KODE: 26/1801.013/011/D/RPTP/2013
PETA ARAHAN KOMODITAS/AEZ
HAMDAN,SP,M.Si
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP
: Peta Arahan Komoditas/AEZ
2. Unit Kerja 3. Alamat Unit Kerja
: BPTP Bengkulu : Jl. Irian Km.6.5 Kel. Semarang Kota Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung jawab : a. Nama : Hamdan, SP., M.Si b. Pangkat/Golongan : Penata III/c c. Jabatan : Peneliti Pertama 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem :9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Selesai : 2013 11. Output tahunan :12. Output Akhir :13. Biaya : Rp. 100.000.000 ( Seratus Juta Rupiah)
Koordinator Program
Penanggungjawab RPTP
Dr. Dr. Ir. Wahyu Wibawa,MP NIP.19690427 199803 1 001
Hamdan,SP, M.Si NIP. 19772106 200212 1 001
Mengetahui,
Menyetujui ,
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
ii
RINGKASAN 1
Judul
:
Peta Arahan Komoditas/AEZ
2
Unit kerja
:
BPTP Bengkulu
3
Lokasi
:
Provinsi Bengkulu
4
Agroekosistem
:
-
5
Status (L/B)
:
Baru
6
Tujuan
:
a. Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah b. Menyusun peta peta arahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah
7
Keluaran
:
8
Hasil/pencapaian
:
a. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan b. Peta arahan komoditas berdasarkan AEZ Kabupaten Kepahiang dan kabupaten Mukomuko skala 1:50.000
9
Prakiraan Manfaat
:
Internal BPTP; Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi sangat diperlukan dalam melaksanakan mandat Balai yaitu Perakitan Teknologi Spesifik Lokasi sehingga dalam penelitian/pengkajian terarah kepada wilayah pengembangan komoditas yang akan diteliti/dikaji. Eksternal: Sebagai acuan bagi Pemda dalam menyusun program pembangunan khususnya dibidang pertanian. Peta skala 1 : 50.000 adalah skala operasional yang dapat dipergunakan sebagai acuan peyusunan program pertanian di tingkat kecamatan.
10
Prakiraan Dampak
:
a. Percepatan pengembangan komoditas unggulan/spesifik lokasi b. Percepatan Optimalisasi penggunaan lahan
11
Metodologi
:
Untuk menyusun peta pewilayahan komoditas diperlukan Modul Pewilayahan Komoditas Komoditas (MPK). Modul tersebut memerlukan tiga jenis data utama yaitu : (1) data hasil evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, dan (3) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Peta arahan komoditas disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah
iii
12
Jangka Waktu
13
Biaya
:
laporannya. Pemetaan dilakukan melalui beberapa tahapan metodologi, yaitu: inventarisasi sumberdaya lahan berupa penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan, verifikasi lapangan berupa pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan) dan data sosial ekonomi pertanian, dan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan hasil analisis terrain yang dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta data sosial ekonomi dan budaya. Pendekatan evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan (matching) anatara karakteristik lahan dan persyaratan penggunaan lahan (land use requirements). 1 (satu) tahun Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)
iv
SUMMARY Title
: Map Directive of Commodities
Implementing Unit
: Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu
Location Objectives Immediate objectives
: Bengkulu Province
Long term objectives
: Map directives of commodities based of AEZ in scale 1:50.000 for district of Bengkulu Tengah
Description of Project
: Sustainable agriculture only be achieved if land is used in accordance with its potential and precise management. To determine its potential, it is necessary to identification and characterization of land resources (soil, climate, and environment) and social economics, both in relation to the development and improvement of productivities of agricultural commodities . The assessment aims to a). Identify and characterize, and evaluation of the potential of land resources in the district of Kepahiang and Mukomuko. b). Prepared maps landing agricultural commodities by agroecological zone scale 1: 50,000 at Kepahiang and Mukomuko district. Geographic Information System (GIS) is used in the manufacture and preparation of land resource maps and directions commodities taking into account the state of the existing land use and the results of the analysis of satellite imagery. The main output of this study is the characteristics and potential of the land in map direction of commodities in Kepahiang and Mukomuko district
Methodology
: Compilation of direction map of commodity uses main of data: (1) data of land evaluation, (2) data on investment opportunities, and (3) the data priority crops. Furthermore, supported by the data of current land use as one of the factors considered in direction of commodities. The map of directive of commodities presented in the form of maps that come with the legend and the text report. Mapping is done through several stages of the methodology, among others: inventory of land resources in the form of preparation of the base map, land units of analysis, field verification in the form of collecting primary data and secondary data include biophysical data
: Identify and characterize of land resources of agricultural in the district of Bengkulu Tengah
v
(observations of soil, soil sampling, preparation of land evaluation units) and socio-economic data agriculture, land resources, and evaluation. Land evaluation is based on the characteristics of the data that comes from the land / land units map terrain analysis incorporating soil and climate data, as well as cultural and socioeconomic data. Approach to land evaluation is done by comparing between land characteristics and requirements of land use Expected output of the year
: Map directives of agroecological zone
Duration
: 1 (one) year
Proposed Budget
: Rp 100.000.000
vi
commodities
based
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang BPTP Bengkulu telah melaksanakan penyusunan Peta ZAE (Zona Agroekologi) skala 1:250.000 dan 1:100.000 untuk seluruh Kabupaten di Provinsi Bengkulu. Peta tersebut sangat bermanfaat sebagai acuan dasar pada tingkat perencanaan regional atau nasional, sedangkan untuk pemanfaatannya pada skala operasional perlu ditindaklanjuti dengan skala yang lebih besar dan detail yaitu 1:50.000. Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas, sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Berdasarkan kondisi alam, eksistensi pertanian di Provinsi Bengkulu relatif terbatas. Dari luas wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung. Oleh sebab itu dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang diperlukan adalah mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan, melakukan usaha intensifikasi teknologi pertanian dan penggunaan komoditas unggulan/spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan. Peta AEZ memuat pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan Zona Agroekologi pada skala 1:50.000 di Provinsi Bengkulu. Pemetaan dilaksanakan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. BPTP Bengkulu sudah melaksanakan pemetaan dengan skala 1: 50.000 di Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya (Kabupaten Bengkulu Utara), Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang (Kabupaten Rejang Lebong) serta Kecamatan Manna dan Seginim (Kabupaten Bengkulu Selatan) (Gunawan, at al. 2004). Bagi BPTP, peta kesesuaian lahan sangat penting untuk mendukung pelaksanaan litkaji dan diseminasi sesuai dengan tupoksinya. Untuk itu diharapkan pemetaan AEZ dengan skala 1:50.000 dapat dilanjutkan, mengingat manfaatnya yang besar baik untuk litkaji, pengembangan komoditas ataupun penyusunan kebijakan daerah. Pada tahun 2013, BPTP Bengkulu akan melakukan kegiatan pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendukung program Propinsi Bengkulu dalam pengembangan kawasan sentra produksi dan agribisnis.
1
Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara memiliki luas wilayah 112.394 ha yang terdiri dari 10 kecamatan, 112 desa definitif dan 1 kelurahan. Kabupaten Bengkulu Tengah secara geografis berbatasan; Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkulu Utara, sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Timur dengan Kabupaten Kepahiang, dan sebelah Barat dengan Kota Bengkulu. Sebagai kabupaten baru, tentunya memerlukan data dukung yang memadai dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada khusunya sumberdaya pertanian. Pada tahun anggaran 2013, BPTP Bengkulu akan melakukan kegiatan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu pada wilayah administrasi Kecamatan Pondok Kelapa (16.520 ha), Pondok Kubang (data masih tergabung dengan kecamatan induk) dan Kecamatan Pematang Tiga (20.035 ha). Permasalahan
utama
yang
dihadapi
khususnya
dalam
pengembangan
komoditas pertanian unggulan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya lahan, yaitu belum dipetakannya tingkat kesesuaian lahan yang menunjukkan keunggulan komparatif. Pengembangan komoditas pertanian unggulan harus didukung oleh daya dukung agroekologi, artinya bahwa komoditas tersebut untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi harus didukung oleh kondisi biofisiknya (tanah dan iklim), teknologi, dan sosial budaya petani. Selain itu komoditas pertanian tersebut harus mempunyai permintaan yang tinggi baik di pasar dalam maupun di luar daerah tersebut yang merupakan keunggulan kompetitif. Dengan kegiatan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan zona agroekologi di Kabupaten Bengkulu Tengah diharapakan dapat mendukung program pengembangan
komoditas unggulan sehingga
dapat
meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas pertanian tersebut. Metode penyusunan peta pewilayahan komoditas berdasarkan Zona agroekologi di Bengkulu mengacu pada pendakatan Analisis Terrain. Pada dasarnya pewilayahan komoditas pertanian dilakukan dengan membandingkan antara kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman dengan mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan, kelayakan usahatani dan komoditas unggulan/eksis daerah sehingga dihasilkan pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai secara fisik dan layak dikembangkan secara ekonomi. Kegunaan dari pelaksanaan kegiatan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan AEZ ini adalah untuk memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
2
dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat meningkatkan keunggulan komparatifnya dan melakukan analisis ekonomi untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Dengan meningkatnya keunggulan komparatif dan kompetitif tersebut, diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk baik secara regional, nasional dan bahkan internasional. Pada akhir kegiatan ini akan dilaksanakan sosialisasi hasil kegiatan/ekspose kepada Pemda Bengkulu Tengah sehingga diharapkan nantinya peta yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan kebijakan pertanian di kecamatan yang dipetakan. Selain itu, besar harapan dapat terjalin kerjasama dengan BPTP Bengkulu dalam melanjutkan kegiatan pemetaan wilayah kecamatan lainnya dengan sumber dana APBD Kabupaten Bengkulu Tengah. 1.2. Tujuan a.
Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah.
b.
Menyusun peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah.
1.3. Luaran a.
Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah.
b.
Peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Bengkulu Tengah
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak Kegiatan ini yang hasilnya berupa peta pewilayahan komditas pertanian yang memuat informasi potensi biofosik, sosial ekonomi, kelembagaan dan kesesuaian lahan beberapa komoditas pertanian unggulan diharapkan bermanfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi stake holder (Pemerintah Daerah, Dinas Pertanian, Swasta dan masyarakat petani pada umumnya). Adapun manfaat yang diharapkan antara lain :
3
1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan perencanaan penelitian dan pengkajian, serta pengembangan pertanian wilayah berdasarkan zona agroekologi baik bagi Peneliti BPTP maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah. 2. Bermanfaat untuk
menunjang kegiatan agribisnis di wilayah Bengkulu Tengah
khususnya dan Provinsi Bengkulu pada umumnya. 3. Bermanfaat sebagai sumber informasi potensi khususnya potensi lahan untuk pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan pertanian ditingkat operasional sesuai dengan tata ruang dan kondisi wilayah. Adapun perkiraan dampak dari kegiatan ini antara lain: 1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian untuk produksi pangan secara dinamis, lestari, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pangan. 2. Pengembangan komoditas pertanian yang memberi arti ekonomis bagi wilayah secara keseluruhan dan dapat dikembangkan dalam skala luas. 3. Pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. II. TINJAUAN PUSTAKA Provinsi Bengkulu terletak di sisi barat Bukit Barisan dengan topografi beragam. Dataran rendah yang sempit terdapat di bagian barat sepanjang pantai dan datarn tinggi di bagian timur dengan permukaan berbukit dan bergunung. Iklim di Provinsi Bengkulu tergolong dalam tipe A menurut Schmit dan Fergusson dengan curah hujan 3.000 - 4000 ml dengan hari hujan 130 -200 hari per tahun. Suhu rata-rata maksimum berkisar antara 29,4 – 30,0C dengan kelembaban udara rata-rata 85%. AEZ diperlukan dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat meningkatkan keunggulan komparatifnya dan melakukan analisis ekonomi untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas, sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Berdasarkan kondisi alam, eksistensi pertanian di Provinsi Bengkulu relatif terbatas. Dari luas wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung. Oleh sebab itu dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang diperlukan adalah mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan,
4
melakukan usaha intensifikasi teknologi pertanian dan penggunaan komoditas unggulan/spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan. Pertanian merupakan sektor penting di Provinsi Bengkulu, yang diindikasikan oleh tingginya persentase penduduk yang bekerja
pada sektor pertanian yang
mencapai 83,92%. Sumbangan sektor pertanian juga cukup besar terhadap pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara memiliki luas wilayah 112.394 ha yang terdiri dari 10 kecamatan, 112 desa definitif dan 1 kelurahan. Kabupaten Bengkulu Tengah secara geografis berbatasan; Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkulu Utara, sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Timur dengan Kabupaten Kepahiang, dan sebelah Barat dengan Kota Bengkulu. Sebagai kabupaten baru, tentunya memerlukan data dukung yang memadai dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada khusunya sumberdaya pertanian. Pada tahun anggaran 2013, BPTP Bengkulu akan melakukan kegiatan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu pada wilayah administrasi Kecamatan Pondok Kelapa (16.520 ha), Pondok Kubang (data masih tergabung dengan kecamatan induk) dan Kecamatan Pematang Tiga (20.035 ha). III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Dinamika pembangunan pertanian hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya ekonomi semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama ketersediaan sumberdaya lahan yang layak. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan pentajaman prioritas pemanfaatan sumberdaya lahan dan sekaligus pengetatan pengawasan konversi lahan. Salah satu kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Tata Guna Lahan. Kebijakan umum ini telah berupaya membatasi penggunaan lahan sesuai dengan kapabilitasnya. Namun demikian kebijakan umum ini masih harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang lebih rinci di setiap kawasan penggunaan lahan pertanian. Salah satu program strategis Badan Litbang Pertanian untuk memenuhi kebutuhan informasi sumberdaya lahan adalah Arahan Komoditas berdasarkan Agroekological Zone (AEZ). Program ini akan dituangkan dalam kebijakan one map
5
policy, dimana setiap provinsi akan memiliki peta AEZ dan peta yang lebih operasional dengan skala 1:50.000 dalam bentuk Peta Arahan Komoditas. Peta AEZ skala 1 : 250. 000 untuk Provinsi Bengkulu telah disusun oleh BPTP Bengkulu. Peta tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pada tingkat provinsi dan kabupaten, namun kurang operasional di lapangan. Oleh karena itu, perlu ditindaklanjuti melalui kegiatan penelitian yang lebih detil pada skala 1 : 50.000, yang mempertimbangkan sifat dan karakteristik tanah sebagai prasyarat utama. Untuk itu perlu dilaksanakannya kegiatan identifikasi dan evaluasi potensi lahan untuk penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanaian skala 1 : 50.000 berdasarkan zona agroekologi. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan AEZ akan dilaksanakan selama satu tahun pada duakecamatan di kabupaten Bengkulu Tengah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan desk study, survey lapang, dan laboratorium. Desk Study dilakukan pada awal kegiatan yaitu mengumpulkan bahan-bahan pendukung seperti literatur, petapeta pendukung, dan data-data sekunder lainnya. Survey lapang dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data tanah, iklim dan sosial ekonomi termasuk kelembagaan. Pendekatan yang ketiga adalah berupa analisa di laboratorium untuk penentuan kalsifikasi tanah. 3.3. Prosedur Kegiatan Prosedur penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian terdiri dari empat tahapan kegiatan meliputi : a. Penyiapan data b. Penyiapan peralatan c. Identifikasi lahan d. Evaluasi lahan e. Verifikasi lapangan f. Penyusunan peta pewilayahan komoditas a.
Penyiapan data Untuk kegiatan ini diperlukan beberapa data dan bahan yang terdiri dari data
spasial dan data tabular atau basis data tanah, data iklim, citra satelit, dan sosial ekonomi.
6
1. Data Spasial - Peta dasar yang terdiri dari peta topografi/peta rupa bumi skala 1 : 50.000, peta administrasi skala 1 : 50.000 Kabupaten Kepahiang dan Mukomuko. - Citra satelit untuk Kabupaten Kepahiang dan Mukomuko. - Peta tematik
yang terdiri dari peta tanah, peta observasi, dan penggunaan
lahan. - Peta pendukung yang terdiri dari peta-peta yang tersedia seperti peta AEZ, peta tanah tinjau, peta arahan tata ruang pertanian dan peta arahan pengggunaan lahan, masing-masing skala 1 : 250.000 2. Basis Data Tanah Basis data tanah yang dikumpulkan terdiri dari basis data morfologi tanah atau Site and Horizon (SH), basis data hasil analisa kimia tanah (SSA), dan basis data satuan peta tanah (MU). Ketiga jenis data tersebut akan digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas berdasarkan AEZ di Kabupaten Kepahiang dan Mukomuko. 3. Data Iklim Data iklim yang diperlukan berupa data curah hujan, temperatur, kecepatan angin, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Data tersebut digunakan untuk pennilaian kesesuaian lahan. 4. Data Sosial Ekonomi Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dapat dilakukan melalui survei sosek tersendiri, ataupun bersamaan dengan tim teknis pada saat verifikasi lapangan. Pengumpulan data sosek sebaiknya mengacu ke penyebaran poligon-poligon satuan lahan, sehingga tim sosek tidak terlepas dari tim teknis secara keseluruhan. Data sosial ekonomi diperlukan sebagai bahan mtiormasi untuk menentukan komoditas unggulan berdasarkan kelayakan usahatani atau investasi pengusahaannya. Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan lahan untuk tanaman semusim, seperti tanaman padi, pulawija, dan hortikultura sayuran. Suatu usahatani tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C-nya lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang ditetapkan. Semakin besar nilai R/C semakin tinggi tingkat kelayakan usahatani tersebut. Apabila terdapat lebih dari satu tanaman yang
7
layak berdasarkan nilai R/C tersebut, maka digunakan indikator biaya produksi terkecil. Peluang atau kelayakan investasi dengan analisis finansial digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan (misalnya kelapa sawit, karet, dan kakao). Indikator yang diperhatikan untuk menganalisis kelayakan ekonomi pengelolaan usahatani tersebut adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefid Cost Ratio (BCR). Suatu investasi untuk usaha tanaman tahunan tertentu dikatakan layak apabila nilai-nilai indikator tersebut lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang ditetapkan. Indikator kelayakan sosial-ekonomi dapat diperoleh dari hasil analisis usahatani dan investasi, yakni melalui pengumpulan clan pengolahan data biaya produksi, tingkat produksi, dan harga jual. Data harga-harga (saprodi clan hasil usahatani) serta tingkat upah tenaga kerja diharapkan sudah mencerminkan (mernpertimbangkan) kondisi spesifik setempat, misalnya aksesibilitas pasar, jalan, sumber keuangan/kredit, dan ketersediaan tenaga kerja. Data-data tersebut bersifat dinamis, oleh karena itu perlu ada kegiatan verifikasi, yakni pemutahiran dan validasi data di lapangan setiap periode tertentu. Sumber data untuk analisis usahatani dapat diperoleh dari data sekunder atau data primer hasil wawancara dengan petani yang sudah berpengalaman dalam mengusahakan jenis tanaman tertentu pada tipologi lahan tertentu. Semakin banyak petani yang diwawancarai (responden) untuk mendapatkan data usahatani tersebut secara relatif data yang dihasilkan akan lebih baik. Pada wilayah yang cukup seragam, misalnya pada wilayah sentra produksi suatu tanaman, jumlah responden untuk mendapatkan data usahatani tanaman tersebut dapat lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sebagai bahan pertimbangan jumlah responden pada daerah produksi sekitar 3 -5 orang untuk setiap jenis tanaman pada tipologi lahan yang sama. Sedangkan pada daerah
potensial
pengembangan
jumlah
responden
tersebut
sekitar
6-10
orang/tanaman/tipologi lahan b. Persiapan Peralatan Untuk
memperlancar
proses
penelitian,
diperlukan
beberapa
peralatan
(seperangkat computer, GPS, dan peralatan pendukung lainnya), dan peralatan untuk observasi tanah di lapangan seperti bor tanah (mineral), pisau lapang, Muncell Soil
8
Colour Chart, pH trough, kompas, abney level, altimeter dan loupe. Diperlukan juga form isian untuk pengamatan tanah dilapangan dan petunjuk pengisiannya. c.
Identifikasi lahan Berdasarkan data spasial dan data tabular pendukung yang telah dikumpulkan,
serta hasil interpretasi dan analisis terrain dari citra satelit, peta rupa bumi, peta geologi, dan peta penggunaan lahan, telah disusun peta satuan lahan. Peta satuan lahan tersebut dijadikan peta dasar dalam identifikasi lahan di lapangan. Pengamatan biofisik lahan dan lingkungannya dilakukan secara transek yang mewakili beberapa satuan lahan. Pengamatan sifat morfologi tanah di lapang dilakukan dengan pembuatan profil yang mengacu kepada FAO (1990) dan Soil Survey Division Staff (1993), antara lain kedalaman tanah, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, pH tanah, sementasi (batuan/padas), konsentrasi bahan kasar atau fragmen batuan, dan perakaran tanaman. Pengambilan contoh tanah dilaksanakan pada setiap satuan lahan, diambil dari setiap lapisan berdasarkan horisonisasi dari profil tanah, dan dianalisis di laboratorium. Sifat-sifat tanah yang dianalisis terdiri dari sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Analisis sifat fisika kimia tanah tekstur, kandungan bahan organik (C organik, N total dan C/N), reaksi tanah (pH), kandungan P dan K potensial, P dan K tersedia, retensi P, basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K dan Na), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kejenuhan Al. Jenis dan metode analisis tanah di laboratorium mengacu kepada Penuntun Analisis Kimia Tanah, Air, Tanaman, dan Pupuk (Sulaeman et al., 2005) yang diadopsi dari Burt (2004). Data hasil analisis tanah digunakan untuk memperbaiki klasifiaksi tanah, evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian. d. Evaluasi Kesesuaian Lahan Sebelum melakukan evaluasi kesesuaian lahan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan yang meliputi penyiapan data, penyusunan model evaluasi, penyajian hasil evaluasi lahan. Rangkaian kegiatan ini akan dilaksanakan secara terkomputerisasi. Penyiapan data untuk keperluan evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan program mediator yaitu SDPLE (Soil Data Processing for Land Evaluation). Data-data yang digunakan adalah basis data morfologi tanah, Soil Sample Analysis dan Maping Unit Description. Tahapan penyusunan model evaluasi lahan lahan adalah sebagai berikut :
9
1. Menetapkan tipe penggunaan lahan atau LUT (Land Use Type) 2. Menentukan persyaratan tumbuh tanaman atau LUT (Land Use Requirement) untuk setiap LUT 3. Memilih karakteristik lahan atau LC (Land Characteristic ) setiap LUR untuk masing-masing LUT 4. Menyusun pohon keputusan atau DT (Decision Tree) Evaluasi lahan dilakukan dengan bantuan program ALES (Automated Land Evaluation System). Terdapat dua cara dalam menyiapkan data untuk evaluasi lahan dalam ALES, yaitu data dientry secara manual dalam program ALES dan data dientry dengan bantuan pengolahan data (MS Excel). Penyajian hasil evaluasi lahan dalam wujud spasial atau peta dilakukan dengan cara mengimport data tabulasi ke dalam format GIS (Geografical Information System). Penyajian peta kesesuaian lahan dapat dibuat berdasarkan jenis komoditas pertanian dengan menggunakan program Arc View. e.
Verifikasi Lapangan Hasil penilaian evaluasi lahan baik berupa data tabular maupun peta kesesuaian
lahan masing-masing komoditas, perlu diverifikasi dan validasi di lapangan. Verifikasi data sangat diperlukan, baik berupa data bio fisik lingkungan maupun data iklim. Parameter-parameter tanah yang menjadi faktor pembatas dalam evaluasi lahan perlu diperhatikan seperti kondisi terrain (lereng, torehan, keadaan batuan di permukaan dan kemungkinan bahaya banjir); media perakaran (kedalaman efektif, tekstur, drainase, struktur tanah, density dan kemasakan tanah), dan beberapa sifat fisik tanah yaitu reaksi tanah, adanya bahaya sulfidik, dan kandungan bahan organic. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara data yang ada dengan kenyataan di lapangan, maka data tersebut perlu dilakukan perbaikan. f. Konsultasi dengan Instansi terkait Konsultasi atau diskusi dengan instansi terkai di daerah sangat diperlukan agar diperoleh masukan untuk menjaga keselarasan pewilayahan komoditas yang disusun dengn kebijakan yang ada di daerah. Aspek-aspek lain dalam pewilayahan komoditas, diantaranya aspek sosial, budaya, kelembagaan, dan peraturan masing-masing daerah setempaa perlu dikonsultasikan agar dapat diaomodir dalam penyusunan peta pewilayahan komoditas ini.
10
g. Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Untuk menyusun peta pewilayahan komoditas diperlukan Modul Pewilayahan Komoditas Komoditas (MPK). Modul tersebut memerlukan tiga jenis data utama yaitu : (1) data hasil evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, dan (3) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Data-data tersebut diperlukan untuk memperoleh pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai secara fisik dan layak dikembangkan secara ekonomi. Hasil penyusunan peta pewilayahan komoditas disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah laporannya. IV.
ANALISIS RESIKO 4.1. Daftar Resiko Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi
berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya seperti tabel berikut. Tabel 1. Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian penyusunan peta arahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2013 No. 1.
2. 3. 4.
Risiko
Penyebab
Dampak
Dokumentasi kegiatan Pelaksanaan kegiatan Keterlambatan dalam sebelumnya tidak sebagian besar dilakukan penyusunan dokumen lengkap peneliti diluar BPTP awal dan pelaksanaan kegiatan Data potensi daerah Database belum tersusun Gambaran umum tidak tersedia karena daerah pemekaran wilayah tidak dapat ditampilkan secara detail Alat dan bahan Kegiatan sejenis umumnya Kegiatan baru dapat pengkajian tidak dilakukan BBSDLP dilaksanakan setelah ada tersedia supervise dari BBSDLP Peta dasar, peta Database belum tersusun Keterlambatan dan tematik, dan peta dan belum pernah pelaksanaan kegiatan pendukung tidak dilakukan pemetaan tersedia
11
Tabel 2. Risiko, penyebab, dan Penanganannya dlam pelaksanaan pengkajian penyusunan peta arahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2013 No. 1.
2. 3.
4.
Risiko
Penyebab
Penanganan risiko
Dokumentasi kegiatan Pelaksanaan kegiatan Koordinasi dengan sebelumnya tidak sebagian besar dilakukan peneliti pelaksana tahun lengkap peneliti diluar BPTP sebelumnya dan BSDLP serta Balitklimat Data potensi daerah Database belum tersusun Kolektif data dari tidak tersedia karena daerah pemekaran kabupaten induk dan provinsi Alat dan bahan Kegiatan sejenis umumnya Melakukan pengumpulan pengkajian tidak dilakukan BBSDLP data yang dapat tersedia dikerjakan tanpa supervise BBSDLP Peta dasar, peta Database belum tersusun Koordinasi dengan pihak tematik, dan peta dan belum pernah terkait kepemilikan peta pendukung tidak dilakukan pemetaan pendukung yang tersedia dibutuhkan
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA 5.1. Tenaga yang terlibat No.
Nama/NIP
Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Peneliti Pertama/ Sosek Pertanian
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
Alokasi Waktu (jam)
Penanggun g Jawab
Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengkajian Menyusun, merencanakan operasional kegiatan dan mempresentasikan Mengkoordinir anggota tim Menyusun laporan Melaksanakan koordinasi dan konsultasi kebijakan di luar propinsi Membantu pelaksanaan pengkajian Membantu menyusun laporan Membantu pelaksanaan pengkajian Membantu menyusun laporan
20
1.
Hamdan, SP.M.Si 19770621 200212 1 001
2.
Agus Darmadi, SP 19710805 199803 1 002
Peneliti Umum/ Agronomi
Anggota
3.
Irma Calista, A.Md, ST. 19810716200501200 2
Peneliti Pertama/ Analis
Anggota
4.
Bahagia, A.Md
Teknisi/ Peternakan
anggota
5.
Suardi
Teknisi/Ad ministrasi
anggota
12
Membantu pelaksanaan pengkajian Membantu menyusun laporan Membantu pelaksanaan pengkajian
15
15
15
10
5.2. Jangka Waktu Kegiatan Jadwal Palang Pelaksanaan :
NO
5.
Persiapan awal: a. RPTP, seminar, juknis dll. b. Desk study Persiapan kegiatan lapangan : a. Penyiapan peralatan b. Penyiapan peta dasar dan peta analisis Kegiatan lapangan: a. Pengumpulan data tanah b. Pengumpulan data iklim c. Pengumpulan data pertanian, dll.) Analisis data dan penyusunan peta: a. Analisis sampel tanah b. Penyusunan peta evaluasi lahan (peta satuan tanah) c. Penyusunan peta pewilayahan komoditas, dll. Sosialisasi hasil/ekspose
6.
Pelaporan
1. 2.
3.
4.
BULAN
URAIAN KEGIATAN 1
2
3
X X
X X
X X X X
4
5
6
X X X
X X X
7
8
9
10 11 12
X X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X X
X X
13
X
5.3. Pembiayaan No
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Komponen Biaya
Volume
Satuan Ukur
1 1.
2 Gaji/Upah: - Upah operasional tenaga pembantu survei Bahan: - ATK - Bahan kartografi peta - Bahan pendukung - Komputer suplai Perjalanan: - Persiapan dan desk study - Pengumpulan data dan survei lapang - Konsultasi - Narasumber - Sosialisasi Lain-lain: - Dokumentasi, penggandaan, jilid, porto dll. - Analisis data dan penyusunan peta - Pengambilan dan analisis tanah - Sewa kendaraan - Sewa alat survei - Penyusunan laporan
3
4
28
OH
1 1 1 1
2.
3.
4.
Biaya Satuan Ukur 5
Jumlah
Keterangan
6=3x5
7
40.000
1.120.000
Paket Paket Paket Paket
600.000 4.000.000 1.500.000 600.000
600.000 3.380.000 1.500.000 600.000
20 150 4 2 1
OH OH Kali Kali Kali
300.000 300.000 2.400.000 2.400.000 5.000.000
6.000.000 40.500.000 9.600.000 4.800.000 5.000.000
1 1 80 14 14 1
Paket Paket Sampel Hari Hari Paket
2.000.000 10.000.000 100.000 250.000 100.000 2.000.000
2.000.000 10.000.000 8.000.000 3.500.000 1.400.000 2.000.000
Total Biaya Keluaran
100.000.000
14
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2002. Petunjuk Teknis Penyusunan Pewilayahan Komditas Pertanian Berdasakan Zona Agroekologi (ZAE) Skala 1:50.000 (Model 1). Balai Penelitian Tanah. 2002. Penyusunan Peta Satuan Evaluasi Lahan Untuk Pewilayahan Komoditas Pertanian Skala 1:50.000 Melalui Analisis Terrain (Model 2). Buurman, P., and T. Balsem 1990. Land unit classification for the reconnaissance soil survey of Sumatra. TR No. 3, Version 2.1. LREP Project. Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor. CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance land resource surveys 1: 250.000 scale Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4, Version 1. CSRlFAO, Bogor. Dent, F.J., Desaunettes, J.R, and J.P. Malingreau. 1977. Detailed reconnaissance land resources surveys Cimanuk Watershed area (West Java). AGL/T'F/INS/44. Working paper No. 14. FAO/SRI, Bogor. Desaunettes, J. R 1977. Catalogue of landform fro Indonesia. Example of physiographic approach to land evaluation for agricultural development. AGL/TF/INS/44. Working paper No. 14. SRI/FAO. Bogor. Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagyo, Anny Mulyani, dan N. Suharta. 2000. Kriteria kesesuaian lahan versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Environmental Systems Research Institute, Inc. 1996. Arc View GIS. FAO. 1977. Guidelines for soil profile description. FAO Soil Bulletin 73. Rome. Goosen, D. 1967. Aerial photo interpretation in soil survey. FAO Soil Bulletin No.6. Rome. Kips, A.. Djaenudin, and Nata Suharta. 1981. The land unit approach to land resources surveys for land use planning with particular reference to the Sekampung watershed, Lampung Province, Sumatra., Indonesia. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 11. Centre for Soil Research, Bogor. Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof dan ER. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landform LT 5 Versi 3.0. Proyek LREP II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Marwan H., D. Djaenudin, Subagyo H., S. Hardjowigeno, dan E.R. Jordens. 2000. Petunjuk Teknis Pengoperasian Program Sistem Otomatisasi Penilaian Lahan (Automized Land Evaluation System/ALES) Versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Muljadi, D., and F.J. Dent. 1979. Evaluation of Indonesian soil and land resources. Indonesian Agricultural Research and Development Journal. No. 1-2: 21-23. Rossiter, D.G. and A.R. Van Wambeke. 1997. ALES Version 4.65 User’s Manual. Cornell University. Dept. of Soil, Crop & Atmospheric Sciences. Ithaca, NY USA. Soil Survey Staff, 1998. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. Eighth Edition, 1998.
15
Van Zuidam, R. 1986. Air photo-interpretation for terrain analysis and geomorphologic mapping. Smits Publ. The Hague, The Netherlands.
16