barat-laut ditandai oleh Sungai Zambezi. Air terjun Victoria adalah tujuan turis populer di Zambezi. Di selatan, Zimbabwe dipisahkan dengan Afrika Selatan oleh Sungai Limpopo. Zimbabwe juga berbatasan dengan Namibia di barat melalui sebuah jalur sempit. Terkait perekonomian, Perekonomian Zimbabwe terus mengalami kemorosotan selama beberapa waktu ini. Inflasi negeri ini terus meningkat hingga 2,2 juta persen35 yang menjadi inflasi tertinggi di dunia.36Akibat inflasi yang tinggi tersebut, bank sentral Zimbabwe sudah mengeluarkan 4 versi mata uang sampai sekarang. Terakhir kali bank sentral Zimbabwe mengeluarkan pecahan $ 100,000,000,000,000 (100 triliun dolar) yang menjadi uang dengan nominal terbesar di dunia yang kemudian digantikan dengan dolar versi ke-4 di mana setiap $ 100,000,000,000,000 (100 triliun dolar) uang lama digantikan menjadi $1 35
http://www.antaranews.com/arc/2008/7/20/zimbabwe-edarkan-uang-kertas-dengannilai-100-miliar-dolar/ 36 http://www.inilah.com/berita/2008/02/18/12804/zimbabwe-catat-inflasi-tertingi-dunia/
47
uang baru. Dengan ekonomi yang terus memburuk sekarang bank sentral Zimbabwe memutuskan untuk membolehkan rakyatnya menggunakan mata uang dolar Amerika sebagai mata uang mereka untuk menstabilkan kembali ekonomi Zimbabwe. Sistem kesehatan di Zimbabwe merupakan salah satu yang terburuk di dunia di mana tingkat harapan hidup untuk pria hanya sampai umur 44 tahun dan 43 tahun untuk wanita37 hasil ini menunjukkan penurunan dibandingkan pada tahun 1990.
Penurunan ini disebabkan karena kasus HIV/AIDS. Tingkat
kematian bayi juga meningkat dari 5,9% pada akhir tahun 1990an menjadi 12,3% pada tahun 200438, sementara itu pada waktu yang bersamaan terjadi tingkat kelahiran bayi yang meningkat secara drastis. Sistem fasilitas kesehatan juga tidak berbeda jauh dengan kondisi kesehatan masyarakat. Pada akhir November 2008, tiga dari empat rumah sakit besar di Zimbabwe ditutup39.Selain itu, para dokter dan ahli medik juga melakukan migrasi besar-besaran seiring dengan memburuknya keadaan politik dan ekonomi40. Pada Agustus 2008, sebagian besar daerah Zimbabwe mengalami epidemikolera. Keadaan ini semakin parah dengan 10.000 orang terinfeksi kolera di hampir seluruh provinsi di Zimbabwe. Epidemi ini juga tersebar hingga ke negara tetangga seperti Botswana, Mozambik, Afrika Selatan dan Zambia41.
37
http://unstats.un.org/unsd/demographic/products/socind/health.htm news.bbc.co.uk/2/hi/business/7346042.stm 39 news.bbc.co.uk/1/hi/world/africa/7714892.stm 40 news.bbc.co.uk/2/hi/africa/7760088.stm 41 news.bbc.co.uk/2/hi/africa/7760088.stm 38
48
Terkait dengan masalah kesehatan d Zimbabwe, pada bab ini penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai HIV dan menjelaskan kondisi HIV di Zimbabwe. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia, seperti sel T4 CD4+ makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T4 CD4+ secara langsung dan tidak langsung, sel T4 CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Sejak dilaporkan adanya kasus AIDS yang pertama oleh Gottlieb dkk. di Los Angeles pada tanggal 5 Juni 1981, pada bulan Januari 1983 Luc Montagnier dkk, menemukan virus penyebab penyakit AIDS ini dan disebut dengan LAV (Lymphadenopathy Virus). Hasil penelitian Gallo, Maret 1984 di Amerika menyatakan penyebab penyakit ini adalah Human T Lymphotropic Virus Type III, disingkat dengan HTLV III dan tahun 1984 berdasarkan hasil penemuannya, J.Levy menamakan AIDS Related Virus (ARV) sebagai penyebab penyakit ini. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional menetapkan nama virus penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus, disingkat dengan HIV. HIV adalah virus RNA yang termasuk dalam famili Retroviridae subfamily Lentivirinae. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNAnya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Satu kali terinfeksi oleh retrovirus, maka infeksi ini akan bersifat permanen, seumur hidup. AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Syndrome berarti kumpulan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Deficiency
49
berarti kekurangan, Immune berarti kekebalan, dan Aquired berarti diperoleh atau didapat, dalam hal ini “diperoleh” mempunyai pengertian bahwa AIDS bukan penyakit keturunan. Seseorang menderita AIDS bukan karena ia keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. Oleh karena itu, AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan suatu sindrom yang amat serius, dan ditandai oleh adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh penderitanya. Dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1980an, HIV dan AIDS hampir tidak ada di Afrika Selatan. Kini daerah ini adalah salah satu daerah yang paling parah angka infeksinya. Tidak ada tanda-tanda penurunan angka infeksi di wilayah ini. Ada sebelas negara di wilayah ini: Angola, Namibia, Zambia, Zimbabwe, Botswana, Malawi, Mozambik, Afrika Selatan, Lesotho dan Swaziland, serta kepulauan Madagaskar. Dalam laporan yang dibuat pada bulan Desember 2005, UNAIDS melaporkan bahwa ada penurunan angka infeksi di Zimbabwe. Akan tetapi banyak pemerhati independen menyatakan bahwa angka yang diberikan oleh Robert Mugabe tidak dapat dipercaya, terutama karena angka infeksi di negaranegara lain di Afrika bagian selatan terus meningkat (terkecuali sedikit penurunan di Botswana).Hampir 30% dari seluruh populasi orang dengan HIV di seluruh
50
dunia tinggal di wilayah ini, padahal di wilayah ini hanya bermukim 2% dari seluruh penduduk dunia. Hampir semua negara di wilayah ini memiliki tingkat prevalensi setidaknya 10%.Pengecualian dari nilai ini adalah Angola dengan nilai prevalensi kurang
dari
5%.Hal
ini
tidak
disebabkan
oleh
berhasilnya
program
penanggulangan, tetapi karena perang saudara yang berkelanjutan. Kebanyakan infeksi HIV di wilayah ini adalah jenis HIV-1, jenis yang paling banyak ditemukan di dunia, yang paling sering ditemukan di wilayahwilayah dunia dengan populasi penduduk dengan HIV. Pengecualian adalah Afrika bagian barat, di mana infeksi HIV-2 lebih sering ditemukan. Di wilayah Afrika bagian selatan, kasus pertama HIV dilaporkan dari Zimbabwe pada tahun 1985.42 Menurut data dari Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2008, di kawasan Sub-Sahara Afrika terdapat 22,4 penderita HIV/AIDS, dengan PR pada orang dewasa sebesar 5,2%. Di Asia Selatan dan Asia Tenggara terdapat 3,8 juta ODHA dengan PR pada orang dewasa sebesar 0,3%. Di Asia Timur terdapat 850.000 penderita HIV/AIDS dengan jumlah kematian 59.000 kasus. Menurut data UNAIDS (2009), dalam survei yang dilakukan di negara bagian Sub-Sahara Afrika antara tahun 2001 dan 2005, prevalensi HIV lebih tinggi di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan, dengan rasio prevalensi HIV di kota : pedesaan yaitu 1,7:1. Misalnya di Ethiopia, orang yang tinggal di 42
http://data.unaids.org/Global-Report/Bangkok-2004/unaidsbangkokpress/gar2004html/ gar2004_00_en.htm, di akses pada 14 Januari 2016
51
areal perkotaan 8 kali lebih mudah terinfeksi HIV dari pada orang-orang yang tinggal di pedesaan. Program-program yang dilakukan oleh Zimbabwe untuk menghadapi masalah ini yakni dengan menerapkan program Zimbabwe National HIV and Aids Strategic Program, ZNASP adalah kebijakan nasional pemerintah Zimbabwe, tepatnya kementerian kesehatan dan anak, bersama National AIDS Council Zimbabwe dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. Tema yang diangkat dalam program ZNASP ini ialah From Commitment to Action. Maksud dari tema ini guna merefleksikan kepercayaan berbagai pihak pemerintah Zimbabwe dan seluruh stakeholder nasional maupun internasional serta multi sektoral dalam melawan HIV dan AIDS. Sehingga sebuah komitmen bersama dianggap penting untuk menanggulangi permasalahan terkait HIV di Zimbabwe yang membutuhkan perhatian yang besar dan tindakan yang terkoordinasi. Beberapa stakeholder yang memiliki peran penting dalam proses realisasi ZNASP ini antara lain: organisasi non pemerintah, masyarakat umum, Organisasi Berbasis Agama, Organisasi berbasis komunitas seperti People Living with HIV (PLWHA), sektor privat dan institusi-institusi yang memiliki kepedulian lebih untuk berkontribusi dalam HIV dan AIDS serta bekerja dengan komunitas. Selanjutnya juga melibatkan kementerian pemerintah, otoritas local dan National AIDS Council (NAC). Kebijakan dan kerangka kerja strategis
yang dijalankan berdasarkan
prinsip “Three One” dan menyediakan kerangka kerja nasional untuk penekanan
52
tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe yang dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat dan rekan-rekan pembangunan. Prinsip “Three one” ialah satu persetujuan kerangka kerja dalam menanggapi HIV/AIDS yang menyediakan dasar koordinasi dalam kerjasama dengan berbagai pihak, kedua adalah satu otoritas koordinasi AIDS nasional dengan ruang lingkup yang luas dan beragam, dan terakhir satu persetujuan dalam sistem evaluasi dan pengawasan pada level negara. Program ZNASP ini tidak bermaksud untuk mengganti atau menyamai sektor-sektor strategi penanggulangan HIV dan AIDS Lainnya, begitu pula dengan detail kerja-kerja operasional, rencana penanggulangan ataupun intervensi pendanaan. Namun, ZNASP menyediakan kerangka dan konteks dalam berbagai sektor dan rencana strategis lainnya serta pendanaan-pendanaan yang dapat dirumuskan, diawasi, dan dikoordinasikan. Lebih spesifik tentang program ZNASP 2006-2010 ialah: 1. Menyampaikan arah dan target bersama untuk tanggapan nasional terhadap HIV/AIDS dalam periode 2006-2010 2. Menyediakan advokasi dasar, sumber mobilisasi dan pemrograman selama periode yang telah ditentukan, dalam rencana operasional yang lebih spesifik.
53
C. Program UNAIDS di Zimbabwe Dalam penanggulangan HIV/AID di Zimbabwe, UNAIDS memiliki program yang melibatkan banyak pihak. Diantaranya terdapat beberapa program yang melibatkan peran dari stakeholder dan terdapat pula program UNAIDS yang turut bekerja sama dan mendukung program kerja pemerintah Zimbabwe dalam menangani HIV/AIDS. Gambar 3.1 Program-program penanggulangan HIV/AIDS
(sumber: UNAIDS Global Report, 2008)
Selain itu terdapat beberapa program yang dilakukan oleh UNAIDS dan lebih spesifik. Berikut beberapa program UNAIDS di Zimbabwe, yaitu: 1. Task Force on Women, Girls and HIV/AIDS in Southern Africa Program Pada kuartal ketiga 2006, UNAIDS Sekretariat, termasuk Sekretariat Koalisi Global tentang Wanita dan AIDS, melakukan tindakidentifikasi dana
54
untuk mereview kemajuan negara-negara yang termasuk dalam program Task Force, yakni pada masalah kesetaraan gender dan tanggapan AIDS nasional. Selain itu juga melakukan identifikasi mitra yang dapat membantu dalam menjalankan program dan menyusun laporan program ini.Pada tahun 2004. UNAIDS / UNICEF, melakukan kerjasama untuk mengembangkan Laporan Satuan Tugas PBB Sekretaris Jenderal pada perempuan, anak perempuan dan HIV/AIDS di Afrika Selatan. Pada bulan Juni 2006, Badan Koordinasi Program UNAIDS bermitra dengan pemerintah nasional dalam melakukan penilaian terhadap gender dan rencana program AIDS nasional sertamenyerahkan pelaksanaan program kepada Badan Koordinasi Program, pada pedoman 2007 pertemuan, teknis dan kebijakan untuk mengatasi isu-isu gender dalam cara yang praktis untuk digunakan oleh pemerintah, program AIDS nasional, donor, lembaga internasional, sistem PBB dan organisasi non-pemerintah dalam menanggapi peningkatan feminisasi epidemi. Proyek ini didukung oleh dana dari Koalisi Global tentang Wanita dan AIDS, dan mitra yang dipilih yaituOpen Society Initiative in Southern Africa (OSISA). staf yang relevan dari OSISA menjadi bagian kelompok ahli yang bekerja sama mengumpulkan laporan mengenai proyek ini. Pada bulan Februari 2007, OSISA membahas mengenai perkembangan di masing-masing dari sembilan negara yang berfokus pada dokumen nasional, proses dan laporan penelitian tentang gender dan HIV. Pada bulan Maret dan April 2007, pembahasan ini diikuti oleh sembilan negara: Botswana, Lesotho, Malawi, Mozambik, Afrika Selatan dan Swaziland. kunjungan Negara terdiri dari
55
sekitar lima hari, dan dilengkapi dengan telepon dan wawancara informan dengan Pemerintah, pejabat PBB dan anggota masyarakat sipil. 2. United Nation General Assembly on Special Session United Nation General Assembly Special Session (UNGASS) on AIDS adalah sesi khusus dalam Sidang Umum PBB yang membahas tentang AIDS, di mana pada Sidang Umum PBB ke-26 tanggal 25-27 Juni 2001 di New York melahirkan kesepakatan bersama yang dinamakan . “Deklarasi Komitmen Sidang Umum PPB terhadap HIV & AIDS” (Declaration of Commitment on HIV/AIDS). Berapa komitmen dari deklarasi tersebut antara lain menyangkut masalah: kepemimpinan; pencegahan; perawatan, dukungan dan pengobatan; HIV & AIDS dan HAM; mengurangi kerentanan; anak-anak yatim piatu korban HIV dan terjangkit
AIDS;
mengurangi
dampak
sosial
ekonomi;
penelitian
dan
pengembangan; HIV & AIDS di wilayah konflik dan bencana alam; sumber daya; serta tindak lanjut. Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, setiap negara yang menandatangani wajib membuat laporan tertulis setiap 2 tahun sekali. Di mana salah satu indikator penting dari UNGASS tentang AIDS ini adalah pengisian National Composite Policy Index (NCPI) yang berupa kuisioner yang harus diisi serta diserahkan sebagai bagian dari laporan kemajuan negara terhadap komitmen yang dicetuskan pada tahun 2001 tersebut. NCPI sendiri terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian A yang ditujukan untuk pemerintah (mencakup rencana strategis, dukungan politik, pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan, serta uang) dan bagian B yang ditujukan untuk perwakilan dari organisasi masyarakat sipil,
56
lembaga bilateral dan PBB (mencakup HAM, keterlibatan masyarakat sipil, pencegahan, perawatan dan dukungan). 3. Kampanye Sunat Laki-laki di Afrika Praktek sunat diperkirakan telah dibawa ke suku berbahasa Bantu di Afrika baik oleh orang-orang Yahudi setelah salah satu dari banyak pengusiran mereka dari negara-negara Eropa, atau dengan Moor Muslim yang melarikan diri setelah penaklukan Spanyol pada tahun 1492. Di paruh kedua milenium pertama, penduduk dari timur laut Afrika berpindah ke selatan dan bertemu dengan suku Arabia, Timur Tengah dan Afrika Barat. Orang-orang ini pindah ke selatan dan membentuk apa yang dikenal hari ini sebagai Bantu. Suku Bantu diamati menegakkan apa yang disebut sebagai hukum Yahudi, termasuk sunat, di abad ke16. Sunat dan unsur-unsur pantangan Yahudi masih ditemukan di antara sukusuku Bantu43. Untuk negara-negara di Afrika, Beberapa suku di Afrika, seperti Yoruba dan Igbo di Nigeria, biasa menyunatkan bayi mereka. Prosedur ini juga dilakukan oleh beberapa suku atau garis keluarga di Sudan, Zaire, Uganda dan selatan Afrika. Beberapa dari suku-suku ini, sunat tampaknya budaya yang, dilakukan tanpa signifikansi agama tertentu atau niat untuk membedakan anggota suku. Bagi orang lain, sunat bisa dilakukan untuk pemurnian, atau ditafsirkan sebagai tanda penaklukan. Di antara suku-suku ini bahkan sunat yang dilakukan karena alasan tradisi, sering dilakukan di rumah sakit.
43
Milos, Marilyn F; Macris, Donna (1992)."Circumcision: A Medical or a Human Rights Issue?".Journal of Nurse-Midwifery (2): 87S–96S
57
Di Afrika Selatan, terdapat beberapa suku yang melakukan sunat, dilakukan dengan tombak dan biasanya memakan korban, serta tidak terlepas dari kepentingan ekonomi beberapa pihak. Namanya ‘Ulwaluko’, tradisi sunat massal yang dilakukan Suku Xhosa di Afrika Selatan yang dilakukan antara bulan Mei dan Juli setiap tahun44. Populasi penduduk Zimbabwe sebanyak 87% Kristen45, dan tidak menerapkan sunat dalam agama. Salah satu bab dari Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul 15 mencatat bahwa Kristen tidak mewajibkan sunat. Kristen juga tidak melarangnya; Injil Lukas menyebutkan bahwa Yesus sendiri disunat. Pada tahun 1442, pimpinan Gereja Katolik menyatakan bahwa sunat tidak diperlukan. Kristen Koptik mempraktekkan sunat sebagai suatu ritus. Gereja Ortodoks Ethiopia mengajak untuk sunat, dengan prevalensi hampir universal di antara laki-laki Ortodoks di Ethiopia. Di Afrika Selatan, beberapa gereja Kristen tidak menyetujui sunat, sementara yang lainnya mewajibkan sunat bagi anggotanya. Dalam tulisan oleh Laura Lopez Gonzalez dan Roger Pebody pada website www.spirita.or.id pada 17 Juli 2013 menjelaskan tentang kampanye untuk menyunat puluhan ribu pria di Afrika Selatan memiliki hambatan dalam penerimaan pada enam tahun setelah prosedur pertama kali direkomendasikan untuk membantu mencegah infeksi HIV. Hal ini dilaporkan oleh para pembicara pada International Conference for the Social Sciences and Humanities in HIV ke2 di Paris.
44
: http://www.dakwatuna.com/2015/07/06/71346/14-meninggal-dan-141-luka-lukadalam-ritual-sunatan-massal-di-afrika-selatan/#ixzz41FWwfMs6 45 http://www.religion-facts.com/id/v1/20/c20
58
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
dan
UNAIDS
mulai
merekomendasikan sunat laki-laki sebagai alat pencegahan HIV pada tahun 2007, setelah tiga uji klinis acak skala besar. Studi yang dilakukan di Kenya, Afrika Selatan dan Uganda ini menemukan bahwa sunat laki-laki mengurangi risiko seorang laki-laki untuk terinfeksi HIV sekitar 60%.Setelah rekomendasi internasional, negara dengan prevalensi HIV yang tinggi di Afrika timur dan selatan mengumumkan rencana untuk kampanye sunat laki-laki skala besar. Sekarang para peneliti mengatakan bahwa kampanye di Swaziland, Botswana dan Malawi gagal karena kekhawatiran dari pada laki-laki, komunitas dan negara mengenai apakah sunat laki-laki sesuai untuk mereka. Para ilmuwan sosial di pertemuan Paris menyatakan bahwa mereka yang melaksanakan sunat laki-laki kurang memberikan perhatian pada makna sosial dari sunat dalam pengaturan yang berbeda (sering kali perbedaan etnis atau agama, atau terkait dengan bentuk maskulinitas tertentu). Walaupun ada bukti bahwa intervensi sunat memiliki efikasi (dalam kondisi yang ideal), intervensi ini hanya akan menjadi efektif (dalam pengaturan dunia nyata) dalam beberapa situasi, ketika ada faktor kontekstual termasuk jaringan sosial, debat politik dan nilai budaya yang menguntungkan. Para peneliti biomedis telah memisahkan pemahaman apa pun dari efikasi alat ini dari bagaimana mereka berjalan dalam dunia yang sesungguhnya. Di Swiss, sekitar seperempat dari semua orang antara usia 15 dan 49 tahun diperkirakan akan hidup dengan HIV. Dengan tingkat prevalensi HIV tertinggi di dunia, Swaziland adalah pengadopsi awal dari rekomendasi WHO. Pada tahun
59
2009, negara tersebut berencana untuk menyunat 150,000 laki-laki dalam waktu dua tahun. Tapi pada tahun 2011, negara ini hanya memenuhi sekitar 12% dari target ini, menurut Alfred Khehla Adams dari Universiteit van Amsterdam. Untuk mengetahui mengapa sunat tidak begitu populer di kalangan pria Swaziland, Adams mewawancarai pria di distrik Kwaluseni dari Manzini, Swaziland melalui kombinasi diskusi kelompok terfokus dan wawancara. Ia menemukan bahwa karena laki-laki takut mengalami pengurangan kenikmatan seksual dan efek samping yang mungkin terjadi, pria Swaziland merasa prosedur ini mengancam mereka sebagai pria dewasa. Meskipun demikian , tiga uji klinis acak besar menemukan bahwa hanya sebagian kecil, antara 1,5 dan 3,8% sunat mengakibatkan komplikasi seperti luka atau bengkak. Para pria juga melaporkan bahwa mereka tidak melihat nilai dari sunat laki-laki medis jika penggunaan kondom masih disarankan untuk mengikuti prosedur. Penelitian dari Botswana juga menunjukkan masalah kesulitan untuk penerimaan sunat. Pada tahun 2009 Botswana berkomitmen untuk menyunat 100,000 orang setiap tahun. Pada tahun 2012, negara itu mampu menyunat sekitar 40,000 orang, lebih sedikit dari target yang ditekankan oleh WHO, menurut Masego Thamuku dari University of Bergen. Melakukan penelitian di Mochudi, Botswana, Thamuku menemukan bahwa kampanye sunat nasional yang pada awalnya diterima dengan baik oleh para pemimpin dan masyarakat tradisional telah kurang diminati. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh cara kampanye dipublikasikan dan dilaksanakan di antara
60
masyarakat Tswana yang sudah mempraktekkan sunat tradisional melalui sekolah inisiasi tradisional. Namun walaupun sebagian besar pembicara menyarankan bahwa ahli kesehatan masyarakat dan organisasi internasional sangat antusias mengenai sunat laki-laki medis, analisis yang sangat berbeda datang dari Ann Swidler dari University of California. Meneliti dokumen kunci dari WHO dan UNAIDS pada tahun 2007, ia menemukan bahwa para penulis enggan menerima bukti ilmiah yang luar biasa, dengan dokumen yang penuh peringatan. Dokumen tersebut menegaskan bahwa sunat harus diberikan bersama paket komprehensif dari intervensi pencegahan HIV. Swidler berpendapat bahwa ini mengaburkan fakta bahwa sunat laki-laki memiliki khasiat yang terbukti sedangkan intervensi yang ada seperti konseling dan tes sukarela atau program untuk mempromosikan dan mendistribusikan kondom tidak memiliki kemanjuran yang terbukti. Salah satu alasan keengganan mengenai sunat adalah bahwa hal itu menyentuh kepekaan dan kecemasan terhadap budaya, termasuk mengenai hubungan non kolonial Eropa dan Amerika Utara disatu sisi, dan Afrika di sisi lain.46 4. Program-Program Pendidikan HIV/AIDS Dalam menangani kasus ini, UNAIDS membuat beberapa program dimana program ini dilakukan dalam bentuk edukasi, pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan yang komprehensif.
47
Pendidikan (Education) yang dilakukan
dalam upaya menangani kasus HIV/AIDS adalah dengan mengajarkan tentang HIV/AIDS disekolah-sekolah. Pada tahun 2006 Departemen Pendidikan, 46
http://www.spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=3383 diakses pada 14 Januari 2016 http://www.un.org/africarenewal/magazine/january -2006/progress-zimbabwe%E2% 80%99s-hivaids-battle pada tanggal 20 Januari 2016 47
61
Olahraga, Kebudayaan dan UNICEF (salah satu cosponsor UNAIDS) memulai pola pelatihan guru primer dan sekunder disekolah. Pada akhir tahun 2007 sekitar 2.753 Sekolah Dasar dan Menengah telah mendapatkan pelatihan itu.48 Di luar sekolah, upaya untuk mendidik atau menginformasikan kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS bisa berupa selebaran, televisi dan radio, dan drama. Edukasi yang diberikan berupa pendidikan mengenai bahaya HIV/AIDS, cara pencegahannya dan cara pengobatannya, sehingga anak-anak telah memiliki pengetahuan tentang HIV dari usia dini dan anak-anak juga mampu membatasi diri dari virus HIV tersebut. Selain bantuan berupa membuat program dan edukasi, UNAIDS juga memberikan bantuan dana. UNAIDS memberikan bantuan kepada semua penderita HIV-positif di Zimbabwe sebesar US$ 4 per orang di tahun 2004.49UNAIDS bekerjasama dengan Global Fund. Program yang juga diterapkan di Zimbabwe adalah ABC yaitu Abstain, Befaithful, use Condom campaign. Maksud Abstain adalah jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (Dilarang seks bebas), Be faithful adalah bersikap setia terhadap pasangan (suami/istri), use Condom campaign adalah cegah dengan menggunakan kondom.
48
http://www.avert.org/hiv-aids-zimbabwe.htm pada tanggal 20 Januari 2016 Ibid.
49
62
D. Tingkat Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe Prevalensi HIV di Zimbabwe mengalami penurunan yang besar dalam beberapa tahun terakhir, dengan angka yang menurun dari 26% menjadi 14% antara tahun 1997 dan 2009. Dalam publikasi jurnal kesehatan PLoS, beberapa peneliti mencari tahu alasan terhadap penurunan ini dan mencoba menemukan penyebab yang bisa dipelajari dan diterapkan di tempat lain. Berdasarkan tulisan Carole Leach-Lemens, yang dilansir dalam situs aidsmap.com dan diterbitkan pada 4 Juni 2010. Terdapat penurunan tingkat penderita HIV di Zimbabwe, dimana Ia menekankan bahwa perilaku menjadi sektor yang mendukung penurunan tingkat HIV ini.
Menurut temuan yang
diterbitkan oleh Simon Gregson dan rekan dalam International Journal of Epidemiology, perubahan perilaku dan tingginya angka kematian AIDS berdampak pada penurunan yang bermakna dalam prevalensi HIV di Zimbabwe dari 29% di tahun 1997 sampai mendekati 16% di tahun 2007. Menurut Clemens Benedikt, manager penanggulangan HIV di UNFPA Zimbabwe, perubahan perilaku terkait dengan HIV terjadi karena mulai banyaknya orang-orang yang membicarakan tentang HIV dan hal ini kemudian mempengaruhi perilaku seksual mereka. Selain itu faktor lain yang mendukung penurunan penyebaran HIV adalah menurunnya tingkat perilaku dengan pasangan seksual yang lebih dari satu, hanya 30% laki-laki melaporkan bahwa mereka masih terlibat dalam hubungan extra-marital, atau terlibat seks dengan lebih dari satu pasangan. Hal ini dapat dianggap sebagai hal yang mendukung penanggulangan program HIV di Zimbabwe. Ditambah lagi dengan dukungan
63
media massa dan komunikasi antar personal melalui gereja, tempat kerja, teman dan keluarga. Program yang mereka kampanyekan ialah akibat dari memiliki beberapa pasangan seks dan mempromosikan penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, terdapat beberapa perubahan signifikan terkait norma-norma seksual. Sebagai contohnya, dalam beberapa tahun sebelumnya, laki-laki berkumpul di tempat minum bir cenderung dikelilingi oleh para perempuan, beberapa dari mereka adalah pekerja seks. Kemudian terjadi perubahan di tempat-tempat seperti demikian yang lebih banyak dipenuhi oleh laki-laki saja. Selain itu, krisis ekonomi yang parah juga memainkan peran yang penting dan member pengaruh. Banyak laki-laki yang melaporkan bahwa mereka memiliki penghasilan atau uang yang sedikit untuk mempertahankan gaya hidup yang memiliki pasangan lebih dari satu, dan sama halnya untuk menggunakan jasa pekerja seks. Walau bagaimanapun juga, hal ini dinyatakan sebagai faktor pendukung yang mempengaruhi penurunan tingkat HIV, tercatat pada krisis besar-besaran yang terjadi pada 2002 merupakan penurunan tingkat penurunan HIV terbesar di Zimbabwe. Hasil analisis penelitian yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari prevalensi HIV di Zimbabwe dari pertengahan tahun 1980 sampai seterusnya. Perkiraan nasional menunjukkan peningkatan di awal sampai pertengahan tahun 1990, dan angka ini menjadi stabil di akhir tahun 1990-an pada tingkat 29,3% sebelum menurun menjadi 15,6% pada tahun 2007.
64
Berdasarkan laporan nasional Zimbabwe, berikut rata-rata tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe dari Januari 2006 sampai Desember 2007:
Grafik 3.1 Grafik Rata-Rata Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe 2006-2007
(sumber: Zimbabwe Country Progress, 2008)
Data di atas dikeluarkan pada tahun 2008, dalam data tersebut menampilkan rata-rata tingkat penderita HIV/AIDS dari tahun 1980 sampai 2007 pada orang dewasa yakni rentang usia 15 sampai 49 tahun dan tingkat penderita HIV serta sifilis pada wanita usia 15 sampai 24 tahun. Hasil menunjukan pada tahun 2007 pada orang dewasa rata-rata tingkat penderita sebanyak 15, 6 % dan pada wanita dengan HIV dan sifilis rata-rata sebanyak 13, 1%. Berikut estimasi jumlah total Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe pada akhir 2007. Total penderita termasuk orang dewasa dan anak-anak adalah sebanyak 1.320.739 orang. Dengan jumlah spesifik pada orang dewasa yakni sebanyak 1.085.671 orang, perempuan sebanyak 651.402 orang, dan anak-anak
65
sebanyak 132.938 orang. Berikut table dalam laporan tahunan pemerintah Zimbabwe. Tabel 3.1 Total Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe pada akhir 2007
(Sumber: Zimbabwe Country Progress, 2007)
Laporan UNAIDS mengenai tingkat penderita HIV di Sub Saharan Afrika pada tahun 1990 sampai tahun 2007. Grafik 3.2 UNAIDS, AIDS Epidemics Update 2007, Global Review
(Sumber: WHO Cataloguing-in-Publication Data, 2007) Grafik di atas menunjukan bahwa tingkat penderita HIV/AID di kawasan sub Sahara Afrika pada tahun 2007 berada pada kisaran rata-rata 5%. Kawasan Sub Sahara Afrika terdiri dari beberapa negara, salah satunya adalah Zimbabwe. 66
Selanjutnya, data pemerintah Zimbabwe dalam laporan nasional tentang rata-rata tingkat penderita HIV/AIDS dari Januari 2008 sampai Desember 2009. Tabel 3.2 Rata-rata tingkat penderita HIV/AIDS Zimbabwe 2008-2009
(Sumber: Zimbabwe Country Report, 2009)
Tabel di atas menunjukan rata-rata penderita HIV/AIDS di Zimbabwe mulai tahun 2007 yakni sebanyak 16, 1 %, tahun 2008 sebanyak 15.1 %, dan tahun 2009 sebanyak 14, 3%. Perbedaan Jumlah rata-rata sebanyak 1% setiap tahunnya dalam kurun waktu 3 tahun. Dalam data jumlah yang lebih spesifik yakni pada orang dewasa dan anakanak jumlah totalnya sebanyak 1.282.635 orang pada tahun 2007, pada 2008 sebanyak 1.226.781 orang, dan pada 2009 sebanyak 1.187.122. Data ini berdasarkan laporan nasional pemerintah Zimbabwe, dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
67
Tabel 3.3 Total Penderita HIV/AIDS di Zimbabwe 2007, 2008, 2009
(Sumber: Zimbabwe Country Report, 2010)
Sebagai data tambahan mengenai penggunaan kondom di kalangan wanita dan pria Zimbabwe dari sampai tahun 2009 adalah sebagai berikut: Grafik 3.3 Penggunaan Kondom Laki-Laki di Zimbabwe 2000-2009
(Sumber: Zimbabwe Country Progress, 2010)
Berdasarkan data di atas, Jumlah kondom yang digunakan laki-laki di Zimbabwe tahun 2006 sekitar delapan puluh ribu, pada tahun 2007 sekitar delapan sampai Sembilan puluh ribu, pada tahun 2008 berada pada angka sekitar Sembilan puluh sampai seratus ribu, dan pada 2009 sebanyak Sembilan puluh ribu kondom.
68
Grafik 3.4 Penggunaan Kondom Perempuan di Zimbabwe 2000-2009
(Sumber: Zimbabwe Country Progress, 2010) Berdasarkan grafik di atas, jumlah kondom yang digunakan oleh perempuan di Zimbabwe pada tahun 2006 sekitar dua puluh ribu, 2007 sekitar tiga puluh sampai empat puluh ribu kondom, pada 2008 sekitar lima puluh sampai enam puluh ribu kondom dan merupakan jumlah terbanyak, dan pada tahun 2009 lebih dari empat puluh ribu kondom.
E. Hambatan Penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe Berdasarkan Laporan nasional penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe pada tahun 2007 terdapat beberapa hambatan yakni masalah perekonomian Zimbabwe dan Sumber daya manusia. Perekonomian Zimbabwe, ketika beberapa negara di sub sahara Afrika mengalami kenaikan tingkat perekonomian, Zimbabwe merupakan satu-satunya negara yang mengalami penurunan tingkat perekonomian. Pada tahun 2000 sampai 2006 tingkat perekonomian Zimbabwe turun dari -2% pada menjadi
69
-4,6%50 sebagai akibat dari meningkatnya lingkungan makro ekonomi yang tidak terhentikan. Ketika alokasi dana nasional meningkat, sektor kesehatan yang membutuhkan dana yang lebih akibat HIV/AIDS. Zimbabwe hanya menerima sumbangan
dari
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
sehingga
rendahnya
dana
sumbangan tidak dapat menutupi upaya penanggulangan masalah HIV/AIDS. Inflasi yang meningkat, pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingginya harga minyak dalam pasar internasional dan tingginya beban HIV/AIDS telah mempengaruhi Zimbabwe dalam memberikan penanggulangan yang efektif terhadap HIV/AIDS. selanjutnya Sumber daya manusia, hampir dalam semua bidang Zimbabwe memiliki masalah sumber daya manusia yang tidak menunjang dan semakin tergerus. Terutama pada bidang pendidikan dan kesehatan yang mempengaruhi kualitas penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe. Walaupun Health Service Board (Badan Layanan Kesehatan) telah dibuat namun tidak mampu menutupi gap antara lowongan dan posisi yang disediakan.
50
Zimbabwe Economic Development Document, 2007
70
BAB IV PERAN UNAIDS DALAM PENURUNAN TINGKAT PENDERITA HIV DI ZIMBABWE
A. Keterlibatan UNAIDS dalam Upaya Penurunan Tingkat HIV/AIDS di Zimbabwe Permasalahan
global
semakin
menuntut
berbagai
pihak
untuk
memaksimalkan upayanya masing-masing agar dapat menanggulangi masalah tersebut. Hal inilah yang menjadi latar belakang organisasi negara-negara di dunia untuk membuat sebuah badan yang dapat tanggap dalam menghadapi permasalahan global. Mengingat bahwa permasalahan global ini turut dirasakan oleh berbagai pihak termasuk bangsa dan negara di dunia serta menjadi ancaman yang serius, sudah selayaknya pencarian solusi untuk menyelesaikan atau menanggapi masalah ini dihadapi bersama pula. Salah satu masalah global saat ini adalah virus HIV. Seperti yang kita ketahui bahwa HIV merupakan virus yang dapat menyebar bukan hanya disatu tempat, namun diberbagai tempat didunia. Tidak terbatas pada batas-batas negara. Seperti yang kita ketahui pula kesehatan adalah kebutuhan semua manusia di dunia. Sehingga inilah salah satu masalah terbesar dibidang kesehatan yang diupayakan untuk diatasi bersama dengan kerjasama yang dilakukan oleh berbagai negara. Kerjasama untuk menghadapi HIV bersama-sama sangat jelas saat ini melalui sebuah organisasi negara-negara dunia yang terbesar, yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara yang menjadi anggota didalamnya memutuskan
71
melakukan kerjasama dengan negara lain melalui sebuah organisasi yang dapat mengatur dan menghubungkan mereka guna mencapai kepentingan secara global maupun kepentingan nasional negaranya sendiri. Dengan dasar tujuan dan keinginan yang sama, melalui PBB masalah-masalah yang dihadapi secara globalpun akhirnya dapat dikelola agar dapat diselesaikan. Masalah HIV/AIDS yang dihadapi oleh berbagai negara, kemudian menjadi salah satu agenda bersama negara-negara di dunia. Agenda tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk dan cara untuk menghadapi masalah HIV/AIDS serta mengurangi resiko maupun dampak negative dari virus ini diberbagai belahan dunia. Terutama negara-negara dengan tingkat penderita yang terjangkit virus HIV dalam jumlah besar dan sangat mempengaruhi berbagai kondisi kehidupan masyarakat di negara tersebut. Salah satu kawasan di dunia yang kemudian menarik perhatian dunia internasional adalah kawasan Afrika. Benua Afrika memiliki catatan tersendiri dalam daftar negara dengan tingkat penderita HIV tertinggi di dunia. Maka dari itu, berbagai penelitian mendalam guna menemukan upaya yang tepat untuk menghadapi masalah inipun dilakukan. Dari berbagai penelitian yang muncul, Afrika memang benar adanya adalah kumpulan negara-negara di dunia yang harus mendapatkan perhatian khusus terkait penanggulangan HIV/AIDS. Dari beberapa kawasan di benua Afrika, khususnya Afrika Selatan, penulis mengoptimalkan penelitian ini terhadap negara Zimbabwe. Latar belakang sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan pada bab sebelumnya. Zimbabwe tidak dapat dipisahkan dari pembahasan dan penderitaan negaranya
72
terhadap penyebaran virus HIV. Sebagai sebuah negara Zimbabwe juga melakukan upaya sendiri, yakni dari pemerintah dan juga bekerja sama dalam sistem-sistem yang telah disepakati dengan berbagai pihak. Berbagai upaya kemudian dilakukan dan melibatkan banyak pihak. PBB sebagai sebuah organisasi yang mengemban tujuan bersama kemudian mengupayakan macam-macam cara yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi tingkat penyebaran virus HIV. Secara lebih detail akhirnya PBB menciptakan sebuah badan khusus yang fokus kerja dan sistem-sistem didalamnya dibentuk untuk mengoptimalkan upaya penanggulangan HIV/AIDS. PBB sebagai sebuah organisasi internasional antar pemerintah negaranegara di dunia secara khusus untuk menghadapi masalah HIV/AIDS, menciptakan sebuah badan khusus. Badan khusus yang masih berada dibawah naungannya dan membuka kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki tujuan bersama. Badan khusus yang bentuknya organisasi internasional antar pemerintah, dari karakteristiknya sama dengan organisasi PBB sendiri. Badan tersebut adalah Joint United Nations Programme on HIV and AIDS, atau UNAIDS. UNAIDS yang kemudian dinobatkan sebagai sebuah organisasi yang fokus untuk menanggulangi permasalahan HIV/AIDS di dunia. Organisasi ini memiliki arah kerja secara global/internasional dan melibatkan berbagai pihak, baik negara maupun non negara yang disebut dalam istilah UNAIDS sebagai cosponsor.
73
Sebelumnya perlu diperhatikan terlebih dahulu, keberadaan UNAIDS di dunia internasional sebelum membahas keberadaannya secara spesifik di Zimbabwe. Letak keberadaan UNAIDS di dunia internasional adalah berada di bawah naungan PBB, dimana berbagai negara bergabung didalamnya dan menghadapi berbagai masalah internasional bersama-sama. Termasuk salah satunya adalah masalah kesehatan HIV/AIDS. Secara tidak langsung masalah ini telah menjadi kekhawatiran berbagai negara di dunia, baik negara dengan tingkat penderita terbanyak (negara-negara Afrika) bahkan sampai negara yang hampir dinyatakan aman sekalipun. UNAIDS merupakan bentuk kekhawatiran dari pemerintah berbagai negara terhadap bahaya penularan HIV/AIDS. Penyakit yang bukan hanya dapat mengancam hidup seorang individu namun juga sebuah negara. Dengan demikian, mengingat tidak ada negara-negara yang meremehkan penyakit yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan, maka dengan keberadaan UNAIDS kekhawatiran pemerintah berbagai negara dunia dapat berkurang. Keberadaan UNAIDS disatu sisi menjadi suatu hal yang positif bagi negara berkembang atau negara dengan perekonomian yang memprihatinkan seperti Zimbabwe dan banyak negara-negara lainnya di Afrika. Secara umum UNAIDS dapat dikatakan merupakan sebuah organisasi yang membantu Zimbabwe dalam penanggulangan HIV/AIDS. Selanjutnya, perlu diperhatikan bagaimana keberadaan UNAIDS di Zimbabwe sendiri. Sebagai sebuah negara dengan tingkat perekonomian yang rendah dan tingkat penyebaran virus HIV tinggi, maka pemerintah Zimbabwe
74
setiap jangka waktu 5 tahun selalu memfokuskan diri membuat dan mempersiapkan program-program untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS di negaranya. Salah satu yang kita kenal adalah program Zimbabwe National HIV and AIDS Strategic program (ZNASP). Program strategis ini adalah program yang dibuat oleh pemerintah Zimbabwe, program yang mengajak berbagai pihak/stakeholder untuk bersamasama menanggulangi HIV dan AIDS di Zimbabwe, diantaranya mengajak NGO dari berbagai sektor, baik yang berbasis komunitas, masyarakat maupun institusi yang lebih besar. Selain itu juga melibatkan kementerian dari pemerintah, otoritas lokal, maupun komisi atau konsil nasional yang khusus dalam bidang HIV/AIDS. Melalui kerjasama inilah yang kemudian difokuskan oleh pemerintah Zimbabwe untuk kemudian bekerjasama menanggulangi HIV/AIDS di Zimbabwe. Hal ini yang menjadi tema program strategis pemerintah Zimbabwe dalam kurun waktu 2006-2010 yakni: From Commitment to Action. Dalam penyusunan badan UNAIDS secara internal, dapat ditemukan dengan jelas bahwa ranah kerja organisasi ini adalah dunia internasional. Dengan demikian UNAIDS telah memenuhi syarat karena melibatkan kerjasama ang melintasi batas antar negara. UNAIDS telah melibatkan 22 pemerintah dari seluruh wilayah geografis, 9 co-sponsor UNAIDS, dan lima wakil organisasi non pemerintah. Tercatat hingga tahun 2011, UNAIDS telah bekerja sama dengan 169 negara yang berpartisipasi dalam penanggulangan HIV/AIDS. sehingga dengan demikian, salah satu negara yang turut serta dari ratusan negara tersebut adalah
75
Zimbabwe yang kemudian memiliki kerjasama yang lebih khusus dan spesifik tentang menanggulangi HIV/AIDS. Selanjutnya peran UNAIDS di Zimbabwe sebagai organisasi internasional juga perlu diperhatikan dan dapat dilihat dari sudut pandang tujuan-tujuan yang disepakati bersama. Untuk Zimbabwe UNAIDS memiliki partisipasi secara khusus yang dilakukan bersama pemerintah Zimbabwe. Terdapat satu acuan khusus yang disepakati bersama sebagai bentuk-bentuk atau pola kerja dalam menanggulangi penyebaran HIVAIDS secara global. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada bab sebelumnya, terdapat persetujuan yang dikenal dengan “Three Ones”. Persetujuan in merupakan bagian dari program yang melibatkan UNAIDS dan pihak Zimbabwe sendiri, yaitu Zimbabwe National HIV and AIDS Strategic Programme (ZNASP). Persetujuan ini yang kemudian menjadi acuan bersama UNAIDS dan Zimbabwe dalam upaya memerangi virus HIV. Persetujuan tersebut sama sekali tidak mengganggu tujuan-tujuan dari UNAIDS. Bahkan sebaliknya, melalui persetujuan tersebut, akhirnya menjadi perpanjangan tangan dari tujuan-tujuan umum yang telah dibuat dan dimiliki oleh UNAIDS, yakni mendukung dan member bantuan kepada negara-negara berkembang dalam menanggulangi HIV/AIDS, selain melakukan riset dan memberikan pendataan progress upaya penurunan tingkat penderita. Tujuan UNAIDS yakni untuk membangun dan mendukung respon yang lebih besar terhadap epidemik, berkaitan dengan upaya dari berbagai pihak dan kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat. Terkait dengan strategi, dalam salah satu isi deklarasi komitmen Sidang Umum PBB mengenai HIV/AIDS
76
tanggal 25 Juli 2001 adalah menghargai peran kepemimpinan atas kebijakan dan koordinasi HIV/AIDS di dalam sistem PBB, yakni Badan Koordinasi Program UNAIDS. Berdasarkan penjelasan di atas, dan melalui program-program yang dilakukan, UNAIDS telah melibatkan banyak pihak dan aktor dalam kerangka kerjanya. Dalam program ZNASP, terdapat kerjasama dengan pihak pemerintah. Dalam hal ini adalah kementerian kesehatan dan anak. Disamping itu juga melibatkan organisasi non pemerintah di Zimbabwe yang bergerak untuk menanggulangi penyebaran HIV, yaitu perkumpulan nasional AIDS Zimbabwe. Keterlibatan aktor-aktor non pemerintah ini membuat UNAIDS semakin baik dalam menjalankan perannya. Sementara itu, UNAIDS juga membuka kerjasama dengan berbagai stakeholder serta sesama badan di bawah naungan PBB. Diantaranya UNAIDS bekerjasama dengan WHO dan UNFPA untuk menyediakan laporan atau data terkait penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. Data yang disediakan oleh UNAIDS terbuka untuk umum dan secara global yang disediakan dalam laporan tahunan mengenai kondisi atau situasi HIV di Zimbabwe dan perkembangan terbarunya. Dalam memahami konsep organisasi internasional, salah satu dari karakteristik organisasi internasional yakni keanggotaan yang bersifat sukarela (gambar 1.1). UNAIDS dapat beranggotakan badan-badan baik di dalam keanggotaan PBB maupun di luar keanggotaan PBB yang memfokuskan dirinya kepada masalah HIV/AIDS. Selain itu, bisa juga terdiri dari organisasi atau LSM dari tingkat regional maupun nasional. Keanggotaannya juga tidak menutup
77
kemungkinan bahwa pemerintah suatu negara ataupun pihak swasta bisa turut bergabung di dalamnya. Secara garis besar, sifat keanggotaan dari UNAIDS ini bersifat terbuka dan sukarela, dimana siapapun dapat bergabung dalam anggotanya, baik dalam memberikan bantuan teknis maupun bantuan materil. Disamping itu, ada hal yang tidak kalah penting, yakni struktur organisasi yang jelas dan lengkap. UNAIDS memiliki secretariat di Jenewa dengan fungsi dan peranan yang telah ditetapkan. Seperti antara lain yaitu sebagai Serta latar belakang dan tujuan yang lengkap. Sekretariat UNAIDS beroperasi sebagai katalisator dan koordinator aksi terhadap HIV/AIDS dibanding sebuah badan atau organisasi pelaksana, fungsinya adalah: Facilitation, yang berkaitan dengan hubungan kosponsor dan badan-badan PBB lainnya dalam melawan HIV/AIDS. Best Practice, Sekretariat UNAIDS membantu pembuat kebijakan-kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan epidemik ini, mengacu pada pengalaman yang telah berhasil dilakukan oleh negara-negara lain. Selanjutnya Advocacy yang mendukung program lainnya serta Trafficking the epidemic, yang terkait dengan data dan laporan mengenai penyebarluasan virus HIV. Struktur lainnya dalam UNAIDS yakni Program coordinating board (PCB).UNAIDS dibimbing oleh PCB, sebagai badan pemerintahan UNAIDS. Badan ini beranggotakan perwakilan dari 22 negara diseluruh dunia, perwakilan dari 10 kosponsor dan 5 perwakilan NGO, dimana di dalamnya terdapat asosiasi pengidap HIV/AIDS. Bukan hanya itu keberadaan dari UNAIDS ini juga berusaha melakukan fungsi-fungsi lainnya melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Diantaranya
78
adalah proyek Task Force on Women, Girls and HIV/AIDS in Southern Africa
Program. Proyek ini didukung oleh dana dari Koalisi Global tentang Wanita dan AIDS, dan mitra yang dipilih yaituOpen Society Initiative in Southern Africa (OSISA). staf yang relevan dari OSISA menjadi bagian kelompok ahli yang bekerja sama mengumpulkan laporan mengenai proyek ini. Proyek ini merupakan bentuk implementasi dari peran-peran UNAIDS dalam Policy Development and Research, Bertujuan untuk mengidentifikasikan, membangun dan menjadi sumber utama di dalam penelitian pada skala internasional. Technical Support, menyelidiki penyebab dan menyediakan bantuan teknis untuk memperkuat kapabilitas nasional dalam memperkuat respon terhadap HIV/AIDS. Advocacy, sebagai pelopor yang memulai respon yang komprehensif dari berbagai sector dan didukung dengan bantuan teknis dan strategis yang baik serta akan disediakan sumber yang memadai. Terakhir Coordination, bertujuan mengkoordinasikan dan merasionalisasikan kegunaan-kegunaan dari para sponsor dan badan PBB lain dalam mendukung usaha mengurangi epidemik. Keterlibatan UNAIDS dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe kemudian membentuk sebuah hubungan kerjasama antar kedua belah pihak. Sebagai sebuah organisasi internasional UNAIDS memiliki bentuk-bentuk interaksi dengan Zimbabwe yang merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahannya sendiri. Interaksi yang tercipta dalam berjalannya kerjasama antara kedua pihak berjalan secara hierarki secara sistem. UNAIDS masuk sebagai salah satu bagian dalam program yang telah disusun oleh pemerintah Zimbabwe sebagai pihak organisasi yang bekerjasama, yakni dalam program ZNASP.
79
Namun, berdasarkan interaksi kerjasama dalam melakukan program-program Zimbabwe dan UNAIDS memiliki kerjasama yang dinamis. UNAIDS menyesuaikan program-program yang dilakukannya dengan kondisi Zimbabwe serta turut bekerja sama dan terlibat dengan pihak-pihak lain yang juga menunjang penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe.
B. Dampak Keberadaan UNAIDS Terhadap Tingkat Penderita HIV di Zimbabwe Keberadaan UNAIDS di Zimbabwe telah menurunkan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. Penurunan ini dapat dilihat dari berkurangnya angkaangka statistik yang dikeluarkan oleh pemerintah Zimbabwe setiap tahunnya. Selain oleh pemerintah, data yang dikeluarkan oleh WHO juga menunjukan penurunan angka tingkat penderita HIV/AIDS di kawasan sub Saharan Afrika. Penurunan angka penderita ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak Zimbabwe dan dikeluarkan sebagai laporan nasional setiap beberapa tahun.
Penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe selama bekerjasama dengan UNAIDS Penderita HIV/AIDS 15 tahun + laki-laki 15-24 tahun perempuan 15-24 tahun anak-anak 0-14 tahun
Selama UNAIDS terlibat 2007 2008 2009 16, 1 % 15, 1% 14, 3% 3, 3% 3, 3% 3, 2% 7, 6% 7, 2% 6, 9% 3, 3% 3, 2% 3, 1%
Keberadaan UNAIDS di Zimbabwe secara spesifik dapat dilihat dari berbagai program-program dan kerjasama yang dilakukannya dengan organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Berbagai program dibuat secara
80
berkala dan dengan tujuan spesifik melalui pendekatan yang berbeda pula. Namun, seluruh program-program yang dilakukan walaupun bentuknya beragam, tetap merupakan bentuk dari suatu hal, yakni bantuan internasional. Lebih jauh lagi mengenai bagaimana bantuan internasional yang diberikan UNAIDS memberi dampak kepada Zimbabwe, ialah sebagai berikut: bantuan luar negeri memiliki berbagai macam dan bentuk yang intinya transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang berupa barang atau dana. Keberadaan UNAIDS adalah salah satu bentuk bantuan luar negeri dari pemerintah negara lain secara tidak langsung kepada negara-negara yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi HIV/AIDS, salah satunya adalah Zimbabwe. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk jangka pendek melainkan untuk prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang. Berdasarkan 4 (empat) tipe utama bantuan luar negeri : Technical assistance/ Bantuan Teknis, melaksanakan kegiatan operasionalnya, UNAIDS membagi 2 daerah kegiatannya, yaitu Country Support terhadap Zimbabwe melalui dukungan dalam program ZNASP, Bertujuan memperkuat dan mendukung
kapabilitas
nasional
untuk
mengkoordinasi,
merencanakan,
mengimplementasikan, memonitor dan mengevaluasi respon terhadap HIV/AIDS. Selain itu UNAIDS memperluas respon ini dengan fokuskan pada kebijakan-kebijakan, strategi yang dapat mengurangi resiko terhadap HIV/AIDS, seperti promosi kondom, pendidikan seks yang sehat. Serta pada kebijakan yang
81
bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap HIV/AIDS dan efek-efek yang ditimbulkannya. Tugas UNAIDS pada International Best Practice yaitu membantu pertukaran informasi, jaringan kerja, komunikasi antar para partner dalam mengumpulkan, menganalisa dan mempromosikan Best Practice. Memberikan bantuan teknis termasuk informasi dan training untuk memastikan bahwa Best Practice dapat berjalan dengan baik di tingkat negara. Menyebarluaskan Best Practice secara umum dan memberikan bantuan yang diperlukan di tiap negara. Menciptakan mekanisme bagi para partner UNAIDS dalam pembentukan kebijakan, riset dan evaluasi untuk Best Practice. Memonitor dan memperkirakan kecenderungan penyebaran virus HIV/AIDS di seluruh dunia dan juga terus memantau respon terhadap epidemik ini pada tingkat negara, antar negara dan juga tingkat global. Hal di atas kemudian memberikan dampak penurunan tingkat HIV di Zimbabwe. Seperti yang tertera dalam data yang telah disediakan sebelumnya, berdasarkan penelitian ternyata perilaku seksual dan pengetahuan mereka akan seks memiliki pengaruh yang besar terhadap penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. UNAIDS dan kementerian kesehatan dan anak Zimbabwe mengemukakan beberapa alasan yang menjadi faktor-faktor penting dalam kesuksesan Zimbabwe menurunkan tingkat HIV. Salah satunya termasuk perubahan perilaku seksual, pengalaman pribadi terkait dengan tingginya tingkat kematian akibat AIDS dan informasi yang benar tentang penularan virus HIV. Disamping itu tingkat
82
penggunaan kondom yang sudah ada sebelumnya juga memberikan kontribusi untuk proporsi yang rendah dari orang yang tidak menggunakan kondom dengan pasangan kasual. Sehingga dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe.
C. Hambatan UNAIDS di Zimbabwe Seperti yang telah dicantumkan dalam konsep peranan, UNAIDS merupakan bentuk implementasi dari upaya negara-negara di dunia dalam menanggulangi HIV/AIDS guna menjalankan proses pembangunan. UNAIDS bersama dengan negara-negara yang terlibat didalamnya saling bekerja sama dan memberikan manfaat bagi satu sama lain. Untuk negara manfaatnya adalah bantuan penanggulangan HIV/AIDS dari badan internasional, dan bagi UNAIDS sebagai sebuah organisasi dapat menjalankan fungsinya. Namun, bukan berarti bekerjasama dengan pemerintah sebuah negara membuat UNAIDS terlepas dari hambatan. Berbagai macam masalah muncul dalam proses-proses implementasi program UNAIDS di Zimbabwe. Permasalahan yang kemudian muncul dalam upaya-upaya penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe, bukanlah masalah yang terkait dengan kesiapan atau implementasi dari UNAIDS, melainkan lebih kepada kondisi di negara Zimbabwe. Kondisikondisi yang tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh kebudayaan di Zimbabwe sedikit banyak telah memberikan hambatan bagi berbagai upaya yang akan dilakukan oleh UNAIDS. Salah satu contohnya yakni kampanye yang digerakkan oleh UNAIDS bersama dengan berbagai organisasi lainnya yakni kampanye sunat. Melalui
83
berbagai badan riset UNAIDS telah mengajukan praktek sunat sebagai salah satu bentuk pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS. sehingga, sunat diharapkan dapat diterapkan di berbagai negara dengan tingkat penderita HIV/AIDS tinggi seperti Zimbabwe. Namun, hal ini cukup sulit dilakukan karena masyarakat Zimbabwe yang dalam kebudayaannya selama in tidak begitu menerima prosesi ini. Mengingat mayoritas penduduk Zimbabwe sekitar 87% adalah penganut agama Kristen, maka praktek sunat sangat sulit untuk diterapkan. Dalam ajaran agama Kristen tidak mengajarkan prosesi sunat, sedangkan sunat lebih dulu dan banyak dikenal sebagai salah satu dari kebudayaan agama Islam dan Yahudi. Sementara itu, fakta prosesi sunat yang ada di Afrika juga semakin membuat sunat sulit untuk dipraktekkan. Pasalnya, beberapa suku-suku di Afrika ada yang menerapkan sunat namun dengan cara yang memberikan efek negatif di masyarakat. Prosesi sunat yang dilakukan oleh sebagian suku kecil di Afrika ini dilakukan dengan tidak wajar, semisal menggunakan tombak dan lebih sering memakan korban. Sehingga dengan demikian, cukup sulit mengubah paradigma masyarakat di Zimbabwe untuk menerapkan sunat. Disatu sisi sunat adalah hal yang dapat membantu mereka mencegah HIV namun di lain sisi sunat telah dianggap hal yang mengerikan dalam kebudayaan masyarakat di Zimbabwe dan Afrika. Hal ini akhirnya berdampak pada sulitnya melakukan pencegahan dengan program sunat ketika hal ini sulit untuk diterima.
84
Jika melihat Laporan nasional penanggulangan HIV/AIDS di Zimbabwe pada tahun 2007Kondisi Zimbabwe sebagai sebuah negara yang tidak terlepas dari berbagai masalah juga menjadi salah satu faktor yang menghambat kinerja UNAIDS bersama pemerintah Zimbabwe dalam menanggulangi HIV/AIDS. Masalah-masalah yang dialami Zimbabwe antara lain masalah pertumbuhan ekonomi yang menurun dan tidak meningkat, hal ini kemudian menimbulkan dapat pada berbagai sektor di Zimbabwe, termasuk sektor kesehatan. Dukungan dalam bentuk dana menjadi salah satu kebutuhan Zimbabwe karena dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan tingkat penderita yang tinggi dibutuhkan dana yang besar, sementara itu berbagai sektor lainnya di Zimbabwe juga membutuhkan pendanaan dan budget yang tersedia pada 2006 menunjukan angka minus. Sumber daya manusia di Zimbabwe juga menjadi salah satu penghambat, dimana sumber daya manusia yang berkualitas di Zimbabwe cukup sulit ditemukan sehingga hal ini akan berdampak ada pelaksanaan secara teknis, termasuk dalam bidang kesehatan yakni penanggulangan HIV/AIDS. Hambatan lainnya yang kemudian muncul adalah sebagian besar programprogram UNAIDS memiliki jangka waktu tertentu. Sehingga kemudian hal ini menjadi hambatan lain untuk program-program selanjutya. Akibatnya program yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana dan butuh waktu yang lebih panjang lagi untuk mencapai tujuan-tujuan lainnya dalam rangka menanggulangi HIV/AIDS di Zimbabwe.
85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keterlibatan UNAIDS dalam upaya penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe yakni melalui partisipasi secara khusus yang dilakukan bersama pemerintah Zimbabwe. Melalui satu acuan khusus yang disepakati bersama sebagai bentuk-bentuk atau pola kerja dalam menanggulangi penyebaran HIVAIDS secara global yang dikenal dengan “Three Ones”. Persetujuan in merupakan bagian dari program yang melibatkan UNAIDS dan pihak Zimbabwe sendiri, yaitu Zimbabwe National HIV and AIDS Strategic Programme (ZNASP). Persetujuan ini yang kemudian menjadi acuan bersama UNAIDS dan Zimbabwe dalam upaya memerangi virus HIV. 2. Dampak Keberadaan UNAIDS di Zimbabwe telah menurunkan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe. Penurunan ini dapat dilihat dari berkurangnya angka-angka statistic yang dikeluarkan oleh pemerintah Zimbabwe setiap tahunnya. Proses penurunan tingkat penderita HIV/AIDS di negara ini dengan melakukan beberapa program-program kerjasama yang lebih spesifik dan dukungan dari bantuan luar negeri. 3. Hambatan UNAIDS dalam upaya menurunkan tingkat penderita HIV/AIDS di Zimbabwe antara lain yakni kondisi-kondisi yang tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh di Zimbabwe seperti kebudayaan
86
masyarakat, tingkat perekonomian yang rendah, dan sumber daya manusia yang kurang.
B. Saran 1. Hendaknya pemerintah Zimbabwe dapat memaksimalkan setiap program kerjasama yang dilakukan dengan berbagai pihak untuk menanggulangi HIV/AIDS. Hal ini guna mendukung pencapaian hasil dari program kerjasama yang lebih baik lagi. 2. Hendaknya UNAIDS dapat mengoptimalkan berbagai cara dan dukungan kepada Zimbabwe. Sementara itu tetap menarik dan mempertahankan kerjasama dengan berbagai pihak baik organisasi internasional pemerintah maupun non pemerintah, juga berbagai stakeholder lainnya yang dapat mendukung program UNAIDS.
87
DAFTAR PUSTAKA African Migrations: From Tension to Migration. United nations Department of Information Vol. 19 No.14 Januari 2016. http://wwww.un.org/en/africarenewal/vol19no14eng.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016. Aids Stakeholders. http://www.aids.md/coordination/aids-stakeholders /un/tor-untg/theme group.diakses pada tanggal 04 Januari 2016 Anderson, Mark. 2014. Donation to Africa, donation from west mask ‘$60 looting’ of continent. The Guardian.15 Juli 2014.http://www.theguardian.com/global-development/2014/jul/15/aidafrica-west-looting-continent. Di pada 03 Januari 2016. Anonim, “Definisi Organisasi Internasional”, 2012 ,http://www.portalhi.net/index.php/oki/14-definisi-organisasi-inter, diakses pada tanggal 19 September 2015. Anonim, 2012.“Definisi Organisasi Internasional”, ,http://www.portalhi.net/index.php/oki/14-definisi-organisasi-inter Anonim.2006. Modul Pelatihan untuk Pencegahab HIV/AIDS, YASIN dan UNICEF: Makassar Archer, Clive. 1983. Organization International. Allen & Unwin Ltd, London Bennet, Le Roy. 1997. International organization: principles and issues. Prentice hall inc, New jersey Birrell, Ian. 2015. No, Mister, our billion in foreign aid actually make migrants more likely to come here. Daily Mail UK.11 Agustus 2015.http://www.dailymail.co.uk/debate/article-3193055/No-Ministerbillions-foreign-aid-actually-make-migrants-likely-come-here.html. Diakses pada 03 Januari 2016. Brookes, Peter and Shin, Jie Hye. 2006. China’s Influence in Africa: Implications for the United States. Heritage. 22 February 2006. http://www.heritage.org/research/reports/2006/02/chinas-influence-inafrica-implications-for-the-united-states. Diakses pada 03 januari 2016. Burchill, Scott, dkk. 1996. Theories of International Relations Third Edition. 90 Tottenham Court Road, London. C.Plano,Jack, Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Terjemahkan oleh Wawan Juanda
88
Case, Kelsey dkk. Development and Future Directions for the Joint United nations Programme on HIV/AIDS estimates. Official Journal of The International Aids Society. Volume 28 November 2014. Catherine Marshall dan Gretchen B Rossman.1994 Designing Qualitative Research 2ndEdition.California: Sage Publication Checo, Tafadzwa dan Bhatasar, Sandra. 2012. HIV and AIDS Programme in Zimbabwe: Implication for Health System. ISRN Immunology. Volume 2012, Article ID 609128, 11 pages.http://dx.doi.org/10.5402/2012/609128. Diakses pada 10 Januari 2016. Doyle, Mark. 2013. African’s Remittances Outweigth Western Aid. BBC.17 April 2013.http://www.bbc.com/news/world-africa-22169474. Diakses pada 03 Januari 2016. Easterly, William. 2010. Foreign Aid for Scoundrells. The New York Review of Books. 25 November 2010. http://www.nybooks.com/articles/2010/11/25/foreign-aid-scoundrels/. Diakses pada 03 Januari 2016. Elias, Juanita dan Sutch, Peter. 2007. International Relations The Basics. Routledge, New York. Ghosh,Peu.2009. International Relations, New Delhi, PHI Griffiths, Martin. 2007. International Relations Theory for the Twenty-First Century. Routledge, New York. Gudono. 2012. Teori Organisasi. Alfabeta, Jogjakarta. HIV and AIDS in Zimbabwe, http://www.avert.org/aids-zimbabwe.htm, diakses pada tanggal 15 September 2015 http://data.unaids.org/publications/IRC-Pub03/una96-3en.Pdf, tanggal 02 Januari 2016
diakses
pada
http://www.unaids.org/en/ Cosponsors/CCO/default.asp, diakses pada tanggal 03 Januari 2016 Jackson, K. 1990. Quasi-States: Sovereignty. International Relation and the Third World. Cambridge: Cambridge University. Jackson, Robert H. dan Georg Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. John Hutton. 2001. Global Health, JointU.N Programme on HIV/AIDS Needs to Strengthen Country-Level Effort and Measure Result. UnitedStates. 89
Jurnal: Kartasasmita, Koesnadi. 1977. Organisasi dan Administrasi Internasional. Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi: Bandung Krisna. Didi. 1993 Kamus Politik Internasional. Grasindo: Jakarta Kusumohamijojo, Budiono. Hubungan Internasional, kerangka untuk analisis. Bina Cipta Karya: Jakarta Lamy,Steven. 2008. Contemporary Approaches:Neo-realism and neo-liberalism in "The Globalisation of World Politics, Baylis, Smith and Owens. Oxford University Press, USA. Lancaster, Carol. 2007.Foreign aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics, University of Chicago Press, Chicago. M Saeri.Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik. Jurnal Internasional, vol. 3.No. 2. Februari 2012 Milos, Marilyn F; Macris, Donna (1992)."Circumcision: A Medical or a Human Rights Issue?". Journal of Nurse-Midwifery Mochtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan, Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Rosda : Bandung Reus-Smit, Christian. 2005. Theories of International Relations, ed. Scott Burchill, London. Richmond, Oliver. 2011. A Post-Liberal Peace. Abingdon, Oxon: Routledge, London. Shah, Anub. 2000. AIDS in Africa. Global Issues. 29 November 2009. http://www.globalissues.org/article/90/aids-in-africa. Di akses pada 03 Januari 2016. Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama
90
Ti dan Kerr. The Impact of Harm Reduction on HIV and illicit Drug Use. Harm Reduction Journal 2014 vol.11 no.7. UNAIDS, 2012.Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2012, UNAIDS: Jenewa UNAIDS. “About UNAIDS”. http://www.unaids.org/en/aboutunaids/, diakses pada tanggal 18 September 2015 UNAIDS. “Fact About UNAIDS”. http://data.unaids.org/Publications/IRCPub03/una96-3en.Pdf. diakses pada tanggal 03 januari 2016 UNAIDS. 2006. AIDS Epidemic Update: Special Report on HIV/AIDS. WHO library and Cataloguing-in-Publication Data: Zwitzerland UNAIDS. 2006. EPI Report 2006. http://data.unaids.org/pub/Epi/Report2006/2006_EpiUpdate_en.pdf. Diakses pada 20 September 2015 UNAIDS. 2007. AIDS Epidemic Update: Special Report on HIV/AIDS. WHO library and Cataloguing-in-Publication Data: Zwitzerland UNAIDS. 2008. AIDS Epidemic Update: Special Report on HIV/AIDS. WHO library and Cataloguing-in-Publication Data: Zwitzerland UNAIDS. 2009. AIDS Epidemic Update: Special Report on HIV/AIDS. WHO library and Cataloguing-in-Publication Data: Zwitzerland UNAIDS. 2010. AIDS Epidemic Update: Special Report on HIV/AIDS. WHO library and Cataloguing-in-Publication Data: Zwitzerland UNAIDS. 2011. The UNAIDS Vission: Zero New HIV Infection. Zero Discrimination. Zero AIDS-Related death. UNAIDS JC2216E.JC2216_WorldAIDSday_report_2011_en_pdf. Diakses pada 3 Januari 2016. UNAIDS. 2015. The Gap Report. UNAIDS_Gap_report_en_pdf.Diakses pada 10 Januari 2016. USAID, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/204613005/bab1.pdf, diakses pada tanggal 20 September 2015 Walter Carlsnaes, Thomas Risse dan Beth A simmons. 2013. Hand Book of International Relations (Hand Book Hubungan Internasional). Nusa Media: Bandung Weiss, T. G. and C. Collins. 1996. Humanitarian Challenges and Intervention. Boulder: Westview Press. 91
Zartman, W. I. 1995. Collapsed States: The Disintegration and Restoration of Legitimate Authority. Boulder: Lynne Rienner. Zimbabwe Country Report. 2006. United nations General Assembly (UNGASS) Report. Zimbabwe Zimbabwe Government. 2008 United Nations General Assembly Report On HIVAIDS. Zimbabwe Country Report : Zimbabwe Zimbabwe. 2008.United Nations General Assembly Report On HIV/AIDS, Zimbabwe Country Report., Zimbabwe Artikel: 2010. http://www.aidstar-one.com/sites/default/files/preventi on/resources/national_strategic_pla ns/ Zimbabwe_06-10.pdf.Diakses pada 10 Januari 2016. African Charter on Human and PeopleRights. http://www.humanrights.se/wpblications/irc- pub04/social_marketing_en.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016.content/uploads/2012/01/African- Charter -on-Human-and-PeoplesRights.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016. AIDS Menyebar di Afrika. http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102002802.Diakses pada 21 Januari 2016. AIDS Mungkin Bisa Hilang Sepenuhnya 2030. http://www.dw.com/id/aidsmungkin-bisa-hilang-sepenuhnya-2030/a-17791556. Diakses pada 21 Januari 2016. Asal Usul HIV/AIDS. http://spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1002. Diakses pada 21 Januari 2016. Begini Sihir Afrika Berpotensi Menyebarkan HIV.http://m.tempo.co/read/news/2013/03/25/060469117/Begini-SihirAfrika-Berpotensi-Menyebarkan-HIV. Diakses pada 21 Januari 2016. Documentation of The Work of The Joint Unietd Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)’. http://www.nmun.org/ny14_downloads/resolutions_B/UNAIDS_Fina_1_Do cumentation.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016. EFEKTIFITAS UNITED NATIONS PROGRAMME ON HIV AND AIDS (UNAIDS) MENANGANI HIV/AIDS DI INDONESIA TAHUN 20092012.http://www.e-jurnal.com/2015/09/efektifitas-united-nationsprogramme-on.html. Diakses pada 21 Januari 2016.
92
HIV AIDS.https://evanjhie.wordpress.com/tag/unaids/. Diakses pada 21 Januari 2016. HIV/AIDS, Epidemiologi.http://www.diskes.baliprov.go.id/id /HIV -AIDS. Diakses pada 10 Januari 2016. HIV: 10 Fakta Virus Mematikan.http://www.dw.com/id/hiv-10-fakta-virusmematikan/g-17807011. Diakses pada 21 Januari 2016. Human Right and HIV/AIDS.http://hrforumzim.org/wpcontent/uploads/2010/06/HR15- Human-Rights-and-HIV-AIDS-Feb 2004.pdf.Diakses pada 10 Januari 2016. Infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR)” . /INFEKSIMENULAR-SEKSUAL --IMS--DAN-INFEKSI- SALURAN-REPRODUKSI-ISR-2. Diakses pada 10 Januari 2016.
Monica Kahitna Juma, Unveling Womenas pillars of peace : Peace Building in Communities Fractured by Conflict in Kenya. pdf/gender.km/kenya_publick.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016. PBB Kampanyekan Khitan untuk Kurangi Risiko Penularan HIV. http://www.khitananaksehat.co.id/berita-info/item/4/pbb-kampanyekankhitan-untuk-kurangi-risiko-penularan-hiv. Diakses pada 21 Januari 2016. PBB: Kasus Infeksi Baru HIV Dunia Turun.http://www.dw.com/id/pbb-kasusinfeksi-baru-hiv-dunia-turun/a-15546403. Diakses pada 21 Januari 2016. Social Marketing : Expanding access to essential product and services to prevent HIV/AIDS and to limit the impact of the Epidemic. diakses dari http://www.unaids.org/sites/default /files/en/media/unaids/contentasset s/d ataimport/pu. Diakses pada 10 Januari 2016. Tingkat Infeksi HIV Tinggi pada Perempuan Afrika Selatan.http://www.voaindonesia.com/content/tingkat-infeksi-hiv-tinggipada-perempuan-afrika-selatan/2548951.html. Diakses pada 21 Januari 2016. Towards An Aids-Free Generation, Children and Aids Sixth Stocktaking Report. http://www.unaids.org/en/media/un aids/contentassets/documents/unaid sp ublication/2013/20131129_stockta king_report_children_aids_en.pdf. Diakses pada 10 januari 2016 UNAIDS- Joint United Nations Programme on HIV/AIDS and UNAIDS Sekretariat. http://rconline.undg.org/wp- content/uploads/2012/09/UNAIDS _InfoBrief2012.pdf. Diakses pada 10 Januari 2016.
93
UNAIDS: Lebih dari 7 juta orang Afrika menggunakan ARV, angka kematian terus menurun.http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=3326. Diakses pada 21 Januari 2016. Wanita Afrika pertama berkumpul untuk membahas HIV / AIDS. http://www.news-medical.net/news/20110203/1695/Indonesian.aspx. Diakses pada 21 Januari 2016.
94
Peran UNAIDS (The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS) dalam penanganan HIV/AIDS di Zimbabwe Oleh: Febrina Khairi1 (
[email protected]) Pembimbing : Yusnarida Eka Nizmi, S.IP, M.Si Bibliografi : 7 Jurnal, 6 Buku, 27 Laporan dan Dokumen Resmi, 2 Skripsi, 71 Website dan 2 Working paper dan Artikel Ilmiah Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya JL HR. Subrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294 Telp/Fax. 076163277 Abstract This research explains about how the UNAIDS role in handling HIV/AIDS in Zimbabwe. Zimbabwe is one of the poor country that have bad health issue. The issue of HIV/AIDS has become a problem in Zimbabwe. HIV/AIDS is a matter that attract attention in zimbabwe which can be seen from the high number of patients. Zimbabwe is also known for high poverty rates which causes higher mortality rates because of HIV/AIDS. The high HIV/AIDS mortality rates is caused by the inability to buy drugs. therefore, as the organization responsible for the problem of HIV/AIDS in the world, UNAIDS entered as foundation that give grant funds and health programs in Zimbabwe. This research theoretically has built with Pluralism perspectives on International Relations and supported by International Organization theories, and also the Role theories. Formulation of all arguments, facts, and theoretical framework on this research is guided by qualitative explanation methods. Technique in this research is through by the study of library.Data which is gotten and collected through the journal books, the last thesis and then from internet has related to the problems. Researcher has formulated answered-hypothesis which reveals the fact that role of UNAIDS as in the form of education, treatment, care, and support for patients in Zimbabwe. UNAIDS makes programs such as ABC (Abstain, Be Faithful, and Use Condom), harm reduction and PMTCT (Preventing Mother To Child transmition). The program has been spearheaded by all stakeholders that includes public and private sectors, NGOs, formal and informal institutions and intergovernmental organizations. With all the programs from UNAIDS, the HIV/AIDS threat can be reducted. Keyword : UNAIDS, Zimbabwe, HIV/AIDS, Role UNAIDS
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2011
Jom FISIP Volume 2 No.2 Oktober 2015
Page 1
I.
Pendahuluan
Penelitian ini membahas tentang peran UNAIDS dalam menangani HIV/Aids di Zimbabwe. Zimbabwe adalah negara yang berada di kawasan Afrika Selatan tepatnya Sub Sahara Afrika. Zimbabwe adalah negara berbentuk republik dengan sistem pemerintahan semi presidensial, dimana presiden merupakan Kepala Negara dan juga sebagai Kepala Pemerintahan. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh pemerintah dan kekuasaan legislatif dibagi antara pemerintah dan perlemen. HIV/AIDS adalah permasalahan global yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah Internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah penderita di seluruh belahan dunia, terutama bagi negara berkembang dan negara terbelakang seperti Zimbabwe yang memiliki faktor-faktor penyebaran virus HIV/AIDS yang tinggi. HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1979.2HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia dengan merusak sel darah putih (CD4) dalam tubuh orang yang diinfeksinya. Dengan rusaknya sel darah putih maka tubuh akan kesulitan menahan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun kuman lain yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh orang yang bersangkutan akan rentan terkena penyakit.3 Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul
dikarenakan tubuh seseorang sudah rusak system kekebalan tubuhnya karena infeksi HIV dan sangat mudah terkena infeksi penyakit.4 Orang yang terbukti mengidap atau menderita HIV positif belum tentu berada pada stadium AIDS. Tetapi orang yang sudah di stadium AIDS dapat dipastikan mengidap HIV-positif. Masa inkubasi virus HIV menjadi AIDS didalam tubuh seseorang bervariasi, tergantung pada kekebalan tubuh dan gaya hidup, biasanya berkisar antara 10-15 tahun.5 Walaupun rentang waktunya lama tetapi sebagian besar orang tidak menyadari kalo dia mengidap penyakit HIV, karena penderita virus ini tampak seperti orang biasa yang tidak mengidap penyakit apapun. Itulah alasannya kenapa susah sekali menghitung jumlah penderita HIV/AIDS di suatu daerah apabila tidak dilakukan pengecekan langsung terhadap tubuh seseorang. Hal ini terjadi karena pada penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana yang terlihat hanya ujung atas sementara bagian yang lebih besar tertutup oleh air laut6 maksudnya adalah penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya seperti yang diestimasikan oleh World Health Organization bahwa dibalik 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui. HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menyita perhatian dan menjadi salah satu epidemi global. Epidemi adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban dan terjadi dibelahan dunia manapun. Epidemi HIV tidak hanya mempengaruhi kesehatan
2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34 723/3/Chapter II.pdf 3 “Who case defenitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunological classification of HIV-Related disease in adults and children” diakses dari http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/HIVstaging 150307.pdf?ua=1 pada tanggal 16 September 2014 pukul 14.20 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
4
Ibid., “HIV/AIDS” diakses dari http://www.who.int/topics/hiv_aids/en/ tanggal 10 September 2014 pukul 16.00 WIB 6 “Pengenalan dan pencegahan AIDS” diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmfazidah4.pdf pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 15.13 WIB 5
Page 2
individu dan masyarakat tetapi juga mengganggu stabilitas ekonomi di suatu negara. Kurangnya akses kesehatan yang baik membuat penyebaran virus semakin cepat. Gambar 1.1 Data Perkiraan Jumlah Orang Dewasa dan Anak-anak yang Hidup dengan HIV di Dunia tahun 2003
Sumber : UNAIDS Data diatas menggambarkan jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia pada tahun 2003, dari data tersebut dapat dilihat bahwa Sub-Sahara Afrika adalah negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi yaitu sekitar 28,1 juta. Cepatnya penyebaran virus HIV/AIDS dan tingginya jumlah penderita HIV/AIDS di Zimbabwe membuat Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Internasional prihatin. Melihat fakta ini maka PBB turut mengambil bagian secara aktif dalam upaya penangan HIV/AIDS yaitu dengan dibentuknya UNAIDS (United Nations Programme on HIV and AIDS) yang dibentuk melalui Resolusi ECOSOC 1994/24 tanggal 26 Juli 1994 dan secara formal melakukan tugasnya pada 1 Januari 1996.7 United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) bermarkas di
Jenewa, Swiss dan direktur pertamanya adalah Dr. Peter Piot.8 UNAIDS adalah IGO (InterGovermental Organization) yang bernaung di bawah PBB yang dibawahi langsung oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, memiliki tugas dan fungsi untuk mengurusi dan menangani masalah yang berhubungan dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya UNAIDS melibatkan 10 badan/agensi PBB9, pihak Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya. Semua pihak yang membantu menangani masalah HIV/AIDS ini berperan sesuai bidangnya masing-masing dengan tujuan utama adalah mengatasi dan meminimalisir bahkan memberantas HIV/AIDS. Usaha yang dilakukan dapat berupa memberikan masukan, bantuan baik teknis maupun non-teknis, edukasi dan bantuan dana. Zimbabwe menjadi salah satu negara yang mendapat perhatian lebih dari semua pihak diseluruh dunia dalam hal HIV/AIDS karena jumlah penderita HIV/AIDS yang tinggi dan kondisi kehidupan di Zimbabwe yang memprihatinkan terutama dalam bidang ekonomi. Keadaan ekonomi atau kemiskinan di Zimbabwe menjadi salah satu faktor yang membuat negara ini susah untuk memberantas HIV/AIDS dinegaranya, karena itulah UNAIDS didirikan untuk membantu permasalahan terkait HIV/AIDS. Kerangka Teori Penulis menggunakan kerangka dasar teori yang beranjak pada perspektif rasionalisme dalam Hubungan 8
7
“Documentation of the Work of the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)” diakses dari http://www.nmun.org/ny14_downloads/Resolution s_B/UNAIDS_Final_Documentation.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 12.18 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
“The Joint United Nation on Programme on HIV and AIDS” diakses di http://www.e-bookspdf.org pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 13.00 WIB 9 “UNAIDS Cosponsors” diakses dari http://www.unaids.org/en/aboutunaids/unaidscospo nsors pada tanggal 12 Desember 2014 pukul 15.30 WIB
Page 3
Internasional. Perspektif yang dipakai dalam penelitian ini adalah perspektif pluralisme. Dimana negara bukan aktor tunggal dan bukan aktor rasional dalam hubungan internasional dan aktor non negaralah yang menjadi aktor penting dalam hubungan internasional. Organisasi Internasional dapat menjadi aktor mandiri berdasarkan haknya.10 Kebijakan luar negeri suatu negara adalah hasil dari perselisihan, tawar-menawar, dan kompromi diantara berbagai aktor yang berbeda. Proses pengambilan kebijakan luar negeri bukanlah proses rasional melainkan proses sosial. Proses pengambilan kebijakan luar negeri merupakan koalisi dan kontrakoalisi yang menyebabkan dapat mengurangi optimalisasi tujuan yang ingin dicapai.11 Perspektif pluralisme dijelaskan oleh Paul R.Viotti dan Mark V.Kauppi12 dengan 4 asumsi dasar yaitu a) Aktor nonnegara adalah unsur yang penting dalam hubungan internasional seperti Organisasi Internasional baik pemerintahan maupun non-pemerintah seperti UNAIDS. Dalam kasus ini UNAIDS menjadi aktor penting yang bekerjasama dengan badan lain baik pemerintahan maupun non pemerintah untuk mencapai tujuannya. UNAIDS sebagai badan pemersatu untuk mengatasi masalah HIV/AIDS global, b) Negara bukan aktor tunggal karena aktor lain selain negara juga memegang peranan yang sama pentingnya dengan negara, c) Kaum Pluralisme bertentangan dengan kaum realis yang menganggap negara adalah aktor rasional, d) Penganut pluralis tidak hanya terpaku pada masalah power dan national security tetapi dalam cakupan
yang lebih luas seperti sosial, ekonomi, budaya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Organisasi Internasional. Karena kasus HIV/AIDS adalah pandemi global yang sulit jika diatasi sendiri. Organisasi Internasional adalah kolektivitas dari entitas-entitas yang independen, kerjasama yang terorganisasi dimana memiliki struktur formal dan berkesinambungan yang dibentuk oleh kesepakatan anggotanya (keanggotaan negara dan non negara) minimal dua negara merdeka atau lebih yang memiliki tujuan untuk mengejar kepentingan bersama anggota. Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr., sebagaimana yang dikutip oleh T. May Rudi dalam buku Administrasi dan Organisasi Internasional, mengatakan bahwa: Organisasi Internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuanpertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berskala.13 T.May Rudy mengelompokkan organisasi internasional dalam bukunya “Administrasi dan Organisasi Internasional”.14 May Rudy mengumpulkan berbagai macam pengelompokan organisasi internasional berdasarkan : a. KegiatanAdministrasi 1. Organisasi Internasional AntarPemerintah (Inter-Governmental Organization) atau sering disingkat IGO. Contohnya: PBB, ASEAN,
10
M. Saeri. Teori hubungan internasional sebuah pendekatan paradigmatik, Jurnal transnasional, vol.3, No. 2, februari 2012 hal 573 11 Ibid., 12 Paul R Viotti dan Mark Kauppi. 1997. International Relation and World Politics: Security, economy, identity. Prentice Hall. Inc. Hlm 275
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
13
T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. Refika Aditama. Hal.2 14 Ibid., Hal 5
Page 4
UNAIDS, SAARC, OAU (Organization of African Unity), NAM (Non-Aligned Movement), dan lain-lain. 2. Organisasi Internasional NonPemerintah (Non-Governmental Organization) atau sering disingkat NGO. Contohnya: Greenpeace, IBF (International Badminton Federation), ICC (International Chambers Commerce), Dewan Masjid Sedunia, Dewan Gereja Sedunia, Perhimpunan Donor Darah Sedunia, dan lain-lain. b. Ruang Lingkup (Wilayah) Kegiatan dan Keanggotaan, yaitu: 1. Organisasi Internasional Global. Contohnya: PBB, OKI, GNB. 2. Organisasi Internasional Regional. Contohnya: ASEAN, OAU, GCC (Gulf Cooperation Council),EU (European Union), SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation). c. Bidang Kegiatan (Operasional) Organisasi, yaitu: 1. Bidang Ekonomi. Contohnya. KADIN Internasional (International Chamber of Commerce), IMF, Bank Dunia. 2. Bidang Lingkungan Hidup. Contohnya: TINEP (United Nation Enviromental Program). 3. Bidang Kesehatan. Contohnya: WHO, IDF (International Dental Federation). 4. Bidang Pertambangan. Contohnya: ITO (International Timber Organization). 5. Bidang Komoditi (Pertanian dan Industri). Contohnya: IWTO (International Wool Textile Organization), ICO (International Coffee Organization). 6. Bidang Bea-Cukai dan perdagangan Internasional. Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Contohnya: GATT (General Agreement on Tarifs and Trades), WTO, dan lain- lain. d. Tujuan dan Luas-Bidang Kegiatan Organisasi 1. Organisasi Internasional Umun. Contohnya: PBB. 2. Organisasi Intemasional Khusus. Contohnya: OPEC (Organization for Petroleum Exporting Cotuntrriur), UNESCO (United Nation Educational, Science, and Cultural Organization), UNICEF (United Nation International Children's Emergency Funds), ITU (International Telecommunication Union), UPU (Universal Postal Union), dan lain-lain. e. Ruang Lingkup (Wilayah) dan Bidang Kegiatan. 1. Organisasi Internasional; Global-Umum. Contohnya: PBB. 2. Organisasi Intemasional; Global-Khusus. Contohnya: OPEC, ICAO (International Civil Aviation Organization), IMCO (International Mistral Class Organization), ITU, UPU, UNESCO, WHO, FAO, dan juga Palang Merah Intemasional (ICRC). 3. Organisasi Internasional, Regional-Umum. Contohnya: ASEAN, EU, OAS (Organization of American States), OAU, SAARC, GCC, Liga Arab. 4. Organisasi lnternasional, Regional-Khusus. Contohnya: AIPO (ASEAN InterParliamentary Organization), APEC (Organization of Arab Petroleum Exporting Countries), PATTA (Pacific Area Tourism and Travel Association) Page 5
f. Taraf Kewenangan (Kekuasaan) 1. Organisasi Supra-Nasional, yaitu kewenangan organisasi internasional berada diatas kerwenangan sebuah negara. Bentuk organisasi seperti ini belum pernah terealisasikan dalam sejarah dunia modern. Hal ini dikarenakan sistem dunia sekarang menganut sistem 'banyak negara' (multistate system) dimana masingmasing negara berdaulat dan sederajat satu sama lain. 2. Organisasi Kerja Sama (CoOperative Organization). Kedudukan dan kewenangan dalam bentruk organisasi ini sederajat. Ada banyak sekali contohnya, seperti PBB, ASEAN, OKI, OPEC, dan lain-lain. g. Bentuk dan Pola Kerja Sama 1. Kerja Sama Pertahanan Keamanan (Collective Security). Contohnya: NATO (North Atlantic Treaty Organization). 2. Kerja Sama Fungsional. Bentuk kerja sama ini hampir sama dengan pengelompokan yang berdasar kerja sama. Karena setiap anggota akan memutuskan untuk bekerja sama jika mereka mendapat keuntungan satu sama lain. Contohnya sangat banyak, misalnya PBB, ASEAN, OKI, OPEC, SAARC, OAU, GCC, dan lain-lain. h. Fungsi Organisasi 1. Organisasi Politikal (Political Organization). Contohnya: PBB, ASEAN, SAARC, NATO, ANZUS (Australia, New Zealand, and United States), OAU, Liga Arab, dan lain-lain. 2. Organisasi Administratif (Administrative Organization). Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Contohnya: UPU,lTU, OPEC, ICAO, ICRC. 3. Organisasi Peradilan (Judicial Organization). Contohnya: Mahkamah Internasional (lnternational Court of Justice) dan ICC (International Criminal Court). Peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.15 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. UNAIDS akan mengambil peranan dalam kasus HIV/AIDS ketika diberi kewenangan penuh untuk mengatur kasus itu. Teori peran mencakup 3 hal yaitu peran struktural, fungsional, dan relasional.16 II.
Isi
Profil UNAIDS HIV/AIDS telah menjadi pandemi global dimana penyakit ini bukan hanya 15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Hlm. 268 16 Skripsi “Peran Politik Umat Islam Di Perancis Pada Masa Presiden Nicolas Sarcozy (2007-2012) oleh Imam Marzuki, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 12
Page 6
dialami oleh Zimbabwe tetapi penyakit ini adalah penyakit yang diderita oleh semua orang diseluruh dunia. Sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan HIV/AIDS secara tuntas, yang ada hanya obat/therapy yang meningkatkan kualitas hidup ODHA dengan meningkatkan sistem imun tubuh sehingga penderita HIV/AIDS dapat bertahan hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang tinggi. Tidak adanya obat yang mampu menyembuhkan penyakit inilah yang membuat masyarakat diseluruh dunia menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit mematikan dan sangat ditakuti. Oleh karena itu, pada tahun 1994, 42 kepala negara dan perwakilannya berkumpul di Paris untuk menghadiri Paris AIDS Summit, yang menghasilkan Seven Global Initiatives. Dan untuk menindaklanjuti hasil dari Paris AIDS Summit tersebut, maka dibentuklah UNAIDS.17 UNAIDS (United Nations Programme on HIV and AIDS) dibentuk melalui Resolusi ECOSOC 1994/24 tanggal 26 Juli 1994 dan secara formal melakukan tugasnya pada 1 Januari 1996.18 United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) bermarkas di Jenewa, Swiss dan direktur pertamanya adalah Dr. Peter Piot19. Sebelum badan yang menggunakan logo pita merah itu dibentuk, ada badan yang menangani kasus HIV/AIDS yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1987 bernama Special Programme on Aids (SPA) yang kemudian berubah nama menjadi Global Programme
on AIDS atau GPA, dan pada tahun 1996 berubah lagi menjadi badan khusus PBB (Specialized Agency).20 Dan semenjak badan iniulah UNAIDS menjadi badan yang menangani kasus HIV/AIDS di seluruh dunia. United Nation Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) adalah IGO (InterGovermental Organization) yang bernaung di bawah PBB yang dibawahi langsung oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, memiliki tugas dan fungsi untuk mengurusi dan menangani masalah yang berhubungan dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Sebagai badan yang menangani masalah HIV/AIDS, UNAIDS memiliki misi global yaitu : “As the main advocate for global action in HIV/AIDS, UNAIDS leads, strengthens and support an expanded response aimed at preventing the transmission of HIV, providing care and support, reducing the vulnerability of individuals and communities to HIV/AIDS, and alleviating the impact of the epidemic.”21 Misi utama UNAIDS adalah merangkul orang yang terkena HIV, mencegah agar HIV tersebut tidak menular pada orang lain, memberikan dukungan kepada penderita, memberikan pengobatan yang cukup dan menyediakan layanan kesehatan yang baik untuk penderita HIV sehingga mengurangi dampak buruk dari epidemi HIV ini baik dalam bidang ekonomi, sosial dan kemanusiaan. Perkembangan HIV/Aids di Zimbabwe
17
“About UNAIDS” diakses dari http://www.unaids.org pada tanggal 3 Juli 2014, pukul 00.45 WIB 18 “Documentation of the Work of the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)” diakses dari http://www.nmun.org/ny14_downloads/Resolution s_B/UNAIDS_Final_Documentation.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 12.18 WIB 19 “The Joint United Nation on Programme on HIV and AIDS” diakses di http://www.e-bookspdf.org pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 13.00 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
20
Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125469-SKHI%20008%202008%20Kar%20d%20%20Dampak%20keterlibatan%20%20Pendahuluan.pdf pada tanggal 20 September 2014 pukul 19.30 WIB 21 “UNAIDS and Nongovernmental Organization” diakses dari http://data.unaids.org/publication/IRCpub01/jc204-nongovorg_en.pdf pada tanggal 21 Desember 2014 pukul 23.52 WIB
Page 7
HIV/AIDS pertama kali ditemukan di dunia pada tahun 1979, sedangkan HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Zimbabwe sekitar 30 tahun yang lalu yaitu tahun 1985 dan telah mencapai proporsi endemik yang menjadi ancaman terbesar bagi pembangunan nasional.22 Zimbabwe, Sub Sahara Afrika adalah kawasan yang menjadi salah satu tempat mewabahnya virus HIV. Sebagai tempat yang menjadi sarang virus HIV, pemerintah Zimbabwe berupaya untuk melakukan perlindungan terhadap warga negaranya. Pemenuhan hak atas kesehatan sangat penting untuk semua orang di semua aspek kehidupan, begitupun dengan Zimbawe. Pemerintah Zimbabwe berusaha untuk mencapai kesejahteraan warga negaranya baik pria, wanita maupun anak-anak. Semua orang berhak untuk mendapatkan standar kesehatan yang baik, tanpa diskriminasi sesuai dengan pasal 16 ayat 2 dari African Charter on Human and People Rights yang diratifikasi Zimbabwe tahun 1986.23 “States parties to the present Charter shall take the necessary measures to protect the health of their people and to ensure that they receive medical attention when they are sick.” Artinya adalah negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa hakhak rakyat untuk kesehatan dihormati, dilindungi, dan dipenuhi. Pemerintah Zimbabwe mengakuinya dalam kebijakan nasional tentang HIV/AIDS yang diluncurkan pada tahun 1999 bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab memberikan arahan untuk memobilisasi upaya nasional dalam memerangi HIV/AIDS. 22
“Human Right and HIV/AIDS” diakses dari http://hrforumzim.org/wpcontent/uploads/2010/06/HR15-Human-Rightsand-HIV-AIDS-Feb-2004.pdf pada tanggal 21 Januari 2015 pukul 23.36 WIB 23 “African Charter on Human and People Rights” diakses dari http://www.humanrights.se/wpcontent/uploads/2012/01/African-Charter-onHuman-and-Peoples-Rights.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 18.22 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Sejak pertama kali virus ini ditemukan, HIV/AIDS menjadi agenda yang penting untuk diatasi secara bersama oleh semua pihak. Semenjak ditemukannnya virus ini, ilmu pengetahuan mengenai HIV/AIDS juga ditingkatkan terutama di negara maju. Berbagai penelitian untuk memahami karakteristik sindroma ini berpacu dengan penelitian mendapatkan vaksin yang bisa menangkal virus tersebut, tapi sayangnya sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan HIV/AIDS secara tuntas. Diawal penyebaran virus ini, negara maju seperti Amerika Serikat sudah melakukan proteksi di negaranya agar orang yang masuk ke negaranya terbebas dari HIV/AIDS berdasarkan UndangUndang Federal AS seperti pada bulan April tahun 1989 seorang Belanda dengan AIDS dipenjarakan.24 Dengan power yang dimiliki, AS mampu melakukan itu dan hal tersebut sangat tidak mungkin dilakukan oleh negara Dunia Ketiga seperti Zimbabwe. Masyarakat yang mengalami keterbelakangan pendidikan, ekonomi dan akses kesehatan yang sulit adalah hal yang membuat penyebaran HIV/AIDS sangat cepat di negara ini. Penularan virus HIV dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi melalui darah, air mani, dan cairan vagina seorang pengidap HIV. Sedangkan melalui cairancairan tubuh lainnya seperti air mata, air liur, dan air seni tidak pernah dilaporkan adanya kasus penularam HIV. Secara umum, penularan HIV dapat terjadi melalui 3 cara :25 1. Hubungan seksual 2. Transfusi darah dan pemakaian alat-alat yang sudah tercemar HIV seperti jarum suntik dan pisau cukur. 3. Melalui ibu hamil yang terinfeksi virus HIV-positf kepada anak yang dikandungnya atau yang disusuinya 24
“Sejarah HIV 1987-1992” diakses dari http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=103 1 pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 02.30 WIB 25 Ibid.,
Page 8
(Mother To Transmition/MTCT) Peran UNAIDS dalam HIV/Aids di Zimbabwe
Child Penanganan
Dalam menangani kasus ini, UNAIDS membuat beberapa program dimana program ini dilakukan dalam bentuk edukasi, pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan yang komprehensif.26 Pendidikan (Education) yang dilakukan dalam upaya menangani kasus HIV/AIDS adalah dengan mengajarkan tentang HIV/AIDS disekolah-sekolah. Pada tahun 2006 Departemen Pendidikan, Olahraga, Kebudayaan dan UNICEF (salah satu cosponsor UNAIDS) memulai pola pelatihan guru primer dan sekunder disekolah. Pada akhir tahun 2007 sekitar 2.753 Sekolah Dasar dan Menengah telah mendapatkan pelatihan itu.27 Di luar sekolah, upaya untuk mendidik atau menginformasikan kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS bisa berupa selebaran, televisi dan radio, dan drama. Edukasi yang diberikan berupa pendidikan mengenai bahaya HIV/AIDS, cara pencegahannya dan cara pengobatannya, sehingga anak-anak telah memiliki pengetahuan tentang HIV dari usia dini dan anak-anak juga mampu membatasi diri dari virus HIV tersebut. Selain bantuan berupa membuat program dan edukasi, UNAIDS juga memberikan bantuan dana. UNAIDS memberikan bantuan kepada semua penderita HIV-positif di Zimbabwe sebesar US$ 4 per orang di tahun 2004.28 Dalam menangani kasus HIV/AIDS, 26
“Progress in Zimbabwe’s HIV/AIDS battle” diakses dari http://www.un.org/africarenewal/magazine/january -2006/progress-zimbabwe%E2%80%99s-hivaidsbattle pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 21.35 WIB 27 “HIV&AIDS in Zimbabwe” diakses dari http://www.avert.org/hiv-aids-zimbabwe.htm pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 17.15 WIB 28 Ibid.,
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
UNAIDS juga melakukan kerjasama dengan Organisasi Internasional lainnya, baik nasional maupun global. dalam lingkup Global, UNAIDS bekerjasama dengan Global Fund. Berikut penulis akan menjelaskan peran UNAIDS dalam penanganan kasus HIV/AIDS di Zimbabwe. Program ABC (Abstain, Be Faithfull, use Condom Campaign) Program yang juga diterapkan di Zimbabwe adalah ABC yaitu Abstain, Be faithful, use Condom campaign.29 Maksud Abstain adalah jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (Dilarang seks bebas), Be faithful adalah bersikap setia terhadap pasangan (suami/istri), use Condom campaign adalah cegah dengan menggunakan kondom. Sebenarnya program ini adalah program yang diberlakukan di Uganda, tetapi kemudian program ini juga diberlakukan di Zimbabwe. Tidak seperti di Uganda, Zimbabwe tidak terlalu sukses dalam program ABC tersebut, ini dipengaruhi oleh perilaku seks yang belum sepenuhnya sesuai anjuran, selain itu masyarakat Zimbabwe belum sepenuhnya serius untuk melakukan program tersebut. Sangat sulit untuk setia sama satu pasangan seks, kalaupun banyak pasangan seks, masih banyak yang tidak mau menggunakan condom. Menurut ZNASP (Zimbabwe's National HIV and AIDS Strategic Plan), program ABC disebutkan sesekali sebagai salah satu dari beberapa kampanye yang dilakukan pencegahan dibidang pendidikan. Namun, menurut beberapa penelitian, perilaku belum berubah meskipun tingkat pengetahuan HIV sudah banyak. Hal ini memprihatinkan, karena walaupun pengetahuan tentang HIV banyak, tetapi perilaku tidak sesuai dengan program, pendidikan tidak ada gunanya. Sehingga
29
Ibid.,
Page 9
program ini dianggap tidak efektif di Zimbabwe. Harm Reduction Harm Reduction adalah program untuk penderita yang beresiko tinggi, yaitu kelompok pengguna jarum suntik. Tujuan dari adanya program ini adalah untuk mengurangi dampak buruk yang terkait dengan penggunaan obat psikoaktif pada orang yang tidak mau dan tidak mampu berhenti. Fokus dari program ini adalah untuk pencegahan bahaya dari HIV, bukan pada pencegahan penggunaan narkoba itu sendiri.30 Harm Reduction ini dibahas setelah ancaman HIV yang menyebar di kalangan pengguna jarum suntik ditemukan. Program ini dianggap penting karena banyak orang yang menggunakan narkoba tidak mampu dan tidak mau berhenti menggunakan narkoba pada waktu tertentu. Akses pengobatan yang baik adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang dengan masalah narkoba, namun banyak orang dengan masalah narkoba tidak mendapat perawatan serta layanan kesehatan yang baik. Banyak juga diantara pengguna jarum suntik ini tidak mau untuk berobat dan tidak berusaha untuk mendapat pengobatan. Beberapa dari mereka yang menggunakan obatobatan lebih memilih untuk menggunakan metode informal dan non-klinis untuk mengurangi konsumsi obat atau mengurangi resiko penggunaan narkoba. Konsep Harm Reduction ini ditemukan pada awal 1980-an atau awal epidemi HIV ketika petugas kesehatan mulai menyediakan jarum suntik bersih untuk orang-orang yang menyuntikkan narkoba/People Who Inject Drugs 30
“What is Harm Reduction? A position statement the International Harm Reduction Association” diakses dari http://www.ihra.net/files/2010/08/10/Briefing_Wha t_is_HR_English.pdf pada tanggal 23 Desember 2014 pukul 23.30 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
(PWID).31 Sejak itulah ada dukungan yang luas untuk program pengurangan dampak buruk dari HIV tersebut sebagai komponen dari respon terhadap epidemi HIV serta penggunaan obat terlarang yang dilakukan dengan berbagai cara.32 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dan Program Bersama PBB untuk HIV / AIDS (UNAIDS) sangat menyarankan Harm Reduction sebagai pendekatan untuk pencegahan, pengobatan dan perawatan untuk PWID (People Who Inject Drugs). Harm Reduction adalah salah satu program yang diandalkan UNAIDS dalam menangani kasus HIV/AIDS. Di negara yang penyebaran HIV melalui jarum suntiknya tinggi, maka UNAIDS memberlakukan program ini contoh Indonesia. Tetapi sampai tahun 2008 program Harm Reduction tidak diberlakukan di Zimbabwe karena pengguna jarum suntiknya sangat sedikit. Prevention Mother to Child Transmition Zimbabwe adalah salah satu negara miskin didunia yang penderita HIVnya sangat tinggi. Dan sebagian besar dari mereka yang terinfeksi virus ini, mereka telah menderita HIV sejak mereka dilahirkan. Oleh karena itulah Zimbabwe meratifikasi UN Convention the Rights of the Child (CRC) atau konvensi PBB yang mengatur hak anak yang menekankan bahwa negara harus menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Oleh karena itu, negara yang memiliki tanggung jawab 31
“Harm Reduction: Evidence, Impacts and Challenges” diakses dari http://www.emcdda.europa.eu/publications/monogr aphs/harm-reduction pada tanggal 22 Desember 2014 pukul 21.04 WIB 32 “The impact of Harm Reduction on HIV and illicit drug use” diakses dari http://www.harmreductionjournal.com/content/pdf/ 1477-7517-11-7.pdf pada tanggal 22 Desember 2014 pukul 21.30 WIB
Page 10
dibawah hukum internasional untuk mengambil langkah-langkah untuk membuat pengobatan yang tersedia yang akan mencegah PMTCT.33 Hal yang perlu diperhatikan untuk memberantas HIV/AIDS di Zimbabwe adalah perempuan. AIDS tidak akan pernah dikalahkan jika belum mampu memberdayakan perempuan. Jadi UNAIDS berusaha untuk memberdayakan perempuan baik perempuan hamil maupun tidak, terutama bagi perempuan hamil ada program yang dibuat yaitu Prevention Mother To Child Transmition (PMTCT). PMTCT adalah pencegahan yang dilakukan dari ibu HIV-positif kepada anak yang dikandungnya, agar anak tersebut tidak terinfeksi virus HIV. Prevalensi HIV di kalangan ibu hamil (usia 15-49) adalah 16 persen.34 Di Zimbabwe, sekitar 14.600 anak terinfeksi HIV setiap tahun. PMTCT diupayakan dengan penyediaan layanan yang dilakukan secara bertahap selama masa kehamilan. Program ini telah dilakukan dari tahun 1999 dan saat ini mejadi program nasional. Cara kerja program ini adalah dengan menyediakan obat ARV gratis kepala ibu hamil. Zimbabwe adalah negara dengan angka penderita HIV tinggi yang disebabkan oleh terinfeksinya bayi dari lahir. Jadi sebagian besar penderita HIV telah menderita penyakit ini semenjak dia dilahirkan, oleh karena itu penyediaan obat retroviral maupun akses kesehatan lainnya yang tujuannya untuk mencegah penularan ini sangat berpengaruh. 81
persen wanita hamil menerima ART untuk PMTCT.35 Tujuan dari PMTCT di Zimbabwe adalah untuk mengurangi infeksi HIV dari ibu ke bayi sehingga menyebabkan pengurangan mordibitas dan kematian bayi. 4 Strategi Utama untuk PMTCT di Zimbabwe adalah :36 a) Pencegahan primer dari perempuan usia subur yang mengidap HIV/AIDS kepada pasangan mereka. Pertama yang harus dilakukan untuk mencegah penularan ini adalah pencegahan wanita di kalangan usia reproduksi. b) Pencegahan penularan HIV kepada bayi selama kehamilan dan menyusui. c) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan yang terinfeksi HIV. d) Perawatan dan dukungan psikososial untuk perempuan dan keluarga yang terinfeksi HI. Menjalin Kerjasama dengan Global Fund (GFATM) Global Fund adalah Organisasi Internasional non pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan, yang bertujuan untuk menarik, mengelola dan menyalurkan sumber daya untuk memerangi HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.37 Dengan demikian, Global Fund tidak melaksanakan atau mengelola program di lapangan, tetapi hanya mengandalkan keahlian mitra.38 ATM 35
Ibid., “Prevention of Mother-to Child Transmission (PMTCT) Country fact sheet” diakses dari http://www.healthynewbornnetwork.org/sites/defau lt/files/resources/PMTCT%20fact%20sheet_sept_2 012.pdf pada tanggal 26 November 2014 pukul 17.25 WIB 37 “Our Mission” diakses dari http://globalfund.org/about-us/our-mission/ pada tanggal 02 Desember 2014 pukul 15.30 WIB 38 “Structures” diakses dari http://www.theglobalfund.org/en/about/structures/ pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 23.00 WIB 36
33
“Convention on the Rights of the Child” diakses dari http://www.ohchr.org/en/professionalinterest/pages /crc.aspx pada tanggal 21 Januari 2015 pukul 02.35 WIB 34 “Global AIDS response progress report 2012” diakses dari http://www.unaids.org/sites/default/files/en/dataana lysis/knowyourresponse/countryprogressreports/20 12countries/ce_ZW_Narrative_Report.pdf pada tanggal 24 Desember 2014
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Page 11
adalah singkatan dari AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria. Sejak Global Fund mulai beroperasi pada Januari 2002, telah mengucurkan dana sebesar 3.1 Milyar US Dollar. Pada putaran satu sampe enam, Dewan menyetujui lebih dari 448 proposal senilai 6.9 milyar US Dollar di 136 negara termasuk 5 program daerah. Sekretariat Global Fund telah menandatangani 396 perjanjian hibah dengan total 5,3 Milyar US Dollar di 131 negara. 60% dari usulan yang disetujui oleh dewan selama enam putaran pertama di dedikasikan untuk HIV/AIDS, 22% Malaria, 17% untuk Tuberculosis dan 1% untuk integrasi sistem kesehatan.39 Dalam mencapai tujuannya menangani kasus HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, Global Fund juga memiliki program yang bernama NFM (New Funding Model). Dan Zimbabwe adalah salah satu dari enam negara yang dipilih untuk NFM ini.40 The Global Fund telah menjadi penyandang dana multilateral utama dalam kesehatan global dan telah menyetujui total dana lebih dari $ 565.000.000 sejak tahun 2003 untuk Zimbabwe. Program yang didukung oleh Global Fund telah membuat kontribusi yang semakin signifikan terhadap sektor utama layanan publik seperti penyediaan terapi antiretroviral bagi orang yang hidup dengan HIV, kontribusi terhadap ketersediaan tenaga kesehatan profesional. Sejak awal hibah Global Fund di negara kita, banyak 39
“The President’s Emergency Plan for AIDS Relief Fiscal Year 2006 Report on the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria” diakses dari http://www.pepfar.gov/documents/organization/93 712.pdf pada tanggal 21 November 2014 pukul 15.40 WIB 40 “The experience of Zimbabwe with the Global Fund’s New Funding Model” diakses dari http://pdfbank.org/unaids-programmecoordinating-board.html pada tanggal 23 Desember 2014 pukul 12.40 WIB
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
kematian telah dihindari sebagai akibat dari intervensi. The Global Fund memobilisasi dan berinvestasi hampi 4 miliar US Dollar per tahun untuk mendukung program yang dijalankan oleh para ahli lokal di lebih dari 140 negara sebagai kemitraan antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta dan orang yang terkena penyakit, Global Fund mempercepat akhir AIDS, TB dan malaria sebagai epidemi.41 III.
Simpulan
Penulis dalam mengamati permasalahan ini melihat dari sisi Organisasi Internasional yang memberikan bantuan kepada Zimbabwe dalam menangani kasus HIV/AIDS yang sudah menjadi epidemi global. Organisasi Internasional dalam hal ini UNAIDS (The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS). UNAIDS adalah IGO (InterGovermental Organization) yang bernaung dibawah PBB dan memiliki tugas untuk menangani kasus HIV/AIDS di seluruh dunia. Zimbabwe adalah salah satu negara yang penyakit HIV/AIDS di negaranya sangat mewabah. Bahkan pembangunan nasional salah satunya difokuskan pada kasus HIV/AIDS. Karena banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS di Zimbabwe dan tingginya angka kematian membuat Zimbabwe menjadi negara yang mendapat perhatian khusus dari UNAIDS. Zimbabwe adalah negara yang telah menjadi salah satu negara anggota UNAIDS dan telah meratifikasi UNAIDS. Sehingga dengan masalah HIV/AIDS yang dihadapi Zimbabwe masih masuk dalam kategori parah, maka UNAIDS ikut ambil bagian yaitu dengan memberikan bantuan kepada Zimbabwe baik moril maupun materil. Bantuan yang diberikan UNAIDS dianggap berhasil karena mampu 41
“ The global fund” diakses dari http://www.theglobalfund.org/en/ pada tanggal 23 Desember 2014 pukul 12.35 WIB
Page 12
mengurangi angka penderita yang tinggi tersebut. Dalam menjalankan tugasnya untuk memberantas HIV/AIDS, UNAIDS bekerjasama dengan pemerintah, Cospnsor, Non-Govermental Organization, perusahaan, yayasan yang memiliki tujuan yang sama, Organisasi orang yang hidup dengan HIV. UNAIDS dalam keanggotaannya memiliki sifat terbuka dan sukarela. Tidak ada paksaan dalam melaksanakan tugasnya. UNAIDS dalam membantu Zimbabwe menyelesaikan masalah HIV/AIDS di negaranya membuat beberapa program. Dalam tulisan ini penulis akan membahas program-program yang dilakukan UNAIDS sesuai dengan penyebab HIV/AIDS mewabah. Programprogram ini adalah Abstain, Be Faithfull, use Condom (ABC), Harm reduction dan Prevention Mother To Child Transmition (PMTCT). Diantara program tersebut, yang paling efektif adalah PMTCT karena memang faktor pendukung yang menyumbang angka tinggi dalam penularan HIV/AIDS adalah MTCT (Mother To Child Transmition). Sehingga dalam membuat program pun, UNAIDS lebih berkonsentrasi dalam PMTCT tersebut. Kebanyakan penderita HIV/AIDS di Zimbabwe, mereka telah terinfeksi dari mereka dilahirkan. Dan hasil yang dicapai dari semua upaya yang dilakukan UNAIDS dalam menangani kasus adalah penurunan secara umum yaitu jumlah penderita HIV sekitar 800 ribu orang, sedangkan secara khususnya yaitu penderita HIV umur 1549 turun sekitar 10%, anak-anak umur 015 turun sekitar 7 ribu anak dan angka kematian karena HIV/AIDS yang juga turun sekitar 40 ribu orang. Referensi Jurnal
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
M
Saeri. Teori hubungan internasional sebuah pendekatan paradigmatik. Jurnal transnasional, vol.3. No. 2. februari 2012 Nurkholis. A. B., Istiarti, T., Syamsulhuda, BM. 2008. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Wanita Penjaja Seks (WPS) Jalanan Dalam Upaya Pencegahan IMS Dan HIV/AIDS Di Sekitar Alun Alun Dan Candi Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal Promosi Kesehatan. Volume 3 Nomor 2 Agustus 2008 Chevo Tafadzwa and Sandra Bhatasara. 2012. HIV and AIDS Programmes in Zimbabwe: Implications for the Health System. Jurnal ISRN Immunology. Volume 2012 (2012), Article ID 609128 African Migration, from tensions to solution : United Nation Department of public Information Vol.19 No.4 January 2006 diakses dari http://www.un.org/en/africar enewal/vol19no4/vol19no4_ eng.pdf pada tanggal 13 Oktober 2014 pukul 02.35 WIB Ti and Kerr. The Impact of Harm Reduction on HIV and illicit Drug Use. Harm Reduction Journal 2014 Vol. 11 No.7 Case, Kelsey dkk. Development and Future directionsfor the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS estimates. Official Journal of the International Aids Society. Volume 28 November 2014 Buku Busroh, Abu Daud, SH., ilmu Negara, Cet.5, Jakarta : Bumi Aksara, 2008 Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES Page 13
Paul R Viotti dan Mark Kauppi. 1997. International Relation and World Politics:Security, economy, identity. Prentice Hall. Inc T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. : Refika Aditama. Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Catherine Marshall dan Gretchen B Rossman. 1994 Designing Qualitative Research 2nd Edition. California: Sage Publication John Hutton. 2001. Global Health, Joint U.N Programme on HIV/AIDS Needs to Strengthen Country-Level Effort and Measure Result. United States. Laporan dan Dokumen Resmi “Towoards An Aids-Free Generation, Children and Aids Sixth Stocktaking Report” diakses dari http://www.unaids.org/en/media/un aids/contentassets/documents/unaid sp ublication/2013/20131129_stockta king_report_children_aids_en.pdf pada tanggal 23 November 2014 pukul 16.05 WIB Monica Kahitna Juma, Unveling Women as pillars of peace : Peace Building in Communities Fractured by Conflict in Kenya diakses dari http://www.magnet.undp.org/new/p df/gender.km/kenya_publick.pdf tanggal 23 September 2014 pukul 19.35 WIB “Who case defenitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunological classification of HIV-Related disease in adults and children” diakses dari http://www.who.int/hiv/pub/guideli nes/HIVstaging150307.pdf?ua=1 Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
pada tanggal 16 September 2014 pukul 14.20 WIB “Documentation of the Work of the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)” diakses dari http://www.nmun.org/ny14_downl oads/Resolutions_B/UNAIDS_Fina l_Documentation.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 12.18 WIB “HIV/AIDS, Epidemiologi” diakses dari http://www.diskes.baliprov.go.id/id /HIV -AIDS pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 19.21 WIB Zimbabwe National HIV and AIDS Strategic Plan (ZNASP) 20062010” diakses dari http://www.aidstarone.com/sites/default/files/preventi on/resources/national_strategic_pla ns/ Zimbabwe_06-10.pdf pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 18.35 WIB “Social Marketing : Expanding access to essential product and services to prevent HIV/AIDS and to limit the impact of the Epidemic” diakses dari http://www.unaids.org/sites/default /files/en/media/unaids/contentasset s/d ataimport/pu blications/ircpub04/social_marketing_en.pdf pada tanggal 11 November 2014 pukul 13.00 WIB “Harm Reduction in Southern Africa : Strategies used to adress drug related HIV (and Hepatitis C) Carney, T and Parry, C.D.H Alcohol and Drug Abuse Research Unit,Medical Research Council 3rd July 2008” diakses dari http://www.sahealthinfo.org/admod ule/drugreport.pdf pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 18.00 WIB
Page 14
“Global AIDS Response Country Progress Report Zimbabwe” diakses dari http://www.unaids.org/sites/default /files/en/dataanalysis/knowyourres pon se/countryprogressreports/2014cou ntries/ZWE_narrative_report_2014 .pdf pada tanggal 12 Oktober 2014 pukul 17.00 WIB “Bunga rampai salah satu kontrasepsi pria, KONDOM” diakses dari http://www.bkkbn.go.id/arsip/Docu ments/Perpustakaan/ALIH%20ME D IA%202011/182/9%20613.943%2 05%20BAD%20S.pdf pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 17.09 WIB “Documentation of the Work of the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)” diakses dari http://www.nmun.org/ny14_downl oads/Resolutions_B/UNAIDS_Fina l_ Documentation.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 12.18 WIB “HIV/AIDS and Refugees, UNHCR’s Strategic Plan 2002-2004” diakses dari http://www.unhcr.org/cgibin/texis/vtx/home/opendocPDFVi ewer.html?docid=4028bb135&quer y= hiv/aids pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 22.45 WIB “UNFPA,UNAIDS and NIDI” diakses dari http://resourceflows.org/sites/defau lt/files/RFNewsletterFINAL4.pdf pada tanggal 23 Maret 2014 pukul 18.32 WIB “UNAIDSJoint United Nations Programme on HIV/AIDS and UNAIDS Sekretariat” diakses dari http://rconline.undg.org/wpcontent/uploads/2012/09/UNAIDS _InfoBrief2012.pdf pada tanggal 21 Januari 2014 pukul 18.30 WIB Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
“Human Right and HIV/AIDS” diakses dari http://hrforumzim.org/wpcontent/uploads/2010/06/HR15Human-Rights-and-HIV-AIDS-Feb -2004.pdf pada tanggal 21 Januari 2015 pukul 23.36 WIB “African Charter on Human and People Rights” diakses dari http://www.humanrights.se/wpcontent/uploads/2012/01/AfricanCharter -on-Human-and-PeoplesRights.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 18.22 WIB “Zimbabwe Analysis of the HIV Epidemic Response and Mode of Transmision” diakses dari https://www.k4health.org/sites/defa ult/files/Zimbabwe%20Analysis%2 0 of%20the%20HIV%20Epidemic% 20Response%20and%20Mode%20 of 20Transmission.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 18.25WIB “Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, Tema : Sinergi 4 pilar pembangunan kesehatan masyarakat sebagai upaya percepatan pencapaian MDG’s” diakses dari http://lib.unnes.ac.id/17044/1/Proce ding_Irwan_2.pdf pada tanggal 12 November 2014 pukul 03.04 WIB “Infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR)” diakses dari http://www.diskes.baliprov.go.id/id /INFEKSI-MENULAR-SEKSUAL --IMS--DAN-INFEKSISALURAN-REPRODUKSI--ISR2 pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 19.25 WIB
Page 15
UNAIDS melaporkan bukti nyata kemajuan tanggapan global HIV Oleh: aidsmap.com, 23 November 2010 Insiden HIV global telah menurun sebanyak seperlima pada sepuluh tahun terakhir, laporan tahunan UNAIDS menunjukkan. Penilaian epidemi HIV global dari UNIADS sebelum Hari AIDS Sedunia menunjukkan bahwa jumlah infeksi baru telah stabil atau menurun sebanyak 25% di negara-negara – termasuk negara yang terkena dampak paling buruk di sub Sahara Afrika. Berkat peningkatan akses kepada terapi antiretroviral, kematian terkait AIDS telah menurun secara signifikan. “Kami menghancurkan lintasan epidemi AIDS dengan tindakan berani dan pilihan cerdas,” kata Michel Sidibé, Direktur Eksekutif UNAIDS. Namun, laporan ini juga menggambarkan skala besar epidemi global dan bagaimana pendanaan untuk pencegahan dan perawatan telah menurun pada tahun 2009. “Banyak negara yang tidak mendapat investasi yang cukup dan perlu untuk meningkatkan komitmen domestik mereka untuk dapat bertahan dan meningkatkan tanggapan AIDS,” kata UNAIDS. Data yang termasuk dalam Laporan Global Epidemi HIV dari UNAIDS menunjukkan bahwa diperkirakan ada 33,3 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Menggunakan informasi dari 182 negara, UNAIDS berpendapat bahwa terdapat 2,6 juta infeksi HIV baru pada tahun 2009. Laporan ini mencakup “kartu skor” untuk menilai tanggapan masing-masing negara terhadap epidemi. “Laporan ini memberikan bukti baru bahwa investasi dalam program pencegahan HIV memberikan hasil yang signifikan,” kata UNAIDS. Keuntungan dari pencegahan yang terbesar terjadi di negara-negara dengan epidemi terburuk. Antara tahun 2001 dan 2009, laju infeksi baru telah menjadi stabil atau turun setidaknya 25% di 56 negara, termasuk 34 negara di sub Sahara Afrika. kejadian HIV telah menurun setidaknya seperempat di empat negara dengan epidemi yang paling parah: Etiopia, Afrika Selatan, Zambia dan Zimbabwe. Pencegahan tampaknya telah menjadi sangat sukses dengan orang yang berusia lebih muda. Menurut UNAIDS: “Di Afrika Selatan, angka infeksi HIV baru di antara pemuda berusia 18 tahun menurun tajam dari 1,8% pada tahun 2005 menjadi 0,8% pada tahun 2008 dan di antara perempuan berusia 15-24 tahun, angka tersebut turun dari 5,5% menjadi 2,2% antara tahun 2003 dan 2008. Kemajuan yang signifikan telah dibuat dalam pencegahan penularan ibu-ke-anak. Diperkirakan 370.000 anak-anak yang baru terinfeksi HIV pada tahun 2009 – penurunan hampir seperempat dibandingkan tahun 2004. Infeksi HIV baru pada bayi telah menurun sebesar 32% di Afrika bagian selatan. Cara pencegahan HIV tradisional – penggunaan kondom dan mengurangi jumlah pasangan – merupakan penyebab penurunan yang dramatis dalam kejadian infeksi HIV. UNAIDS menjelaskan: “Di 59 negara termasuk 18 dari 25 negara... dengan prevalensi HIV tertinggi, kurang dari 25% laki-laki melaporkan berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan dalam 12 bulan terakhir.” Data juga menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan kondom meningkat tajam: “11 negara – dari Burkina Faso, ke India, dan Peru – melaporkan lebih dari 75% penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir.” Penggunaan kondom oleh laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki juga tinggi, dan lebih dari 60% dari pekerja seks melaporkan menggunakan kondom dengan klien terakhir mereka.
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
UNAIDS melaporkan bukti nyata kemajuan tanggapan global HIV
Namun demikian, pencegahan layanan bagi pengguna narkoba suntikan masih tetap tidak memadai, dengan program pengurangan dampak buruk narkoba mencapai kurang dari sepertiga dari mereka yang membutuhkannya. UNAIDS menekankan bahwa hal ini “adalah jauh dari apa yang dibutuhkan untuk melindungi pengguna narkoba di seluruh dunia.” Upaya pencegahan juga telah terhambat oleh penganiayaan terhadap laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di banyak negara – “79 negara di seluruh dunia mengkriminalisasi hubungan seks sesama jenis dan enam negara menerapkan hukuman mati”, UNAIDS menekankan. Selain itu, jumlah diagnosa HIV baru di antara laki-laki gay di Amerika Utara dan Eropa Barat tetap tinggi, dan UNAIDS menyoroti tingkat yang tinggi dari seks berisiko pada populasi ini. Meskipun program sunat telah diperpanjang di sejumlah negara dengan prevalensi tinggi, tidak ada bukti bahwa hal ini berdampak pada kejadian HIV. Namun, penurunan infeksi baru bertepatan dengan peningkatan jumlah orang yang memakai obat antiretroviral. UNAIDS memperkirakan bahwa 5,2 juta orang kini menerima terapi dengan obat anti-HIV. “Selama tahun lalu saja, sekitar 1,2 juta tambahan orang menerima pengobatan – peningkatan 30% dibandingkan tahun 2008,” kata juru bicara. Memperluas akses terhadap terapi yang menyelamatkan nyawa telah menyebabkan penurunan angka kematian terkait AIDS. Jumlah kematian tahun lalu adalah 1,8 juta – pengurangan 20% pada tingkat kematian dicatat pada tahun 2004. Tetapi laporan ini menekankan kebutuhan untuk mempertahankan tingkat komitmen yang tinggi. Tahun lalu, ada dua infeksi baru untuk setiap orang yang memulai terapi, dan 10 juta orang masih menunggu untuk pengobatan HIV. $15,9 miliar yang dikeluarkan untuk epidemi global pada tahun 2009 diperkirakan masih membutuhkan $10 miliar pada tahun 2010. Selain itu, ada bukti mengkhawatirkan bahwa pendanaan telah menurun. “Pengeluaran donor pemerintah untuk penanggulangan AIDS pada tahun 2009 tercatat sebesar $ 7,6 miliar, lebih rendah dari tahun 2008 yaitu sebesar $7,7 miliar, ”UNAIDS mengatakan, dengan menekankan “penurunan investasi internasional akan mempengaruhi negara-negara yang berpenghasilan paling rendah – hampir 90% mengandalkan pendanaan internasional untuk program AIDS mereka.” Artikel asli: UNAIDS reports real evidence of progress in global response to HIV
–2–
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 731-740 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
PERAN UNITED NATIONS PROGRAMME ON HIV/AIDS (UNAIDS) DALAM MENANGGULANGI PENYEBARAN HIV/AIDS DI NIGERIA (2005-2009)
Linda Mariana AR Nim. 0802045063
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 1, Nomor 3, 2013
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 731-740 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
PERAN UNITED NATIONS PROGRAMME ON HIV/AIDS (UNAIDS) DALAM MENANGGULANGI PENYEBARAN HIV/AIDS DI NIGERIA (2005-2009) LINDA MARIANA AR1 0802045063
Abstract This research overcome described the United Nations Programme On HIV/AIDS’s (UNAIDS) Role in Combating the Spread of HIV/AIDS in Nigeria. Using descriptive analysis, which described the UNAIDS roles in providing assistance. The data secondary presented that obtained through literature review, books, internet and others. Analysis technique is qualitative analysis technique. The result showed that the role of UNAIDS in tackling the spread of HIV/AIDS in Nigeria is UNAIDS as container for the whole community to consult, obtain are and treatment. UNAIDS as a means of supporting the technical and strategic information in an effort to fight HIV/AIDS in the sector of health, education and information. And UNAIDS as institutions that regulate the role of the state in carrying out efforts to tackle the spread of HIV/AIDS. In tackling the spread of HIV/AIDS in Nigeria, UNAIDS made several efforts namely, media campaigns and public awareness, prevention of mother-to-child transmission and treatment and HIV/AIDS treatment. Keywords: UNAIDS, HIV/AIDS, Nigeria Pendahuluan Masalah kesehatan merupakan permasalahan yang beberapa diantaranya belum bisa terselesaikan. Adapun permasalahan kesehatan yang sekarang menjadi Global Issues, yaitu mewabahnya virus yang mematikan baik di negara maju maupun negara berkembang. Virus tersebut adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus), disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia dan virus ini menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yaitu infeksi yang terjadi karena rusaknya sistem kekebalan tubuh. Penyebaran penyakit HIV/AIDS ini membuat sebagian negara menganggap bahwa semua negara–negara didunia tidak lepas akan keterkaitan virus yang membahayakan ini. Keberadaan HIV/AIDS di berbagai negara menjadi ancaman tersendiri sebagai masalah kehidupan sosial dan kesehatan, sehingga kebijakan pemerintah maupun lembaga-lembaga atau organisasi internasional yang berperan dibutuhkan dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS ini. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 731-740
Disetiap negara-negara masih memungkinkan memiliki masalah terhadap kesehatan terutama pada penyakit yang dapat menular dan berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial. Namun negara-negara yang ada di dunia terinfeksi virus HIV yang sangat membahayakan ini, tidak hanya di negara berkembang saja melainkan negara maju pun banyak masyarakatnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS. Benua Afrika memiliki jumlah tertinggi sebagai akibat tingkat kemiskinan yang tinggi, sehingga akses ke perawatan kesehatan sangat minim. Negara-negara yang berada di Sub Sahara Afrika termasuk negara-negara yang memiliki tingkat penyebaran HIV/AIDS yang sangat cepat. Kenyataannya, lebih dari 90 % kasus HIV/AIDS ditemukan di Negara Sedang Berkembang (NSB), utamanya di Negara-negara Sub-Sahara Afrika (HIV/AIDS di Negara Berkembang ,http://www.census.gov/ population/international/files/hiv/nigeria08.pdf=nigeria08). Nigeria merupakan negara yang berada di Sub Sahara Afrika yang menduduki peringkat ke-2 dari jumlah penderita HIV/AIDS diseluruh dunia dan prevalensi tertinggi setelah Afrika Selatan. Kelompok masyarakat yang terkena HIV/AIDS adalah, orang dewasa yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 2.900.000 jiwa, wanita yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 1.700.000 jiwa, anak-anak yang berumur 0-14 tahun berjumlah 360.000 jiwa dan yatim piatu yang berusia 0-17 tahun berjumlah 2.500.000 jiwa (Nigeria–Unaids, http://www.unaids.org/en /regionscountries/countries/nigeria). Kasus HIV/AIDS yang memiliki tingkat prevalansi yang tinggi di Nigeria adalah prostitusi dan hubungan seks tanpa menggunakan kondom antara heteroseksual. Daerah yang memiliki tingkat prevalansi tertinggi mengenai prostitusi yaitu Abuja dengan 49,2 % dan Kano dengan tingkat prevalansi sebesar 49,1 % (Nigeria 2010 Country ProgressReport, http://www.data.unaids.org/pub/report/2010/nigeria_2010_country_progress_repo rt_en.pdf). Faktor penyebab penyebaran HIV/AIDS di Nigeria terdiri dari faktor ekonomi, pola reproduksi atau sistem sosial dan tingkat pendidikan. Pada faktor ekonomi, Nigeria merupakan negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, hal tersebut memicu peningkatan HIV/AIDS yang disebabkan kemiskinan sehingga masyarakat Nigeria memilih cara lain dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dengan melibatkan dirinya sendiri (pelacuran), penjualan anak dibawah umur dan menikahkan gadis dibawah umur untuk menghasilkan uang atau melunasi hutang. Adapun kemisikinan di Nigeria mempengaruhi pelayanan kesehatan yaitu kurangnya pendanaan terhadap alat-alat perobatan sehingga alatalat perobatan tidak steril masih sering digunakan (Hubungan antara kemiskinan dan HIV di Nigeria, http://guru-oh-guru.blogspot.com/2012/08/hubungkaitantara-kemiskinan-dan -hiv-di.htm).
732
Peran United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAIDS) (Linda Mariana AR)
Penyebab penyebaran dalam pola reproduksi atau sistem sosial memberikan sekitar 80-95 % dari infeksi HIV di Nigeria adalah akibat dari seks heteroseksual. Penyebabnya meliputi pernikahan yang sering dilakukan secara tradisional jarang dilakukan secara hukum sehingga membuat beberapa pasangan lebih mudah berganti-ganti pasangan, kurangnya informasi tentang kesehatan seksual dan HIV, rendahnya tingkat penggunaan kondom, tingginya penyakit menular seksual, penggunaan narkoba, pemabatasan promosi kondom dan pendonoran darah yang tidak aman karena tidak semua rumah sakit Nigeria memiliki teknologi untuk memeriksa darah dan karena itu ada risiko menggunakan darah yang terkontaminasi (Budaya-Nigeria Budaya, Bea dan Cara Rakyat, http://centrabatiktulis.wordpress.com/2012/02/23/budaya-nigeria-budaya-bea-dancara-rakyat.html). Dalam tingkat pendidikan di Nigeria, seks adalah topik yang sangat tabu di Nigeria dan pembahasan seks dengan remaja sering dianggap sebagai tidak pantas. Upaya untuk memberikan pendidikan seks bagi kaum muda telah terhambat oleh keberatan agama dan budaya(HIV in Nigeria, terdapat di http://www.avert.org/aids-nigeria.html). Dengan adanya kasus penyebaran HIV/AIDS membuat beberapa lembaga atau organisasi internasional memberikan bantuan dan peran mereka dalam menananggulangi atau memperkecil jumlah penyebaran HIV/AIDS yang sudah terjadi salah satunya adalah UNAIDS. UNAIDS berada di Nigeria dikarenakan adanya peningkatan penyebaran HIV/AIDS yang semakin tinggi. Sebelum masuknya UNAIDS ke Nigeria, telah diketahui bahwa jumlah atau tingkat prevalansi atas kasus-kasus penyebaran HIV/AIDS meningkat karena kurangnya pengawasan dan bantuan terhadap masyarakatnya sendiri, sehingga UNAIDS yang merupakan program bersama PBB dan WHO untuk HIV/AIDS secara internasional, merupakan pendukung utama untuk aksi global terhadap epidemik HIV yang cepat, meluas dan terkoordinasi ikut berperan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Nigeria. UNAIDS berdiri pada tahun 1995 dan bermarkas di Genewa, Switzerland dan untuk sekretariat UNAIDS telah ada lebih dari 80 negara di seluruh dunia.UNAIDS maupun WHO sangat dibutuhkan peranannya dalam mengatasi masalah HIV/AIDS ini. UNAIDS telah berusaha melakukan perannya secara maksimal dalam pencegahan penyebaran HIV/AIDS di seluruh dunia (Seminar Terapi Komplementer untuk HIV/AIDS, http://www.opensubcriber.com/message/
[email protected]/4982221.html). Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka untuk mendapatkan gambaran yang spesifik dan jelas, dilakukan pembatasan ruang lingkup permasalahan penelitian pada Peran United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Dalam Menanggulangi Penyebaran
733
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 731-740
HIV/AIDS di Nigeria pada tahun 2005 – 2009. Karena pada tahun 2005-2009 masih terjadi peningkatan jumlah yaitu bagaimana “Peran United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Dalam Menanggulangi Penyebaran HIV/AIDS di Nigeria (2005–2009) ?”. Adapun tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran UNAIDS dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Nigeria. Kerangka Konseptual Teori Organisasi Internasional Organisasi internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambung dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda(May Rudy,2002:3). Organisasi internasional dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi sesuai tujuan pendirian organisasi internasional tersebut, peranan adalah aspek dari fisiologi organisasi yang meliputi fungsi adaptasi dan proses. Peranan organisasi internasional adalah sebagai berikut : (UNDP, 1994:23) 1. Sebagai wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah dan mengurangi intensitas konflik (sesama anggota). 2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan. 3. Sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang di perlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusian, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, pemugaran monument bersejarah, peace keeping operation, dan lainlain). UNAIDS digolongkan sebagai organisasi antar pemerintah (inter-governmental organization), organisasi ini merupakan organisasi internasional global dilihat dari ruang lingkup kegiatannya yaitu dalam bidang kesehatan yang khususnya menangani permasalahan HIV/AIDS, dilihat dari tujuan kegiatan organisasinya termasuk dalam organisasi internasional khusus dimana hanya mencakup bidang penanganan HIV/AIDS saja. UNAIDS merupakan suatu wadah atau forum kerjasama bagi penanganan permasalahan penyebaran HIV/AIDS yang merupakan permasalahan di bidang kesehatan seluruh dunia, UNAIDS dibentuk secara bersama-sama oleh organisasi dibawah naungan PBB. Dan UNAIDS merupakan sarana untuk mengkonsolidasikan kerjasama antara pemerintah, masyarakat maupun organisasi kemasyarakatannya dengan peran organisasi kearah pencapaian tujuan untuk melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Nigeria yang perlu diusahakan secara bersama-sama. Dan dalam organisasi,
734
Peran United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAIDS) (Linda Mariana AR)
UNAIDS dianggap sebagai lembaga karena memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi internasional, yang merupakan sebuah organisasi antar pemerintah, dimana ruang lingkup kegiatannya bersifat global dan memiliki perwakilan di banyak negara dunia. Human Security Menurut laporan Human Development Report yang dikeluaran oleh The United Nations Development Program (UNDP) lainnya pada tahun 1994, definisi dari konsep Human Security memiliki dua makna. Pertama Human Security merupakan keamanan (manusia) dari ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit dan represi. Kedua, Human Security mengandung makna adanya perlindungan atas pola-pola kehidupan harian seseorang baik dalam rumah, pekerjaan atau komunitas dari gangguan-gangguan yang dating secara tiba-tiba serta menyakitkan. Ancaman-ancaman dan gangguan tersebut dapat menimpa segala bangsa tanpa memandang tingkatan pembangunan dan pendapatan nasional. UNDP mengidentifikasikan tujuh kategori ancaman yang perlu dicermati secara serius berdasarkan wujud keamanan nasional tersebut.Ketujuh kategori tersebut yaitu keamanan ekonomi, keamanan pangan, keamanan kesehatan, keamanan lingkungan hidup, keamanan pribadi, keamanan komunitas dan keamanan politik. Penyebaran HIV/AIDS di Nigeria merupakan salah satu masalah yang terdapat dalam Human Security yang tergolong sebagai salah satu masalah yang dikategorikan dalan keamanan kesehatan. Hal itu dikarenakan Nigeria memiliki masalah keamanan kesehatan yang memberikan dampak buruk terhadap ekonomi, sosial dan tingkat pendidikannya. Dan HIV/AIDS telah memberikan ancaman terhadap Nigeria karena telah membuat permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kelompok masyarakat seperti adanya pengaruh buruk terhadap dunia luar dan tindakan diskriminasi. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian Deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan Peran United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Nigeria (2005 – 2009). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah menggunakan metode library research atau telaah pustaka, yakni data – data tersebut diperolah dari berbagai literature, seperti buku – buku, situs – situs internet, majalah, surat kabar, dan sumber – sumber lain yang terkait mendukung dalam penulisan penelitian ini. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Content Analysis, yaitu menganalisis data dari sumber-sumber tertulis dan data yang terkumpul akan dihubungan dengan masalah yang diteliti. Angka-angka statistik hanya digunakan sebagai data pendukung dari semua fakta yang hendak digambarkan dan dijelaskan.
735
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 731-740
Pembahasan HIV/AIDS Di Nigeria Pada awalnya pemerintah Nigeria lambat untuk merespon peningkatan angka penularan HIV. Ketika Olusegun Obasanjo menjadi presiden Nigeria pada tahun 1999, pencegahan, pengobatan dan perawatan menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Dua kasus HIV dan AIDS di Nigeria yang diidentifikasi pada tahun 1985 dan dilaporkan pada konferensi AIDS internasional di tahun 1986. Laporan pengawasan mengungkapkan bahwa selama tahun 1990 prevalensi HIV meningkat dari 3,8% pada tahun 1993 menjadi 4,5% pada tahun 1998. Ada tiga carapeneluran utama HIV/AIDS di Nigeria yaitu, seks heteroseksual, sekitar 80-95 persen dari infeksi HIV di Nigeria adalah akibat dari seks heteroseksual. Faktor-faktor yang ini meliputi kurangnya informasi tentang kesehatan seksual dan HIV, rendahnya tingkat penggunaan kondom, dan tingginya penyakit menular seksual. Terutama wanita mudah terinfeksi HIV, pada tahun 2009 perempuan menyumbang 56 persen dari seluruh orang dewasa berusia 15 ke atas yang hidup dengan virus. Kemudian penularan HIV melalui transfusi darah, darah yang tidak aman menyumbang sumber terbesar kedua dari infeksi HIV di Nigeria. Tidak semua rumah sakit Nigeria memiliki teknologi untuk secara efektif dan karena itu ada risiko menggunakan darah yang terkontaminasi. Dan Ibu ke anak, setiap tahun sekitar 75.000 bayi di Nigeria yang lahir dengan HIV. Diperkirakan 360.000 anak-anak hidup dengan HIV di negara ini, yang kebanyakan menjadi terinfeksi dari ibu mereka.ini telah meningkat dari 220.000 di 2007. Keterlibatan UNAIDS Dalam Penanggulangan HIV/AIDS UNAIDS merupakan IGO yang bernaung di bawah PBB yang menangani permasalahan HIV/AIDS di seluruh dunia. Pada tahun 1994, PBB mendirikan UNAIDS yang mulai diluncurkan pada Januari 1996 dengan melibatkan 10 organisasi untuk bergabung menjadi pendukung program-program gabungan PBB terhadap HIV/AIDS. Sebagai pendukung utama dari aksi seluruh dunia menanggulangi HIV/AIDS, UNAIDS mempunyai misi global yaitu mengarahkan, memperkuat dan mendukung tanggapan terhadap wabah penyakit tersebut yaitu dengan mencegah penyebaran HIV/AIDS, memberikan perhatian dan dukungan bagi mereka yang terinfeksi penyakit tersebut, mengurangi kerentanan terhadap penyakit tersebut bagi setiap individu dan komunitas HIV/AIDS, dan mengurangi dampak sosial, ekonomi dan kemanusiaan terhadap wabah penyakit tersebut. Peran UNAIDS Dalam Menanggulangi Penyebaran HIV/AIDS Di Nigeria (2005-2009) Dalam upaya penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS di Nigeria, pemerintah Nigeria turut serta membantu dan menjalin kerjasama terhadap WHO dan
736
Peran United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAIDS) (Linda Mariana AR)
UNAIDS, sebagai upaya yang mewujudkan pengurangan angka HIV/AIDS di Nigeria. Beberapa upaya yang dilakukan di Nigeria, yaitu : 1. Kampanye media & kesadaran masyarakat Nigeria adalah sebuah negara besar dan beragam, kampanye media untuk meningkatkan kesadaran HIV adalah cara praktis untuk mencapai banyak orang di berbagai daerah. Melalui radio kampanye seperti yang dibuat oleh masyarakat untuk kesehatan keluarga diperkirakan telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku. "Mimpi Masa Depan", adalah siaran radio seri tahun 2001 di sembilan bahasa di 42 saluran radio. Ini berfokus pada mendorong penggunaan kondom yang konsisten, meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan untuk negosiasi kondom pada laki-laki tunggal dan wanita berusia antara 18 dan 34. Pada tahun 2005, kampanye diluncurkan di Nigeria dalam upaya untuk meningkatkan lebih kesadaran masyarakat terhadap HIV/AIDS. Kampanye ini mengambil keuntungan dari kenaikan baru-baru pemilik ponsel dan mengirim pesan teks dengan informasi tentang HIV / AIDS ke sekitar 9 juta orang. Profil lain kampanye media tinggi adalah fronted oleh Femi Kuti, anak Fela Kuti, musisi Afrobeat terkenal yang meninggal karena AIDS pada tahun 1997. Dia muncul di billboard di samping jalan di seluruh Nigeria dengan slogan 'AIDS: No dey show for face', yang berarti Anda tidak bisa mengatakan seseorang menderita AIDS dengan melihat mereka. 2. Pencegahan penularan dari ibu ke anak penularan HIV Program Nigeria untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak dimulai pada bulan Juli 2002. Meskipun upaya untuk memperkuat program, pada 2007 hanya 5,3% perempuan HIV positif menerima obat antiretroviral untuk mengurangi risiko ibu ke anak. Angka ini meningkat menjadi hampir 22% pada 2009, namun masih tetap jauh dari akses universal target yang bertujuan untuk cakupan 80%. Nevirapine dosis tunggal tidak lagi dianjurkan untuk pencegahan dari ibu ke bayi. Sementara 19.733 atau 9%, terinfeksi HIV ibu hamil menerima pengobatan yang paling efektif antiretroviral untuk pada tahun 2010, sekitar 6.505 wanita hamil masih hanya menerima nevirapine dosis tunggal. Cakupan untuk bayi masih sangat rendah, pada tahun 2009 hanya 8% anak-anak menerima ARV. 3. pengobatan dan perawatan HIV di Nigeria Ketika obat antiretroviral (ARV) diperkenalkan di Nigeria pada awal 1990, mereka hanya tersedia bagi mereka yang membayar untuk mereka. Karena biaya obat yang sangat tinggi pada saat ini dan mayoritas warga Nigeria yang hidup dengan kurang dari $ 2 per hari, hanya minoritas kaya yang mampu membayar pengobatan. Pada tahun 2002 pemerintah Nigeria memulai program pengobatan antiretroviral, yang bertujuan untuk diberikan kepada10.000 orang dewasa dan 5.000 anak dengan obat antiretroviral dalam satu tahun. Senilai $ 3.500.000 awal ARV itu harus diimpor dari India dan dikirimkan dengan biaya bulanan bersubsidi $ 7 per orang. Program ini diumumkan sebagai program pengobatan antiretroviral
737
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 731-740
terbesar Afrika. Pada tahun 2004 program ini telah mengalami kemunduran besar karena terlalu banyak pasien yang direkrut tanpa pasokan obat yang cukup besar untuk dibagikan. Hal ini mengakibatkan daftar tunggu memperluas dan obatobatan tidak cukup untuk memasok permintaan yang tinggi. Para pasien yang sudah mulai menjalani pengobatan tersebut kemudian harus menunggu sampai tiga bulan untuk obat lebih. ARV sedang diberikan hanya 25 pusat pengobatan di seluruh negara yang jauh dari memadai pada upaya membantu 550.000 orang diperkirakan membutuhkan ART. Sehingga, pada tahun 2006 Nigeria membuka 41 pusat baru AIDS dan mulai membagi-bagikan ARV gratis bagi mereka yang membutuhkan mereka. Pengobatan skala-up antara 2006-2007 itu, naik dari 81.000 orang (15% dari mereka yang membutuhkan) untuk 198.000 (26%) pada akhir 2007. Sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan pengobatan yang cukup dan perawatan bagi mereka yang hidup dengan HIV di Nigeria jelas sangat kurang. Sebagian besar dana berasal dari mitra pembangunan. Para donor utama adalah PEPFAR, yang Global Fund dan Bank Dunia. Kesimpulan UNAIDS sebagai organisasi internasional bagi negara-negara di seluruh dunia dalam pencegahan HIV/AIDS memberikan distribusi regional. UNAIDS dalam bidang kesehatan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan tim medis untuk pencegahan HIV melalui tes dan konseling, dan memberikan bantuan melalui para aktor yang mendanai fassilitas kesehatan di Nigeria dan untuk pendidikan UNAIDS bersama UNICEF membantu memberikan pelatihan untuk para guruguru tentang pengetahuan HIV/AIDS sehingga memudahkan para guru-guru memberikan penjelasan HIV/AIDS terhadap murid-muridnya dan bagaimana cara penularannya tanpa menimbulkan kesalahpahaman dan salah pengertian terhadap anak dibawah umur, sehingga pengetahuan tentang seks bukanlah hal yang tabu untuk disosialisasikan selama cara menyampaikannya wajar dan bisa dipahami. UNICEF juga membantu anak-anak dan anak yatim untuk mendapaktakan kehidupan yang lebih layak dan menghindari dari berbagai ancaman, kekerasan, pelecehan seksual dan perdagangan. UNAIDS juga memberikan sumbangan yang tidak kecil melalu Global Fund sebagai salah satu upaya dan dukungan untuk mengatasi epidemi HIV/AIDS di Nigeria, sehingga Nigeria sedikit demi sedikit dapat melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan peluang kepada Nigeria untuk merealisasikan bebrapa upaya yang telah terencana. Kemudian UNAIDS juga melakukan kerjasama dengan PEPFAR untukmencegah infeksi HIV baru dikalangan anak-anak dan UNAIDS juga bergabung dalam proyek Desa Milenium guna untuk menjaga anak-anak bebas dari HIV. Awal terjadinya kasus HIV/AIDS di Nigeria mengalami peningkatan hingga tahun 2001 dan menurun pada tahun 2005, kemudian meningkat kembali hingga tahun
738
Peran United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAIDS) (Linda Mariana AR)
2009, namun peningkatan yang terjadi pada tahun 2005 hingga 2009 tidak sebesar pada peningkatan pada awal 1991 hingga 2001, hal tersebut dikarenakan campur tangan dari organisasi internasional lainnya yang bekerjasama dengan UNAIDS yang memberikan beberapa upaya-upaya yang berperan dalam pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Saran Berkaitan dengan Peran UNAIDS dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Nigeria maka ada beberapa saran dari penulis yang dianggap perlu untuk diajukan : 1. Sebagai organisasi internasional yang berkaitan dengan kesehatan, UNAIDS dapat memberikan peran yang lebih terhadap negara-negera yang membutuhkan akibat penyebaran HIV/AIDS yang menjadi ancaman sebuah negara dan menimbulkan dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial dan tingkat pendidikan. 2. Respon pemerintah seharusnya lebih tanggap di awal kemunculan kasus HIV/AIDS di Nigeria sehingga memungkinkan penyebaran HIV/AIDS di Nigeria dapat dicegah sedinimungkin. 3. Pemerintah melibatkan diri secara langsung terhadap penderita AIDS sehingga memberikan dukungan dan semangat hidup, hal tersebut merupakan pengobatan secara mental untuk penderita HIV/AIDS. 4. Bantuan dari pemerintah diharapkan memberikan jumlah yang lebih mengenai pelayanan kesehatannya, pembagian bantuan obat antiretroviral dengan rata dan mudah didapatkan tanpa ada kendala wilayah yang sulit terjangkau dan lebih terbukanya pemerintah terhadap organisasi dunia lainnya sehingga dengan mudah dapat mengumpulkan bantuan-bantuan yang sangat dibutuhkan dalam keadaan mendesak. 5. Keberhasilan penanggulanan penyebaran HIV/AIDS bukan hanya tergantung oleh organisasi internasional lainnya, UNAIDS dan pemerintahan Nigeria, tetapi dari kemauan diri sendiri memproteksi diri terhadap infeksi HIV/AIDS. Referensi Buku T. May Rudy, 2002,Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung : PT Refika Aditama. Laporan United Nation Development Program (UNDP), Human Development Report 1994 (New York : Oxford University Press, 1994) Media Internet Budaya-Nigeria Budaya, Bea dan Cara Rakyat, terdapat di http://centrabatiktulis.wordpress.com/2012/02/23/budaya-nigeria-budayabea-dan-cara-rakyat.html
739
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 731-740
HIV in Nigeria, terdapat di http://www.avert.org/aids-nigeria.htm HIV/AIDS di Negara Berkembang, terdapat di http://www.census.gov/ population/international/files/hiv/nigeria08.pdf=nigeria08 Hubungan antara kemiskinan dan HIV di Nigeria, terdapat di http://guru-ohguru.blogspot.com/2012/08/hubungkait-antara-kemiskinan-dan-hiv-di.htm Nigeria 2010 Country Progress Report, terdapat di http://www.data.unaids.org/ pub/report/2010/nigeria_2010_country_progress_report_en.pdf Nigeria–Unaids, terdapat di http://www.unaids.org/en/regionscountries/countries /nigeria Seminar Terapi Komplementer untuk HIV/AIDS, terdapat di http://www.opensubcriber.com/message/
[email protected]/4982221. html
740