ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN DAN LABA RUGI PENARIKAN AKTIVA TETAP UNTUK PENETAPAN LABA MENURUT AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
■2.04c f 9S'
A-sy
DIAJUKAN OLEH
M. ALI ASYHAR No. Pokok : 048812917
KEPADA FAKULTAS EKONOM I UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN DAN LABA RUGI PENARIKAN AKTIVA TETAP UNTUK PENETAPAN LABA MENURUT AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN
DIAJUKAN OLEH : M. ALI ASYHAR No. Pokok
:
048812917
TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH
DOSEN PEMBIMBING,
TANGGAL
KETUA JURUSAN,
TANGGAL U -
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA,........ TELAH DISETUJUI DAN SIAP UNTUK DIUJI DOSEN PEMBIMBING,
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji atas
syukur kami panjatkan ke hadlirat
segala
limpahan
rahmat
dan
Allah
hidayahNya
SWT.
sehingga
skripsi ini bisa terselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Universitas
Airlangga,
sehingga mutlak
harus
Ekonomi dipenuhi
oleh mahasiswa. Kiranya
skripsi ini sulit terselesaikan tanpa
ban-
tuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
yang
baik
ini kami ingin menyampaikan
rasa terima kasih
dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak dalam
Budi
Setiorahardjo,
penulisan
skripsi
selaku ini.
dosen
Beliau
pembimbing
telah
banyak
membantu demi kelancaran skripsi ini. 2. Rekan
Arief Tejo Sumartono, tanpa bantuannya
rasanya
sulit untuk menyelesaikan skripsi ini dengan secepatnya. 3. Juga
rekan
Hasan S., Sugeng S., dan
Hasyim.
Teriina
kasih atas pemberian dorongan/motivasi untuk secepatnya
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula
rekan-rekan jurrassie 4. Terima
kepada
'88 UNAIR.
kasih juga kami sampaikan kepada
Bapak
Johar
Djaelani dan Mas Heru Tjaraka yang telah berkenan meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang skripsi ini.
i
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ibarat menyadari purnaan,
tak
ada gading yang tak
retak,
maka
sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari untuk itu segala kritik yang
kami kesem-
konstruktif
akan
diterima dengan senang hati. Akhirnya bisa
kami
berharap mudah-mudkhan
skripsi
membawa manfaat yang besar bagi perkembangan
ini akun
tansi dan perpajakan di Indonesia. Amiin.
Surabaya, Akhir Juni 1995 Penulis
M. Ali Asyhar
II
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..............................
I
DAFTAR ISI ..................................
Ill
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ......................
1
1.2. Perumusan Masalah ...........................
3
1.3. Tujuan Penelitian ...........................
.4
1.4. Manfaat Penelitian ..........................
4
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ..............
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ..............................
7
2.1.1. Penyusutan, Laba Rugi Penarikan aktiva Tetap Menurut Akuntansi...............
7
2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap .........
7
2.1.2. Penyusutan Aktiva Tetap .........
8
2.1.3. Laba Rugi Penarikan Aktiva Tetap..
24
1. Laba Rugi Penarikan ............
25
v • 2. Laba Rugi Pertukaran ...........
26
2.1.2. Penyusutan, Laba Rugi Penarikan Aktiva Tetap Menurut Perpajakan ............
28
2.1.2.1. Harta yang disusutkan .........
28
2.1.2.2. Penyusutan Harta berwujud dan tak Berwujud menurut perpajakan....
36
2.1.2.3. Pengelompokan harta yang disusut-
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kan dan jangka waktu penyusutan ...
44
2.1.2.4. Tarif, Dasar, dan metode penyusu tan ..............................
47
2.1.2.5. Laba Rugi Penarikan .............
50
2.2. Metode Penelitian .............................
55
2.2.1. Definisi Operasional ....................
55
2.2.2. Jenis dan sumber Data ...................
55
2.2.3. Teknik Analisis .........................
56
BAB III PEMBAHASAN 3.1, Pengaruh Ketentuan Tentang Penyusutan Terhadap Laba Kena Pajak ..............................
57
3.1.1. Basis Pembukuan ..... *..................
58
3.1.2. Harta Yang Disusutkan ..................
65
3.1.3. Penentuan Harga Perolehan .............
75
3.1.4. Pengelompokan Harta dan Jangka Waktu Penyusutan ............................. 3.1.5. Tarif, Dasar, dan Metode Penyusutan ....
96 104
3.2. Pengaruh Pengakuan Laba Rugi Penarikan Terhadap Laba Kena Pajak .....................
129
3.2.1. Pengakuan Laba Penarikan dan Pertukaran..
131
3.2.1. Pengakuan Rugi Penarikan dan Pertukaran..
137
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
SKRIPSI
4.1. Simpulan .......................................
151
4.2. Saran ..........................................
156
DAFTAR PUSTAKA .....................................
159
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menuju era industrialisasi seperti yang digalakkan
oleh
saat.
aktiva
ini,
pemerintah dan dalam tetap akan semakin
era
perekonomian
banyak
digunakan
dalam dunia usaha. Aktiva tetap biasanya meliputi yang
besar
dari keseluruhan aktiva,
lebih-lebih
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri. nan
aktiva
tersebut
sebagai
penyusutan,
deplesi,
dan
biaya
amortisasi
istilah ini hanya dikenal dalam
perpajakan
untuk
Pembeba
dilakukan
melalui
selama
beberapa
tahun. Istilah aktiva tetap tidak dikenal dalam kan,
jumlah
perpaja
akuntansi.
(pajak penghasilan di Indonesia)
Sedang
menggunakan
istilah harta berwujud dan harta tidak berwujud. Pembebanan aktiva tetap sebagai biaya dalam akuntan si dikenal dengan istilah penyusutan untuk aktiva jud,
deplesi
untuk sumber alam,
dan
berwu
amortisasi
untuk
aktiva tidak berwujud dan beban yang ditangguhkan. Perpa jakan menggunakan istilah penyusutan untuk harta berwujud dan
amortisasi
ditangguhkan, hak
untuk harta tidak berwujud,
yang
hak penambangan minyak dan gas
bumi,
dan
pengusahaan hutan (HPH). Istilah deplesi
tidak
ada
dalam
perpajakan. Istilah-istilah ini
yaitu
merupakan alokasi bagian dari nilai
SKRIPSI
beban
sebenarnya
sama,
aktiva
tetap
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
;
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
menjadi
biaya dengan cara yang sistenatis
dan
rasional
selama taksiran masa pemanfaatan. Disatu pajak,
sisi
disisi
lain
industrialisasi. harus
dapat
pemerintah
berkepentingan
memungut
berkewajiban
mendorong
pemerintah
Oleh
karena itu
memenuhi dua hal yang
ketentuan saling
perpajakan bertentangan
tersebut. Jangan sampai ketetentuan penyusutan perpajakan hanya
dapat memasukkan pajak ke kas negara, tetapi
buat perusahaan tidak berkembang karena enggan
mem-
melakukan
ekspansi industrialisasi. Seiring
dengan proses industrialisasi, maka
perkembangan misal
baru
ruilslag;
dalam build,
cara
banyak
perolehan. aktiva
operate,
and
transfer
tetap (BOT);
build, operate, and own (BOO). Ruilslag sebenarnya
bukan
hal baru dalam akuntansi maupun perpajakan, karena ruils lag
merupakan
Seperti banyak instansi
pertukaran aktiva dalam
hal
dikemukakan A.P. Parlindungan, “pada sekali
dilakukan ruilslag
pemerintah
dari
dengan swasta.
ini
waktu
sejunlah
Swasta
lahan dan bangunan pengganti, kemudian swasta
tenah. ini tanah
menyediakan memperoleh
lahan eks instansi pemerintah tersebut.* Sedang dengan
BOT
(Build, Operate, and
Transfer)
arti yang terkandung didalamnya, maka harta
sesuai yang
*A.P. Parlindungan, "Tanah yang Dikuasai oleh Negara", Kompas P Tanggal 24 September 1993, hal.4.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
dibangun,
dikelola dalam jangka waktu tertentu
kemudian
diserahkan kepada pihak lain. Pihak pSnerima ini bukannya menerima
harta BOT tanpa pengorbanan. Pengorbanan
penerima ini
pihak
berupa kesanggupan untuk menyediakan
atau lokasi tempat pembangunan aktiva yang
lahan
bersangkutan.
Dengan demikian kepemilikan aktiva BOT oleh pihak pembangun
tidaklah tetap, tetapi hanya sementara
jangka
waktu
dibuat
oleh
waktu
tertentu
sesuai
dengan
kedua belah pihak.
pengelolaan
yaitu
untuk
perjanjian
Karena
setelah
sesuai perjanjian habis,
yang jangka
aktiva
BOT
Operate,
and
harus diserahkan kepada pihak penyedia lokasi. Disamping Own).
BOT
ada lagi BOO
(Build,
Berbeda dengan BOT, dalam BOO tidak ada
ketentuan
yang mengharuskan pihak pembangun menyerahkan aktiva kepada
pihak
tetap,
selama tidak dijual atau dialihkan
lain.
Jadi
dengan
manapun. Kepemilikan aktiva
dalam hal ini kepemilikan
kepemilikan
BOO
aktiva yang diperoleh
bersifat
kepada
aktiva
BOO
pihak
BOO
sama
seperti
dari
pembelian biasa. 2. Perunusan Hasalah
Keskipun
antara akuntansi dan perpajakan
mempunyai
pengertian yang pada dasarnya sama mengenai aktiva berwu jud
dan
pengakuan
tak berwujud, tetapi masih terhadap
suatu
aktiva
terdapat boleh
perbedaan diakui
penyusutan/amortisasinya atau tidak.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
<1
Dan atas,
Lsesuni dengan
maka
perb eda an
lal.ur beLcikut^ ma s a l ah seperti
yang mepjadi ma sa la h di sini
- perbedaan
adalah
ba h w a
tersebut ada yang belum di at u r
di tu a n g k a n dalam p e r a l u r a n - p e r a t u r a n , baik oleh
>Ji *
atau
perpaja
kan maupun akuntansi.
3. 'i’ujuan Perisi itian Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari
peneli
tian ini yaitu : 1. Untuk
mengetahui
dan
mengidentifikasi
perbedaan-
perbedaan
dalam
pengakuan penyusutan dan
laba
penarikan
aktiva tetap baik menurut akuntansi
rugi maupun
perpajakan. 2. Untuk
mengetahui apakah ketentuan-ketentuan yang
sekarang
masih
capat diterapkan
atas
ada
perkembangan-
perkembangan baru ataukah perlu dikeluarkan
ketentuan
baru. 3. Dengan penelitian ini pula diharapkan diketahui apakah ketentuan yang ada telah cukup untuk mencegah penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. l'kut memberi aumbangan kepada dunia ilmu pengetahuan , terutama dibidang akuntansi dan perpajakan. 2. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penyusu tan
SKRIPSI
aktiva tetap, kiranya hasil dari
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
penelitian
ini
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
dapat
diambil manfaatnya sesuai
dengan
permasalahan
yang ada. 3. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya. 5. Sistenatila Penulisan Skripsi Skripsi
ini
terdiri dari empat bab.
Secara
garis
besar isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB
I
: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang permasa lahan, pembatasan masalah, tujuan yang ingin dicapai dan manfaat penelitian serta
siste-
matika penulisan skripsi. BAB II
: Tinjauan Pustaka Bab
kedua akan menguraikan teori
biaya
penyusutan
aktiva dan
dan laba
tetap dari sudut
perpajakan.
pengakuan
rugi
penarikan
pandang
akuntansi
Landasan
teori
ini
akan
merujuk pada Standar Akuntansi Keuangan 1994 disamping
prinsip
akuntansi
yang
lazim.
Sedangkan perpajakannya merujuk pada UU 1994
di
Indonesia
maupun
ketentuan
PPh yang
berada dibawahnya. BAB III
: Pembahasan Bab ketiga membahas masalah ketentuan penyu sutan
atas
harta berwujud
dan
harta
tak
berwujud yang ditinjau dari basis pembukuan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
harta yang dapat disusutkan, penentuan harta perolehan,
dan
jangka
penyusutan, tarif, dasar, dan
metode
penyusutan; serta membahas ketentuan
penga-
waktu
pengelompokan harta
kuan laba rugi penarikan harta berwujud
dan
harta tak berwujud. BA5 IV
: Kesimpulan dan Saran Dalam
bab ini akan
dikemukakan
kesimpulan
dari hasil pembahasan bab-bab terdahulu saran-saran penyusutan
untuk
memperbiki
dan amortisasi
serta
dan
ketentuan pengakuan
laba rugi penarikan harta berwujud dan harta tak
berwujud
khususnya
untuk
keperluan
perpajakan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Penyusutan,
Laba
Rug!
Penarikan
Aktiva
Tetap
2.1.1.1. Penflertian Aktiva.,Tetap. Pengertian
aktiva
Menurut Akuntansi
tetap, menurut IAI, yang dltuangkan dalam SAK 1994
Nooer
16 paragraf 05 adalah sebagal berikut : Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operas! perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 2 Pengertian aktiva menambah all
tetap
di
atas hampir sama
menurut
dia
ciri lain yang tak disebut SAK 1994, "they
are
in
Hendriksen,
pengertian hanya
nonmonetery
Eldon S.
dengan
nature;...
yaitu
aktiva
tetap
bersifat non moneter. Dari pengertian tersebut suatu jenis aktiva dimasukkan oleh
sebagai aktiva tetap oleh suatu perusahaan
lain dapat saja
perusahaan,
dikelompokkan
tetapi sebagai
2IAI.Standar Akuntansi Keuangan. PSAK Nomor 16, Para graf 05, Salemba Empat, Jakarta, 1994. 3Eldon S. Hendriksen, Accounting Theory. Edisi ke Empat, (homewood, Illinois: Richard D. Irwin Inc., 1982), Hal. 340.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
persediaan atau sebagai investasi jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud aktiva tidak berwujud menur ut SAK 1994 PSAK Nomor 19 paragraf 02 adalah, "Aktiva tak (intangible asset) adalah aktiva tak lancar (non asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak
current
keekonomian
dan hukum kepada pemiliknya ...“4 Masa manfaat aktiva tidak berwujud ada yang dibatasi oleh ketentuan atau peraturan lain, misal hak paten, cipta,
hak
dan franchise, ada pula yang mempunyai masa
man
faat yang tidak terbatas waktunya misalnya goodwill. 2.1.1.2.
Penyusutan Aktiva Tetap- Telah
disebutkan
di atas bahwa masa manfaat aktiva tetap dan aktiva
tidak
berwujud lebih dari setahun, sedangkan pengeluaran
untuk
memperoleh
Untuk
menunjukkan
aktiva tersebut hanya pada satu waktu. biaya
karena pemakaian aktiva
tetap,
diadakan pembebanan biaya melalui penyusutan. melalui konsep
penyusutan
ini merupakan
upaya
matching cost against revenue.
maka
Pembebanan
untuk
menaati
Penandingan
ini
memang sulit dilakukan dan sangat diragukan ketepatannya. Penyebab hal ini adalah bahwa pembebanan penyusutan tidak terlepas dari taksiran-taksiran manajemen. IAI memberikan pengertian
penyusutan dalam SAK 1994, yaitu PSAK No.
17
paragraf 02 sebagai berikut:
4 IAI, q d . g I t .. No.
SKRIPSI
19, Paragraf 02.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengertian di atas, terlihat bahwa deplesi, sama.
serta amortisasi ketiga-tiganya mempunyai
Yaitu
biaya,
penyusutan,
alokasi
yang
mana
atas nilai
masing-masing
aktiva
tetap
istilah
arti
sebagai
diperuntukkan
terhadap aktiva dengan memperhatikan wujud (jenis) aktiva tetap.
Oleh karena itu seolah-olah aktiva
menjadi
tetap
dibagi
tiga jenis yaitu berwujud, sumber alam, dan
berwujud. Memang benar aktiva tetap mencakup pula alam,
tetapi tidak demikian halnya dengan
berwujud. 1984,
Jika
1AI
tetap,
dilihat dari prinsip
memisahkan aktiva tak
yang
berwujud
masing-masing merupakanpos
sumber
aktiva
aktiva
tak
tidak
dalam dari
PAI
aktiva
tersendiri
dan
terpisah satu sama lain dalam neraoa. Skripsi ini hanya membahas mengenai alokasi pembeba nan aktiva tetap dan aktiva tidak.berwujud sebagai melalui
penyusutan
ringkas
dapat
aktiva
tidak
terdiri
dari
aktiva jelas
tidak bahwa
dijelaskan berwujud
penyajian
dalam
aktiva lancar,
tetapi,
aktiva
neraca.
secara
tetap
dan
Komponen
aktiva
aktiva
tetap,
investasi,
berwujud, dan aktiva
lain-lain.
altiva tetap dipisahkan dari
5T h i d . . PSAK No.
SKRIPSI
dan amortiasi. Akan
biaya
Di
aktiva
sini tidak
17, Paragraf 02.*
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
berwujud.
Sedang dalam pengertian aktiva tetap
mencakup
pula sumber alam. Ada
tiga
faktor
yang
mempengaruhi
jumlah
penyusutan yaitu dasar penyusutan, taksiran umur
beban manfaat
atau jangka waktu penyusutan, dan metode penyusutan.
Dasar Penyusutan Pengertian McCullers ciation
dasar
penyusutan
menurut
Schroeder,
dan d a r k adalah sebagai berikut, "The base
is that portion of the cost of
depre
the
asset
that should be charge to expense over its expected useful Q service life.*'0 Jadi dasar penyusutan merupakan bagian dari
nilai
aktiva yang akan
dibebankan
sebagai
biaya
selama taksiran masa manfaat. Dengan tidak
demikian,
jumlah
seluruh
nilai
perolehan
secara otomatis menjadi dasar penyusutan. Hal
disebabkan diterima,
adanya nilai sisa, yang ditaksir jika
akan
aktiva tersebut tidak dipakai
ini dapat
lagi
dan
dijual. Nilai perolehan akan sama dengan dasar penyusutan bila taksiran nilai sisanya adalah nihil. Dari penyusutan
uraian
di atas dapat
dipengaruhi
dikatakan
oleh nilai perolehan
bahwa
dasar
dan
nilai
sisa. Nilai perolehan aktiva tetap itu sendiri dipengaru-
^Richard G. Schroeder, Levis D. McCullers, dan Myrtle Clark, Accounting Thporv Text And Reading. Edisi ketiga, (New York: John Wiley and Sons, Inc, 1987), hal. 284.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
hi oleh cara perolehan. Berikut ini diuraikan cara lehan
aktiva tetap dan komponen-komponen
yang
pero
termasuk
nilai perolehan. a. Aktiva tetap yang Diperoleh Dalaii Bentuk Siap Pakai
Aktiva yang diperoleh dengan cara ini dicatat sar
sebe-
harga beli aktiva yang bersangkutan ditambah
biaya
lain misalnya bea masuk, biaya
angkut,
pajak
dibeli
pemasangan,
penjualan barang mewah jika
merupakan
biaya-
barang mewah (PPn BM)
biaya
aktiva
sesuai
yang
undang-
undang, sehingga aktiva yang dimaksudkan benar-benar siap untuk
digunakan.
Sedang pajak pertambahan
nilai
(PPN)
masukan atas pembelian barang jika dapat dikreditkan dari PPN keluaran maka tidak termasuk biaya yang dikapitalisasi.
PPN yang dikapitalisasi adalah PPN yang tidak
dikreditkan
dari
PPN keluaran.
Untuk
dapat
pembelian
tunai
harga beli adalah sebesar yang dibayarkan. Sedangkan pembelian dengan cara kredit atau
angsur-
an, maka harga perolehan aktiva adalah harga yang
sehar-
usnya
tunai.
dibayar jika aktiva tersebut dibeli secara
Dengan perkataan lain harga perolehan.adalah harga tunai, tidak termasuk unsur bunga yang dibayarkan. b. Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri
Harga meliputi aktiva
SKRIPSI
perolehan aktiva tetap yang dibangun seluruh
biaya
berkenaan
dengan
yang dimaksud, hingga siap digunakan,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
sendiri
pembangunan dalam
hal
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
ini mencakup bahan langsung, upah langsung, biaya produk si tak langsung. Masalah timbul bila pembangunan dibiayai dengan
dana
pinjaman. IAI memberikan
pernyataan
dalam
PSAK No. 26 bahwa pinjaman ini boleh dikapitalisasi, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Biaya pembangunan aktiva tersebut dapat diakumulasikan secara terpisah. 2. Diperlukan jangka waktu yang cukup , lama untuk membangun atau memproduksi aktiva yang bersangku tan . 3. Pembangunan atau produksi tersebut memerlukan biaya yang besar, sehingga melibatkan perusa haan dengan niaya bunga yang tinggi. c. Aktiva Tetap noneter Pencatatan
Diperoleh dari
Aktiva
aktiva yang diperoleh dengan
perlu
memperhatikan
aktiva
tidak
wajar/pasar
Pertukaran
jenis
pertukarannya.
sejenis, perolehan (berkaitan
dioatat
dengan laba rugi,
cara
Non ini,
Pertukaran dengan akan
nilai dibahas
tersendiri). Pertukaran tetap
aktiva sejenis, harga
perolehan
pada dasarnya adalah nilai buku atau
harga
aktiva pasar
aktiva yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Pertukar an sejenis tidak melibatkan uang, aktiva dicatat
sebesar
harga buku atau harga pasar, mana yang lebih rendah. Jika melibatkan uang, uang yang diserahkan manambah harga buku atau harga pasar yang lebih rendah tadi. Sedang pertukar-
*^IAI,
SKRIPSI
op
. oit._, PSAK No.
26, hal.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
26.4.
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
an
sejenis
dengan
menerima uang,
maka
harus
dilihat
dahulu penjumlahan uang yang diterima dengan herga
pasar
aktiva
lebih
yang
diterima. Jika penjumlahan
kecil dari harga buku
tersebut
aktiva yang diserahkan, maka harga
perolehan aktiva yang diterimadicatat sebesar harga pasar aktiva
tersebut
lebih
besar dari harga buku aktiva yang diserahkan, maka
harga
buku
yang
aktiva
diterima. Bila penjumlahan
yang diserahkan
diperlakukan
menjadi
bagian yaitu bagian yang dijual dan bagian yang yang
ditukar,
nilainya proporsional dengan kas yang diterima
harga
pasar
aktiva
aktiva
yang diterima.
Bagian
harga
yang ditukar inilah yang menjadi nilai
dua
dan buku
perolehan
aktiva yang diterima. Bagian ditukar
harga buku yang dijual dan harga
ditentukan
sebagai berikut. Bagian
buku
yang
harga
buku
yang dijual adalah kas dibagi penjumlahan (kas dan wajar lama
aktiva yang diterima) dikalikan harga buku yang
ditukar
ditukar.Dan
bagian harga
adalah harga wajar aktiva yang
penjumlahan
buku
aktiva
diterima
dikalikan harga buku aktiva lama yang
harga aktiva yang dibagi ditu
kar . Berikut ini diberikan contoh-contoh untuk
memperje-
las uraian pertukaran aktiva sejenis. Contoh 1, pertukaran sejenis tidak melibatkan
uang.
Nilai perolehan aktiva lama RplO.000.000,00 dan akumulasi penyusutan Rp8.000.000,00. Pencatatan bila aktiva
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
terse-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
but
mempunyai
harga pasar (a) Rp2.500.000,00
atau
(b)
Rpl.000.000,00 adalah sebagai berikut. Harga ,Pasar£a)• Harga pasar (by Aktiva baru Akumulasi penyusutan Rugi pertukaran Aktiva lama
2.000.000 8.000.000 10.000.000
1.000.000 8.000.000 1.000.000 10.000.000
contoh 2, seandainya dalam transaksi contoh i terse but
di
atas melibatkan uang, yaitu
dengan
menyerahkan
uang sejumlah Rp5.000.000,00, maka pencatatannya
menjadi
sebagai berikut. Harga pasar (a^ Aktiva baru Akumulasi penyusutan Rugi pertukaran Aktiva lama kas
Harga pasar (b)
7.000.000 6.000.000 8.000.000 8.000.000 1.000.000 10.000.000 10.000.000 5.000.000 5.000.000
Contoh 3, sedang bila transaksi oontoh 1 uang,
dengan menerima uang Rp500.000,00,
melibatkan
maka
pencata
tannya adalah sebagai berikut. Harga pasar
Penetapan
500.000 1.600.000 8.000.000 * 10.000.000 100.000 Aktiva Tetap
500.000 500.000 8.000.000 1.000.000 10.000.000
yang
Diperoleh
Secara
Gabungan
Pembelian sekelompok aktiva yang dilakukan sekalian, harga
SKRIPSI
perolehan aktiva ditetapkan
dengan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
mengalokasian
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
harga perolehan aktiva gabungan tersebut ke masing-masing aktiva,
dengan
aktiva
perbandingan nilai
wajar
masing-masing
yang dibeli tersebut. Hal ini untuk
menghasilkan
ketepatan penghitungan harga perolehan aktiva. e. Aktiva yang Diperoleh dari Sumbangan Harga perolehan aktiva yang diperoleh dari sumbangan atau
hibah
bukan
atau sejenisnya dicatat
sebesar
harga
merupakan pendapatan tetapi dicatat sebagai
dan modal
yang berasal dari sumbangan. f. Perolehan Aktiva Tetap dengan Sena Guna Usaha Sewa guna usaha atau leasing dapat diartikan sebagai berikut: Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa- guna- usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh (Leassee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Pernyataan IAI No. 30 membagi jenis leasing capital
lease/finance
pembedaannya
lease dan operating
didasarkan pada arti ekonomis
menjadi
lease,
yang
bukan
makna
menurut
PSAK
hukum formalitas. Suatu No.30, guna
transaksi
sewa
guna
usaha,
dikelompokkan sebagai capital lease bagi
penyewa
usaha atau leassee (dan sebagai finance lease
bagi
8KePutusan Henteri Keuangan. N o .1168/KMK.01/1881. pasal 1 huruf a.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
perusahaan syarat.
sewa guna usaha atau lessor) Jika memenuhi
Ketika
syarat
menurut Pernyataan
IAX
No.
3 30
tersebut sebagai berikut : 1. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. 2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease). 3. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Jika saksi
ada satu syarat yang tidak dipinuhi maka
harus
dikelompokkan sebagai
transaksi
tra-
operating
lease. Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap sewa
guna
usaha jenis finance lease oleh perusahaan sewa guna usaha (lessor)
meskipun
tersebut, dan
secara hukum
masih
tetapi secara ekonomis telah
memiliki
aktiva
memindahkan
resiko atas aktiva kepada lessee, maka lessor
hak tidak
mencatat dalam pembukuannya, selanjutnya penyusutan
atas
aktiva
bagi
yang bersangkutanpun tidak ada. usaha atau lessee,
Sebaliknya
penyewa
guna
perolehan
disebut
sebagai capital lease dan dicatat
aktiva sebesar
ini nili
tunai dari seluruh pembayaran berkala dan harga opsi, dan diamortisasi selama masa manfaat yang ditaksir.
9IAI.
SKRIPSI
op.
nit.. PSAK Ho. 30, hal. 30.8-30.9.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Sedang
untuk jenis operating lease, hal ini tidak / * berbeda dengan sewa-menyewa biasa. Lessor tetap mencatat aktiva
dan menyusutkannya, lessee tidak mencatat
aktiva
dan tidak menyusutkan atau mengamortisasinya. g. Perolehan Aktiva Tak Berwujud
Perolehan terjadi tak
aktiva
biaya
dalam rangka memperoleh aktiva tersebut.
berwujud
dilakukan aktiva
ini meliputi seluruh
yang
bila
dikembangkan
pengeluaran
sendiri,
dapat
yang Aktiva
kapitalisasi
diidentifikasi
yang bersangkutan. Bila tidak, pengeluaran
atas dibe-
bankan langsung sebagai biaya. Termasuk
dalam aktiva tak berwujud ini antara
adalah hak oipta, hak paten, dan franchise (yang
lain
mempun-
yai masa manfaat tidak terbatas). Disamping perolehan
harga
perolehan
,
biaya-biaya
untuk penambahan, perbaikan, atau
penggantian
komponen aktiva yang memperpanjang masa manfaat, katkan
setelah
kapasitas atau mutu, maka biaya-biaya
ini
meningharus
dikapitalisasi dan dibebankan melalui penyusutan. Setelah selanjutnya
mengetahui
harga perolehan,
maka
langkah
adalah menaksir nilai sisa untuk' menetapkan
dasar penyusutan. Dalam hal ini mutlak tergantung kebijakan manajemen. Apabila terjadi penarikan aktiva tetap maupun aktiva tak berwujud, maka hal ini akan mengurangi dasar penyusu-
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
tan. Pengurangan ini dilakukan dengan mendebet penyusutan dalamnya cara
dan mengkredit harga perolehan
akumulasj.
(termasuk
biaya-biaya yang tadinya dikapitalisasi
di
dengan
menambah harga perolehan). Jika dari penarikan
ada diterima kas, selisih kas yang diterima dengan
ini harga
buku merupakan laba rugi. Jangka Waktu Penyusutan
Pada
sub
alokasi
aktiva
taksiran
umur
menyebutkan
bab
terdahulu
tetap
sebagai
ekonomisnya.
penyusutan
telah
dikemukakan
bahwa
dilakukan
selama
biaya
Selain itu
dan amortisasi
SAK
1994
harus
Juga
dilakukan
secara layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. Artinya
biaya
tahun
penyusutan/amortisasi
harus
dibebankan
yang menerima panghasilan dari penggunaan
pada
aktiva.
Tahun yang tidak menerima manfaat aktiva tersebut, konsekuensinya
juga
tidak
dibebani
biaya
penyusutan
dengan kata lain aktiva yang sudah tidak digunakan maka tidak ada lagi penyusutan atas aktiva Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk
atau lagi,
tersebut. menandingkan
antara biayayang terjadi dengan penghasilan yang
dipero
leh dari pengorbanan biayanya atau (matching cost against revenue).
Apabila terdapat aktiva yang
tidak
digunakan
lagi yang jumlah nilainya besar, aktiva tersebut dalam kelompok aktiva lain-lain berdasarkan nilai
dicatat reali-
sasinya, dan aktiva ini tidak disusutkan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Tahun-tahun yang akan dibebani biaya penyusutan amortisasi tergantung taksiran manajemen. Taksiran jemen
dapat didasarkan pada waktu atau
atau
kriteria lain. Taksiran ini
pada
manajemen
manajemen dengan
di
perusahaan yang suatu perusahaan
manajemen
dan mana
unit
penggunaan
sepenuhnya
tergantung
bersangkutan. dapat
di perusahaan lain
Artinya,
menaksir atas
berbeda
aktiva
yang
sama. Namun, taksiran harus tetap rasional, serta mengacu pada
hubungan biaya dan manfaat atas
bersangkutan, yang
sehingga
memperoleh
mencerminkan
penghasilan dari
penggunaan hanya
aktiva
tahun-tahun
penggunaan
aktivalah
yang dibebani biaya penyusutan atau amortisasi. Jadi meskipun jangka waktu penyusutan atau amortisa si
tidak
dapat ditetapkan secara pasti,
tetapi
tahun-
tahun yang dibebani biaya penyusutan dan amortisasi harus dapat
dipastikan
telah memanfaatkan
aktiva
tetap
aktiva tak berwujud. Konsekuensi dari prinsip ini, ada
aktiva yang belum habis alokasi pembebanan
dan misal
penyusu
tannya, karena sudah tidak dimanfaatkan lagi, maka tahuntahun yang tidak memanfaatkan tidak dibebani penyusutan. Oleh menerima
karena
penyusutan dibebankan pada
manfaat, maka jika aktiva baru
pertengahan
tahun, beban untuk tahun
masa
yang
digunakan
pada
yang
bersangkutan
juga hanya setengah dari pembebanan tahunan. Ada beberapa cara perlakuan terhadap pengakuan penyusutan atas yang
SKRIPSI
digunakan
setelah
tahun
atau
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
periode
aktiva
akuntansi
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
berjalan, yaitu sebagai berikut. 1. Depreciation is recognised to the nearest whole month..... 2. Depreciation ia recognised to the nearest whole year...... 3. One-half year's depreciation is recognised on all assets phurchased or sold during the year. A full approach is required for tax purposes (ACRS and MACRS). 4. No depreciation is recognised on acquisition during the year but depreciation for a full year is recognised on retirement. 5. Depreciation is recognised for a full year on acquisition during the year but no depreciation is recognised on retirement.10 Hetode Penyusutan Pembebanan biaya penyusutan dapat dilakukan berbagai
metode. Metode penyusutan dan
melalui
amortisasi
yang
diakui oleh SAK 1994 adalah sebagai berikut. a. Metode Penyusutan Berdasarkan Vaktu 1. Metode Garis Lurus Metode
ini
membebankan
Jumlah
biaya
penyusutan
yang sama atas nilai dasar penyusutan ke tahun-tahun selama
masa
manfaat. Tarif metode
penyusutan
ini
adalah 1/n, n adalah umur aktiva atau masa
manfaat.
Jumlah biaya penyusutan tiap-tiap tahunnya
tersebut
adalah
sebesar dasar penyusutan dibagi dengan
masa
manfaatnya.
10Jay M. Smith dan K. Fred Skousen.Intermediate Ac counting . Comprehensive Volume, Edisi kesepuluh. (Cincinna ti: South Western Publishing Co., 1980), hal. 495-496.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2. Metode Pembebanan Menurun a. Jumlah angka tahun Metode
ini
membebankan penyusutan
dengan
pecahan
jumlah
tahun, dan pecahan dimulai dari angka
tahun
terbesar kemudian angka pembilang menurun satu
demi
satu ke tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat
dije-
laskan
dengan
tetap
dengan
umur manfaat ekonomis 5 tahun,
contoh berikut. Suatu
aktiva maka
angka
tahunnya adalah 5 + 4 + 3 + 2 +
porsi
penyusutan tahun pertama sampai dengan
jumlah
l = 15.
pro tahun
kelima berturut-turut adalah 5/15, 5/15, 3/15, 2/15, dan 1/15. b. Saldo Menurun Metode tetap
ini
membebsankan
penyusutan
dengan
yang dikalikan dengan nilai buku. Nilai
dalam hal ini hanya untuk menentukan dasar tan
(jumlah
yang akan disusutkan).
Dan
sedang tarip penyusutan diperoleh
sisa
penyusu peyusutan
hanya akan dilakukan sampai sejumlah dasar tan.
tarip
penyusu
dari
rumus
1/n, dengan n adalah umur ekonomis.' Beberapa penulis buku memberikan rumus untuk tarip penyusutan ini
sebagai berikut, ”{1 - rV[r/c]}” .11
metode
Dengan
n:
umur aktiva, r: nilai sisa, dan c: nilai perolehan. c. Saldo Menurun Ganda 11Ibld.■ hal. 491.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Metode
ini sama dengan metode saldo menurun*
hanya
tarifnya dua kali lipat dari tarip saldo menurun. b. Metode Penyusutan Berdasarkan Unit Penggunaan 1. Metode Jam Jasa Metode ini membebankan penyusutan berdasarkan jam jasa
yang
diperoleh jam
digunakan. Tarip pembebanan
per
dari dasar penyusutan dibagi
jasa,
kemudian
penyusutan
jam
taksiran
tiap
tahunnya
adalah jam yang digunakan tahun tersebut
dikali-
kan tarip pembebanan per jamnya. 2. Metode Jumlah Unit Produksi Metode
ini
hanya
tarip
sama saja dengan
metode
pembebanan didasarkan
jam pada
jumlah
produk yang digunakan. Tarip pembebanan per produk
diperoleh
taksiran biaya
dari dasar
produk yang akan
penyusutan
dihasilkan.
jasa,
unit dibagi
Kemudian
penyusutan dalam suatu tahun adalah
tarip
per unit dikalikan produk yang benar-benar
diha
silkan pada tahun tersebut. c. Metode Penyusutan Berdasarkan kriteria Lain 1. Metode Berdasarkan Jenis dan Kelompok a. Metode Group Metode
ini memperlakukan sekelompok aktiva
sejenis (similar) sebagai suatu kelompok karena
SKRIPSI
kelompok
ini
mempunyai
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang
tunggal
rata-rata
umur
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ekonomis
dan
nilai sisa yang
sama.
Penyusutan
dibukukan dalam satu pos. Tarip penyusutan
dida-
sarkan
dalam
pada rata-rata nasa manfaat aktiva
kelompok tersebut. Penyusutan diterapkan terhadap semua
aktiva yang masih dipakai
dalam
kelompok
tersebut tanpa memperhatikan mulainya digunakan . Penarikan
aktiva
dilakukan
dengan
mengkredit
perolehan dan mendebet akumulasi penyusutan. Bila penarikan
ada kas yang diterima, maka
penyusutan perolehan laba).
yang
didebet
adalah
selisih
dengan kas yang diterima
Sedang penambahan aktiva
akumulasi harga
(tidak
dicatat
rugi
dengan
mendebet aktiva ini sebesar harga perolehannya. b. Hetode Komposit Metode ini hampir sama dengan metode group, hanya aktiva
yang
(dissimilar). menganalisis masing
dikelompokkan
lebih
bervariasi
Tarip komposit
ditetapkan
penyusutan tiap tahun dari
aktiva dalam kelompok.
Dasar
dengan masing-
penyusutan
masing-masing aktiva dibagi dengan taksiran manfaatnya,
kemudian menjumlahkan
hasil
tersebut
bagi
Selanjutnya
tunggal
masing-masing
jumlah ini
tunggal.
dibagi
dengan
harga perolehan merupakan tarip komposit.
Sedang
rata-rata
jumlah
menjadi
masa
masa manfaat adalah
dasar
penyusutan
dibagi jumlah tunggal.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
2. Metode Anuitas Metode tidak
ini memperlakukan dibebani
dengan
penyusutan dasar
seharusnya
penyusutan
saja,
tetapi juga dibebani bunga seandainya dana terse but
ditanamkan
pada aktiva
yang
menghasilkan.
Beban penyusutan tiap tahun harus mengandung pula bunga
atas
nilai
tunai
dasar penyusutan.
Oleh
dari penyusutan sama
karena dengan
itu harga
perolehan dikurangi nilai tunai nilai sisa. 3. Metode Persediaan Metode sama
ini memperlakukan
pembebanan
penyusutan
dengan persediaan. Aktiva yang sudah
tidak
ada atau tidak dipakai, dibebankan sebagai penyu sutan. Hal ini dapat dilakukan dengan arus pertama
masuk
pertama keluar
[FIFO]
atau
terakhir
masuk pertama keluar [LIFO]. Untuk garis
amortisasi
lurus,
penggunaan dianggap
pada umumnya
namun demikian tidak
amortisasi
lain,
menggunakan menutup
apabila
metode
lebih layak dan lebih mencerminkan
metode
kemungkinan tersebut penandingan
biaya dan manfaat. 2.1.1.3.Laba__Rugi__ Penarikan Aktiva tetap
Tetap.
atau aktiva tak berwujud jika telah tua dan
Aktiva tidak
ekonomis lagi maka akan ditarik dari pemakaian. Penarikan dapat
SKRIPSI
berupa penggantian aktiva lama dengan aktiva
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
baru
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
kemudian aktiva lama dijual atau tidak dipakai lagi. Atau bisa
juga menukar dengan aktiva lama dengan aktiva
yang
baru. Berikut ini diuraikan pengakuan laba rugi penarikan [disposal] dan pertukaran [exchange]. 1. Laba Rugi Penarikan
Manajeman dengan segala pertimbangannya dapat tuskan
untuk
menarik aktiva tetap.
Aktiva
memu-
tetap
atau
aktiva tidak berwujud yang sudah tidak dimanfaatkan, maka aktiva tersebut tidak boleh membebani periode yang menerima dari
manfaatnya. Artinya jika suatu
suatu
aktiva
pemakaian, sedang nilai bukunya
tidak ditarik
masih
ada,
nilai buku tersebut tidak dibebankan pada periode-periode berikutnya [yang tidak lagi memanfaatkannya]. Nilai ini
dibebankan sebagai kerugian pada periode
penarikan.
Pengakuan
ini
dilakukan
dengan
buku
terjadinya mengkredit
harga perolehan dan mendebit akumulasi penyusutan, sedang nilai buku yang masih ada diakui sebagai kerugian. Apabila maka
penarikan dilakukan dengan menjual
selisih kas dengan nilai buku merupakan
aktiva,
keuntungan
atau kerugian, yang harus diakui pada periode terjadinya. Selisih
lebih
adalah
keuntungan,
dan
selisih
kurang
adalah kerugian. >
Pengakuan tetap aktiva
SKRIPSI
seperti
keuntungan dan kerugian penarikan diatas berlaku
juga
terhadap
penarikan
tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud yang
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
aktiva
sudah
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tidak
memberikan manfaat ekonomis, maka nilai buku
masih ada dihapuskan sebagai kerugian. Aktiva tak jud
berwu
yang ditarik dengan cara dijual, selisih lebih
kurang
kas atas nilai buku adalah keuntungan atau
yang
atau keru
gian . 2. Laba Rugi Pertukaran
Untuk terjadi tidak
pertukaran aktiva ini layaknya mungkin
pada
aktiva tetap, tidak
terjadi
pada
berwujud. Oleh karena itu SAK 1994 tidak
pengakuan
laba
rugi
pertukaran
aktiva
hanya aktiva
mengatur
tak
berwujud,
sepertinya halnya PAI 1984 juga tidak mengatur
perolehan
aktiva tak berwujud dari pertukaran. SAK 1994 membagi pertukaran aktiva tetap menjadi dua jenis, yaitu pertukaran aktiva tidak sejenis dan sejenis. Pertukaran
aktiva tidak sejenis, perbedaan antara
nilai
buku aktiva yang diserahkan dengan harga wajarnya dicatat sebagai laba atau rugi dan diakui pada periode
terjadin
ya. Pertukaran
selalu
diakui
pada periode terjadinya pertukaran seperti halnya
pertu
karan
aktiva sejenis, kerugian
tidak sejenis. Namun, keuntungan
dari
pertukaran
sejenis, tidak langsung diakui tetapi
ditangguh
kan. Disamping itu harus dilihat dulu, apakah
pertukaran
ini
melibatkan
aktiva
melibatkan
uang atau tidak. Bila
tidak
uang, maka tidak ada pengakuan keuntungan. Bila
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
melibat-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
kan
uang
pengakuan aktiva wajar
tidak
keuntungan.
pertukaran
Pengakuan
keuntungan
sejenis baru ada, bila menerima uang,
dan
ada
harga
aktiva lebih tinggi dari nilai bukunya. Laba
diakuipun antara nilai
tapi justru menyerahkan uang, juga
hanya
sebagaian, yaitu
sebesar
yang
perbandingan
uang yang diterima dibagi penjumlalahan uang wajar
aktiva yang diterima
dikalikan
dan
keuntungan
[selisih harga wajar aktiva yang diserahkan dengan
nilai
bukunya]. Pengakuan pada
laba seperti di atas
karena
berpegangan
prinsip bahwa, ” ... earning process is complete
or
virtually complete, and exchange has taken place."12 Laba rugi
diakui
bila proses
memperoleh
penghasilan
telah
sempurna atau selesai atau nyata-nyata telah selesai
dan
pertukaran telah terjadi. Pertukaran sejenis ini dianggap proses memperoleh penghasilan belum selesai. Sedang nggap
pengakuan keuntungan sebagian, hal itu
bahwa jumlah itulah proses memperoleh
telah
sempurna
dijual).
(karena
sebagian
itulah
penghasilan yang
Hal di atas sejalan dengan opini APB
bahwa pertukaran aktiva sejenis merupakan "... that
do
not result in the culmination
of
dia
the
telah No.
29,
exchanges earning
process."^ 12Schroeder, Hccullers, dan Clark,
op.
cit.r hal. 72.
13I M iL_, hal. 276.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Pengakuan laba rugi atas pertukaran menganut konservatisme, tidak
pasti,
yaitu
bila
selalu
menghadapi
dipilih
konsep
alternatif
kemungkinan
yang
yang
paling
merugi. Jadi apabila harga wajar atau harga pasar
aktiva
lebih kecil dari harga buku,maka akan diakui kerugian dan mencatat sarnya.
perolehan
aktiva dengan harga wajar
atau
Sedang bila harga wajar atau pasar aktiva
palebih
tinggi daripada harga bukunya, maka tidak langsung menga kui
laba,
tetapi memilih untuk
menangguhkan
laba
mencatat aktiva sebesar harga bukunya. Laba yang
dan
ditang
guhkan ini akan diakui melalui pengakuan beban penyusutan yang
lebih kecil daripada yang seharusnya. Jadi
seolah-
olah tidak ada pengakuan laba yang ditangguhkan tadi, hal ini
dikarenakan
tertentu
yang
tidak dinyatakan dalam secara
eksplisit
suatu
menyebutkan
rekening pengakuan
laba. 2.1.2.
Penyusutan,
Laba Rugi
Penarikan
Aktiva
Tetap
Menurut Perpajakan dan Permasalahannya
2.1.2.1. yang
disusutkan
Harta
yang Disusutkan.
menurut UU PPh 1994
Pengertian
adalah
"...harta
berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, managih, dan
meme-
lihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang
lebih
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
dari satu tahun, kepuali tanah... Dalam
penjelasan pasal 11 UU PPh
pembebanan manfaat untuk
1994,
disebutkan
biaya untuk menghasilkan yang mempunyai
lebih dari 1 tahun dilakukan melalui harta
berwujud
atau
berwujud
dan amortisasi
biaya lain, yang
mana
masa
penyusutan
untuk
harta
berlaku
tak
prinsip-
prinsip yang sama atas keduanya. Pengertian harta menurut UU PPh 1994, berarti menca kup
harta
yang dapat disusutkan dan
yang
tidak
dapat
disusutkan. Tanah menurut UU PPh 1994 secara tegas
dite
tapkan termasuk harta yang tidak dapat disusutkan.
Harta
berwujud selain tanah meskipun dimiliki perusahaan tetapi digunakan
untuk keperluan pribadi pengelola
perusahaan,
juga tidak boleh disusutkan, yang biayanya dibebankan
ke
perusahaan. Hal ini disebutkan dalam UU PPh 1994 pasal ayat pajak
1 huruf d, bahwa untuk menentukan penghasilan (PhKP), pemberian kenikmatan
pemakaian
peruma
han di daerah terpencil sesuai ketentuan PPh 1994, dikurangkan
sebagai
biaya.
kena
kendaraan
bermotor dan perumahan milik perusahaan, kecuali
diperbolehkan
9
tidak
Pengertian
daerah terpencil diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan
nomor 960/KMK.04/1983. Daerah yang disebut daerah terpen cil dalam ketentuan tersebut harus memenuhi syarat sulit
memperoleh
perumahan untuk disewa,
dan
yaitu
letaknya
14UU No. 10 Tahun 1994 Pasal 11 Ayat 1.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
jauh dan sulit untuk dicapai oleh masyarakat pada
umumn-
ya. Masalah mengenai
yang
ada berkaitan dengan hal
tanah. Tanah yang dimiliki oleh
ini
perusahaan
Indonesia berupa hak guna usaha (HGU), hak guna (HGB)
dan
hak-hak lain yang jangka
Perusahaan jangka
tidak
dapat
milik
waktunya tidak terbatas. Karena
waktunya
apakah
HGU, HGB, dan hak
terbatas. (HM)
terbatas
lainnya
di
bangunan
waktunya
memiliki hak
adalah
tadi
yang jangka boleh
disusutka atau tidak. Untuk membahas hak atas tanah perlu dipahami pengertian hak atas tanah. Yang dimaksud dengan hak atas ialah, untuk
"Hak
yang memberi wewenang kepada
mempergunakan
yang
atau mengambil manfaat
tanah empunya
dari
tanah
yang dihakinya." Hak dalam
atas
tanah di Indonesia
seperti
yang
diatur
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), banyak
ragamnya,
seperti
dikemukakan
oleh
Effendi
macam
Perangin
sebagai berikut: Lengkapnya hak-hak atas tanah itu menurut pasal 16 jo 53 ialah: Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka tanah, Hak Memungut Hasil Hutan, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah, Pertanian. Tetapi sesungguhnya Hak Membuka Tanah dan Hak Memun gut Hasil Hutan bukanlah hak atas tanah, berdasarkan 15Effendi Perangin, Hukam Agraria Di Indonesia Suatu Telaah Dari Sadut Pandang Praktisi Hukum. Jakarta, Rajawali Pers, hal. 229.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
perumusan di atas.... Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Basil, Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah Pertanian disebut UUPA sebagai hak Yang bersifat sementara, satu saat akan dihapuskan.16 Sehubungan
dengan penyusutan atau amortisasi
atau
hak atas tanah, maka pembahasan dibatasi
atas
tanah
yang
bersifat tetap
(bukan
tanah
pada
yang
hak
bersifat
sementara), dan diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya, tepatnya
Hak Hilik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna
Bangunan,
Hak Pakai, dan Hak Sewa. Untuk
membahas mengenai hak-hak
tersebut,
berikut
ini diuraikan pengertian dan ciri-ciri dari hak-hak
atas
tanah tersebut, yang diikhtisrkan dari UUPA. Hak
Milik
adalah hak turun
temurun,
terkuat
dan
terpenuh. HM memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. tidak terbatas jangka waktunya, b. dapat dijadikan jaminan hutang hipotek, c. dapat beralih kepada ahli waris jika pemegang hak meninggal, d. dapat dijual atau dialihkan dengan cara lain, e. hanya dapat diperoleh dari penetapan pemerintah, pemegang HM hanya dapat mengalihkan Hak Milik. Hak
Milik
hanya dapat dimiliki oleh
warga
negara
Indonesia perorangan, secara sendiri-sendiri atau
secara
bersama-sama. Badan hukum tidak boleh memiliki HM, kecua-
16Loo. cit
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
li ditunjuk bardasarkan Peraturan Pemerintah. Badan hukum yang
dapt
memiliki HM misalnya bank
milik
pemerintah,
koperasi pertanian, badan keagamaan yang ditunjuk Kenteri Dalam
Negeri
Agama,
setelah
mendengar
pertimbangan
badan sosial yang ditunjuk Menteri
Menteri
Dalam
Negeri
setelah mendengar pertimbangan Menteri Sosial. HGU merupakan hak untuk mengusahakan tanah
dibidang
pertanian, perikanan, perkebunan. HGU memiliki ciri-ciri: a. terbatas jangka waktunya, tetapi ada jaminan untuk memperpanjang haknya, b. dapat dijadikan jaminan hutang hipotek, c. dapat beralih kepada ahli waris, d. dapat dijual atau dialihkan dengan cara lain, e. hanya dapat diperoleh dari penetapan pemerintah,
tidak
dapat diperoleh dari selain pemerintah. HGU
dapat
dimiliki
oleh
warga
negara
Indonesia
(WNI), badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Kemudian HGB, yaitu hak untuk mendirikan bangunan di atas
tanah tempat bangunan tersebut
berdiri.
Ciri-ciri
HGB adalah: a. terbatas jangka waktunya, tetapi ada jaminan untuk perpanjangan haknya, b. dapat dijadikan jaminan hutang hipotek, c. dapat beralih kepada ahli waris, d. dapat dijual atau dialihkan dengan cara lain,
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
e. KGB
bisa diperoleh dari pemerintah, atau dari
per-
janjian dengan pemegang HM atas tanah, namun Effendi Perangin menyebutkan pelaksanaannya,... memberi
karena belum ada peraturan belum
mungkin
seorang
hak guna bangunan itu di atas
pemilik
tanah
mili-
knya." Persyaratan orang atau badan hukum yang dapat memil iki HGB sama dengan persyaratan untuk orang atau badan hukum yang dapat memiliki HGU. Berikutnya bangunan perikanan,
hak
pakai, yaitu hak
untuk
mendirikan
atau mengusahakan tanah untuk usaha
pertanian,
perkebunan.
Hak
pakai
memiliki
ciri-ciri
yaitu: a. terbatas
jangka
waktunya
dan
tidak
ada
jaminan
perpanjangan haknya, b. tidak dapat dijadikan jaminan hutang hipotek, namun disebutkan dijadikan
oleh jaminan
Effendi
Perangin
khusus bagi
bahwa,
kreditur
"Untuk tertentu,
maka biasanya tanah Hak Pakai itu diserahkan
dengan
Kuasa Menjual Sebagai Jaminan." c. tidak tidak
dapat beralih kepada ahli waris meskipun
hak
batal dengan sendirinya.
17Ibid., hal. 283. 18Ibid.. hal. 295.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
d. pengalihan hak pakai harus seizin pihak yang
berwe-
nang memberi izin, e. dapat diperoleh dari pemerintah atau dari perjanjian dengan pemegang HM atas tanah. Hak
Pakai dapa dimiliki oleh WNI, orang asing
berkedudukan berdasarkan
di
Indonesia, badan hukum
yang
hukum di Indonesia, badan-badan
yang
didirikan asing
yang
mempunyai perwakilan di Indonesia. s
Dan
hak sewa adalah hak untuk
mempergunakan
tanah
milik orang lain untuk keperluan bangunan. Hak ini
tidak
berbeda dengan hak atas penggunaan aktiva tertentu karena disewa.
Hak ini hanya dapat diperoleh dengan
perjanjian
dengan pemegang hak milik, bukan dari pemerintah. Hak
sewa dapat dimiliki oleh WNI, orang asing
berkedudukan menurut
di
Indonesia, badan hukum
hukum Indonesia dan berkedudukan
yang
yang
didirikan
di
Indonesia,
badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. Dilihat dari oara perolehan tanah di Indonesia
khu
susnya bagi perusahaan atau badan hukum, sebenarnya
akan
selalu awal
terdapat
dua jenis biaya yaitu
biaya
perolehan
dan biaya-biaya yang dikeluarkan setelah
perolehan
awal. Hal ini dikarenakan badan hukum atau perusahaan Indonesia perusahaan
pada umumnya tidak dapat memiliki hanya
dapat
memiliki hak
atas
Hak tanah
di
Milik, yang
jangka waktunya terbatas, seperti HGU, dan HGB. Nilai
SKRIPSI
perolehan
awal tanah,
meliputi
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
pengeluaran
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
untuk
uang
pendaftaran, uang pemasukan,
dan
landreform serta uang pembebasan tanah. Uang yaitu
biaya
memperoleh membuat
yang
dikeluarkan oleh
sumbangan pendaftaran
pemohon
hak
untuk
keterangan tentang tanah dari kantor agraria,
sertifikat
dan
biaya-biaya
yang
berhubungan
dengan pendaftaran tanah. Uang pemasukan yaitu sejumlah uang tertentu yang di bayarkan
oleh
pemohon
hak ke[ada
negara
hak atas tanah sesuai
agar
pemohon
diberikan
Apabila
tanah yang dimohon haknya merupakan dahulu, maka
yang
tidak
kepada diminta.
tanah
yang
dipungut
uang
dibebaskan
terlebih
pemasukan,
tetapi dipungut uang administrasi sebesar
1%
dari uang pemasukan yang seharusnya dibayar. Uang
sumbangan landreform yaitu sejumlah uang
dibayarkan adalah Yang hak
kepada yayasan dana landreform yang
50% dari uang pemasukan atau
uang
dimaksud pembebasan tanah yaitu atas
haknya
tanah agar pemegang
hak
yang
besarnya
administrasi.
semacam bersedia
dengan penggantian, yang dapat berupa
pembelian melepaskan uang
atau
harta lain. Sedangkan awal
yaitu
meperbarui memperbarui akan
tetapi
biaya yang dikeluarkan setelah
biaya hak. hak
untuk memperpanjang Biaya untuk
perolehan
hak
atau
untuk
memperpanjang
atau
untuk
perolehan
awal,
ini sama dengan biaya
tentu saja tidak termasuk
uang
pembebasan
tanah. Karena tanah sebelumnya telah dikuasai oleh
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
pihak
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang
memperpanjang hak sehingga tidak perlu
membebaskan
tanah terlebih dahulu. 2.1.2.2. Penyusutan Harta Berwu.iud dan Tak__BerHtt.iud Menurut Perpajiakan. Secara eksplisit, pengertian mengenai penyusutan mengenai
disajikan penyusutan
dalam
UU
ini dapat
PPh
1994.
dipahami
pengertian
dari
beberapa
pasal yang mengatur tentang hal tersebut. Pasal 6 UU
PPh
1994 menyebutkan, untuk menghitung jumlah PhKP ditentukan dari
penghasilan bruto dikurangi, antara lain,
tan.
Kemudian
pasal 11 ayat 6 UU PPh
1994
penyusutan ditetapkan dengan mengalikan dasar
penyusu
menyebutkan penyusutan
(yang dapat berupa harga buku atau harga perolehan) tiaptiap golongan dengan masing-masing tarifnya. Bahkan pasal 9 ayat 2 memperjelas definisi panyusutan -tersebut. Dari uraian di atas, tan
adalah
berwujud
alokasi
dapat dikatakan bahwa penyusu
pembebanan
biaya
(yang tersirat dalam dasar
perolehan
penyusutan)
harta selama
beberapa tahun pajak. Sama halnya dengan penyusutan, tentang amortisasi di sini diberikan definisi atau pengertian secara pula.
eksplisit
Dalam pasal 9 ayat 2 UU PPh 1994 disebutkan
"Pengeluaran penghasilan
untuk mendapatkan, managih, dan yang
mempunyai masa manfaat
bahwa
memelihara
lebih
dari
1
(satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
ligus, Biaya
melainkan di
sini
memperoleh
dibebankan meliputi
melalui
amortisasi..."19
pengeluaran-pengeluaran
untuk
harta tak berwujud dan biaya-biaya lain
yang
mempunyai masa manfaat lebih dari setahun, misalnya biaya sewa yang dibayar di muka untuk jangka waktu 2 tahun. 1. Penentuan Harga Perolehan
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa dasar penyu sutan merupakan jumlah yang akan digunakan untuk menetapkan
jmlah beban penyusutan dalam tahun
penyusutan golongan
tertentu.
di sini dapat berupa harga buku
untuk
1, golongan 2, golongan 3, dan golongan 4
juga berupa harga perolehan, yaitu khusus untuk
Dasar harta bisa
golongan
bangunan. Dasar penyusutan meskipun berupa harga buku, hal ini tidak
dapat
saat
lepas dari penentuan harga
perolehan
pembelian. Demikian halnya dengan dasar
berupa
pada
penyusutan
harga perolehan. Berikut ini diuraikan
penetapan
harga perolehan dari berbagai oara perolehan. a. Harta Berwujud yang Diperoleh dari Penbelian UU PPh 1984 pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa perolehan tidak
adalah jumlah yang
sesungguhnya
ada penjelasan lebih lanjut
mengenai
harga
dikeluarkan, biaya-biaya
diluar harga harta yang bersangkutan.
19 UU No. 10 Tahun 1994. pasal 9 ayat 2.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Masalahnya dikeluarkan alnya
bagaimana dengan biaya-biaya
lain
yang
agar harta benar-benar siap digunakan,
nis-
biaya pengangkutan, bea masuk,
biaya
pemasangan,
PPn BM, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan. biaya-biaya tersebut akan dikapitalisasi atau
Apakah
dibebankan
langsung pada tahun terjadinya. Dan
bagaimana halnya dengan pembelian secara
tidak
kontan atau cicilan. Apakah bunga yang dibayarkan dikapi talisasi
atau dibebankan langsung pada tahun
terjadinya
pembayaran. b. Harta Berwujud yang Dibangun Sendiri Perolehan oleh
harta
dengan cara ini
tidak
disebutkan
UU PPh 1994, tetapi cara perolehan ini dapat
dida-
sarkan pada pasal 10 ayat 1 UU PPh 1994 juga. Jadi
harga
perolehan meliputi seluruh jumlah yang dikeluarkan. Masalah yang timbul di sini adalah bagaimana kuan biaya, bunga pinjaman yang digunakan untuk harta
tadi.
Apakah mengikuti ketentuan
perla
membangun
akuntansi
yang
apabila syarat-syarat tertentu dipenuhi, biaya bunga atas pinjaman boleh dikapitalisasi, ataukah langsung
dibeban
kan seperti halnya biaya bunga lain. c. Harta yang Diperoleh dari Pertukaran Perolehan dengan cara ini disinggung dalam
penjela-
san pasal 10 ayat 2 UU PPh 1994. Dalam penjelasan but pasar
SKRIPSI
dicontohkan kedua
mengenai pertukaran harta,
harta yang ditukar sama.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
Harga
terse
yang pasar
harga ini
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menjadi harga perolehan dan juga menjadi pengurang menetapkan
dasar
penyusutan, jika
harta
yang
untuk ditukar
harta golongan bukan bangunan. Masalahnya yang Jumlah baru
bagaimana bila terjadi pertukaran
harta
harga pasarnya tidak seimbang dan melibatkan
uang.
mana akan dicatat sebagai harga dan
untuk
jumlah mana akan digunakan
menentukan
perolehan sebagai
dasar penyusutan, dan
harta
pengurang
bagaimana
pula
untuk pertukaran bangunan. d. Pembelian Harta Secara Kelonpok
Perolehan yang dilakukan lompok
harta,
ketentuan harga jika lompok
PPh
sejauh
dengan cara membeli
pengetahuan
1994 yang
penyusun
mengaturnya.
seke
belum
Sebagai
ada
contoh,
perolehan secara individual dari sekelompok
harta
ditotal adalah Rp500 juta. akan tetapi, jika
seke
harta
tersebut dibeli sekaligus
harganya
hanya
Rp450 juta. Masalahnya bagaimana mencatat perolehan harta terse but,
bila
dibeli
berlain-lainan
secara kelompok
dan
golongannya atau bahkan
harta dari
tersebut sekelompom
harta tadi terdapat harta yang tidak boleh disusutkan. e. Perolehan Harta dengan Sena Guna Usaha
Sewa dalam
guna usaha atau leasing secara
khusus
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMR.
diatur 01/1991.
Keputusan tersebut mulai berlaku tanggal 19 Januari 1991. Sebelumnya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
48/KMK. 013/1991, karena ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi, pembahasan selanjutnya akan mengacu pada
keten
tuan yang masih berlaku, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK. 10/1991. Leasing yaitu hak
menurut PPh 1994 dibagi menjadi dua
jenis,
leasing dengan hak opsi (finance lease) dan opsi
Menteri
(operating lease). Dalam Keuangan
tersebut
pasal
disebutkan
13
Keputusan
bahwa
perlakuan
akuntansi
leasing
dilaksanakan
sesuai
akuntansi
leasing
yang
Indonesia.
-syarat
dengan
diatur
tersebut,
Dan
sebagai
transaksi
dalam pasal 3
juga
sebelumnya.
minimum
hampir sama
Hanya
oleh 2
golongan jumlah
syarat
Keputusan dengan
Menteri
syarat bahwa masa leasing
tahun, golngan 2 dan 3 minimum 3 minimum 7 tahun.
lease
Keuangan
syarat-syarat
PPh 1994 dibedakan bahwa untuk
bangunan
Syarat
yang
diuraikan minimum
2
golongan
1
tahun, yang
usaha pertama dan ditambah nilai sisa barang modal
dan lain,
pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa
dapat menutup harga perolehan
akan
finance/capital
ditentukan dalam akuntansi, seperti yang telah
tahun,
standar
yang harus dipenuhi apakah suatu transaksi
dikelompokkan yang
ada di
tanpa
guna harus
dan keuntungan lessor, dan
perjanjian mengatur mengenai opsi bagi lessee. Di
samping
itu persyaratan untuk
operating
juga disebutkan secara jelas dalam pasal 4, yaitu pembayaran
SKRIPSI
sewa guna usaha selama masa sewa
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
guna
lease jumlah usaha
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
pertama tidak dapat menutup harga perolehan barang dan keuntungan lessor dan perjanjian tidak mengatur
modal opsi
bagi lessee. Namun,
perlakuan
menurut PPh 1994 diatur
mengenai
pembebanan
penyusutan
diatur berbeda dengan akuntansi,
dalam pasal 14 dan 16 Keputusan Menteri
yaitu
tersebut
sebagai berikut. Untuk finance lease: a. Lessor
tidak boleh melakukan penyusutan harta
yang
bersangkutan. b. Lessee
tidak boleh melakukan penyusutan atas
harta
yang bersangkutan selama masa leasing. c. Setelah lessee menggunakan hak opsinya untuk membeli harta yang bersangutan, lessee baru melakukan penyu sutan
dengan dasar penyusutannya adalah nilai
(residual value) harta tersebut, yang telah kati
oleh
lessor dan lessee pada
awal
sisa
disepa-
perjanjian
leasing. d. Pembayaran leasing yang telah dibayar atau terhutang oleh
lessee, kecuali pembebanan atas
tanah,
dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagai biaya. Untuk operating lease: Operating lease ini tidak lain dengan sewa-menyewa biasa. a. Lessor melakukan penyusutan
sesuai pasal 10 UU
PPh
1994. b. Lessee
SKRIPSI
dapat
membebankan seluruh
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
pembayaran
sewa
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
guna usaha sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Masalahnya
di sini dalam hal leasing jenis
lease,
siapakah
apakah
harta
lease
yang menyusutkan harta
yang
memang
finance
tersebut,
disewa-guna-usahakan
tidak disusutkan baik oleh
jenis
atau
finance
lessor
maupun
lessee. Selain cara-cara perolehan seperti di atas, dengan
perkembangan dunia usaha ada pula cara
harta
berwujud yang lain dari yang telah
atas,
sejalan perolehan
diuraikan
yaitu ruilslag. Euilslag mu1anya merupakan
di
pertu
karan persil (tanah) dengan persil juga. Akan tetapi pada akhirnya
berkembang
sekelompok ditambah
menjadi
pertukaran
tanah
harta misal tanah (di lokasi yang gedung
di atas tanah yang baru
dengan
baru/lain)
dan
peralatan
lain. f. Perolehan Harta Tak Berwujud
Disebutkan
dalam pasal 10 UU PPh 1994, bahwa
perolehan harta tak berwujud dan biaya lain yang yai
masa manfaat lebih dari setahun diamortisasi
dengan bahwa yang
golongannya.
Karena di
depan
harta berwujud dan tak berwujud sama,
maka
harga perolehan ini
telah
mempun sesuai
disebutkan
berlaku juga
harga
prinsip
sama
yaitu
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan. Termasuk adalah
SKRIPSI
hak
dalam
golongan
harta
tak
berwujud
paten, hak cipta, pembayaran sewa
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
di
ini muka.
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
biaya penelitian dan pengembangan. Akhir-akhir ini sedang hangat
mengenai perjanjian build, operate
(BOT),
yaitu perjanjian antara dua pihak, pihak
sanggup
and
sarana gedung dan lain-lain di atas pertama, kemudian pihak kedua
jangka
milik
mengelolanya
dalam
habis, pihak kedua menyerahkan gedung tersebut
pertama.
sesuai
Sedang
dengan
perjanjian
tanah dari semula
mem-
tanah
waktu tertentu sesuai perjanjian, setelah
waktu lain
pertama
menyediakan tanah dan pihak kedua bersedia
bangun pihak
transfer
jangka
dan
sarana
kepada
pihak
milik
pihak
adalah
pertama dan hak atas tanah tidak berpindah. Jadi kepemilikan
pihak
kedua atas harta yang
dibangunnya
bersifat
sementara. Masalahnya bagaimana penyusutan atau amortisasi yang dilakukan. gedung
Apakah
pihak kedua akan
menyusutkan
sarana
dan lain-lainnya sesuai golongannya secara
vidual,
indi
ataukah BOT dianggap sebagai satu pos harta
tak
berwujud. Apakah pihak pertama juga melakukan penyusutan. Oi Build,
samping itu masih ada pula perjanjian BOO Operate and Own. Dengan BOO sarana yang
tetap
dimiliki
selama
tidak
dan dioperasikan
oleh
dialihkan kepada pihak
yang lain.
yaitu
dibangun membangun,
Masalahnya,
bagaimana pula perlakuan penyusutan dan amortisasinya. Dasar penyusutan menurut PPh 1994 hanya
dipengaruhi
oleh
harga perolehan, karena tidak dikenal adanya
sisa
atau dengan kata lain nilai sisa selalu nihil.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
nilai Hal
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
ini dimaksudkan sebagai insentif bagi wajib pajak,
bahwa
seluruh
untuk
pengeluaran,
mendapatkan, pengeluaran bruto.
menagih
dan memelihara
biaya
penghasilan,
tersebut boleh dikurangkan dari
Dasar
diuraikan
asal tetap merupakan
penyusutan menurut
PPh
1994
maka
penghasilan selanjutnya
pada sub bab Tarif, Dasar dan Metode
Penyusu
tan . 2.1.2.3.
Pengelojipokan
Harta vang__ Disusutkan_daa
Jangka Waktu Penyusutan. a. Pengelompokan Harta yang Disusutkan PPh
1994 menentukan harta yang disusutkan dan
mortisasi jangka
menjadi empat golongan, yang
waktu
didasarkan
kegunaan harta. Pengelompokan
ini
dia pada diatur
dalam pasal 11 ayat 6 UU PPh 1994, yaitu sebagai berikut. a. Golongan
1,
mempunyai
masa
tidak lebih b. Golongan memiliki
meliputi harta
bukan
manfaat lebih dari
bangunan, setahun
yang tetapi
dari 4 tahun.
2, masa
mencakup harta
bukan
manfaat lebih dari 4
bangunan, tahun,
yang tetapi
tidak lebih dari 8 tahun. c. Golongan yang
3,
memiliki
yaitu harta golongan masa
manfaat lebih
bukan dari
bangunan, 8
tahun,
tetapi tidak lebih dari 16 tahun. d. Golongan 4, yang mencakup harta bukan bangunan
yang
masa manfaatnya lebih dari 16 tahun tapi kurang dari
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
20 tahun. e. golongan bangunan yang meliputi : Permanen Tidak
: masa manfaatnya sampai "20 tahun
permanen : masa manfaatnya tidak
lebih
dari
10 tahun Selanjutnya untuk menentukan suatu harta akan longkan
sebagai
golongan 1, golongan
2
lainnya,
diatur dalam Keputusan Menteri
961/KMK.
04/1983,
yang
kemudian
atau
digo-
golongan
Keuangan
Nomor
disempurnakan
dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 826/KMK. 04/1984. b. Jangka Waktu Penyusutan Golongan harta seperti di atas akan memasukkan harta yang mempunyai masa manfaat yang berbeda-beda dalam
satu
golongan.
yang
Yang akibatnya harta dengan masa manfaat
berbeda disusutkan dalam jangka waktu yang sama.
Sabagai
misal harta golongan 2, harta yang mempunyai masa manfaat 5,
6,
golongan
7,
atau 8 tahun secara jelas
akan
masuk
ini. Menurut logika, harta yang mempunyai
manfaat 5 tahun seharusnya disusutkan dalam jangka
dalam masa waktu
5 tahun, demikian juga untuk harta dengan masa manfaat
8
tahun akan disusutkan selama 6 tahun. Akan tetapi masalahnya menurut PPh 1994, harta-harta tersebut
dianggap memiliki masa manfaat yang sama
memiliki masa manfaat paling lama 8 tahun. Namun, waktu penyusutan juga tidak dilakukan dalam jangka
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yaitu jangka waktu
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
tahun,
sampai
tetapi sampai batas waktu tak
harta yang bersangkutan ditarik
terhingga dari
aw.
pemakaian.
Kemudian bagaimana dengan masa manfaat harta tak berwujud yang
telah jelas, misal pembayaran sewa di muka untuk
5
tahun. selanjutnya,
PP
no. 42 Tahun 1985 pasal 3
menentukan
saat
dimulaimya
dilakukan
amortisasi
adalah pada tahun pengeluaran, dengan
ayat
penyusutan
1 dan
perke-
cualian sebagai berikut: a. untuk
harta yang masih dalam pengerjaan
penyusutan
dan amortisasi dimulai setelah harta selesai pengerjaannya, b. untuk dimulai
harta yang
disewa-guna-usahakan
penyusutan
pada tahun harta yang bersangkutan
guna-usahakan.
disewa-
.
Jadi penyusutan dan amortisasi tidak dilakukan waktu
harta
yang
bersangkutan
digunakan.
Dan
itupun
dilakukan untuk 1 tahun penuh, tanpa melihat kapan lainya
penggunaan,
jadi
tidak
ada
pada
dimu-
penyusutan
dengan
pecahan tahun, misal 6 bulan. Suatu harta yang sama jenisnya, karena dipakai untuk usaha
yang berbeda sehingga frekuensi pemakaiannya
berbeda, manfaat
dengan
hal
tersebut
tentunya
taksiran
masa
harta pengelompokannya harus nengikuti Keputusan
suatu t Menteri
Keuangan
04/1984
SKRIPSI
juga akan berbeda. Namun menurut PPh 1994
juga
No. 961/KMK. 04/1983 dan No.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
826/KMK.
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
tentang penentuan jenis-jenis harta dalasi golongan.
2.1.2.4. Tarif, Dasar. dan Metode Penyusutan. a. Tarif Penyusutan Tarif
penyusutan
harta menurut
perpajakan
diatur
dalam pasal 11 ayat 6 UU PPh 1894, yaitu sebagai berikut. Golongan
Tarif penyusutan garis lurus saldo menurun
Bukan bangunan Golongan Golongan Golongan Golongan
1 2 3 4
25% 12.5% 6.25% 5%
Bangunan. Permanen Tidak permanen Perpajakan
50% 25% 12.5% 10%
5% 10%
tidak memberikan alternatif tarif
penyusutan
yang lain bagi manajemen selain tarif penyusutan
seperti
yang telah disebutkan di atas. b. Dasar Penyusutan Pada sub bab terdahulu
telah disinggung bahwa dasar
penyusutan menurut perpajakan ada yang berupa harga buku, dan ada pula yang berupa harga perolehan. Dasar
penyusu
tan berupa harga buku diatur dalam pasal 11 ayat 4, 5,
8
UU PPh 1994 dan pasal 3 ayat 4 PP No. 42 Tahun 1985, yang mana untuk
dasar penyusutan berupa harga buku
ini
harta berwujud golongan bukan bangunan
diterapkan dan
harta
tidak berwujud.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Dasar golongan
penyusutan dari masing-masing harta bukan bangunan dan harta tidak
berwujud
berwujud
suatu
tahun pajak sama dengan dasar penyusutan tahun sebelumnya dikurangi
penyusutan tahun sebelumnya,
ditambah
dengan
penambahan dan dikurangi dengan pengurangan yang diperbo lehkan peraturan. Pengurangan yang dimaksud menurut UU PPh 1994 terse but adalah pengurangan karena penarikan harta. gan
karena
sebesar
sebab
harga
biasa (dijual
pasarnya.
atau
Pengurangan
Penguran
ditukar) karena
adalah
penarikan
sebab luar biasa (kar.ena musibah) atau disumbangkan dihibahkan
atau
diwariskan adalah
sebesar
sisa
atau harga
buku. Sedang untuk harta tak berwujud, pengurangan selalu berupa harga buku. Dasar penyusutan berupa harga perolehan diatur dalam pasal
11 ayat 4 dan 6 UU PPh 1994 dan pasal 3 ayat 5
No. 42 Tahun 1985, yang mana dasar penyusutan ini apkan
suatu
diter
untuk harta golongan bangunan dan harta tak
lainnya.
Dasar penyusutan harta golongan bangunan
tahun
pajak adalah dasar
penyusutan
tahun
yaitu sebesar harga perolehan, bila tidak terjadi bahan atau pengurangan. Pengurangan untuk harta
PP
gerak untuk lalu penam
bangunan
selalu berupa harga perolehan, tanpa melihat sebab penar ikan. Sedangkan
SKRIPSI
yang
dimaksud
dengan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
penambahan
untuk
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
f
penetapan dasar penyusutan di sini dapat berupa pembelian harta
baru,
perbaikan-perbaikan
yang
dapat
menambah
kapasitas atau yang menambah umur harta yang lama. Penam bahan
dicatat selalu dengan harga perolehan atau
penge
luaran yang sesungguhnya, tanpa melihat golongan harta. c. Metode Penyusutan Dari
uraian-uraian di atas sebenarnya
menggambarkan
metode penyusutan dan
telah
amortisasi
dapat menurut
perpajakan. Namun, untuk lebih jelasnya berikut ini
akan
diuraikan mengenai hal tersebut. Metode-metode penyusutan dan amortisasi yang
diakui
menurut perpajakan adalah sebagai berikut. Metode penyusutan, ada dua metode yaitu: a. Metode
saldo
balance),
menurun secara
yang
berimbang
diperuntukkan bagi
(declining
harta
golongan
golongan
bangunan
bukan bangunan. b. Metode
garis lurus, untuk harta
dan bukan bangunan. Metode amortisasi, ada dua metode yaitu: a. Metode menurun secara berimbang (declining dan
balance)
metode garis lurus (straight line) untuk
tak berwujud
sesuai dengan golongan masa
harta
manfaatn
ya. b. Metode
satuan produksi, untuk hak
penambangan
dan
penyusutan
dan
hak pengusahaan hutan. PPh
SKRIPSI
1994
menyebutkan bahwa metode
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
amortisasi perolehan
yang
digunakan
untuk
mengalokasikan
harta berwujud dan harta tak
harga
berwujud
adalah
metode declining balance dan metode straight line,
masa-
lahnya apakah metode-metode tersebut mempunyai pengertian yang
sama
dengan metode declining
straight line dalam akuntansi 2.1.2-5-Laba
Rqgj
balance
dan
metode
atau ada perbedaannya.
Penarikan.
Ketentuan
PPh
1994
tentang penarikan harta dituangkan dalam pasal 11 ayat
7
UU PPh 1994. Terdapat dua jenis penarikan dalam PPh 1984. Yaitu penarikan dengan sebab luar biasa, penarikan karena sebab biasa. Namun, untuk pengakuan laba rugi
penarikan,
terdapat penarikan jenis lain yang tidak disebutkan dalam ketentuan
tersebut, yaitu penarikan karena
atau diwariskan Penarikan harta
atau dihibahkan. karena sebab luar biasa adalah
yang disebabkan adanya bencana atau
menimpa
harta
disumbangkan
yang bersangkutan, sehingga
digunakan lagi. Penghentian sebagian besar
penarikan
musibah tidak usaha
sebab diluar kekuasaan manajemen termasuk dalam
yang dapat karena
kategori
penarikan ini. Sedangkan penarikan karena sebab biasa adalah penar ikan yang dikarenakan oleh sebab di luar penyebab penari kan luar biasa, misalnya dijual atau ditukar dengan harta milik perusahaan lain. Penarikan
SKRIPSI
karena disumbangkan atau diwariskan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
atau
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dihibahkan, untuk penetapan dasar penyusutannya kategori tetapi
atau untuk
Pengakuan
sama dengan penarikan sebab pegakuan laba rugi
termasuk
luar
penarikannya
laba atau rugi masing-masing
jenis
biasa, berbeda.
penarikan
tersebut diuraikan di bawah ini. 1. Penarikan Karena Sebab Luar Biasa
Laba biasa
rugi
yang timbul dari
diakui pada tahun terjadinya
penarikan
sebab
penarikan.
luar
Kerugian
yang diakui adalah sebesar harga buku, untuk semua
jenis
dan
harga
golongan. Sedang keuntungannya adalah sebesar
jual
(tepatnya
hasil penjualan neto) atau
harga
ganti
(dari asuransi) harta yang bersangkutan. Ketentuan ayat
mengenai
hal ini diatur dalam
7 (a) UU PPh 1994. Namun ketentuan
mengatur sutkan
harta
11
tersebut
hanya
pengakuan laba rugi penarikan harta yang
disu
dengan metode saldo menurun ( harta
golongan
pasal
2,
golongan 3, dan golongan 4).
golongan Sedang
1,
untuk
golongan bangunan, diatur dalam pasal 3 ayat 5
PP
no. 42 Tahun 1985. penarikan jenis ini untuk harta tak berwujud
diatur
dalam pasal 11 ayat 7 (a) UU PPh 1894, yang juga ditegaskan atas yaitu
dalam pasal 3 ayat 6 PP No. 42 1985, yang laba atau rugi penarikannya sama seperti
di
atas,
kerugian sebesar harga buku dan diakui pada
tahun
terjadinya
SKRIPSI
perlakuan
penarikan. Keuntungan adalah
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
sebesar
harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
jual
(hasil
asuransi,
penjualan neto) atau harga
dan keuntungan atau kerugian
pengganti tersebut
dari diakui
pada tahun terjadinya penarikan ini. 2. Penarikan Karena Sebab Biasa
Pengakuan dalam
pasal
laba
rugi penarikan jenis
11 ayat 7 (b) UU PPh 1994.
ini
di
atur
Pengakuan
laba
rugi penarikan jenis ini berbeda sekali dengan laba
rugi penarikan sebab luar biasa. Bahkan
pengakuan sepertinya
penarikan sebab biasa ini tidak ada pengakuan laba ruginya.
Pada saat penarikan memang tidak ada pengakuan
rugi,
hal
ini dikarenakan penerimaan neto
(harga
dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan untuk
penjualan
harta
jumlah
tersebut)
dikurangkan
laba jual
keperluan
langsung
dari
awal untuk memperoleh dasar penyusutan. Dan
rugi dalam ketentuan tersebut tidak disebut sama
laba
sekali,
apalagi mengenai pengkuannya. Di depan telah disebutkan bahwa penarikan jenis antara
lain
Untuk
pertukaran
harta berwujud (termasuk harta tak berwujud),
samahalnya
dengan
juga karena
penjualan,
ditukar/diserahkan
di (
pertukaran.
ini
mana yang
harga
wajar
merupakan
harta
yang
penerimaan
neto)
dikurangkan dari jumlah awal ( dan harga wajar harta yang diterima tidak
ada
ditambahkan pada jumlah awal). Dan sekali pencatatan tentang laba atau
rugi
lagi
penarikan
harta.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Pengakuan
laba
rugi penarikan karena
sebab
biasa
seperti di atas hanya berlaku untuk harta berwujud
bukan
bangunan, sedang untuk harta golongan bangunan dan
harta
tak berwujud pengkuan laba ruginya sama dengan laba
pengakuan
rugi penarikan karena sebab luar biasa,
diatur Jadi
yang
dalam pasal 3 ayat 5 dan 6 PP No. 42 meskipun
harta tak
berwujud
mana
1985
digolongkan
juga. menjadi
harta golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan tetapi
pangakuan laba rugi penarikan karena sebab
4
biasa
tidak sama dengan penarikan biasa harta berwujud golongan 1,
golongan
sebab
2, golongan 3, dan
golongan
4.
Penarikan
biasa barta berwujud golongan bukan bangunan
lah-olah tidak ada pengakuan laba rugi, sedang
seo-
penarikan
karena sebab biasa harta tak berwujud pengakuan laba rugi penarikannya jelas. Sedang pertukaran, yang mana perusahaan harta
berwujud golongan bukan bangunan
saham, buku
menyerahkan
dengan
menerima
maka harta yang diserahkan dinilai sebesar (
menjadi
tidak nilai
dengan harga pasar, dan perolehan
bagi
harga
pihak
harga
buku
yang
ini yang
menerimanya), sehingga tidak ada pengakuan laba rugi atas penarikan harta berwujud tadi. Masalahnya, apakah memang penarikan harta yang tidak menyebutkan ini
tepatnya
golongan
SKRIPSI
adanya pengakuan laba atau rugi harta
berwujud golongan
3, dan golongan 4) benar-benar
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
1,
(dalam golongan
tidak
hal 2,
mengakui
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
adanya
laba rugi. Atau apabila ditangguhkan, kapan
dia-
kuinya laba atau rugi tersebut. 3. Penarikan Karena Disumbangkan
Selain
pengakuan laba rugi penarikan
harta
karena
sebab biasa dan luar biasa, masih ada lagi pengakuan laba rugi
yang
pengakuan
lain dari yang telah dibahas di laba rugi penarikan karena
diwariskan
atau
yang sejenisnya.
yaitu
disumbangkan
Pengakuan
karena
penarikan jenis ini memang tidak
khusus
dalam
tetapi,
atas,
ketentuan undang-undang
atau
laba
disebut
rugi secara
perpajakan.
pasal 9 ayat 1 huruf f dan huruf i UU
Akan
PPh
1994
menyebutkan bahwa harta yang dihibahkan , diwariskan, dan yang disumbangkan tidak boleh dikurangkan sebagai biaya. Sejalan
dengan
hal di atas, maka
penarikan
harta
yang disebabkan karena disumbangkan, termasuk di dalamnya dihibahkan, bukunya
diwariskan atau yang sejenisnya, sisa
tidak boleh diakui sebagai kerugian
harga
atau
biaya
yang mengurangi penghasilan bruto. PPh 1994 menilai bahwa pengorbanan untuk sumbangan, hibah, hadiah, atau
warisan
bukan termasuk dalam pengertian dalam rangka mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 3 ayat 4 PP No. 42 Tahun 1985. ini harta
berlaku untuk semua golongan atau jenis harta,
baik
berwujud golongan 1, golongan 2, golongan
dan
golongan
SKRIPSI
Ketentuan
bangunan
dan harta tak gerak
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
lainnya
3,
maupun
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
harta tak berwujud. 2.2. Metode Penelitian 2.2.1. Definisi Operasional
Untuk maka
memperjelas dan atau
mempermudah
disini perlu definisi operasional.
pemahaman,
Sehingga
tidak
menimbulkan bias dalam penafsirannya. Penyusutan:
Alokasi sistematik nilai orisinil
sepanjang
usia manfaat aktiva. Laba
rugi penarikan aktiva tetap: Keuntungan atau
keru
gian
yang timbul dari penghentian atau
suatu
pelepasan
aktiva tetap. Akuntansi: Menurut ketentuan akuntansi ( Standar Akuntan si Keuangan atau Prinsip Akuntansi yang lazim). Perpajakan: Menurut ketentuan perpajakan di Indonesia. 2.2.2. Jenis dan Sunber Data
Dalam adalah dan
penyusunan skripsi ini, jenis yang
penelitian Kepustakaan yaitu dengan meneliti
kabar,
buku-buku,
majalah-majalah
dan
digunakan
mengumpulkan
peraturan-peraturan, media
cetak
lainnya
suratyang
berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. Meskipun tidak melakukan penelitian lapangan,
untuk
mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini penyusun juga meminta penjelasan-penjelasan atau
keterangan-keterangan
dari pihak-pihak tertentu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.3. Teknik Analisis Dari data yang diperoleh dari sumbernya, maka dianalisis
secara
mendalam
kedua
ketentuan
yang
dengan ada, hal
memperbandingkan ini
untuk
antara
mendapatkan
gambaran mengenai perbedaan-perbedaan antara kedua keten tuan apakah
tersebut. Langkah selanjutnya
adalah
ketentuan yang ada sudah menampung
menganalisis perkembangan-
perkembangan baru. Yang untuk selanjutnya ditarik
kesim-
pulan apakah perlu dikeluarkan ketentuan-ketentuan baru.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III PEHBAHASAH
3.1. Pengaruh Ketentuan Tentang Penyusutan Terhadap
Laba
Kena Pajak
Manajemen berhak
dalam
mengelola sumber
daya
perusahaan
dan wajib meminimumkan pajak yang harus
dibayar.
Usaha ini sepanjang dilakukan secara legal, bukan merupa kan
penggelapan
memliiki yang
pajak.
Perusahaan
besar
kemungkinan
bagian perencanaan/konsultan pajak
akan
keputusan
sangat membantu manajemen dengan
memperhatikan
dalam
dampak
tersendiri, pengambilan
perpajakannya.
Perusahaan yang kecil, perencana/konsultan pajak tersebut dapat
merupakan
beban, yang manfaatnya
mungkin
justru
lebih kecil daripada biayanya. Oleh karena itu perusahaan kecil
biasanya
khusus.
Hal
pengaruh jangka
meminimumkan
ini dilakukan
perpajakan
jangka
pajak dengan
tanpa tidak
panjang.
perencanaan memperhatikan
Apabila
panjang telah menjadi pengaruh jangka pendek
harus dihadapi, hal ini baru dipikirkan untuk kan
lagi
pajak
terus-menerus ini
pengaruh
tidak
yang harus dibayar,
demikian
dilakukan. Singkatnya, jika
ada hutang pajak, masalah
meminimum hal
mungkin
kemudian
dan
di
ini hari hari
dipikirkan lagi nanti. Peminimumam pajak baik dengan atau tanpa,perencanaan
57
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
dapat
menggunakan metode penyusutan sebagai
salah
satu
alat-alatnya. WP pada umumnya untuk keperluan perpajakan, lebih
cenderung mengakui pengeluaran sebagai biaya
dibebankan pada waktu terjadinya, daripada sasinya.
yang
mengkapitali-
Hal ini tentu dengan aSumsi WP tidak
menderita
rugi dan tidak melanggar ketentuan perpajakan. Dalam
sub
bab ini akan dibahas pengaruh ketentuan penyusutan terhadap laba kena pajak. 3.1.1. Basis Penbukuan
Pengakuan hanya
pendapatan
dan biaya
menurut
akuntansi
dilakukan dengan menggunakan basis akrual.
perpajakan
Indonesia
memperbolehkan Pengertian sama.
(selanjutnya
pemakaian
disebut
basis kas atau
Sedang
PPh
basis
1994) akrual.
basis akrual menurut akuntansi dan PPh
Tetapi pengertian basis kas antara
1994,
akuntansi
dan
PPh 1995, berbeda. Akan
tetapi, sebenarnya basis akrual menurut
akun
tansi sendiri terdapat penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan
tersebut
diperkenankan
untuk
hal-hal
sebagai
berikut : 1. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi. Hal ini diperuntukkan bagi produk yang nilai sudah
tertentu atau yang sudah dapat dipastikan
terjual tersebut
SKRIPSI
pasarnya
dengan . harga tertentu. Dan tidak
terhadap
diperlukan beban pemasaran
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
akan produk
yang
tak
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
berarti
serta
satuan produk
dapat
karkan,
misal
logam
produk
mulia,
saling
dipertu-
pertanian
atau
.produk yang dijual berdasarkan kontrak. 2. Pendapatan
diakui
secara proporsional
selama
tahap
produksi. Hal ini diperuntukkan bagi proyek-proyek yang memerlukan
jangka waktu penyelesaian yang melebihi
periode
akuntansi. Laba dalam hal ini
proporsional Bagian
didasarkan
pada
penyelesaian jika
diakui
atas pekerjaan yang telah
pekerjaan
secara
biaya
fisik. Hal ini
secara
diselesaikan.
yang telah diselesaikan persentase
beberapa
ini
atau
dapat
persentase
dapat
taksiran biaya atau kemajuan untuk
digunakan
penyelesaian
proyek
dapat dipertanggungjawabkan.
Jika
penaksiran
tidak
dapat
maka
digunakan
metode
kontrak selesai, artinya laba rugi baru
dipertanggungjawabkan
dihi-
tung setelah pembangunan selesai. 3. Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima. Hal
ini diperuntukkan bagi penjualan
secara
cicilan
yang kolektibilitas piutangnya tidak dapat dipastikan. Pengakuan pendapatan jenis ini dapat dilakukan sarkan
persentase
laba kotor
dari
pembayaran
laba baru diakui setelah
berda yang
diterima
atau
harga
pokok
tertutup
seluruhnya dari pembayaran-pembayaran
cici
lan . Atas
SKRIPSI
penyimpangan-penyimpangan tersebut,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
PPh
1994
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
baru
mengatur
pengakuan pendapatan atas
proyek
jangka
panjang yaitu dalam pasal 5 (1) PP No 42 tahun 1985. 1994
mengharuskan pemakaian metode
persentase
PPh
penyele-
saian, meskipun tidak dijelaskan harus memakai persentase penyelesaian
berdasar biaya atau fisik,
tetapi
apabila
digunakan secara konsisten pilihan atau keduanya, menurut penyusun, dapat dilakukan. Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai dan pada saat pembayaran diterima diatur oleh perpajakan. Basis
kas menurut PPh 1994 dapat digunakan,
harus menaati modifikasi ketentuan yang telah
tetapi
ditetapkan
oleh undang-undang. Jadi basis kas menurut PPh 1994 tidak murni
lagi
dilakukan
karena telah
dimodifikasi.
untuk mencegah WP melakukan
Modifikasi
ini
tindakan-tindakan
untuk menghidarkan pajak. Misalnya, mendekati akhir tahun pajak,
WP membuat estimasi pajak yang
terhutang
adalah
sejumlah tertentu. Supaya tidak ada pajak yang terhutang, WP
melakukan pengeluaran yang dapat dikurangkan
biaya,
misal membeli harta berwujud atau membeli
sebagai perse-
diaan dengan tunai. Dengan
cara
tersebut WP dapat
meminimumkan
yang terhutang untuk tahun tersebut. Apalagi bila luaran
tersebut tetap akan dilakukan untuk
kutnya.
Dengan
begitu WP akan lebih
tahun
cenderung
kannya sekarang, karena jika dilakukan pada tahun ang,
SKRIPSI
pajak penge berimelakusekar-
disamping alasan memang tetap akan dikeluarkan,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
WP
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
juga dapat menghindarkan pajak. Cara
di atas tidak saja dilakukan
oleh
perusahaan
kecil,
yang tidak memiliki bagian perencanaan atau
sultan
pajak tersendiri. Perusahaan besar dengan
perencanaan
pajaknya
akan
semakin
dapat
konbagian
meminimumkan
pajaknya dengan investasi yang terencana dan rapi. Cara penghindaran pajak seperti di atas dapat digambarkan seperti berikut. Mendekati akhir tahun pajak, data dari
suatu perusahaan adalah sebagai berikut.
keseluruhan penjualan Rp
Rp 450 juta, uang yang telah
Penjualan
diterima
ini Rp 400 juta. Pembelian barang yang
dari dijual
300 juta, dan yang telah dibayar adalah Rp 250
Persediaan juta.
akhir
tahun dari barang yang
dijual
Biaya-biaya yang telah dibayar Rp 50 juta.
juta. Rp
25
Biaya-
biaya yang masih terhutang Rp 15 juta. Dengan
menggunakan basis kas murni,
Penghasilan
maka
estimasi
Kena Pajak (PhKP) tahun tersebut (dalam
Rp)
adalah : - Penjualan
400.000.000
- Pembelian
(250.000.000)
- Biaya-biaya
Estimasi PhKP Untuk
(50.000.000)
:
menghindari
100.000.000 pajak, maka
Wajib
Pajak dapat
melakukan
pengeluaran untuk pembelian barang yang masih
terhutang
yaitu Rp 50 juta. Membayar sewa
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
gudang untuk
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
masa dua tahun sejumlah Rp 25 juta (golongan 1).
Membeli
kendaraan angkutan (golongan 1) seharga Rp 25 juta tunai. Dari pengeluaran-pengeluaran ini PhKP (dalam Rp)
menjadi
sebagai berikut : - Penjualan :
400.000.000
- Pembelian :
(300.000.000)
- Penghasilan bruto :
100.000.000
- Biaya-biaya (semula) : (50.000.000) - Biaya sewa :
(25.000.000)
- Pembelian kendaraan :
(25.000.000)
Estimasi PhKP yang baru :
nihil
Dengan basis kas WP berusaha untuk melakukan luaran
yang pasti akan dilakukan pada tahun
penge
berikutnya,
menjadi pengeluaran (akhir) tahun ini, sehingga WP
dapat
juga
tidak
menghindari pajak yang terhutang. Apabila WP
menggeser
pengeluaran tersebut, maka WP akan
menanggung
hutang pajak pada tahun ini. Memang masalah yang dalam basis pembukuan adalah masalah pengakuan atau
penghasilan
dari usaha dan
pengakuan
krusial penjualan
pengeluaran
sebagai biaya atau sebagai harta yang dikapitalisasi. Dengan modifikasi ala UU PPh 1994, perbandingan PhKP antara basis kas dengan akrual disajikan dalam Tabel I. Tabel I Perbandingan PhKP antara Basis Kas dengan Akrual
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Basis Akrual
Basis Kas Penjualan
450.000.000
450.000.000
Harga pokok penjualan - Persediaan awal - Pembelian - Persediaan akhir
300.000.000 (25.000.000)
300.000.000 (25.000.000)
275.000.000
275.000.000
Penghasilan bruto
125.000.000
125.000.000
Biaya yang dapat dikurangkan - Biaya-biaya (semula) - Penyusutan kendaraan - Amortisasi sewa - Biaya masih terhutang
(50.000.000) (12.500.000) (12.500.000)
(50.000.000) (12.500.000) (12.500.000) (15.000.000)
50.000.000
35.000.000
Harga pokok penjualan
Penghasilan kena pajak
Dari contoh tersebut terlihat jelas basis kas berbeda 1994.
murni
jauh dengan pengertian basis kas menurut UU Basis kas ini tetap diperbolehkan oleh
PPh
peraturan,
mengingat WP sangat banyak jenis ragam dan skala
usahan-
ya. Basis kas biasanya digunakan oleh perusahaan perorangan dengan skala usaha kecil atau usaha yang jasa,
menyediakan
yang waktu penyerahan jasa dengan penerimaan
uang
pembayaran relatif bersamaan. Jika
dibandingkan
antara basis
kas
dengan
akrual dalam PPh 1994, maka kedua basis pembukuan but
hampir
sama. Dengan basis kas
WP
tidak
basis terse
mempunyai
peluang memperkecil laba kena pajak hanya dengan
melaku
kan pergeseran pengeluaran-pengeluaran. Karena pengeluar an
SKRIPSI
yang
mempunyai masa manfaat lebih
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dari
satu
tahun
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
pembebanannya dan
hal-hal
harus melalui penyusutan mengenai pengakuan
harga
dan
amortisasi,
pokok
meliputi seluruh pembelian dan memperhatikan
penjualan persediaan,
serta pengakuan penjualan yang harus mencukupi
keseluru-
han penjualan. Jadi dapat dikatakan sebenarnya perpajakan tidak mengakui basis kas. Di dalam formulir surat pemberitahuan pajak
tahunan
(SPT) PPh baik untuk WP badan maupun WP perorangan terda pat
pilihan tentang basis kas atau basis akrual,
belum
tetapi
pernah ada surat edaran (SE) yang menerangkan
perbedaan akrual.
Dari
terletak
satu
prinsip antara basis
kas
uraian di atas perbedaan
pada
pengakuan tahun.
yang
biaya
pos-pos transitoris dan
dengan
antara
basis
keduanya
antisipasi,
yang masa manfaatnya kurang
dan
dari
satu
Pos transitoris misalnya biaya yang dibayar
dari
tahun. Pos transitoris misalnya biaya yang
dibayar
di muka atau pendapatan yang diterima di muka, pos sipasi
apa
misalnya
biaya
yang masih
harus
anti-
dibayar
atau
pendapatan yang akan diterima. Selanjutnya
tentang
konsep matching
cost
against
revenue, konservatisme, dan materialisme. Konsep matching cost
against revenue juga ada dalam
perpajakan.
Hanya,
konsep ini tunduk pada ketentuan PPh 1994. Artinya unsurunsur
penghasilan dan biaya yang dilaporkan dalam
tahun
pajak harus menaati ketentuan
perpajakan.
unsur penghasilan diatur dalam pasal 4 UU PPh 1994,
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
suatu Unsuryang
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
menentukan bukan
unsur-unsur
yang merupakan
penghasilan
penghasilan. Sedang unsur biaya yang dapat
dan
dikur-
angkan dari penghasilan diatur dalam pasal 6 UU PPh 1894, dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari diatur
penghasilan
dalam pasal 9 UU PPh 1994. Dengan menaati
tuan-ketentuan
ini
berarti laba yang
keten-
dilaporkan
menerapkan konsep matching cost against revenue,
telah menurut
PPh 1994. Selanjutnya mengenai konsep konservatisme, PPh
1894
tidak menganut konsep ini. Hal ini terbukti dari pasal
9
ayat 1 huruf c UU PPh 1994, yang menentukan biaya pembentukan dari
atau
pemupukan cadangan tidak
boleh
dikurangkan
penghasilan, kecuali dalam hal-hal yang
ditentukan
lain oleh Peraturan Pemerintah. Artinya jika ada kerugian yang nyata
ditaksir
akan terjadi, tetapi kalau
belum
terjadi, WP tidak boleh mengakui kerugian
nyatamelalui
pembentukan atau pemupukan cadangan. Kemudian konsep materialisme, konsep ini juga dianut oleh PPh 1984. Dalam PPh 1994 pengungkapan masi
meskipun tidak material, tetapi
tersebut harus
apabila
tidak infor-
informasi
menyangkut hutang pajak kepada negara, hal
tetap dilaporkan. Hal ini
dikarenakan
ini
sehubungan
ketaatan pada ketentuan yang berlaku, yaitu ketentuan
UU
PPh 1994 dan ketentuan yang berada di bawahnya. 3.1.2. Harta yang Dapat Disusutkan
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi seperti yang dikemukakan 1994
di
seperti
bab II dengan harta berwujud yang dikemukakan di bab II
dalam
pada
dasarnya
sama. Ciri-ciri yang melekat pada istilah tersebut
ialah
mempunyai wujud, digunakan dalam operasi perusahaan, mempunyai masa manfaat lebih dari setahun. Dalam san
PPh
dan
keputu
Menteri Keuangan mengenai penggolongan harta,
sebe-
narnya hal tersebut merupakan aktiva tetap menurut
akun
tansi. Jadi meskipun istilahnya berbeda, dalam praktiknya pengertian aktiva tetap dan harta berwujud sama. tian
aktiva tak berwujud antara keduanya r
Penger
pada
dasarnya
juga sama, hanya dalam akuntansi tidak menyebutkan umur
aktiva tersebut lebih dari setahun,
1994
dengan
bahwa
sedangkan
tegas menyebutkan umur aktiva
harus
PPh lebih
dari setahun. Namun, akuntansi dengan penggolongan aktiva tidak
berwujud atas dasar masa manfaat, sebenarnya
telah
tersirat
bahwa umur aktiva tidak
berwujud
juga lebih
dari setahun. Meskipun antara akuntansi dengan PPh 1994
mempunyai
pengertian yang pada dasarnya sama mengenai aktiva berwu jud dan tak berwujud, tetapi terdapat perbedaan pengakuan terhadap
suatu aktiva boleh diakui
penyusutan/amortisa-
sinya atau tidak. Aktiva
atau
harta yang
dapat
disusutkan
menurut
akuntansi dan PPh 1994 adalah aktiva yang digunakan dalam operasi
SKRIPSI
perusahaan,
kecuali untuk hal-hal
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang
diatur
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
khusus nilai
misalnya
tanah yang
tidak
ekonomis karena pemakaian,
mengalami atau
penurunan
harta
tersebut
oleh perpajakan dianggap tidak untuk keperluan kan,
menagih dan memelihara penghasilan.
terakhir
ini maka PPh 1994 dengan tegas
mendapat-
Untuk tidak
hal-hal nengakui
penyusutan atas harta tersebut. a. Tanah Akuntansi meskipun telah membagi aktiva tetap menjadi aktiva depreciable (dapat disusutkan) dan able
(tidak dapat disusutkan), tetapi
penjelasan
nondepreci
tidak
lebih lanjut mana saja aktiva
memberikan
yang
termasuk
dalam kelompok dapat disusutkan dan aktiva mana saja yang termasuk tegas
tidak dapat disusutkan. Sedang PPh 1994
menetapkan,
tanah adalah harta yang
dengan
tidak
dapat
disusutkan, kecuali tanah yang mengalami penurunan
nilai
ekonomis karena dipakai. Tanah, di Indonesia dimiliki dalam bentuk hak
milik
(HM), hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB),
hak
pakai, hak sewa. HH tidak terbatas jangka waktu kepemilikannya dan apabila tanah tersebut tidak mengalami
penur
unan nilai karena pemakaiannya, maka tidak boleh disusut kan, baik menurut PPh 1994 maupun akuntansi. Namun bagaimana halnya dengan HGU, HGB, hak pakai dan hak sewa jangka
waktunya
Indonesia
SKRIPSI
terbatas. Pada umumnya badan
tidak memiliki HM atas tanah,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
maka
usaha
yang di
pemahasan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
selanjutnya ditekankan pada HGU, HGB, dan Hak pakai,
Hal
Sewa yang jangka waktunya terbatas. Mengingat kompleksitas masalah pertanahan di Indone sia, pembahasan di sini akan ditekankan pada sifat perolehan
awal dan biaya-biaya yang dikeluarkan
nilai setelah
perolehan awal, apakah mengalami penurunan nilai ekonomis atau tidak, sehingga dapat ditetapkan apakah nilai
pero
lehan awal dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
atau mempertahankan hak atas tanah akan
atau
tidak. Penurunan nilai dapat disebabkan oleh
kaian masa
sehingga manfaatnya
menentukan
aus atau karena berlalunya
disusutkan
waktu
sebab
itu
untuk
dibatasi oleh waktu. Selain
apakah perolehan awal atau
pema-
biaya-biaya
disusutkan atau tidak, pembahasan diperbandingkan
akan
dengan
HM. Jika untuk
ditinjau dari pemakaian tanah
yang
digunakan
keperluan mendirikan bangunan atau sebagai
tempat
usaha pertanian, perkebunan, perikanan, maka nilai
pero
lehan
nilai
awal
ekonomis.
tanah tidak akan mengalami
penurunan
Oleh karena itu nilai perolehan awal dari
hak
atas tanah tidak disusutkan. Selanjutnya
jika
ditinjau
dari
segi
berlalunya
waktu, nilai perolehan awal tanah juga tidak akan lami tanah
penurunan nilai ekonomis. Karena setelah
hak
habis, tanah tersebut tetap dapat dijual. Hal
menunjukkan
SKRIPSI
menga
bahwa nilai perolehan awal
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
tidak
atas ini
mengalami
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
penurunan nilai ekonomis. Seperti yang telah terjadi diberitakan
oleh
harian Kompas, " ...
justru
tanah-tanah
PT Perkebunan yang habis masa HGUnya
dan
sekarang dijual
kepada pihak ketiga ... ^0 Apabila tanah,
ditinjau
hak-hak
dari
sifat-sifat
hak-hak
tersebut ada yang mirip dengan
atas
HM,
ada
pula yang mempunyai sifat-sifat mirip dengan sewa. Sifatsifat
tersebut
ialah dapat tidaknya hak
untuk
beralih
kepada ahli waris jika pemegang hak meninggal atau sengaja dialihkan (dijual) kepada pihak lain dan ada jaminan
untuk
tidaknya
hak
memperpanjang hak
tersebut
tersebut dijadikan jaminan
tidaknya
serta
dapat
hutang
dengan
beralih
kepada
pembebanan hipotek. Hak-hak
yang mempunyai sifat dapat
ahli waris apabila pemegang hak meninggal, dan ada nan untuk diperpanjang haknya jika masa hak telah serta dapat dijadikan jaminan hutang hipotek, mirip HGB.
dengan
H M . Hak yang termasuk di sini
jami habis,
sebenarnya yaitu
Keterbatasan HGU dan HGB dibanding dengan HM
HGU, yaitu
dalam hal keleluasaan untuk pengelolaan dan adanya keharusan
untuk memperpanjang hak di masa yang
akan
datang.
Jadi menurut penyusunan, nilai perolehan awal HGU dan HGB tidak
disusutkan, karena pada dasarnya hak-hak
tersebut
^Editor, "Tanah sambungan dari halaman 1", Rompas f 30 September 1993, hal. 5.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
tidak berbeda dengan hak milik. Undang-undang Pokok Agraria memang hanya menyebutkan bahwa HGU, HGB setelah jangka waktunga habis, maka diperpanjang tersebut habis,
haknya.
juga hak
seterusnya.
Bagaimana
telah
habis.
jika
perpanjangan
hak
Setelah
perpanjangan
hak
tersebut dapat diperpanjang Seperti
dapat
disebutkan
oleh
lagi,
demikian
Effensi
Perangin
sebagai berikut : Pemerintah menyatakan bahwa selama seorang pengusaha mengusahakan tanah dan perusahaannya dengan baik, maka baginya bukan saja dijamin dapat menguasai tanah itu selama haknya berlangsung, akan tetapi pengusahaan tersebut dapat diteruskannya juga setelah hak atas tanahnya berakhir, yaitu dengan memperpanjang atau memperbaharui haknya yang sudah berakhir itu. * Hak-hak tetapi
tersebut
hak-hak
memang mirip
dengan
tersebut setelah jangka
hak
waktu
milik, tertentu
harus diperpanjang haknya. Untuk hal ini diperlukan biaya perpanjangan
hak
yaitu biaya
yang
berhubungan
dengan
masalah tanah di Indonesia seperti yang telah dikemukakan dalam Bab III kecuali biaya pembebasan tanah. Biaya untuk perpanjangan
hak
yang
merupakan
pengeluaran
setelah
perolehan awal inilah yang sebenarnya mengalami penurunan nilai
ekonomis
yang disebabkan oleh
biaya
inilah yang diamortisasi. Biaya
berlalunya yang
waktu,
dikeluarkan
21Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. op. cit., hal. 261.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
setelah
perolehan awal, yang dapat berupa biaya
perpan-
jangan atau pembaruan hak, merupakan biaya untuk
memper-
tahankan hak atas tanah yang dibeli pada waktu
perolehan
awal. Selanjutnya hak atas tanah yang menyerupai sewa, hak ini
mempunyai
sifat yaitu hak
tidak
langsung
beralih
kepada ahli waris jika pemegang hak meninggal, tidak jaminan hutang
perpanjangan hak, tidak dapat dijadikan hipotek, ada kemungkinan tidak
dapat
ada
jaminan
dialihkan.
Hak yang mirip dengan sewa ini ialah hak sewa atas tanah. Hak
sewa atas tanah ini, menurut
penyusun
diamortisasi
seperti halnya sewa biasa. Di tadi,
antara ada
hak yang mirip dengan HM
juga
hak yang berbeda di
dan
tengah
hak
sewa
antara
HM
dengan hak sewa, yaitu hak pakai. Hak ini memang
mempun
yai
beralih
keterbatasan,
kepada hak
yaitu tidak
dapat
ahli waris bila pemegang hak
langsung meninggal
meskipun
tidak langsung batal, tidak dapat dijadikan
jaminan
hutang hipotek, tidak ada jaminan perpanjang hak, lihan
hak
memerlukan
izin dari
pihak
yang
penga-
berwenang
memberikan izin. Namun
dengan
melihat ciri-ciri
yang
hampir
sama
dengan HGB dan HGU, yaitu hak tidak langsung batal meski pun
pemegang hak meninggal, tanah tetap dapat
diperpan-
jang haknya walaupun tidak dijamin perpanjangannya, serta tetap dapat dijadikan jaminan hutang meski bukan pembeba-
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
nan
hipotek, menurut penyusun, nilai perolehan awal
hak
pakai tidak disusutkan. HGU
adalah
penetapan dari
hak
yang hanya
dapat
diperoleh
pemerintah, HGB dan hak pakai dapat
dari
diperoleh
penetapan atau dari perjanjian dengan pemegang
Sedang
hak
sewa hanya dapat diperoleh
dari
HM.
perjanjian
dengan pemegang HM. Menurut penyusun, hak-hak yang diper oleh
dari
dengan
sewa.
pemegang
HM,
pemasukan uang
perjanjian dengan pemegang
hanya
Karena diperoleh
dari
tentu
pembebasan
tidak ada
perjanjian
atau administrasi, sumbangan
pendaftaran.
dengan
HM,
Dan
hak atas
mirip dengan
tanah,
landreform,
tanah
yang
uang dan
diperoleh
cara ini baru terbatas pada hak sewa, sedang
HGU
dan hak pakai belum pernah ada, karena peraturan pelaksanaannya
belum
ada.
Hak atas tanah
(land
right)
yang
diperoleh dari cara ini diamortisasi, karena mirip dengan perjanjian sewa. b. Golongan Bangunan
Bangunan 1994
juga
operasi
yang disusutkan menurut akuntansi dan
sama,
yaitu bangunan
yang
perusahaan. Akan tetapi tidak
digunakan seluruh
PPh untuk
bangunan
yang digunakan untuk operasi perusahaan menurut akuntansi merupakan
operasi juga menurut PPh 1994.
Bangunan
menurut PPh 1994 tidak merupakan bangunan yang untuk
SKRIPSI
operasi
perusahaan tentu
tidak
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
diakui
yang
digunakan penyusu-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tannya, bukan
m i s a l n y a b a n g u n a n perumahan untuk karyawan
di
terpencil
menyebutkan
daerah terpencil. Khusus perumahan
di
yang daerah
ini diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf e, bahwa pemberian kenikmatan
kepada
yang
karyawan
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan untuk menentukan kena
laba
pajak, kecuali bangunan
untuk
perumahan
di
daerah terpencil. akuntansi
tidak
membedakan
perumahan
di
daerah
terpencil
atau bukan. Sedang PPh 1994 membedakan
antara
keduanya.
Perumahan,
maupun
baik di
daerah
terpencil
bukan, yang dinikmati karyawan menurut akuntansi
merupa
kan biaya. Artinya penyusutan atas aktiva tersebut diakui sebagai biaya. Akan tetapi menurut PPh 1994, biaya penyu sutan atas perumahan yang bukan di daerah terpencil tidak diakui
sebagai biaya yang dapat
bruto,
karena
pengorbanan
perumahan
tadi
mengurangi dianggap
untuk mendapatkan, menagih,
penghasilan
bukan dan
sebagai
memelihara
penghasilan. Perbedaan di sini terjadi semata-mata karena PPh
1994
memang tidak mengakui
perbedaan
waktu
perumahan
yang
persyaratan dalam
biaya
pengakuan atas biaya
tersebut, tersebut.
dinikmati oleh karyawan,
menurut ketentuan seperti
yang
telah
bukan Sedang
memenuhi dijelaskan
Bab II (merupakan daerah terpencil) PPh 1994
akan
mengakui penyusutannya. Namun demikian, perumahan untuk karyawan yang
bukan
di daerah terpencil, tetapi jika karyawan tersebut diber-
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
ikan
tunjangan sewa, perusahaan dapat membebankan
penyasutan biaya
dan
eksploitasi perumahan
penyusutan
maksimal
dan eksploitasi, jika
sebesar
tunjangan
sama atau lebih besar dari biaya penyusutan dan tasi.
Apabila
penyusutan
tunjangan
sewa lebih
biaya
kecil
sewa
eksploi
dari
biaya
dan eksploitasi, maka perusahaan hanya
dapat
membebankan penyusutan dan eksploitasi sebesar
tunjangan
sewa yang diberikan kepada karyawan. (Tunjangan sewa sendiri
merupakan
penghasilan
biaya
bruto
yang
dapat
oleh perusahaan,
itu
dikurangkan dan
bagi
dari
karyawan
tunjangan tersebut merupakan penghasilan.) Pengaruh menurut
dari
hal tersebut di atas
akuntansi (selanjutnya disebut
terhadap laba
komersial)
atau laba kena pajak menurut PPh 1994 (selanjutnya but
laba
dise
laba fiskal) dengan asumsi tidak ada perbedaan
kecuali masalah di atas ialah, laba komersial akan
lain lebih
kecil dari laba fiskal. c. Golongan Bukan Bangunan Jenis golongan
harta
golongan bukan bangunan
(golongan
2, golongan 3, dan golongan 4) yang
1,
disusutkan
menurut akuntansi dan perpajakan sama, kecuali ditentukan lain
oleh PPh 1994. Pengecualian ini berhubungan
dengan
hal apakah harta tersebut digunakan untuk operasi perusa haan
menurut ketentuan PPh 1994, atau tidak.
menurut
SKRIPSI
PPh
1994 tidak merupakan harta
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang
Harta
yang
digunakan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
untuk
mendapatkan, menagih dan
misal
harta
pribadi
memelihara
perusahaan yang digunakan
karyawan,
penghasilan,
untuk
keperluan
termasuk dalam pengertian
ini
mobil
yang diluar jam kerja kantor dibawa pulang oleh karyawan. Atas harta ini PPh 1994 tidak mengakui penyusutannya. 3.1.3. Penentuan Harga perolehan Dalam bab II telah diuraikan penetapan dasar sutan
baik
berupa
dipengaruhi pembelian.
oleh
harga buku
maupun
harga
penentuan harga perolehan
Secara urnum penentuan harga
penyu
perolehan pada
waktu
perolehan
harta
yang diperoleh dari transaksi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa, yaitu dilakukan dua pihak yang mempun yai
kepentingan
berlawanan,
sehingga
harga
perolehan
dapat
ditentukan secara obyektif, maka
harga
perolehan
ialah
jumlah sesungguhnya atau
seharusnya
dikeluarkan.
Berikut ini akan dibahas mengenai penetapan harga perole han harga ditinjau dari cara-cara perolehannya. a. Aktiva Tetap yang Diperoleh dalan Bentuk Siap Pakai Henurut akuntansi jelas bahwa harga perolehan aktiva dengan
oara
aktiva
tetap
ini
mfeliputi
semua
pengeluaran
yang dimaksudkan siap
digunakan,
sehingga seperti
iuraikan dalam Bab II, sub bab B, anak sub bab 1 butir a. PPh 1994 seperti diuraikan pada Bab III, sub bab
5,
anak sub bab 1, butir a, tidak menyebutkan mengenai harga perolehan aktiva yang diperoleh dalam bentuk siap
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
pakai.
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
tetapi
hanya
menyebutkan bahwa harga
perolehan
adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan. Apakah harga
pero
lehan
harta
yang
di
sini mencakup semua pengeluaran
dimaksudkan
benar-benar
siap
sampai
digunakan,
hanya harga beli harta yang bersangkutan.
ataukah
Ketidakjelasan
ketentuan perpajakan ini memberikan peluang bagi WP untuk mengkapitalisasi
atau
mengakui langsung
sebagai
biaya
atas suatu pengeluaran di luar harga beli harta misal bea masuk,
biaya angkut, biaya pemasangan, PPn BM, PPH
yang
tidak dapat dikreditkan. Pada
tahun-tahun WP menderita rugi, biaya
di
luar
harga beli harta cenderung dikapitalisasi dan
dibebankan
pada
pembebanan
tahun-tahun
biaya-biaya
tadi
mendatang, PhKP
karena
tanpa
nihil bahkan
negatif,.
Hal
ini
dikarenakan mengakui pengeluaran sebagai biaya pada waktu rugi tidak akan memperkecil hutang pajak, dan saldo yang
tidak
dikompensasikan dalam 5
tahun
pajak
rugi tidak
boleh dikompensasikan sebagai pengurang PhKP. Selanjutnya secara
tentang perlakuan bunga atas
angsuran
atau kredit. Menurut
akuntansi,
atas pembelian angsuran atau kredit tidak tetapi
berdasarkan
Menurut pasal
perpajakan, dalam
bunga
dikapitalisasi
dibebankan sebagai biaya pada periode
pengeluaran.
pembelian
hal
6 ayat 1 huruf a, bahwa
terjadinya ini
sama,
biaya
bunga
dikurangkan dari penghasilan bruto. b. Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
Masalah sehubun'gan dengan aktiva tetap yang dibangun sendiri adalah perlakuan bunga atas pinjaman yang diguna kan
untuk membangun aktiva tetap. IAI, dalam
Pernyataan
No. 26, yang diuraikan dalam Bab II, sub bab B, anak bab
1 butir b, menyatakan bila kondisi-kondisi
telah
ditetapkan
dipenuhi,
biaya
bunga
sub
tertentu
boleh
(bukan
harus) dikapitalisasi. Dalam hal ini tergantung kepentingan manajemen, jika pengukuran
prestasi manajemen didasarkan pada laba
sih,
manajemen
bila
kondisi-kondisi
dengan
akan cenderung
mengkapitalisasi
yang ditetapkan
bunga,
dipenuhi.
kapitalisasi akan menunda pengakuan
ber-
Karena
biaya
bunga
Sedang PPh 1994, karena belum mengatur, bunga
dapat
tersebut.
dikurangkan
dari penghasilan bruto seperti
biaya
bunga
yang lain. Jika ditinjau dari kecenderungan dalam jakan,
WP
cenderung mengakui bunga sebagai
perpa
biaya
pada
tahun terjadinya pengeluaran, bila pada tahun,tersebut WP memperoieh menderita
laba. Sebaliknya jika pada tahun tersebut rugi,
WP dengan alasan Pernyataan IAI
No.
WP 2
akan mengkapitalisasi bunga. Jadi dalam hal ini perlu ketegasan dalam
akuntansi,
jika syarat-syarat yang telah ditetapkan dipenuhi, harus
(bukan
1994,
apakah pernyataan IAI tersebut diberlakukan
SKRIPSI
boleh) dikapitalisasi. Demikian
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
juga
bunga PPh untuk
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
keperluan perpajakan atau tidak. Unsur menurut
harga perolehan aktiva yang dibangun
akuntansi
terdiri
dari
bahan
sendiri
langsung,
upah
langsung, dan biaya produksi tidak langsung (BPTL). Bahan langsung dan upah langsung dapat ditelusuri pembebanannya terhadap
aktiva.
membangun Sedang
Artinya
biaya bahan
dan
upah
untuk
aktiva tersebut dapat diketahui secara
tepat.
BPTL tidak dapat ditelusuri secara langsung
pada
aktiva yang dibangun dan pembebanan dilakukan berdasarkan kebijakan
manajemen.
Bahkan
sampai
menjadi
perbedaan
pendapat di kalangan akuntan dan belum ada ketentuan oleh pihak
yang berkompeten. Ada yang berpendapat
dibebankan oleh
BPTL
adalah sebesar kenaikan BPTL yang
pembangunan aktiva. Pendapat yang
disebabkan
lain
mengatakan
pembebanan BPTL dilakukan seperti pengalokasian
terhadap
aktiva yang tidak untuk dipakai sendiri. Bahkan ada yang
berpendapat
yang
dibangun
pula
untuk
dipakai
sendiri tidak dibebani BPTL. Kedua pendapat yang
pertama
tersebut
aktiva
yang
sama-sama tidak akan lepas dari kebijakan
atau
taksiran manajemen, karena itu sulit mengatakan mana yang lebih
tepat.
Pendapat
yang
ketiga,
menurut
penyusun
justru sulit diterima, karena aktiva yang dibangun terse but pasti ada juga unsur BPTL-nya. Selain ketiga unsur harga perolehan di atas, Pernyataan
IAI No. 26, maka harga perolehan
dengan
selanjutnya
akan mencakup pula bunga atas pinjaman untuk pembangunan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
Sebagai
ilustrasi,
sebuah perusahaan
bergerak
di
bidang konstruksi, membangun gedung dan perumahan. Gedung akan
dipakai
untuk keperluan kantor,
sedang
perumahan
akan
dipakai oleh karyawan (asumsi bukan di daerah
ter
pencil). Khusus untuk pembangunan aktiva tersebut dananya diperoleh
dari pinjaman bank sejumlah Rp
500.000.000,00
dengan
20% per tahun. Pembangunan selesai dalam waktu
bulan.
Biaya
yang dikeluarkan
adalah
sebagai
6
berikut
(dalam Rp 1.000,00). Kantor
Perumahan
Jumlah
- Bahan langsung
200.000
125.000
325.000
- Upah langsung
100.000
50.000
150.000
- BPTL (misal berda sar kenaikan) 20.000
5.000
25.000
Jumlah
320.000
180.000
500.000
Menurut akuntansi, aktiva tersebut sebelum
pembeba
nan bunga akan dicatat unruk Gedung Rp 320.000.000,00 dan Perumahan Rp 180.000.000,00. Bunga Rp 50.000.000,00 (= Rp 500.000.000.00
x
20%
x 8/12 )
harus
dialokasikan
ke
gedung dan perumahan dengan perbandingan nilai gedung dan perumahan gedung
sebelum pembebanan bunga. Alokasi bunga adalah
Rp
32.000.000,00
(=
50.000.000.00)
dan untuk perumahan Rp
180/500
x
50.000.000,00).
dicatat
Rp
SKRIPSI
Rp
352.000.000,00
dan
Dengan
320/500
x
Rp
18.000.000,00 demikian
Perumahan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
untuk
(=
Gedung
dicatat
Rp
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
198.000.000.00. Menurut
akuntansi penyusutan gedung
dan
perumahan
tersebut dapat dibebankan sebagai biaya. Sedang PPh 1994, karena
perumahan digunakan untuk karyawan (asumsi
tidak
diberikan tunjangan sewa) maka penyusutan atas
perumahan
tidak
merupakan
diakui
oleh
perpajakan, dan
hal
ini
perbedaan tetap. Bunga atas pinjaman untuk pembangunan sebesar Rp
50
juta, karena PPh 1994 belum mengatur hal ini, maka
dapat
dikurangkan
biaya
dari penghasilan bruto seperti halnya
bunga yang lain. Terlebih kagi jika dalam- tahun WP
tersebut
memperoleh laba, sehingga WP semakin cenderung
untuk
membebankan daripada mengkapitalisasi bunga. Seandainya
dalam tahun tersebut WP menderita
rugi,
maka WP dengan alasan Pernyataan IAI No. 26, dapat
meng
kapitalisasi
bunga, minimal bunga Rp 32.000.000,00
dialokasikan
untuk
18.000.000.00
dengan alasan manajemen
bunga
gedung.
Sedang
tersebut sama halnya dengan biaya
sisa
yang
bunga
menganggap bunga
Rp bahwa
lainnya,
akan dicatat sebagai biaya yang menambah saldo rugi, yang akan dikompensasikan selama 5 tahun yang akan datang jika memperoleh untuk
laba. Hal ini dikarenakan kapitalisasi
bunga
perumahan tidak akan diakui penyusutannya
seperti
halnya bahan, upah dan BPTL yang dibebankan pada
peruma
han . c. Aktiva Tetap yang Diperoleh dari Pertukaran
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
PAI bahwa
1984, seperti diuraikan dalasi Bab II,
mengatur
aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran
sejenis
dinilai
melibatkan
dengan
harga
wajar.
uang, uang yang dibayarkan
Bila
pertukaran
ditambahkan
nilai wajar aktiva yang diserahkan sebagai nilai han.
Artinya
sebesar
harga wajar aktiva
tidak
yang
pada
perole
diterima
penjumlahan harga wajar aktiva
yang
adalah
diserahkan
dan uang yang dibayarkan. Sedang bila menerima uang, uang yang
diterima dikurangkan dari harga wajar
diserahkan.
Artinya
harga wajar
aktiva
aktiva yang
diterima
sebesar harga wajar yang diserahkan dkurangi dengan yang
diterima.
Kiranya pertukaran tidak
yang
uang
sejenis
mudah
dipahami, karenanya tidak perlu penjelasan lebih lanjut. Pertukaran
sejenis, harga perolehan
aktiva
adalah
harga buku atau harga pasar, mana yang lebih rendah. Jika melibatkan uang, uang yang diserahkan menambah harga buku atau
harga
pasar yang lebih rendah
tadi.
Sedang
bila
menerima uang, maka harus dilihat dahulu penjumlahan uang yang
diterima dengan harga pasar aktiva
Jika
penjumlahan
yang
tersebut lebih kecil dari
diterima. harga
buku
aktiva yang diserahkan, maka harga perolehan aktiva
yang
diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang
diteri
ma. Bila penjumlahan tersebut lebih besar dari harga buku aktiva yang diserahkan, aktiva yang diserahkan diperlaku kan
SKRIPSI
menjadi
dua
bagian yaitu bagian
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang
dijual
dan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
bagian kas
yang ditukar, yang nilainya
proporsional
yang diterima dan harga pasar aktiva yang
dengan
diterima.
Bagian harga buku aktiva yang ditukar inilah yang menjadi nilai perolehan aktiva yang diterima. Sebenarnya sejenis, karkan
pertukaran
menurut
baik
sejenis
maupun
logika pastilah aktiva
yang
tidak
dipertu-
dinilai dengan harga pasar atau harga wajar
yang
disepakati oleh kedua belah pihak, dan aktiva yang dipertukarkan
tentunya mempunyai nilai wajar
yang
seimbang,
karena jika tidak seimbang pertukaran tidak akan terjadi. Dalam
contoh
1 pada halaman 19
(Bab
II),
karena
aktiva yang dipertukarkan mempunyai nilai wajar yang sama yaitu Rp 2.500.000,00 maka tidak perlu penyeimbang berupa aktiva lain. Demikian juga jika harga wajar yang dipertu karkan adalah Rp 1.000.000,00. Akuntansi mencatat karan
sejenis
sehingga lama
seperti tidak
terjadi
aktiva baru dicatat sebesar harga
jika harga wajar aktiva lama lebih
harga bukunya, tetapi kecil
akan
daripada
pertukaran, buku
besar
aktiva daripada
jika harga wajar aktiva lama lebih
harga bukunya,
aktiva
dicatat
harga wajar, hal ini karena menganut konsep me
pertu
sebesar
konservatis-
.
Pada pasar
contoh 2 (a) pada halaman 20 (Bab
aktiva
baru
sebenarnya
adalah
Rp
II),
harga
7.500.000,00
sehingga diperlukan penyeimbang yang dalam hal ini berupa uang Rp 5.000.000,00 karena harga wajar aktiva lama hanya
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
Rp 2.500.000,00. Demikian juga untuk contoh 2 (b), karena harga wajar aktiva baru adalah Rp 6.000.000,00
sedangkan
harga wajar aktiva lama hanya Rp 1.000.000,00. Jadi
uang
kas yang diserahkan menambah harga wajar atau harga
buku
aktiva lama, mana yang lebih rendah. Pada
contoh 3 (a) ada halaman 20 (Bab
penjumlahan yang
uang
yang diterima dan harga
diterima lebih besar dari harga buku
II),
karena
wajar
aktiva
aktiva
lama,
maka bagian aktiva yang dijual dengan bagian aktiva
yang
ditukar adalah : Pembagian
Aktiva Diterima
Jumlah
Proporsi
- Dijual
Kas
Rp
- Ditukar
Aktiva Baru
Rp 2.000.000,00
Harga wajar
500.000,00
20% 80%.
wajar aktiva baru Rp 2.000.000,00, dan
aktiva
lama adalah Rp 2.500.000,00,
agar
harga aktiva
yang saling dipertukarkan seimbang, diterima uang sebesar Rp 500.000,00. Dari dijual
proporsi tesebut maka harga buku adalah
20%
dari
Rp
aktiva
2.000.000,00
yang
yaitu
Rp
400.000.00 dan harga buku yang ditukar adalah 80% dari Rp 2.000.000.00 ketentuan selalu yang
sama dengan Rp 1.600.000,00. Sesuai
bahwa harga perolehan aktiva
dari
dengan
pertukaran
dinilai dengan harga wajar atau harga buku, lebih
rendah, maka dalam hal
ini
aktiva
mana
dicatat
sebesar Rp 1.600.000,00. Selanjutnya
SKRIPSI
berikut ini diiiraikan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harga
perolehan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
aktiva
dari
pertukaran menurut
perpajkaan.
PPh
1894,
seperti diuraikan dalam Bab II, mengatur transaksi pertu karan
seperti
transaksi penjualan,
kemudian
melakukan
pembelian, untuk semua jenis harta, tanpa melihat
apakah
sejenis atau tidak. Untuk penjualan dan pertukaran aktiva tetap
berlaku ketentuan mengenai penarikan harta
karena
sebab
biasa. Untuk pembelian berlaku pasal 10 ayat 2
UU
PPh 1994, bahwa harga perolehan adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan,
dan
harga
perolehan
ini
menambah
jumlah awal untuk penetapan dasar penyusutan. Jumlah yang seharusnya dikeluarkan tidak lain adalah harta wajar yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak pertama yang menerima harta dari pihak kedua, jumlah yang seharusnya pihak
dikeluarkan
ialah harga
wajar
kedua, begitu juga sebaliknya. Sedang
adalah
harga wajar harta dari masing-masing
harta
milik
pengurangan pihak
mengalihkan. (Pengurangan untuk penetapan dasar
yang
penyusu
tan dibahas pada sub bab tersendiri). d. Perolehan Aktiva Secara Kelonpok
Perusahaan akan
tidak jarang dalam pengadaan harta
digunakan dilakukan dengan cara membeli
yang
sekelompok
harta secara sekaligus. Hal ini dilakukan karena biasanya lebih murah dibandingkan pembelian secara individual. Dalam
akuntansi,
seperti diuraikan dalam
Bab
masing-masing aktiva dicatat dengan mengalokasikan
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
II, harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
gabungan ke masing-masing harta dengan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva. Sedang PPh 1994, seperti yang dikemukakan tur.
dalam Bab II, hal ini tidak atau belum
Pengalokasian
ini diperlukan jika-jenis
dan
dia umur
harta yang diperoleh berbeda. Karena mungkin
gedung,
tanah
memang termasuk dalam kategori yang tidak
dapat
disusutkan tentu
harus
dan
Dengan
misalnya
tanah
dan
seperti diuraikan di depan, dan gedung
kendaraan merek
jenis,
disusutkan. Karena umur
sudah
manfaat,
misalnya
untuk pengangkutan yang terdiri dari
beberapa
kualitas, sehingga umur
alasan
manfaatpun
ini pengalokasian harus
berbeda.
dilakukan,
oleh
karenanya harus ada ketentuan tentang hal ini. Bila
ditinjau dari segi
diperlukan golongan
perpajakan,
bila sekelompok harta yang atau dalam sekelompok harta
harta
yang
tidak boleh disusutkan
harta
yang
hanya
sekelompok semua
harta
akan
akan dinikmati
dibeli
baik oleh
perolehan tidak
terdapat
tanah
ataupun
karyawan.
tersebut merupakan satu
harga
berlainan
tersebut
digunakan oleh perusahaan,
pengalokasian
pengalokasian
golongan
tidak akan
Bila dan
dilakukan
mempengaruhi
beban penyusutan secara keseluruhan. Karena PPh 1994 belum mengatur, maka hal ini merupa kan peluang bagi WP untuk melakukan alokasi harga perole han yang merugikan perpajakan. Sebagai contoh, sekelompok harta
SKRIPSI
terdiri
dari tanah, gedung,
dan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
berbagai
macam
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
peralatan
kantor
dibeli
secara
kas
sebesar
500.000.000.00,dari bagian perusahaan lain yang kan
operasinya. Untuk penyusutan, jelas harga
harus
dialokasikan ke tanah, bangunan, dan
golongan Harga
2
dan golongan 3 sesuai
wajar
secara
220.000.000.00,
individual
bangunan
Rp
Rp
dihentiperolehan
golongan
ketentuan adalah,
PPh
1994.
tanah
275.000.000,00,
1,
Rp
peralatan
kantor golongan 1 Rp 27.500.000,00 dan peralatan golongan 2
Rp 27.500.000,00. Total harga wajar secara
individual
adalah Rp 550.000.000,00. Alokasi
berdasarkan
nilai
wajarnya
(asumsi
manfaat tiap-tiap harta dalam golongannya sama, antara
akuntansi
dan PPh 1994
umur
sehingga
pengalokasiannya
sama),
sebagai berikut : Tanah
: 220/550 x 500.000.000 = 200.000.000
Bangunan
: 275/550 x 500.000.000 = 250.000.000
Harta golongan 1 : 27,5/550 x 500.000.000 = 25.000.000 Harta golongan 2 : 27,5/550 x 500.000.000 = 25.000.000 Karena mencatat
PPh
1994 tidak mengatur hal ini,
bangunan
Rp
275.000,000,00,
Wp
golongan
dapat 1
Rp
27.500.000.00, dan Rp 170.000.000,00. Pencatatan ini akan mengakibatkan dasar penyusutan fiskal lebih besar daripa da
dasar penyusutan akuntansi. Sebaliknya jika
kemudian
tanah dijual, maka laba fiskal akan lebih besar dari pada laba akuntansi/komersial. e. Perolehan Aktiva Tetap Melalui Herger atau Konsolidasi
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
Seperti
telah
diuraikan pada
Bab
IX,
penerbitan
sahara juga dapat dipakai untuk menggabungkan badan (yang
di
melalui
dalamnya merger
termasuk juga
atau
konsolidasi.
aktiva
usaha
tetap),
Menurut
baik
akuntansi,
seperti diuraikan dalam Bab II, penggabungan badan dapat
dicatat
dengan metode
pembelian
atau
usaha
penyatuan
kepentingan, yang mana pemakaian metode tersebut ditentu kan oleh kondisi atau syarat tertentu. Pencatatan dicatat
sebesar
dengan harga
metode
pembelian,
wajar dan
mungkin
aktiva akan
akan timbul
goodwill, sedang metode penyatuan kepentingan akan mencatat aktiva sebesar harga buku dan tidak pernah ada
good
will. Goodwill bisa dikatakan sebagai kelebihan pembayar an
atas transaksi pengambilalihan suatu perusahaan
oleh
perusahaan lain di atas harga pasar atau harga wajarnya. Dalam PPh 1994, seperti dikemukakan pada Bab III, harta dari
pengambilalihan
perusahaan dengan
pembayaran
saham,
selalu dinilai dengan harga buku. Pengambilalihan perusa haan yang mengakibatkan timbulnya goodwill, maka goodwill dan
harga
goodwill harta
wajar/pasar
tidak
akan
tidak akan pernah diakui dan
diakui.
Amortisasi
dasar
penyusutan
yang diperoleh harus menggunakan harga
buku
dari
pihak yang dibeli. Hal ini untuk mencegah pengambilalihan satu
perusahaan oleh perusahaan lain dengan
harga
yang
jauh
melebihi
wajar
yang
SKRIPSI
harga wajarnya, karena harga
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
disepakati dijadikan
pihak
pembeli dan pihak
yang
dibeli
alat untuk menghindari pajak. Jadi
dapat
pencatatan
transaksi ini selalu menggunakan metode penyatuan
kepen-
tingan yang dikenal dalam akuntansi. Bila dicatat
pembayaran menggunakan uang kas, sejumah
kas yang dikeluarkan,
maka
aktiva
berapapun
harga
pasarnya. Jadi pembayaran dengan kas yang dicatat
dengan
metode
pernah
pembelianpun, menurut PPh 1984 tidak akan
ada goodwill. Sebagai dan
harga
ilustrasi, PT XX membeli PT YY. Harga pasar harta dan hutang PT YY
adalah
buku
sebagai
berikut. Harta (Rp 1.000)
Hutang (Rp 1.000)
Hodal (Rp 1.000)
- Harga Buku
500.000
250.000
250.000
- Harga Pasar
750.000
250.000
500.000
PT lembar
XX
membeli PT YY dengan menyerahkan
saham
saham nominal Rp 1.000.000,00 per lembar
250
(asumsi
kondisi yang ada menurut akuntansi mengharuskan pemakaian metode
pembelian, harga pasar saham tidak diketahui
aktiva
yang ada hanya aktiva tetap). Transaksi ini
dan akan
dicatat sebagai berikut. Akuntansi
Aktiva Tetap
SKRIPSI
750.000.000
PPhl884
500.000.000
Hutang
250.000.000
250.000.00
Hodal Saham
250,000.000
250.000.000
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
Agio Saham
250.000.000
Apabila PT XX membeli PT YY dengan menyerahkan kas, misal sejumlah Rp 550.000.000,00 maka
uang
pencatatannya
sebagai berikut. Akuntansi Aktiva Tetap
750.000.000
Goodwill
PPhl884 800.000.000
50.000.000
Hutang
250.000.000
250.000.000
Kas
550.000.000
550.000.000
Perbedaan pencatatan ini hanya mengakibatkan
perbe-
daan waktu pembebanan penyusutan yang dikarenakan
perbe
daan metode penyusutan antara akuntansi dengan PPh
1994.
Meskipun
PPh 1994 tidak mencatat adanya goodwill,
namun
nilai aktiva yang dicatat PPh 1984 tersebut
sebe
dalam
narnya terkandung nilai goodwill yang dikenal akuntansi. Bagi 1994
PT YY, yang kemudian dilikuidasi, menurut
transaksi yang dilakukan dengan
pembayaran
PPh
berupa
saham, semua aktiva yang diserahkan dinilai dengan
harga
buku (sehingga tidak akan ada laba rugi). Sedang transak si
yang
diserahkan ada
dilakukan dengan pembayaran uang, dinilai dengan uang yang
diterima
laba rugi). Dengan demikian tidak ada
pencatatan
antara
aktiva
perusahaan yang diambil
yang
(sehingga
kontroversial alih
dengan
perusahaan yang mengambil alih. f. Perolehan Aktiva dengan Sewa Guna Usaha Persyaratan
SKRIPSI
suatu transaksi
dikelompokkan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
sebagai
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
finance
lease
atau
seperti
diuraikan
operating dalam
lease
Bab II dengan
antara
akuntansi
PPh
1994
diuraikan dalam Bab II tidak jauh berbeda. Ada
yang
perbedaan
sedikit yaitu tentang masa leasing. Akuntansi
menetapkan
masa leasing finance lease minimum adalah 2 tahun, sedang perpajakan golongan
menetapkan untuk golongan 1 minimum 2 2 dan 3 minimum 3 tahun> dan golongan
tahun,
bangunan
minimum 7 tahun. Dampak menurut
perbedaan syarat tersebut,
akuntansi dikategorikan sebagai
suatu
finance
tetapi
menurut PPh 1994 dikategorikan sebagai
lease.
Misal
dengan
masa
perjanjian
leasing
leasing 5 tahun,
atas
asumsi
transaksi lease,
operating
suatu
bangunan
persyaratan
memenuhi syarat sebagai finance lease. Menurut
akuntansi
hal tersebut dikategorikan sebagai finance lease, menurut
tetapi
operating
lease
karena PPh 1994 mengharuskan masa leasing bangunan
mini
mum
PPh 1994 dikategorikan sebagai
lain
7 tahun. Demikian juga sebaliknya, suatu
perjanjian
operating lease menurut PPh 1994 belum tentu akan dikate gorikan sebagai operating lease oleh akuntansi. Akan
tetapi, suatu transaksi bila
dicatat
sebagai
operating lease oleh akuntansi, pasti dicatat juga
seba
gai operating lease oleh perpajakan. Dan suatu
transaksi
bila
PPh
dikategorikan sebagai finance lease oleh
akan dikategorikan juga sebagai finance lease oleh
1994 akun
tansi.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
Namun, meski suatu transaksi sama-sama dikategorikan sebagai finance lease oleh akuntansi dan PPh 1894, karena ketentuan
penyusutan aktiva yang diperoleh dari
leasing
berbeda, maka pembebanan penyusutannya akan tetap
berbe
da. Harta
yang diperoleh dari leasing
jenis
operating
lease, perlakuan penyusutan antara akuntansi dan perpaja kan, sama. Sedang jenis finance lease, menurut akuntansi, aktiva dari finance lease diamortisasi oleh penyewa usaha
(lessee), dan perusahaan sewa guna usaha
tidak
menyusutkannya. Sedang PPh 1994, aktiva ini
disusutkan
guna
(lessor)
oleh lessor dan juga tidak diamortisasi
tidak oleh
lessee. Aktiva
yang
diperoleh dari sewa guna
usaha
jenis
finance lease, menurut perpajakan, meskipun lessee
tidak
melakukan amortisasi sebagaimana dalam akuntansi, lessee
tetapi
mengakui semua pembayaran berkala, kecuali
untune
pembebanan atas tanah, sebagai biaya yang dapat dikurang kan dari penghasilan. Jadi antara akuntansi dan kan
perpaja
tetap mengakui biaya atas harta yang diperoleh
dari
sewa guna usaha. Penyusutan PPh 1894 seperti dikemukakan pada Bab II, dilakukan
setahun penuh. Sehingga
sangat
menguntungkan
lessor jika semua leasing diperlakukan sebagai lease.
SKRIPSI
>
operating
Begitu juga lessee, akan diuntungkan jika
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
aktiva
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
dari
finance lease diamortisasi oleh lessee.
tersebut
Keuntungan
diperoleh dengan mengatur leasing yang
dimulai
pada akhir tahun. Berdasarkan harta
dalam
pasal
3 ayat 1 PP No. 42
tahun
usaha leasing, penyusutannya
dimulai
1985, pada
tahun harta yang bersangkutan dileasingkan, berarti semua leasing
baik
perpajakan
operating
dianggap
menguntungkan tahun.
maupun
finance
sebagai operating
lessor,
lease, lease,
jika leasing dimulai
secara sehingga
pada
Untuk itu dikeluarkan Keputusan Menteri
akhir
Keuangan
No. 1169/KMK. 01/1991. Dengan ketentuan tersebut kesempatan bagi lessor tersebut telah tertutup, karena nan
penyusutan
dan perhitungan laba
rugi
pembeba
fiskal
bagi
lessor menurut perpajakan sama dengan akuntansi. Begitu juga lessee tidak dapat memperoleh keuntungan dengan
cara
mengatur leasing yang
dimulai
pada
tahun.
Karena jenis leasing apapun, lessee tidak
akhir membe
bankan penyusutan atas aktiva yang bersangkutan. Jadi
meskipun
seolah-olah
tidak
ada
pihak
yang
menyusutkan harta sewa guna usaha tetapi lessee dalam hal ini bukan sama sekali tidak membebankan biaya atas penge luaran
untuk harta tersebut, karena
lessee
membebankan
semua pembayaran berkala, kecuali pembebanan untuk tanah. Bahkan
bila tidak memperhatikan nilai waktu
lessee
lebih untung dengan cara ini. Karena jika
menyusutkan
SKRIPSI
sesuai
ketentuan
perpajakan,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dari
selama
uang, lessee masa
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
leasing,
harga
sebagai
habis
dibebankan
biaya. Tetapi dengan cara pembebanan .semua
bayaran, semua
perolehan harta belum
selama masa leasing, lessee
telah
pengeluaran. Harta ini disusutkan
pem
membebankan
setelah
lessee
menggunakan hak opsi untuk membeli harta yang
bersangku
tan
perjanjian
dengan
yang telah disepakati pada
awal
leasing. Harga yang disepakati ini merupakan harga
pero
lehan untuk dasar penyusutan seperti pembelian biasa. g. Perolehan Harta dengan Ruilslag Masalah ruilslag sebenarnya berkaitan dengan
pertu
karan aktiva. Oleh karenanya penilaian harta dari
ruils
lag
juga sama dengan pertukaran aktiva.
Ruilslag
terjadi pertukaran tanah dengan tanah, tetapi dapat
dapat juga
antara tanah dengan sekelompok harta misal tanah, gedung, dan sarana fisik lain. Bila suatu perusahaan menginginkan tanah yang ditempati
oleh pihak lain, perusahaan dapat
membebaskan
tanah yang diinginkan dengan melakukan kerja sama pihak yang menguasai tanah yang bersangkutan. Kerja dilakukan (pihak fisik
cara pihak
yang
mengingingkan
I) bersedia menyediakan tanah, gedung dan lain
menempati tanah
dengan
sesuai
perjanjian dengan
pihak
(pihak II), dan pihak II bersedia
(mungkin
termasuk
harta lain yang
telah
dengan sama tanah sarana
yang
akan
menyerahkan ada
di
atas
tanah, sesuai perjanjian) kepada pihak I. Menurut
SKRIPSI
akuntansi,
bagi
pihak I,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
hal
ini
dapat
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
dianggap sebagai pertukaran tidak sejenis dan harta diperoleh ini
dinilai dengan harga wajar. Karena
pihak
dalam
yang
kemudian dapat dikelola sesuai keinginannya. Sedang
bagi
II,
sejenis
hal
dan
ini dapat
menginginkan
hal
tanah
pihak
I sebenarnya hanya
yang
dianggap
sebagai
harta yang diperoleh dinilai
pertukaran
dengan
buku, bila memang sarana-sarana pengganti yang
harga
diberikan
oleh
pihak I sejenis dengan sarana yang lama. Dan
dapat
juga
merupakan pertukaran tidak sejenis
harta
yang
diperoleh dinilai dengan harga wajar,
sehingga bila
memang
sarana-sarana yang baru tidak sejenis dengan sarana
yang
lama. Menurut nggap
sebagai
sarana
tanah,
membangun
membeli
gedung
dan
menjualnya, Tanah
diinginkan ini dinilai sebesar seluruh biaya
untuk
tanah,
tanah yang diinginkan
dia
tadi.
membeli tadi,
pembelian
lain di atas tanah tersebut kemudian
selanjutnya yang
PPh 1994, bagi pihak I, hal ini dapat
membangun gedung
dan
sarana
dengan memperhatikan biaya yang dapat
pengganti dikurangkan
dan yang tidak dapat dikurangkan. Karena sejumlah
terse-
butlah tanah yang diinginkan dapat diperoleh. Bagi
pihak
II harta yang diperoleh dinilai sebesar harga wajar. Ruilslag ini biasanya terjadi antara instansi pemer intah ini
dengan swasta. Peraturan khusus mengenai belum
menjabat
SKRIPSI
ada, menurut J. B.
Sumarlin
ruilslag
(sewaktu
Menteri Keuangan) mengatakan," ...ruilslag
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
masih sah
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95 22
saja. Asal proses ruilslag itu tidak merugikan negara."66 Agar
tidak
ada pihak yang
dirugikan,
harta
yang
saling dipertukarkan haruslah mempunyai nilai pasar
atau
wajar yang sama, dan tanah yang akan dimiliki oleh
pihak
II nanti juga harus diselesaikan pengurusan sertifikatnya oleh pihak I sehingga sama dengan sertifikat tanah II
yang
lama. Bagi pihak I, tanah
yang
akan
pihak
dikelola
r
pengurusan
dan
pencatatannya sama
seperti
yang
telah
diuraikan di depan. Untuk keperluan penilaian harga wajar dapat
digunakan
tenaga penilai yang bebas,
bila
perlu
digunakan lebih dari satu tim penilai agar hasilnya dapat dibandingkan. h. Perolehan Aktiva Tidak Berwujud Seperti harta
disebutkan di depan bahwa
meliputi
harga
semua pengeluaran, demikian
perolehan juga
untuk
harta tak berwujud atau harta yang sulit untuk dikategor ikan
sebagai harta berwujud atau tidak
berwujud.
Harta
tak berwujud meliputi hak paten, hak oipta, hak sewa atas suatu
harta,
goodwill, franchise,
trade
mark.
Sedang
harta yang sulit untuk dikategorikan sebagai harta berwu jud
atau
tidak berwujud misalnya biaya
penelitian
dan
pengembangan (litbang). Dan akhir-akhir ini sedang dikembangkan
oleh
pemerintah
cara
pembiayaan
pembangunan
22Editor, "Ruilslag Sah saja, Asalkan Prosesnya Tak Rugikan Negara", Rompas. 20 Agustus 1992, hal. 2.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
sarana fisik yang mirip dengan harta tak berwujud, BOT
(build,
pembiayaan
operate, BOT
ada
and transfer). lagi cara
Di
yaitu
samping
pembiayaan
BOO
cara
(build,
operate, and own). 3.1.4. Pengelompokan Harta dan Jangka Waktu Penyusutan PPh 1994 mengelompokkan harta berwujud menjadi harta golongan
1,
golongan
2, golongan 3,
golongan
4,
dan
golongan bangunan dan harta tak gerak lainnya. Harta
tak
berwujud juga dikelompokkan menjadi golongan 1,
golongan
2, golongan 3, dan golongan 4 (tidak ada golongan nan
dan harta tak gerak). Pengelompokan
pada
ini
jangka waktu umur manfaat harta. Jika
bangu
didasarkan suatu
jenis
harta sudah termasuk dalam kelompok harta yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan, maka penyusutan fiskalnya
mengikuti ketentuan tersebut. Untuk jenis harta
belum
termasuk dalam ketentuan tersebut, maka
yang
penentuan
pengelompokannya didasarkan pada masa manfaatnya. Manajemen perusahaan dengan memperhatikan
frekuensi
pemakaian dan kualitas suatu harta, dapat membuat taksir an
masa
manfaat yang berbeda
antara
suatu
perusahaan
dengan
perusahaan lain. Jenis usaha yang
berbeda
sebe
narnya
wajar saja jika manajemen membuat
taksiran
masa
manfaat yang berbeda, meskipun harta yang digunakan
sama
jenis, merek dan kualitasnya. Lain
SKRIPSI
halnya dengan PPh 1994,
akuntansi
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
memberikan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
kebebasan kepada manajemen untuk membuat kebijakan menge nai
penyusutan,
termasuk di dalamnya
adalah
kebijakan
taksiran jangka waktu pemakaian atau masa manfaat. tansi hanya menyediakan metode-metode yang dapat manajemen. Kensekuensinya memang dapat terjadi
Akun dipilih
pengelom
pokan harta yang beraneka ragam. Jika
ditinjau
dari
jangka
waktu
yang
digunakan
sebagai dasar pengelompokan harta, suatu golongan
menca-
kup harta dengan masa manfaat yang berbeda-beda. Terlihat dari golongan 1 mencakup umur harta dari di atas 1
tahun
sampai
harta
yang
dengan
4 tahun, golongan 3 mencakup
lebih dari 8 tahun tapi tidak lebih dari 16
Bahkan tidak
golongan
bangunan dan harta
tak
gerak
dibagi lagi dalam golongan-golongan,
dibagi
dalam
bangunan manfaat
permanen dan tidak
permanen.
tahun. lainnya
namun
hanya
Jadi
semua
dan harta tak bergerak dianggap mempunyai
masa
sama, yaitu 20 tahun untuk yang permanen dan
tahun untuk yang tidak permanen. Meski dasar kan
umur
harta
adalah jangka waktu
pemakaian,
10
pengelompo namum
tidak disusutkan dalam jangka waktu sesuai dengan
harta golon-
gannya, terbukti dari harta berwujud bukan bangunan, yang dapat
disusutkan
terus melebihi
masa
manfaatnya
jika
tidak ditarik pemakaian. Namun, didasarkan tetapi
SKRIPSI
pada pada
lebih
akhirnya
pengelompokan
taksiran jangka waktu
ditentukan
oleh
pemakaian,
peraturan.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta
Suatu
bukan akan harta
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
kebebasan kepada manajemen untuk membuat kebijakan mengenai
penyusutan,
termasuk di dalamnya
adalah
kebijakan
taksiran jangka waktu pemakaian atau masa manfaat. tansi hanya menyediakan metode-metode yang dapat manajemen. Kensekuensinya memang dapat terjadi
Akundipilih
pengelom-
pokan harta yang beraneka ragam. Jika
ditinjau
dari
jangka
waktu
yang
digunakan
sebagai dasar pengelompokan harta, suatu golongan
menca-
kup harta dengan masa manfaat yang berbeda-beda. Terlihat dari golongan 1 mencakup umur harta dari di atas 1
tahun
sampai
harta
yang
dengan
4 tahun, golongan 3 mencakup
lebih dari 8 tahun tapi tidak lebih dari 16
Bahkan tidak
golongan
bangunan dan harta
tak
gerak
dibagi lagi dalam golongan-golongan,
dibagi
dalam
bangunan manfaat
permanen dan tidak
permanen.
tahun. lainnya
namun
hanya
Jadi
semua
dan harta tak bergerak dianggap mempunyai
masa
sama, yaitu 20 tahun untuk yang permanen dan
tahun untuk yang tidak permanen. Meski dasar kan
umur
harta
adalah jangka waktu
pemakaian,
10
pengelomponamum
tidak disusutkan dalam jangka waktu sesuai dengan
harta golon-
gannya, terbukti dari harta berwujud bukan bangunan, yang dapat
disusutkan
terus melebihi
masa
manfaatnya
jika
tidak ditarik pemakaian. Namun, didasarkan tetapi
SKRIPSI
pada pada
lebih
akhirnya
pengelompokan
taksiran jangka waktu
ditentukan
oleh
pemakaian,
peraturan.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta
Suatu
bukan akan harta
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
digolongkan
dalam suatu golongan harus mengikuti
keten-
tuan pedoman pengelompokan harta untuk keperluan penyusutan,
yaitu
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
961/KMK.
04/1983 dan No. 826/KHK. 04/1984. Menurut akuntansi, suatu harta dengan taksiran manfaat
masa
5 tahun, bila tidak ada perubahan taksiran
manfaat,
harta
waktu
tahun atau kurang dari itu
5
tersebut akan
disusutkan jika
masa
dalam
jangka
ditarik
dari
pemakaian. Pengelompokan
harta dalam PPh 1984 berakibat
harta
akan disusutkan tidak sesuai taksiran masa manfaat. Harta berwujud golongan 1 dengan taksiran masa manfaat 2
tahun
dan 3 tahun akan disusutkan dalam jangka waktu yang
sama
dengan harta dengan taksiran masa manfaat 4 tahun. .Demikian harta
juga untuk harta golongan 2 dan golongan 3. berwujud golongan 1 dan golongan 2 yang
Bahkan
mempunyai
taksiran masa manfaat maksimal masing-masing 4 tahun 8
tahun,
tidak disusutkan dalam jangka
waktu
dan
tersebut
juga, tetapi bisa lebih dari itu. Harta berwujud golongan 4
yang masa manfaat maksimalnya tidak tertentu,
semakin
tidak jelas jangka waktu penyusutannya. Hal di atas dapat dilihat dari perhitungan
penyusu-
tan harta berwujud golongan 1 dengan tarif 50% dari harga buku. Jika tidak ada penambahan, maka masih pat
sisa
harga buku pada akhir
tahun
keempat
sisa terda-
seperti
berikut.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tahun
Jumlah Awal
Penvusutan
Sisa harga buku.
1
100%
50% X
100% =
50%
100% -
50% =
50%
2
50%
50% X
50% =
25%
50% -
25% =
25%
3
25%
50% X
25% = 12,5%
4
12,5% Sisa
tidak
harga
terlalu
buku pada akhir
1,25% tahun
n
6,5%
O) cn
50% X 12,5% =
25% - 12,5% = 12,5%
keempat
besar. Tetapi harta dengan
masa
6,5% memang
manfaat
yang sebenarnya 2 tahun, maka sisa harga buku harta
yang
masih ada setelah masa manfaatnya cukup besar, yaitu dan
untuk harta dengan masa manfaat 3 tahun
25%
sisa
harga
buku masih ada setelah masa manfaatnya adalah 12,5%
dari
harga perolehan. Demikian golongan dari
juga untuk harta berwujud golongan
3. Semakin pendek masa manfaat yang
harta
dalam suatu golongan, maka sisa
2
dan
sebenarnya harga
buku
harta yang bersangkutan setelah masa manfaat akan semakin besar. Dengan perhitungan yang sama, untuk harta berwujud golongan 2, tarif 25% dari sisa harga buku, harta masa harga
dengan
manfaat yang sebenarnya 5, 6, 7, dan 8 tahun,
sisa
buku pada akhir masa manfaat yang sebenarnya
mas-
ing-masing
harta
tadi
berturut-turut
adalah
23,73%,
17,8%, dan 10,01% dari harga perolehan. Sisa
harga buku yang masih ada tersebut akan
bankan terus pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini
dibedisbe-
bakan oleh pembebanan penyusutan tersebut merupakan deret
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
ukur. Namun dengan rumus: Dn = a[l - rn ]/[l - r] dengan Dn : jumlah penyusutan sampai tahun ke n a : penyusutan tahun pertama r : rasio dengan
perbandingan
penyusutan
tahun
penyusutan tahun ke n-1,
ke
(dalam
n hal
ini sama dengan 1 dikurangi tarif penyusutan) n : tahun ke 1, 2, 3 dan selanjutnya. dan asumsi harta tidak ditarik, maka dapat tung
sampai
tersebut
kapan harta akan disusutkan.
dihi-
Dengan
harta golongan 1 penyusutan sampai
rumus
tahun
ke-8
mencapai 99,61%, golongan 2 penyusutan sampai tahun ke-16 menoapai ke-40
98,99%, dan golongan 3 penyusutan sampai
tahun
mencapai 98,52%. Jadi harta dengan masa manfaat
tahun,
pada tahun ketiga, keempat dan
seterusnya
penyusutan atas harta
2
masih
akan
membebankan
tersebut.
Sama
juga
untuk harta dengan masa manfaat 3 dan 4 tahun,
dan
harta golongan 2 dan golongan 3. Dari lanjutan oontoh 4 pada halaman 114, harga harta netonya sebab karena
yang dijual Rp 4.500.000,00 Rp
adalah
neto penjualan. Harga buku harta
Rp 22.500.000,00 tetapi dasar Rp
24.500.000,00. Nilai
lebih
merupakan
Jadi
kerugian.
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
penerimaan
terjadi
yang dikurangkan bukan siisa harga
sebenarnya
SKRIPSI
hal
biasa, kelihatannya harta masih terus
penerimaan dipakai
2.500.000,00. Dalam
sedangkan
buku
penarikan disusutkan,
buku,
tetapi
yang
masih
penyusutan
harta
Rp
2.000.000,00
penyusutan
yang
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
dilakukan
atas nilai Rp 2.000.000,00
adalah
penyusutan
atas kerugian. Pembebanan
penyusutan
suatu
harta
setelah
masa
manfaat yang ditaksir, memang dapat diterima, jika
harga
buku dari dasar penyusutan masih ada dan harta juga masih digunakan.
Akan tetapi, hal ini tidak
mendorong
proses
industrialisasi. Untuk fiskal
mendorong proses industrialisasi,
sebaiknya
harga
perolehan
habis,
WP dapat
segera
aktiva tetap
penyusutan
membebankan
sebelum
seperti halnya metode MACRS di
masa
seluruh
manfaatnya
Amerika
Serikat,
bukan membebankan harga perolehan dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Paling tidak jangka waktu penyusutan
atas
suatu harta dibatasi dalam waktu tertentu. Konsekuensinya haruslah mengubah metode penyusutan yang diatur oleh
PPh
1994, khususnya metode saldo menurun secara seimbang yang diterapkan untuk harta berwujud golongan bukan bangunan. Harta tak berwujud digolongkan seperti harta
berwu
jud golongan bukan bangunan, tetapi jangka waktu penyusutannya masa ABC
berbeda. Harta tak berwujud
diamortisasi
manfaat. Sebagai ilustrasi, bulan Oktober menyewa
sampai
gedung dengan untuk 3
September 1996. Pembebanan
tahun
sesuai 1993
PT
(golongan
1)
amortisasinya
adalah
sebagai berikut. Tahun 1993
SKRIPSI
Jumlah Awal 100X
50% x
Penvusutan 100% =
50%
Sisa harga buku 100% -
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
50% =
50%
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102
1994
50%
50% x
50% =
1995
25%
50% x
25% = 12,5%
1995 12,5% Jadi masanya
25%
50% -
25% =
25%
25% - 12,5% = 12,5%
12,5% tidak ada harga buku yang tersisa
habis. Hal ini disebabkan pada
pada
waktu
waktu
penarikan
baik karena sebab biasa maupun luar biasa, dasar penyusu tan harta tak berwujud dikurangi dengan sisa harga bukunya. Penyusutan
harta berwujud golongan
bukan
bangunan
seperti di atas berbeda sekali dengan akuntansi. akuntansi, selama
masa
dasar penyusutan pasti akan habis manfaat. Sisa harga buku
pada
Menurut
dibebankan akhir
masa
manfaat kemungkinan ada, tetapi hal tersebut memang telah diperkirakan pada awal pemakaian. Selanjutnya membebankan aktiva.
Hal
tentang
awal
pembebanan,
penyusutan bersamaan dengan ini berkaitan dengan konsep
akuntansi
awal
pemakaian
matching
cost
against revenue. Jadi meskipun aktiva telah dibeli tetapi belum digunakan, maka pembebanan juga belum dilakukan. Sedang PPh 1994 mengatur bahwa pembebanan penyusutan dimulai pada saat pengeluaran dilakukan. Dengan pengecualian
untuk
harta yang masih
dalam
proses,
pembebanan
dilakukan setelah harta yang dimaksudkan selesai
penger-
jaannya, dan untuk harta yang disewa-guna-usahakan. Harta yang disewa-guna-usahakan karena jenis finance
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
ieasebaik
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lessor
maupun
lessee tidak boleh melakukan
penyusutan/
amortisasi selama masa leasing maka maksud ketentuan hanya
menunjuk
perpajakan
jenis opeating
lease.
Namun
memperkenankan harta disusutkan
ini
demikian,
mulai
yang bersangkutan digunakan, dengan syarat WP
harta
memberita-
hukan ke Direktorat Jenderal Pajak. Pembebanan
penyusutan
dalam
suatu
tahun
menurut
akuntansi
pada umumnya sesuai dengan berapa lama
digunakan
dalam
satu
tahun tersebut. Lama
aktiva
penggunaan
dalam
tahun dibulatkan dalam bulan atau tahun. Jadi
jika
harta baru digunakan 1/2 tahun maka beban penyusutan pada tahun
tersebut
juga hanya untuk 1/2 tahun,
bila
satu tahun aktiva digunakan 1 tahun penuh, maka nan
dalam
pembeba
penyusutan juga 1 tahun penuh. Meskipun - kemungkinan
ada perusahaan menerapkan kebijakan lain, misal tidak ada penyusutan pada tahun pembelian tetapi pada waktu penarikan disusutkan 1 tahun penuh. PPh 1994 membebankan penyusutan selalu dalam 1 tahun penuh. Dapat dikatakan 1 hari sebelum tahun berakhir pembelian
ada
harta, maka harta tersebut disusutkan dalam
1
tahun penuh. Hal ini disebabkan penambahan atau pembelian baru langsung ditambahkan pada jumlah awal untuk menentukan dasar penyusutan, tanpa melihat kapan harta
tersebut
digunakan. Sedang
pada tahun penarikan sisa harga
buku
golongan bangunan dan harta tak berwujud langsung
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta diakui
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
sebagai
kerugian. Jadi pada tahun penarikan tidak
disu
sutkan. Untuk harta berwujud golongan bukan bangunan sisa harga
tidak dihiraukan
buku
lagi,
jika
penarikannnya
karena sebab biasa, sedang jika penarikannya karena sebab luar
biasa,
perlakuannya
sama
dengan
harta
golongan
bangunan atau harta tak berwujud. 3.1.5. Tarif, Dasar, dam Metode Penyusutan a. Tarif Penyusutan Dalam tarif
akuntansi,
penyusutan
berkaitan
seperti diuraikan dalam
suatu
dengan
aktiva
metode yang
atau
Bab
kelompok
digunakan.
II,
aktiva
Misal
metode
penyusutan garis lurus, maka tarif penyusutan adalah 1/n, n
adalah umur ekonomis, aktiva yang berumur
tahun,
ekonomis
tarif penyusutan adalah 1/4 atau 25%
per
Sedang jika memakai metode penyusutan declining perhitungan hanya
dasar
tarif
penyusutannya sama
dengan
penyusutannya adalah sisa harga
4
tahun. balance,
di
atas,
buku.
untuk metode double declining balance sama dengan
Dan
metode
declining balance, hanya tarifnya dikalikan dua (double), dari tarif penyusutan garis lurus. Rhusus metode
declin
ing balance, Smith dan Skousen memberikan rumus tarif nV[r/c]}.
Menurut
penyusun, rumus
ini
tidak
{1
dapat
diterapkan kalau taksiran nilai sisanya nol. Dengan nilai sisa
nol,
n*f[r/c]
tarif penyusutan adalah 1 atau
adalah
nol.
Jadi
penetapan
100%,
tarif
karena
penyusutan
t SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
seluruhnya Pengakuan
laba yang timbul
ditangguhkan
pengakuannya.
laba yang ditanggukan pada tahun-tahun
menda-
tang tidak secara eksplisif dinyatakan dalam suatu rekening
tertentu. Pengakuan ini implisit
didalam
pengakuan
biasa penyusutan atas aktiva hasil pertukaran. Pengakuan laba yang ditangguhkan ini dapat dari
contoh
2 (a) dan contoh 3 (a),
halaman
dilihat 20.
Pada
contoh 2 (a), aktiva sebenarnya raempunyai harga wajar R p . 7.500.000.00
tetapi
hanya
dicatat
sebesar
Rp.
7.000.000.00 harga buku ditambah dengan kas yang diserahkan.
Sama
juga untuk 3 (a), bagian harta
yang
ditukar
sebenarnya mempunyai harga wajar R p . 2.000.000,00
tetapi
hanya dicatat sebesar harga buku Rp. 1.600.000,00. Dengan pencatatan wajarnya, tang
harga perolehan yang lebih kecil
dari
harga
maka beban penyusutan pada tahun-tahun
akan lebih kecil dibanding dengan
menda-
mencatat
hargaa
perolehan sebesar harga wajarnya. Secara keseluruhan, selisih antara biaya penyusutan harga
perolehan yang dicatat sebesar harga wajar
penyusutan buku,
sama
contoh selisih
harga
perolehan yang dicatat
dengan jumlah laba yang
dengan
sebesar
harga
ditangguhkan.
Pada
2 (a), dengan asumsi nilai sisa adalah nol,
maka
penyusutan harga perolehan yang dicatat
sebesar
harga harga wajar dengan penyusutan harga perolehan dicatat sebesar harga buku adalah R p . 500.000,00. ini
SKRIPSI
sama
dengan
laba
yang
ditangguhkan,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang Jumlah yaitu
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R p .2.500.000,00 dikurangi Rp. 2.000.000,00. Sedang contoh 5 (a), selisih penyusutan antara pencatatan hargaa lehan sebesar harga wajar dengan pecatatan harga han
sebesar
harga buku hanya Rp. 400.000,00
2.000.000.00 1.600.000.00 bagian
bagian
harga
wajar
peroperole-
yaitu
dikurangi
Rp.
bagian hargaa buku yang ditukar. Dan
untuk
yang dijual telah mengakui laba pada saat
dinya
Rp.
transaksi
sebesar Rp.
100.000,00
yaitu
terjaselisih
bagian harta buku yang dijual dengan kas yang diterima. Dalam antara
Tabel III disajikan perbandingan
harga
perolehan
dari
pertukaran
dicatat
sebesar harga buku dengan harga
dicatat
sebesar
harga sisa
wajar,
harga perolehan
yang
dari contoh 2 (a). Asumsi
nol, metode penyusutan garis lurus,
penyusutan
sejenis
yang
perolehan
yang
dicatat
sebesar
taksiran
nilai
taksiran
masa
manfaat 5 tahun. Tabel III Akuntansi Tahun
Penyusutan
Penyusutan Dengan Perolehan Harga Buku
1 Rp.1.400.000,00 2 1.400.000,00 3 1.400.000,00 4 1.400.000,00 5 1.400.000,00 Jumlah Rp.7.000.000,00
Aktiva
dari
Pertukaran
Menurut
Penyusutan Dengan Perolehan Selisih harga wajar Penyusutan Rp.1.500.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 Rp .7.500.000,00
Rp.100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 Rp.500.000,00
Jadi setelah 5 tahun, atas transaksi pertukaran
tersebut
sama mengakui laba sebesar Rp.500.000,00.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134
Menurut PPh 1994, penarikan berupa pengapkiran
dan
tidak diikuti penjualan, sama dengan akuntansi, tidak ada laba
penarikan yang diakui. Pengapkiran yang
disebabkan
oleh
musbah (penarikan karena sebab luar biasa) dan
penggantin dari asuransi, penggantian ini diakui
ada
sebagai
keuntungan dan dilaporkan pada tahun terjadinya. Penarikan selisih
harga
berupa penjualan, wajar dengan harga
termasuk buku
pertukaran,
harta
berwujud
golongan bukan bangunan, tidak diakui sebagai
laba.harga
pasar
atau wajar (penerimaan neto)
mengurangi
dasar
penyusutan.
langsung
Meskipun secara aksplisit
tidak
pengakuan laba, pengurangan harga pasar atau harga
ada wajar
ini sebenarnya merupakan mekanisme pengakuan laba penjualan/pertukaran, jika dalam penjualan atau pertukaran labanya.
Artinya
harga pasar atau
harga
wajar
ada
aktiva
lebih tinggi dari harga bukunya. Hal halaman tahun
tersebut
penggiling
PPh
dilihat dari
contoh
113 jumlah awal harta golongan 3 1993
dijual
dapat
adalah
Rp.
27.000.000,00,
tapioka yang harga bukunya
mengakuinya
tidak mengakui laba secara
Rp.
pada
tersebut
pada
kemudian Rp.
dengan harga (penerimaan neto) Rp.
1994
4
4.500.000,00 6.000.000,00.
1.500.000,00
berangsur-angsur
pada
mesin
tetapi
tahun-tahun
berikutnya melalui pembebanan penyusutan yang lebih kecil daripada yang seharusnya. yaitu dengan mengurangkan harga pasar
SKRIPSI
atau
harga wajar dari jumlah awal
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
sebagai
dasar
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105
metode declining balance tetap menggunakan rumus 1/n. Dan 1/n ini dapat dikalikan bilangan sembarang sesuai
kebia-
jakan manajemen. Sedangkan amortisasi
PPh 1994 menentukan tarif penyusutan
sesuai golongan harta, dan
tidak
dan
memberikan
alternatif tarif penyusutan yang lain. Harta golongan golongan 2: 25%, golongan 3: 10% dari
50%, dan
golongan
harga
bangunan dan harta tak gerak
1:
buku,
lainnya:
5%
dari harga perolehan. b. Dasar Penyusutan
Pengertian dasar penyusutan antara akuntansi berbeda dengan
PPh
1994. Menurut akuntansi,
seperti
diuraikan
dalam Bab II, hal ini berhubungan dengan jumlah yang akan dialokasikan sebagai biaya dalam kurun waktu selama ekonomis
atas
ditentukan perolehan
aktiva tertentu. Jumlah ini
telah
dapat
sebesar
harga
dikurangi nilai sisa yang ditaksir. Dan
dasar
pada
awal
pemakaian,
yaitu
penyusutan di sini dapat diidentifikasikan untuk masing
aktiva.
perolehan
masa
Karena jumlah yang
dicatat
pada
atau penambahan akan digunakan sebagai
pengurang pada waktu mengeluarkan aktiva dari
masingwaktu jumlah
pencatatan
karena aktiva ditarik. Berikut diuraikan dasar penyusutan menurut PPh 1994. 1. Dasar Penyusutan Harta Berwujud Golongan Bukan
Bangu
nan
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106
Menurut ini
hanya
tertentu
PPh 1994, dasar penyusutan berkaitan
guna
bersangkutan.
dengan jumlah
penetapan Dasar
beban
harta
untuk
suatu
penyusutan
penyusutan di sini
golongan tahun
tahun
yang
diperoleh
dari
jumlah awal ditambah penambahan dan dikurangi pengurangan yang
terjadi
dasar
pada tahun tersebut.
Jumlah
penyusutan tahun lalu dikurangi
awal
beban
adalah
penyusutan
tahun lalu. Penambahan dapat berupa penambahan harta baru atau pengeluaran yang menambah kapasitas atau umur harta. Sedang
pengurangan
karena
sebab
adalah karena
penarikan.
luar biasa atau disumbangkan,
Penarikan sisa
harga
buku akan dipakai sebagai pengurang untuk penentuan dasar penyusutan. pengurang
Sedang penarikan karena sebab biasa, adalah penerimaan neto, hal ini yang
jumlah mengaki-
batkan dasar penyusutan harta tidak sama dengan penjumlahan
dasar
penyusutan
dari
masing-masing
harta
dalam
golongan tersebut. Dasar bangunan
penyusutan
harta
berwujud
golongan
antara akuntansi dengan PPh 1994 jauh
bukan berbeda.
Menurut PPh 1994, dasar penyusutan harta berwujud gan
bukan
bangunan ditetapkan
tertentu,
bukan
untuk
untuk satu harta
segolongan
tertentu.
Dan
penyusutan suatu golongan tidak akan sama dengan lahan
dari
golongan
SKRIPSI
dasar penyusutan masing-masing
golon harta dasar penjum-
harta
dalam
tersebut. Hal ini disebabkan pengurangan
dasar
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107
penyusutan
menggunakan
penerimaan
neto,
bila
penarikan harta karena sebab biasa, yang mana neto
penerimaan
ini dapat lebih besar atau lebih kecil
buku.
Sebelum
ada
penarikan harta
luar
penyusutan harta golongan ini
masih
sama
dengan
penjumlahan dari dasar
penyusutan
golongan ini. Apabila ada
yang
penerimaan
maka
dasar
dengan
harga
sebab
dasar
dalam
dari
karena
biasa,
harta
terjadi
masing-masing
penarikan
netonya tidak sama dengan
harga
penyusutan suatu golongan harta
penjumlahan dari dasar golongan tersebut.
penyusutan Jadi
harta buku,
tidak
sama
masing-masing
harta
dalam
dasar
penyusutan
harta
berwujud golongan bukan bangunan tidak dapat
dii-
dentifikasikan ke masing-masing harta yang digunakan. Hal ini dapat diperjelas dari contoh berikut. Contoh 4, harta golongan 3 dengan penyusutan
metode
saldo menurun, tarif 10% dari harga buku. Jenis Harta
Tahun Perolehan
-Mesin penggiling beras 5-1-1992 -Mesin penggiling gandum 5-1-1992 -Mesin penggiling tapioka 5-1-1992 Pada
Harga Perolehan (Rp)
Akumulasi Harga Buku Penyusutan 31-12-1992 (Rp ) (Rp)
15.000.000
1.500.000 13.000.000
10.000.000
1.000.000
5.000.000
500.000
9.000.000 4.500.000
Jumlah 30.000.000 3.000.000 27.000.000 awal tahun 1993 mesin penggiling tapioka dijual
dengan
harga
transaksi
Rp 6.000.000,00.
Jurnal
penjualan Mesin Penggiling
pencatatan Tapioka
atas
tersebut,
menurut akuntansi, adalah sebagai berikut.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108
6.000.000
Kas
500.000
Akumulasi Penyusutan
Mesin Penggiling Tapioka
5.000.000
Laba Penjualan Mesin Tapioka
1.500.000
(Pengakuan
laba penjualan dibahas dalam sub bab
tersen-
diri). Menurut akuntansi, dasar penyusutan untuk tahun 1993 adalah yang
penjumlahan dari harga buku masing-masing masih
digunakan, yaitu mesin penggiling
aktiva
beras
Rp
13.500.000,00 dan mesin penggiling gandum Rp 9.000.000,00 sama dengan Rp 22.500.000,00. Sedang menurut PPh 1994, penetapan dasar
penyusutan
Penyusutan tahun lalu
Rp 30
00
(3 000 000 00)
Penambahan
—
Pengurangan
f6 000 000 00)
Dasar penyusutan tahun 1993 Dari
o o o
Dasar penyusutan tahun lalu
o o o
tahun 1993 dihitung sebagai berikut :
jelas
bahwa
yang
masih
digunakan dalam 1993 tidak sama dengan penjumlahan
harga
buku
Dasar
dasar
contoh
Rp 21 000 000 00
penyusutan
tersebut terlihat dengan harta berwujud golongan 3
masing-masing harta yaitu Rp
penyusutan
22.500.000,00.
menurut PPh 1994 lebih kecil
daripada
dasar
penyusutan menurut akuntansi, dan beban penyusutan
tahun
1993 menurut PPh 1994 lebih kecil daripada menurut
akun
tansi. (Akan tetapi perlu diingat, perpajakan tahun
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
1994
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109
tidak akan melaporkan adanya laba penjualan harta, sedang akuntansi harus melaporkan laba tersebut). Lain lagi halnya jika penerimaan neto mesin penggil ing tapioka hanya Rp 2.500.000,00, maka dasar
penyusutan
menurut perpajakan adalah sebagai berikut: Dasar penyusutan tahun lalu : Rp 30.000.000,00 Penyusutan tahun lalu
:
Penambahan
:
Pengurangan
:
(3,000.000 -00) -(2.500.000.00)
Dasar penyusutan tahun 1893 : Rp 24.500.000.00 Dalam
hal
ini dasar penyusutan
menurut
PPh
1994
daripada akuntansi. Akan tetapi,
PPh
1994
lebih
besar
dalam
tahun 1993 tidak melaporkan adanya rugi
penjualan
harta, sedang akuntansi harus melaporkan kerugian
terse
but. Apabila dan
banyak
penyusutan snmakin
perusahaan telah berjalan terjadi penambahan
dan
beberapa
pengurangan,
harta berwujud golongan bukan
tidak dapat diidentifikasikan
tahun,
ke
bangunan
dasar akan
masing-masing
harta. Hal ini dikarenakan PPh 1994 membebankan
penyusu
tan atas golongan harta, bukan masing-masing harta secara ind ividual. 2. Dasar Penyusutan Harta Golongan Bangunan Dasar akuntansi
SKRIPSI
penyusutan
harta golongan
bangunan,
dengan PPh 1994 hampir sama, hanya
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
antara
perpajakan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110
tidak
mengenal nilai sisa. Dengan kata lain
nilai
sisa
selalu nihil. Dasar penyusutan golongan bangunan, menurut PPh 1994 adalah harga perolehan. Penentuan dasar penyusu tan
harta
dengan
penentuan
dasar penyusutan harta berwujud golongan bukan
bangunan.
Jumlah
golongan bangunan
berbeda
awal di sini adalah harga perolehan,
pengurang
bila
perolehan.
terjadi penarikan
Karena
adalah
jumlah pengurang pada
dan
jumlah
jumlah waktu
harga terjadi
penarikan baik karena sebab luar biasa atau karena disumbangkan harga
maupun
karena sebab
perolehan,
biasa
selalu
maka dasar penyusutan
menggunakan
harta
golongan
bangunan merupakan penjumlahan dari dasar penyusutan dari masing-masing harta dalam golongan tersebut. Contoh
5,
harta golongan
bangunan
disusutkan
menurut
akuntansi dan perpajakan menggunakan metode garis
lurus,
tarif 5% dari harga perolehan. Tahun dan harga perolehan, serta
akumulasi
penyusutan
dan harga
buku
sampai
31
Desember 1992 adalah : Jenis Harta
Tahun Harga Perolehan Perolehan (Rp)
Akumulasi' Harga Buku Penyusutan 31-12-1992 (Rp) (Rp)
-Gedung Kantor 5- 1-1992
50.000.000
2.500.000 47.500.000
-Gudang
5- 1-1992
20.000.000
1.000.000 18.000.000
-Pagar Kantor
5- 1-1992
5.000.000
Jumlah
75.000.000
250.000
4.750.000
3.750.000 71.250.000
Pada awal tahun 1993 bangunan gudang dijual dengan
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ill
Bp
25.000.000,00. Jurnal pencatatan, menurut
atas
transaksi
penjualan aktiva
tetap
akuntansi,
Gudang
sebagai
berikut. Kas
25.000.000
Akumulasi Penyusutan
1.000.000
Gudang
20.000.000
Laba Penjualan Gudang Dasar
penyusutan baik menurut akuntansi raaupun PPh
adalah
sebesar
20.000.000.00 ada
6.000.000
Rp
75.000.000,00
dikurangi
yaitu Rp 55.000.000,00 (tahun
penambahan).
Dasar
penyusutan
1994
1993
sejumlah
Rp tidak
tersebut
merupakan penjumlahan dari dasar penyusutan masing-masing harta
dalam
golongan bangunan, yaitu gedung
kantor
Rp
50.000.000.00 dan pagar kantor Rp 5.000.000,00. 3. Penentuan Dasar Anortisasi Harta Tak Berwujud Penentuan dasar amortisasi harta tak berwujud hampir sama
dengan
golongan
penentuan dasar penyusutan
harta
berwujud
bukan bangunan. Hanya pengurangan jika
penarikan
terjadi
adalah sisa harga buku, baik penarikan
biasa,
luar biasa atau karena disumbangkan. Dasar harga
buku,
amortisasi
harta
pengurangan bila
tak
berwujud
terjadi
menggunakan
penarikan
harta
selalu menggunakan sisa harga buku baik karena sebab luar biasa biasa,
SKRIPSI
atau maka
karena
disumbangkan,
dasar amortisasi harta
maupun tak
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
karena berwujud
sebab sama
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
dengan
penjumlahan dari harga buku
masing-masing
harta
tak berwujud yang masih digunakan dalam golongannya. Jadi dasar
penyusutan harta berwujud golongan bukan
bangunan
berbeda dengan harta tak berwujud. Sebagai ilustrasi, PT ABC memiliki harta tak
berwu
jud golongan 2 sebagai berikut (dalam Rp). Jenis Harta
Masa Tahun Harga Manfaat Perolehan Perolehan
Sewa Gedung Hak Paten Fran chise
5 Tahun 10-1-1891
Akumulasi Harga Buku Amortisasi 31-12-1893
4.000.000 2.312.500
1.687.500
5 Tahun 15-1-1892 10.000.000 4.375.000
5.625.000
5 Tahun
6.750.000
Awal
5-1-1892 12.000.000 5.250.000
tahun 1994 PT ABC pind&h ke tempat yang
strategis, sehingga
gedung diserahkan kembali kepada Sewa Gedung harus dikeluarkan
lebih
pemiliknya,
dari
pembukuan.
Dasar amortisasi tahun 1994 menurut perpajakan adalah 12.375.000,00
yang
merupakan
penjumalahan
dari
Rp
dasar
amortisasi dari masing-masinh harta tak berwujud yang / masih digunakan dalam golongan tersebut, yaitu Hak Paten sebesar
Rp 5.625.000,00 dan Franchise
Rp
6.750.000,00.
Sisa harga buku Sewa Gedung yang masih ada yaitu
sebesar
Rp 1.687.500,00 diakui sebagai kerugian fiskal. Sedang akuntansi pada umumnya mengamortisasi tidak
berwujud
berdasarkan waktu
dengan
lurus.
Menurut akuntansi, aktiva tak
sampai
31
Desember 1993 mempunyai
metode
berwujud harga
aktiva
buku
garis
tersebut sebagai
berikut:
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jenis Harta
Masa Tahun Manfaat Perolehan
Harga Akumulasi Harga Buku Perolehan Amortisasi 31-12-1993
Sewa Gedung 5 Tahun 10-1-1991 4.000.000 2.400.000 Hak Paten 5 Tahun 15-1-1992 10.000.000 4. 000.. 000 Fran chise 5 Tahun 5-1-1992 12.000.000 4.800.000 Penarikan
aktiva
tak
berwujud
1.600.000 6.000.000 7.200.000
tersebut,
menurut
akuntasi, dicatat sebagai berikut. Kerugian Penarikan
1.600.000
Akumulasi Amortisasi
2.400.000
Sewa Gedung Jadi
menurut
4.000.000
akuntansi
kerugian
penarikan
yang
diakui adalah Rp 1.600.000,00 dan dasar penyusutan aktiva tidak
berwujud
10.000.000,00
tahun
dan
1994
adalah
Franchise sebesar
Hak Rp
Paten
Rp
12.000.000,00;
harga perolehan masing-masing aktiva. 4. Dasar Penyusutan Pertukaran Harta
Dari
cara
pencatatan
harta
yang
diperoleh
pertukaran yang berbeda antara akuntansi dengan kan,
hal
ini akan mengakibatkan dasar
perpaja
penyusutan
berbeda pula. Menurut akuntansi, pertukaran aktiva sejenis dengan
selalu harga
mengakibatkan dasar perolehan
aktiva
penyusutan
yang
baru.
Sedang
berubah
Pertukaran
SKRIPSI
wajar aktiva lama lebih kecil dari harga bila
harga wajar aktiva lama lebih
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang tidak
sejenis akan mengakibatkan dasar penyusutan berubah harga
dari
jika
bukunya.
besar
harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
bukunya,
dasar
penyusutan
tidak
berubah.
Pertukaran
dengan menyerahkan uang, tentu saja dasar penyusutan akan berubah, apakah
paling
tidak sejiimlah
menambah
uang
yang
diserahkan,
pada harga buku atau harga
wajar
mana
yang lebih rendah. Menurut harta
PPh
1994, bila
harta
tersebut
berwujud golongan bukan bangunan dan
merupakan
harga
harta yang dipertukarkan sama, maka harga perolehan selalu berubah, tetapi dasar penyusutan tidak akan
wajar akan beru
bah. Hal ini disebabkan harga dasar penyusutan tidak akan berubah.
Hal ini disebabkan harga yang seharusnya
luarkan
untuk memperoleh harta yang baru sekaligus
fungsi sebagai pengurang (penerimaan neto) untuk
dikeber-
peneta-
pan dasar penyusutan. Hal
di atas dap.at dijelaskan dengan contoh 1,
pada
bab II halaman 19, dari pertukaran tersebut harga perole han harta yang baru adalah harga wajar harta, yaitu untuk (a) (b).
sebesar Rp 2.500.000,00 atau Rp Jumlah
ini sekaligus
menjadi
1.000.000,00 pengurang
untuk
(sebagai
penerimaan neto penjualan) untuk penetapan dasar penyusu tan.
Dengan demikian dasar penyusutan akan
tetap
yaitu
sebesar harga buku yang lama. Misal jumlah awal tahun ini atas golongan harta yang bersangkutan
Rp
50.000.000,00,
maka
dasar
penyusutan
adalah: Transaksi
SKRIPSI
(a^_________ Transaksi (bJ
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
Jumlah Awal
Rp 50.000.000,00
Rp 50.000.000,00
2.500.000,00
1.000.000,00
Penambahan Pengurangan
12-5QD.QQQ.Q0^______ Cl.OOfl^QOO^QQ )
Dasar Penyusutan Menurut dicatat
Rp_5Q.0QJ_,Q0(LQ0____ Rp 50.000.000.00
akuntansi, pertukaran sejenis
sebesar
aktiva
baru
mana
yang
harga wajar atau harga buku
lebih rendah. Contoh 1 (a) aktiva baru dicatat sebesar Rp 2.000.000.00 (harga buku lebih rendah dari harga wajar Rp 2.500.000.00). sebesar
Dan
dalam contoh 1 (b),
aktiva
Rp 1.000.000,00 (harga pasar lebih
dicatat
rendah
dari
Menurut akuntansi dalam contoh 1 (pada halaman
19),
harga buku Rp 2.000.000,00).
pertukaran tersebut merupakan pertukaran sejenis.
Asumsi
akuntansi juga menggunakan metode penyusutan saldo run
(dasar penyusutan adalah harga buku) dan
menu-
pertukaran
terjadi pada awal tahun. Dasar penyusutan tahun
tersebut
sebagai berikut. Ir&ns&ksi .(a.)__________ I:ransa.ksi _f.b^ Jumlah Awal (Harga Buku) : Rp 50.000.000,00 Penambahan
:
Rp 50.000.000,00
2.500.000,00
1.000.000,00
Pengurangan (Harga Buku) - Harga Perolehan
(10.000.000,00)
- Akumulasi Penyusutan : Dasar Penyusutan
(10.000.000,00)
8.000.000.00________ 8 .000.nnn.nn
: Rp 50.000.OOP..00 ...
Rp 49.000.000.00
Pertukaran harta golongan bukan bangunan bila
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
wajar tidak sama, dapat dijelaskan dari contoh 2 pada bab XI
halaman 20. Penetapan dasar penyusutan bagi pihak
harga
perolehan harta yang baru adalah harga wajar
pihak
II
yaitu
Rp
7.500.000,00
untuk
(a)
I, dari
atau
6.000.000,00 untuk (b). Sedang pengurangnya adalah
Rp harga
wajar harta milik pihak I sendiri. menurut
PPh
1994 dasar penyusutan
berbah
sebesar
uang kas yang diserahkan yaitu Rp 5.000.000,00.
Transaksi. (,a)_________Transaksi Xb) Jumlah Awal
Rp 50.000.000,00
Rp 50.000.000,00
7.500.000,00
6.000.000,00
Penambahan Pengurangan
L2.500. QQQ. 001______ U. J3Q0 ._Q0J3 .00
Dasar PenvusutanRp_ 55.QQQ J3QQ_.00 _ Menurut
akuntansi
dengan
Rp _5_5^Q0Q .000, 00
oara
asumsi
yang
dengan contoh 1, contoh 2 (pada halaman 20) dasar sutan
menurut
akuntansi tahun tersebut
adalah
sama penyu
sebagai
berikut. Xrans-aksi (a) Jumlah Awal (Harga Buku) : Rp 50.000.000 Penambahan
:
Transaksi (b) Rp 50.000.000
7.000.000
6.000.000
Pengurangan (Harga Buku) - Harga Perolehan - Akumulasi Penyusutan Dasar Penyusutan
(10.000.000)
(10.000.000)
B-QQ.Q.QQQ
' 8 .QQQ.QQQ
Rp_55._00Q.Q00
Rp_ 54. QQQ. 000
Aktiva yang baru dalam hal ini dicatat sebesar harga buku
SKRIPSI
atau
harga wajar mana yang lebih
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
rendah
ditambah
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
".1 7
uang kertas yang diserahkan (Rp 5.000.000,00). Lain halnya dengan harta berwujud golongan bangunan, bila terjadi
pertukaran harta golongan ini, menurut PPh
1994
dasar pe n y us ut a n yang lama akan berubah dengan yang
baru
dan mengurangi dengan harga perolehan harta yang lama. Sebagai ilustrasi pertukaran bangunan, PT KLM
menu-
kar bangunan yang harga perolehannya Rp 25.000.000,00 dan akumulasi penyusutan Rp 20.000.000,00, harga wajarnya 7.500.000,00 Rp
dengan bangunan PT XYZ yang harga
9.000.000,00.
uang
Rp
Asumsi
Untuk pertukaran ini PT
1.500.000,00 jumlah
di samping
seluruh harga
KLM
bangunan
perolehan
wajarnya menambah
-yang
harta
Rp
lama.
golongan
bangunan PT KLM adalah Rp 75.000.000,00. Dasar penyusutan menurut PPh 1994 dihitung sebagai berikut. Jumlah Awal (Harga Perolehan) : Rp 75.000.000,00 Penambahan (Bangunan Baru)
:
9.000.000,00
Pengurangan (Harga Perolehan) :
(25.000.000.00^
Dasar Penyusutan
59.000.000.00
Menurut akuntansi, bila pertukaran tersebut
merupa
kan pertukaran tidak sejenis, bangunan yang baru
dicatat
sebesar
harga
diserahkan, catatan.
dan
wajar bangunan lama bangunan
yang
ditambah
lama
uang
yang
dikeluarkan
dari
Dengan demikian dasar penyusutan menurut
akun
tansi akan sama dengan PPh 1994. Sedangkan bila pertukaran tersebut merupakan karan
SKRIPSI
sejenis, bangunan yang baru dicatat sebesar
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
pertu harga
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
buku (karena lebih rendah daripada harga wajar)
ditambah
uang yang diserahkan. Dan bangunan lama dikeluarkan
dari
catatan. Jadi dasar penyusutan menurut akuntansi adalah : Jumlah Awal (Harga Perolehan) : Rp 75.000.000,00 Penambahan (Bangunan Baru)
:
6.500.000,00
Pengurangan (Harga Perolehan) :
(25.000.000.001
Dasar Penyusutan
:
58.500.000.00
Untuk pertukaran aktiva, akuntansi tidak
membedakan
antara aktiva bangunan atau bukan bangunan. Artinya terjadi
pertukaran bangunan, hal ini juga harus
jika
dilihat
apakah pertukaran tersebut sejenis atau tidak, melibatkan uang
atau
tidak, jika melibatkan uang
apakah
menerima
atau menyerahkan, seperti halnya pertukaran aktiva
bukan
bangunan. Kemudian bagaimana bila terjadi pertukaran
sekelom-
pok harta dengan sekelompok harta juga. Hal ini sama saja dengan
uraian di atas. Menurut akuntansi
harus
dilihat
apakah sekelompok harta tersebut sejenis atau tidak. menurut PPh 1994, sekelompok harta tersebut harus lakukan Dan
sebagai penjualan kemudian melakukan
untuk
keperluan
penetapan
dasar
golongan
baik
untuk
harta yang
diper-
pembelian.
penyusutan
diperlukan pengalokasian harga wajar harta
Dan
maka
masing-masing
diterima
maupun
diserahkan. Harga wajar harta yang diserahkan ini lukan sebagai pengurang untuk penetapan dasar
yang diper
penyusutan
harta berwujud golongan bukan bangunan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119
Di depan telah dikemukakan bahwa kadang-kadang sulit untuk
menggolongkan tidak
apakah suatu
pos
berwujud hal
merupakan
ini
harta
berwujud
atau
disebabkan
tersebut
dapat saja terdiri dari gabungan keduanya
pos atau
karena alasan lain. Berikut ini akan dibahas jenis
harta
tersebut. Pertama atau
mengenai biaya penelitian dan
litbang.
Akuntansi dan perpajakan
pengembangan
memang
sepakat
bahwa biaya-biaya yang mempunyai masa manfaat lebih
dari
setahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan
atau
amortisasi. Termasuk dalam kategori biaya di sini
antara
lain biaya litbang, karena hasil dari litbang akan dinikmati
oleh
Mengenai
periode-periode
di masa
yang
akan
datang.
biaya litbang PPh 1984 telah mengaturnya
Keputusan
Menteri
Keuangan No. 769/KMK.
dalam
04/1990,
yang
telah diterangkan dalam Bab II. Bila yang II, pada
dibandingkan antara PPh 1984 dengan
statement
dikeluarkan FASB, yang telah dikemukakan dalam hampir sama. Menurut FASB biaya saat terjadinya atau incurred.
litbang
dibebankan
Perbedaan
terletak
pada biaya-biaya yang khusus hanya dapat digunakan penelitian manfaat
dan
pengembangan,
meskipun
mempunyai
lebih dari satu tahun, menurut FASB,
SKRIPSI
atau amortisasi seperti PPh 1994. Misal
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
untuk masa
pembebanan
biaya tersebut dilakukan sekaligus, tidak melalui sutan
bab
penyu
peralatan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120
laboratorium karena
yang
hanya
mempunyai
umur
tiga
dapat digunakan untuk
tahun,
keperluan
maka pengeluaran atas peralatan tersebut untuk litbang,
tetapi litbang,
keperluan
maka pengeluaran atas peralatan tersebut
dibe-
bankan sekaligus, tidak melalui penyusutan seperti halnya PPh 1994. Selanjutnya mengenai BOT, dalam hal ini biaya
untuk
membangun sarana yang akan dioperasikan dikeluarkan pihak
pembangun yang juga sekaligus sebagai
oleh
pengoperasi
sebelum dialihkan. Oleh karena itu, biaya tersebut dianggap
dapat
sebagai biaya yang mempunyai masa manfaat
terbatas.
Masalahnya apakah biaya tersebut akan
yang
dikate-
gorikan sebagai harta tak berwujud ataukah sebagai berwujud.
Dianggap
sebagai harta tak
berwujud,
pengeluaran tersebut mirip dengan biaya yang untuk
menyewa
sarana
lokasi
tempat
berdirinya
lain yang dibangun, yang pada
karena
dikeluarkan bangunan
waktunya
lokasi.
harta
tak
dengan
Jika biaya tersebut
golongan
penye-
dikategorikan
berwujud, metode pembebanannya
sebagai
harus
harta tak berwujud, dan dalam
dan
bangunan
dan sarana lain tadi akan diserahkan kepada pihak dia
harta
sesuai hal
ini
hanya ada satu rekening atas pengeluaran tersebut. Lain juga
dari hal di atas, pengeluaran untuk BOT
dianggap
sebagai harta berwujud.
Hal
ini
dapat karena
sebelum diserahkan pada waktunya, harta yang dibangun dan dioperasikan memang adalah harta berwujud. Jika
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dianggap
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121
demikian, sesuai kan.
maka
atas
pengeluaran
tersebut
disusutkan
dengan golongan masing-masing harta yang
di-BOT-
Jadi ada lebih dari satu rekening dan mungkin
juga
beberapa golongan harta. Kedua untuk
perlakuan
penyusutan
terhadap
BOT dapat diterapkan. Memang antara
mungkinan
ada
perbedaan
waktu
pengeluaran keduanya
pengakuan
kebiaya
penyusutan/amortisasi bila harta-harta berwujud yang
di-
BOT-kan berlainan golongan dengan harta tak berwujud yang ditentukan dengan masa pengelolaan. Dari
perjanjian
antara pembangun
dengan
penyedia
lokasi, kemungkinan atas pengelolaan harta yang dibangun, pihak
penyedia
mendapatkan
bagian
keuntungan sebelum harta diserahkan. Namun, untuk
keper-
luan
lokasi juga
penyusutan,
hanya pihak
berhak
pembangunlah
yang
boleh
membebankan biaya pehyusutan atau amortisasi atas luaran
untuk
pembangunan. Pihak penyedia
lokasi
boleh membebankan penyusutan, meskipun pihaknya leh
keuntungan
karena
dari pengelolaan sarana
memang pihak penyedia lokasi
penge
yang
tidak
tidak
memperodibangun,
mengeluarkan
biaya berupa materi atau uang. Jumlah yang digunakan sebagai dasar penyusutan amortisasi
atas harta BOT sama dengan
perolehan
atau biasa,
yaitu
seluruh jumlah yang- sesungguhnya dikeluarkan.
pihak
pembangun berhak membebankan
tersebut.
SKRIPSI
seluruh
pengeluaran
Pada waktu diserahkan, penyerahan ini
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
Dan
semata-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122
mata
karena
harta
yang
terjadi karena keterbatasan waktu ini hanya terjadi
pada
harta
keterbatasan waktu.
Penarikan
tak berwujud, yang seluruh sisa harga
buku
rangkan dari jumlah awal untuk menetapkan dasar
diku-
penyusu
tannya. Dan jumlah sisa harga buku tersebut diakui gai
kerugian,
sehingga pada
waktu
diserahkan
seba seluruh
pengeluaran telah dibebankan seluruhnya. Dari uraian di atas, meskipun pengakuan harta
BOT dapat dianggap sebagai harta
penyusutan,
berwujud
maupun
tak berwujud, tetapi dengan memperhatikan penarikan waktu
penyerahan, BOT lebih cocok dikategorikan
harta
tak
berwujud,
berwujud. Jika
dikategorikan
akan timbul kesulitan tentang
pada
sebagai
sebagai
harta
perlakuan
sisa
harga buku harta pada waktu penyerahan. Ketentuan
yang
mengatur mengenai
BOT
ini
sekarang juga belum ada seperti halnya tentang
sampai
ruilslag.
Seandainya harta BOT ini kemudian ditentukan bahwa pembe banan penyusutannya mengikuti penyusutan harta hal
yang
perlakuan penyerahan.
perlu sisa
diatur secara harga
khusus
adalah
buku yang masih
Sebaiknya sisa harga buku
berwujud,
ada ini
mengenai
pada
waktu
diperlakukan
seperti halnya penarikan harta tak berwujud yang terbatas masa
manfaatnya.
apakah
Dengan demikian
tidak
ada
akan diperlakukan sebagai harta berwujud
perbedaan ataupun
sebagai harta tak berwujud. Namun, pihak pembangunan pasti sudah memperhitungkan
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bahwa jangka waktu pengoperasian cukup untuk sebagian tidak
membebankan
besar pengeluaran, jika ada sisa harga
terlalu besar. Adanya sisa harga buku
bukupun
yang
cukup
besar, hal ini tentu pihak pembangun kurang memperhitungkan
aspek
perpajakan. Dan hal
ini,
menurut
penyusun,
kemungkinannya sangat kecil. Sebagai ilustr&si, PT BINTANG mengadakan
perjanjian
BOT dengan instansi pemerintah. Perjanjian mengatur hal sebagai berikut. PT BINTANG bersedia membangun penginapan beserta kamar penginapan, misal tempat almari,
televisi, alat pengatur udara, alat
telepon,
halrumah tidur,
komunikasi/ di
atas
tanah instansi pemerintah. Penginapan akan dikelola
oleh
PT
meja kursi. Rumah penginapan dibangun
BINTANG
setelah kepada
selama 15 tahun sejak seluruh
sarana
itu penginapan dan seluruh perabotan instansi
pemerintah yang
akan
siap,
diserahkan
digunakan
untuk
penginapan karyawan instansi tersebut. PT BINTANG mengeluarkan biaya sampai seluruh siap
dioperasikan adalah golongan 1:
golongan
2:
Rp
35.000.000,00,
Rp
50.000.000,00,
golongan
15.000.000,00, dan golongan bangunan: Rp
sarana
3:
Rp
400.000.000,00,
total seluruhnya Rp 500.000.000,00. Apabila
harta BOT dianggap sebagai harta
berwujud,
penyusutannya mengikuti penyusutan masing-masing golongan harta erasian
SKRIPSI
yang bersangkutan. Asumsi selama 15 tahun PT
BINTANG tidak ada penambahan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dan
pengop penarikan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124
aktiva.
Sisa
harga buku fiskal pada akhir
tahun
ke-15
dapat dihitung dengan rumus Dn = a[l - rn ]/[l - r], telah
diuraikan
yang
didepan.
Untuk golongan 1, a = 50% x 50.000.000 = 25.000.000; r
= 1 - tarif penyusutan = 1 -
50%
=
0,5; n =15 Dn = 25.000.000 [1 - 0,5 15]/[1 - 0,5] = 49.998.474 Jadi
sisa
harga
50.000.000.00
buku
harta
dikurangi
Rp
golongan
1
adalah
Rp
yaitu
Rp
49.998.4747,00
1.526.00. Dengan cara yang sama sisa harga buku harta golongan 2 dan harta golongan 3 masing-masing adalah Rp 467.721,00 dan Rp 3.088.367,00. Sedang sampai
untuk
akhir
400.000.000.00
harta
tahun
golongan
ke-15
bangunan
adalah
15
x
penyusutan 5%
x
yaitu Rp 300.000.000,00, jadi sisa
Rp harga
bukunya Rp 100.000.000,00. Dalam
praktik
hal seperti di atas
mungkin
terjadi, karena manajemen seharusnya telah kan bila
sisa harga buku pada akhir masa hal
BINTANG
ini
terjadi maka dilihat
jarang
oemperhitung-
perjanjian. dari
Namun,
keadilan,
berhak membebankan total sisa harga
buku
PT
semua
jenis golongan tersebut, yaitu Rp 103.557.614,00. Hal ini dikarenakan
penyerahan
harta
dilakukan
bukan
dengan
sukarela, tetapi karena tuntutan perjanjian. Jika seluruh pengeluaran Rp 500.000.000,00
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dianggap
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125
sebagai harta tak berwujud, yaitu sebagai sewa yang
akan
habis masanya setelah 15 tahun, maka harta akan diamortisasi
menurut golongan 3 (umur lebih dari 8 tahun).
Bila
demikian halnya, sisa harga buku harta tak berwujud
pada
akhir
tahun ke-15 seperti perhitungan sebelumnya
adalah
Rp 102.945.566,00. Sedangkan
mengenai BOO, hal ini sama
sekali
tidak
mirip dengan harta tak berwujud. H.arta yang dibangun dioperasikan
akan
tetap menjadi milik
pembangun.
karena itu hal ini tidak ada masalah. Harta BOO kan
dan Oleh
disusut
oleh pihak pembangun seperti halnya harta yang
lain
milik perusahaan. Harta yang disustkan adalah harta
yang
benar-benar dibangun dan harga perolehannya adalah sejumlah
pengeluaran yang sebenarnya dilakukan,
oleh
karena
itu tidak perlu ilustrasi lagi. c. Hetode Penyusutan PPh metode
1994,
seperti dikemukakan pada Bab
penyusutan
perpajakan
dan
amortisasi
yang
II,
bahwa
dipakai
dalam
adalah metode saldo menurun secara
metode
garis
masing
metode telah ditetapkan untuk golongan
Metode
saldo
harta
lurus, dan satuan produksi,
menurun secara seimbang
seimbang,
yang
masingtertentu.
diterapkan
berwujud bukan bangunan dan harta tidak
berwujud.
Metode garis lurus diterapkan untuk harta golongan bangunan, golongan bangunan dan harta tak gerak
untuk
bukan
lainnya.
Sedang metode satuan produksi diterapkan untuk hak penam-
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126
bangan tidak
dan
hak pengusahaan hutan (yang
dalam
hal
dibahas). Berikut ini akan dibahas apakah
metode
tersebut mempunyai pengertian yang
ini
metode-
sama
ataukah
ada perbedaannya dengan akuntansi. Pengertian
metode
declining
balance
atau
metode
saldo menurun secara seimbang antara akuntansi dengan PPh 1994
meskipun
tidak sama persis, tetapi
pada
dasarnya
sama, yaitu membebankan penyusutan tarif tertentu dikalikan
dengan
akuntansi 1/n
sisa harga buku.
Penentuan
tarif,
menurut
adalah 1/n, dengan n adalah masa manfaat.
kemudian dapat dikalikan 1,25 atau 1,5 atau
2
Dan atau
sembarang bilangan sesuai kebijaksanaan manajemen. Sedang dalam
PPh 1994, tarif telah ditentukan untuk golongan
adalah
50 X. Jadi sesuai dengan umur
manfaatnya,
1
harta
yang mempunyai masa manfaat 2, 3, atau 4 tahun, maka akan disusutkan dengan tarif penyusutan 50%. Hal karena saja
ini
sebenarnya
samajuga
dengan
akuntansi,
tarif adalah 1/n dapat dikalikan bilangan sesuai dengan kebijakan yang dipakai.
Untuk
berapa harta
dengan masa manfaat dua tahun berarti tarifnya adalah 1/n x
1, untuk harta dengan masa manfaat tiga tahun
berarti
tarifnya adalah 1/n x 1,5 demikian juga harta dengan masa manfaat dan golongan lainnya. Dalam akuntansi pembebanan biaya penyusutan menggunakan metode declining balance dapat terjadi
dengan sete
lah masa manfaat dari pemakaian, jika masih terdapat sisa
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127
harga
buku
diat&s taksiran nilai sisa.
Kelebihan
harga buku diatas taksiran nilai sisa dibebankan penyesuaian
agar nilai sisa sama dengan
sisa
sebagai
taksiran
nilai
sisa yang ditetapkan pada awal pemakaian. Penyesuaian ini biasanya
dilakukan hanya sekali pada tahun setelah
masa
manfaat. Taksiran Sehingga
nilai
penyusutan
sisa dalam PPh
1994
akan terus dilakukan
selalu
nol.
setelah
masa
manfaat sampai harga buku menjadi nol, jika aktiva
masih
dipakai. Jadi tentang tuan
perbedaan
antara akuntansi dengan
PPh
metode declining balance disamping dalam
dasar penyusutan seperti dibahas
1994 penen
sebelumnya
ialah
mengenai pembebanan penyusutan setelah masa manfaat harta aktiva
dengan
menggunakan
metode
apapun,
tidak
akan
pernah ada, artinya pembebanan penyusutan hanya dilakukan selama masa manfaat. Sedangkan PPh 1994, metode
penyusu
tan declining balance yang diterapkan untuk harta jud golongan bukan bangunan memungkinkan adanya
berwu pembeba
nan penyusutan setelah masa manfaat. Hal ini terjadi pada harta berwujud golongan bukan bangunan. Hetode
penyusutan
garis lurus
menurut
akuntansi
sama dengan perpajakan, yang keduanya membebankan sutan yang sama selama masa manfaat, yaitu tarif
penyu dikali-
kan dengan dasar penyusutan. Jika
SKRIPSI
kita bandingkan metode saldo
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
menurun
secara
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128
seimbang
yang
bangunan
dalam perpajakan, sebenarnya mirip metode
dalam
diterapkan
untuk
harta
golongan
akuntansi, yang diuraikan dalam Bab II.
tersebut
terletak
sekelompok
pada
penerapan
bukan grup
Kemiripan
penyusutan
terhadap
harta, tidak adanya pengakuan laba rugi
waktu penarikan. Akan tetapi, ada perbedaan dalam
pada penge
lompokan harta, penentuan dasar penyusutan, dan penentuan dasar
penyusutan,
harta,
penentuan
telah
diuraikan,
dan tarif dasar
penyusutan.
penyusutan
Pengelompokan
menurut
berikut ini akan
kita
perpajakan
bahas
hal-hal
tersebut menurut metode grup dalam akuntansi.' Harta akuntansi rata
yang dikelompokkan dengan metode grup
dalam
adalah harta yang sejenis dan mempunyai
rata-
masa
manfaat
5
manfaat
yang sama. Jadi
harta
tahun dikelompokkan juga
dengan
dengan
masa
harta
masa
manfaat 6 atau 7 atau 8 tahun. Disamping itu harta terse but
sejenis.
tahun,
jika
Jadi tidak
meskipun masa sejenis
tidak
manfaat
sama-sama
5
dikelompokkan
dalam
Penentuan dasar penyusutan metode grup dalam
akun
golongan yang sama.
tansi
adalah rata-rata dari jumlah harga perolehan
awal
harga perolehan akhir tahun atas harta
yang
tahun de ng an
masih
dipakai. Pada waktu penarikan, metode
grup
dalam
akuntansi tidak mengakui adanya laba rugi. Hal ini
dila-
kukan dengan mendebit akumulasi penyusutan dan mengkredit harga
SKRIPSI
perolehan. Sedang bila terdapat kas yang
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
diterima
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129
pada
waktu
didebit
penarikan
maka
akumulasi
penyusutan
adalah sebesar selisih kas dengan harga
yang
perole
han. Asumsi yang dip&kai dalam penarikan ini adalah harga sisa
buku
harta yang ditarik persis sama
dengan
hasil
penerimaan penarikan, dengan demikian jika dari penarikan tidak ada penerimaan sama sekali berarti harga sisa adalah
nihil, sehingga tidak pernah ada laba
buku
rugi.
mengenai tarif penyusutan metode grup adalah 1/n, n adalah rata-rataa masa manfaat kelompok harta
Dan
Dengan bersang-
kutan. Dilihat
cara pengelompokan harta yang tidak
seje
nis, dan tidak adanya laba rugi penarikan, metode declin ing
balance dalam PPh 1994 mirip dengan metode
dalam
akuntansi.
Perbedaannya,
tarif
komposit
metode
komposit
ditentukan dengan menghitungkan penyusutan tahunan
tiap-
tiap aktiva kemudian dijumlahkan, selanjutnya jumlah dibagi
total
harga
perolehan..
Penyusutan
ini
tahunannya
adalah tarif dikalikan harga perolehan. Sedang metode-metode penyusutan jumlah angka tahun, unit
jam jasa, anuitas dan persediaan menurut
akuntansi
tidak dikenal oleh PPh 1994. 3.2. Pengaruh Pengakuan Laba Rugi Penarikan Terhadap Laba Rena Pajak.
Dalam (selanjutnya
SKRIPSI
akuntansi pengertian penarikan aktiva disebut penarikan) dibedakan dengan
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
tetap pertu-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
karan
aktiva
tetap
(selanjutnya
disebut
pertukaran).
Penarikan dapat mengandung arti aktiva tetap tidak
dipa-
kai
rusak
lagi baik karena telah tidak ekonomis, karena
sehingga umum,
tidak berfungsi atau karena dijual
yaitu
aktiva
diserahkan kepada
dalam
pihak
sebagai imbalannya diterima sejumlah uang atau ya.
Pertukaran
mengandung arti atas
arti
lain
dan
sejenisn-
penyerahan
aktiva
tetap, sebagai imbalannya diterima aktiva tetap juga. Selanjutnya akuntansi membedakan pertukaran menjadi pertukaran
aktiva sejenis dan tidak
sejenis.
Pengakuan
laba rugi pertukaran aktiva sejenis berbeda dengan pertu karan
tidak
penarikan,
sejenis yaitu
sama dengan
diakui pada
pengakuan
saat
laba
terjadinya.
rugi Sedang
pertukaran sejenis rugi selalu diakui pada saat terjadin ya, tetapi laba akan ditangguhkan. Dalam
PPh
1894,
pengertian
pertukaran
termasuk
dalam pengertian penarikan, yaitu penarikan karena
sebab
biasa.
pengakuan laba rugi penarikan menurut
PPh
1984,
dibagi
menjadi tiga jenis yaitu penarikan
karena
sebab
luar
biasa,
karena sebab biasa,
dan
penarikan
karena
tumpang
tindih
disumbangkan. Untuk
menghindari pengertian yang
dalam pembahasan mengenai pengertian peharikan dan pertu karan aktiva tetap (harta berwujud) antara akuntansi PPh
1994,
sesuai
SKRIPSI
penyusun menggunakan kedua
pengertian
akuntansi.
Karena
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dan
istilah
tersebut
istilah
menurut
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131
akuntansi,
hal
tersebut
dapat
menunjukkan
transaksi
sebenarnya yang terjadi. 3.2.1. Pengakuan Laba Penarikan dan Pertukaran
Manajemen dengan berbagai pertimbangan dapat kukan
penarikan
perusahaan
atau pertukaran aktiva
agar
aktivitas
tetap dan semakin efisien, ekonomis dan
guntungkan.
Menurut
pengapkiran
atau
Pengapkiran
aktiva
ekuntansi, penarikan
penjualan yang
aktiva
tidak
dapat
yang
diikuti
menberupa
bersangkutan. dengan
tindak
lanjut tertentu, sudah pasti tidak akan ada laba kan.
mela-
Penghentian aktiva jika disebabkan oleh
penari
kecelakaan
dan kemudian diterima penggantian dari asuransi, penggantian ini merupakan keuntungan dan diakui pada saat terjadinya. lan,
Pengapkiran yang kemudian diikuti dengan
penjua
laba yaitu selisih antara harga pasar dengan pada saat terjadinya
harga
buku,
diakui
transaksi.
Hal
ini
dapat
dilihat dari contoh 4 dan 5 pada halaman
113
dan
0.15. Pertukaran aktiva, menurut akuntansi, jika kan
tidak
sejenis, laba yang timbul
terjadinya. langsung sejenis
Pertukaran sejenis, laba yang
diakui ada
diakui
seluruhnya.
Apabila
dari
uang yang diterima, sebagaian
merupa
pada
timbul
saat tidak
pertukaran laba
diakui
pada saat terjadinya, yaitu merupakan laba bagian
aktiva
yang dijual. Sedang jika tidak diterima uang sama sekali,
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135
penyusutan.
Karena
harga pasar ^tau harga
besar
daripada harga jual aktiva lebih
harga
buku, maka dasar penyusutan menjadi
wajar
rendah
lebih
daripada
lebih
kecil,
akhirnya biaya penyusutan juga menjadi lebih kecil. Dengan terhadap laba
buku).
harta
tidak
ada
berwujud, pada
perubahan
sama
tahun-tahun
sekali
berikutnya,
yang tidak diakui pada waktu transaksi akan
melalui yang
asumsi
pembebanan penyusutan yang lebih kecil
seharusnya
(jika
Besarnya
pengurangan
penyusutan pada
diakui daripada
menggunakan
tahun-tahun
harga
mendatang
akan lebih kecil 10% (tarif penyusutan harta golongan
3)
dari harga buku laba yang belum diakui. Perbandingan
biaya penyusutan antara
jumlah
yang dikurangi harga buku dengan jumlah awal yang
awal dikur
angi harga wajarnya (dalam Rp.1000,00) dari data contoh 4 disajikan dalam tabel IV. Tabel ini menunjukkan pengakuan laba penarikan harta berwujud golongan 3 melalui mekanisoe penyusutan. Tabel IV Pengakuan Laba Penarikan Harta Berwujud Gol 3. Tahun
Pengurangan Dengan Harga Buku Dasar
1993 22.500 1994 20.250 1995 18.225 1996 16.402,5 1997 14.762,25 ds t .
SKRIPSI
Biaya 2.250 2.025 1.822,5 1.640,25 1.476,225
Pengurangan Dengan Harga Wajar Dasar 21.000 18.900 17.010 15.308 13.778,1
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
Selisih Penyusutan
Biaya 2.100 1.890 1.701 1.530,9 1.377,81
150 135 121,5 109,35 98,415
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136
Pengakuan kuan
laba tersebut sama persis dengan
penyusutan harta berwujud golongan bukan
penga
bangunan.
Dan jangka waktu pengakuannya juga sama dengan yang telah diuraikaan di depan. Jadi untuk harta golongan 1 tahun
setelah
ke-8 laba yang diakui mencapai 99,61%, golongan
setelah tahun ke 16 laba yang diakui mencapai 98,99, golongan 3 setelah tahun ke 40 laba yang diakui
2 dan
mencapai
98,52%. Penarikan harta
harta
berwujud
golongan
bangunan
tak berwujud baik karena dijual atau ditukar
dan atau
karena musibah dan diterima pengganti asuransi, kelebihan penerimaan
neto
penggantan
asuransi ditasa harga bukunya diakui
keuntungan.
dari penjualan ataau harga
wajar
atau
sebagai
Keuntungan ini dilaporkan pada tahun
terja
dinya . Khususnya yang
untuk keuntungan penjualan badan
di dalamnya termasuk aktiva tetap,
dengan
usaha, diikuti
likuidasi, maka keuntungan tersebut bukan merupakan obyek pajak
pengahasilam, jika memenuhi syarat-syarat
sebagai
berikut : 1. Pihak
atau pihak-pihak yang mengalihkan harta
secara
bersama-sama memiliki minimal 90% modal yang disetor, 2. Pengalihan tersebut dilaporkan kepada Direktoran
Jen-
dral Pajak, 3. pengenaan pajak di kemudian hari atas keuntungan (laba likuidasi) tersebut terjamin.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137
Dengan harga yang
demikian kontroversial mengenai
pencatatan
perolehan yang menggunakan harga buku membeli
menggunakan terdapat
dengan
pencatatan
oleh
penarikan
harta
harga wajar oleh pihak yang dibeli
laba likuidasi, telah dapat
pihak yang
sehingga
dihilangkan,
asal
memenuhi syarat yang ditetapkan tadi. 3.2.2. Pengakuan Rugi penarikan dan Pertukaran
Dalam
anak
sub
bab
sebelumnya
telah
diuraikan
mengenai pengakuan laba penarikan dan pertukaran. Menurut akuntansi,
bersamaan dengan pengapkiran
aktiva,
aktiva
selanjutnya dinilai sebesar harga wajar. Harga sisa
buku
yang
yang
belum
diapkir
dibebankan diatas harga
wajar
aktiva
akan diakui sebagai kerugian pada waktu
penari
kan. Pengapkiran seperti diatas juga berlaku untuk penar ikan
yang disebabkan oleh musibah yang menimpa
sehingga
aktiva tidak dapat digunakan lagi. Pengapkiran yang kemudian diikuti dengan penjualan, jika harga jual aktiva lebih rendah daripada harga penjualan. menurut
Untuk
penarikan harta
akuntansi
(kerugian),
dapat
karena
dianggap
buku,
d'isumbangkan,
sebagai
jadi harga buku yang masih ada dapat
biaya diakui
sebagai kerugian. Untuk nis,
jika
daripada
SKRIPSI
pertukaran, baik sejenis maupun tidak ada kerugian yaitu harga wajar
harga
buku, selisih
tersebut
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
lebih diakui
seje rendah sebagai
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138
kerugian
pada waktu pertukaran. Pengakuan kerugian
pada
waktu pertukaran ini merupakan penerapan konsep konservatisme. Menurut PPh 1994, untuk harta golongan bukan bangu nan,
pengakuan kerugian hanya terjadi
penarikan
karena
sebab luar biasa, yaitu sebesar sisa harga buku. Kerugian tersebut dilaporkan pada tahun terjadinya penarikan. Harta
golongan bukan bangunan yang ditarik
karena
sebab biasa, tidak ada pengakuan mengenai kerugian. Harga pasar
atau harga wajar harta yang
ditarik
mengurangkan
dari dasar penyusutan. Jika harga pasar atau harga lebih
rendah daripada harga buku, maka dasar
wajar
penyusutan
akan lebih rendah daripada harga buku, maka dasar
penyu
sutan
dengan
akan lebih besar dibanding jika
dikurangi
harga pasar atau harga wajar. Sehingga kerugian yang
ada
diakui dengan cara pembebanan penyusutan yang lebih besar daripada yang
seharusnya.
telah
Pembebanan penyusutan
atas
ditarik, seperti diuraikan di anak
pengelompokan
harta dan jangka waktu
harta
sub
penyusutan,
narnya merupakan pengakuan ini sama dengan proses
bab sebe-
penga
kuan keuntungan penjualan atau pertukaran. Untuk
harta berwujud golongan bangunan dan
harta
tak berwujud, baik penarikan sebab
sebab
luar biasa, sisa harga buku yang belum
sebagai
biaya
penyusutan diakui
sebagai
biasa
semuaa ataupun
dibebankan
kerugian
dan
dilaporkan pada tahun terjadiny penarikan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
139
Sedangkan untuk penarikan karena disumbangkan, baik harta
berwujud
yang
belum
maupun tidak berwujud, sisa
dibebankan sebagai
biaya
harga
penyusutan
boleh diakui sebagai biaya atau kerugian. Karena gan
dianggap
bukan merupakan biaya
untuk
buku tidak
sumban-
mendapatkan,
menagih, memelihara penghasilan. Selanjutnya artian
hanya
perjanjian anggaran
mengenai
penarikan harta
harta yang akan
dialihkan
BOT,
dalam
sesuai
dengan
awal, belum diatur secara khusus. Pada 1993/1994
ini Badan Pembinaan
Hukum
tahun
Nasional
bahkan baru membentuk tim pengkaajian aspek hukum perjan jian
BOT dan ruilsag, namun kajian dititikberatkan
pada
masalah BOT, (namum baru mulai bekerja bulan Agustus 1993 dan sampai sekarang nampaknya belum diketahui Tim
ini
bertugas mengkaji masalah
diharapkan
yang
dapat digunakan untuk melaksanakan
nan, pengembangan dan pembangunan Hal
BOT,
hasilnya). hasilnya pembangu-
hukum nasional.
yang penting mengenai penarikan BOT yang
dia
lihkan sesuai perjanjian, bahwa pihak pembangun sebaiknya dapat
membebankan
semua biaya yang
dikeluarkan
BOT.
Jika BOT dianggap sebagai harta tak berwujud,
sisa
harga
buku
yang belum
dibebankan
sebagai
untuk maka biaya
penyusutan akan diakui sebagai kerugian pada waktu penga-
SKRIPSI
lihan.
Sebaliknya jika dianggap sebagai
sesuai
dengan golongannya masing-masing, menurut
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta
berwujud penyu-
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
140
sun, perlakukan mengenai sisa harga buku pada saat pengalihan perlu diatur secara khusus. Yaitu pihak pembangunan diperbolehkan menyusutkan terus sisa harga buku tersebut, jadi
dianggap sebagai penarikan karena penjualan
penerimaan BOT
dengan
neto nihil. Selanjutnya pihak penerima
harta
tidak diperbolehkan melakukan penyusutan atas
harta
yang bersangkutan. PPh sisa
1994
sebenarnya dapat saja
menetapkan
harga buku harta BOT akan menjadi
nilai
perolehan
pihak penerima. Dan pihak pembangun tidak boleh adanya
kerugian atau menyusutkan sisa harga
bahwa
mengakui
buku
harta
BOT.
Dengan cara ini penarikan atas harta tersebut
akan
sama
dengan
Akan
penarikan
harta
yang
disumbangkan.
tetapi, menurut penyusun, penyerahan ini bukan kan
sebagai
sumbangan suka relaj tetapi
dimaksud-
karena
jangka
waktu mengharuskan harta untuk diserahkan. Polemik tidak
terjadi
perlakukan sisa harga buku harta dalam akuntansi. Karena sisa
BOT
harga
ini buku
tersebut oleh pihak pembangun akan tetap dianggap sebagai biaya
(kerugian),
dan oleh pihak
penerima
harta
BOT,
harta akan dicatat sebesar harga wajar. Dari mengenai
uraian diatas ada keunikan penarikan
karena sebab
biasa
dalam
perpajakan
harta
golongan bukan bangunan, dimana laba rugi diakui
berwujud melalui
mekanisme penyusutan. Pengakuan laba rugi tersebut menga kibatkan :
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
141
1. Kesulitan untuk menelusuri laba rugi yang diakui penarikan harta yang mana dan kapan penarikan
atas
dilaku
kan . 2. Kesulitan untuk mengetahui jumlah laba atau rugi
yang
telah diakui atas suatu harta yang ditarik. Kesulitan-kesulitan cara
diatas
dapat
diatasi
dengan
berikut ini, yang mana tidak mengubah jumlah
penyusutan
dan laba rugi yang diakui secara total
beban dalam
satu tahun. Cara tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pada waktu penarikan, sebagai pengurang dasar penyusu tan digunakan sisa harga buku harta yang ditarik. Oleh karena
itu perbaikan yang dikapitalisasi
atas
suatu
harta harus jelas dibebankan atas hart yang mana. 2. Selisih yang
penerimaan neto dengan sisa harga buku
ditarik dicatat sebagai laba
yang
harta
ditangguhkan
atau rugi yang ditangguhkan. 3. Setiap akhir tahun, dimulai tahun penarikan, laba yang ditangguhkan atau rugi yang ditangguhkan diakui
sebe
sar
tarif
laba dan rugi yang belum diakui
dikalikan
penyusutan golongan harta yang bersangkutan. 4. Pengakuan daftar
laba
atau rugi penarikan
harus
dibuatkan
tersendiri untuk melengkapi laporan laba
rugi
fiskal. 5. Sisa laba atau rugi yang ditangguhkan yang sudah tidak
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
142
material, yang
misal kurang dari 10% dari laba
ditangguhkan
pada waktu penarikn
atau
rugi
dapat
diakui
sekalius. Sekaligus ilustrasi komprenhensif berikut diberikan contoh
pengakuan
menurut
penyusutan
dan
akuntansi -dan PPh 1994.
laba PT
rugi
TAXI
penarikan
mengusahakan
angkutan taxi didirikan pada tahun 1989. Awal tahun
1989
dibeli 10 unit taxi @ R p . 30.000.000,00. Pada awal
tahun
1990
tidak
taxi No. A-89 mengalami kecelakaan, sehingga
layak Rp.
dioperasikan
lagi,
karenanya
dijual
seharga
10.000.000,00. Sebagai pengganti dibeli lagi 2
unit
taxi
(No. A-90 dan B-90) @ R p .35.000.000,00. Awal
tahun
1991
2
unit taxi ( No. A-89 dan
dikeluarkan
biaya
R p .2.500.000,00 E-89,
yang
C-89)
diperbaiki
dikapitalisasi
sebesar
disamping itu dijual 3 unit taxi
dan F-89) dengan harga Rp.
dan
(D-89,
36.000.000,00.
Selan
jutnya awal thaun 1992 2 unit taxiyang dibeli tahun
1990
(No. A-90 dan B-90) dijual seharga R p .30.000.000,00.
Dan
akhir tahun 1993 6 unit taxi pembelian tahun 1989 6 taxi
pembelian
tahun
1989
dijual
dengan
unit harga
2.250.000,00. Jumlah
penyusutan
yang diakui
menurut
akuntansi
disajikan dalam Tabel V (dalam Rpl.000,00) 1989 -Jumlah Awal 300.000 -penambahan -
SKRIPSI
1990 300.000 70.000
1991 340.000 -
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
1992 250.000 -
1993 180.000 -
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
-Penarikan -Dasar Penyusutan 300.000 -Biaya Penyusutan 75.000 -Perbaikan -Penyusutan atas perbaikan -Total biaya penyusutan 75.000 -Pengurangan Akumulasi Penyusutan -Akumulasi Penyusutan 75.000
(30.000) (90.000) (70.000)(180.000) 340.000
250.000
180.000
85.000 -
62.500 2.500
45.000
1.250
1.250
80.p00 '6
(7.500) (45.000) (35.000) 152.500
171.250
(180.000) (2.500) ■
182.500
Taksiran umur taxi menurut akuntansi adalah 4 tahun, dan tidak
ada nilai sisa, metode penyusutan garis lurus.
Pada
tahun
1970,
penarikan
taxi
No.A-89
seharga R p .R p .10.000.000,00 sisa harga buku jadi
rugi Rp .12.500.000,00. Tahun 1991,
No.D-89, sisa
buku
Rp.22.500,00
penarikan
E-89, dan F-89 dijual seharga harg
dijual
taxi
Rp.36.000.000,00
R p .45.000.000,00
jadi
rugi
R p .9.000.000,00. Tahun 1992, penarikan taxi No. A-90
dan
B-90, dijual seharga R p .30.000.000,00 sisa harga buku Rp. 35.000.000,00 jadi rugi R p . 5.000.000,00. Pada
tahun 1993 seluruh harga perolehan biaya
dan
perbaikan
telah dibebankan (pembebanan
dilakukan
dalam sisa umur aktiva yang tinggal 2
biaya
perbaikan tahun).
Penarikan seluruh taxi yang sudah tidak ada nilai bukunya seharga R p .2.250.000,00 diakui sebagai laba penarikan. Sedang
jumlah
penyusutan secara
fiskal
diasjikan
dalam tabel VI berikut (dalam R p .1.000,00). Tabel VI Penyusutan PPh 1994 (Illustrasi Komprehensif)
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
144
1989
1990
19911992
1993
-Jumlah Awal 300.000 150.000 102.500 34.000 2.250 -Penambahan 70.000 2.500 -Penarikan (15.000) (36.000) (30.000) (2.250) -Dasar Penyusutan300.000 205.000 69.000 4.500 -Biaya Penyusutan 150.000 102.500 34.500 2.250 -Harga Buku 31 Desember 150.000 102.500 34.500 2.250 Menurut PPh 1994, kendaraan taxi adalah golongan jadi ada
disusutkan 50% dari sisa harga buku. koreksi
fiskal
atas laporan
laba
Asumsi rugi
1,
tidak
komersial
kecuali penyusutan. Atas secara yaitu
penarikan
fiskal sisa
taxi No.
A-89
diakui kerugian
karena
sebesar
harga buku dikurangi
hasil
kecelakaan,
R p .5.000.000,00 penjualan
taxi
tersebut. Dari kedua daftar pengakuan penyusutan dan perhitungan laba rugi diatas dibuat perbandingan pengakuan penyu sutan dan laba rugi menurut akuntansi dengan
perpajakan,
yang disajikan dalam tabel VII Tahun
Penyusutan Akuntansi
1989 1990 1991 1992 1993 Jumlah
SKRIPSI
Rp.(75.000.000) (85.000.000) (63.750.000) (46.250.000) —
(270.000.000)
Beda Waktu
PPh 1994 Rp.(150.000.000) (102.500.000) (34.500.000) (2.250.000) (289.250.000)
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
Rp 75.000.000) 17.500.000) (29.250.000) (44.000.000) -
19.250.000
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
145
Tahun
Beda Waktu
Laba (Rugi) Penarikan Akuntansi
PPh 1984
1989 1990 1991 1992 1993
(12.500.000) (9.000.000) (5.000.000) 2.250.000
(5.000.000)
Jumlah
(24.250.000)
(5.000.000)
(294.250.000)
(294.250.000)
—
Neto
-
-
(7.500.000) (9.000.000) (5.000.000) 2.250.000
-
(19.250.000) -
Sedang seandainya pengurangan menggunakan harga buku fiskal
(pengurangan bukan berupa penerimaan neto)
dalam
penentuan dasar penyusutan PPh 1994, maka pengakuan beban penyusutan disajikan pada tabel VII (dalam R p .1.000,00). Tabel VIII Penyusutan PPh 1994 dengan pengurangan Buku Fiskal (Illustrasi Komprehensif) 1989 -Jumlah Awal -Penambahan -Penarikan -Dasar Penyusutan -Biaya Penyusutan -Harga Buku 31 Desember
1990
1991
1992
Harga 1993
300.000 -
150.000 102.500 41.250 11.875 70.000 2.500 (15.000) (22.500) (17.500) (11.875)
300.000
205.000
82.500
23.750
150.000
102.500
41.500
11.875
150.000
102.500
41.500
11.875
Jumlah-jumlah yang digunakan untuk pengurangan
baik
penarikan sebab biasa maupun luar biasa menggunakan
sisa
harga
buku, hanya laba rugi untuk penarikan
sekaligus
diakui
sedang penarikan
biasa
luar
biasa
ditangguhkan.
Penarikan tahun 1990, harga buku Rp.15 juta dan kas
yang
diterima Rp.10 juta, rugi penarikan Rp.5 juta.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
146
Penarikan kas
juta
yang diterima Rp.36 juta, rugi ditangguhkan
juta. kas
tahun 1991, harga buku Rp.15,5
dan
Rp.13,5
Penarikan tahun 1992, harga buku Rp.17,5 juta yang diterima Rp.30 juta, rugi ditangguhkan
dan
Rp.2,25
juta. Penarikan tahun 1993, harga buku Rp.11,875 juta dan kas
yang
diterima
Rp.2,25
juta,
rugi
ditangguhkan
Rp.9,625 juta. Selanjutnya atas
laba
setiap
akhir tahun
ditangguhkan
pengakuan
dari
masing-
masing tahun penarikan (dimulai tahun terjadinya
penari
kan).
atau (rugi) yang
dicatat
Pengakuan laba atau (rugi) penarikan untuk
tahunnya laba
tersebut dilampirkan sebagai pelengkap
rugi fiskal. Pengakuan laba (rugi)
setiap laporan
adalah
sebagai
berikut (dalam R p .1.000,00). 1991
1992
1993
Laba ditangguhkan-91
6.750
3.375
1.687,5
Laba ditangguhkan-92
-
6.250
3.125
Laba ditangguhkan-93 Laba(rugi) Penarikan Diakui 6.750 Dengan jumlah
(4.812.5) 9.625
pencatatan seperti diatas
dapat
laba dan rugi penarikan ditangguhkan
ditelusuri yang
diakui sejak tahun penarikan sampai tahun tertentu.
telah Dari
penelusuran ini dapat diketahui jumlah laba atau rugi di tangguhkan
yang belum diakui. Sebagai
contoh
taxi tahun 1991, laba ditangguhkan pada saat penarikan
SKRIPSI
penarikan terjadinyan
adalah R p .13.500.000,00 dan diakui pada
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
tahun
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
147
1991,
1992,
dan
6.750.000,00; tahun
1993
adalah
berturut-turut
Rp.
R p .3.375.000,00; dan Rpl.687.500,00.
Pada
1994 atas laba ditangguhkan ini akan
diakui
lagi
843.750,00. Dan pada tahun 1995
laba
yang
diakui adalah R p .843.750,00 atau 6,25%
dari
laba
sebesar belum
Rp.
ditangguhkan sebesar
semula Rp.13.500.000,00. laba
6,25%
sebaiknya dapat
diakui
ditangguhkan
seluruhnya
pada
sisa harga buku akan digunakan sebagai
pen-
tahun 1995. Karena gurang
pada waktu penarikan, maka pembebanan
harus
dapat
setelah
ditelusuri
perolehan
harga
penyusutan
perolehan,
pengeluaran
dan akumulasi penyusutan
atas
suatu
harta . Sejalan dengan cara pengakuan laba rugi penarikan ini,
maka
tetapi
sisa harga buku harta
jumlahnya
tidak material
yang
masih
sebaiknya
digunakan Juga
dapat
dibebankan seluruhnya sekaligus. Berikut laba
rugi
buku
dengan
ini
perbadingan pengakuan
penyusutan
fiskal antara pengurangan berupa pengurangan berupa penerimaan
sisa neto
dan harga
(dalam
R p .1.000,00), disajikan dalam tabel IX. . Pada tahun 1994 dan seterusnya masih terdapat penga kuan laba atau rugi penarikan. Namun perlu diingat meskipun laba atau rugi yang ditangguhkan pada tahun 1993 1994 nihil,
dan
seterusnya
berjumlah
sama
sehingga
tetapi dalam oumlah tersebut berasal
dari
dan
menjadi tahun
penarikan dan atas harta yang berbeda.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
148
Tabel IX Perbandingan Penyusutan dan Laba Rugi PPh 1984 dari Illustrasi Komprehensif antara Pengurangan Peneri maan Neto dengan Pengurangan Harga Buku Fiskal Pengurangan Berupa penerimaan neto. 1989
1990
1992
1991
1883
: (150.000) (102.500) (34.500) (2.250) Penyusutan Laba (Rugi) (5.000)
-
: (150.000) (107.500) (34.500) (2.250)
Jumlah
-
Pengurangan Berupa Harga Buku Fiskal harta yang ditarik. 1888 1880 1891 1992 1993 Penyusutan Laba (Rugi)
:(150.000X102.500) (41.250)(11 .875) : 6.750 9 .625 4 .812,5 (5.000) (4 .812,5)
Jumlah
:(150.000)(107.500) (34.500) (2 .250)
Selanjutnya kecuali taxi,
-
dengan asumsi tidak ada koreksi
penyusutan
dan laba
rugi
penarikan
laba bersih sebelum pembebanan
Pajak
fiskal
kendaraan Penghasilan
adalah sebagai berikut : Tahun 1989: Rp 200.000.000; Tahun 1990: Rp 240.000.000 Tahun 1991: Rp 180.000.000; Tahun 1992: Rp 160.000.000 Tahun 1993: RplOO.000.000. Dari data diatas dapat dibuat perhitungan pajak pernghasila terhutang (PPh Terhutang) berdasarkan PPh (dalam
Rpl.000,00),
disajikan
dalam
tabel
X
1994, sebagai
berikut. Tabel X Penyusutan PPh 1994 dengan pengurangan Harga Buku Fiskal (Illustrasi Komprehensif) 1989
1990
1991
1992
1993
-Laba Sebelum
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
149
Koreksi 200.000 240.000 180.500 160.000 100.000 -Penyusutan Taxi (150.000 (102.500) (34.500) (2.250) -Laba (Rugi) Penjualan Taxi (5.000) -Laba Kena Pajak 50.000 132.500 145.500 157.750 100.000 -PPh Terhutang 11.500 40.375 44.925 49.212,5 29.000 Bila laba
PT Taxi menghitung pajak
penghasilan
akuntansi, selisih yang disebabkan
sementara
oleh
menurut perbedaan
antara PPh berdasar laba akuntansi dengan
PPh
berdasar laba kena pajak, sesuai dengan SAK 1994, dibukukan sebagai PPh ditangguhkan. Selanjutnya sarkan
pajak penghasilan yang dihitung
laba akuntansi, disajikan dalam tabel XI
berdasebagai
berikut. Tabel XI menurut Laba Akuntansi (Illustrasi Komprehensif) 1989
1990
-Laba Sebelum Koreksi 200.000 -Penyusutan Taxi (75.000 -Laba (Rugi) Penjualan Taxi -Laba Sebelum PPh 125.000 -PPh Berdasar LabaAkuntansi37.750
1991
240.000
180.000
1992
1993
160.000
100.000
(85.000) (63.750) (46.250) (12.500) 142.500 43.875
(9.000) 107.250
(5.000) 108.750
2.250 102.250
31.537,5 32.062,5 29.787,5
Jurnal Pencatatan PPh Terhutang dan PPh ditangguhkan dalam
akuntansi
adalah
sebagai
berikut
(dalam
Rp.1.000,00). Tahun
Perkiraan
Debit
1989
Laba/Rugi PPh PPh
37.750
SKRIPSI
Kredit 37.750
37.750
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
150
PPh Terhutang PPh Ditangguhkan 1990
1991
1992
1993
Laba/Rugi PPh PPh PPh Terhutang PPh Ditangguhkan Laba/Rugi PPh PPh PPh Diatngguhkan PPh Terhutang
43.875
Laba/Rugi PPh PPh PPh Diatngguhkan PPh Terhutang
32.062,5
Laba/Rugi PPh PPh PPh Terhutang PPh Ditangguhkan Dari
11.500 26.250
jurnal-jurnal
43.875 43.875 40.375 3.500 31.537,5 31.537,5 31.537,5 13.387,5 44.925 32.062,5 32.062,5 .17.150 49.212,5 29.787,5 29.787,5 29.787,5
pencatatan
29.000 787,5 tersebut
pembebanan PPh Terhutang tahun 1993 saldo PPh
setelah ditangguh
kan menjadi nihil.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV SIHPULAH DAN SARAN
4.1. Sinpulan
Dari hal-hal
pembahasan bab-bab didepan
dapat
disimpulkan
penting mengenai ketentuan pengakuan^
dan laba rugi penarikan harta berwujud dan tak
penyusutan berwujud,
yang merupakan perbedaan antara akuntansi dan perpajakan, yang menurut penyusun perlu diperhatikan. Harta yang dapat dan tidak dapat disusutkan,
khusus
menyangkut tanah, hak atas tanah diperoleh dari penetapan pemerintah, baik HGU, HGB, dan hak pakai tidak disusutkan atau diamortisasi, kecuali hak atas tanah tersebut mengalami penurunan ekonomis karena pemakaiannya. Pengeluaranpengeluaran (atau atas
setelah perolehan awal untuk
mempertahankan
untuk memperpanjang atau untuk memperbaharui) tanah, karena mempunyai keterbatasan waktu.
biaya-
biaya ini seharusnya dapat diamortisasi. Sedang hak tanah apakah
at&s
yang diperoleh dari perjanjian dengan pemegang KGB, hak pakai, ataupun hak sewa,
pada
hak
HM
dasarnya
hak-hak tersebut sama dengan sewa-menyewa biasa, karenanya
diamortisasi
dibebankan
sesuai dengan harta
tak
berwujud
sebagai unsur pengurang laba bruto.
dan
Mengenai
tanah terutama HGU, HGB, dan hak pakai, akuntansi
justru
belum
apakah
memberikan
pernyataan atau
interprestasi
151
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dapat disusutkan/diamortisasi atau tidak. Kemudian mengenai dasar penyusutan, menurut
akun
tansi dasar penyusutan berkaitan dengan jumlah yang dibebankan
selama kurun waktu pemakaian, sedang
akan
menurut
PPh 1994 hal ini hanya berkaitan dengan jumlah yang dibebankan keduanya
pada
tahun yang bersangkutan.
sama-sama
perolehan
dipengaruhi
oleh
Akan
akan
tetapi,
penentuan
harga
awal, penambahan, dan pengurangan. Sedang
PPh
1984 nilai sisa selalu dianggap nihil. Ketentuan termasuk masih
penetapan
penambahan)
harga
perolehan
yang telah diatur
banyak mengandung ketidak jelasan
awal,
oleh
(dan
PPh
sehingga
dapat
digunakan untuk mengatur besar keoilnya laba kena tneskipun
dalam hal ini hanya merupakan
pengakuan.
Ketidakjelasan
tersebut
1994
pajak,
perbedaan
waktu
menyangkut
hal-hal
perolehan,
apakah
biaya-biaya diluar harga beli harta
seperti
sebagai berikut : 1. Penetapan termasuk halnya tidak
komponen
dalam
harga
akuntansi ataukah hanya harga beli termasuk
misalnya
biaya
harta
pengangkutan,
dan biaya
pemasangan, biaya masuk, PPn, BM, PPN yang tidak dapat dikreditkan. 2. Bi a y a bunga atas pinjaman yang digunakan untuk memban-
gun harta yang dipakai sendiri apakah harus dibebankan pada tahun terjadinya seperti biaya bunga yang lain. 3. Penetapan
SKRIPSI
harga
perolehan harta yang
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
dibeli
secara
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
gabungan jika harta-harta tersebut berlainan golongan, apakah
ditentukan
seperti
halnya
dalam
akuntansi
ataukah boleh ditentukan sesuai kebijakan wajib
pajak
sendiri. Mengenai biaya bunga atas pinjaman untuk pembangunan harta
yang
Pernyataan
dipakai sendiri, PSAK No. IAI
syarat-syarat
No,
26
tersebut
26
tidak
menyebutkan,
tegas. setelah
dipenuhi, biaya bunga dapat (tidak
harus)
dikapitalisasi. Jadi hal ini seakan-akan merupakan
pili-
han. Sedang mengenai pengurangan dasar penyusutan penarikan adalah
harta, satu hal yang berbeda antara
dalam PPh 1994, ada pengurangan yang
karena
akuntansi menggunakan
penerimaan neto yaitu dalam penarikan karena sebab harta berwujud golongan bukan bangunan, hal ini
biasa
mengaki-
batkan metode penyusutan PPh 1894 tidak sistematis, umumnya
metode
penyusutan, bila terjadi
pada
penarikan
dan
aktiva yang bersangkutan disusutkan dengan dasar penyusu tan berupa harga buku, maka dasar penyusutan aktiva
juga
dikurangi dengan sisa harga buku. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha, berkembang misalnya
pula ruislag,
diterapkan biasa. dapat
SKRIPSI
cara-cara baru dalam
Dan
BOT, dan BOO.
perolehan
Untuk
dijadikan
diterapkan
dapat
karena
sebab
ketentuan
dasar pencatatan transaksi
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
harta,
ruilslag
ketentuan pertukaran/penarikan untuk BOO dapat
maka
pada
yang waktu
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
154
penyerahan atau pengalihan khususnya bagi perpajakan. Seandainya
di kemudian hari
dikeluarkan
perpajakan tentang BOT, satu hal yang perlu adalah
bahwa pihak pembangun
ketentuan
diperhatikan
diperkenankan
membebankan
seluruh pengeluaran untuk membangun harta BOT selama masa pengelolaan
(sebelum diserahkan). Artinya jika ada
sisa
harga pada waktu penyerahan, jumlah tersebut boleh
dibe-
bankan
harta
sebagai kerugian seperti halnya
penarikan
tak berwujud. Berikutnya masalah pengelompokan harta yang kan
dalam
ditentukan
operasi perusahaan, menurut PPh harus
dimasukkan
dalam
diguna
1994,
golongan
telah
tertentu.
Jangka waktu masa manfaat harta golongan 1 mencakup harta dengan masa manfaat 2 sampai 4 tahun, golongan 2 mencakup harta
dengan masa manfaat 5 sampai 8 tahun,
golongan
mencakup harta dengan masa manfaat diatas 8 tahun 16
tahun, sedang golongan 4 mencakup harta
manfaat
diatas
golongan tidak
16 tahun sampai 20
tahun.
bangunan dibagi menjadi kelompok
3
sampai
dengan
masa
Untuk
harta
permanen
permanen dengan masing-masing masa manfaat
dan
adalah
20 tahun untuk permanen dan 10 tahun tidak permanen. Meskipun
harta telah digolongkan atas dasar
waktu masa manfaat, tetapi pembebanan penyusutan
jangka menurut
PPh 1994 tidak sesuai dengan masa manfaat menurut gan. tidak
SKRIPSI
Dengan asumsi dengan masa manfaat menurut PPh sesuai
dengan
masa manfaat
menurut
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
golon 1994
golongan
2
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
155
setelah
baru
16 tahun harga perolehan yang
98,99%
telah
dan harta berwujud golongan
dibebankan
3
setelah
40
tahun harga perolehan yang telah dibebankan baru 98,52%. Saat
dimulainya penyusutan PPh 1994,
adalah
tahun
terjadinya pengeluaran atau setelah harta selesai pengerjaannya izin
atau setelah disewa-guna-usahakan. Namun
dengan
Direktorat Jendral Pajak, wajib pajak dapat
menyu-
sutkan
harta sejak digunakan. Dan
dalam
tahunan
harta
sejak
penyusutan
digunakan.
Dan
dilakukan penyusutan
dilakukan dalam tahunan penuh, tidak ada.penyusutan dalam pecahan
tahun,
misal
3 bulan, 4 bulan
atau
6
bulan.
Khusus untuk harta ini tidak diamortisasi oleh lessee dan tidak ini,
disusutkan
oleh lessor. Akan tetapi
untuk
lesse diperkenankan membebankan seluruh
harta
pembayaran
berkala kecuali untuk pembebanan atas tanah. Selanjutnya mengenai pengakuan laba rugi
penarikan,
pada waktu terjadi transaksi penarikan karena sebab biasa harta
berwujud golongan bukan bangunan, PPh
1994
tidak
pernah mengakui adanya laba dan rugi. Laba atau rugi diakui melalui proses mekanisme penyusutan, yaitu
ini
dengan
membebankan penyusutan yang lebih besar atau lebih
kecil
daripada yang seharusnya. Cara pengakuan laba atau rugi penarikan menurut
PPh
1994 ini mengakibatkan kesulitan dalam penelusuran penga kuan
atas penarikan harta yang mana dan kapan
dilakukan,
SKRIPSI
penarikan
serta kesulitan dalam menelusuri jumlah
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
yang
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
156
telah diakui dan jumlah yang belum diakui. Kesulitan dapat diatasi dengan cara membuat catatan atas laba
ini atau
rugi ditangguhkan. Tentunya pengurangan pada waktu penar ikan
harta
berwujud golongan bukan bangunan
ini
tidak
menggunakan penerimaan neto tetapi menggunakan sisa harga buku
fiskal. Dengan oara ini total penyusutan
atau
rugi
yang diakui pada suatu
tahun
dan
laba
tidak
berbeda
dikemukakan
hal-hal
dengan oara yang lama. 4.2. Saran Pada yang
sub bab sebelumnya telah
perlu mendapat perhatian khusus.
hal-hal
yang
Menurut
penyusun
khusus
tersebut
perlu mendapat perhatian
diantaranya membutuhkan perbaikan agar menjadi jelas
dan
tegas sehingga suatu ketentuan tidak ditafsirkan berbedabeda. 1. PPh harga
1994 perlu mengatur
ketentuan-ketentuan
tentang
perolehan, khususnya berkaitan dengan
komponen
yang termasuk harga perolehan yang harus dikapitalisasi, apakah termasuk biaya-biaya diluar harga harta dan biaya bunga atas pinjaman yang digunakan untuk membangun harta yang dipakai sendiri, dan ketentuan penetapan
harga
perolehan harta yang
tentang
dibeli
secara
gabungan. 2. Khusus untuk tanah, hak atas tanah yang diperoleh dari penetapan
SKRIPSI
pemerintah
dan tidak
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
mengalami
penurunan
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
157
ekonomi karena pemakaian, perpajakan perlu
menegaskan
bahwa hak tersebut merupakan hak yang tidak
diamorti-
%
sasi, sedang hak atas tanah diperoleh dari
perjanjian
dengan pemegang HM diamortisasi, seperti halnya sewa.. 3. PPh
1994
perlu mengubah
metode
penyusutan,
dengan
membebankan harga perolehan dalam jangka panjang waktu yang terbatas, dan perlakuan laba rugi penarikan harta berwujud
golongan bukan bangunan karena sebab
biasa,
dengan mengakui laba rugi pada tahun terjadinya penar ikan.
Bila metode penyusutan dan pengakuan laba
menurut
PPh
catatan
atas laba atau rugi ditangguhkan
penarikan,
1894 tetap dipertahankan,
perbedaan
perlu
antara sisa harga
dibuat
pada
waktu
buku
penerimaan neto diakui sebagai laba atau rugi
rugi
dengan ditang
guhkan. Selanjutnya setiap akhir tahun (dimulai terja dinya penarikan) diakui adanya laba atau rugi kan
sebesar
tarif penyusutan
golongan
penari
harta
yang
ditarik dikalikan laba atau rugi yang ditangguhkan ini sebaiknya atau
rugi
tertentu
dibatasi, sehingga pada saat tertentu yang dapat
ditangguhkan
atas
dibebankan sekaligus,
penarikan
laba harta
misal
setelah
laba atau rugi yang ditangguhkan belum diakui
tinggal
10 X dari laba atau rugi yang ditangguhkan semula pada waktu penarikan. 4. Seandainya pengakuan kerugian harta berwujud bukan
SKRIPSI
golongan
bangunan masih seperti ketentuan yang ada,
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
PPh
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
158
1994
perlu
mengatur perlakuan atas sisa
harga
harta
BOT,
yaitu diperbolehkan mengakui
sisa
buku harga
buku yang ada pada waktu penyerahan sebagai kerugian. Sedang untuk akuntansi hal-hal yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut. 1. IAI perlu mengambil keputusan untuk menentukan
perla
kukan pengeluaran atas HGU, HGB, dan Hak Pakai melalui pernyataan tersebut untuk dengan
atau interprestasi, yang mana tidak disusutkan atau
diamortisasi.
hak atas tanah yang diperoleh pemegang
HH, hak atas
pengeluaran
tanah
dari
Sedang
perjanjian
tersebut
dapat
diamortisasi seperti halnya harta tak berwujud. 2. IAI perlu mengambil keputusan untuk menentukan kuan
pengeluaran
atas
transaksi
dengan
oara
perla BOT,
melalui pernyataan atau interpretasi, yang mana penge luaran tersebut disusutkan atau diamortisasi apa tidak (aktiva berwujud atau aktiva tak berwujud).
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Delaney, Patrick R. dkk. GAAP Interpretation And Applica tion 199Q Edition. Toronto, Canada: John Wiley and Sons, Inc. 1990. Editor, "Fuilslag Sah Saja, asalkan Proseanya Tak Merugikan Negara", Kompas. 20 Agustus 1992, hal. 1. , "Tanah Sambungan dari halaman 1", Kompas. 30 tember 1993, Hal. 5. Effendi, Perangin, Praktek Jual Pers, Jakarta, 1990.
Beli
Tanah.
Sep
Rajawali
--- , Hukum Agraria Di Indonesia.Suatu Telaah Dari Sudut Pandang,Praktisi Hukum. Rajawali Pers, Jakarta, 1991. --- , Praktek Permohonan Hak Atas Tanah. Rajawali Jakarta, 1991.
Pers,
Hendriksen, Eldon S., Accounting Theory. Edisi Kedua, Homewood, Richard D. Irwin Inc.,Illinois, 1982. IAI, Standar 1994.
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat,
Jakarta
--- , Standar Profesional Akuntansi. STIE YKPN, Yogjakarta, 1994. Lumbantoruan sophar, Akuntansi Paiak. ISEI Cabang ta, 1989. Mardiasmo, Perpajakan. Offset, 1992.
Edisi
Kedua,
Yogyakarta,
Jakar
Andy
Miller, Paul B. W., D. Gerald Searfoss, dan Kenneth A. Smit, Intermidiate Accounting. Edisi Kedua, Homewood Illinois, Richard D. Irwin Inc., 1985.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
M Ali Asyhar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
160
Nikolai, Loren N. Dan John D. Bazley, Intermidiate Ac counting , Edisi Keempat, Boston, PWS Kent Publishing Co., 1988. Smith, Jay M. dan K. Fred Skousen, Inte_rmidiate Account ing . Comprehensive volume, Edisi Kesepuluh, South Western Publishing Co., Cincinnati, 1990. Schroeder, Richard G., Levis D. Mcullers dan Myrtle Clark, Accounting.. Theory Text and Readings. Edisi ketiga, New York: John Wiley and Sons, Inc. 1987. Peraturan-peraturan: (JU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Agraria.
Pokok-Pokok
UU No. 9 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. UU Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991. Keputusan Menteri Keuangan RI No. Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha.
1169/KMK.
Keputusan Menteri Keuangan RI No. Tentang Perlakuan Perpajakan Atas dan Pengembangan (Research and Dilakukan Oleh Perusahaan.
SKRIPSI
ANALISIS PENGAKUAN PENYUSUTAN....
04/1991,
769/KMK. 04/1990, Biaya Penelitian Development) Yang
M Ali Asyhar