KOMODI FII(ASI RUANG PRIVAT DALAM ACARA INFOTAINMENT
Yoseph Andreas Gual Dosen
luiusan Komunikasi
Fakuftas
llitu
Sosial dan
tlmu Politik Univercitas KatotikWidyo Mondiro Kupang.
AESTRACT
pubtic spacO'btiinq contamlnoted by the'celebrities privite live exposing cquse of comodifications by medio trough,infotoinment progrom. This thing happen motivated from a drive ta seek profits by the
capitalists. Despite of it, infotainment olso represont various values that could be learned life improvement. wards: private spqce, public space, celebrity, infatainment, representation.
Realitas kehidupan sosial
memberitakan hal-hal privat bagi publik dan bukan masalah publik bagi kepentingan publik (Compton, 2009). Penayangan infotainment secara periodik dan rnassal oleh sentua stasiun televisi merupakan proses persuasif media
selalu
kan ruang privat dan ruang publik. privat merupakan tempat yang hanya diakses dan dimasuki segelintir orang. n . ruang publik merupakan ternpat
terhadap agenda khalayak. Sadar atau tidak,
televisi sudah dan sedang menciptakan
dan atau abstrak) di mana semua orang
mengakses, mernasuki
kebutuhan semu bagi publik. Publik merasa acara infotainment penting bagi kehidupan mereka. Publik merasa penting mengikuti pernikahan Rafi Ahmad dan Nagita Slavina, isu perceraian Nassar KDI dan Musdalifah, kisah lampau Cita Citata dan hubungan mesranya
dan
kann;ra.
Namun sejalan dengan berjalannya pembedaan antara ruang privat dan publik menjadi kabur, Garis demarkasi kedua ruang menjadi abu-abu. lsu privat
dibicarakan di ruang privat malah diangkat
bersama lvan Gunawan.
ruang publik dan dikonsumsi publik. a isu publik sering dibahas di ruang dan hanya dikonsumsi oleh segelintir
Pada titil< ini, televisi melalui program
infotainment sedang mengkomodifikasikan ruang privat para artis untuk dijual kepada publik. Para selebriti rnenghibur publik deagan rnenyembunyikan icientitas pribadi mereka. Karena itu, icientitas para selebriti merupakan "misteri" bagi publik. Media mempergunakan keingintahuan publik
acara
Fenomena di atas terjadi dalam ian hidup. Dulu persoalan riimah tangga
kan topik pernbicaraan. segelintir orang nElng privat atau secara sembunyi-sembunyi"
masalah rumah tangga mulai dari
n dapur hingga kamar tidur,
for
terhadap identitas para selebriti sebagai salah satu sarana rnelipatkangandakan modal dan keuntungan. Media menjadikan ruang privat para selebriti (identitas dan aktivitas) mereka sebagai komoditas yang memiliki nilai jual kepada publik. Hal ini sejalan dengan apa vang dikemukakan oleh Lafebvre (Ritzer&Goodman,
dari
nan suami hingga cara istri merayu, dari
n, perselingkuhan hingga perceraian hal tabu untuk dibicarakan di depan dan dikonsumsi publik.
Program acara infotainrnent di televisi kan salah satu contoh dari realitas ini, menandaskan bahwa infotainment
20L1,: 213) bahwa ruang dapat memainkan
berbagai peran dalam dunia sosioekonomi. Ruang dapat menjadi komoditas luas yang 612
Yoseph Andreas Gual
dikonsumsi atau dikonsumsi secara produktif
yang dapat dimasuki oleh semua orang untuk
untuk
mendiskusikan secara rasional masalah-masalah
menghasilkan keuntungan lain. Pencaharian lokasi dan pasar baru untuk melipatgandakan keuntungan dan kapital
kemasyarakatan terutama tujuan masyarakat itu sendiri. Tujuan dibentuknya ruang publik ini adalah untuk melawan para penguasa, tuan
,
membuat kaum kapitalis bertindak kreatif.
tanah dan gereja yang pada waktu
memonopoli mimbar, filsafat, sastra dan seni
Ruang Privat dan Ruang Publik
(Habermans, 2007: 55).
Pemerintahan Romawi dan Yunani kuno
membedakan secara jelas dan tegas antara ruang privat dan ruang publik. Wilayah privat adalah ruang di mana seseorang menjalankan aktivitas pribadi sehari-hari sehubungan dengan
kegiatan reproduksl, seksual,
Sejarah ruang publik dari ruang privat para borjuis ini berawal dari perubahan arsitektur rumah para kaum terhormat Eropa pada abad ke-17. Hal ini, seperti yang terlukis dari gambaran W. H" Rieht (Habermans, 7OO7:
makan,
perlindungan, membesarkan anak-anak dan menjaga keseimbangan rumah tangga. Ruang
68) berikut:
Di dalam hunian privat modern kotakota besar, semua ruangan yang dulunya digr-rnakan untuk melayani 'seluruh rumah' dibatasi sampai ke titik ekstrem: ruang depan
privat ini lebih identik dengan peran perempuan di mana aspek emosional dalam relasi lebih dominan. Sedangkan ruang pubtik berhubungan dengan laki-laki di mana isu-isu politik dibicarakan dan didiskusikan secara rasional. Pada titik ini terlihat pembedaan antara budaya maskulin yang lebih difokuskan pada masalah-masalah potitik yang bersifat serius dan budaya feminim yang berhubungan
dengan isu-isu remeh dalam
itu
yang luas dipersempit menjadi sebuah jalan masuk yang kecil; selain keluarga dan pelayan, hanya pembantu rumah dan juru masak saja yang sibuk keluar masuk dapur yang suciah diprofankan; terlebih lagi halaman rumah.... sering kali hanya merupakan sudui rumah yang
diperkecil, iembab dan bau.... Jika kita mengamati interior rumah, maka yang ditemukan hanyalah 'ruang keiuarga,' di mana
lingkungan
domestik (McKee, 2005: 34-37).
Dari penelusuran Habermans, sebelum abad ke tujuh belas garis demarkasi antara
ruang komunal bagi suami, istri, anak-anak dan
para liembantu rurnah tangga sebelumnya semakin diperkecil atau bahkan hampir" hitang seluruhnya. 5ebaliknya, ruang-ruang istimewa bagi anggoia keluarga individual diperbanyak jumlahnya, diperlengkapi dengan perabotanperabotan khusus. Ruang untuk menyendiri bagi anggota keluarga bahkan di dalam
ruang privat dan ruang publik ini menjadi kabur
ketika pemerintahan monarki dan kekuasaan
gereja mengontrol semua aspek hidup masyarakat. Raja dan kaum rohaniwan mengatasnamakan Tuhan di dunia ialu mengatur seluruh aspek hidup masyarakat (McKee, 2005: 34). Sebaliknya berdasarkan hasil
tanda utama
lacakan sejarah, Habermans menandaskan bahwa ruang publik muncul dalam sebuah tahap perkembangan masyarakat borjuis di Eropa. Ruang publik sebenarnya merupakan
rumahnya sendiri adalah
ruang privat para borjuis yang mereka ciptakan
menjadi ruang privat. Sebagian ruangan-
dalam bentuk klub sastra, kedai kopi, dan salon
ruangan itu dibuat menjadi saion yang berfungsi
perbedaan ini.
Ruangan-ruangan besar yang biasanya diperuntukan bagi banyak orang dipersempit
613
KOMODIFI KASI RUANG PRIVAT DALAM ACARA IN FOTAI
sudah ada surat kabar yang memasukan masalah-masalah privat dalam pemberitaan
melayani '.masyarakat4 yakni kaum borjuis [ain. Di salon inilah tempat terjadinya pertemuan
I [ *, borjuis yakni:para seniman, politikus dan berbagai. hal i adstokrat untuk mendi5kusikan' I dahm konteks strata sosial yang setara. Pada II *ran ini muncul dua hat mendasar mengenai J
mereka seperti mengenai seks, gosip, masalahmasalah sepele dan kekerasan {pasqua,Jr, dkk,
1990: 15). Sedangkan menurut Hartley, di Prancis pada abad ke delapan belas, gosip
fonsep ruang privat dan ruang publik. Pertama, Ganr pemisah antara ruang'privat dan ruaRg rrblik terjadi mulai dari rumah. Kedua, ruang *Ot'O berasal dari ruang privat para borjuis. Hal
seksual dan sindiran menjadi salah satu senjata untuk menjatuhkan lawan politik (McKee, 2005:
I I [ I iri senada dengan apa yang dipaparkan Hanada I unrn ruang publik yang diungkaPkan I rrrturrnrns di Eropa pada abad ke ketuiuh belas terbentuk I =ra dimulainya proses modernisasi I otett tiga ruang yang berbeda yakni ruang dalam ] *ra burjois yang berintelek (ruang privat), J *nt istana-masyarakat aristokrat serta ruang I tota yang kemudian menjadi pasar tempat
38).
Infotainment d[ tndonesia
Format program acara infotainment sebenarnya merupakan serapan dari gaya tabloid yang berisi saft news seputar gaya hidup, gosip, seks, skandal, bencana dan
selebriti yang sudah ada sejdk
abad
pertengahan (Hartley, 2010: 121). lnfotainment
itu sendiri menurut
Thussu adalah gaya
jurnalisme televisi Amerika Serikat
J nnasyarat
yang
mengangkat isu-isu privat dalam bentuk sofi news tentang selebriti, kriminalitas, korupsi dan
I g*Ut tidak hanya merujuk pada bentuk fisik I o*, juga pada suatu konsep yang lebih luas I *' tempat di mana orang bisa saling I mengemukakan pendapat walau tidak bertemu I mrfa secara langsung. Pada tataran ini yang I &naksud adalah media. Pertumbuhan :ruang privat dan ruang I I gtfit yang saling tumpang tindih ini berbagai aspek kehidupan J terimnfif
kekerasan dengan menyajikannya sebagai suatu tontonan yang pada akhirnya mengorbankan
berita tentang masaiah politik, sipil dan publik (Compton, 2009i. Cikal bakal infotainment muncul sekitar
tahun 1968 dengan munculnya
program
majalah berita mingguan yang disiarkan prime_
time yakni program acara 60 minute..lsinya adalah percampuran antara pelaporan budaya,
laporan penyelidikan dan kisah-kisah humon interest {Danesi, 2010: 172). Di akhir 19g0_an
muncul infotainment pertama
dengan
diproduksinya prograrn acara ,.Unsolve,J Mysteries" oleh I.JBC {Surette & Otto, 2002}. Pada tahun 1991", Cf.lN mengirim wartawannya,
Peter Arnett ke irak unturk melaporkan perang Teluk yang isinya tidak sekedar inforrnasi tetapi
juga dibumbui hiburan dan' 'drama realitas, karena acara iersebut dilaporkan seperti acara petualangan sekaiigus merekayasa tokoh fiksi
untuk membuat orogram itr.l lebih menarik 614
l
NMINT
Yoseph Andreas Gual
(Danesi, 2A10:t72],. Sejak itu, infotainment menyebar ke, seluruh dunia termasuk ke
stasiun televisi sangat tergantung pada aspek ekonomi. lmplikasi lanjut dari determinasi ekonomi ini adalah media menciptakan berb'agai strategi termasuk memproduksi berbagai program acara yang mampu mengembalikan modal, mampu mempertahankan bisnis sekaligus mendatangkan keuntungan- Satah satu program acara yang mampu memberi income tersebut adalah infotainment.
lndonesia.
lnfotainment muncul pertama
di
lndonesia sejak diproduksinya program acara "Boletin 5inetron" oleh rumah produksi PT Bintang Advis Multimedia pada tahun 1994
yang ditayangkan di Rfil. "Buletin Sinetron" diproduksi untuk mendukung festival sinetron pada masa itu sekaligus memberi ruang kepada para artis untuk mengemukakan pendapat mereka (lrianto, 2008: 55). Setahun kemudian, rumah produksi Shandika Widya Cinema memproduksi {'Kabar-Kabari" yang juga
Lalu
perspektif ekonomi politik komunikasi khususnya aspek komodifikasi? Menurut Mosc0, commodification ,s the pracess of transforming use values into exchqnge values {2010: 1291. Dengan kata lain, komodifikasi adalah upaya untuk mengubah segala sesuatu baik bentuk fisik maupun nonfisik menjadi komoditi yang'memiliki nilai jual.
Mosco mengidentifikasi Iima bentuk komodifikasi media yakni isi, audiens, pekerja, imanen dan eksternal. Komodifikasi isi adalah
lndonesia
berjumlah tiga puluh enam buah dengan 210 episode per minggu dan 15 jam per hari dari subuh hingga tengah malam (lrianto, 2008). Hal ini, bisa menggambarkan bahwa program acara
upaya media untuk memformat, mengolah dan
memproduksi isi media sedemikian rupa agar laku-diterima publik. Strategi yang dibuat adalah memproduksi acara-acara hiburan yang berbiaya rendah tetapi memiliki daya tarik yang besar. lnfotainment merupakan anak kandung dari konsep ini. Dengan konsep tebloid, berita seputar isu-isu privat kehidupan para artis mulai dari pacaran, pertunangan, pernikahan,
infotainment memiliki kemenarikan tersendiri bagi stasiun televisi dan penonton.
lnfotainment: Komodifikasi Ruang
Privat
dalam Ruang Publik
Sebagai sebuah institusi
bisnis,
pendirian sebuah stasiun televisi membutuhkan
biaya yang sangat besar. Pendirian
perselingkuhan, perceraian, kehamllan, kelahiran, ulang tahun, kematian, sengketa, promisi usaha, narkoba, gaya hidup, seks, konflik dan hal-hal sepele lainnya digarap,
dan
pengoperasian awal Global TV mernbutuhkan dana sebesar Rp 500 milyar, modal dasar Metro
TV Rp 200 milyar, Trans TV
menjelaskan
merebaknya realitas infotainment yang mewakili isu privat (aktivitas selebriti) di ruang publik (televisi) bagi kehidupan publik dari
ditayangkan di RCTI- Sejak itu, semua stasiun televisi swasta lain di lndonesia berlombalomba bersaing mempi'oduksi program acara lnfotainment. Setahun kemudian, tahun 1997, kembali PT Bintang Advis Multimedia memproduksi program acara infotainment baru bagi RCTI yang diberi nama "Cek & Ricek." Pada periode Januari-Agustus 2007, program acara infotainment yang ditayangkan
oleh sepuluh stasiun televisi di
bagaimana
membutuhkan
diproduksi dan ditayangkan bagi publik. lsu-isu
investasi dana sebesar 500 miliar dari berdiri hingga L8 bulan beroperasi (Sudibyo, 2004: 55). Karena itu, untuk mampu survive, sebuah
ini ternyata sangat menarik dan diterima baik oleh penonton. Hal ini terbukti de*gan jam
615
KOMODIFIKASI RUANG PRIVAT DALAM ACARA INFOTAINMENT
Eyang infotainment yang selafu berada pada
mendongkrak nilai jual konten media. Dalam program acara infotainment, cara pertama
yang sangat banyak dari dini.hari,hingga tengah.malil ,
terjadi 'ketika stasiun televisi memproduksi sendiri program acara infotainment dengan
lchrensi
rlai
penayangan.
Teknik lain untuk
alasan lebih murah dan menekan bia,ya produksi
memPerkaya
(friaht6: 2O08I. Sedangkan cara kedua terfihat dari.pola'rekrutmen presenter yang cEhderung dari ' kdlangan para artis- Cira ' ini dilakukan untUk' 'menandaskan bahwa program acara terSebut berkelas sehingga layak ditonton. ' Komodifikasi [manen adafah proses reprOduksi komoditas awal menjadi komoditas baru dengan asosiasl-asosiasi baru. Dalam infotaininent hal ini dapdt ditemukan dalam bentuk pqrluasan isi infotainment ke media ceiak. Misalnya, program acara infotainnient bermetamorforsis menjadi tabloid Cek&Ricek. Sedangkan komodifikasi eksternal adalah
hmodifikasi isi infotainment adatah dengan:, berbagai isu di lqar,kehidupan para
namun meminta tanggapan.para artis ata$
tersebut yang sebenarnya tidak i kapabilitas untuk membahasnya di dan bagi publik. tsu po{itik, bencana, sosial, olah raga, fenomena alam dan adalah sebagian contoh dari teknik ini.
Untuk mendukung komodifikasi isi, juga menyediakan .ber:bagai atribut Iain kuis berhadiah dengan pertanyaann yang jawabannya sangat mudah n isu yang barusan ditayangkan. saran dan kritik yang dibuka bagi pun merupakan salah satu teknik dikembangkan media agar menarik minat untuk terlibat dalam program acara ini. Komodifikasi audiens adalah efek lanjut komodifikasi isi. Dengan berbagai upaya dilakukan media untuk menarik banyak n sehingga ratting infotainment tinggi,
bagaimana media memperluas daya jangkauannya tidak hanya bidang media melainkan bidang-bidang lain di luar media. Pola ini, misalnya, saat bencana program acara ini berupaya terlibat mengumpulkan bantuan.
Cara ini sebenarnya bagian dari
Dari gambaran pola komodifikasi yang ditampakan dalam program acara infotainment di atas, terlihat jelas bagaimana m€dia berupaya dengan berbagai cara untuk
sebenarnya bertujuan menarik para para
barang dan jasa agar mengiklankan mereka pada pr:ogram acara ini. Di sini,
mendapatkan keuntungan maksimal dari
"menjual" penonton kepada para n. Tanpa sadar, penonton sedang rja" untuk media ketika mereka dengan
program acara yang diproduksinya. lni sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mosco
(2010: 241 bahwa ekonoml politik yang dilakukan oleh media adalah upaya membangun relasi sosial, khususnya relasi
menonton infotainment.
Menurut Mosco, dalam komodifikasi pekerja dilihat sebagai komoditas an sehingga mereka dituntut dengan
i peraturan agar mampu
yang
upaya
mensosialisasikan diri bagi publik.
itu pada proses produksi, distribusi maupun konsumsi dalam komunikasi. Sekali lagi relasi tersebut dimaksudkan untuk mengakumulasi keuntungan semaksimal mungkin.
kekuasaan di balbagai lini baik
menghasilkan
menguntungkan. Komoditas
ini terjadi dalam dua cara yakni dengan
-mengontrol fleksibilitas para pekerja memasarkan realitas diri pekerja agar 616
Yoseph Andreas Gual
Representasi
Acara
Lalu sekarang bagaimana dengan program acara infotainment? Apa yang
gagasan
sebenarnya sedang dibawa oleh program acara tersebut bagi khalayak? Jika diperhatikan secara
dalam Program
lnfotainment
Fiske rnengemukakan
mengenai televisi sebagai komoditas kultural dengan mengatakan bahwa ,sebuah program acara televisi padar, level ekonomi - finansial adalah pr"oduk,yang memiliki harga dan dijual kepada khalayak (Burton, 2000: 24). Namun
pada level budaya khalayak
saksama akan ditemukan, program acara ini hanya bisa dimasuki oleh segelentir orang yang
melabeli atau dilabeli
diri sebagai selebriti.
Tidak semua orang dapat masuk dalam program
mengubah
level
acara tersebut jika ia bukan terrnasuk dalam kelompok/golongan selebriti. Tidak semua selebriti bisa masuk (Ada begitu banyak selebriti namun tidak semua selebriti tarnpii dalam acara infotainrnent). lni berarti ada trik atau deal tertentu agar bisa tampil dalam program acara infotainment. Pada tataran ini dapat dimaknai bahwa tidak selamanya ruang publik dapat dimasuki oleh semua orang. Ruang publik bisa
komoditas ekonomi-finansial. Sedangkan bagian
dimanipulasi dan digunakan oleh segelintir
ini mencoba memahami infotainment
orang demi pemenuhan
komoditas material program acara televisi
menjadi komoditas budaYa
dengan
memutuskan sendiri apa makna program, apa yang mereka nikmati, apa yang mereka inginkan dari program acara dan bagaimana mereka akan membicarakan prograrn acara tersebut. Bila mengiktrti terminologi Fiske inimaka bagian
terdahulu dari tulisan
ini,
mewakili
sebagai
komoditas budaya. Dengan kata lain, melihat apa yang sebenarnya direpresentasi o[eh program acara infotainment. Menurut Burton, secara luas istilah
kepentingannya
dengan cara menjadikan isu yang diangkat seakan-akan merupakan isu bersama yang layak
untuk diikuti dan dicermati. Proses hegemoni terjadi di sini, Kelas berkuasa melakukan
representasi terarah pada penggambaran kelompok-keiompok dan institusi sosial {2OOO:41-42). Penggambaran itu t:dak hanya
hegemoni atas kelas bawah agar nilai-nilai yang dianuti mereka diterima oleh kalangan bawah.
Tujuannya agar kelas bawah' terbius - tidak memberontak. Selanjutnya kelas bawah hidup dalam bayang - bayang permintaan yang tiada
berhubungan dengan tampilan fisik (appearance) dan deskripsi melainkan iuga terkait dengan makna atau nilai di balik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi
putus akan program acara serupa. Kelas penguasa di sini tidak lain adalah orang atau
semacam pakaian tebal yang menutupi mak;ta
sesungguhnya di balik tampilan Yang dipertontonkan tersebut. Jika televisi dilihat dalam karangka ini maka televisi merupakan media visual yang menampilkan berbagai
kelompok yang berada di belakang program acara infotainment sedangkan kelas bawah adalah masyarakat luas yang terus mencicipi program acara ini. Menurut Morley, preferensi perempuan
macam ikon, gambar orang dan kelompok yang
dalam menonton program acara televisi adalah
kelihatan hidup, walaupun ikon atau tersebut sebenarnya adalah hanyalah konstruk atau bangunan elektronis. Dengan menyaksikan berbagai ikon dan gambar tersebut, khalayak melakukan proses pemaknaan terhadapnya
drarna dan fiksi sedangkan laki-laki lebih pada berita dan olah raga (Barker, 201L: 294). Secara
gambar
rinci, Santosa (20L0: 54) dan lrianto (2008: 62)
menemukan mayoritas penonton prograrn
aeara lnfotainment adalah ibu-ibu rumah
berdasarkan budaya yang dianutinya.
u.t/
KOMODIFIKASI RUANG PRIVAT DALAM ACARA INFOTAINMENT
privat dalam ruang pub{ik sebagai representasi dari upaya perempuan keluar dari budaya patriarki (McKee, 2005: 46-48). Menurutnya, ada empat hal penting yang bisa membantu
dan pembantu rumah tangga. Dengan dapat dikatakan,bahwa. infotainment
kaum ,perernpuan yang
toPik
aannya seput,a.r.rhat'remeh tErneh, isu
k, isu
skandal,
dan
,
perempuan keluar dari kungkungan budaya patriarki di balik fenomena munculnya isu-isu
sensualitas.
inment n
merepregen-t-asikan , reafitas lndonesia yang,.maslh menikmati
privat di ruang publik
bahwa wacana perbincangan dan pofa peruhahan ngerumpi mengalami per.ubahan yang sangat
Santosa
juga
f:z-
menemukan bahwa
nment mendorong publik
didiskusikan oleh semua orang.
untuk
Kedua, isu domestik seperti hubungan
n aktivitas menonton tefevisi sebagai sehari-hari yang berimplikasi pada nya penjadwalan kembali kegiatan {displacement effect), penonton kecanduan (addicted situation), dalam dunia seolah-olah {hiper'
orcrg tua (ayah)-anak, pekerjaan rumah dan seksualitas bukanlah hal sepele untuk dibicarakan. Hal*hal tersebut pentinB untuk didiskusikan di ruang publik agar semua orang mengenal, memahami dan turut terlibat di dalamnya. Misalnya,' relasi antara ayah dan
disintegrasi sosial dalam keluarga dan
ntasinya penonton
Pertama, banyak kali
perempuan mengalami perlakuan tidak adil dalam ruang prlvat. Kekerasan dalam rumah tangga kadangkala ditanggung sendiri oleh perernpuan tanpa ada solusi. Membawa masalah privat ke ruang publik membantu orang'berpikir bahwa masalah domestik juga merupakan masalah bersarna yang harus
domestiknya. Darnpak laniutnva dapat dari hasil penelitian Santosa yang
akibat tayangan infotainment (zOfo:
ini.
anak sangat penting dibicarakan sebab anak juga membutuhkan hubungan afeksi dengan
berdasarkan
tontonan.
Sebagian ahli berpendapat bahwa infotainment mewakili sekelompok yang berupaya merusak tatanan hidup
ayahnya bukan hanya dengan ibu.
Ketiga, sebagian perempuan
ingin
terlibat dalam isu politik di ruang publik namun
, 20L0: 72fl,. Dengan kata lain,
mereka masih terkendala oleh pemilahan antara wilayah [<erja perempuan (domestik] dan wilayah laki-laki (politik di ruang publiki. Akibatnya di 'satu sisi mereka ingin
inment sebenarnya merepresentasi kelas
meninggalkan kungkungan gender namun di sisi
sipil, sebab hak-hak warga negara diskursus rasional (politik) telah digantikan masalah-masalah pribadi yang remeh
lain mereka masih
dan bukan mayoritas kelomPok akat. Kecemasan lain dikemukakan
diharapkan untuk melaksanakan semua kegiatan domestik. Dengan nnengangkat isu ini ke ruang pubtik diharapkan ada solusi yang tepat bagi
bahwa secara tak sadar televisi telah seluruh pola diskursus publik
nakan pola hiburan termasuk yang gan dengan masalah-masalah serius pendidikan, agama dan politik
perempuan untuk berkarya. Keempaf, isu-isu privat diangkat ke ruang publik sebenarnya
ingin mendorong pemerintah agar
melakukan intervensi politis dalam ruang privat dengan rnenetapkah hukum dalam perkawinan.
dan Foss, 2009: 648).
Squires yang merupakan
bisa
seorang
Misalnya,
sebaliknya membaca fenomena isu 51"8
bila seorang
peremBuan telah
a Yoseph Andreas Gual
menikah dengan seorang pria maka perempuan
tersebutr seharusnya terbebas
nemarff
dari
dibangun pun berkonotasi hegemonis kepentingan media terpenuhi.
praktek
dan perbudakan suaminya.
,
Pada level budaya,
Prggram. acara infotainment .pada fevel ekonomi 'sebenarnya merupakan salah . satu strategi , . :dari ,,'pihak . pemilik modal untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin dengan car:a' membius publik lewat ruang-ruang privat,para sefebriti. Pada fevef fni media menggunakan berrbagai sumber daya yang dimilikinya sehingga ia rnampu mendapatkan keuntungan, di level produksi, distribusi dan konsumsi. Jej;,'ing dan relasi sosial yang
in sebenarnya merepresentasikan realitas yang ada ,dalam masyarakat wala
tersebut buk'dn hal sebenarnya, istilah Bourdieu sebagai hiper realitas.
.
.
demikian; publik dapat belajar sesuatu minus tayangirn infotainment baik bagi
maupun kelompok. pada tataran irj
diharapkan adalah kecerdasan infofainment'agar kritis mengurai balik gambar dan suara yang ditayang pada akhirnya dapat menghentikan kecanduan dari program acara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, chris.2011. cultural studie: Teori dan praktek. yogyakarta: Kreasi wacana. Burton, Graeme' 200o. Membincangkan Televisi, Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi. yogyakarta: Danesi, Marcel. 20L0. Pengantar Memahami Semiotika tlediai. Vogyakarta,'talasutra.
Habermas, Jurgen- 2007' Ruang Publik: Sebuah Kajian tentang Kategori Masyarakat Borjuis. yogyakarta: Wacana.
Hartley, Jhon. 2010. Communication, Cultural and Media Studies-Konsep Kunci. yogyakarta: Jalasutra. Junaedi, Fajar, dkk. 2005. (omodifikasi datam Media. p"n"riit McKee, Alan. 2005. The Public Sphere: An lntroduction. UK: Cambridge University press. Mosco, Vincent. 2010. The Political Economy of Communication Second ECition. London; Sage. Pasqua, Jr, dkk, 1990. Mass Media in the lnfor:mation Age. usA: pretice Hall, Englewood cliffs. Ritzer. George & Goodman, J. Douglas. 2011. Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam. Jakarta: prenada
i"u"i;;ilr;; u;';;il;;;;r;.
Group. Santosa, Pudjo Hedi. 2010' Menelisik Liku-liku lnfotainment di Media Televisi. yogyakartd: Gapai Asa Media Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi politik penyiaran. yogyakarta:'LKls & iakarta: lsAl.
Artikel Hanada, Tatsuro. 2004.'Kugai: The Lost Public Spere Japanese History. 'Dalam Calabrese, Andrew &
(eds)J Toward a Politic Economy of Culture: Capitalism and Comrnunication in the Twenty-First America: Rowman & Littlefield publishers, lNC. Ellis, Donald. 2009. Social Effects of Media. 'Dalam Littlejhon, W. Stephen & Foss, A. Karen (eds). E €ommunication Theory 2. UK: Sage. I
esrs
lrianto, Ma-ladi Agus. 2008. Power Contestation of Television Frograms: Study on lnfotaintment Jakarta: Universitas lndonesia.
Iink Compton, P. James. 2009. Review atas buku News as Entertainment: The Rise of Global lnfotainment. Journal of Communication, Vol 34. *rlvtr. c! r-c :: j i n e.;;1i n lir1:.;: h *,i ir I rjAi.i_,.G'j;,.1. Diunduh, 2 2072. Surette, Ray & otto, Charles. A Test of a Criminal lnfotainment Meansure. Journal of Criminal Justice, Vol.
5,September-October2OO2.
l,. t . ,.,,-r=:t;.,,rl,ir:r 619
iDiunduh,2Januari 2012