GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA TUNA SUSILA TERHADAP INFEKSI HIV/AIDS DI LOKALISASI KOPENG KABUPATEN SEMARANG Ribut Siti Mukarom Dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA Hanna Yuanita Dana Santoso, MMID Abstract Background: At the end of 20th century, the medical field was startled by the emergence of a new disease that is very dangerous and vicious which attack humans, the disease of HIV / AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) is a contagious disease caused by HIV (Human Immuno Deficiency Virus). It spread rapidly throughout the world, in 1999 it was reported 191,000 AIDS cases in 145 countries by WHO. Until mid-2000 an estimated 30 million people worldwide were infected of HIV, which consists of 24.5 million adults and 5.5 million children. At the end of the 20th century it was estimated 40 million people infected. Discovery efforts through screening of patients with HIV / AIDS to blood donors, monitoring at-risk patients with sexually transmitted diseases (STDs) such as Sex Workers,, injection drug abusers (IDUs), residents of prisons or occasionally research the low-risk group such as housewives and so on.
Aim (s): to know about description of knowledge level and attitude of sex worker women towards HIV/AIDS infection. Method: This was a descriptional research and was aimed to describe about knowledge level and attitude of sex worker women. This research used observational method with cross sectional approach which all variables were measured and collected together (simultanly). Result: Most respondents were under 30 years old that means 63 respondents (85,1). Most of the educational background that was passed by respondents were basic level that means 43 respondents (58,11%). Most of respondents had a good knowledge level that were 59 respondents (79,73%). Most of respondents had a positive attitude (94,6%). Most of the respondents admitted that they got support for HIV/AIDS prevention from important peoples (89,2%). Conclusion: Most of sex worker women had a good knowledge. The attitude of sex worker women towards HIV/AIDS infection could be categorized in positive attitude. Keywords : knowledge level, attitude, HIV/AIDS
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
Kerangka Pemikiran Wanita Tuna Susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa ataupun tidak, hal ini sama artinya dengan pelacur. Pekerjaan sebagai pelacur ini dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan penuh. Sebagian besar wanita tuna susila ini adalah gadisgadis yang masih muda, sekitar 75% dari jumlah wanita tuna susila ini berusia dibawah umur 30 tahun, mereka umumnya memasuki dunia pelacuran pada usia yang muda yaitu 13-24 tahun dan yang paling banyak ialah usia 17-21 tahun. Pekerjaan sebagai pelacur ini banyak macam dan sebutannya, yaitu Gundik , Tante girang atau loose married woman, Gadis-gadis panggilan, Gadis-gadis bar, Gadisgadis binal (free girl), Gadis-gadis taxi/becak. AIDS (Acquired Immuno Defisiensi Sindrom) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh. Sedangkan HIV (Human Immuno Deficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang lamakelamaan akan mengakibatkan AIDS. HIV hanya dapat hidup di dalam sel tubuh manusia yang didapat atau tertular HIV. Terdapat 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS yaitu HIV 1 dan HIV 2. HIV 1 bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat. Orang yang berisiko terinfeksi HIV/AIDS adalah 1)Kelompok yang aktif melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan seksual; 2) Homoseksual atau lesbian (lakilaki/perempuan yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis); 3) Kelompok biseksual (laki-
laki/perempuan yang melakukan seksual dengan kedua jenis kelamin); 4) Wanita tuna susila dan pelanggannya; 5) Penerima transfusi darah yang tidak diperiksa/skrining virus HIV; 6) Bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV; 7) Penggunaan jarum suntik yang sama secara bergantian oleh pengguna Narkoba Tantangan dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah 1) Sulit merubah perilaku seksual Perilaku seksual sangat pribadi serta dipengaruhi oleh faktor budaya dan agama. Perilaku seksual sangat mendasari kehidupan sehari-hari seseorang dan tidak mudah untuk membicarakannya secara terbuka karena malu atau menimbulkan aib; 2) Pembicaraan dan pembahasan masalah seksual sering dianggap tabu dalam masyarakat sehingga menyulitkan dalam memberikan informasi tentang pengenalan, pencegahan dan pengobatannya; 3) Pengidap HIV banyak yang tanpa gejala atau gejala ringan, sehingga tidak datang untuk periksa; 4) HIV/AIDS belum ditemukan obatnya Pengendalian HIV/AIDS adalah dengan cara 1) Pendidikan dan komunikasi untuk mendorong masyarakat agar berperilaku seksual yang aman dan sehat, membantu mereka yang berisiko tertular, mendorong penderita untuk mendapatkan penanganan yang efektif; 2) Promosi pengunaan kondom waktu melakukan hubungan seksual yang pada mereka yang berisiko; 3) Memberi perhatian khusus pada perilaku yang berisiko tinggi terhadap penularan yaitu: perempuan atau lakilaki yang sering berganti-ganti pasangan, bekerja meninggalkan rumah dalam waktu cukup lama,
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
pengguna obat terlarang melalui suntikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain : 1) Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi pengetahuan dasar pembentuk sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya menjadi figur yang paling berarti bagi individu. Namun biasanya apabila dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya maka pengaruh sikap orang tua jarang menang. Apabila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap teman-teman sebaya maka individu akan cenderung untuk mengambil sikap yang sesuai dengan sikap kelompok. Bagi seorang individu, persetujuan atau kesesuaian sikap sendiri dengan sikap kelompok sebaya adalah sangat penting untuk menjaga status afiliasinya dengan temanteman untuk menjaga agar tidak dianggap asing dan dikucilkan. Individu cenderung memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Masukan dari orang lain atau teman akan sangat menolong , apa yang dikatakan orang lain sangat mempengaruhi kita dan pemikiran kita. Sangat penting menyaring berbagai komentar atau
tindakan negatif. 3) Pengaruh kebudayaan/ lingkungan. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya. 4) Media massa/informasi. Media massa sangat efektif untuk menyampaikan infomasi, terutama juga mempromosikan hal-hal yang bersifat spesifik seperti pencegahan HIV/AIDS, bagaimana mestinya para WTS berprilaku seksual yang sehat. Orang tua sebagai sumber informasi Seorang anak bertumbuh dan berkembang ditengah keluarga, maka wajar apabila anak mendapatkan informasi dari orangtua, contohnya seperti seorang wanita tuna susila yang mendapatkan informasi tentang dampak bekerja sebagai wanita tuna susila. Teman dekat kelompok bermain sering menjadi dewa penolong untuk mengakses informasi dengan sarana yang bisa dipakai, bahkan untuk mempraktekkan pengetahuan yang didapat. Contohnya seperti teman sesama WTS yang memberikan informasi tentang pencegahan HIV dengan kondom dan mengajak yang lain untuk memakai kondom. Guru atau tenaga kesehatan Guru dan tenaga kesehatan juga memiliki peran untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya dan informasi yang benar. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk garis pemisah karena antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan dan ajaran-ajarannya. 6) Pengaruh faktor emosional Tidak semua jenis sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman seseorang. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengendalian bentuk mekanisme pertahanan ego. Metode Penelitian Jenis / Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran sikap Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS, dengan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah WTS yang ada di Lokalisasi Kopeng, kabupaten Semarang yang berjumlah 74 WTS. penelitian ini menggunakan aksidental sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu responden. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Data-data tersebut mencakup data dari hasil angket yang diperoleh dari responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data jumlah wanita tuna susila yang ada di kelurahan Kopeng. Peneliti menggunakan analisis univariate (analisis deskriptif) yang menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2012, didapatkan data tentang tingkat pengetahuan responden terhadap infeksi HIV/AIDS. Sebanyak 79,7% responden sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap infeksi HIV/AIDS. Sebanyak 59 responden berpengetahuan baik, 10 responden berpengetahuan cukup dan 5 responden berpengetahuan kurang. Sebanyak 70 responden bersikap positif atau sebanyak 94,6% reponden, dan sebanyak 4 responden atau 5,4 % responden bersikap negatif. Data tentang sumber informasi yang digunakan responden dalam mencari tahu tentang Infeksi HIV/AIDS menunjukkan sebanyak 53 responden mendapatkan informasi HIV/AIDS melalui petugas kesehatan, 1 orang melalui koran, 5 orang melalui majalah, 8 orang melalui internet, dan 7 orang melalui televisi. sebanyak 66 responden atau 89,2% mengatakan ada dukungan dari orang-orang yang dianggap penting, dan sebanyak 8 responden mengatakan tidak ada dukungan dari orang-orang yang dianggap penting. Pembahasan Pada pertanyaan no. 12 mengenai salah satu cara penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual, sebanyak 74 responden (100%) menjawab dengan benar. Hal ini sesuai dengan Ninuk Nursalam, yang menyebutkan cara penularan HIV/AIDS diantaranya adalah melalui hubungan seksual. Meskipun 100% responden menjawab benar namun praktik prostitusi tetap dilaksanakan. Dalam buku Patologi Sosial terdapat alasan yang mendasari praktik prostitusi ini tetap dilaksanakan antara
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
lain yaitu: menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek,kurang pendidikan, kurang pengertian, tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, pekerjaan sebagai pelacur tidak memerlukan ketrampilan, mudah dikerjakan. Pada pertanyaan tentang gejala HIV/AIDS dapat dilihat pada 5-10 tahun setelah terinfeksi HIV, sebanyak 25 responden (33,78%) menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden kurang dalam hal pengetahuan tentang gejala HIV/AIDS. Tingkat pengetahuan responden yang kurang disebabkan karena rendahnya pemahaman responden tentang penyakit menular seksual dan kurangnya faktor penunjang untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual seperti poster, leaflet. Menurut Notoatmodjo sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Menurut penelitian yang dilakukan Fitriana Yuliati Lokollo pengetahuan yang rendah ini bisa dikarenakan pekerja seks komersial masih memegang mitos-mitos seputar gejala penyakit menular seksual seperti keringat bau, nafas bau, kencing bau, dan penis belang-belang. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian responden sudah berpengetahuan baik yaitu 59 responden (79,7%), berpengetahuan cukup sebanyak 10 responden (13,3%), dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 responden (6,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS dan pencegahannya. Kegiatan yang membantu meningkatkan pengetahuan responden tentang
infeksi HIV/AIDS di antaranya adalah kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas Getasan setiap satu bulan sekali, kegiatan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Pada pertanyaan unfavourable no. 29 mengenai mencegah HIV tidak perlu memakai kondom cukup dengan mencuci vagina dengan sabun setelah berhubungan, sebanyak 38 responden (51,35%) menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden telah bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS dan telah mengerti cara tepat mencegah HIV adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Pada pertanyaan no 30 mengenai memakai kondom sangat tidak praktis saat berhubungan, 33 responden menjawab sangat tidak setuju dan 36 responden menjawab tidak setuju. Pada pertanyaan nomor 28 dan 30 walaupun sebagian responden bersikap positif terhadap pertanyaan tersebut namun masih ada responden yang bersikap negatif terhadap pemakaian kondom guna pencegahan HIV/AIDS. Kondom merupakan selubung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, diantaranya lateks, plastik atau bahan alami yang dipasang saat hendak berhubungan seksual. Bahannya yang terbuat dari lateks tersebut dapat mengurangi kenikmatan pasangan suami istri saat berhubungan, karena kondom ini mengurangi sentuhan secara langsung saat berhubungan. Namun pemakaian kondom ini efektif untuk mencegah penularan mikroorganisme yaitu penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom efektif untuk mencegah kehamilan bagi pasangan suami istri yang ingin menunda kehamilan dan juga efektif untuk mencegah infeksi menular
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
seksual terutama bagi orang yang sering berganti-ganti pasangan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan, hal ini membuktikan bahwa peran serta tenaga kesehatan sangat dibutuhkan responden dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, khususnya penyakit menular seksual. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar 66 responden atau 89,2% mengatakan ada dukungan dari orang yang dianggap penting dan 8 responden atau 10,8% mengatakan tidak ada dukungan dari orang yang dianggap penting. Pada soal nomor 36 berisi pertanyaan, apakahteman sesama mau membantu bagaimana agar pelanggan mau menggunakan kondom?. Sebanyak 59 responden menjawab “ya” dan sebanyak 8 responden mengatakan “tidak”.Hal ini sesuai dengan Saifudin Anwar dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia yang menuliskan bahwa orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tak ingin kita kecewakan atau orang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Namun masih terdapat 8 responden dari 74 responden yang mengatakan tidak ada dukungan dari teman sekerja. Dalam penelitian Roselly Evienty Silalahi ditemukan bahwa keadaan ini terjadi karena sesama PSK cenderung tidak peduli terhadap teman seprofesi. Mereka cenderung bersaing untuk mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya dan tidak mau memberikan informasi.
Kesimpulan 1. Sebagian besar wanita tuna susila berumur kurang dari 30 tahun (85,1%). 2. Sebagian besar wanita tuna susila hanya menyelesaikan pendidikan dasar (58,11%). 3. Sebagian besar wanita tuna susila mempunyai pengetahuan baik tentang HIV/AIDS (79,73%). 4. Sebagian besar wanita tuna susila mempunyai sikap positif dalam pencegahan HIV/AIDS (94,6%). 5. Sebagian besar wanita tuna susila mengakui mendapat dukungan tentang pencegahan HIV/AIDS dari orang-orang yang dianggap penting (89,2%). 6. Sebagian besar wanita tuna susila mendapat informasi dari tenaga kesehatan (71,62%) Saran 1. Perlunya penegasan kepada pelanggan dalam hal pemakaian kondom dapat meminimalisir bukan hanya HIV/AIDS namun juga penyakit menular seksual. 2. Perlunya peningkatan fasilitas kesehatan (klinik VCT) yang dapat digunakan setiap saat oleh wanita Tuna Susila dan terjamin kerahasiaannya. 3. Perlunya peran serta dari koordinator atau pengasuh untuk menggerakkan WTS agar rutin mengikuti penyuluhan dan skrining. 4. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan variabel lain seperti lama bekerja, alasan menjadi WTS, perilaku pemakain kondom dan perilaku seksual. Disarankan juga untuk menghubungkan antar variabel seperti hubungan tingkat pengetahuan dan sikap WTS, hubungan umur dengan tingkat pengetahuan WTS
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
Daftar Pustaka 1. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. h. 310,148-50 2. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta: ISBN; 2010. h. 38-9,94-5 3. Sidang kabinet sesi khusus HIV/AIDS. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. 2002. h. 1, 6 4. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Laporan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007. Jakarta: BPPN; 2008. h. 61-2 5. Silalahi RE. Pengaruh faktor predisposisi, pendukung, dan penguat terhadap tindakan wanita pekerja seksual dalam penggunaan kondom untuk pencegahan HIV/AIDS di Lokalisasi kota Teleju. 2008(diakses tanggal 3 November 2011). Didapat dari: http//repository.usu.ac.id 6. Sari SF. Gambaran karakteristik wanita pekerja seksual dan gambaran faktor-faktor yang terkait dengan tingkat pengetahuan wanita pekerja seksual di Lokalisasi Gambilangu tentang PMS (Karya Tulis Ilmiah). Semarang: Akademi Kebidanan Panti Wilasa; 2007 7. Lokollo FY. Perilaku wanita pekerja seksual tidak langsung dalam pencegahan IMS, HIV/AIDS di pub, karaoke, cafe, diskotek di kota Semarang. 2009 [Diakses tanggal 3 November 2011]. Didapat dari: eprints.undip.ac.id/25004/1/Fitrian a_Yuliawati_Lokollo.pdf 8. Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Jogjakarta: Nuha medika; 2010. h. 27-40
9. Anonymous. BAB II Tinjauan Pustaka Tingkatan Pendidikan. Diakses tanggal 26 November 2011. Didapat dari repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/29079/.../Chapter%20II. pdf 10. Mansur H. Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta; Salemba Medika: 2011. h. 29-30 11. Azwar S. Sikap manusia. Jogjakarta: Pustaka Pelajar; 2003. h. 32 12. Anonymous. BAB II Tinjauan Pustaka Remaja dan Perkembangannya. Diakses tanggal 26 November 2011[Didapat dari: http://repository.ipb.ac.id] 13. Kartono K. Patologi sosial jilid 1. Jakarta: rajawali pers; 2009. h. 214,21725 14. 14. Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Jateng; 2007. h. 53 15. Nursalam, Ninuk. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika; 2007. h. 448,56,76-7 16. Dianawati A. Pendidikan seks untuk remaja. Tangerang: Kawan Pustaka; 2009. h. 170-1 17. Kusmiran E. kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: salemba medika; 2011. h. 130-3 18. Badan koordinator keluarga Berencana Nasional. Modul kesehatan reproduksi remaja. Jogja: BKKBN; 2006. h. 48-50 19. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran.jakarta: media Aesculapius; 2001. h. 573-6 20. Pinem S. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2009. h. 344-5 21. Notoatmodjo S. Kesehatan
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka cipta; 2007.h.1439 22. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2008.h. 94-5 23. Anonymous. Pengertian umur. [Diakses tanggal 26 November 2011]. Didapat dari http://kamus bahasaindonesia.org/umur 24. Anonymous. Pengertian pengaruh. [Diakses tanggal 26 November 2011]. Didapat dari http://kamus bahasaindonesia.org/pengaruh 25. Anonymous. Pengertian informasi. [Diakses tanggal 26 November 2011]. Didapat dari http://kamus bahasaindonesia.org/informasi 26. Setiawan A, Saryono. Metodologi penelitian kebidanan DIII, DIV, SI, S2. Yogyakarta : Nuha Medika; 2010. h. 127
27. Hidayat A. Metode Penelitian kebidanan dan teknika data.Jakarta: Salemba Medika; 2011. h. 83, 92-94 28. Amelia R. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Panti Sosial Karya Wanita Andam Dewi Sukarami Solok.2009.(diakses tanggal 6 juni 2012). Didapat dari: repository.unand.ac.id 29. 29. Saifuddin AB. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Ed.2,cetakan 30. 2. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2006. h. MK 17-21 31. Undang-Undang RI nomor 23
tahun
1992
pasal
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 3 No. 1, Oktober 2012____________________
50