ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
POLA KERJA PEDAGANG NASI BORAN DI KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI
Disusun oleh : HENDRO SUSANTO NIM. 071211731069
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA Semester Genap 2015/2016
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
POLA KERJA PEDAGANG NASI BORAN DI KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI
Maksud: Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Disusun oleh : HENDRO SUSANTO NIM: 071211731069
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA Semester Genap 2015/2016
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Halaman Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, Ibu Mia dan Bapak Suwoto yang telah berjuang matimatian untuk kebahagiaan saya, berjuang demi masa depan saya. Semoga kedepan saya bisa membahagiakan beliau. Amin.
Skripsi ini saya persembahkan juga buat Dek Cit yang banyak memberikan kesan indah peneliti selama ini. Memberikan pembelajaran dan pengalaman dalam menjalani hidup. Kamulah yang terindah. Terimakasih ^___^
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Abstrak Nasi boran sebagai salah satu makanan tradisional khas Lamongan dapat dikenal berbagai kalangan masyarakat tidak terlepas dari adanya peran pedagang yang menjual makanan itu sendiri. Pedagang yang berjualan disepanjang sudut Kota Lamongan mempunyai pola kerja yang terus dipertahankan sehingga keberadaan nasi boran dapat bertahan sampai sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas yang dilakukan pedagang dalam mengembangkan usaha nasi boran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi, menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara mendalam dengan jumlah informan yang dipilih sebanyak sembilan orang, kemudian tahap terakhir adalah menganalisis pola kerja pedagang dengan Teori Ekonomi Moral dari Han Dieter Evers dan Teori Pilihan Rasional dari Samuel Popkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kerja pedagang nasi boran mencakup aktivitas yang berulang-ulang tiap harinya yaitu pembelian bahan, pembuatan sampai proses penjualan nasi boran. Aktivitas tersebut dilakukan pedagang setiap hari dengan waktu dan tempat berjualan yang sama dari masing-masing penjual nasi boran. Selama proses berjualan, pedagang berusaha membangun kerjasama dan hubungan sosial sebagai bentuk Ekonomi Moral dan Rasional dengan beberapa pihak disekitar lingkungan tempat berjualan seperti membangun hubungan dengan sesama pedagang nasi boran dan pedagang minuman. Kata Kunci : pedagang nasi boran, pola kerja, hubungan sosial, ekonomi moral dan pilihan rasional
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Abstract Nasi Boran is one of traditional food from Lamongan can be known various in society can’t be separated from the role of its trader selling. The seller along side of Lamongan have a work pattern that continues to be maintained so that Nasi Boran can exist till now. The purpose of this research is to describe seller activities for devoleping Nasi Boran. Use ethnography research method and two collection of data technique is observation and deep interview with nine subject, then analythic of trader selling role with Han Dieter Evers’s Moral Economic theory and Samuel Popkin’s Rational choice theory. From all research we get the Nasi Boran seller pattern began a material selling, cooking, and then selling. That activities do by the trader seeling of Nasi Boran everyday in a same time and same place each other. During the selling prosses, the Nasi Boran Seller try to make cooperation and social relation as Moral Economic and Rational with other side in environment selling place like make relation with other Nasi Boran Seller and other drink seller. Keyword: Nasi Boran Seller, work pattern, social relation, moral economic and rational choice.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya skripsi dengan judul POLA KERJA PEDAGANG NASI BORAN
DI KABUPATEN LAMONGAN dapat
terselesaikan dan bisa memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk mencapai program S1 Antropologi. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya keberadaan pedagang nasi boran yang ada di Kabupaten Lamongan. Semakin populernya nasi boran di telinga masyarakat secara tidak langsung menjadi salah satu sebab banyaknya warga yang mencoba berjualan makanan ini. Penelitian ini bertujuan melihat
bagaimana
pola
kerja
pedagang
sehingga
mereka
mampu
mempertahankan keberadaan nasi boran dan mereka sendiri sebagai pelaku ekonomi informal. Peneliti ingin menunjukkan bahwa di Lamongan terdapat pedagang nasi boran yang tidak hanya populer karena eksistensi makanan khas tersebut, melainkan karena pola kerja pedagang yang secara tidak langsung membuat keberadaan nasi boran semakin dikenal. Dalam kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi arahan dan membantu terselesainya proses pembuatan skripsi ini, diantaranya: 1. Dosen Pembimbing Skripsi, Prof. Dr. Laurentius Dyson P. , Drs. , MA yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Selaku Tim Penguji Dr. Retno Andriati, MA dan Dr. Rustinsyah, Dra, M.Si yang telah memberikan koreksi dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Seluruh informan dalam penelitian skripsi ini yakni Pak Sumantri, Pak Sutomo, Mbak Ita, Yu Pik, Mbak Erna, Ibu Kartini, Mbak kona, Ibu Sholikah, Harum Maulana yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada peneliti.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Dosen Wali, Drs, Djodi Adi Prasetyo, M, Si yang telah banyak memberikan semangat dan memotivasi peneliti setiap semester. 5. Ketua Departemen Antropologi, Dr. Yusuf Ernawan, M.Hum. yang telah memberikan pengetahuan dan memotivasi peneliti supaya semangat menyelesaikan skripsi. 6. Seluruh dosen Antropologi, Drs. Pudjio Santoso, M.Sosio, Drs. Nurcahyo Tri Arianto, M.Hum, Drs. Tri Joko Sri Haryono, M.Si, Dr. Phil, Toetiek Koesbardiati, Prof. Dra. Myrtati Dyah Artaria, Ma, Ph.D, Drs Mohammad Adib, M.Si, Dra. Pinky Saptandari, MA, Dr. Drs. Budi Setiawan, M.Si, Dra. M.Si, Lucy Dyah Hendrawati, S.Sos, M.Kes, Drs Bambang Budiono, M.Sosio, Sri Endah Kinasih, S.Sos, M,Si,Drs. Muaddib Aminan, yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada peneliti saat berkuliah. 7. Buat Citra Nur Hamidah, seperti bayangan raga. Selalu ada baik suka maupun duka, memberikan dukungan dengan ikhlas tanpa kenal lelah. Menjadi tinta putih ketika pikiran seperti kanvas hitam. Terimakasih banyak ya. 8. Buat dulur-dulur, Khusnul Hakim, Ahmad Syahroni, David, Wahono, Dila, Arif, Zulfi, Basyar yang sudah banyak memberikan dukungan dan motivasi. Sukses buat kalian semua lur. 9. Seluruh teman-teman Antropologi angkatan 2012 yang telah memberikan banyak pengalaman berharga, memberikan keceriaan selama peneliti belajar sebagai mahasiswa Antropologi. Berkat dukungan dan motivasi dari mereka sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Jika tanpa ada dukungan dari mereka, peneliti tidak akan bisa berbuat apa-apa dan tidak akan mampu pada tahap menyelesaikan skripsi ini. Peneliti berharap semoga jasa-jasa mereka dapat dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT dan mereka diberi kesehatan dan kebahagian, Amin. Akhir kata, dalam pembuatan skripsi ini tentunya banyak kekurangan yang perlu diperbaiki peneliti sehingga skripsi ini mencapai tahap kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan masukan sangat diperlukan peneliti untuk memperbaiki kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Mudah-mudahan dengan adanya skripsi
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Surabaya, 30 Mei 2016 Peneliti
Hendro Susanto
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN JUDUL DALAM .......................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ............... ii HALAMAN MAKSUD PENELITIAN SKRIPSI .......................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. v HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ...................................... vi ABSTRAK...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 I.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 I.2. Rumusan Masalah Penelitian ..................................................................... 6 I.3. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6 I.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6 I.5. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 6 I.5.1. Moral Ekonomi Pedagang ............................................................... 7 I.5.2. Tindakan Rasional ........................................................................... 9 I.6. Metode Penelitian .................................................................................... 11 I.6.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 11 I.6.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 11 I.6.2.1. Observasi ............................................................................... 12 I.6.2.2. Wawancara Mendalam ........................................................... 13 I.6.3. Teknik Penentuan Informan .................................................................. 14 I.6.4. Teknik Analisis data ............................................................................ 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SEJARAH NASI BORAN .................................................................................................. 19 II.1. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan ................................................ 19 II.2. Profil Dusun Kaotan Desa Sumberejo Sebagai Sentra Nasi Boran .......... 20 II.2.1. Letak Geografis Dusun dan Jumlah Kependudukan ...................... 20
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
II.2.2. Tingkat Perekonomian ................................................................. 21 II.2.3. Kondisi Sosial Budaya Dusun Kaotan .......................................... 22 II.3. Definisi Nasi Boran dan Sejarah Pedagang Nasi Boran .......................... 23 II.3.1. Perubahan dari Berkeliling Menjadi Menetap ............................... 28 II.3.2. Perlengkapan yang Dipakai Membungkus Makanan..................... 29 II.3.3. Peralatan Mengolah Masakan Nasi Boran .................................... 29 II.3.4. Variasi Lauk Pauk yang Disediakan ............................................. 29 II.3.5. Perubahan Harga .......................................................................... 30 II.4. Proses Pewarisan Pembuatan Nasi Boran ............................................... 31 II.4.1. Pewarisan Kepada Anak Perempuan ........................................... 32 II.4.2. Pewarisan Kepada Menantu Perempuan ....................................... 33 II.4.3. Pewarisan Kepada Kerabat ........................................................... 33 BAB III POLA KERJA PEDAGANG NASI BORAN ................................... 35 III.1. Macam Pedagang Nasi Boran Menurut Tempat Berjualan ..................... 35 III.1.1. Plaza Lamongan ......................................................................... 36 III.1.2. Alun-Alun Lamongan ................................................................. 38 III.1.3. Kantor Bupati Lamongan ............................................................ 38 III.1.4. Pertigaan Jalan Basuki Rahmat ................................................... 41 III.1.5. Perumahan Made ........................................................................ 42 III.2. Macam Pedagang Nasi Boran Menurut Waktu Berjualan ...................... 43 III.2.1. Dini Hari..................................................................................... 43 III.2.2. Pagi - Siang ................................................................................ 43 III.2.3. Siang - Sore ................................................................................ 43 III.2.4. Malam Hari ................................................................................ 44 III.3. Cara Memperoleh Modal ...................................................................... 44 III.4. Pembelian Bahan-Bahan Nasi Boran ..................................................... 45 III.4.1. Pasar Sidoharjo ........................................................................... 46 III.4.2. Pasar Perumahan Made ............................................................... 47 III.4.3. Pasar Plaza Lamongan (Pasar Ndapur)........................................ 48 III.5. Pembuatan Nasi Boran .......................................................................... 49 III.5.1. Penyediaan Bahan Sebelum Diolah ............................................. 49
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.5.2. Proses Mengolah Lauk Pauk ....................................................... 51 III.5.3. Membuat Sambal Boran ............................................................. 52 III.5.4. Penyediaan Perlengkapan Berjualan ............................................ 54 III.6. Penjualan Nasi Boran............................................................................ 56 III.6.1. Nilai Terkait Nasi Boran yang Mempengaruhi Penjualan ............ 56 III.6.1.1. Rasa Kenikmatan ................................................................. 56 III.6.1.2. Harga................................................................................... 57 III.6.1.3. Banyaknya Lauk dan Nasi ................................................... 58 III.6.1.4. Kebersihan Makanan ........................................................... 58 III.6.1.5. Kesegaran Lauk Pauk .......................................................... 58 III.6.1.6. Faktor Lingkungan yang Mengkontaminasi Makanan .......... 59 III.6.1.7. Sikap Pedagang ................................................................... 59 III.7. Penetapan Harga ................................................................................... 60 III.8. Distribusi Tenaga Kerja ........................................................................ 62 BAB IV MEMBANGUN “CITRA”, HUBUNGAN DAN KERJASAMA .... 64 IV.1. Membangun "Citra" Nasi Boran Dari Kaotan........................................ 64 IV.2. Pengaruh Hubungan Kekerabatan ......................................................... 68 IV.2.1. Membantu Menyediakan Lahan Berjualan .................................. 69 IV.2.2. Memberi Pengetahuan Proses Berjualan ..................................... 69 IV.2.3. Saling Melengkapi dan Mendukung ............................................ 69 IV.3. Kerjasama dengan Pedagang Lain ......................................................... 69 IV.3.1. Saling Berbagi Lauk-Pauk .......................................................... 71 IV.3.2. Berbagi Keuntungan dengan Pedagang Minuman ....................... 72 IV.3.3. Saling Menjaga Tempat Berjualan .............................................. 74 IV.3.4. Saling Berinteraksi ..................................................................... 75 IV.3.5. Memberi Pinjaman Perlengkapan ............................................... 75 IV.4. Kendala yang dialami Pedagang Nasi Boran ......................................... 76 IV.4.1. Lingkungan ................................................................................ 76 IV.4.2. Ekonomi ..................................................................................... 77 IV.4.3. Cuaca ......................................................................................... 78 IV.5. Membangun Hubungan dengan Penyedia Bahan-bahan Nasi Boran ...... 83
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V SIMPULAN ......................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 87 LAMPIRAN Rekomendasi Penelitian Bakesbangpol Lamongan Tanda Terima Surat Ijin Penelitian Balitbang Lamongan Surat Izin Kecamatan Lamongan Kartu Bimbingan Penelitian Skripsi Pedoman Wawancara Transkrip Wawancara Informan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel 1.1Daftar Informan ................................................................................ 17 Tabel 2.1 Persebaran Pedagang Nasi Boran .................................................... 28 Tabel 3.1 Bahan Pembuatan Nasi boran Lamongan ........................................ 50 Tabel 3.2 Bahan dan Perlengkapan Pembuatan Sambal Boran ........................ 53 Tabel 3.3 Perlengkapan Nasi boran ................................................................. 55 Tabel 3.4 Harga Nasi Boran Lamongan 2015/2016 ......................................... 62 Tabel 4.1 Kendala Pembelian Bahan, Pembuatan, Penjualan Nasi Boran ........ 82
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Nasi Boran.................................................................................. 25 Gambar 3.1. Pedagang Nasi Boran .................................................................. 37 Gambar 3.2. Lokasi berjualan pedagang berdekatan dengan Hotel Elresas ...... 40 Gambar 3.3. Interaksi Pedagang dengan pembeli ............................................ 41 Gambar 3.4. Pasar Sidoharjo Kecamatan Lamongan ....................................... 46 Gambar 4.1. Gapura Dusun Kaotan Sentra Nasi Boran ................................... 64
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sektor informal mempunyai peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah lebih khususnya pembangunan masyarakat desa. Sektor ini terdiri dari usaha atau unit berskala kecil yang mampu mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan membuka kesempatan kerja yang diperuntuhkan bagi diri sendiri maupun orang lain. Menurut Subangun (1991:53), sektor informal merupakan pekerjaan yang (a) mudah untuk dimasuki sebagai salah satu peluang kerja; (b) berasal dari sumberdaya lokal; (c) usaha yang dilakukan merupakan milik pribadi; (d) usaha berskala kecil; (e) teknologi yang digunakan bersifat adaptif; (f) ketrampilan dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Dalam konteks ini, salah satu contoh pekerjaan sektor informal yang dapat dijumpai di berbagai daerah adalah fenomena pedagang tradisional disepanjang jalan. Menurut Damsar (1997:106) pedagang merupakan individu yang menjual produk secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai jenis produk yang dijual pedagang sangat beranekaragam, tergantung kemauan dan peluang yang diambil setiap pedagang. Seperti contoh pedagang yang menggeluti bidang kuliner lebih khususnya berjualan makanan khas daerah yang dianggap prospek produk yang cukup menjanjikan untuk dijual. Makanan khas merupakan salah satu wujud budaya yang menjadi salah satu kebanggaan daerah sebagai identitas yang mempunyai nilai unik tersendiri dan tidak akan dapat ditemukan di daerah lain dengan hasil yang sama tanpa meninggalkan sisi keaslian makanan khas tersebut. Makanan khas mempunyai nilai sejarah masing-masing dengan cara pembuatan dan penjualan yang menarik dengan peralatan dan metode yang berbeda. Kemunculan makanan khas sebagai identitas daerah memotivasi warga untuk mengambil peluang menjadi pedagang sehingga mereka bisa menambah pendapatan keluarga dengan memanfaatkan eksistensi wujud budaya yang termasuk dalam bidang kuliner tersebut.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lamongan sebagai salah satu kota investasi dan perdagangan mempunyai beranekaragam makanan khas yang cukup populer seperti soto Lamongan, tahu campur, dan nasi boran. Makanan tersebut merupakan ikon Lamongan dalam bidang kuliner, sehingga tidak jarang warga luar Lamongan dapat mencicipi beberapa di antara makanan tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Namun disisi lain, terdapat satu makanan yang tidak dapat kita jumpai di luar daerah Lamongan, yaitu makanan nasi boran. Nasi boran merupakan makanan asli yang barasal dari Lamongan. Secara historis makanan ini berasal dari salah satu dusun yang ada di Kecamatan Lamongan yaitu Dusun Kaotan Desa Sumberejo. Nama nasi boran berasal dari penyajian tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu yang disebut boran. Makanan ini hanya popular di daerah Lamongan, sehingga tidak banyak warga luar daerah yang mengetahui apa itu nasi boran dan bagaimana rasanya. Sutomo selaku Kepala Dusun Kaotan menjelaskan bahwa dalam proses perkembanganya nasi boran pertama muncul sekitar akhir abad ke 19 yang semula di gunakan untuk acara hajatan maupun upacara desa, namun seiring berkembangnya waktu di tahun berikutnya nasi boran menjadi salah satu makanan yang kemudian diperjual belikan. Menurut Sutomo (Kepala Dusun) menjelaskan bahwa Dusun Kaotan sebagai salah satu sentra munculnya makanan tradisional nasi boran secara langsung terus meningkatkan aktivitas masyarakat dalam kesibukan sehari-hari di bidang ekonomi. Bertani dan berjualan nasi boran merupakan sumber pendapatan utama masyarakat Kaotan. Sebagai salah satu pekerjaan sektor informal, ekonomi masyarakat dusun sudah cukup bergantung pada pendapatan yang diperoleh ketika berjualan nasi boran. Pedagang dalam kategori ini bertujuan untuk memperoleh uang tambahan yang sangat penting bagi keluarga. Apabila aktivitas berjualan tidak dilakukan, akan terjadi goncangan pada ekonomi keluarga tersebut (Geertz dalam Damsar, 1997:107). Populernya nasi boran dan minat yang besar dari para pembeli menjadi salah satu alasan umum para warga masyarakat Dusun Kaotan mengambil peluang menjadi pedagang. Kesempatan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh warga
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
masyarakat Dusun Kaotan yang sebagian besar memilih berjualan nasi boran, tetapi juga dimanfaatkan oleh para warga luar dusun sebagai prospek yang menjanjikan untuk menambah penghasilan keluarga di bidang ekonomi. Berdasarkan observasi, banyaknya pedagang yang berjualan nasi boran di sepanjang jalan menjadi bukti bahwa semakin eksisnya makanan ini di Lamongan. Sebagai individu yang bekerja di sektor informal, para pedagang nasi boran secara keseluruhan berjenis kelamin perempuan. Selama berjualan pedagang tersebut menempati berbagai tempat terbuka seperti area yang ada di sekitar fasilitas kota sebagai media penghubung yang mempertemukan pedagang dengan konsumen. Beberapa contoh fasilitas kota tersebut seperti Alun-Alun Lamongan, area sekitar Plaza Lamongan, Rumah Sakit Muhammadiyah, dan area sekitar gedung Pemerintah Kabupaten Lamongan. Fasilitas kota secara fungsional memberikan peluang lebih banyak bagi pedagang untuk menawarkan nasi boran kepada pengunjung, tingkat kerumunan penduduk di sekitar area tersebut memberikan manfaat bagi pedagang. Mereka dapat mempromosikan berbagai macam jajanan yang sudah disajikan untuk siap dijual kepada konsumen. Selain manfaat yang bisa diambil, tingkat kerumunan di area umum tentunya memberikan dampak lain yang menjadi kendala pedagang dalam proses berjualan. Kendala tersebut muncul sebagai bentuk penyesuaian pedagang untuk mempertahankan dirinya dengan berbagai kemungkinan masalah yang
muncul,
karena
pedagang
juga
termasuk
manusia
yang
harus
mempertahankan eksistensinya dari berbagai bentuk tantangan dan persaingan, salah satu cara yang perlu dilakukan adalah dengan beradaptasi di dalam lingkungan tempat bekerja. Kendala Lingkungan membuat pedagang harus memikirkan pilihanpilihan strategis sebagai salah satu alternatif untuk menjaga kenyamanan selama proses berjualan. Salah satu bentuk kendala tersebut memuat adaptasi pedagang dengan pihak lain, sehingga dalam hal ini diperlukan adanya sebuah hubungan sosial yang positif melalui interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1990:61) mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia sehingga penting bagi pedagang untuk menjaga hubungan melalui interaksi sosial yang diharapkan dapat mencapai titik dimana para pedagang bisa saling bekerjasama dan membantu satu sama lain. Berdasarkan penelitian Alice Dawey (1962) di Mojokuto (dalam Sumintarsih, 2003:153) dalam buku Ekonomi Moral, Rasional dan Politik mengenai industri kecil di Jawa Timur menunjukkan bahwa pentingnya menjaga hubungan sosial dengan beberapa pihak. Di mana kelangsungan hubungan tersebut sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang mengikat individu seperti sistem nilai dalam kehidupan sehari-hari yang dibangun dalam jaringan hubungan kerjasama. Kerjasama yang dibangun dapat terwujud apabila sesama pedagang dapat mengikuti beberapa aturan yang tidak merugikan salah satu pihak. Peraturan tersebut lebih mengarah pada moral pedagang selama berjualan berdampingan dengan para pekerja sektor informal lainnya. Evers (dalam Damsar, 1997:98) menjelaskan bahwa moral pedagang mencakup aspek nilai dan norma yang mencari jalan keluar antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat sehingga dalam hal ini, pedagang nasi boran secara sadar melakukan beberapa aktivitas
ekonomi
selama
berjualan
dengan
mempertimbangkan
antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan pedagang lainya. Proses aktivitas tersebut kemudian memicu sebuah konsep pola kerja yang selama ini terus dipertahankan sebagai seorang penjual nasi boran Lamongan. Pola kerja pedagang nasi boran merupakan bentuk aktivitas khas yang tercermin dari berbagai macam tingkah laku selama proses berjualan. Beberapa aspek penting yang menjadi minat peneliti dalam kajian pola kerja mencakup kebiasaan pedagang selama menjadi penjual nasi boran. Kajian tersebut meliputi interaksi sosial pedagang di lingkungan tempat berjualan, serta melihat dimensi moral pedagang yang digunakan sebagai pedoman dalam mengambil beberapa pilihan strategis seperti menetukan harga mauapun memilih tempat berjualan. Selain itu, observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa tingkat kepadatan pedagang hanya berada di wilayah daerah kecamatan Lamongan, belum ada pedagang yang memilih tempat berjualan di luar daerah Lamongan.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Beberapa alasan yang melatar belakangi pedagang enggan untuk berjualan diluar area Lamongan menjadi fenomena yang menarik dalam penelitian ini.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Latar Belakang Masalah tersebut mengenai pedagang Nasi Boran, yang menjadi fokus penelitian ini yaitu: Bagaimana pola kerja pedagang dalam mempertahankan eksistensi Nasi Boran ? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola kerja pedagang dalam mempertahankan eksistensi nasi boran. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam kajian dan memperkaya hasil penelitian dalam bidang Antropologi Sosial dan ilmu sosial lainya dalam membahas pola kerja pedagang dalam kaitanya dengan mempertahankan eksistensi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang berniat melakukan penelitian dengan mengembangkan beberapa aspek yang belum tercantum dalam penelitian ini, sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan eksplorasi dengan mengembangkan faktor-faktor lain yang belum dibahas secara eksplisit. I.5. Kerangka Pemikiran Relasi sosial menurut perspektif Belshaw (dalam Sumintarsih, 2003:153) menunjukkan bahwa tidak ada mata rantai yang mampu berdiri sendiri tanpa membangun hubungan relasi yang saling bekerjasama. Jaringan relasi dianggap penting karena masing-masing pihak mempunyai peranan yang mampu memberikan bantuan menurut kemampuan dan otoritas yang dimiliki. Bantuan yang diberikan tentunya memiliki maksud dan kepentingan tertentu. Misal, seorang kepala desa membantu warganya yang terkena gusuran aparat daerah. Kepala desa tersebut membantu sebagai bentuk tanggung jawab dan menjaga citra desa dari prasangka buruk masyarakat sekitar. Aktivitas ekonomi merupakan aspek pokok yang melatarbelakangi pentingnya membangun relasi sosial, aktivitas tersebut mencakup beberapa tindakan para palaku ekonomi seperti pedagang yang bertujuan memperoleh
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hubungan sosial yang dapat bermanfaat. Boeke (dalam Sumintarsih, 2003:154) menjelaskan bahwa aktivitas ekonomi tidak hanya meliputi fungsi-fungsi ekonomi semata, melainkan mencakup fungsi sosial dan fungsi budaya yang mempunyai keterkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Dalam konteks ini, pola kerja pedagang selain memperlihatkan adanya perilaku transaksi ekonomi, juga melibatkan unsur-unsur sosial dan budaya dalam suatu masyarakat. Terdapat 2 dimensi yang digunakan peneliti untuk menjelaskan perilaku pedagang dari masyarakat tradisional, yaitu dimensi moral dan dimensi rasional : 1. Moral Ekonomi: Melihat pengaruh budaya yang memuat nilai luhur sebagai dasar interaksi sosial dan membuat keputusan yang menghindari ancaman atau bahaya. 2. Tindakan Rasional: Melihat motif pribadi pedagang yang bertujuan sebagai dasar memilih keputusan yang paling efektif dan efisien. I.5.1. Moral Ekonomi Pedagang Aspek moral hingga kini masih melekat dan mendominasi kehidupan masyarakat pedesaan yang ada di Indonesia (Ahimsa, 2003). Dalam masyarakat ini moral dan tindakan sosial masih menjadi dasar individu sebagai pedoman untuk mengarahkan pada keputusan-keputusan yang perlu untuk diambil. Keputusan tersebut mencakup beberapa pilihan penting dalam kaitanya dengan aktivitas ekonomi. Moral Ekonomi pertama kali dikemukakan oleh James Scott (1983) dalam bukunya yang berjudul “Moral Ekonomi Petani”. Scott menjelaskan bahwa etika subsisten petani tidak semata hanya berorientasi mencari keuntungan sebanyakbanyaknya, melainkan juga terdapat konsep menghindari ancaman subsisten yang dapat merugikan petani. Seiring berkembangnya waktu pendekatan moral ekonomi tersebut kemudian tidak hanya melihat dari sisi petani, melainkan muncul pendekatan baru mengenai moral ekonomi pedagang yang diedit dan dikembangkan oleh H.D Evers dan Heiho Schrader. Menurut Hans-Dieter Ever (1994:7) dalam bukunya “The Moral Economy of Trade: Ethnicity and Developing Market” mengungkapkan bahwa pada masyarakat pedesaaan umunya dicirikan dengan tingkat solidaritas tinggi dan rasa
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
saling menbantu. Muncul sebuah bukti bahwa di dalam prinsip ekonomi muncul hak subsisten sebagai prinsip moral yang melekat pada masyarakat di desa kecil. Bukti tersebut terlihat dari fenomena yang sering terjadi di daerah pedesaan Asia Tenggara, dimana individu yang yang mempunyai tingkat kesejahtraan lebih tinggi akan mendapat tekanan-tekanan sebagai bentuk moral untuk membantu tetangga atau kerabat yang kurang bernasib baik. Tekanan yang diterima sebagai bentuk solidaritas memicu dilematik yang menentukan antara kepentingan ekonomi pribadi atau menghormati kepentingan bersama. Studi kasus yang coba dijelaskan Evers (1994:8) mengenai perempuan pedagang yang berjualan di lingkungan pedesaan menjelaskan bahwa ketika pedagang tersebut menjual dengan harga yang tinggi, maka dia akan di asingkan dari desa karena dianggap rakus. Namun, ketika pedagang menetapkan harga yang rendah, secara tidak langsung dia akan mengalami kerugian. Dimensi moral ekonomi pedagang H.D Evers merupakan bentuk pemahaman
yang
menjelaskan
bahwa
nilai-nilai
“moral”
diletakkan
berdampingan dengan aspek “ekonomi” dalam menjalankan roda usaha, nilai moral bertujuan untuk membangun relasi soial yang baik dengan pihak lain. Mengacu pada tindakan manusia yang dianggap baik dan benar di dalam masyarakat pada umumnya, khususnya di lingkungan pedagang nasi boran Lamongan. Beberapa tindakan yang mencerminkan perilaku ekonomi dalam konteks pedagang nasi boran antara lain yang pertama, mendidik orang baru menjadi pedagang yang sama, kedua membentuk hubungan langganan, dan yang ketiga membentuk hubungan sosial dengan sesama pedagang (Raharjana dalam AhimsaPutra, 2003:127). Pertama, mendidik orang baru dalam pemahaman ini lebih kepada sisi moral pedagang nasi boran yang
membentuk pedagang baru yang masih
tergolong keluarga,tetangga ke lingkungan yang sama sebagai seorang pekerja sektor informal. Proses tersebut sebagai bentuk kesadaran moral mengenai pentingnya rasa saling tolong-menolong kepada orang yang kurang bernasib baik yang membutuhkan pekerjaan.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kedua, membangun hubungan dengan pelanggan merupakan interaksi yang bertujuan memperoleh keuntungan dari sisi ekonomi dan sosial. Pedagang bisa memperoleh pelanggan dalam kurun waktu yang lama apabila terjadi hubungan yang baik. Perilaku ekonomi ini merupakan bentuk pola kerja pedagang yang dapat memberikan pendapatan yang stabil, sehingga pedagang dapat menghindari gangguan subsisten yang menimpah ekonomi keluarga. Ketiga, membangun hubungan dengan sesama pedagang merupakan salah satu pola kerja
yang menjunjung tinggi solidaritas dan kerjasama. Seorang
pedagang nasi boran akan merasa nyaman di lingkungan tempat berjualan apabila dapat membangun hubungan yang baik dengan pekerja ekonomi informal lainya. Sikap moral pedagang lebih menjunjung tinggi nilai kerukunan daripada harus menantang konflik yang hanya mementingkan keuntungan bagi diri sendiri. I.5.2. Tindakan Rasional Menurut Popkin (dalam Sairin,Semedi,Hudayana, 2002:221) ketika masyarakat yang mayoritas bercocok tanam melibatkan dirinya dengan sistem ekonomi yang baru, seperti contohnya berjualan komoditas yang mereka buat sendiri. Maka kondisi tersebut bukan semata-mata karena etika subsistenya terancam, tetapi mereka dapat melihat salah satu bentuk produk budaya yang mereka miliki menawarkan peluang yang dapat menguntungkan bagi diri individu tersebut. Upaya ini bukan sebuah tindakan pemberontakan kaum masyarakat pedesaan, melainkan bentuk upaya menciptakan struktur sosial baru yang menguntungkan. Pendekatan rasional dianggap lebih mengarah kepada keputusan individu dan interaksi strategis. Rasionalitas diartikan bahwa individu akan menilai hasil yang diperoleh dari berbagai keputusan yang coba mereka buat dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang menjadi pedoman dalam mengambil tindakan baik atau buruk (Raharjana dalam Ahimsa, 2003:126). Berbagai keputusan yang mereka alami tentunya sudah melalui beberapa proses pertimbangan yang matang untuk memilih tindakan yang terbaik. Salah satu bentuk rasioalitas yang mereka pilih adalah ketika pekerjaan menjadi petani bagi warga dusun sudah dirasa tidak mencukupi standar kebutuhan keluarga dengan fluktuasi cuaca ekstrem dan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
serangan hama yang sering menjadi penghambat panen. Kondisi tersebut membuat berbagai keluarga mengambil ancang-ancang mencari terobosan pekerjaan yang dapat membantu kesejahtraan hidup mereka, seperti yang terjadi pada masyarakat Dusun Kaotan yang mengambil keputusan bekerja sebagai penjual nasi boran karena dirasa mengandalkan pekerjaan menjadi petani saja tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Dimensi rasional pedagang nasi boran tampak pada aktivitas-aktivitas tertentu yang diajukan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri ataupun sosial. Rasional diartikan sebagai keinginan untuk mendapat keuntungan sebagai seorang pedagang. Tindakan rasional yang nampak dalam aktivitas pola kerja pedagang adalah sebagai berikut : a. Memilih Tempat Berjualan yang Menguntungkan Keputusan pedagang nasi boran dalam mengambil pilihan tempat berjualan tentunya mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti kondisi lingkungan dan juga seberapa besar kemungkinan banyaknya masyarakat yang dapat membeli di sekitar tempat tersebut. Selain itu, penentuan lokasi berjualan juga diharapkan tidak mengganggu para pedagang lainya atau bahkan dapat memicu persaingan yang menimbulkan konflik. b. Membangun Relasi demi Keuntungan Individu dan Kelompok Relasi yang dibangun baik dengan pelanggan maupun pedagang mempunyai pengaruh yang besar selama berjualan, pedagang dapat saling kerjasama untuk melengkapi berbagai kebutuhan yang dirasa kurang, baik kebutuhan makanan yang dijual maupun peralatan yang dipakai. c. Tindakan Menggunakan Identitas Warga Dusun Kaotan sebagai Pilihan Rasional. Menurut Sumantri dan Sutomo ketika membeli nasi boran kepada pedagang yang berasal dari luar Dusun Kaotan ketika ditanya tempat asal oleh konsumen, banyak dari mereka yang mengaku warga Dusun Kaotan. Secara historis, Dusun Kaotan memang dianggap masyarakat sebagai spesialis pembuat nasi boran sehingga untuk membangun kepercayaan dengan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
konsumen agar memperoleh keuntungan yang lebih, para pedagang luar dusun tersebut menggunakan identitas dusun demi keuntungan pribadi. I.6. Metode Penelitian Pada penelitian mengenai pedagang nasi boran di Lamongan ini, peneliti menggunakan pendekatan etnografi untuk dapat memaparkan secara mendalam jawaban atas rumusan masalah yakni mengenai pola kerja pedagang nasi boran Lamongan. Penggunaan metode etnografi disini dilakukan dengan cara: (1) terjun langsung ke lapangan dan mengikuti kegiatan pedagang selama proses berjualan, (2) melihat gambaran menyeluruh di dalam aktivitas masyarakat sebagai bentuk dari proses dan tingkah laku pedagang tersebut, (3) mendeskripsikan dan memaparkan secara rinci sebagian besar dari aktivitas yang mencakup proses berjualan nasi boran, serta (4) melihat di dalam lingkungan masyarakat mengenai kebudayaan yang dapat mempengaruhi adanya pola kerja penjual nasi boran tersebut. I.6.1. Lokasi Penelitian Peneliti sudah melakukan pengamatan langsung untuk melihat lingkungan yang menjadi aktivitas dari sebagian besar para pedagang nasi boran. Berikut merupakan beberapa tempat yang dipilih peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian berdasarkan alasan-alasan yang mendukung. Yaitu : 1. Dusun Kaotan Desa Sumberejo Lamongan Tempat ini dipilih karena Dusun Kaotan merupakan dusun sentra nasi boran Lamongan, dan pedagang yang berjualan di daerah Lamongan mayoritas berasal dari Dusun Kaotan Desa Sumberejo. 2. Lokasi Berjualan Pedagang Terdapat beberapa tempat lokasi jualan yaitu di sekitar Plaza Lamongan, gedung pemerintah Kabupaten Lamongan, Alun-alun Lamongan, Jalan Basuki Rahmat, Perumahan Made. Lokasi ini dipilih untuk melihat secara langsung pola kerja pedagang selama di lingkungan tempat berjualan. I.6.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian mengenai pola kerja pedagang nasi boran di Lamongan melalui dua cara yaitu observasi serta
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
wawancara mendalam kepada informan yang diharapakan dapat menghasilkan sebuah data ataupun hasil penelitian secara akurat dengan sumber data secara langsung yang dapat dipercaya untuk membahas apa yang sudah menjadi rumusan masalah penelitian terkait pola kerja pedagang nasi boran dalam mempertahankan eksistensi. Pada saat observasi dan wawancara untuk mendukung serta melengkapi data yang akan dibahas, peneliti juga mengambil foto secara langsung untuk mencoba menjelaskan secara detail dan lebih mudah dipahami, selain itu juga dilakukan rekaman suara dari alat perekam handphone yang dilakukan pada sebagian maupun keseluruhan proses wawancara sebagai bentuk untuk lebih meyakinkan data dan memberi kesan bahwa data yang di dapat diperoleh secara langsung di lapangan. Selain itu dalam proses pengumpulan data yang akurat juga dilakukan dengan mencatat poin-poin penting dalam catatan kecil yang menjadi bahan mendeskripsikan temuan data yang sudah didapat. I.6.2.1. Observasi Metode yang digunakan dalam penelitian yang pertama kali adalah observasi atau pengamatan, dilakukan demi usaha untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah mengenai aktivitas masyarakat dalam hubunganya satu sama lain serta masalah yang ditimbulkan. Observasi dilakukan untuk melihat perilaku nyata dari masyarakat dan melihat keadaan lingkungan serta benda-benda fisik. Observasi pertama kali dilakukan peneliti pada saat pengerjaan proposal penelitian skripsi. Observasi pertama ini peneliti mengunjungi lokasi penelitian yaitu Dusun Kaotan, trotoar plaza, dan area sekitar gedung pemerintah Kabupaten Lamongan. Selain itu peneliti juga mendatangi berbagai area lain dimana terdapat beberapa pedagang berjulan seperti alun-alun Lamongan, perumahan made dan lain sebagainya. Obeservasi awal penelitian ini dilakukan pada malam hari sekitar pukul 18.00 – 19.30 WIB untuk melihat aktivitas berdagang yang berlangsung dengan cara membeli makanan dari salah satu pedagang sambil melihat lingkungan sekitar dan makanan yang disajikan. Sambil bercakap-cakap ringan pedagang tersebut menjelaskan dengan ramah bahwa aktivitas berjualan para pedagang ini
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dilakukan sejak sore hari sampai tengah malam. Namun tidak semua pedagang datang bersamaan dan terjadwal setiap hari, karena banyak pedagang yang memulai berjualan lebih awal di siang hari yang dalam bahasa Jawa pedagang itu menyebutnya “Ndimik’I, ben oleh untung luwi akeh” Observasi selanjutnya peneliti dengan rentang waktu 2 bulan melihat dan mengamati tempat para pedagang berjualan, dari hasil tersebut peneliti menemukan jumlah pedagang disetiap tempat menurut jam berjualan. Melalui pengetahuan yang didapat dari observasi tersebut terdapat beberapa waktu di mana ada pengurangan jumlah pedagang berjualan yang cukup signifikan yaitu ketika cuaca hujan. Selanjutnya untuk melihat gambaran secara lebih jelas, peneliti membeli makanan nasi boran sambil mewawancarai pedagang tersebut yang sedang menunggu konsumen. Tujuan observasi ini untuk mencari pengetahuan mengenai interaksi
pedagang dengan konsumen, dan juga interaksi pedagang dengan
sesama pedagang. Peneliti berusaha membangun rapport yang baik untuk mengurangi kecurigaan informan terhadap peneliti dalam proses penelitian. Observasi lebih mengacu pada observasi tak berperan aktif (non partisipan) dimana peneliti hanya mengamati tanpa terlibat dalam aktivitas sosial yang berlangsung. Hal-hal yang perlu diobservasi dalam penelitian ini adalah: (a) kesan umum terdiri dari kondisi fisik subyek serta lingkungan tempat tinggal dan tempat berjualan nasi boran, (b) kegiatan sehari-hari pedagang baik dirumah maupun ditempat kerja, (c) ekspresi dan perilaku pedagang saat proses wawancara.\ I.6.2.2. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data selain observasi atau pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan, wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan menggunakan alat yang digunakan untuk mendukung proses wawancara seperti alat perekam dan pedoman wawancara.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Wawancara digunakan untuk menjaring data serta menemukan berbagai keterangan tentang kehidupan masyarakat, data-data yang ada didalam pikiran manusia dan tidak bisa didapat hanya dengan pengamatan semata. Data yang muncul dari proses wawancara dapat semakin menambah wawasan informasi yang kita inginkan. Selain itu data yang didengar dapat menjadi alternative sumber yang memperlebar penelusuran data yang lebih mendalam. Maksud dari mendengar tersebut adalah bahwa peneliti berusaha semaksimal mungkin belajar dari masyarakat (learning from people), bukan mempelajari dalam arti menggurui masyarakat (studying people) (Dyson, 2003:32). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada pedagang Dusun Kaotan Desa Sumberejo. Proses wawancara dilakukan selama penelitian berlangsung dengan cara berbincang-bincang bebas dan santai dilokasi tempat mereka berjualan tanpa diketahui bahwa pedagang tersebut sedang di wawancarai. Wawancara juga dilakukan dirumah pedagang di mana peneliti mendatangi rumah pedagang yang sudah ditetapkan sebagai informan. Peneliti datang kerumah informan pada waktu-waktu luang seperti malam hari setelah sholat magrib. Pada tahap ini peneliti mewawancarai dengan pedoman wawancara dan juga alat perekam yang disiapkan sebelumnya. Untuk menambah informasi peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang yang sangat mengetahui mengenai pola kerja pedagang nasi boran yaitu Kepala Desa Sumberejo dan Kepala Dusun Kaotan. Peneliti melakukan wawancara dengan cara membuat janji dan mendatangi rumah Kepala Desa dan Kepala Dusun sesuai waktu yang disepakati bersama, wawancara tersebut dilakukan dengan cara membawa alat perekam dan naskah sebagai pedoman wawancara. I.6.3. Teknik Penentuan Informan Informan merupakan individu-individu tertentu yang mampu menjelaskan dan memberikan berbagai keterangan atau data demi mendapatkan suatu informasi dalam penelitian (Koentjaraningrat, 1977:130). Dalam penelitian ini, orang yang dijadikan informan yaitu individu yang memahami seluk-beluk pedagang nasi boran di Dusun Kaotan dan individu yang secara langsung terlibat
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam kegiatan berjualan di berbagai area tempat yang salah satunya di trotoar Plaza Lamongan. Informan dapat juga berupa individu yang mempunyai informasi secara akurat dan memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan proses penjualan nasi boran di Kecamatan Lamongan. Spradley (1997:61) menjelaskan bahwa dalam mewawancarai seorang informan, peneliti akan menemukan berbagai permasalahan yang dapat menghambat proses penelitian, banyak orang yang bisa menjadi informan namun tidak banyak orang yang bisa menjadi informan yang baik, sehingga terdapat prasyarat yang paling dasar yang harus dimiliki seorang informan adalah 1) enkulturasi penuh, 2) keterlibatan langsung, 3) waktu cukup, 4) non-analitis. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 3 syarat tersebut yaitu : 1. Enkulturasi Penuh Seorang informan harus terenkulturasi secara penuh oleh lingkunganya, suatu proses alami yang pernah dilakukan informan sebagai bentuk mempelajari budaya, informan ini mempunyai pengetahuan yang cukup luas dari pengalaman yang pernah dilakukan, sehingga tidak perlu memikirkan hal-hal yang berat untuk menjelaskan fenomena budaya yang sudah pernah mereka alami. Peneliti disini menetapkan ibu kartiani sebagai informan atas dasar keterlibatan ibu kartiani sebagai seorang pedagang nasi boran lebih dari 20 tahun dan sejak kecil membantu ibunya berjualan. Selain itu peneliti juga memilih pak kades dan pak kasun sebagai informan karena mereka sudah terenkulturasi secara penuh sejak kecil dan termasuk orang yang sangat memahami mengenai aktivitas yang dilakukan warganya sebagai pedagang nasi boran, mereka juga termasuk orang yang mengontrol dan mengarahkan pedagang ketika ada himbauan pemerintah terkait peraturan baru yang ditetapkan untuk pedagang. 2. Keterlibatan Langsung Informan disini terlibat langsung dalam mekanisme berjualan nasi boran dan memahami langsung mengenai pola kerja yang sudah dilakukan sebagai seorang penjual nasi boran. 3. Cukup Waktu
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Etnografer harus mempunyai prioritas yang tinggi kepada informan yang mempunyai cukup waktu, sehingga dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan informan yang mempunyai cukup waktu untuk melakukan sebuah wawancara medalam. Peneliti bisa mengunjungi rumah informan beberapa kali tergantung kecukupan data. Informan dengan senang hati untuk diwawancarai meskipun dirasa sudah menyita waktu istirahat. Informan merupakan individu yang mempunyai pengetahuan berbeda dengan peneliti karena mereka adalah orang-orang yang sangat memahami dan mengerti mengenai aktivitas yang pernah dilakukan sehingga mereka dapat dengan mudah menjawab pertanyaan penelitian. Untuk informan seperti kepala desa, kepala dusun, dan pedagang, peneliti memperkenalkan diri mengenai maksud dan tujuan untuk mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas pedagang nasi boran. Sebelum mencoba mewawancarai para pedagang yang diharapkan dapat memberikan penjelasan, peneliti jauh-jauh hari sudah lebih dulu mewawancarai dan membangun hubungan yang baik dengan kepala desa maupun kepala dusun, sehingga beliau memberikan berbagai arahan dan rekomendasi pedagang yang bisa saya wawancarai dan mempunyai berbagai penjelasan yang peneliti inginkan. Sillaturahmi dengan kepala desa dan kepala dusun sebagai informan mempermudah peneliti mewawancarai pedagang nasi boran baik di kediaman rumahnya maupun di tempat mereka berjualan dikarenakan sebagai seorang pedagang mereka sudah mempercayai peneliti yang sedang melakukan penelitian mengenai pola kerja pedagang nasi boran karena dianggap sudah mendapat persetujuan pemimpin mereka di desa maupun di dusun. Setelah berkenalan dan mewawancarai Kepala Desa Sumberjo Pak Sumantri kemudian peneliti diarahkan untuk menemui Kepala Dusun Kaotan yaitu Pak Sutomo untuk memperoleh berbagai informasi penting mengenai aktivitas warga dusun yang berkeja sebagai pedagang nasi boran dan berbagai informasi lainya, kemudian oleh pak kasun peneliti dikenalkan pada salah satu pedagang nasi boran yang kebetulan sedang berkunjung kerumahnya yaitu Mbak Ita dan memberikan nama-nama pedagang nasi boran yang bisa peneliti temui
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dengan begitu, penelitian ini secara tidak langsung menggunakan teknik snow ball dengan menganggap bahwa Pak Sutomo selaku kepala dusun dijadikan peneliti sebagai informan pangkal. Berikut daftar informan dalam penelitian ini : Tabel 1.1 Daftar Informan No
Nama
Umur
Pekerjaan
Keterangan
1
Mbak ita
48 Tahun
Pedagang nasi boran di Pemkab Lamongan
Berjualan selama 3 tahun
2
Ibu Sholikhah
43 Tahun
Pedagang nasi boran di Pertigaan Jalan Basuki Rahmat
Berjualan Selama 8 tahun
4
Mbak Erna
36 Tahun
Pedagang nasi boran Plaza Lamongan
Berjualan Selama 10 tahun
5
Mbak Kona
45 Tahun
Pedagang nasi boran di Plaza Lamongan
Berjualan Selama 15 tahun
6
Ibu Kartini
65 Tahun
Pedagang nasi boran di Plaza Lamongan
Berjualan Selama 25 tahun
7
Yu Pik
70 Tahun
Pedagang nasi boran di AlunAlun Lamongan
Berjualan selama 40 tahun
8
Pak Sumantri
62 Tahun
Kepala Desa
Menjabat 2 Periode
9
Pak Sutomo
60 Tahun
Kepala Dusun
Menjabat 3 Periode
10
Harum Maulana
20 Tahun
Pembeli
-
Sumber : Data Lapangan 2016
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I.6.4. Teknik Analisis data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini pertama-tama dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, peneliti mencoba menulis transkip untuk mempermudah dalam proses analisis data. Transkrip data yang sudah ditulis kemudian dibaca, dipelajari dan ditelaah. Setelah itu dikategorikan berdasarkan tujuan penelitian dan outline yang sudah dibuat. Tahap ini sangat penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penempatan data. Data yang didapat kemudian dikelompokkan menurut jenis data, data kuantitatif yang didapat dari monografi desa kemudian di tulis kembali menjadi bentuk narasi. Data-data kualitatif seperti hasil observasi dan wawancara yang sudah di transkrip kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap terakhir dari hasil pendeskripsian data yang sudah dilakukan, peneliti kemudian menganalisis data tersebut dengan kerangka pemikiran yang memuat Teori Moral Ekonomi dan Rasional. Penggunaan teori tersebut dipilih karena aktivitas pola kerja pedagang nasi boran menunjukkan adanya kepentingan yang memuat keuntungan bersama maupun kepentingan pribadi.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SEJARAH NASI BORAN Bab II ini membahas gambaran umum Kabupaten Lamongan sebagai lokasi penelitian, membahas profil Dusun Kaotan sebagai sentra nasi boran, membahas definisi nasi boran dan sejarah pedagang nasi boran, serta membahas proses pewarisan pembuatan nasi boran. II.1. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan merupakan salah satu bagian wilayah yang ada di Jawa Timur. Daerah ini memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara 181.280 Ha atau ± 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang garis pantai 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Jombang dan Kab. Mojokerto Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban. Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6º 51’ 54” sampai dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan di antara garis bujur timur 112° 4’ 41” sampai 112° 33’ 12” bujur timur. Secara teritorial daerah Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo. Secara garis besar daratan yang ada di Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik yaitu :
Kabupaten Lamongan
bagian tengah yang agak menjorok ke selatan
merupakan daerah dengan dataran rendah yang cukup subur di mana membentang dari Kecamatan Babat, Sukodadi, Kedungpring, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembangbahu .
Kabuaten Lamongan bagian utara merupakan daerah pegunungan kapur yang berbatu dengan tingkat kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lamongan bagian tengah yang agak menjorok ke utara merupakan daerah Bonorowo yang rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun, dan Glagah. Secara administratif Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan,
meliputi 462 Desa dan 12 Kelurahan yang terbagi dalam 1.486 dusun dan 309.976 RT, dengan jumlah penduduk tahun 2012 (Disdukcapil, 2012), mencapai 1.284.379 jiwa yang terdiri dari 643.532 jiwa laki-laki dan 640.847 jiwa perempuan. Berdasarkan kelompok umur, masih membentuk piramida dengan kelompok usia anak dan usia produktif yang besar, sedangkan berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, penduduk daerah Lamongan masih di dominasi sektor pertanian, pedagang, nelayan dan jasa. Secara klimatologi yang ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim Kabupaten Lamongan termasuk ke dalam iklim tropis yang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. II.2. Profil Dusun Kaotan Desa Sumberejo Sebagai Sentra Nasi Boran II.2.1. Letak Geografis Dusun dan Jumlah Kependudukan Sebagian besar pedagang nasi boran berasal dari Dusun Kaotan, sedangkan yang lain dari Dusun Sawu. Maka, profil yang dibahas lebih fokus pada profil Dusun Kaotan. Dusun Kaotan merupakan salah satu dari 4 (empat) dusun yang ada di Desa Sumberejo, adapun ketiga dusun lainya adalah Dusun Dampit, Plandi, dan Sawo. Luas Dusun Kaotan sendiri kurang lebih 65 Ha yang meliputi tanah persawahan dan pekarangan. Batas-batas Dusun Kaotan mencakup sebelah timur dusun ini terdapat dusun Sidorukun, sebelah utara Perumahan Made, sebelah barat dusun Dampit dan sebelah selatan dusun Sawu, secara geografis letak Dusun Kaotan berada di sekitar kota Lamongan dengan banyaknya perumahan di sekelilingnya dan jarak tempuh ke pusat kota seperti Alun-Alun Lamongan cukup dekat sekitar 5 Km dengan akses yang mudah ditempuh hanya dengan lurus ke
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
arah timur mengikuti badan jalan yang sudah beraspal sampai menemukan pusat kota dan kantor Bupati Lamongan, sedangkan jarak ke Kecamatan Lamongan sekitar 4 Km dengan akses yang sama yaitu lurus ke arah timur dari arah Desa Sumberejo mengikuti badan jalan yang beraspal. Dusun Kaotan memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 170 KK dengan jumlah penduduk mencapai total 568 Jiwa dengan rincian laki-laki sejumlah 260 jiwa dan perempuan 368 jiwa Warga Negara Indonesia (WNI), sedangkan untuk penduduk yang bekerja di Dusun Kaotan mencapai 500 orang dengan rincian penduduk laki-laki sejumlah 230 orang dan perempuan 270 orang sedangkan penduduk yang tidak bekerja atau belum bekerja mencapai 68 orang. II.2.2. Tingkat Perekonomian Masyarakat Dusun Kaotan mempunyai tingkat kesejahteraan yang cukup baik dan stabil, hampir keseluruhan warga di dusun Koatan tergolong kedalam kelas ekonomi menengah. Meskipun mata pencaharian mereka masih dominan di sektor agraris, hampir keseluruhan warga dusun bekerja sebagai petani yang di dominasi oleh kaum lelaki sebagai suami dan pedagang nasi boran yang keseluruhan adalah kaum perempuan atau istri. Pembagian kerja itulah yang membuat kondisi ekonomi masyarakat dusun cukup stabil dikarenakan suami dan istri sama-sama bekerja dan saling membantu. Selama proses pertanian selama setahun para petani bisa bercocok tanam rata-rata 3 kali/tahun. Ketika musim transisi warga tidak bercocok tanam dan para kaum laki-laki tidak mencoba mencari pekerjaan sampingan melainkan hanya pergi ke warung untuk ngobrol bersama petani yang lain guna membahas strategi pertanian ke depan serta menikmati kopi yang disediakan. Meskipun begitu ketika masa transisi, ekonomi mereka masih tercukupi sang istri yang setiap harinya berjualan nasi boran. Adapun mata pencaharian penduduk selain bertani dan berdagang meliputi antara lain PNS sebanyak 25 orang, Polisi 1 orang, Karyawan 2 orang, wiraswasta 5 orang, dan pekerja bangunan sebanyak 12 orang. Kondisi
perekonomian
Dusun
Kaotan
berbeda
dengan
kondisi
perekonomian di dusun yang lain di Desa Sumberejo, karena hanya di Dusun
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kaotan terdapat mayoritas laki-laki dan perempuan bekerja sama saling membantu dalam menambah pendapatan keluarga. Namun, di dusun lain seperti Dusun Dampit dan Dusun Plandi kebanyakan hanya mengandalkan laki-laki saja yang bekerja sedangkan para perempuan hanya mengurus rumah tangga dirumah sehingga pendapatan warga Dusun Kaotan berbeda dengan pendapatan dusun lainya. II.2.3. Kondisi Sosial Budaya Dusun Kaotan Peneliti tidak menemukan data monografi Dusun Kaotan, oleh sebab itu peneliti melakukan wawancara dengan Sutomo selaku kepala dusun terkait kondisi sosial budaya masyarakat Kaotan. Menurut Sutomo Dusun Kaotan termasuk salah satu dusun yang masih kental dengan ikatan kekerabatan dan gotong royong dalam menyelesaikan permasalahan dusun maupun membantu warga yang kesusahan. Berbagai tradisi juga masih dipertahankan di dusun seperti slametan dan sedekah bumi, slametan ini mencakup slametan kelahiran maupun kematian yang mencakup peringatan 7 hari wafat, 40 hari wafat, 100 hari wafat, dan 1000 hari wafat, ataupun bisa juga digunakan untuk memperingati suatu kejadian tertentu seperti memasuki rumah baru dan lain sebagainya, sedangkan sedakah bumi mereka lakukan guna sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta karena masih diberi kelimpahan rahmat bagi masyarakat Dusun Kaotan. Sedekah bumi dilakukan setiap setahun sekali setelah panen padi dan biasanya dilakukan di setiap awal Agustus di halaman makam Dusun Kaotan di pagi hari. Setiap warga diharuskan membawa sedekah bumi mereka yang dapat berupa buah-buhan, dan nasi tumpeng yang kemudian akan di doai oleh tokoh agama setempat dan baru setelah itu mereka memakan sedekah yang sudah terkumpul secara bersama-sama dengan penuh kebahagian dan rasa syukur, tidak menutup kemungkinan juga banyak warga luar desa maupun dusun lain yang meminta nasi tumpeng dan turut serta menikmati hidangan sedekah bumi itu bersama-sama. Tingkat hubungan sosial sesama warga dusun masih tergolong guyub, suatu contoh ketika ada acara hajatan pernikahan maka seluruh warga yang masih tergolong satu RT (Rukun Tetangga) tersebut akan berbondong-bondong
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
membantu warga yang mempunyai hajatan tersebut dari awal hingga akhir kurang lebih 2 hari 2 malam lebih khusunya laki-laki wajib datang dan perempuan membantu di dapur, sebagai bentuk kontrol sosial aturan yang berlaku kalau ada warga yang tidak hadir membantu setiap harinya akan di denda 60 ribu/hari. Bentuk solidaritas sosial lainya muncul ketika ada salah satu warga yang sakit, maka dusun meminta santunan 5 ribu per KK (Kepala Keluarga) untuk sedikit meringankan biaya warga yang terkena musibah tersebut, selain uang santunan hampir seluruh warga dusun yang merasa mengenal salah satu warga yang sakit maka secara sadar akan berbondong-bondong menjenguk dan memberikan santunan pribadi sebagai bentuk kepedulian. Masyarakat Dusun Kaotan mempunyai 3 jenis keyakinan beragama yang dianut yaitu Islam, Budha, dan Kristen. Mayoritas masyarakat Dusun Kaotan beragama Islam, selebihnya terdapat 1 kepala keluarga yang beragama Budha dan 1 orang beragama Kristen, meskipun Islam sebagai agama mayoritas namun letak toleransi beragama di Dusun Kaotan sangat baik dan saling terbuka dengan agama lainya. Jika ada kegiatan tradisi agama Islam seperti tahlilan dan upacara kematian, maka sebagai bentuk penghormatan agama Islam
warga yang
beragama Budha dan Kristen turut berpartisipasi sebagai bentuk empati dan menghormati undangan, begitupun sebaliknya jika ada upacara pernikahan yang dilakukan agama Budha atau agama Kristen maka warga yang beragama Islam secara sadar dan bersenang hati membantu dan turut berpartisipasi dalam keseluruhan rangkaian acara. Intinya tidak ada pembatas dalam keyakinan beragama yang membuat ikatan hubungan sosial dan gotong-royong di Dusun Kaotan menjadi luntur. II.3. Definisi Nasi Boran dan Sejarah Pedagang Nasi Boran Nasi boran merupakan makanan khas Kabupaten Lamongan, makanan ini hanya dijual oleh para pedagang yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Nasi boran pertama kali muncul di Desa Sumberejo khusunya di Dusun Kaotan yang merupakan sentra makanan khas tersebut. Nasi boran dapat dikenal dengan istilah sego boran, pemilihan kata boran pada mulanya berasal dari tempat nasi yang terbuat dari Anyaman Bambu yang digendong dengan selendang di
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
punggung, sehingga nasi yang diletakkan pada tempat yang disebut boran tersebut kemudian disebut dengan istilah sego boran. Ciri khas dari nasi boran yang menjadi perbedaan dengan makanan lain adalah terdapat beberapa menu seperti pletuk, empuk dan ikan sili. Pletuk terbuat dari nasi yang sudah dikeringkan kemudian dibumbui lalu digoreng. Pengambilan nama tersebut, diambil dari bunyi "pletuk, pletuk" ketika makanan ini dikunyah. Empuk merupakan makanan yang terbuat dari tepung terigu yang dibumbui kemudian digoreng. Ikan sili adalah salah satu jenis lauk pauk yang khas di dalam menu sajian nasi boran, ikan sili tidak selalu di jual setiap hari oleh pedagang karena termasuk ikan musiman. Ikan sili memiliki harga lebih mahal daripada jenis lauk pauk lainya seperti daging ayam, telor, ikan lele, babat, dan lain sebagainya. Dulunya ikan sili termasuk golongan ikan hias, bentuknya panjang seperti ikan belut yang berukuran sedang. Selain ikan sili, nasi boran juga mempunyai ciri khas yang terdapat pada sambal boran yang terbuat dari beberapa rempah-rempah yang sudah dihaluskan. Nasi boran atau sego boran muncul pertama kali sekitar tahun 1850 - 1900 yang biasa digunakan untuk acara tertentu seperti upacara desa sedekah bumi, guna mensyukuri hasil panen dan juga hajatan pada waktu itu. Nasi boran mulai dijual beberapa tahun berikutnya oleh para warga Dusun Kaotan dan warga dusun lain yang ada di Desa Sumberejo. Seperti yang diungkapkan bapak Sutomo sebagai berikut : “Dulu emang warga dusun saya yang jualan pertama mas, nenek moyang kita. Mulai saat nenek saya dulu, terus banyak yang mencoba mengikutinya dari warga sekitar desa. Sampai sekarang ini hampir semua warga saya perempuanya dodolan sego boran, banyak yang terbantu ekonominya. Jadi warga lain seperti orang sawu, sidorukun dan lainya mungkin banyak yang mencoba peruntungan kesuksesan yang sama seperti warga saya”
Pertama dalam proses penjualan, dulu para pedagang menjual nasi boran dengan cara menggendong boran yang berisi lauk di punggung dan menenteng tempat nasin. Mereka menjual dengan cara berjalan kaki berkeliling kampung dan menyebar di sekitar Kecamatan Lamongan. Sejak berdirinya Perumahan Made sekitar tahun 1980 para pedagang nasi boran mulai mengalami perubahan salah
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
satunya dalam proses penjualan yang mulai menetap dan menyebar di beberapa tempat yang ada di Kecamatan Lamongan, tanpa harus berekeliling seperti dulu. Kebiasaan cara menjual nasi boran diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu mereka sebagai bentuk budaya yang terus dilakukan oleh warga Dusun Kaotan. Budaya tersebut berlanjut hingga saat ini dan telah mencapai generasi ke 3 hingga ke 4. Pedagang nasi boran memiliki cara berjualan yang khas dan berbeda dengan pedagang lainya. Mereka berjualan dengan cara lesehan di pinggir jalan raya dan di beberapa tempat lainya, sehingga konsumen ataupun masyarakat tidak akan menjumpai pedagang nasi boran yang mempunyai tempat berjualan seperti warung ataupun depot karena karakter mereka sejak dulu belum pernah berjualan menetap secara permanen.
Gambar 2.1 : Nasi Boran Sumber : Dokumen Pribadi Mayoritas para penjual dari Dusun Kaotan hanya berjualan di wilayah Kecamatan Lamongan, karena pada dasanya mereka tidak mempunyai karakter perantau seperti warga Lamongan lainya yang menjual soto Lamongan di luar daerah Lamongan yang ada di Jawa Timur dan sudah hampir di seluruh daerah di Indonesia. Ketertarikan warga Kaotan yang menginginkan berjualan di daerah Lamongan dan tidak berminat merantau menyebabkan nasi boran kurang dikenal
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
di daerah lain, sehingga banyak pedagang nasi boran yang memadati ruas-ruas jalan di Kabupaten Lamongan. seperti yang diungkapkan oleh Sutomo berikut ini. “Warga dusun saya ini sekitar 99% berjualan Nasi Boran, dan jumlah itu meningkat dari tahun ke tahun salah satunya diakibatkan karena populernya makanan nasi boran yang berasal dari Dusun Kaotan tersebut, dan mereka berjualan hanya di sekitar Kabupaten Lamongan saja di beberapa titik tempat” Selain angka pertumbuhan penjual nasi boran yang meningkat relatif
stabil, dari segi seksualitas keseluruhan para pedagang semuanya adalah perempuan dan mayoritas para ibu-ibu rumah tangga mulai berusia 25 tahun sampai 70 tahun. Para wanita tidak berjualan di usia dibawah 25 tahun karena alasan keluarga, khusunya mengasuh anak. Perempuan yang berusia 25 – 70 di Dusun Kaotan dianggap sudah matang dan berkeluarga, terutama seorang ibu sudah bisa meninggalkan anaknya dirumah dengan kerabat maupun keluarganya yang sudah tidak membutuhkan ASI ekslusif lagi. Faktor-faktor lain yang membuat perempuan tidak berjualan pada usia tersebut yaitu masih sekolah, mempunyai rasa malu dan mencari jodoh. Ada beberapa alasan mengapa hanya wanita yang berjualan nasi boran yaitu: (a) selama berjualan pedagang nasi boran cenderung menjual nasi boran dengan kebiasaan duduk di tikar atau dalam istilah lain disebut Lesehan, dalam hal ini laki-laki dianggap tidak pantas ketika berjualan sambil lesehan karena menurut warga masyarakat Kaotan itu bukan kebiasaan laki-laki apabila mereka berjualan sambil lesehan. Selain itu, apabila di paksakan maka mereka cenderung menganggap bahwa laki-laki kurang telaten ketika menarik konsumen atau menjamu konsumen dan kurang sabar ketika harus menunggu konsumen hanya dengan berduduk santai sambil lesehan; (b) pada mulanya saat berjualan nasi boran seseorang dulu identik dengan menggendong bakul besar yaitu boran berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain dengan berjalan kaki, dari sisi itulah kemudian masyarakat dusun mempunyai pandangan bahwa hanya wanita yang pantas menggendong boran dengan selendang kain, karena apabila lelaki melakukan itu maka dia akan merasa malu dan ditertawakan warga yang lain karena bukan seperti budaya atau kebiasaan pada umumnya. Serta dari riwayat
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sejarah perkembangan nasi boran hanya perempuanlah yang membawa wadah sejenis itu untuk digunakan mengirim bekal ke sawah maupun keperluan lainya seperti berjualan nasi boran. Sehingga kebiasaan ini terus mengakar hingga sekarang. Seperti yang diutarakan oleh bapak Sumantri selaku kepala desa : “itu sudah kebiasaan dari munculnya nasi boran mas,he he. Istilahe wong lanang gendong boranan iku gak pantes mas, opomane mbiyen kerjone tani. Dadi wong wedok seng ngewangi dodolan nak dalan”.
Ibu-ibu penjual nasi boran banyak ditemukan disetiap sudut Kota Lamongan. Beberapa pedagang berjualan dengan cara mangkal dalam satu tempat dengan jumlah bervariasi, ada yang berkisar tiga orang, lima orang dan bahkan bisa sampai tiga puluh orang penjual nasi boran. Biasanya para mereka berjualan di sepanjang jalan KH. Ahmad Dahlan tepatnya di depan RS. BP Muhammadiyah Lamongan, di Pasar Plaza Lamongan, sepanjang jalan Basuki Rahmat, Perumahan Made, Alun-alun Lamongan, wilayah sekitar kantor bupati, perempatan lampu merah jalan dan menetap di Desa Sumberejo sendiri. Pedagang nasi boran berjualan sesuai jam yang sudah mereka tentukan. Pedagang nasi boran yang berjualan di sekitar wilayah Lamongan dalam waktu 24 jam mempunyai jam kerja berjualan masing-masing sesuai dengan kemauan mereka dan strategi mereka mendapatkan pelanggan. Berikut merupakan tabel persebaran pedagang nasi boran yang ada di Lamongan :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.1 Persebaran Pedagang Nasi Boran Shift
PAGI – SIANG
SORE – MALAM
Jumlah Pedagang
Jam Kerja
Tempat berjualan
11 orang
06.00 – 13.00
Pemkab Lamongan (trotoar samping selatan gedung pemkab)
2 orang
07.00 – 13.00
2 orang 1 orang
07.00 – 14.00 06.00 – 13.00
2 orang 1 orang 1 orang 23 orang
06.00 – 12.00 05.00 – 10.00 07.00 – 13.00 14.00 - 22.00
11 orang
14.00 – 20.00
3 orang 2 orang 1 orang 4 orang
15.00 – 22.00 15.00 – 22.00 16.00 – 24.00 16.00 – 24.00
Depan Plaza Lamongan samping jalan raya Dalam plaza Lamongan Ruko samping utara alun-alun Lamongan Samping timur alun-alun Lamongan Depan SMA Panca Marga Jembatan Made sebelah timur Depan Plaza Lamongan samping jalan raya Pemkab Lamongan (trotoar samping selatan gedung pemkab) Pertigaan jalan Basuki Rahmat Perumnas Made Jalan Mojo pasar tingkat Perempatan lampu merah masjid sunan drajat Kec Lamongan
Sumber : Data Lapangan 2016 Pedagang nasi boran mengalami berbagai bentuk perubahan baik dari segi makanan dan cara penjualan. Adapun perubahanya mencakup hal-hal sebagai berikut : II.3.1 Perubahan dari Berkeliling Menjadi Menetap Nasi boran pada mulanya pertama kali dijual oleh warga Dusun Kaotan Desa Sumberejo, dalam kaitanya dengan sejarah nasi boran Lamongan. Pertama pedagang menjajakan nasi boran dengan cara berkeliling disetiap kampungkampung yang ada di Lamongan. Sebelum akses jalan sudah tertata dan bagus
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
seperti sekarang, pedagang yang berasal dari Dusun Kaotan berjualan dengan cara berjalan kaki sambil meneriakkan “sego boran” di area pemukiman masyarakat. Menurut pedagang yang sudah lama berjualan nasi boran sekitar tahun 1980 setelah banyaknya renovasi dan pembangunan di Lamongan seperti pembangunan jalan dan kemunculan perumahan Made, maka sejak itu sudah mulai muncul perubahan dalam pola penjulan pedagang dari yang semula berkeliling kemudian menetap di berbagai titik tempat. Perubahan pola penjualan tersebut tidak serta merta serentak dilakukan oleh keseluruhan pedagang, tapi hanya diawali oleh berbagai pedagang saja dan kemudian diikuti oleh pedagang lainya menurut perkembangan dari tahun ke tahun. II.3.2. Perlengkapan yang Dipakai Membungkus Makanan Pedagang nasi boran dari segi bahan yang digunakan telah mengalami perubahan seperti bahan untuk membungkus nasi yang semula menggunakan daun plasa menjadi daun pisang, kemudian berubah lagi menjadi kertas minyak mengikuti arus perkembangan zaman. Faktor perubahan tersebut karena pedagang menganggap mencari daun pisang lebih sulit didapatkan, sehingga lebih efektif menggunakan kertas minyak karena pedagang dapat lansung memakainya, tidak seperti daun pisang yang perlu memotong menjadi beberapa bagian terlebih dahulu ataupun membeli daun plasa yang sudah sangat langkah. Hal ini menimbulkan dampak positif yaitu efisiensi waktu. II.3.3. Peralatan Mengolah Masakan Nasi Boran Pedagang nasi boran telah mengalami perubahan dari segi mengolah masakan dan peralatan yang digunakan, cara memasak bahan pembuatan nasi boran yang semula dimasak di pawon (tempat memasak yang terbuat dari tanah liat atau batu bata) dengan kayu bakar kemudian berubah menggunakan kompor LPG(Liquefied Petroloum Gas). Perubahan tersebut dianggap lebih efektif karena lebih mudah dan hemat, selain itu terdapat perubahan pada cara mengolah bumbu yang dulunya diulek dengan cobek (alat menghaluskan terbuat dari tanah liat) kemudian berubah menggunakan blender. Perubahan-perubahan tersebut dianggap membuat nasi boran menjadi kurang sedap. II.3.4. Variasi Lauk Pauk yang Disediakan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pedagang nasi boran telah mengalami beberapa inovasi dari segi lauk pauk. Pada awal perkembangan nasi boran lauk pauk yang dijual pedagang ratarata mempunyai variasi sedikit yaitu hanya sebatas ikan bandeng dan telur. Pada tahun 2016 ini, pedagang nasi boran sudah mengembangkan berbagai variasi makanan
mereka
menjadi
beranekaragam,
alasan
mereka
memilih
mengembangkan variasi makanan tersebut sebagai bentuk menarik minat konsumen yang mempunyai kesenangan terhadap lauk pauk yang beranekaragam, karena konsumen sekarang dianggap sudah banyak yang pilih-pilih makanan atau lauk yang dijual. Sebagaimana yang diungkapkan ibu Kartiani sebagai berikut : “Dulu tahun saya berjualan sekitar tahun 80an, lauknya cuman bandeng dan telor saja mas, terus bertambah ada ayam, jenis ikan lainya, dan buanyak sepert sekarang. Masyarakat sekarang banyak yang pilih-pilih mau makan ikan apa, jadi kami menyediakan apa yang biasa orang inginkan untuk dimakan. Kalau ikanya hanya bandeng dan telor seperti dulu, orang mudah bosan mas. Hehe”
II.3.5. Perubahan Harga Pedagang nasi boran selama berjualan telah mengalami beberapa perubahan harga secara vertikal. Peningkatan harga nasi boran secara kolektif diikuti oleh pedagang lainya, adapun ketika terdapat pedagang yang tidak menggunakan harga kesepakatan, maka dia secara langsung akan mendapat sanksi sosial yaitu berupa cemooh dari pedagang lainya, karena dianggap merebut pelanggan tetapnya. Konsumen cenderung memilih pedagang yang memiliki harga lebih murah dari pedagang lainya sebagai pilihan rasional. Sekarang nasi boran dipatok dengan harga Rp. 8.000,00/bungkus (terhitung hanya satu lauk yang dipilih), harga itu meningkat semenjak bulan puasa tahun lalu yang sebelumnya Rp. 7.000,00/bungkus. Pedagang meningkatkan harga nasi boran hanya berkisar Rp. 1.000,00 setiap fase perubahan. Hal itu terjadi karena pedagang takut kehilangan konsumen secara drastis apabila meningkatkan harga lebih dari Rp 1.000,00. Pedagang lebih memilih mendapatkan keuntungan sedikit dengan banyak pelanggan daripada untung banyak tapi pelanggan sedikit. Perubahan yang dilakukan pedagang tidak mendapat sorotan dari berbagai kalangan masyarakat karena tidak mempunyai dampak yang signifikan, namun ada beberapa perubahan yang menjadi perbincangan publik yaitu perubahan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perlengkapan dan peralatan yang digunakan. Sebagai contoh dari segi bahan pembungkus nasi boran seperti kertas minyak membuat bau yang dilhasilkan dari bumbu tersebut menjadi kurang nikmat, tidak seperti ketika menggunakan daun pisang yang memunculkan aroma alami dan sedap sehingga menambah kenikmatan dari nasi boran. Cara mengolah bumbu dengan menggunakan blender juga membuat cita rasa makanan nasi boran sedikit berkurang karena banyaknya pandangan kolektif bahwa bumbu yang di ulek menggunakan cobek akan terasa lebih nikmat. Bumbu ulek yang diolah dengan kerja keras para pedagang menggunakan cobek, dianggap lebih nikmat dan khas dibandingkan bumbu pada blender. II.4. Proses Pewarisan Pembuatan Nasi Boran Pewarisan bisa diartikan sebagai salah satu proses penurunan dari satu orang ke orang yang lain, dimana individu tersebut bisa bertindak sebagai orang yang berpengalaman dan mempunyai sesuatu hal yang dapat diturunkan kepada orang lain. Beberapa hal yang biasa diwariskan dapat berupa skill, materi, karakterisitik, kepercayaan, dan lain sebagainya. Salah satu bentuk pewarisan juga dapat dilihat di dalam masyarakat tradisional, dimana budaya yang sudah ada kemudian dilestarikan dan dipercaya sebagai salah satu ciri khas masyarakat tersebut. Seperti halnya budaya berjualan nasi boran di Dusun Kaotan Desa Sumberejo. Dusun Kaotan sebagai dusun sentra makanan nasi boran, mempunyai potensi pendapatan yang cukup tinggi dari mata pencaharian penduduk sebagai pekerja sektor informal. Kebiasaan berjulan sudah menjadi budaya masyarakat Kaotan, hampir keseluruhan warga lebih khususnya perempuan ibu rumah tangga menjalankan usaha sebagai pedagang nasi boranan atau punya track record sebagai pedagang nasi boran. Ketergantungan ekonomi terhadap salah satu mata pencaharian ini dibilang sudah tertanam cukup lama . Pendapatan yang di dapat dari proses berjualan terbilang cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga warga Dusun Kaotan. Keuntungan yang diperoleh dapat menambah pendapatan mereka yang bekerja sebagai petani, baik sebagai pemilik
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lahan pertanian maupun buruh tani. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh ibu kartini sebagai berikut : “ Hasil jualan sego boran ya luamayan lha mas, iso gawe nyekolahne anak dan makan sehari-hari, bapak’e kerjo tani yo gak isok di jipno”
Kondisi fisik yang semakin menua dan lemah, menjadikan beberapa warga Dusun Kaotan yang bekerja sebagai pedagang nasi boran mengambil tindakan untuk mengurangi risiko seperti menurunya ekonomi keluarga karena faktor usia atau kondisi fisik tertentu. Salah satu hal yang sering dilakukan adalah mencoba melihat peluang apakah terdapat anggota keluarga yang mampu meneruskan budaya berjualan nasi boran untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Biasanya mereka memilih anak perempuan sendiri yang sudah menikah namun tidak sedang bekerja atau hanya mengurus keluarga dirumah untuk dijadikan penerus berjualan nasi boran. Apabila tidak mempunyai anak perempuan, pedagang tersebut melibatkan menantu mereka untuk membantu berdagang dan kelak bisa mewarisi usaha tersebut. Namun usaha tersebut tidak serta merta dapat diputuskan oleh pedagang yang mewariskan pada anak ataupun menantu mereka, melainkan melihat persetujuan dari orang yang mewarisi tersebut. Dari hasil percakapan dengan pedagang, peneliti menemukan 3 orang yang biasa menjadi ahli waris atau meneruskan berjualan nasi boran, serta bagaimana dari setiap orang tersebut menerima bentuk pewarisanya masing-masing secara langsung ataupun tidak langsung : II.4.1. Pewarisan Kepada Anak Perempuan Pewarisan kepada anak perempuan merupakan salah satu bentuk membangun karakter anak dengan berbekal skill dan pengetahuan untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai seorang pedagang. Mereka mendidik anaknya agar kelak mampu bekerja membantu sang suami, salah satu contohnya adalah memberikan pengetahuan mengenai skill berjualan nasi boran. Fenomena ini sering terjadi di Dusun Kaotan sekitar tahun 1900 – 1980, mereka cenderung mendidik anak perempuan mereka agar mampu berjualan nasi boran sebagai salah satu modal kelak ketika mereka bingung mencari pekerjaan sebagaana yang diungkapkan sutomo sebagai berikut:
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
“Mbien pas metu cikal bakal sego boran sekitar tahun 1900an iku akeh seng dodol sego boran mas jare bapakku, nerusno ibuk.e. koyok ibukku mbien ngulangi mbakku wedok dodolan sego boran. Nek saiki mulai tahun 90an wes podo pinter sekolah duwur golek kerjo liane”
Pedagang dapat mendidik dengan mengajari anak mengolah makanan sejak dia masih kecil sampai melihat ibu mereka berjualan nasi boran. Pada zaman yang sudah berkembang dan teknologi sudah merambah masyarakat, pewarisan tersebut sudah semakin luntur karena setiap keluarga sudah mempunyai pemikiran strategis mengenai masa depan anaknya dan lebih mementingkan pendidikan. Seperti yang diungkapkan Pak Sutomo sebagai berikut : “Yo iki bedane mbiyen mbek saiki mas, mbiyen anak wedok iku di kongkon tani karo dodolan sego boran. Iku pas zamanku. Tapi saiki yo uwes bedo. Anak-anak e di kongkon sekolah seng duwur ben istilahe iso dadi wong luwe apik teko wong tuone. Iso kerjo luwe adem mas.”
II.4.2. Pewarisan Kepada Anak Mantu Pewarisan kepada menantu dilakukan oleh pedagang nasi boran yang bertindak sebagai mertua dengan memberikan peluang bagi menantu mereka yang tidak bekerja atau mau bekerja sebagai pedagang. Mulanya mertua mencontohkan kesuksesan yang dia miliki selama berjualan nasi boran sehingga membuat sang menantu tertarik dan mau menggeluti bidang yang sama. Saat menantu sudah tertarik, maka proses selanjutnya adalah memberikan pengetahuan dan skill cara berdagang. Setelah dirasa siap maka menantu tersebut dapat terjun berjualan sendiri atau ditemani sang mertua apabila dia masih belum terbiasa. Menantu yang mulai berdagang dapat menempati area berjualan yang disiapkan mertua atau untuk menggantikan mertua berjualan karena alasan tertentu, seperti kondisi mertua yang sudah semakin tua atau karena sakit. II.4.3. Pewarisan Kepada Kerabat Pewarisan kerabat dilakukan apabila anak perempuan atau menantu tidak mau melanjutkan berjualan orang tuanya karena mendapatkan pekerjaan lain yang disukai. Pedagang tersebut memberikan kesempatan bagi kerabat dekat yang mau ikut berjualan denganya. Pewarisan dapat berlangsung karena ajakan pedagang kepada kerabat supaya mau menggantikan dia berjualan dengan area tempat yang
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sudah ada dan justru kerabat itu yang meminta bantuan kepada pedagang tersebut agar bisa memulai bekerja di bidang yang sama. Sejak generasi ketiga maupun keempat pada awal abad ke 20 ini, para pedagang sudah cukup rasional melihat masa depan anak perempuan yang dimilikinya seperti yang diungkapkan mbak erna sebagai berikut : “oh jangan mas, heheh. . . wong mbiyen karo sekarang beda. Dulu sebelum tahun 90an orang itu apa adanya, mangkanya saya tetep jadi pedagang, tapi untuk anak saya, jangan sampai seperti saya mas, biar dia kelak bisa bekerja lebih layak dan sekolah tinggi, biar saya,ibu dan nenek saya aja yang jualan nasi boran” Pedagang cenderung berusaha semaksimal mungkin supaya anak perempuan mereka tidak bekerja sebagai pedagang seperti dirinya. Pedagang tersebut berharap anak mereka dapat bersekolah tinggi dan mempunyai kerja yang layak seperti menjadi guru, dokter, ataupun pegawai. Perubahan cara pandang itu adalah dampak dari berkembangnya zaman yang semakin maju dan kebutuhan semakin dinamis. Adanya perubahan zaman ini membuat pekerjaan sektor informal dianggap kurang menjanjikan dan lebih kasar dibandingkan pekerjaan sektor formal.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III POLA KERJA PEDAGANG NASI BORAN Bab III ini membahas macam pedagang nasi boran menurut tempat dan waktu berjualan, cara memperoleh modal, pembelian bahan-bahan nasi boran, pembuatan nasi boran, penjualan nasi boran, penetapan harga dan distribusi tenaga kerja. III.1. Macam Pedagang Nasi Boran Menurut Tempat Berjualan Tempat berjualan merupakan unsur penting dalam keberhasilan suatu usaha salah satunya bagi para pedagang. Lokasi menentukan pencapaian promosi penjulan yang dilakukan setiap pedagang, dimana promosi dapat dikatakan berhasil apabila kerumunan massa atau target konsumen dapat memenuhi tujuan penjualan, lokasi yang strategis menurut pedagang nasi boran meliputi tempat dimana mereka bisa menemukan kerumunan massa dari penyediaan fasilitas umum seperti pasar tingkat Lamongan dan alun-alun Lamongan serta akses jalan raya sebagai media penghubung antar kabupaten seperti jalan raya di depan plaza Lamongan
yang
menghubungkan
Kabupaten
Gresik,
Surabaya,
Tuban,
Bojonegoro, dan Mojokerto. Pedagang yang berjualan ditempat tersebut cenderung mempunyai kesempatan lebih banyak untuk memperoleh keuntungan karena makanan yang dijual bisa cepat habis, berbeda dengan pedagang yang hanya berjualan di perumahan Made dimana mayoritas segmen konsumen yang beli merupakan warga Made, sedangkan ketika di kerumunan massa seperti di plaza dan alun-alun Lamongan konsumen yang membeli dari berbagai jenis lapisan masyarakat dan dari berbagai daerah baik asli Lamongan maupun luar Kabupaten Lamongan. Faktor lain terkait tempat adalah Lahan Parkir Jenis Kendaraan. Faktor ini cukup mempengaruhi pedagang nasi boran selama proses penjualan. Ada dua jenis perbedaan antara pedagang yang berjualan di sekitaran jalan depan Plaza
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lamongan dan pedagang yang berjualan di sekitar gedung pemerintah Kabupaten Lamongan. Pedagang yang berjualan di depan plaza Lamongan jarang sekali ditemukan pembeli atau konsumen yang menggunakan mobil, karena konsumen yang mengendarai mobil juga merasa bahwa dia tidak bisa memakirkan mobilnya disembarang tempat. Suasana yang sudah cukup macet dan apabila dipaksakan memarkir mobil di bahu jalan maka akan mengganggu pengendara yang lain. Calon pelanggan yang mengunakan mobil biasanya membeli nasi boran di sekitar Pemerintah Kabupaten Lamongan. Berikut merupakan beberapa tempat yang digunakan pedagang nasi boran berjualan: III.1.1. Plaza Lamongan Plaza Lamongan merupakan salah satu tempat perbelanjaan yang ada di Lamongan. Tempat ini berada di Jalan Panglima Sudirman dan termasuk jalan pantura yang menghubungkan berbagai daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Tuban, Bojonegoro, Gresik, dan Mojokerto, sehingga memilih area tempat berjualan tersebut merupakan pilihan rasional pedagang karena jalan tersebut merupakan area padat penduduk dalam beraktivitas. Selain itu, area Plaza Lamongan juga termasuk tempat pemberhentian tranportasi umum sepeti bus, bemo, ojek, becak, dan juga berdekatan dengan Stasiun Lamongan tempat pemberhentiaan kereta api jalur Bojonegoro-Surabaya. Dari segi persebaranya, terdapat 2 area di mana dapat dijumpai pedagang berjualan. Pertama, di Plaza Lamongan bagian dalam terdapat aktivitas ekonomi masyarakat karena terdapat sebuah pasar tradisional dan berbagai pedagang lainnya berjualan seperti pedagang warung kopi dan pedagang nasi boran. Pedagang nasi boran yang berjualan di dalam Plaza Lamongan sejumlah 2 orang, kedua pedagang tersebut berasal dari Dusun Kaotan yang berjualan dari pagi sampai siang sekitar pukul 07.00-12.00 WIB atau hingga masakan nasi boran terjual sampai habis. Sebelum berjualan di dalam Plaza Lamongan, mereka menempati area ruko Pasar Tingkat Lamongan, kemudian sekitar tahun 2009 mereka pindah ke komplek Plaza Lamongan sebagai dampak kebakaran pasar tingkat. Mereka direlokasi oleh pemerintah daerah ke Plaza Lamongan sebagai
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bentuk kebijakan alternatif supaya para pelaku ekonomi seperti pedagang nasi boran tersebut dapat berjualan kembali, selebihnya pedagang yang lain dipindahkan ke sisi bagian luar Plaza Lamongan atau samping jalan raya pantura.
Gambar 3.1. Pedagang Nasi Boran Sumber : Dokumen Pribadi Kedua, pedagang nasi boran yang berjualan di ruas jalan sekitar plaza Lamongan dari arah timur dengan batas pertigaan jalan veteran Lamongan sampai ke barat dengan batas pertigaan lampu merah jalan Lamongrejo. Terdapat sekitar 20 – 25 orang pedagang yang berjualan dengan saling berdekatan. Alasan pedagang berjualan di luar trotoar plaza Lamongan adalah untuk menarik para konsumen yang berada di daerah padat penduduk dan para pemakai jalan antar kota. Melakukan jual-beli di trotoar sekitar plaza Lamongan akan semakin mempermudah para konsumen untuk bersinggah terutama para pemakai jalan antar kota dikarenakan lokasinya tidak jauh dari jalan pantura. Tempat tersebut cukup strategis untuk memikat para pengendara yang melihat para pedagang saling berjualan berdekat-dekatan walupun hanya sekedar untuk mencicipi atau mencoba makanan khas Lamongan yang popular tersebut. Waktu berjualan antara pedagang yang berjualan di dalam Plaza Lamongan dengan pedagang yang berjualan luar plaza mempunyai pembagian waktu yang berbeda. Menurut Sutomo selaku kepala Dusun Kaotan menyatakan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bahwa warganya yang berjualan di dalam Plaza Lamongan berjualan dari pagi jam 07.00 WIB - 12.00 WIB, sedangkan warganya yang berjualan disekitar ruas jalan plaza Lamongan berjualan dari siang jam 13.00 WIB - 23.00 WIB. Waktu berjualan tersebut bisa menjadi lebih singkat apabila nasi boran sudah terjual habis. III.1.2. Alun-Alun Lamongan Alun-Alun Lamongan merupakan sarana yang dibangun sebagai bentuk fasilitas umum yang dapat digunakan masyarakat dalam menjalankan aktivitas seperti bermain, sarana tempat hiburan, tempat berkumpulnya masyarakat ketika weekend maupun hari-hari penting seperti malam takbiran hari raya idhul fitri maupun idhul adha. Selain itu juga termasuk salah satu tempat sering diadakanya event-event pemerintah daerah maupun komunitas. Secara fungsional alun-alun tersebut kemudian dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam bidang ekonomi. Seperti para penjual nasi boran yang setiap hari menjajakan makanan khas tersebut di sekeliling alun-alun Lamongan. Pedagang nasi boran yang berjualan di Alun-Alun Lamongan rata-rata berjualan dari pagi hingga petang sekitar pukul 05.30—14.00 WIB, jumlah pedagang yang berjualan di area ini sampai tahun 2015 sebanyak 10 pedagang dengan rincian: Sebelah Timur
: 3 pedagang
Sebelah Barat
: 3 Pedagang
Sebelah Selatan
: 2 Pedagang
Sebelah Utara
: 2 pedagang
Secara umum, alasan para pedagang nasi boran ini berjualan di Alun-Alun Lamongan karena merupakan tempat yang strategis dan fasilitas kota yang paling ramai dikunjungi warga Lamongan maupun luar Lamongan. III.1.3. Kantor Bupati Lamongan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kantor Bupati Lamongan merupakan salah satu gedung pemerintahan daerah yang berada di Jalan Basuki Rahmat, Kecamatan Lamongan lebih khususnya tepat disamping selatan alun-alun kota. Selain sebagai tempat untuk mengatur pemerintahan daerah, tempat ini juga menampung beberapa pelaku ekonomi sektor informal seperti tukang becak, ojek, dan juga penjual nasi boran. Penjual nasi boran yang berada di wilayah ini terdapat sekitar 19 penjual dengan rincian 8 orang shift pagi (06.00-12.00) dan 11 orang shift siang (13.00-20.00). Keseluruhan pedagang memadati sebelah selatan kantor Bupati Lamongan dengan sistem berjualan saling berdekatan. Alasan umum para pedagang memilih tempat ini dan hanya memadati sisi sebelah selatan adalah sebagai berikut. Pertama, sisi sebelah selatan kantor bupati merupakan salah satu jalan yang berada dipertigaan kota yang menghubungkan kota Lamongan dengan kota Mojokerto. Pedagang beranggapan jika berjualan dipertigaan jalan dapat memasarkan nasi boran pada para pengendara maupun pejalan kaki yang melewati pertigaan jalan tersebut. Kedua, jalan tersebut berada tidak jauh dari 2 hotel yang ada di Lamongan, sehingga mereka merasa diuntungkan dengan memilih tempat disamping selatan kantor bupati karena banyak para wisatawan yang menginap di hotel tersebut. Wisatawan tersebut dapat melihat para pedagang nasi boran yang berjejer di depan hotel pada persimpangan jalan, sehingga banyak diantara mereka kemudian membeli nasi boran meskipun hanya sekedar mencoba sebagai bentuk rasa ingin tau pada salah satu makanan khas Lamongan yang cukup popular tersebut.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 3.2. : Lokasi berjualan pedagang berdekatan dengan Hotel Elresas Sumber : Dokumen Pribadi Ketiga, karena jalan yang digunakan pedagang nasi boran itu merupakan jalan yang tidak padat kendaraan, sehingga memungkinkan para pengendara mobil dapat parkir ditepi jalan untuk sekedar membeli makanan nasi boran. Hal itu berbeda dengan para penjual nasi boran di sekitar Plaza Lamongan yang mayoritas pembelinya adalah para pengendara motor. Sekitar jalan plaza Lamongan merupakan jalur pantura yang menghubungkan antar kota sehingga tidak memungkinkan para pengendara mobil menepi disekitar jalan yang padat.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 3.5. : Interaksi Pedagang dengan Pembeli Sumber : Dokumen Pribadi Keempat, karena alasan keluarga. Tidak sedikit para penjual yang berjualan di sekitar kantor bupati sebagai bentuk meneruskan tempat berjualan warisan keluarga seperti yang diutarakan oleh ibu ita (sholikah) sebagai berikut : “Ndak mas, saya dapat tempat ini warisan yu saya yang meninggal 3 tahun yang lalu. Tempatnya ramai, jadi saya yang nerusin berjualan disini. Sebelum meninggal dulu juga sudah disuruh gantiin almarhum”
III.1.4. Pertigaan Jalan Basuki Rahmat Pertigaan jalan basuki rahmat merupakan jalan yang mengubungkan Kecamatan Lamongan dengan Kecamatan Sugio. Salah satu alternatif jalan yang digunakan para pengendara menuju Kota Lamongan selain melewati jalan utama pantura. Jalan ini tidak padat kendaaan yang melintas dan volume kendaraan yang melintas hanya berukuran sedang, karena pada umunya hanya kendaraan seperti mobil pribadi dan motor yang biasanya melintas melewati jalan ini. Kondisi tersebut kemudian bisa dimanfaatkan pedagang nasi boran untuk berjualan di bahu jalan dengan cara duduk di kursi kecil sambil menunggu pembeli. Jumlah pedagang nasi boran yang berjualan di tempat ini ada 3 orang (berasal dari Dusun Kaotan) yang berjualan dari sore hari sampai larut malam. Ada sedikit perbedaan yang dilakukan pedagang ini dengan pedagang ditempat lain yaitu perlengkapan yang digunakan. Tiga pedagang yang berjualan ditempat ini tidak membawa tikar dan payung seperti pedagang pada umumnya. Tikar dan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
payung merupakan alat untuk melindungi konsumen saat hujan. Di tempat ini mayoritas pelanggan atau konsumen yang mereka layani kebanyakan membeli nasi boran atau lauknya saja dan dibungkus untuk dimakan dirumah. Apabila ada konsumen yang menginginkan makan ditempat, maka konsumen tersebut bisa mencari tempat disekitar pedagang yang menurut mereka nyaman yaitu duduk di rukoh belakang pedagang nasi boran berjualan. Secara umum alasan pedagang berjualan ditempat ini dikarenakan jarak dan tempat yang strategis. Jarak antara jalan basuki rahmat dan Dusun Kaotan yang relatif dekat membuat mereka memilih tempat tersebut dan juga lokasi ini dianggap strategis untuk memasarkan nasi boran dikarenakan dipertigaan jalan basuki rahmat merupakan area banyak pengunjung dari pemakai jalan yang dapat melihat pedagang berjualan. III.1.5. Perumahan Made Perumahan made merupakan salah satu area tempat yang dipilih pedagang nasi boran untuk berjualan, terdapat kurang lebih 3-5 pedagang yang berjualan di tempat ini mulai sore hari sampai malam hari. Pedagang tersebut tidak seperti pedagang lainya yang saling berjulan berdekatan melainkan menyebar terpisah di berbagai titik. Pedagang memilih berjualan di tempat ini dikarenakan faktor lokasi yang dekat dengan tempat tinggal mereka baik dari Desa Sumberejo maupun warga Perumahan Made itu sendiri. Target konsumen mereka adalah warga lingkungan Made di sekitarnya, mereka menganggap bahwa warga perumahan mempunyai finansial lebih baik dan mempunyai rutinitas yang padat sehingga memilih cara praktis untuk makan dengan cara membeli nasi boran kepada pedagang yang berjualan di sekitar perumahan Made. Berbeda dengan pedagang yang ada di samping jalan, pedagang yang berjualan di tempat ini membawa semacam meja kecil sebagai tempat menaruh nasi boran beserta lauknya. Secara umum dari kelima tempat tersebut, tidak ada perbedaan lain yang mencolok dari sesama pedagang nasi boran tersebut. Pedagang tersebut mempunyai pola kerja yang sama meskipun mereka berjualan di tempat yang berbeda. Keseluruhan dari pedagang tersebut menjual dengan variasi lauk pauk yang sama dan juga sayur-sayuran. Namun, perbedaan yang muncul hanya sebatas
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
rasa kenikmatan dari racikan nasi boran tersebut yang tentunya berbeda dari masing-masing pedagang sehingga berdampak pada banyak atau sedikitnya konsumen yang membeli yang kemudian mempengaruhi besar kecilnya pendapatan. III.2. Macam Pedagang Nasi Boran Menurut Waktu Berjualan Pedagang berjualan secara bergantian dan bisa dijumpai di Kabupaten Lamongan hampir 24 jam di tempat-tempat tertentu dan di jam tertentu pula. Terdapat 4 jenis waktu pedagang nasi boran yang berjualan : III.2.1. Dini Hari Pedagang yang berjualan di petang hari sekitar pukul (3.00 WIB – 7.00 WIB), biasanya pedagang yang berjualan ini merupakan warga Kaotan yang berjualan tidak jauh dari tempat tinggal mereka seperti di jembatan perumahan Made, target mereka berjualan biasanya pembeli dari kalangan warga desa Kecamatan Lamongan yang mencakup anak-anak mau berangkat sekolah, masyarakat yang mau bekerja yang belum sarapan, serta pengguna jalan yang pengen membeli nasi boran. III.2.2. Pagi - Siang Pedagang yang berjualan pagi hari sampai siang hari sekitar pukul (7.00 WIB – 13.00 WIB), biasanya pedagang yang berjualan pagi hari ini berada di sekitar alun-alun dan pemkab Lamongan, target mereka mulai bervariasi yaitu masyarakat pekerja formal maupun informal seperti tukang becak, ojek, serta segmen konsumen lainya dari berbagai kepentingan seperti pelajar, mahasiswa, wisatawan, dan lain sebagainya. III.2.3. Siang – Sore Pedagang yang berjualan siang sampai malam hari sekitar pukul ( 13.00 WIB – 20.00 WIB). Pedagang ini merupakan shift kedua dari pedagang pagi hari yang berjualan di sekitaran pemkab Lamongan dan juga pedagang yang berjualan di depan plaza Lamongan. Target konsumen yang dijumpai sangat bervariatif dari berbagai kalangan dan kepentingan, namun kebanyakan dari pembeli adalah langganan sendiri dan masyarakat umum.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.2.4. Malam Hari Pedagang yang berjualan sore sampai malam hari sekitar pukul ( 22.00 WIB – 1.00 WIB). Pedagang yang berjualan pada jam ini berada pertigaan Pertigaan Jalan Basuki Rahmat. Target konsumen yang variatif dan mempunyai langganan sendiri dan masyarakat umum terutama warga Lamongan sendiri. Secara umum dari empat macam jam berjualan tersebut, pedagang nasi boran mempunyai pola kerja yang sama. Namun, waktu dimana pedagang paling banyak melakukan aktivitas jual beli dengan pembeli dijumpai pada waktu siang – sore hari yaitu sekitar pukul 13.00 – 20.00 WIB karena pada jam tersebut banyak diantara masyarakat yang sudah selesai beraktivitas seperti pelajar pulang sekolah, mahasiswa pulang kuliah, pekerja sektor formal dan informal yang sudah pulang bekerja sehingga banyak dari mereka yang mempunyai kesempatan untuk istirahat di rumah dan menyempatkan membeli nasi boran. III.3. Cara Memperoleh Modal Pedagang nasi boran Dusun Kaotan ketika memulai usaha berjualan, dihadapkan pada tantangan mendapatkan modal usaha, modal yang diharapkan mereka adalah sejumlah uang yang bisa digunakan untuk membeli perlengkapan berjualan nasi boran seperti : boranan, payung, panci besar, dan beberapa tikar. Selain itu modal juga dapat digunakan untuk membeli beberapa kebutuhan lauk pauk untuk berjualan. Modal yang digunakan para pedagang Dusun Kaotan keseluruhanya diperoleh dari penjualan hasil panen mereka, karena sistem matapencaharian penduduk Dusun Kaotan maupun Desa Sumberejo adalah petani atau penggarap sawah. Hasil panen tersebut digunakan pedagang sebagai modal usaha, karena proses penjualan nasi boran secara praktis menurut warga setempat tidak membutuhkan jumlah modal yang cukup banyak yaitu sekitar 1 – 1,5 juta rupiah. Hasil panen bagi warga pedagang merupakan sebuah tabungan hidup yang dapat digunakan untuk keperluan apapun terutama keperluan mendesak yang membutuhkan uang secara cepat, salah satunya adalah untuk keperluan modal sang istri berjualan nasi boran. Selain dari hasil panen pedagang juga mulai mendapat penawaran-penawaran modal dari pihak luar seperti koperasi simpan-
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pinjam, atau bank cabang Lamongan. Namun, mereka lebih banyak memilih modal dari hasil panen sendiri karena sedikit resiko yang dirasakan. Pedagang juga percaya bahwa uang yang diperoleh dari hasil panen saja sudah cukup untuk membuat mereka dapat berjualan nasi boran meskipun pada awalnya mulai merintis dari produksi yang lebih kecil atau lebih sedikit dari pedagang-pedagang lainya yang sudah lama dan berpengalaman. III.4. Pembelian Bahan-bahan Nasi Boran Setiap makanan mempunyai bahan sebagai salah satu syarat dasar terpenting dalam membuat cita rasa makanan menjadi lezat dan khas. Pedagang membuat nasi boran dari berbagai bahan untuk dibuat selezat mungkin agar mampu memikat konsumen. Lauk yang ditawarkan bervariasi dan beranekargam seperti ikan gabus, ikan lele, ikan mujair, ikan sili, ikan bandeng, ikan belut, udang, ayam, cumi, otak-otak, jeroan, telur asin, telur dadar, telur puyuh, dan lain sebagainya. Variasi lauk nasi boran dilihat oleh pedagang secara diakronik, menunjukkan bahwa lauk yang paling banyak di cari adalah ayam. Lauk tersebut merupakan ciri khas dari para penjual nasi boran yang banyak dijual kepada pembeli. Pedagang tidak membeli bagian tubuh ayam seperti bagian dada dan pantat ayam dikarenakan sedikitnya konsumen yang berminat membeli bagian tersebut. Menurut pedagang sejak dulu kebiasaan menjual nasi boran tidak menyertakan bagian dada dan pantat ayam sebagai bahan makanan, sehingga untuk mencapai produktivitas massal pedagang hanya membeli sayap ayam, ceker, dan kepala ayam. Para penjual mencoba menemukan pemasok yang mampu menyediakan bahan-bahan tersebut setiap saat kepada para penjual nasi boran. Setiap penjual nasi boran mempunyai langganan pemasok ayam masingmasing. Mayoritas pedagang membeli bahan makanan untuk lauk pauk di beberapa tempat yang menurut mereka dekat dengan tempat berjualan. Ada beberapa tempat yang menjadi alternatif dalam memilih penyedia bahan-bahan yaitu :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.4.1. Pasar Sidoharjo
Gambar 3.4. : Pasar Sidoharjo Kecamatan Lamongan Sumber : Dokumen Pribadi Merupakan tempat membeli bahan lauk pauk untuk nasi boran, mayoritas pedagang yang membeli di pasar ini merupakan pedagang yang berjualan di sekitar Gedung Pemerintah Kabupaten Lamongan. Adapaun alasan pedagang secara lebih rinci memilih tempat ini adalah: Pertama, lokasi yang dekat dengan tempat pedagang berjualan. Pasar Sidoharjo mempunyai jarak kurang lebih 1 KM dari tempat pedagang nasi boran yang berada di alun-alun maupun di sekitar gedung pemerintah Lamongan, dari faktor geografis jarak yang relatif dekat tersebut membuat pedagang lebih memilih membeli bahan-bahan di tempat ini sebelum mereka mengolahnya lalu diperdagangkan. Kedua, pasar yang buka 24 jam. Pasar Sidoharjo mempunyai jam operasional 24 jam, sehingga para pedagang lebih leluasa dan fleksibel membeli bahan makanan kapanpun. Pedagang yang berjualan setiap hari memadati kota Lamongan selama 24 jam secara bergantian dapat dikategorikan dalam shift pagi, shift siang dan shift malam secara rolling, sehingga membuat para penyetok bahan nasi boran harus siap setiap saat selama 24 jam.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ketiga, menyediakan bahan lauk segar. Pasar ini dikenal oleh para pedagang sebagai pasar yang menyediakan lauk pauk yang masih segar seperti penyediaan bahan ayam potong. Fenomena banyaknya pemberitaan mengenai maraknya perdagangan ayam tiren semakin membuat pedagang lebih waspada dan berhatihati dalam memilih langganan penyedia bahan lauk pauk nasi boran. Pedagang menyadari bahwa ayam tiren selain menimbulkan penyakit juga dapat menimbulkan penurunan pendapatan pedagang karena konsumen di anggap sudah semakin selektif dalam memilih makanan yang baik dan higienis. Makanan yang masih segar dengan kualitas baik dianggap penting karena semakin menambah kelezatan masakan nasi boran yang ditaburi bumbu olahan atau yang disebut sambal boranan dan juga rempeyek yang gurih. Keempat, punya langganan sendiri. Setiap pedagang nasi boran mempunyai pilihan dalam menentukan dimana membeli bahan makanan, selain sebagai bentuk alternatif dalam melihat bahan yang segar di pasar Sidoharjo, para pedagang mencoba memilih satu produsen secara selektif yang dapat di ajak menjadi partner bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain secara berkelanjutan. Para pedagang cenderung lebih memilih produsen tersebut berdasarkan alasan sebagai berikut (a) produsen penyedia bahan-bahan tersebut masih tergolong kerabat; (b) bahan lauk pauk yang dijual sesuai keinginan pedagang nasi boran; (c) produsen tersebut mampu menyediakan ikan yang masih segar; (d) harga yang ditawarkan lebih bersahabat atau lebih murah namun tidak mengurangi kualitas bahan makanan; (e) dapat menyediakan secara terus menerus dan ready stock setiap pedagang membutuhkan; (f) pedagang tersebut ramah dan baik kepada konsumen sekaligus partner bisnis yaitu pedagang nasi boran; (g) Pedagan nasi boran dapat melakukan hutang piutang maupun kasbon kepada penyetok langganan bahan makanan tersebut. III.4.2. Pasar Perumahan Made Pasar Perumahan Made merupakan tempat para pedagang membeli bumbu seperti cabe, bawang, kelapa, kunyit, dan rempah-rempah lainya. Pasar ini juga menjual lauk pauk, namun tidak dalam jumlah yang massal dan lauk yang ditawarkan pun tidak sesegar membeli di pasar Sidoharjo, jadi banyak penjual
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
nasi boran yang membeli bahan-bahan lain selain lauk pauk di pasar Perumahan Made. Dikarenakan alasan sebagai berikut : Pertama, lokasi Perumahan Made dekat dengan Desa Sumberejo lebih khusunya Dusun Kaotan. Perumahan Made merupakan perumahan di Jalan Raya Made Lamongan lebih khsusunya di samping jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Sugio dengan Kecamatan Lamongan, secara geografis lokasi perumahan Made berada tepat di sebelah utara Dusun Kaotan maupun Dusun sawu yang mayoritas warganya berdagang nasi boran. Perumahan Made merupakan akses tunggal jalan yang bisa dilalui ketika menuju tempat lain atau menuju ke kota Lamongan. Perumahan ini mempunyai fasilitas umum yang dapat digunakan masyarakat bertransaksi ekonomi dalam hal jual-beli yaitu pasar tradisional. Kedua, penjual nasi boran dapat sewaktu-waktu membeli bahan/bumbu yang kurang. Jarak yang relatif dekat dari pemukiman pedagang nasi boran mendukung mudahnya akses ketika pedagang membutuhkan atau membeli bahan sewaktuwaktu ke pasar Made, karena tidak menutup kemungkinan kalau para penjual nasi boran akan membutuhkan bahan tambahan atau bahan yang kurang dari apa yang sudah dibeli di pasar tersebut atau ditempat lain. Ketiga, mempunyai langganan sendiri dalam penyediaan bahan/bumbu tersebut. Kebiasaan pedagang dalam hal ekonomi yaitu berjualan nasi boran membuat pedagang membutuhkan persediaan bahan-bahan makanan untuk diolah sebelum di jual di masing-masing tempat berjualan. Kondisi itu membuat kebiasaan membeli bahan makanan di Pasar Made menjadi berbudaya yang menyebabkan hubungan saling menguntungkan dan hubungan moral yang sama-sama saling terikat batin. III.4.3. Pasar Plaza Lamongan ( Pasar Ndapur) Pedagang yang memilih membeli ditempat ini hampir keseluruhan pedagang yang berjualan di Plaza Lamongan. Pilihan rasional pedagang membeli ditempat ini secara umum dan mendasar karena lokasi tempat mereka berjualan di samping Pasar Plaza Lamongan sehingga ketika selesai berjualan mereka bisa langsung memasok bahan untuk berjualan besok. Pasar Plaza buka selama 24 jam
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(ready stock) sehingga sangat membantu fleksibilitas pedagang dalam membeli bahan nasi boran. Secara keseluruhan pasar Plaza Lamongan sama dengan pasar Sidoharjo, yang berbeda hanya lokasi tempatnya saja. III.5. Pembuatan Nasi Boran Nasi boran menjadi salah satu makanan favorit yang melewati proses pembuatan dan pengolahan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi begitu memikat konsumen. Makanan yang terdiri dari nasi, bumbu, lauk, dan rempeyek tentunya menjadi cukup menarik untuk dihidangkan. Beberapa tahapan pembuatan nasi boran mencakup : III.5.1. Penyediaan Bahan Sebelum Diolah Berbagai strategi dalam menyediakan bahan tentunya menjadi pilihan wajib pedagang dalam melihat minat konsumen, bagi pedagang nasi boran terdapatnya variasi lauk pauk dalam pembuatan nasi boran akan meningkatkan tingkat penjualan mereka selama proses berjualan, selain itu mengolah bumbu yang baik dan lezat untuk menaburi setiap lauk pauk yang ditawarkan adalah aspek utama yang eksis dan diminati konsumen. Banyaknya pedagang nasi boran yang berjualan di Lamongan membuat persaingan dalam memperebutkan pelanggan secara moral hanya bisa dilakukan dengan kualitas dan kuantitas makanan. Berikut merupakan beberapa bahan makanan pembuatan nasi boran yang mencakup nasi, lauk dan bumbu, yaitu :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 3.1. Bahan Pembuatan Nasi Boran Lamongan Nasi
Lauk
Bumbu dan Sayur
Beras
Ikan sili
Cabe Kecil
Bandeng
Cabe Besar
Ikan mujair
Kelapa
Khutuk
Bawang Putih
Urang
Bawang Merah
Otak – Otak
Kemiri
Tahu Tempe
Ketumbar
Telur Dadar
Terasi
Telus Asin
Kalapa
Peyek
Daun Singkong
Jeroan
Kacang – kacangan
Lele Ayam (Paha, sayap, ceker, kepala) Daging babat Sumber : Data Lapangan 2016 Dari uraian tabel 3.1. tersebut dapat dilihat berbagai variasi lauk pauk makanan yang ditawarkan pedagang nasi boran. Berbeda dengan zaman dulu sekitar tahun 1970 dimana pedagang hanya menawarkan ikan bandeng dan kuthuk saja, namun sekarang dengan berkembangnya zaman dan persaingan yang cukup ketat membuat pedagang harus memiliki pandangan yang umum bahwa adanya variasi lauk pauk maka segmen konsumen yang didapat pun semakin banyak. Konsumen penikmat nasi boran berbeda-beda, ada yang menyukai ayam, ikan sili, bandeng, dan sebagainya. Konsumen juga bisa leluasa memilih lauk apa yang
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ingin dia makan untuk hari ini, karena pedagang menyadari bahwa lauk apa yang diinginkan konsumen hari ini, belum tentu sama dengan kemudian hari. Bahan-bahan nasi boran diperoleh pedagang dari adanya langganan dengan produsen pemasok yang sudah dipercaya. Mereka bisa mendapatkan bahan tersebut secara keseluruhan setiap hari dari produsen yang sama dan membeli bahan-bahan tersebut ketika mereka sudah selesai berjualan nasi boran. Pedagang biasanya ada yang secara langsung mampir ke tempat pembelian untuk menyetok bahan yang akan dijual esok hari, kemudian sebelum diolah mereka menaruh di kulkas. III.5.2. Proses Mengolah Lauk Pauk Proses selanjutnya setelah penyediaan bahan nasi boran adalah bagaimana pedagang dapat membuat suatu hidangan yang higienis dan lezat bagi konsumen melalui proses mengolah bahan menjadi makanan jadi atau siap saji untuk di jual. Makanan yang bersih, rapi dan segar merupakan salah satu ciri makanan lezat menurut pedagang yang dapat menarik minat konsumen. Secara praktis proses mengolah lauk pauk nasi boran tidak begitu rumit, sama halnya dengan mengolah masakan lainnya. Ada beberapa tahapan pengolahan lauk pauk dari awal proses pembelian menjadi makanan matang atau siap saji, yaitu : Pertama, memasukkan bahan (lauk pauk dan bumbu serta sayuran) yang sudah dibeli kedalam mesin pendingin selama kurang lebih 15 jam guna menghindari kebusukan bahan sebelum diolah. Pedagang cenderung membeli bahan selepas mereka selesai berjualan dan mulai memasakkanya ketika hendak mulai berjualan kembali. Jarak antara membeli bahan-bahan nasi boran dan mulai memasak kembali sekitar 15 jam. Kedua, ketika menjelang berjualan pedagang mulai mencoba mengolah bahan tersebut kedalam berbagai tahap awal : a. Membersihkan lauk pauk dan bumbu yang sudah dibeli seperti membersihkan
sisik ikan, membersihkan kotoran yang menempel
pada ayam ataupun bulunya, dan lain sebagainya.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Memotong menjadi beberapa bagian sesuai kebutuhan seperti memotong usus menjadi beberapa bagian sehingga bisa dibuat menjadi sate usus, memotong bagian ayam, memotong ikan, dan lain-lain. c. Untuk kategori ayam, pedagang merebus terlebih dahulu bagian-bagian ayam sebelum masuk pada tahap penggorengan. d. Memasukkan berbagai lauk pauk yang sudah dibersihkan kedalam penggorengan yaitu berbagai jenis ikan, ayam yang sudah direbus, tahu tempe, membuat telur dadar, sate usus, daging babat, otak-otak, rempeyek. e. Selain itu untuk telur asin pedagang tidak menggorengnya, melainkan direbus beberapa menit kedalam air hangat tanpa ada campuran apapun, namun tidak sedikit pedagang yang mencoba membeli telur asin yang sudah jadi tanpa perlu mengolahnya. Setelah tahapan tersebut, makanan yang sudah diolah melalui proses penggorengan dan perebusan, maka selanjutnya pedagang meletakan makanan di tempat penyimpanan dengan menata secara rapi dan terstruktur sesuai pengalaman pedagang dalam melihat minat konsumen terhadap beberapa jenis lauk pauk. Pedagang menaruh lauk pauk yang sudah diolah tersebut kedalam wadah atau tempat yang khas yang disebut boran. III.5.3. Membuat Sambal Boran Tahap selanjutnya ketika pedagang sudah mengolah lauk pauk dan menempatkan pada wadah yang disebut boran yaitu membuat bumbu dari berbagai rempah-rempah yang sering disebut oleh mereka sebagai sambel boran. Sambel boran merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan enak atau tidaknya nasi boran, karena dari sekian banyak pedagang nasi boran yang berjualan, hanya beberapa yang mempunyai sambal boran yang lezat. Ada dua jenis cara dalam pembuatan sambel boran yaitu cara tradisional yang meliputi mengulek bumbu secara manual dengan tangan serta menggunakan alat cobek dan ulek-ulek atau cara yang automatis menggunakan blender. Menurut pedagang setempat hampir keseluruhan sudah menggunakan blender karena praktis dan bisa
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
memproduksi sambel boran secara massal atau dalam jumlah banyak. Berikut merupakan bahan dan perlengkapan yang perlu disediakan : Tabel 3.2. Bahan dan Perlengkapan Pembuatan Sambal Boran Bahan-Bahan Jenis
Takaran
Perlengkapan
Cabe Kecil
1 kg
Blender
Cabe Besar
1 kg
Kelapa
1 Buah
Bawang Putih
¼ kg
Bawang merah
¼ kg
Empon-empon
Secukupnya
Ketumbar
Secukupnya
Terasi
Secukupnya
Panci Besar Iros besar Parutan Kelapa
Sumber : Data Lapangan 2016 Tahap pembuatanya sambal boran meliputi : 1. Setelah bahan dan perlengkapan sudah tersedia maka sebelum itu pedagang memasukkan bahan-bahan kedalam penggorengan seperti ; cabe, bawang putih dan bawang merah dalam kurun waktu beberapa menit. 2. Kelapa yang tersedia kemudian diparut secara manual sebelum memasuki proses selanjutnya.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Setelah bahan yang tersedia sudah ditiriskan dan digoreng, maka proses selanjutnya adalah memasukkanya kedalam blender. Setelah beberapa menit sekiranya cukup, bumbu yang dihaluskan lewat blender ditaruh dalam panci besar. Proses ini dilakukan berulang-ulang sampai kuantitas bumbu yang diinginkan sudah dirasa cukup dan layak dijual, karena blender yang digunakan mempunyai kapasitas kecil sehingga tidak cukup menampung semua bumbu dalam sekali blender, maka dari itu perlu adanya proses berulang-ulang. 4. Bumbu yang sudah dihaluskan dan ditaruh di dalam panci besar sekiranya sudah terkumpul semua, pedagang menambahkan sedikit air secukupnya sehingga kuantitas bumbu sedikit lebih banyak dan tidak terlalu kasar atau kental. 5. Bumbu yang ada dipanci besar kemudian diaduk hingga merata, sehingga jadilah sambel boran yang siap diperjual belikan. Pada tahap ini sambal boran memang sudah selesai dibuat, salah satu bahan
yang terepenting dalam pembuatan nasi boran adalah kelapa yang
menjadikan sambal boran begitu khas. Pedagang mempunyai skill dan ketrampilan memasak yang berbeda-beda, sehingga menjadikan bumbu masakan nasi boran antara yang satu dengan yang lainya terasa berbeda dan bervariasi. III.5.4. Penyediaan Perlengkapan Berjualan Setiap
penyajian
antara
makanan
khas
dan
makanan
biasa
membutuhkan berbagai perlengkapan yang khas dan sesuai kebutuhan. Nasi boran merupakan jenis makanan khas sederhana dengan perlengkapan yang tidak terlalu rumit dan cenderung cukup tradisional. Berikut merupakan tabel yang mencakup perlengkapan yang dibutuhkan pedagang dalam proses berjualan.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 3.3. Perlengkapan Nasi Boran No
Nama Barang
Fungsi
1
Boranan
boranan merupakan sejenis wadah besar yang terbuat dari anyaman bamboo yang digunakan untuk tempat nasi ketika berjualan
2
Koran bekas, Digunakan pedagang ketika menyajikan makanan nasi kertas minyak boran kepada konsumen. atapun daun pisang
3
Tikar
Digunakan pedagang sebagai tempat konsumen singgah ketika menikmati nasi boran ditempat, tikar ini digunakan sebagai alas konsumen duduk lesehan supaya tidak kotor terkena debu jalan.
4
Kain taplak
Digunakan pedagang untuk menutupi nasi dan lauk pauk supaya tidak terkena debu jalanan ataupun terkontaminasi oleh serangga ataupun lalat.
5
Payung Besar
Digunakan pedagang untuk mentupi area tempat mereka berjualan supaya tidak terkena panas ataupun hujan, mereka memilih payung besar mirip seperti payung pantai karena jangkauan payung yang lebih lebar dari payung biasa, biasanya setiap pedagang cenderung menggunakan payung ketika musim hujan, atau pedagang yang berjualan di siang hari supaya tidak terkena panas.
6
Plastik besar
Diguanakn sebagai tempat sampah dari sisa-sisa makanan konsumen
7
Panci besar
Tempat bumbu atau sambel boran
8
Tissue, air
kain, Merupakan beberapa perlengkapan yang disediakan pedagang untuk membersihkan bagian tubuh yang terkena sisa-sia makan seperti mulut dan tangan, perlengkapan ini khusus disediakan kepada konsumen yang makan nasi ditempat
Sumber : Data Lapangan 2016
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.6. Penjualan Nasi Boran Proses terakhir dari tahap mekanisme produksi nasi boran terletak pada proses penjualanya. Tahap ini merupakan tahap akhir setelah proses perolehan modal, pembelian bahan-bahan, proses pengolahan, hingga proses penetapan harga. Proses penjualan pedagang nasi boran dilakukan oleh satu orang perempuan yang sudah berkeluarga di berbagai tempat sekitar kota Lamongan. Pedagang nasi boran memulai berjualan sesuai waktu dan tempat yang mereka tentukan, mereka berangkat dari rumah bersama suami atau anak yang mengantar pedagang tersebut ke lokasi berjualan. Setelah sampai di lokasi berjualan, pedagang tersebut manata tikar, payung, nasi dan lauk pauk yang mereka bawah. Pedagang tersebut berjualan dengan cara menunggu pembeli dan duduk di kursi kecil. Interaksi yang dilakukan pedagang selama berjualan tidak sebatas hanya dengan pembeli, namun juga melibatkan interaksi dengan sesama pedagang nasi boran dan pedagang minuman. Pedagang nasi boran selesai berjualan apabila nasi boran yang dibawah terjual sampai habis atau pedagang sudah merasa cukup untuk berjualan karena alasan-alasan tertentu seperti cuaca buruk, pedagang sudah lelah, lokasi mau dipakai pedagang lain, dsb. Ketika mendekati waktu selesai berjulan pedagang menghubungi suami atau anak mereka untuk menjemput dia pulang. Pedagang tersebut juga menghubungi pedagang selanjutnya yang memakai lokasi yang sama jika mereka berjualan bergantian. Aktivitas tersebut dilakukan oleh keseluruhan pedagang secara berulang-ulang baik di tempat maupun waktu yang berbeda. III.6.1. Nilai Terkait Nasi Boran yang Mempengaruhi Penjualan Hasil penjualan nasi boran merupakan parameter pendapatan pedagang setiap harinya. Adapun beberapa nilai terkait nasi boran yang berpengaruh terhadap penjulan nasi boran terutama besar kecilnya pendapatan adalah sebagai berikut : III.6.1.1. Rasa Kenikmatan Nasi Boran Setiap pedagang dalam menghidangkan masakan nasi boran tentu berbeda-beda dan bervariasi rasa kenikmatanya, ada yang mempunyai rasa yang sangat lezat, biasa saja, atau bahkan tidak enak. Rata-rata konsumen memilih
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pedagang nasi boran yang mempunyai masakan nikmat menurut persepsi mereka dari pengalaman membeli berbagai nasi boran yang sudah mereka coba. Setiap penjual memiliki konsumen tetap (langganan), atau bahkan sampai pada konsumen fanatik. Konsumen fanatik ini yaitu pelanggan yang mengajak rekanrekannya hinga dari luar kota untuk membeli di penjual nasi boran langgananya. Proses penjualan pedagang akan merasa diuntungkan dari masakanya yang lezat, mereka juga akan terbantu dari segi pemasaran yang dilakukan para konsumen fanatik tersebut. III.6.1.2. Harga Setiap pedagang tentu mempunyai harga bervariasi ketika mematok harga makanan, tergantung keputusan pedagang perindividu maupun harga pasaran yang umum sebagai acuhan. Fenomena tersebut juga dialami oleh berbagai pedagang nasi boran yang menetapkan harga sesuai keputusan masing-masing, namun ratarata pedagang dalam memberikan bandrol harga menyesuaikan dengan pedagang lainya yang sama-sama berjualan di tempat yang sama. Misal, 2 pedagang yang berjualan nasi boran di dalam Plaza menjual variasi makanan nasi boran menurut lauk yang dibeli, lalu terdapat konsumen yang membeli nasi boran dengan lauk sayap ayam dan 2 ceker di dua pedagang tersebut, maka harga yang perlu dibayar konsumen tersebut tentu akan sama dari masing-masing pedagang yaitu Rp. 10.000,00. Kondisi tersebut berbeda ketika dibandingkan dengan pedagang yang berjualan ditempat yang sama secara mengelompok dengan pedagang yang berjualan menyendiri. Pedagang yang berjualan menyendiri mempunyai sedikit kesempatan untuk memainkan harga makanan tersebut kepada konsumen. Pedagang menyendiri dapat leluasa menyikapi siapa konsumen yang membeli di tempat mereka berjualan, sehingga keuntungan yang dicapai bisa lebih banyak. Rata-rata keseluruhan pedagang tidak berani melakukan permainan harga secara individu pada konsumen tetap atau konsumen fanatik, karena meskipun mereka mendapat keuntungan banyak tapi keuntungan yang diperoleh hanya bersifat sesaat dan selanjutnya akan berdampak buruk dalam jangka panjang karena kehilangan konsumen tetap tersebut.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III.6.1.3. Banyaknya Lauk dan Nasi Strategi penjualan yang sering dilakukan pedagang selain menetapkan harga yang murah adalah bagaimana mereka memberikan kuantitas makanan lebih banyak. Pedagang nasi boran
menyadari bahwa konsumen tidak serta merta
mencari makanan nasi boran yang enak dan murah, namun terdapat banyaknya segmen konsumen juga mencari kepuasaan dalam memanjakan isi perut mereka supaya kenyang. Para pedagang mensiasati dengan memberikan porsi lebih banyak yang berupa tambahan nasi maupun lauk dengan harga yang standart atau terbilang murah. Keuntungan yang diperoleh memang sedikit dari setiap porsi makanan, namun strategi tersebut dapat menambah daya tarik konsumen lebih banyak. Pelanggan yang banyak dapat menambah pendapatan yang tidak kalah banyak dari pedagang lain yang memberikan porsi biasa tanpa bonus nasi maupun lauk. III.6.1.4. Kebersihan Makanan Maksud dari kebersihan makanan nasi boran adalah bagaimana para pedagang mencoba menyajikan makanan secara bersih dan good looking. Pedagang menyajikan dengan cara mencampur bumbu, sayur dan rempeyek secara bersih dan rapi tanpa ada campuran material lainya yang tidak diinginkan oleh konsumen. Adanya lalat yang menempel pada nasi, kerikil yang tercampur nasi, dan lain sebagainya merupakan hal yang tidak disukai oleh konsumen. Makanan yang tidak bersih menyebabkan prasangka buruk konsumen pada pedagang mengenai kerbersihan dan
hilangnya konsumen tetap maupun
konsumen coba-coba seperti yang diungkapkan maulana sebagai berikut: “segone mau enek krikile pas aku mangan, nggarai gak kolu. Mene golek pedagang liane ae ojo nak kono maneh”
III.6.1.5. Kesegaran Lauk Pauk Melihat kesegaran bahan makanan menjadi penting untuk mengetahui apakah lauk ini dalam pengolahanya masih tergolong bagus dan segar atau sudah busuk, contohnya seperti ayam yang digunakan sebagai salah satu lauk yang ditawarkan nasi boran tersebut apakah ketika dilihat masih segar atau warna kulitnya sudah gelap seperti kebiru-biruan yang menandakan ayam mati kemaren,
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
karena biasanya ayam yang bagus terlihat masih sangat segar seperti masih ada bekas darah potongan ayam dan ayam masih terlihat bagus seperti yang di ungkapkan mbak ita sebagai berikut : “nek pitek seger iku biasane warnane ogak biru mas, koyok ijek ono bekas darah gorokane nak daginge, ibuk nek tuku pitek golek seng koyok ngunu, ijek seger”
III.6.1.6. Faktor Lingkungan yang Menkontaminasi Makanan Lingkungan berjualan pedagang nasi boran memang tergolong ekstrim jika di bandingkan pedagang lainya, mereka berjualan di trotoar jalan raya yang mempunyai resiko tinggi seperti ancaman bahaya apabila ada kecelakaan lalu lintas. Selain itu ancaman lain adalah debu-debu jalanan dan kendaraan bermotor dapat mempengaruhi makanan yang mereka sajikan, apabila mereka tidak mensiasati dengan menutup makanan yang dijual supaya tidak terkontaminasi, maka akan memunculkan perspektif makanan yang disajikan tidak higienis dari konsumen. III.6.1.7. Sikap Pedagang Sikap pedagang dalam berjulan berbeda-beda, seperti pedagang yang jutek atau judes, ramah, suka becanda, sampai yang pendiem. Sikap tersebut mempunyai pengaruh sebagai daya tarik atau justru sebaliknya diajuhi para konsumen. Menurut pedagang rata-rata konsumen suka pedagang yang ramah dan suka bercanda seperti ungkapan sebagai berikut: “Gak onok carane nak. Yo selain masakan enak, ibuk yo ngajeni seng tuku dijak ngobrol koyo samean ngeneki. Lesehan karo aku kan itungane podo karo konco nak”
Respon melayani pelanggan sangat penting dalam meningkatkan penjulan atau menjaga hubungan dengan konsumen supaya menjadi langganan tetap. Misal, mengajak konsumen ngobrol berbagai hal, karena respon tersebut dapat dikatakan menghargai pelanggan bukan hanya seperti pembeli tapi layaknya tamu yang perlu diajak bicara dan disapa. Metode menarik pelanggan memang tidak banyak dilakukan oleh setiap pedagang. Saat mereka berjualan bergerombol dengan pedagang nasi boran lainya lalu ada konsumen berhenti dan menunjukkan antusiasnya mencicipi nasi boran, maka pedagang tidak saling berebut, melainkan hanya melihat calon konsumen
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang datang dan memberikan senyuman sambil menawarkan mau makan lauk apa mas/mbak/pak/buk. Cara tersebut cukup menarik minat konsumen untuk membeli ditempat mereka. Biasanya metode ini berhasil kepada calon konsumen yang belum mempunyai pelanggan atau sekedar baru mencoba nasi boran. Disisi lain juga tidak sedikit pedagang yang hanya duduk diam dengan ekspresi wajah datar seperti orang yang bosan menunggu tanpa melakukan aktivitas yang dapat menarik konsumen. III.7. Penetapan Harga Hans Dieter Evers (dalam Damsar, 1997:90-92) menerangkan bahwa seringkali moral ekonomi pedagang menghadapi suatu masalah dalam proses jualbeli, pedagang mengalami dilematik dalam hal penentuan harga. Hal tersebut juga dijumpai pada masyarakat Kaotan yang berjualan nasi boran, mereka memunculkan harga atas kesadaran perseorangan yang kemudian diakui bersama secara kolektif. Pedagang nasi boran merupakan salah satu pekerja sektor informal yang menetapkan harga berjualan demi keuntungan dan menjaga hubungan sosial. Harga yang dipatok pedagang biasanya sesuai dengan lauk yang di beli para konsumen, selain itu setiap pedagang menetapkan harga sesuai kontrol sosial lingkungan dimana mereka berjualan. Pedagang yang berjualan di tempat yang sama akan mempunyai kewajiban yang sama dalam menentukan harga secara normal dan sudah disepakati. Ketika memunculkan harga lebih tinggi, pedagang merasa takut kalau nasi boran mereka tidak laku dan banyak konsumen yang lari ke pedagang lainya, sedangkan ketika menurunkan harga lebih rendah maka pedagang juga merasa takut mendapat prasangka pedagang lain karena dianggap mencuri peluang. Menjaga hubungan baik dan menghindari risiko prasangka menjadi begitu amat penting bagi pedagang. Jika terdapat tambahan lauk maka harga yang ditawarkan sesuai keinginan pedagang dan tidak ada kesepakatan bersama. Faktor ukuran lauk pauk juga menentukan harga nasi boran tersebut.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menghadapi situasi seperti ini Evers (dalam Damsar, 1997:92) menyebutkan terdapat salah satu solusi pedagang yang berasal dari masyarakat petani mencoba mengatasi dilematik ekonomi : 1. Perpindahan tempat pedagang Solusi ini lebih menekankan memperoleh pendapatan lebih tanpa harus menghadapi dilematik moral yang menggangu pedagang memperoleh keuntungan dalam permainan harga. Alasan memilih perpindahan tempat karena pedagang merasa sudah saatnya melakukan aktivitas mandiri yang tidak menekan pendapatan, seperti contoh terdapat sedikit pedagang yang dijumpai peneliti melakukan aktivitas berjualan secara mandiri di lingkungan yang berbeda dengan pedagang lainya. Mayoritas para pedagang berjualan secara mengelompok dibeberapa area tempat secara berdekatan satu sama lain dengan objek dagangan yang sama, namun terdapat pedagang yang memilih berjualan sendiri tanpa ada pedagang lain disekitarnya. Perbedaan berjualan antara pedagang yang mengelompok dan menyendiri secara faktual menunjukkan penetapan harga yang berbeda. Pada umunya pedagang menetapkan harga Rp 8.000/porsi disetiap lauk yang diambil, namun pedagang yang berjualan secara manyendiri dapat menetapkan harga sampai Rp. 10.000/porsi tergantung kemauanya tanpa sepengetahuan pedagang lain. Pedagang tersebut merasa bebas karena dianggap tidak menggangu norma pedagang lainya dalam mencari keuntungan. Berikut merupakan tabel harga nasi boran Lamongan :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 3.4. Harga Nasi Boran Lamongan 2015/2016 No
Lauk
Harga
1
Nasi + Ikan sili
Rp 8.000
2
Nasi + Bandeng
Rp 8.000
3
Nasi + Ikan mujair
Rp 8.000
4
Nasi + Khutuk
Rp 8.000
5
Nasi + Urang
Rp 8.000
6
Nasi + Telur Dadar
Rp 8.000
7
Nasi + Telus Asin
Rp 8.000
8
Nasi + Jeroan
Rp 8.000
9
Nasi + Lele
Rp 8.000
10
Nasi + Ayam (Paha, sayap, ceker, kepala)
Rp 8.000
11
Nasi + Daging babat
Rp 8.000
Keterangan
Untuk Tambahan lauk ataupun sayur maka keputusan harga di tentukan oleh setiap pedagang masing – masing
Sumber : Data Lapangan 2016 Tabel harga tersebut diperoleh dari berbagai observasi dan wawancara yang dilakukan baik terhadap pedagang-pedagang nasi boran yang berjualan secara mengelompok maupun sendiri. Pedagang menjelaskan bahwa mereka sepakat memakai harga yang sama untuk konsumen pembelinya. Bersaing secara sehat dengan menerapkan harga yang sama dan menjaga hubungan sosial menurut pedagang tidak akan mengurangi pendapatan. III.8. Distribusi Tenaga Kerja
Distribusi tenaga kerja pedagang nasi boran meliputi tenaga kerja yang diperlukan pedagang selama menjadi penjual nasi boran. Tenaga kerja yang dibutuhkan pedagang adalah individu yang mampu menemani pedagang dalam hal membuat nasi boran, menyiapkan perlengkapan dan membantu antar jemput
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pedagang. Hampir mayoritas pedagang mendapat bantuan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga mereka sendiri seperti suami. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pak sutomo sebagai berikut: “Lanange kene iku sue-sue pinter masak mas. Kakean ngewangi bojone kabeh. eh kadang yo mbantu bojone masak,ngawe peyek. Ngeterno bojone dodolan”
Suami pedagang nasi boran mengambil peran penting dalam membantu berjualan. Pada tahap pembuatan nasi boran sang suami bertugas memasak lauk, membersihkan sisik ikan, mengiris lauk menjadi beberapa bagian untuk dijual, sedangkan sang istri menanak nasi, dan membuat bumbu-bumbu yang diperlukan untuk nasi boran sebagaimana yang diungkapkan pedagang sebagai berikut: “Bapak masak semua mas, buat nasi dan goreng-goreng, ngiris-ngiris sayur. Aku cuman buat sambelnya aja mas”
Kemudian pada tahap penjualan nasi boran, suami mempunyai pembagian kerja mengantar pedagang sampai ke tempat berjualan. Alat transportasi yang digunakan untuk mengantar pedagang tersebut bervariasi, seperti menggunakan motor, becak, bentor (Becak Motor), dan mobil. Setelah pedagang sudah sampai ditujuan, peran suami tidak cukup sampai disitu, mereka harus menata semua keperluan pedagang selama berjualan seperti memasang tikar, payung, dan menata tempat nasi serta lauk pauk. Ketika istri sudah selesai berjualan, suami harus siap menjemput serta mengantar pedagang membeli lauk pauk untuk dimasak esok harinya. Sedangkan untuk peran anak dapat dilibatkan sesuai jenis kelamin mereka, seperti anak perempuan yang dapat membantu membuat bumbu ibunya, sedangkan anak laki-laki mempunyai peran yang sama seperti ayah mereka. Suami dan istri yang berjualan sebagai pedagang saling gotong royong satu sama lain demi kesejahtraan keluarga. Tindakan mengunakan tenaga kerja suami atau dari anggota keluarga merupakan pilihan rasional pedagang berjualan karena tidak ada imbalan yang diberikan kepada suami selama membantu istri berjualan nasi boran sehingga pengeluran uang yang seharusnya dipakai untuk mempekerjakan orang lain menjadi tidak ada dan justru semakin menambah keuntungan karena mendapat bantuan tenaga secara gratis.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV MEMBANGUN “CITRA”, HUBUNGAN DAN KERJASAMA IV.1. Membangun “Citra” Nasi Boran Dari Kaotan Dusun Kaotan merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Sumberejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan, dusun ini di kenal sebagai salah satu dusun yang popular dengan para wargannya yang bekerja sebagai pedagang nasi boran. Asal usul munculnya nasi boran sebagai salah satu makanan khas daerah Lamongan tidak terpisahkan dari bagaiamana perjuangan warga Dusun Kaotan yang tetap menjaga eksistensi makanan tersebut dari tahun ke tahun. Mata pencaharian Dusun Kaotan dulu hingga sekarang selain mayoritas sebagai petani, para perempuan separuh baya atau perempuan ibu rumah tangga mempunyai inisiatif bekerja membantu keluarga dengan cara berjualan nasi boran. Perjuangan mereka yang bekerja sebagai pedagang menjadi salah satu perilaku ekonomi yang diikuti oleh warga sekitar dusun sebagai salah satu alternatif menambah pendapatan demi memenuhi kebutuhan dirumah.
Gambar 4.1. : Gapura Dusun Kaotan Sentra Nasi Boran Sumber : Dokumen Pribadi Perilaku ekonomi warga Dusun Kaotan dari segi mata pencaharian terdapat pembagian kerja di dalam keluarga antara suami sebagai petani dan istri
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagai pedagang. Pembagian kerja tersebut tidak serta merta membuat perbedaan pekerjaan di dalam keluarga, karena mereka pada umunya antara suami dan istri saling membantu dan memberi dukungan demi kelangsungan hidup yang sejahtera dan harmonis. Misalnya, ketika suami bertani maka istri juga ikut membantu di sawah ataupun mengolah padi ketika panen tiba. Sebaliknya, ketika sang istri berjualan nasi boran maka sang suami ikut membantu menyiapkan berbagai kebutuhan seperti ikut memasak dan sebagainya. Pembagian kerja suami-istri ini juga tidak jarang melibatkan peran anak sebagai aktor pendukung keluarga. Selama kurang lebih 3 generasi sejak awal tahun 1900 sampai sekarang para warga Dusun Kaotan tetap berada pada mata pencaharian yang sama atau lebih khusunya sebagai pedagang nasi boran. Berdasarkan perilaku ekonomi tersebut, secara langsung membuat suatu kebiasaan
atau bisa disebut sebagai budaya
Kaotan dalam hal mata pencaharian sebagai pedagang. Mata pencaharian mayoritas Dusun Kaotan secara berangsur-angsur dari awal perkembanganya sampai sekarang secara sadar berdampak pada proses sosialisasi masyarakat Kaotan kepada masyarakat luar dusun. Proses sosialisasi tersebut terbentuk dari adanya komunikasi lisan maupun perilaku transaksi jual beli dari pedagang nasi boran kepada pembeli. Proses berjualan warga Kaotan yang semula di lakukan dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung di Lamongan secara tidak langsung memberikan informasi pada masyarakat luar bahwa ada warga Dusun Kaotan yang berjualan nasi khas daerah yang disebut nasi boran. Pengetahuan baru yang didapat masyarakat luar dari munculnya nasi boran tersebut adalah mereka dapat mengetahui makanan dengan nama dan proses penyajian yang unik oleh pedagang tersebut. Masyarakat awam yang belum mengenal istilah nasi boran tentunya penasaran dengan istilah asing boran dan siapa yang menjual makanan tersebut, sehingga dari adanya rasa penasaran tersebut konsumen mencoba mencari informasi dengan cara membeli nasi boran. Dari rasa penasaran itulah membuat sebuah pengetahuan yang semakin meluas baik dari warga Lamongan sendiri maupun luar daerah.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengetahuan tersebut semakin meningkatkan populernya nasi boran Lamongan dari adanya media sosialisasi antara interaksi pembeli dan pedagang nasi boran. Pengetahuan tersebut kemudian bisa berkembang apabila konsumen atau masyarakat masih penasaran dan mendalami mengenai pedagang dan nasi boran. Informasi yang didapat dari rasa penasaran konsumen memberikan berbagai pengetahuan yang penting, salah satunya bahwa pedagang-pedagang tersebut berasal dari Dusun Kaotan Desa Sumberejo. Informasi yang ada kemudian secara berangsur-angsur berkembang dari satu orang ke orang lain sebagai bentuk pengakuan masyarakat dari proses awal munculnya nasi boran. Setelah mendapat pengakuan dari masyarakat mengenai fenomena munculnya nasi boran yang semakin hari semakin eksis, pemerintah mengambil kebijakan menjadikan makanan ini sebagai salah satu makanan khas Lamongan dan menjadikan Dusun Kaotan sebagai sentra makanan nasi boran Lamongan. Semakin eksisnya pedagang Dusun Kaotan sebagai pelaku yang melestarikan budaya lokal juga tidak dipungkiri bahwa mereka menjadi pelopor terbukanya peluang ekonomi masyarakat sekitar sebagai salah satu mata pencaharian yang cukup menjanjikan dan diminati masyarakat. Kesuksesan pedagang Dusun Kaotan dalam hal menjual makanan nasi boran dan semakin bertambahnya tahun semakin sejahtera memberikan sosialisasi tersendiri terhadap masyarakat luar dusun. Warga luar yang mencoba menekuni bidang yang sama dengan warga Dusun Kaotan tersebut tentunya mengharapkan mendapat kesuksesan yang sama pula. Eksistensi Dusun Kaotan sudah melekat dengan istilah sentra nasi boran sehingga secara tidak langsung branding Dusun Kaotan adalah sebagai spesialis pembuat nasi boran yang lezat dan nikmat. Pembeli dari lingkungan sekitar Lamongan juga sudah mengakui bahwa “warga Dusun Kaotan pasti pinter gawe sego boran”, dimana jika mereka ingin membeli nasi boran yang nikmat maka mereka harus mencari penjual nasi boran yang berasal dari Dusun Kaotan. Berkembangnya makanan nasi boran sebagai salah satu alternatif ekonomi membuat masyarakat luar Kaotan banyak yang mencoba keberuntungan dengan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menjual makanan tersebut. Fenomena branding Dusun Kaotan menjadi salah satu dilematik tersendiri bagi pedagang yang berasal dari luar dusun karena dapat menjadi faktor penghambat mereka selama proses berjualan. Secara geografis pedagang yang mencoba menjajah di bidang kuliner khas Lamongan tersebut bukan dari wilayah Dusun Kaotan sebagai dusun sentra nasi boran. Sehingga untuk mempermudah penjualan secara sengaja mereka mengklaim identitas berasal dari Dusun Kaotan ketika ada konsumen yang membeli meskipun pada kenyataanya mereka bukan dari Dusun Kaotan. Pilihan memberikan keterangan yang bukan sebenarnya tersebut digunakan sebagai salah satu cara menghindari resiko dari hilangnya pelanggan tetap. Pembeli yang berasal dari Lamongan mengakui bahwa pedagang yang berasal dari Dusun Kaotan-lah yang mempunyai masakan yang nikmat, meskipun pada dasarnya masakan pedagang luar dusun tersebut mempunyai masakan yang nikmat pula. Mayoritas pembeli lebih percaya kalau pedagang Dusun Kaotan mempunyai rasa nikmat lebih dari itu, seperti yang diungkapkan pembeli sebagai berikut : “Mene nek mrene mae golek bakul seng asli kaotan ae, ngeneki maeng gak enak. Ijek dorong pengalaman wonge”
Pedagang yang berasal dari luar Dusun Kaotan ketika dihadapkan pada pembeli yang berasal dari luar kota sebagai pilihan aman mereka tetap menggunakan identitas sebagai warga Kaotan demi kelancaran usaha. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala Desa Sumberejo sebagai berikut : “ iya memang di iconya desa kita itu dinikmati orang dari sana, kalau saya bertanya pada pedagang missal “buk ini sego boran sangking pundi, jawabe Kaotan” mangkanya saya tadi bilang sama pak fadli untuk meminta tempat sendiri buat nasi boranan berjualan, biar kalau ada pengunjung dan tamu pemerintah kota bisa membeli di tempat tersebut”
Berikut merupakan beberapa alasan umum yang disimpulkan peneliti dari ungkapan pedagang, konsumen dan kepala dusun mengenai alasan pedagang yang berasal dari luar Dusun Kaotan lebih senang menggunakan identitas sebagai warga Dusun Kaotan: (a) branding Dusun Kaotan sudah terkenal sebagai sentra nasi boran; (b) konsumen lebih senang membeli kepada pedagang warga Dusun Kaotan karena stereotype bahwa pedagang Dusun Kaotan mempunyai masakan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lebih nikmat; (c) warga luar dusun cenderung dianggap kurang berpengalaman dibandingkan dengan warga Dusun Kaotan, hal tersebut dilandasi pemikiran bahwa warga Dusun Kaotan merupakan daerah asal mula munculnya nasi boran; (d) menghindari kemungkinan kehilangan pelanggan tetap apabila mengaku dari dusun lain; (e) jumlah pedagang nasi boran semakin meningkat sehingga mengklaim berasal dari Dusun Kaotan diharapkan dapat meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi. Disisi lain tidak semua pedagang yang menggunakan identitas Dusun Kaotan sebagai alternatif menjual nasi boran supaya sukses. Masih banyak pedagang luar Dusun Kaotan yang menjual dengan apa adanya yaitu menggunakan identitas asli. Mereka berusaha dengan perjuangan mereka sendiri tanpa ada embel-embel Dusun Kaotan. Salah satu perjuangan mereka untuk memperoleh pelanggan coba-coba ataupun pelanggan tetap yaitu dengan cara membuat masakan nasi boran yang nikmat dan berusaha membangun hubungan baik dengan pembeli. IV.2. Pengaruh Hubungan Kekerabatan Peran kerabat dalam kaitanya dengan perilaku ekonomi dapat bertindak sebagai faktor pendukung yang menjembatani individu menuju keberhasilan. Salah satu contoh yang terlihat adalah peran kerabat di dalam lingkungan masyarakat tradisional yaitu kerukunan dan gotong royong yang cukup melekat sebagai salah satu ciri masyarakat tersebut. Contoh fenomena dari adanya hubungan kekerabatan tersebut terlihat dari salah satu bentuk mata pencaharian penduduk sebagai pedagang. Pedagang yang melibatkan peran kerabat sebagai pendukung salah satunya terlihat pada aktivitas berjualan pedagang nasi boran. Adapun bantuan yang diperoleh dapat berupa bantuan fisik ataupun dorongan sosial. Dari segi mata pencaharian keluarga, tidak jarang kerabat yang membantu pedagang tersebut juga mempunyai pekerjaan yang sama sebagai penjual nasi boran. Terdapat beberapa bentuk pengaruh hubungan kerabat dalam aktivitas ekonomi pedagang nasi boran, meliputi :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
IV.2.1. Membantu Menyediakan Lahan Berjualan Kerabat yang berprofesi baik sebagai pedagang maupun tidak mempunyai peran sebagai aktor yang menjembatani keingingan anggota keluarga yang mau berjualan nasi boran, salah satunya dengan memberikan bantuan jasa secara cuma-cuma dalam penyediaan spot area berjualan. Disisi lain sebagai orang yang cukup berepengalaman, kerabat tersebut mempunyai kemampuan mediasi yang cukup bagus dengan pihak terkait sehingga memungkinkan pendatang baru bisa memasuki area tersebut. Bentuk penyediakan lahan juga dapat dilakukan sebagai bentuk pewarisan dari kerabat terdahulu yang secara turun-temurun menempati area tersebut. IV.2.2. Memberi Pengetahuan Proses Berjualan Peran ini biasanya diberikat oleh anggota keluarga yang sudah berpengalaman berjualan kepada anggota kerabat yang masih merintis atau memulai usaha. Mereka biasanya memberikan semacam pengetahuan terkait langkah strategis ketika berjualan nasi boran, temasuk salah satunya mencakup proses produksi. IV.2.3. Saling Melengkapi dan Mendukung Pedagang
yang
berjualan
berdekatan
dengan kerabat
cenderung
menerapkan pola saling menguntungkan. Melengkapi kebutuhan apabila ada kekurangan, saling berdiskusi dan ngobrol. IV.3. Kerjasama dengan Pedagang Lain Selama proses berjualan, seorang pedagang ditempatkan pada situasi dimana mereka harus membangun hubungan baik dengan para pekerja lainnya yang beraktivitas dilingkungan yang sama seperti contoh tukang becak, tukang parkir, tukang ojek dan pedagang yang sama-sama berjualan. Salah satu pedagang yang mencoba mambangun hubungan baik dengan subjek disekitarnya adalah pedagang nasi boran Lamongan. Pedagang ketika berjualan tidak lepas dari pengaruh berbagai pihak yang sama-sama saling menyadari pentingnya kerjasama dan mengurangi resiko permusuhan. Meskipun mereka berjualan berdekatan dengan jarak antara 1 – 3 meter, pedagang tersebut tidak menunjukkan sentimen kepada pedagang lainya
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dari persaingan memperebutkan pelanggan. Sebaliknya, mereka saling ngobrol antara pedagang satu dengan pedagang lainya. Menurut pedagang, persaingan dianggap sesuatu yang tidak ada gunanya karena akan semakin membuat tidak nyaman antara satu pedagang dengan pedagang lainya. Komentar tersebut juga disampaikan oleh bapak sumantri selaku kepala Desa Sumberejo yang melihat fenomena persaingan warganya yang hampir 100% berjualan nasi boranan : “Nggak ada persainganya, coba adek liat saja itu sederetan pasti ndak ada, jadi nggak ada waktu luang untuk bersaing, ketika pedagang satu pulang, ada yang berangkat lagi menggantikan, begitu seterusnya. Jadi warga kalau mau beli di jam berapa itu tau siapa yang berjualan. Warga saya itu rukun-rukun mas, ndak ada persaingan antara sama – sama penjual nasi boranan meskipun berdekatan, jadi semuanya tinggal lidahnya konsumen saja “ oh enak di ibu itu loh”
Persaingan yang biasanya muncul tidak terlihat dari aktivitas berjualan
pedagang nasi boran, mereka menganggap bahwa konsumen mempunyai pilihanya sendiri dalam menentukan pedagang yang cocok dengan mereka. Setiap pedagang mempunyai pelanggan tetap masing-masing yang sudah terbiasa membeli ditempat mereka, jadi tidak perlu ada persaingan yang justru malah akan membuat konsumen merasa tidak nyaman apalagi sampai terjadi konflik antar pedagang. Proses penjualan nasi boran di lingkungan tempat bekerja masing-masing, baik yang ada di sekitar alun-alun, pertigaan jalan basuki rahmat, maupun di plaza Lamongan selalu menunjukkan rasa antusiasme toleransi dan mencoba membangun hubungan baik supaya terhindar dari konflik maupun prasangka. Prinsip moral dalam relasi sosial lebih menekankan bahwa setiap orang harus saling membantu timbal balik atau minimal tidak merugikan orang lain (Scott dalam Damsar, 1997:83). Prinsip ini menjelaskan bahwa pedagang nasi boran menerima suatu bantuan dari pedagang lainya atau orang disekitar mereka, sehingga secara sadar mempunyai kewajiban membantu secara timbal balik, ini merupakan sebuah konsep balas budi yang terjadi dikalangan pedagang nasi boran Lamongan. Teori Ekonomi Moral pedagang yang diungkapkan oleh Evers sebagai satu kesatuan antara norma dan kepentingan pribadi tercermin dari adanya wujud relasi sosial yang dialami oleh pedagang selama berjualan, dimana perilaku tolong
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menolong sudah menjadi karakter luhur dari pedagang nasi boran tersebut. Nilai tersebut kemudian dijadikan pedoman untuk menjaga hubungan baik dengan pihak lain seperti contohnya dengan pedagang nasi boran lainya, apabila ada salah satu pedagang yang tidak mau membantu pedagang lain secara sengaja maka secara sadar dia dianggap sebagai orang yang acuh dan tidak peduli dengan nilai moral yang sudah mengakar dalam diri pedagang tersebut. Tolong menolong bagi pedagang nasi boran secara pribadi dapat menguntungkan kedua belah pihak, karena proses yang dilakukan tersebut terjadi secara bergantian tanpa dibayar dan dapat melengkapi kebutuhan ataupun kekurangan satu sama lain. Kepeduliaan pedagang selama berjualan berawal dari tradisi masyarakat Dusun Kaotan seperti acara hajatan nikahan, khitanan dan lain-lain. Para warga dusun yang mayoritas pedagang tersebut secara sadar berbondong-bondong datang turut membantu selama hajatan berlangsung. Perempuan membantu menyiapkan konsumsi di rumah, sedangkan sang laki-laki membantu menyiapkan keperluan lain seperti perlengkapan dan terima tamu, paling tidak mereka munjukan rasa solidaritas yang tinggi untuk siap membantu. Proses tersebut secara tidak langsung membentuk karakter moral pedagang selama berjualan nasi boran. Fenomena budaya Dusun Kaotan tersebut menjadikan karakter hubungan timbal balik menjadi sangat kuat dikalangan pedagang nasi boran. Pengaruh tersebut secara faktual membuat pedagang bertujuan memperoleh keuntungan yang optimal, namun tetap dapat bekerja secara aman tanpa ada prasangka buruk atau relasi yang tidak harmonis di lingkungan sekitar. Menjaga hubungan baik dengan sesama pedagang ataupun pembeli menjadi prioritas dibandingkan hanya berorientasi pada keuntungan sebanyak-banyaknya. Adapun beberapa bentuk kerjasama dari masing-masing pedagang yang berjualan di sekitar lingkungan mereka berjualan adalah sebagai berikut : IV.3.1. Saling Berbagi Lauk-Pauk Kondisi ini salah satu bentuk kerja sama yang sering terjadi antar pedagang nasi boran yang berjualan ditempat yang sama. Kerjasama ini biasa dilakukan oleh salah satu pedagang yang dihampiri oleh konsumen yang hendak
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
membeli dengan minat tertentu pada salah satu lauk pauk, namun lauk pauk yang diinginkan tidak tersedia, maka biasanya yang dilakukan konsumen pada umumnya adalah mencari pedagang lain. Kondisi tersebut berbeda dengan pedagang nasi boran, kebanyakan mereka akan menghampiri pedagang yang ada di sekitarnya dan sudah saling mengenal satu sama lain untuk meminta bantuan memberikan lauk yang dibutuhkan. Kerjasama antar pedagang ini dapat menguntungkan satu sama lain tanpa harus kehilangan pembeli karena lauk yang dibutuhkan tidak ada. IV.3.2. Berbagi Keuntungan dengan Pedagang Minuman Beberapa kelompok pedagang mempunyai hubungan relasi yang menerapkan prinsip bagi hasil. Kerja sama ini sering dijumpai pada pedagang yang berjualan secara mengelompok di dalam satu lingkungan. Di mana terdapat pedagang lain yang menjual jajanan yang berbeda seperti pedagang yang menjual minuman dan gorengan. Dari hasil observasi ada 4 area tempat dimana pedagang nasi boran melakukan kerja sama dengan pedagang minuman, yaitu: Pertama, pedagang yang berjualan di sekitar gedung Pemkab Lamongan, baik pedagang yang berjualan di pagi hari maupun malam hari. Terdapat satu pedagang lain yang menjual minuman seperti es teh, es jeruk, Aqua dingin, Teh Pucuk, dan lain sebagainya. Pedagang minuman tersebut memberikan stok minuman air putih kepada masing-masing pedagang supaya ada konsumen yang membelinya. Ketika ada konsumen yang menginginkan es teh, maka sang penjual nasi boran akan langsung meneriaki pedagang minuman tersebut supaya menyiapkan minuman yang diinginkan. Ketika pedagang nasi boran sudah memasuki jam untuk pulang berjualan, baru terjadi transaksi atas berapa minuman yang terjual. Keuntungan yang bisa didapat penjual minuman diperoleh dari hasil keseluruhan penjualan minuman disetiap masing-masing pedagang nasi boran. Sedangkan keuntungan yang didapat pedagang nasi boran tidak berupa uang bagi hasil dari penjualan minuman, melainkan rasa kenyamanan bisa berbagi peluang mendapat keuntungan dengan pedagang minuman.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kedua, pedagang di pertigaan Jalan Basuki Rahmat, pola penjualan di tempat ini hampir sama dengan pedagang yang ada di sekitar gedung pemkab, mereka sama-sama menjual minuman pada konsumen yang membeli nasi boran, dan menyediakan stok minuman di masing-masing pedagang nasi boran. Perbedaannya adalah pedagang minuman yang ada di pemkab merupakan pedagang keliling yang membawa gerobak dorong dan kemudian menetap di tengah-tengah di sekeliling pedagang nasi boran, sedangkan pedagang minuman di jalan basuki rahmat merupakan warung tetap yang sekaligus berada di depan rumah pemiliknya yang berjualan dekat dengan penjual nasi boran yang ada di samping jalan. Keuntungan yang bisa didapat pedagang nasi boran selama membangun relasi dengan pedagang minuman adalah mereka mendapat lahan tempat berjualan di warung pedagang minuman tersebut. Ketiga, dua pedagang yang berjualan pagi hari di dalam Plaza Lamongan, mereka menjalin kerjasama dengan seorang pedagang yang menjual makanan ringan dan minuman di pasar plaza. Hubungan kerjasama mereka cukup baik yang dapat terlihat dari adanya kebiasaan sehari-hari dimana antara penjual nasi boran dan pedagang minuman sama-sama saling berbagi rizeki serta bercanda gurau. Keempat, sebagian pedagang yang berjualan malam hari di depan Plaza. Mereka bekerja sama dengan pedagang minuman yang membawah gerobak dorong di samping jalan, tepatnya di belakang beberapa penjual nasi boran. Penjual minuman ini hanya bekerja sama dengan beberapa pedagang saja karena lingkungan tempat dia berjualan hanya berdekatan dengan 3 orang pedagang nasi boran. Dari keempat area tempat tersebut, pedagang tersebut memperlihatkan aktivitas ekonomi yang mengedepankan moral dan menekan rasa kepentingan pribadi yang mendominasi perilaku interaksi ekonomi. Padahal, jika berbicara mengenai mendapatkan keuntungan lebih, para pedagang nasi boran bisa saja menyediakan minuman sendiri dari rumah, dengan begitu mereka bisa memperoleh pendapatan lebih tanpa harus berbagi keuntungan dengan penjual minuman di sekitar mereka.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pedagang nasi boran berupaya untuk saling berbagi kesempatan memperoleh keuntungan, yaitu dengan prinsip relasi sosial ekonomi. Relasi ini dibangun atas dasar kehidupan sosial bermasyarakat yang dipandang harus mempunyai rasa empati dan tolong menolong. Pedagang lebih mengedepankan perilaku solidaritas yang sudah melekat sejak dulu sebagai nilai moral dalam beraktivitas. Karakter yang berusaha menghindari situasi buruk seperti gunjingan masyarakat menjadi kontrol sosial yang sangat berpengaruh. Karakter dasar tersebut kemudian muncul sebagai kesadaran pedagang membangun hubungan relasi yang harmonis dengan berbagai pihak, salah satunya dengan pedagang penyedia minuman. Ada beberapa bentuk pengaruh apabila seorang pedagang nasi boran enggan membangun relasi dengan penyedia minuman dilingkungan sekitar, yaitu (a) pedagang nasi boran tersebut setiap hari akan menjadi bahan Gossip, (b) hubungan yang tidak harmonis di lingkungan tempat berjualan, seperti yang diungkapkan pedagang sebagai berikut: “Iya mas, saya harus nerima minuman dari orang itu, karena semuanya disini juga sama. Dulu saya dikasih tau mbak saya yang sebelumnya berjualan disini yang kemudian saya gantikan kalau saya harus menjaga lingkungan tempat berjualan saya secara kondusif dan nyaman melalui tidak membuat masalah dengan pedagang minuman itu mas, kalau saya nggak ambil minuman dia, saya bisa di omel dan diguncing setiap hari mas”
Pendapat yang diutarakan pedagang tersebut memberikan pengetahuan bahwa moral ekonomi yang di utarakan oleh Evers telah masuk sebagai dasar pedoman pedagang nasi boran. Pedagang tidak hanya bertujuan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi, melainkan terdapat pengetahuan yang perlu ditaati selama berjualan. Pengetahuan tersebut sudah tertanam sejak dulu sebagai kesadaran kolektif untuk membangun hubungan baik di lingkungan tempat berjualan. IV.3.3. Saling Menjaga Tempat Berjualan Pedagang nasi boran selalu berusaha menjaga kedekatan dengan pedagang lainya terutama pedagang yang berjualan di samping kiri dan kanan. Sebagai penjual yang berjualan berjam-jam dan hanya duduk beralaskan tikar, mereka mempunyai keperluan lain yang mendesak seperti ketika hendak pergi ke toilet
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang cukup jauh, pergi ke rumah apabila ada barang atau kebutuhan yang diperlukan, sehingga secara sadar pedagang tersebut harus meninggalkan barang dagangan nasi boran di tempat tanpa penjagaan. Kedekatan yang sudah di bangun pedagang yang terikat sebagai sesama penjual nasi boran, apalagi dari tempat tinggal dusun yang sama membuat perasaan cemas mereka meninggalkan barang dagangan dapat dipercayakan kepada pedagang lainya yang berdekatan untuk menjaganya sesaat. Tidak ada imbalan apa pun yang bisa diberikan kepada pedagang yang membantu menjaganya, melainkan sebagai pedagang yang mempunyai moral sebagai makhluk sosial. Ketika ada pedagang lain yang membutuhkan bantuan maka dengan senang hati pedagang tersebut turut membantu. IV.3.4. Saling Berinteraksi Pedagang dapat memperoleh keceriaan dan hiburan selama berjualan. Sebagai pedagang yang berjualan duduk lesehan berjam-jam tentu membuat rasa capek dan bosan tersendiri, menunggu pelanggan yang menghampiri mereka hanya dengan duduk di atas kursi kecil memerlukan sebuah kesabaran. Oleh karena itu, untuk menghindari rasa bosan dan mengantuk mereka berusaha berbincang-bincang dengan pedagang yang ada didekatnya. Hubungan kedekatan mereka juga terbangun dari komunikasi yang baik dan menyenangkan. IV.3.5. Memberi Pinjaman Perlengkapan Keperluan pedagang nasi boran selama berjualan tentu bervariasi, kadang apa yang sudah disiapkan menuai kekurangan atau tidak lengkap. Kondisi tersebut memaksa pedagang mengambil sebuah pilihan dengan cara mencari tahu apakah pedagang yang lain mempunyai perlengkapan lebih yang dibutuhkan pedagang tersebut, seperti contoh keperluan tikar buat alas konsumen, plastik buat tempat sampah, sendok, dan lain sebagainya, seperti yang diungkapkan pedagang sebagai berikut: “Kalau saya butuh sendok untuk makan dan tikar untuk alas lesehan, tinggal ambil mbak sebelah mas gentian”
Keperluan yang dipinjam atau diminta biasanya bukan hanya semata-mata mengenai perlengkapan saja, melainkan juga tentang makanan. Pedagang nasi
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
boran ketika berjualan cukup lama tentunya membutuhkan makanan ketika dia mulai terasa lapar. Kondisi tersebut tidak selalu membuat pedagang memakan apa yang dimasak mereka sendiri, melainkan banyak dari mereka yang mencoba meminta lauk ataupun bumbu dari pedagang lain sebagai alternatif menjajakan lidah mereka. Terkadang terdapat salah satu pedagang yang dianggap mempunyai bumbu paling disukai pedagang lainya karena kelezatanya, jadi untuk membuat rasa lapar hilang mereka berbondong-bondong mencicipi masakan pedagang lainya secara gratis. Mereka biasanya dicicipi bumbunya saja, sedangkan untuk lauk dan nasi membawa sendiri. IV.4. Kendala yang dialami Pedagang Nasi Boran Teryata setelah membangun “citra” nasi boran, hubungan dan kerjasama. Pedagang nasi boran menemukan kendala selama beraktivitas sebagai penjual nasi boran. Kendala merupakan hal mendasar yang dijumpai setiap orang selama beraktivitas tak terkecuali ketika bekerja. Masalah tersebut memicu setiap individu untuk segera menyelesaikanya agar tidak berlarut-larut menjadi beban yang beresiko. Sebagai pekerja sektor informal masyarakat Dusun Kaotan khususnya para penjual nasi boran tentunya mengalami beberapa hambatan selama proses berjualan. Secara umum masalah yang dialami penjual nasi boran meliputi beberapa aspek seperti lingkungan, masalah ekonomi, kendala cuaca. IV.4.1. Lingkungan Kendala lingkungan diartikan sebagai pengaruh antara subjek yang bertindak sebagai pedagang dengan objek yaitu lingkungan. Masalah lingkungan itu yakni efek pedagang berjualan yang menyebabkan suatu keadaan negatif di lingkungan tersebut, maupun kondisi lingkungan yang menghambat atau menimbulkan suatu masalah bagi pedagang selama berjualan. Pedagang menimbulkan masalah lingkungan merupakan efek dari operasional pedagang selama berjualan di lingkungan tersebut yang dapat mencakup kebersihan tempat berjualan, kenyamanan penikmat jalan, dan
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ketertiban lalu lintas. Karena pada umumnya tempat yang digunakan pedagang berjualan merupakan fasilitas umum warga dalam beraktivitas. Lingkungan seringkali memunculkan kendala-kendala yang menyebabkan kurang maksimalnya pedagang dapat berjualan sehingga pendapatan yang diinginkan tidak memenuhi harapan. Seperti contoh ketika pedagang berjualan di depan Plaza Lamongan dengan lalu lintas padat penduduk dan para pedagang, menimbulkan suatu atmosfer kerumunan massa yang sulit terkendali, sehingga menyebabkan kurang nyamanya konsumen membeli ditempat tersebut. Ditambah lagi jalur tersebut merupakan lalu lintas utama yang menghubungkan antar kota dimana kendaraan berukuran besar dan kecil melintas menyebabkan resiko yang cukup besar dan rawan kecelakaan, karena pengalaman sebelum-sebelumnya juga pernah terjadi kecelakaan mobil dimana melukai para pedagang yang berjualan di bahu jalan tersebut. IV.4.2. Ekonomi Masalah yang timbul dari ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan. Masalah ekonomi selalu dikaitkan dengan uang sebagai salah satu alat tukar ekonomi yang paling dicari setiap orang. Dalam kaitanya dengan pedagang nasi boran, masalah ekonomi mencakup dua hal umum, yaitu masalah penyediaan modal dengan masalah keuntungan yang diperoleh. Masalah penyediaan modal merupakan masalah awal yang dialami pedagang nasi boran. Ketika harapan dan niat untuk berjualan sudah terkumpul maka modal uang lah yang dibutuhkan sebagai bentuk implementasi rencana berjualan, sehingga mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan modal yang bisa digunakan. Modal yang dibutuhkan pedagang untuk memulai usaha berjualan kurang lebih 1 Juta Rupiah yang digunakan untuk membeli perlengkapan berjualan dan bahan-bahan pembuatan nasi boran. Adapun sumber modal yang bisa diperoleh ada 3 pilihan yaitu pertama, tabungan pribadi. Kedua, para pedagang menunggu hasil panen dari pertanian sawah yang dimiliki atau menabung dari bekerja sebegai buruh tani. Ketiga, melakukan pinjaman ke beberapa instansi seperti koperasi simpan pinjam atau bank yang tentunya dikenakan bungah dengan jumlah tertentu yang harus dibayar.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih lanjut, masalah keuntungan yang diperoleh lebih menekankan pada aspek individual pedagang, terutama dalam hal berjualan. Masalah ini sering diakibatkan karena pendapatan yang diperoleh tidak cukup akibat sedikitnya konsumen yang membeli. Berbagai faktor yang menjadi latar belakang sedikitnya konsumen tersebut merupakan sebagai akibat dari munculnya kendala yang dialami oleh masing-masing pedagang. IV.4.3. Cuaca Secara klimatologi iklim di Lamongan ada dua macam yaitu musim kemarau dan musim hujan. Perubahan musim tersebut sangat berdampak di dalam aktivitas kehidupan masyarakat di Lamongan, salah satunya berdampak pada pedagang nasi boran. Warga Dusun Kaotan yang berjualan nasi boran mempunyai pola penjualan yang sederhana yaitu duduk lesehan di area terbuka. Tidak ada tempat permanen yang dapat menutupi para penjual dari panasnya matahari dan derasnya hujan. Sebagai bentuk mengurangi risiko tersebut, mereka menyikapi dengan membawa payung besar seperti yang biasa digunakan di pantai untuk mengurangi teriknya panas maupun derasnya hujan. Namun, tidak semua yang menggunakan payung tersebut sebagai perlengkapan pendukung berjualan, masih banyak pedagang yang menjual hanya dengan membawa tikar atau justru tidak sama sekali. Meskipun mereka sudah memakai payung, tetapi efek cuaca masih bisa dirasakan pedagang atau pun pengunjung yang membeli. Secara umum, pedagang lebih senang bekerja dimusim kemarau daripada musim hujan. Pada musim kemarau, mereka masih bisa bekerja seperti biasanya tanpa ada kendala cuaca yang berarti selain teriknya panas di siang hari. Namun, ketika musim hujan para pedagang mengalami dilema ketika harus memilih berjualan dengan kondisi yang cukup berisiko, seperti yang diungkapkan oleh mbak erna sebagai berikut. “Yo enak pas gak udan mas, pas wayae panas kemarau. . .iso dodolan sampek mari, akeh seng tuku. Lah nek udan yo bingung kabeh mas ape nggowo kulak.an lauk renoh” wedi gak entek, soale podo males metu. Nek udan deres yo podo pindah kabeh mas golek panggonan seng gak kenek udan. Payung iki iso mung dig awe pas udan kemriceh utowo gerimis.”
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
.
Pedagang lebih banyak berjualan di musim kemarau karena lokasi outdoor
yang mereka pilih tidak mengalami kendala secara signifikan yang bisa membuat rasa niat berjualan terhenti. Musim kemarau diartikan sebaga masa yang paling baik pedagang berjualan. Setidaknya mereka berpikir hanya cuaca panas yang menjadi kendala mereka. Kondisi panas tersebut dirasa tidak berdampak negatif bagi keseluruhan pedagang pada umumnya, dikarenakan hanya beberapa pedagang yang melewati panas terik matahari selama berjualan, selebihnya (a) pedagang pulang ketika panas sudah sangat menyengat yaitu pedagang yang berjualan dipagi hari; (b) memulai berjualan ketika panas sudah mulai surut, yaitu pedagang yang berjualan di sore hari; (c) pedagang yang berjualan ketika terik panas menyengat namun berlindung di bawah pohon rindang; (d) pedagang yang mulai berjualan malam hari. Panas menjadi kendala pedagang karena dianggap dapat menurunkan semangat berjualan dan juga mudah lelah, kendala tersebut bagi pedagang tidak tampak pada surutnya jumlah pembeli karena meskipun panas, banyak warga yang masih beraktivitas seperti biasa. Sedangkan kondisi lainya adalah pada saat cuaca hujan, pedagang mempunyai dilema cukup tinggi karena dihadapkan pada situasi lingkungan tempat berjulan yang tidak mendukung. Alasan dilematik pedagang adalah sebagai berikut: (a) hujan membuat lingkungan berjualan dipenuhi genangan air; (b) hujan dianggap membuat malas konsumen keluar membeli makanan; (c) hujan dapat membasahi mereka ketika berjualan; (d) hujan membuat jalan licin sehingga beresiko; (e) kurangnya perlengkapan untuk mengantisipasi datangnya hujan. Pergantian cuaca dari musim kemarau ke musim hujan memperlihatkan berkurangnya keuntungan pedagang yang diperoleh. Hasil uang penjualan akan mengalami penurunan karena nasi boran yang dijual tidak memenuhi target atau masih menyisahkan banyak nasi dan lauk. Kondisi penurunan pendapatan tersebut membuat tindakan rasional pedagang dalam mengantisipasi masalah dan tidak mengalami kerugian. Tindakan Rasional menurut Samuel Popkin (1986) lebih menekankan pengambilan keputusan individual yang strategis, pilihan tersebut diharapkan dapat memenuhi tujuan invidu dan sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Mereka melakukan evaluasi dari tindakan tersebut yang kemudian secara sadar memperbaiki sampai menemukan tindakan yang sesuai kebutuhan. Sebagai penjual nasi boran, para warga Dusun Kaotan melakukan tindakan rasional guna tetep memperoleh kesejahtraan. Salah satu tindakan tersebut diterapkan pedagang ketika menghadapi situasi sulit di musim hujan, adapun beberapa tindakan tersebut adalah : 1. Mengurangi jajanan yang dijual (lauk pauk dan nasi) 2. Pindah sementara ke tempat yang lebih nyaman 3. Libur berjualan sebagai pilihan rasional Ketiga tindakan tersebut merupakan alternatif pilihan pedagang guna memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Pedagang harus tetap berjualan karena kebutuhan keluarga tidak bisa berhenti meskipun datang musim hujan. Tindakan rasional yang dipilih pedagang ketika musim hujan tersebut semata-mata ingin menyelamatkan diri dari tekanan kebutuhan subsisten. Pedagang tidak sekadar berhenti berjualan karena takut tidak laku dan mendapat rugi, melainkan berusaha menemukan cara berjualan supaya bisa tetap memberikan keuntungan meskipun sedikit. Keuntungan sedikit itulah yang nanti sebagai modal dan roda penggerak kehidupan keluarga. Pedagang takut kesejahtraanya akan runtuh hanya karena hujan mereka harus berhenti berjualan, mereka sebisa mungkin mengantisipasi berbagai kemungkinan apabila hujan turun di saat jam kerja mereka berdagang dengan cara menyisihkan sedikit lauk pauk dan nasi untuk dijual besok atau hanya sekedar memilih tempat yang mempunyai perlindungan pada saat hujan turun. Secara umum mereka meyakini bahwa hujan turun tidak hanya sekadar menjadi kendala berjualan secara internal melainkan juga memunculkan perspektif berkurangnya konsumen secara drastis karena faktor cuaca tersebut. Samuel Popkin (1986) yang semula menganalisis masyarakat tradisional yang mayoritas bekerja sebagai petani melihat bahwa setiap warga memusatkan tindakan untuk kepentingan dirinnya, keluarga, kawan-kawan serta desa tempat mereka tinggal. Sebagai satu keutuhan keluarga, para pedagang nasi boran Dusun Kaotan memang bekerja sebagai petani bagi sang suami, sedangkan istri bekerja
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagai penjual nasi. Bekerja sebagai petani saja dianggap kurang dapat diandalkan untuk menutupi biaya keluarga, apalagi bagi seorang buruh tani. Kondisi tersebut membuat sang istri harus menyeimbangkan kesejahtraan keluarga salah satunya membantu suami bekerja. Cuaca hujan bagi para pedagang dianggap salah satu faktor kendala yang tidak bisa dihindari, demi mencapai kesejahtraan keluarga mereka harus melewati kendala tersebut dengan berbagai tindakan rasional yang menurut mereka efektif. Selain kendala umum yang diuraikan diatas, terdapat beberapa kendala yang dialami pedagang secara spesifik meliputi serangkaian proses produksi nasi boran yang mencakup proses pembelian bahan, mengolah bahan, penjualan, penentuan harga, dan perolehan modal yang diuraikan didalam tabel sebagai berikut :
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.1. Kendala Pembelian Bahan, Pembuatan, Penjualan Nasi Boran No 1
Proses Produksi
Kendala
Pembelian Bahabahan
1. Bahan (lauk pauk, bumbu, sayuran ) yang diinginkan tidak komplit 2. Harga bahan meningkat secara mendadak 3. Kendala modal membeli bahan
2.
Mengolah Bahan
1. Bahan yang dibutuhkan terdapat kekurangan 2. Kurangnya tenaga buat mengolah 3. Mengolah disaat panen tiba yang membutuhkan kerja ekstra
3
Penjualan Nasi Boran
1. Kendala cuaca 2. Kendala lingkungan 3. Terjadi hubungan yang kurang harmonis dengan pedagang sekitar
4
5
Penentuan Harga
3
Apabila meningkatkan atau menurunkan harga sepihak dalam lingkungan berjualan akan mendapat omongan jelek dari pedagang lainya
4
Harga tambahan yang ditentukan terpaku pada kemampuan konsumen
5
Memprioritaskan mempunyai pelanggan banyak daripada keuntungan banyak
Perolehan Modal
1. Menunggu panen untuk mendapatkan modal 2. Membayar suku bunga apabila meminjam pada instansi luar
Sumber : Data Lapangan 2016 Secara umum kendala tersebut ada yang diselesaikan dengan waktu yang cepat dan ada juga dengan rentang waktu yang lama. Beberapa kendala tersebut juga dikhawatirkan dapat memicu konflik dengan pedagang lain ataupun orangorang disekitar kita seperti keluarga pedagang itu sendiri. Salah satu contoh
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kendala ketika proses berjualan memunculkan kondisi tidak harmonis antara satu pedagang dengan pedagang yang lain yaitu proses interaksi sesama pedagang dilingkungan tempat bekerja. Konflik yang dihasilkan hanya sebatas konflik batin yang saling membicarakan kejelekan kedua belah pihak kepada konsumen yang membeli di tempat mereka atau kepada rekan pedagang lain di sekitar mereka berjualan. IV.5. Membangun Hubungan dengan Penyedia Bahan-bahan Nasi Boran Berjualan nasi boran dilakukan setiap hari menurut shift yang diinginkan. Kebiasaan tersebut selain memunculkan interaksi antara pembeli dan penjual nasi boran tentunya terdapat bentuk relasi antara penjual dengan penyedia bahan nasi boran. Setiap hari penjual nasi boran mempunyai waktu yang sudah ditentukan untuk membeli bahan di pasar, sehingga produsen penyedia bahan tersebut sudah memahami kapan waktunya pedagang pergi ke pasar untuk membeli keperluan memasak nasi boran. Kebiasaan yang sudah dilakukan berulang-ulang oleh pedagang ketika membeli bahan di pasar secara sadar membuat mereka memahami terdapat produsen yang sudah menjadi langganan setiap harinya. Berbagai kriteria yang diinginkan pedagang nasi boran dimiliki oleh salah satu produsen di pasar, menyebabkan mereka senang membeli pada satu produsen tanpa berpindah ke produsen lainya. Ketika hubungan sudah terasa baik dan berangsur lama, maka kedua
belah
pihak
mempunyai
pola
relasi
yang
sama-sama
saling
menguntungkan. Berikut merupakan beberapa keuntungan yang diperoleh pedagang nasi boran dapat berupa: (a) bahan lauk pauk yang berkualitas; (b) harga yang sesuai atau bahkan lebih murah; (c) Produsen yang ramah; (d) profesionalitas produsen yang mampu menyiapkan bahan nasi boran secara konsisten setiap harinya. Proses jual beli antara pedagang nasi boran dan penyedia bahan membuat hubungan sosial mereka semakin dekat satu sama lain. Pola relasi ini hampir seperti patron dan klien namun tidak ada yang dominan bertindak sebagai patron ataupun klien karena hubungan mereka masih bersifat horizontal. Sebagai seorang
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penyedia bahan pembuatan nasi boran, pilihan menstabilkan hubungan dengan para pedagang yang bertindak sebagai langganan menjadi begitu krusial. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan menjadi sangat penting supaya tidak ada penurunan pendapatan. Dari sisi seorang pembeli, pedagang nasi boran dapat leluasa memilih mana penyedia bahan yang lebih tepat yang dapat dijadikan langganan baru sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap langganan lama karena berbagai alasan. Strategi yang dilakukan penyedia bahan untuk menghindari risiko kehilanggan pelanggan salah satunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan konsisten. Bahkan, tidak jarang mereka memberikan keleluasaan bagi pedagang untuk hutang terlebih dahulu atau biasa yang disebut kasbon. Kasbon secara taktik ekonomi masyarakat tradisional membuat kesepakatan yang saling mempercayai antara satu sama lain.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V SIMPULAN Simpulan yang bisa diambil dari pembahasan pola kerja pedagang nasi boran sebagai berikut. Ada lima macam pedagang berdasarkan tempat jualan yaitu di Plaza Lamongan, Pemkab Lamongan, Perumahan Made, Jalan Basuki Rahmat, dan Alun-Alun Lamongan. Ada empat macam pedagang yang berbeda waktu berjualan yaitu dini hari (03.00 – 07.00 WIB), pagi – siang (07.00 – 13.00 WIB), siang – sore (13.00 – 20.00 WIB), 22.00 – 01.00 WIB. Terdapat pola kerja yang dimiliki oleh masing-masing pedagang nasi boran khususnya terkait waktu dan tempat berjualan, diantaranya meliputi berjualan menurut tempat dan waktu masing-masing pedagang, aktivitas pembelian bahan-bahan, pembuatan, dan penjualan nasi boran. Pola beraktivitas pedagang nasi boran sama antara satu dengan yang lainya meskipun mereka berbeda tempat dan waktu berjualan Pada tahap pembelian bahan-bahan, pedagang nasi boran mempunyai langganan masing-masing sesuai dengan tempat mereka berjualan, seperti pedagang yang berjualan di Plaza Lamongan yang membeli bahan di Pasar Plaza Lamongan (Ndapur), dan pedagang di sekitar Pemkab Lamongan membeli bahan di Pasar Sidoarjo. Pada tahap pembuatan para pedagang mendapat bantuan tenaga kerja dari suami dan anak. Aktivitas yang dilakukan pedagang nasi boran meliputi pengolahan bahan-bahan yang sudah dibeli. kemudian dilanjutkan pada tahap pembuatan sambel dan lauk-pauk, serta yang terakhir adalah menyiapkan perlengkapan berjualan. Sedangkan pada tahap penjualan nasi boran, pedagang diantar jemput oleh suami atau anak mereka, serta dibantu menata perlengkapan berjualan. Aktivitas yang dilakukan pedagang meliputi menjual nasi boran, membangun hubungan sosial dengan pedagang minuman, membangun hubungan dengan sesama
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pedagang nasi boran, dan pembeli. Selama berjualan pedagang dihadapkan pada pilihan rasional guna mengantisipasi kendala yang muncul seperti contohnya kendala pada saat cuaca hujan. Pedagang nasi boran selama bekerja membutuhkan peran pihak lain yang sama-sama saling membantu, seperti kerjasama antara sesama pedagang nasi boran maupun hubungun pedagang nasi boran dengan pedagang minuman. Hubungan tersebut secara tidak langsung mempunyai berbagai bentuk aturan yang tidak tertulis namun dipandang sebagai Ekonomi Moral pedagang selama berjualan. Aturan tersebut dari perspektif hubungan sesama pedagang nasi boran meliputi kesepakatan harga yang yang ditawarkan kepada konsumen, sedangkan dari perspektif hubungan pedagang nasi boran dengan pedagang minuman meliputi kesepakatan yang mewajibkan pedagang nasi boran untuk menawarkan minuman yang disediakan pedagang minuman kepada konsumen yang membeli di setiap pedagang, namun kondisi tersebut bisa berbeda apabila tidak ada penjual minuman yang berada di sekitar lokasi berjualan.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Daftar Pustaka Anonim 2013
Gambaran Umum Kabupaten Lamongan. File tersedia di http://lamongankab.go.id/instansi/kkp/wp content/uploads/sites/33/2013/05/Gambaran-Umum-Kabupaten Lamongan.pdf. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016, waktu akses 15:34.
Anonim 2015
Data Desa Sumberejo. Lamongan.
Damsar 1997
Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dyson, L 2003
“Metode Etnografi” dalam Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Th XVI, No. 1, Januari, 29-38
Evers, Hans-Dieter dan Heiko Schrader 1994
The Moral Economy of Trade: Ethnicity and Developing Market. London: Routledge.
Koentjaraningrat (ed) 1977
Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Raharjana, T Destha 2003
“Siasat Usaha Kaum Santri: Ekonomi Moral dan Rasional Dalam Usaha Konfeksi di Mlangi” dalam Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik dalam Industri Kecil di Jawa. Heddy Shri Ahimsa-Putra (Peny). Yogyakarta: Kepel Press.
Scott, James C 1983
Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3S.
Soekanto, Soerjono 1990
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Spradley, J.P 1997
SKRIPSI
Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Subangun, Emmanuel 1991
Sektor Informal di Indonesia dari Titik Pandang Non Akademik. Jakarta: LPES.
Sumintarsih 2003
“Merajut Kerjasama, Menjangkau Pasar: Siasat Resiprositas Dalam Usaha Kerajinan Agel di Kulon Progo, Yogyakarta” dalam Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik dalam Industri Kecil di Jawa. Heddy Shri Ahimsa-Putra (Peny). Yogyakarta: Kepel Press.
Zamzam, A. F. 2014 Nasi Boran dan Identitas Masyarakat. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Idenitas informan Nama Tempat tinggal Umur Pendidikan Pekerjaan/jabatan Tempat/waktu wawancara
Pedoman Wawancara : : : : : :
Gambaran Umum Pedagang Nasi boran Sejarah dan gambaran umum Nasi Boran dan penjual 1. Bagaimaa sejarah nasi boran lamongan ? 2. Sejak kapan nasi boran muncul dan mulai diperdagangkan ? 3. Kenapa nasi boran hanya popular di kaotan saja ? 4. Yang khas dari nasi boran dibandingkan dengan nasi yang lain itu apa buk ? (mungkin bahanya, lauknya, atau cara pembuatanya) 5. Kenapa hanya perempuan yang menjual nasi boran ? 6. Apa ada bentuk perubahan bentuk maupun cara berjualanya dari dulu hingga sekarang ? 7. Kenapa perubahan tersebut bisa terjadi ! apa ada alasanya ? Pola Kerja Pedagang Pengaruh Eksisteni Dusun Kaotan 1. Apakah nama desa kaotan berpengaruh pada penjualan nasi boran ? 2. Kenapa nama desa kaotan sangat berpengaruh buk ? 3. Apakah banyak penjual yang berasal dari luar dusun kaotan tapi mengaku-ngaku dari dusun kaotan buk ? kenapa kok bisa seperti itu ? 4. Ibu merasa tidak nyaman atau gimana buk melihat fenomena seperti itu ? melihat bagaimana nama dusun ibu di klaim orang lain ? Hubungan Sosial (relasi sosial ) dan hubungan kekerabatan - Hubungan Sosial 1. Apakah ada hubungan sosial dengan pedagang yang lain dalam mekanisme berjualan buk ? sebagai bentuk kerjasama timbale balik yang saling menguntungkan ? 2. Apa alasanya ada hubungan sosial seperti itu buk ? seperti apa bentuknya ? 3. Apakah ada faktor kendala atau pihak yang dirugikan ? 4. Apakah tidak ada persaingan merebutkan pelanggan ? - Hubungan Kekerabatan 1. Apakah ada penjual yang masih tergolong kerabat berjualan di lokasi yang sama dan bekerja sama buk ? 2. Apa alasanya memilih kerabat untuk bekerjasama ? 3. Apakah tidak ada persaingan merebutkan pelanggan ?
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Proses Pewarisan 1. Apakah ada pewarisan berjualan nasi kepada anak mereka ? 2. Kenapa ada anak yang harus mewarisi berjualan nasi boran tersebut ? 3. Kalau ada seperti apa bentuk pewarisan tersebut serta proses belajar anak tersebut menjadi sipa berjualan ? Masalah dan Konflik 1. Selama menjadi penjual nasi boran bentuk permasalahan yang dilami itu apa saja buk ? - Penggusuran 2. Apakah pernah ada penggusuran ? 3. Apa alasan penggusuran tersebut dan seperti apa cara para pedagang mengatasinya ? 4. Apakah masih boleh berjualan lagi setelah penggusuran ? - Pedagang Lain 5. Apakah ada masalah atau konflik dengan pedagang yang lain buk ? 6. Apa alasanya permasalahn dan konflik tersebut ? 7. Apakah soal persaingan merebutkan pelanggan atau ada hal lain ? 8. Lalu seperti apa cara mengatasi hal tersebut sehingga bisa baikan atau damai ? atau dibiarkan saja selama berjalanya waktu ? Modal dan Harga Perolehan Modal 1. Ibu dapat modal jualan dari mana ? 2. Ibu dalam mengelolah modal tersebut bagaimana caranya supaya cukup? 3. Apakah ada lembaga atau pemerintah desa yang menawari modal ke ibu ? Penetapan Harga 1. Ibu menetapkan harga makanan ini dari criteria apa aja bu ? 2. Apakah harga yang ibu tetapkan sama dengan pedagang lain ? 3. Apakah berdampak penetapan harga ibu dengan jumlah pembeli ? atau ada pembeli yang mengatakan harganya kemahalan ! 4. Berapa kali perubahan harga yang sudah ibu lakukan ? 5. Faktor apa saja yang membuat ibu harus merubah harga ? 6. Apakah perubahan harga itu juga dilakukan secara menyeluruh semua pedagang ? Pilihan Tempat dan waktu berdagang 1. Alasan memilih tempat dan waktu berjualan ? 2. Adakah pengaruh luar yang mempengaruhi pilihan tempat dan waktu berjualan ?
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Keuntungan yang bisa di ambil dari pemilihan tempat dan waktu ? Kerjasama dengan pihak lain 1. Dalam berjualan ini ada nggak buk semacam kerjasama dengan pihak lain seperti pedagang es, tukang becak atau bahkan sesame pedagang nasi boran ? 2. Seperti apa upaya ibu menghindari prasangkah atau konflik baik dengan sesame pedagang ataupun dengan orang lain, langkah langkahnya seperti apa ?
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pedoman Wawancara BAB II (Profil Dusun Kaotan) Demografi 1. Berapa Luas Wilayah Dusun ? 2. Berapa Jarak Dusun Kaotan ke Alun-Alun Lamongan ? 3. Berapa Jarak Dusun Kaotan ke kecamatan (Lama tempuh) ? 4. Apasaja Batas Dusun Kaotan? Kondisi Penduduk 1. Berapa jumlah KK ? 2. Berapa jumlah Penduduk Dusun Kaotan ? 3. Berapa jumlah Laki-laki dan perempuan ? 4. Berapa penduduk Usia Kerja dan Belum bekerja ? 5. Apa saja profesi Penduduk Dusun Kaotan ? Keadaan Pendidikan 1. Apa saja sekolah yang ada di dusun atau Desa ? 2. Sekolah dimana saja anak anak mereka , SD – SMP – SMA sampai Perguruan Tinggi? 3. Bagaimana tingkat Pendidikan ? 4. Apa saja lembaga Non formal ? Kondisi Perekonomian Dusun Kaotan : 1. Apasaja mata pencaharian penduduk Dusun Kaotan ? Kondisi Sosial Budaya Desa : 1. Apasaja tradisi di Dusun Kaotan ? 2. Bagaimana ikatan kekerabatan, gotong royong ? 3. Apa saja lembaga Pemberdayaan masyarakat ? Keberagamaan Dusun Kaotan 1. Apasaja agama yang di anut ? 2. Bagaimana toleransinya ?
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Transkrip Wawancara 1. Nama Jabatan
: Kepala Desa Sumberejo
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Desa Sumberejo
Tempat wawancara
: Desa Sumberejo
Keterangan
:
P I P I P I
P I P I
P I
SKRIPSI
: Pak Sumantri
P
: Peneliti
I
: Informan
: Pernah ada penelitian tentang nasi boran di desa ini pak ? : Pernah ada mahasiswa unibra 2 datang kesini mas, terus kemaren juga pernah ada RCTI datang bawah shooting meliput dari masak sampai selesai, sampek menghinap. : bapak gak pernah ada rencana bikin baju atau apa pak buat warganya yang mayoritas berjualan nasi tersebut ? :kok seandainya saya orang kaya, tak seragami semua mas warga saya, untuk itu berarti betul-betul warga saya yang berjualan. : soalnya banyak yang ngaku – ngaku orang kaotan pak ! : iya memang jadi iconya desa kita itu dinikmati orang dari sana, kalau saya bertanya pada pedagang missal “buk ini sego boran sangking pundi, jawabe kaotan” mangkanya saya tadi bilang sama pak fadli untuk meminta tempat sendiri buat nasi boranan berjualan, biar kalau ada pengunjung dan tamu pemerintah kota bisa membeli di tempat tersebut. : dulu nasi boran itu nggak di perjual belikan ya pak ? : loh tetap, jual beli sejak dulu ada, sebelum pasar terbakar, kamu belum lahir mungkin. : saya pernah baca katanya nasi boran itu muncul bermula ketika upacara adat kayak syukuran gitu pak ? :ndak, dulu itu ya orang berjualan tidak membludak seperti sekarang, dan hanya orang – orang tertentu yang menjulanya, dulu itu banyak yang mangkal terus ider. . . di gang gang kampung, sekarang kan sudah ada di kantor pemda, sepanjang deretan itu warga saya. : kalau di Plaza Lamongan pak ? : di plaza itu campur-campur, ada orang keset juga, ada warga sidorukun juga, di tikung-tikung kali kapas sebelah sana itu bukan warga saya yang ngaku warga saya,
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I
P I
P I
P I
P I P I
P
SKRIPSI
: menariknya pak, kok gak ada yang keluar kota gitu pak, saya penasaran kenapa ? seperti soto ka nada di mana-mana pak, Surabaya, gresik ada soto semua , tapi nasi boran kok gak ada pak ? :iya, orang sini itu gini loh dek, kalau kita keuar kota itu harus punya tempat, apalagi orang masak nasi boran itu susah, susahnya itu begini, untuk rasa, rasanya itu dulu mulai jaman dulu itu kan belum ada bahan – bahan dari seng seperti sabrukan, panic, kalau panic sudah ada, kalau sabrukan belum, lah itu kan masak istilahnya pakek kemaron kan dari tanah, jadi untuk masak itu rasanya sambel antara masak dari seng dan tanah itu enaknya dar tanah, dan masakan yang pakek kompor itu beda jauh , enak pakek kayu, terus pakek kukusan, sekarang enggak eh, uda pakek sabrukkan , rescooker, dan macem macem, terus alanya pakek eros, kan itu dari seng semua, dulu itu dari batok kelapa, mangkanya rasanya lain : istilahnya nasi boran kan makanan lamongan ya, biar eksis pasti banyak dukunganya ? : sebenarnya kita itu sudah berupaya bagaimana meningkatkan eksistensi nasi boran, tapi dari dinas pemerintah daerah itu nggak ada mengkordinasikan harus dibeginikan itu nggak ada , tapi kalau ada momen – momen seperti pencalonan bupati itu baru dikasih seragam, berarti kalau ada butuhnya aja gitu loh, : penelitian saya ini kan bukan hanya melihat sejarah nasi boran saja pak tapi juga melihat hubungan timbale balik antara pedagang dengahn kerabatnya. :ini depan rumah saya juga pedagang nasi boran, mereka berjualan saling membantu. Kalau missal ada yang kurang mereka bisa saling membantu dan melengkapi, missal contoh ketika ada pesanan nasi boran 50 bungkus, maka yang membuatkan dibagi rata ada yang 10 ada yang 5 dan sebagainya, : keliatan persainganya nggak pak ? : nggak ada persainganya, coba adek liat saja itu sederetan pasti ndak ada, jadi nggak ada waktu luang untuk bersaing, ketika pedagang satu pulang, ada yang berangkat lagi menggantikan, begitu seterusnya. Jadi warga kalau mau beli di jam berapa itu tau siapa yang berjualan. Warga saya itu rukun – rukun mas, ndak ada persaingan antara sama – sama penjual nasi boranan meskipun berdekatan, jadi semuanya tinggal lidahnya konsumen saja “ oh enak di ibu itu loh” : apa pernah ada masalah pak ? : ndak ada. : lha ini kan berjualan samping jalan pak, mungkin ada masalah lain : masalahnya itu bukan seperti persaingan, melainkan ketertiban aja. Kemarin itu pas ketemu calon bupati manapun saya sampaikan kalau warga saya itu mencari makan mayoritas kan berjualan nasi boran, jadi tolng difasilitasi, karena dia ingin hidup, ingin membiayai anak sekolah : ndak pernah ada pemberdayaan dari pemerintah pak ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I
P I P I
P I P I
P I
SKRIPSI
: ndak ada satupun, ya cumin kemaren itu warga saya disuruh membawa 5 pincuk nasi boran buat dirasakan nikmatnya saat lomba di alun – alun, ya terus setalah itu ndak ada apa – apa tuh. Kemaren itu ada dari dinas apa ait kesini, ceritanya kan dulu gak pakek daun pisang, daun plaza, daun plaza itu daun ya ada 3 dilempit jadi satu dan dulunya beli di jembatan made ada orang yang berjualan, dimasyarakat sini itu sampek antri dulu belinya. : sekarang masih ada pak ? : sekarang itu ndak ada daun plaza, uda dig anti daun pisang, sekarang uda ganti lagi Koran sama kertas minyak, mangkanya itu ndak bisa nikmat, padahal nasi boran itu bisa dinikmati dari harum sedanya ya dari daun pisangnya itu. : biasanya kalau istri julan nasi boran, suaminya ngapain pak ? : Suaminya tani, tapi gini mas, membantu di dapur itu suaminya, suaminya adang, nyari kayu bakar buat adang di dapur, nggak pakek lpg kayak sekarang, sekrang malah di blender, jadi rasanya sudah gak alami lagi. : ndak enak pak ? : iya ndak enak, ndak sedap lagi, kalau cowek buat ulek sambel kan lama kelaman tanahnya ikut kemakan itu, kalau diblender kan uda bersih, itu ndak enak . : Saya dulu itu orangnya ndak mampu mas, belum ada perumnas made , saya berangkat sekolah SMP itu lewat tanggul sungai, jadi sepatu tak lepas tak tali di bahu, jalan kaki sampai jembatan made , terus dipunggung memawa nasi boran nganterin ibuk tiap pagi, sekarang itu dilanjutkan adek saya satu disini dan satu dimade, kalau ngaku orang sawu atau kaotan sendiri ndak masalah lah emang asli kelahiran sini, tapi kalau orang made ngaku orang kaotan ya lucu, : kemaren itu udah pernah dibahas sama temen temen, samean itu loh buk , icon penduduk sumberejo samean gawe ngaku ngaku. Gak onok buk sumberejo yang julan nasi boran kayak samean iku gak onok, : yang berjualan kok perempuan semua pak, gak ada laki-laki kenapa pak ? : itu sudah kebiasaan dari munculnya nasi boran mas,he he. Istilahe wong lanang gendong boranan iku gak pantes mas, opomane mbiyen kerjone tani. Dadi wong wedok seng ngewangi dodolan nak dalan. : saya Tanya pedagang di sekitar plaza itu kaotan semua pak bilangnya ? : tapi kita bisa membedakan mas, kalau bukan orang kaotan gak mungin pakek wadah boran seperti ini, beda jauh mas bedanya kalau gak pakek ini. Lha kenapa kok pakek ini nasinya jadi nggak dingin – dingin,padahal cumin gini aja gitu loh, lain, dulu pakek penjalin dan sekarang pakek bil, itu udah jauh beda. Ininya pakek bamboo yang kulitan, kalau orang lain ya procot beli di pasar di kasih kaki, terus udah. Ini kan belum di pakek, kalau uda dipakek kan beda jadi warna coklat karena sering di cuci dan dikeringkan, kalau nggak kering kan nggak enak nanti. : oh itu orang lain pak ? : iya, istilahnya nggak sebaik ini, jauh. Ini beli di kaotan 350 , pak suro dan pak sono, rumahnya depanya bengkel di kaotan itu , kalau bukan seperti ini pasti bukan orang sini, gitu aja. Dulu pakek ini itu diatasnya itu
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I
P
I
P
SKRIPSI
ada kinjeng, sekarang ndak, pakek plastic semua, dulu dari bamboo juga jadi rasanya beda : ceritanya panjang nasi boran itu mas, dari segi pembuat gimbal bulat itu gimbal emphuk itu beda kalau ndak dari sini. : kalau ikan sili pak ? : oh iya ikan sili, itu ikan musiman, kalau musim kemarau kayak gini itu mungkin ada banyak , mahal tapi, 250/kilo : berarti mahal juga nasinya ya pak ? : iya mangkanya itu kalau ada ikan silinya bisa 15rb perbungkus :ndak ada yng coba jual keluar kota pak ? : ndak ada. : atau emang ada control dari desa atau emang pilihanya nggak mau berjulan di luar ? : nah itu, warga saya itu kok perantauan aja ndak ada, lain kalau soto ada dimana – mana. : cita – cita saya itu pengen buat tempa berjualan nasi boran secara khusus, biar kalau ada tamu dari lamongan itu disuguhkan ke nasi boran. :yang diupayakan itu ndak bisa, untuk dikemas sampai keluar itu maunya ada yang seperti itu bumbunya itu , gimana caranya mn=engemas sampai bisa dibawah keluar kota itu ndak mampu. Kemaren itu ada yang bawah ke Jakarta, ya kita bawah resepnya aja kesana, masaknya disana. Bawah matengan dari sini ndak bisa dibawah kesana. Jadi menyesuaikan ikanya disana ada apa aja, beda dengan disini ada ikan sili juga : kemaren saya itu ketemu pak edi ketua balitbang lamongan pak, pas nyerahin surat penelitian, katanya beliau sangat antusias melihat penelitian ini, beliau bilang katanya kalau makan nasi boran perutnya selalu sakit, karena menurut beliau para penjuannya itu berjualan nasi boran disamping jalan yang banyak debunya , belduk istilahnya. Dalam hati saya kok gak ada pemberdayaan mengenai sosialisasi kesehatan itu pak ? : nah iya dulu rencananya kan gitu, ngasih etalase supaya tidak kena debu, sampai sekarang ituloh uda saya kumpulkan 80 warga saya , ndak ada sekarang, pemerintah ya gtu. Desa di gembor gemborkan mendapatkan dana besar, tapi belum ada. Banyakan potongan dari seharusnya dana desa mas, buat kepentingan pemerintah juga akhirnya, sudah ada istilahnya BPH,BU , macem-macem, tinggal kita nerima berapa untuk melkasanakan pembangunan prinsip. Itu juga tidak cair bleng 66 juta, ada termin pertama termin kedua, kalau termin pertama saya katakana nilainya cair sekitar 30 juta untuk pembangunan desa seperti waduk misalnya, harus selesai dengan rincian yang sama , kalau tidak maka tidak bisa lanjut ke termin kedua, you tang dek. Pak kades you tang. : penduduk saya itu gitu gak mau ambil resiko, padahal kita membuat disurabaya atau d gresik, kalau berjualan ditempat strategis seperti suanan giri, tapi gak ada yang mau kesitu, kenapa ada di lamongan sendiri kok kita susah susah keluar. : apa pernah ada penggusuran kayak satpol pp gitu pak dulu ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I
P I
SKRIPSI
: dulu ada, sekarang masyarakat kan patuh mas, kayak dulu ada penilaian adi pura selama 3 hari itu, masyarakat saya dan pedagang yang lain dihimbau tidak berjualan. Ya tidak jual, patuh. Terus setela penilain boleh lagi, kalau kalau ada penilaian harus steril. :janji janji diberikan literasi (34:00) per pedagang ya ndak ada, cumin dibelikan paying itu aja, kalau paying rusak ya beli sendiri. : ya mayoritas penduduk saya ya petani (laki – laki) dan nasi boranan (perempuan) : Alhamdulillah cukup pak ? : cukup mas, ndak pernah kekurangan masyarakat saya itu . kalau musim kayak gini susah, susahnya apa, air. Air itu sudah beli satu curigen seribu, kemaren solusi terbaik itu oan disini ada pipa ambil airnya dari ngglagah, tapi disana air sudah habis airnya, saya suruh buat tendon dari terpal, biar dijual 1000 per curigen gak masalah, biar masyarakat tidak jauh, biar nggak sampai ke perumnas. Tapi mereka tetep ambil diperumnas air pet itu, air sumur buat masak nasi kan nggak baik, baiknya air telaga, : sebenernya kalau dikasih seragam para pedagang juga bagus pak ? :kemaren jamanya pak bupati masfuk itu dikasih seragam cman satu kali , kemren orang 80 itu ada seragamnya tapi gak mau pakek, kainya partai. : disini kalau ada tahlilan mas, pedagang yang pas waktu julan itu ndak akan jualan.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Alamat Wawancara Keterangan
: Sutomo : 60 Tahun : Kepala Dusun : SMA : Dusun Kaotan : Pukul 18.00 – 20.00 di Dusun Kaotan : P : Peneliti I
: Informan
Transkrip wawancara Pak Sutomo P : saya mau nanya mengenai dusun kaotan, data dusun. Bapak ada data yang uda tertulis nggak pak ? I : oh kalau dusun sendiri belum ada mas P : jadi saya Tanya ke bapak aja kalau gitu, jumlah KK ten dusun kaotan niki pinten pak? I : kalau jumlah itu KK 170 P : kalau luas wilayah pak ? I : nek luas wilayah, keseluruhan 65 hektar itu tanah pekarangan dan tanah sawah. P : termasuk pemukiman ya pak. I : iya, pemukiman juga. P : dusun ini jaraknya dari alun –alun lamongan berapa kilo pak ? I : 5 km P : kalau ke kecamatan ? I : 4 km P : dusun niki batese pundi pak ? I : sebelah timur itu dua mas, sukomulyo sama sidoarjo. Kalau utara perumahan made. Sebelah barat sendang rejo. P : kalau dusunya pak ? I : timur sidorukun, melu desa sidoarjo. Utara perum made, barat itu dusun dampit. Selatan sawu. P :jumlah KK 170 itu penduduke pinten pak ? I :penduduke 568 P : Laki-laki perempuane pinten pak ? I : iku yang belum ngerti pasti mas. : Gaween akeh. 268 perempuan karo 300 perempuan. P : kalau penduduk usia kerja pak ? I : 170 KK, suami istri iku wes ketok 340. 340 tambah keluarga katakana yo itungane yo kurang lebih yo usia kerja yo. Yo gawean 500 mas. P : banyak mana pak, perempuan sama laki – laki ?
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I
P I P I
SKRIPSI
: banyak perempuan. Kira-kira iku laki –lakine gaween 200 punjol saitik sama 300 gitu lo mas, totoen. Pokoke akeh wedok.e. :rata – rata profesi penduduk niki nopo ae pak ? : tani sama pedagang nasi boran, : Mayoritas nopo pak ? : lek mayoritas nggih tani mas, pedagang nasi boran juga. Kalau pegawaine gak onok wong 50. Kiro – kiro yo tak itunge pasti yo onok 25 PNS, Polisi 2 termasuk anak saya. : yang tani niku pinten pak ? : modele ngene lho mas masyarakat dusun kaotan niki, seng lanang tani, seng wedok sego boranan. Modele iku ngono. : selain tani dan pedagang pak ? : y owes gak onok, y owes buruh tani iku, kadang – kadang nek sawah mari yo merman. : kalau karyawan pak ? : karyawan pabrik ? : nggih. : karyawan pabrik iku ono ndek samporna 2 orang, samporna mblangit iku lo mas : kalau pekerjaan lain pak, kayak wiraswasta : maksute wiraswasta niku nopo, noko karo ngopi ? : warung kopi niki wonten siji, loro, telu, wonten 5 orang. Warung kopi : kalau pengrajin, atau pekerja angunan ? : kalau kuli bangunan dan tukang iku ada, kurang lebih 12 orang. Kuli dan tukang, mayoritas tani. : kalau sekolah yang ada di dusun pak ? : maksute sekolah SD, TK. : kalau di dusn ndak ada, kalu madrasah diniyah ada, madrasah at taubah namanya. Madin madrasah diniyh at taubah, podo karo masjidte jenenge. : warga niki kalau nyekolahne anak.e ten pundi pak ? kalau SD niku SD pundi, : SD sumberejo sana, tapi tempatnya di dusun plandi sana sebagian, kalau sebagian di SD 3 Made. : kalau kaotan ten pundi myoritas pak ? : lek khususe kaotan mas, akehe metu, sebabe golek seng apik, sebgian besar made 3 to 4. Memange awak dewe nyekolahne anak,e yo golek seng apik mas, : memang dari pemerintah desa sudah dihimbau supaya menyekolahkan anaknya di desa saja, arane wong tuo yo gak terimo yo, wong anakku dewe mbiyen ae tak sekolahno nang made 4. : kalau SMP pak ? : kalau SMP itu ada di SMP 5 ada, SMP 1 ada,SMP 2 ada. Anak saya juga ada di SMP 2 Lamongan. : Mayoritas ten pundi ? : Mayoritas Sebagian. Eh rata – rata kok mas, gak ada yang dominan. SMP 2 ada 2 anak, SMP 1 ada 3 anak, SMP 3 juga ada, SMP 5 juga ada. Ndak
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I
P I
P I
P I
P I P I P
SKRIPSI
bisa dominan. Soale jaman sakmono nek daneme gak ngatasi kan gak iso mas :kalau SMA pak ? : wong kene Prioritase SMA , tapi yo akeh seng gak kelbu, terus pindah nak SMK 1 Lamongan. : kalau perguruan tinggi pak ? kuliah ? : Maksute piye ? : Anak – anak yang sekolah di dusun kaotan niku lo pak ten pundi ? : ten UNESA ada, terus ten malang Brawijaya juga, pokoke sebagian besar di lamongan mas, di UNISLA , rata-rata. Seng anake sodok ngunu iku mas nak UNISLA. : masyarakat dusun kaotan niki punya niatan menyekolahkan anaknya yang lebih tinggi nopo pon SMA nggih pun mboten diterusne ? :oh doronng mas, nek nyekolahno anak.e duwur. Semua punya niatan,rata –rata kuliah. Mboh apek opo elek pokok kuliah. Mboh murah-murah pokok’e tetep kuliah mas. Saiki ijazah SMA lo gak payu. : pikirane wong tuo mbiyen karo saiki bedo mas, mbiyen aku mari sekolah SD a ewes mari, asal iso moco lan nulis. Saiki orang tua sangat menuntut anaknya kuliah lagi. Meskipun hanya di universitas yang swasta dan deket sini mas. : Alasane nopo niku pak ? : ingin mensukseskan anaknya supaya tidak seperti orang tuanya, gampangane coro jowone ojog sampek koyok aku lah, yo terus wong tuone mosok eh anakku mene yo dodol sego boranan, paling gak yo isok dadi guru guru TK ta, guru guru madrasah ta. : pak warga sini itu anak perempuanya di suruh sekolah tinggi, atau disuruh jadi pedagang nasi boran saja pak ? : disinilah bedanya mbiyen mbek saiki mas, mbiyen anak wedok iku di kongkon tani karo dodolan sego boran. Iku pas zamanku. Tapi saiki y owes bedo. Anak-anak e di kongkon sekolah seng duwur ben istilahe iso dadi wong luwe apik teko wong tuone. Iso kerjo luwe apik mas. : mbien pas metu cikal bakal sego boran sekitar tahun 1900an iku akeh seng dodol sego boran mas jare bapakku, nerusno ibuk.e. koyok ibukku mbien ngulangi mbakku wedok dodolan sego boran. Nek saiki mulai tahun 90an wes podo pinter sekolah duwur golek kerjo liane. : disini ada lembaga non formal pak seperti TPQ mungkin ? :iya ada, di dusun kaotan, ten madrasah niku wau, sama kale masjidte, ngajine ashar habis sholat ashar, sekarang juga ada habis isyak, seng anake wong mampu – mampu lho mas, ngaji awan kan rame murite akeh, dadi gak iso konsentrasi, akhire jam ngene iki, mboh onok wong 3 mboh 4 :oh… kalau kondisi perekonomian warga pak ? : yo cukupan lah, baik. Kira kira yo owes mumpuni lah. : kalau aktivitas sehari-hari penduduk pak ? : iya bertani mas. : kalau musim hujan kayak gini pak ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I P I P I P I P I P I P I
P I P I P I P I P I P
SKRIPSI
: iyo tambah rame-ramene mas. Yo nek ngeneki wayae nganggur ngeneki ketigo nek sawah wes mari y owes nak warung nak sawah terus mole, hehe : eh kadang yo mbantu bojone masak,ngawe peyek. Ngeterno bojone dodolan. : nak keneki wanita nasi boranan, laki-laki bertani. Yo buruh tani, yo tani. Sawahe mari yo mreman, nguli. : ten mriki iku wonten tradisi nopo pak ? : Ada, sedekah Bumi itu masih ada. Sedekah bumi iku nek wes mari puanen bress, Slametan mensyukuri Hasil Bumi. : Itu setiap orang apa gimana pak ? : Setiap orang ngumpul jadi satu di halaman makam. : Setiap panen nopo pak ? : Panen Padi, kene kan padi panen 2x mas, panen pertama panen kedua dalam setahun. Kira-kira bulan juni – agustus insyaallah sedekah bumi di halaman makam semua warga dusun yang ada di Sumberejo. : Serentak pak itu semua dusun ? : Serentak satu desa, di makam dusun masing-masing. : Kenapa di halaman makam pak ? : Kata orang iu mensyukuri hasi bumi. Makam kan tempat kita kembali ke bumi. Mensyukuri hasil bumi ben panene apik. : Isine nopo pak slametan niku ? : Buah, nasi tumpeng, terus dimakan bareng mas. Tpi yo ono seng gowo sego wadah boranan ngunu. : Jam pinten niku pak ? : Jam 7 pagi sampek jam 9. Kalau uda selesai ya dibawah pulang, kalau ada orang minta ya dikasih. Biasane iku ono wong njalok-njalok mas. Koyo nok wali-wali ngunu kui. Wayae sedekah bumi wong adoh-adoh podo mrene njalok nak kaotan. : Guyub nggih pak, hehe. Nopo maleh selain niku pak ? : slametan kematian, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari wafat. : Kalau perkawinan ada nggak pak, tradisi yang khas gitu ? : nggak ada, yawes umum. : Saya pernah dengar bukak lawang itu apa pak ? : Bukak lawang iku lamaran, kayak pada umumnya di lamongan. Cuman iku istilah aja bukak lawang. Podo karo istilahe gawe dino, menentukan hari pernikahanya besok. : Kalau solidaritas anatar tetangga pak ? : guyup mas, rukun. Masih tolong menolong. Suatu contoh aku punya hajatan, maka satu RT mas nunggoni 2 hari 2 malam. Paling tidak 30 – 50 orang. : Laki-laki atau perempuan pak ? : Terutama laki-laki, perempuan itu hanya sebagian di dapur. Tapi kalau laki-laki diharuskan seluruh acara hajatan. : Banyak ya pak satu RT hehe
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P I
P I P I P I P I P I
P I P I P I P I P
SKRIPSI
: Banyak mas, rokoe tok ae aku manci sak setang, manci makan. Kalau perumnas atau desa lain mugkin hanya sekedar sanak family, kalau sini ndak, tapi satu RT. : berarti harus ya pak itu ? : Harus, kalau nggak datang didenda. : Emang bantu apa aja pak di hajatan ? : yo pinjam kursi, pinjam meja, besoknya mengembalikan, terus nyuguhi tamu, \gentian. Meskipun gentian tapi warga itu harus disitu, harus duduk stanby di terop, yang kerja hanya yang muda-muda saja mas. Yo lungguhlungguh rokokan, dipanci kopi, dipanci rokok mas. : Kalau nggak datang didenda pinten pak ? : Pokoknya kalau pagi dari jam 7 – 12 tidak hadir kena 30 rb. Umpomo satu hari penuh nggak hadir berarti 60 rb. : Banyak pak, hehe : Banyak mas, pokoknya 200 rb lebih kalau nggak hadir sama sekali kok mas, hehe kan kadang-kadang iku ngene mas, isuk gak iso moro, tapi sore moro. Yang pagi di denda sama ketua RT nya. : Pas didenda juga nerima pak warga ? : Nerima wong sudah kesepakatan bersama, iki seng nggarai kompak dan rukun mas. : Kalau ada orang yang sakit pak ? : yo tetep mbesuk, anjang ndelok. Ada santunan per KK 5 , tapi kalau mbesok bersama-sama itu uang pribadi. : yang mbesuk itu cumin satu RT atau semua pak ? : Kalau di lingkup dusun yo istilahe seng kenal lah mas, tapi sak dusun kene yo kenal kabeh. Dadi biasane yo njenguk kabeh. Iku selain sanak family. Klalau ada orang sakit. Itu ada uang sosialny mas. Kalau nggak salah 150rb. Itu uang organisasinya RT yang didapat dri tahlilan satu minggu sekali. Tapi kalau warga yo mbesuk sendiri ya sak ikhlase mas. : Jumlah seng ndelok yo hampir semua lah mas, ndelok wonge barang, nek wonge uripek ndok kampong iku apik yo bress ndelok kabeh. : Kalau di dusun ada LPM nggak pak ? namanya apa pak ? : Namanya yo Pemberdayaan Masyarakat ngunu tok. : dibidang apa itu pak kerjanya ? : ya dibidang pembangunan, tapi kelasnya kelas desa. Kalau dusun tinggal mbentuk panitia gitu aja. : Kalau karang taruna gitu pak ? : ada karang taruna dusun, namanya Tunas Muda. Ketuanya itu sutiyono. Masih muda, masih bujangan. Lulusan SMA masih nganggur, ijazah SMA. Dulu kerja di Satpam brondoong di pasar iwak PPI 7 bulan tok. : warga ini pendidikanya rata-rata lulusan apa pak ? : Rata-rata nek usia awakku iki yo SMA mas, tapi kalau usia orang tua saya yo notok SD. : Kalau usia saya pak ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P I P I
P I P I P I P I P I
P I P I P
SKRIPSI
: Yo SMA karo Sarjana mas, tapi mayoritas SMA. Pokoke arek kene iku mas seng pedot SMP iku mek arek 2 orang. : Alasane opo pak ? : Alasane yo kenakalan : Mboten ekonomi ? : Nggak, kenakalan aja. : yang menonjol dari dusun kaotan sehingga beda dengan dusun-dusun lain itu apa pak ? : yo jelase yo nek tak bandingno antara kaotan, dampit, karo plandi yo memange menonjol kene mas. Dalam artian kita kerja semua. Seng wedok dodolan nasi boran, seng lanang tanine temenanan.nek koyo plandi dan dampit mek ngejebno wong lanang tok, petani biasa. Seng wedok nganggur, yo ngewangi nang sawah kono mau. : Kalau kaotan seng menonjol yo Sego boranan. Nasi boranan mas di Lamongan, walaupun orang sawu, orang sidorukun atau orang karangmulyo kalau ditanya pendatang dari luar kota nggak mau bilang sawu itu nggak mau. Mesti kaotan. Itu kelebihane kaotan, saya juga nggak tau ada apa. : Samean Tanya, coba samean tuku sego boranan nak Lamongan, buk daleme pundi, engko lah mesti kaotan. : Kulo tanglet pedagang ten plaza nggih ngakune kaotan kabeh pak ? : Y owes embuh, mboh ono opo. Sawu yo uakeh wong dodol sego boranan, tapi nek ditakoni yo jawabe kaotan. : Kalau untuk agama pak ? : mayoritas islam. Ada Kristen 1 KK, Budha 1 KK. Oh kristenya tidak mas, Kristen hanya suami dan anak saja. Istrinya islam. : Tingkat Toleransinya gimana pak, apa yang minoritas di kucilkan ? : ndak, baik, baik mas. Yang budah juga begitu, baik. : Kalau ada sedekah bumi ? : Yo ikut, yo ikut.kalau ada orang islam meninggal katakanlah, orang budha yo ikut mengantar jenazah. : kalau ada hajatan gimana pak, missal di rumah orang Kristen atau budha itu ? : wo tetep baik, baik mas. Pernah ada hajatan nyunat seng agama budha. Masih sing Kristen yo nyunat, yo baik. Sama-sama baik. Cumin acaranya beda, kalau orang islam kan ngundang kiyai ngundang ustad, tapi kunu ngundang yo opo jenenge kunu mau. : Kalau ada kenduren diundang pak ? : loh yo diundang mas, ikut juga. Mereka tinggal ikut saja. Doanya nggak tau asal ikut saja, hehe : oh iya pak, ini juga sekalian mau nanya mengeni nasi boran dan pedagang itu yak apa pak ? mulai dari tempat-tempatnya warganya jualan dimana saja. : tempat berjualanya ? : nggih,
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I
P I P I
P I P I P I P I
P I P I
P
SKRIPSI
: ada di stopan Sidoharjo itu ada, pasar sidoharjo. Roto mas, seng dodolan nak lamongan yo kaotan kabeh hampir keseluruhan. Paling banyak di sepanjang jalan raya plaza sampek pertigaan SMK 1. Iku ono mbak karsih, bojone kastum mbak ningsi, tumini, terus bojone hudi karniti, terus bojone tahar ndok plaza iku. Sebagian besar di sana. : Kalau di alun-alun pak ? :di alun-alun itu sebelah timur ada 3 orang di pagi hari. Yang satu orang sukomulyo kota, yang dua orang sini. Namanya warsiti, sama bojone karno karsih. Itu kalau pagi adek liat disana. Jam 8 dan jam 9 ada disitu. : Terus samean ngalor titik itu orang sukomulyo, nggone fotone fadli iku lo mas, sandek media citra. Hanya satu orang, namanya wak siti. : yang di plaza itu kira-kira berapa orang pak ? : kurang lebih 7 orang. : Tapi disana itu ada 20 orang lebih pak. : iya buanyak, orang sawu, uakeh. Nek jam sakmene iku mas, ono mbak ningsih, mbak karniti, harsih, terus tumini, bojone kayon kayaton, kona. : ngunu anggetmu rukun ah, kadang yo gak rukun, sak tonggone yo kadang gak 2rukun. : Sak dusun masak gak rukun pak ? : sak dulur ae kadang gak rukun kok. Engko situke payu, situke gak yo gremeng-gremeng nak ati. Lah iki mbak ita karo bu wati yo kadang gak rukun mas, jejer dodolane padahal. Iku mingsanan, bolo. : Kirain rukun pak hehe ! : yo seng rukun yo ono mas sebagian. Tapi yo akeh seng rukun timbang seng gak. Kadang-kadang sak dulure gak rukun, tapi karo wong liyo rukun yo ono. Yo tulis rukun lah mas, wong sebagian rukun kok. : mungkin ada factor lain pak, bukan masalah jualan . : Nah itu saya ndak tau mas, mungkin saja factor keluarga, : Dulu nasi boran awalnya dari dusun kaotan yang mulai nggih pak ? : dulu emang warga dusun saya yang jualan pertama mas, nenek moyang kita. Mulai saat nenek saya dulu. Terus banyak yang mencoba mengikutinya dari warga sekitar desa. Sampai sekarang ini hamper semua warga saya perempuanya dodolan sego boran, banyak yang terbantu ekonominya. Jadi warga lain seperti orang sawu, sidorukun dan lainya mungkin banyak yang mencoba peruntungan kesuksesan yang sama seperti warga saya. : Pedagang kaotan itu menyebar ya pak ? : Iya menyebar mas, : saya liat di pertigaan panca marga itu juga ada pak, jalan basuki rahmat ? :Laiyo rangge kunu iku, kalau sekarang sampek jam 10 malam itu paling tidak ada 7 orang lebih. Sebagian besar banyak sawu mas. Ada kaotan satu orang, namanya suwana. Kalau jam sekarang ini sebelah timur sendiri. Kalau belum pulang loh, kan berangkatnya jam 4 itu. : Kalau untuk perubahan pedagang maupu nasi boran apa pak ? dari dulu hingga sekarang.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I
P I P I P I P I P I P I
P I P I P I P
SKRIPSI
: Sejak dulu di perjualkan mas, ibu saya yang meninggal itu dulu jualan nasi boranan. : Wong ibu saya, saya umur 47 ini saya nggak tau kok ibu saya jualan itu nggak tau, saya SD itu ibu saya uda berhenti berjualan. Ibu saya sudah meninggal kok, bapak saya masih ada. Berarti ibu saya uda berhenti berjualan itu kurang lebih 50 tahun. : dulu jalan kaki ibu saya jualan dulu,belum ada jalan tembus. : Nasi born itu mucul tahun berapa pak ? : tahun 50 an itu aja uda ada kok, sekitar awal 90an lah mas. Cumin generasi saya kurang detail paham.tapi liat desas desus mbah dan bapak saya sih segitu mas. : Dulu jalan kaki jualanya, sekarng kan mobil, : ada yang jual pakek mobil pak ? : Lah itu jualan pakek mobil berangkat dan pulangnya. : kirain jualan dibagasi di tunggu gitu pak, kayak yang jual-jual pecel disurabaya. : Sawu itu jualnya dijalan ray asana juga, yo pakek mobil avansa kunu mau. : Kalau yang gak punya pak ? biasanya pkek apa ? : Sepeda motor, atau nggak gitu pkek becak bela atau becak motor. : Berarti dulu perubahanya jalan kaki, sekarang pakek mobil. : Seped pancal wes gak ono mas. : Maksud saya itu jalan kaki kan nggak berhenti disuatu tempat gitu loh pak. Kan kayak ada orang manggil baru berhenti…. Istilahnya nggak mangkal kayak sekarng gitu lo pak. : iya menetap, he’em. Dulu nggak menetap dulu, digendong dulu, ndak punya tempat. Jualnya dulu itu di mbandung kantor kecamatan itu terus ke Kaoman. : Terus makananya pak, bumbu atau tempat-tempatnya buat nasinya itu ada yang berubah nggak pak ? : ya kayak daun pisang ganti kertas minyak, tapi masih ada sedikit banyak pakek daun pisang. Katanya orang-orang itu baunya itu sedap dikasih daun pisang, kertas minyak terus dikasih daun pisang sedikit. Ayo samean tuku engko lak mesti onok daun pisang saitik. : Terus bumbu, terose dulu itu diulek pakek tangan sekarang di blender. Hehe : Oh yaaa. Sekarang kemajuanya itu. Di ulek, betul, he’em. Wes canggih wesan. Saiki ngulek yo pengkor tangane mas kok. : Kalau beli bahan pak ? rata-rata pasar pundi. : Kalau warga sini ya pasar Sidoharjo mas, tapi sebagian kecil di perumnas. : Beli pagi atau shubuh pak ? : Ya liat, liat jualnya, jam sekarang yang beli di pasar Sidoharjo juga ada. Lengkap wes. Iwak pitik, kabeh onok. 24 jam mas. : Pembagian kerja shifnya gimana pak ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P I P I P I
P I
P I
P I P I P I
SKRIPSI
: Berangkat pagi, katakanlah shubuh yo mas yo, paling ndak itu, pulangnya jam 9 an. Yang berangkat pagi jam 7 pagi juga ada. Jam 11 siang juga ada. : yang berangkat pagi itu pulangnya jam berap pak kira-kira? : yang pagi jam 7 ya pulangnya jam 12 uda pulang, itu jam 12 juga ada yang berangkat, pulangnya sebelum magrib. Jam 11 juga ada yang berangkat. : Jam 11 itu juga ada pak ? terus siapa yang beli pak itu uda malem ? dimana itu pak ? hehehe : Loh buanyak kok, di range. Yang jualan sekarang disana nanti uda pulang, paling nggak jam 9 jam 10 an uda pulang. Ada lagi datang jam 11 namanya soko. : Berarti ada 5 bagian pak ? buanyak ya. : Uono kabeh mas, west a. 24 jam poko.e. :Kalau jam 11 malem itu pulangnya jam berapa pak ? : Oh…. Laris mas… pulangnya jam 2 aja uda pulang. Rong jam a ewes entek. : Terus jam 1 malam juga ada, tapi orang sawu mas. Bojone topo iku. Saudaranya pak kades. : Tapi rata-rata itu dijam berapa pak ? : Rata-rata pagi setelah shubuh sebagian besar. Banyak berangkat jam 3 dan jam 4 mas. : ada yang di Kaoman, di Sidoharjo, di gang-gang itu buanyak sekali. Menyebar. : Tapi yang nggerombol juga ada pak ? : Nggerombol iku mek ndok rangge mau iku, setopan sidoharjo, jalan plaza itu tadi, alun-alun pemkab. : Kalau di Perumahan made itu warga mana pak, malem hari ? : iku wong sawu sama wong sidorukun. Ada 2 orang, barat 1 dan timur 1. Sawu sebelah timur, sidorukun sebelah barat. Kalau sana depan indomaret pas ada warung kopi. Itu bukan orang sini, terus perumnas sebelah barat sana juga ada jam sekarang orang made juga. : Wog sawu iku yo podo ae akeh seng dodol mas, bres. Tapi ngakune tetep Kaotan. : Engko alasane aku nek ngaku sawu mesti gak payu mas, mesti ngunu. : Samean tuku sego boranan ndok pule, pasar tikung, iku lak ono pasar a mas, samean cobak pundi daleme buk, pasti ngakune wong kene, gak mungkin ngaku wong mbang mbau utowo tikung iku gak mungkin mas. : Kulo cobak mene pak, kaotan niku pak kasune sinten buk, hehe . : hehe iyo, iyo ngono mas. Nek gak ngerti berarti yo dudu kaotan. : Samean ngerti polo eh, pak kasun. Engko ag plonga plongo hehe : Disini nggak ada pemberdayaan dari pemerintah pak buat pedagang ? : yo memange belum ada, kucuran-kucuran dana itu belum ada. : Kalau di buati tempat pak ? : Kemaren itu ada Lomba menghias nasi boranan, wong kene ono seng menang mas, tapi oleh hadiah di sediakan tempat berjualan di sebelah
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P
I P I P I P I
P I
P I P I P I
P I
SKRIPSI
terminal Lamongan iku loh, sebelahe kantor apa itu nduk kunu. Tapi gak payu, jarang orang tau, lokasinya kurang pas. Buyar… coba diberi tempat di Plaza yo jelas di tempati. Selain itu belum ada. : Kirain diberi baju gitu pak ? : Dulu diberi, pada waktu pencalonan tahun 2010 satu kali, dipakai pada waktu acara tok di alun-alun bawa nasi boran. Nek mari dadi yo blas gak diurusi. : Terose pak kades iku aku ndue duek y owes tak klambeni mas wargaku, ben gak ono seng ngaku kaotan maneh, kayak dulu pas aku Tanya pedagang, dia jawab orang kaotan. Terus saya bilang, warga RT berapa buk, kok saya nggak tau warga saya hehe : heheh, Lucu mas, sumpah ancen lucu ngunu iku. Khususe iku tikung, mbang bahu juga ada jualan, samean Tanya engko lag ngaku kaotan. : Pernah di Lombakan pak ya nasi boran ? : Pernah, : setiap tahun apa gimana pak ? : gak mesti, kalau ada acara di kabupaten. : Untuk masalah turun temurun nasi boran pak ? : Saiki ngene yo mas yo, anak mantu arek adoh teko Jakarta, yo iso dodolan mas podo ae. Ada warga sini, asli Jakarta mas. Disini baru 2 tahun, uda jualan nasi boranan, jualnya di telon sukodadi. Menghadap ke timur. : kalau di dusun kaotan ibunya jualan terus anak nglanjutin itu ada nggak pak ? : banyak mas, itu tadi contohnya, rokimah itu anak mantu. Ibuknya uda berhenti uda tua, mantunya yang jualan. Terus tumini itu juga anak mantu itu, orang dinoyo kecamatan deket itu. Kayaton juga anak mantu. Otomatis. Kalau anak sendiri itu tunasri. RT 2. : Kalau nggak ada anak perempuan ya anak mantu kalau mau, : kalau anak mantu dan anak sendiri gak mau jualan berarti tambah sedikit pak penjual nasi boranan. : Tapi yo mayoritas gelem mas, paling tidak kan menambah ekonomi. : mungkin ada seleksi pak memilih calon mantu pak supaya mau, wkwkw ? : Hehehe. Ooo gak iso mas tergantung keadaan. : mungkin ibu nya melihat calon mantu yang sekiranya mau nerusin hehe : Oh nggak, nggak ada istilahnya kayak gitu mas. Wes kodrat lah iku. Ibarate teko kuline, ngiwangi ibuke masak dodolan kan ngerti suwe-suwe. : Iki mas sebelahe jembatan made iki ada penjual nasi boran ruame mas, kalau pagi samean liat jualan iku ibuk e wes sepuh. Langsung ngader mas, anak mantue mendampingi. Ngiwangi sitik sitik sementara, jadi yang jualan itu ibuknya. Kalau ibuknya pension kan gantinya anaknya. : ada proses pewarisan berarti pak ? : Iya, ngader lah istilahnya. Kalau punya tempat yang strategis mas, jelas ngader. Turun ke lapangan dulu mantunya, liat-liat. Cara berjualan, cara mbungkus, cara mnghadapi orang.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I P
I P I
P I P I
P I P I P
SKRIPSI
: tapi biasanya punya langganan sendiri ya pak ? : oh iyo mas, roto-roto, sebagian besar ya ngunu. : buanyak yang berjualan pasti menguntungkan gitu lo pak, kan gitu ? :Rugi iku gak onok rugine mas, selagi nasinya habis. Katakanlah masih nasinya, itu gak mungkin rugi. Rata-rata habis tapi. Paling tidak mbalek babok atau biaya belanja iku wes balek. : nggak ada yang mbukak warung sendiri pak ? :warung khusus belum ada. :kalau yang berjualan di luar lamongan pak ? :iya ndak ada ya, hehe beda kayak soto lamongan. : iyo yo kenek opo yo kok gak onok warung nasi boran. : padahal kalau missal buka warung kan bisa memikat pelangganpelanggan yg biasanya pakek mobil gitu pak, terutama warga luar lamongan. Orang kan bisa liat pak oh ada warung nasi boran khas lamongan. Jadi bisa mampir. : iya itu dia mas, belum ada yang coba buka. Belum berani atau mungkin uda nyaman sama yang sekarang. : ndak ada yang merantau pak penjualnya ? : merantau, oh ndak ada. Ndak ada mas, : wong kene iku roto-roto cukup lah mas, pokoe yang mau berjualan nasi boranan, 80% itu meningkat ekonominya. Warga saya RT 4 dulu sebelum jualan nasi boranan yo minus mas, ekonominya lemah sekali. Jualan nasi boranan 5 tahunan, ekonomi nol. Tanah pertanian itu aja gak punya.terus seng wedok iku bantu tetangganya jualan nasi boran di rangge, bantu ngoceki bawang, ngirisi lombak. Akhirnya hatinya timbul, akhire ikut jualan, akhire sukses, bisa buat rumah. Tapi belum selesai rumahnya. Kalau mas nanti pulang bisa liat itu sebelah balai desa di seblah barat jalan. Da rumah batako putih, menghadap ke selatan. Itu nol, sekarang meningkat lah. Namanya wak wati bantu tetangganya di range, ruame itu jualnya tapi pagi. Dia pembantunya dulu.akhire de’e sodok ngerti, terus berangkat dewe. :tapi yang jualan itu umur berapa pak, ibu-ibu ? : minimal itu 35 tahun, ada yang muda dikit. Kurang lebih 30 lah. :kalau masih muda jualan kan harus ngurus anak mereka pak ? : iyo, he’e. tapi biasane anak e dirawat mbahe mas. Kayak mbak wati itu anaknya belum ada satu tahun wes jualan kok mas. Omahe apik iku mas. Anaknya baru 7 bulanan sama mbahe dirumah. Jam sekarang itu belum pulang. Jam 9 belum pulang. : satu lagi pak, kok perempuan pak hehe, semuanya kok perempuan ? : iyo mas, istilahe nggendong iku opo. Boran kok digendong iku mau. : berarti laki-laki kalau nggendong gak pantes ya pak. Hehe : nggak afdol mas, wong lanang kok nggendong. : samean sawang nak pasar, nek wes entek lak borane di gendong. Mosok wong lanang nggendong sego boranan. : perkara pemikiran masyarakat lo pak, kan kalau perempuan masak, bapaknya biasanya bertani. Itu kan uda polanya pak.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P
P I
SKRIPSI
: tapi kene iku gak mas, nek wong lanang tani, tapi seng wedok dodolan sego boranan itu tetep orang laki-lakinya itu ikut didapur semuanya, seperti buat peyek, nggoreng iwak. Tetep ikut. : nggak ada yang kena gusur pak, yang jualan nasi boranan , di trotoar itu, satpol PP, apa nggak ada masalah? : pernah dulu, tapi ya kembali lagi. Nggak ada masalah. Malah disuruh beli paying-payungan di cagak’i. : dulu itu sekitar pasar ndapur. Di pindah ke dalam plaza, tp pedagang ngeyel pindah ke trotoar, terus digusur suruh pindah dalam lagi, terus pindah lagi pedagang ke trotoar sampek sekarang gak ada penggusuran. Yang didalam itu cumin kartini sama supriyati. Tapi yo puayu mas, mangkane gak pindah. Siang mereka jualan. : kalau hujan tetep jualan pak ? :masi jualan, tapi yo mboh mlayu nandi-nandi tetep jualan. Kalau hujan riceh teruuus yo kadang-kadang dibawah pulang. Nggak ada yang beli, siapa yang beli. Yang makan ya nggak ada. Kalau hujan langsung terang yo kadang-kadang isek payu.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
Nama
: Mbak ita
Umur
: 48 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang Nasi Boran (3 Tahun)
Alamat
: Dusun Kaotan
Wawancara
: di Dusun Kaotan dan Tempat Berjualan (Pemkab Lamongan)
Keterangan
:
P I P I
P I P I P I P I P I P I P I P I
SKRIPSI
P
:Peneliti
I
:Informan
: Samean tau mengenai nasi boran nggak buk atau pedagang ? :Kurang tau mas secara detail, uda lama muncul nasi boran. Sejak mbahmbah saya dulu mas. :ibuk kenapa milih jualan nasi boran buk ? : Gini mas, disamping saya hobi masak, melihat prospeke nasi boran kok orang-orang pada sukse. Motivasine yo iku, tapi yo niat ibadah yo iyo kanggo keluarga. Yo maksute mencari nafkah lah mas. Disamping hobi masak yang pertama. Pengene she mbukak warung, tapi dorong ono template gitu loh. : Pendapatan per hari berapa buk emangnya ? : yo gak mesti to mas, biasane yo 1 juta. : Per hari ? : yo kotor iku mas. Masih kotor, 1 juta itu kotor. : Kalau bersih buk ? : Bersihnya yo bisa 300, 400. Itu bersih. : uda dapat menghidupi atau membantu kebutuhan keluarga ya buk ? hehe : Kadang nek wes libur ngunu duek iku iso leb,leb,leb entek. : selama satu minggu itu sepinya hari apa buk, atau gak mesti ? : kadang yo selasa karo senin mas. Biasane nek awan diparingi sepi ngunu, engko maleme diparingi rejeki mas. : Kalau rame hari apa buk ? :sabtu minggu biasane. Malem minggu. : Kenapa milih berjualan di Lokasi ini buk di kantor bupati ? :nganu, nek kebanyakan di depot iku seakan-akan orang kesanya itu mewah yo. Kalau lesehan kan enak. Merakyat koyoke. : kalau lesehan kenapa kok nggak pilih misalnya di plaza atau alun-alun buk ? :plaza wes ruame mas. Disamping itu kan lokasi ini warisane mbak yuku. Template dulurku kan mbiyen. Turun temurun iki mbiyen.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I
P I P I P I P
P I
P I
P
SKRIPSI
: disuruh bayar buk berjualan disini ? : endak, endak bayar, cuman yo disuruh jaga kebersihane. Iki punyae mbak yu. Nek isuk kan anake. Nek sore aku mas. : aku kan gak punya tempat ndok plaza. Bukane punya pribadi sih mas, tapi cikal bakale pertama iku mbak yuku nak kene. Seng mbukak acara nok kenen dodol sego boran mas. Nggak usah mas kalau mau nyari sembarang tempat itu. Cumin yang strategis iku lo mas. Susah. : kirain nyari sendiri buk. hehe : ndak mas, saya dapat tempat ini warisan yu saya yang meninggal 3 tahun yang lalu. Tempatnya ramai, jadi saya yang nerusin berjualan disini. Sebelum meninggal dulu juga sudah disuruh gantiin almarhum : kalau di plaza itu juga banyak buk ? : terlalu banyak yo, tapi resikone juga besar lo mas. Akeh seng ketabrak, onok wong maem wingi ketabrak. : Loh ada kecelakaan to buk ? : iya sepeda wes dua kali, maem lo diterak bruok ngene. Selamete gak nerak wonge. Tapi pas pepete mas. Wonge mendem tapi. : Oalah bahaya berarti ya buk, banyak resikonya. Oh iya buk pedagang banyak ya yang ngaku kaotan buk ? : kan emang cikal bakale dulu dari kaotan dulu itu loh, meskipun bukan orang kaotan tapi ngaku kaotan kan mbas terkenal mas. Kalau nggak kaotan kan diragukan mas, gak iso masak’e. mungkin kebanyakan pemikiran orang gitu. : Yo prosoku yo gara’ emang cikal bakale kaotan mas, : ya kayak dusun dampit kan jual tampa to mas, iku wes terkenal. Wong njobo nek tuku yo mrunu mas, meskipun mahal. Soale wes terbukti. Iku salah satu contohe. Biasane digunakan buat tempat nasi kuning, dari bamboo itu lo mas. Meskipun 25 ribu kalau dari dampit pasti dibeli mas. Soale kualitas iku mau mas. Yo sama kayak kaotan, soale sego boran asale ko kunu. : Soalnya kalau di Tanya orang mana buk, missal dia jawab Surabaya. Pasti konsumen Tanya kok sio buat ngene buk. : Ibuk nyaman nggak sebagai warga kaotan banyak warga luar dusun yang ngaku kaotan ? :iya nyaman-nyaman aja mas, buat apa cari musuh. Wes enjoy aja mas. Hehe. Itu kan hak pribadi orang-orang. Mau ngaku-ngaku yowes lah. Ngregani luweh larang yo onok mas, tapi konsumen biasane kondo kene kok sak mene, kok sak mene. Iku seng mbarai gak payu mas. Disisi lain juga rasane enak tagak. : Hubungan sesame pedagang gimana buk ? : baik-baik kok, tapi kalau masalah iri hati tiap manusia itu ada. Tapi kadang nggak ditunjukkan. Kadang kan yo nelongso ya allah meneng ae kat mau. Tapi kalau bisa sadar eh mungkin belum rejeki saya. Tapi yo baik-baik disini mas persaudaraane. Cuman iku mau diuji kesabarane nek gak sepiro payu mas. :sering tolong menolong nggak buk ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I
P I P I P I P I P I
P I P I P I P I P I P
SKRIPSI
: iyo sama mbak ini lo, ikan nasi nya kurang aku tinggal ngambil hehe. : Kalau saya butuh sendok untuk makan dan tikar untuk alas lesehan, tinggal ambil sebelah mas gentian. :gentian buk ? : iya gantian mas. : kalau orangnya pergi kemana gitu aku juga ikut jaga stan dia jualan. Yo iku mau nek koyo tak tinggal sholat yo wonge yo samean tinggal mbak, tak tungguin. : kalau sama pedagang sana-sana jarang mas interaksi, jauh soalnya. Paling ya sekitar sini tok mas. : apa pernah kayak tukang becak yang berhubung kenal ibuk, dia membawa penumpangnya yang sedang nyari nasi boran ke ibu ? : pernah mas, 2x kalau nggak salah. : biasanya ibu saling membantu dalam hal apa bu ? : banyak mas, seperti saling membantu nyopot payung, berbagi tikar kadang satu buat berdua. : nggak ada persaingan buk ? : nggak mas, sama-sama saling cari nafkah kok. : uda ada langgananya sendiri ya buk ? : iya… wes punya langganan. Mbendinane y owes kenal karo konsumen seng tuku biasane mas. :oalah, hehe. Kalau bahan-bahan ini dapet atau beli darimana buk ? :dari pasar mas, ada 2 pilihan pedagang sini itu. Ambil iwak dipasar sidoharjo. Terus kayak sayur, kelapa, dan bumbu-bumbu cabe beli di pasar made mas, diperumahan made. : nek jualan malem iki kan langsung ke pasar pas mau pulang. Nyetok bahan mas. Buaknya kan 24 jam mas. Aku ayam tok dipasar sidoharjo mas. Kalau jenis ikan aku ambil di sidoharjo mas. Cumin di seidoharjo ayamnya masih seger-seger. Tapi kalau ikan di sidoharjo wes loyo mas, gak sedep kayak made. : golek bahan seger pie buk ? :nek pitek seger iku biasane warnane ogak biru mas, koyok ijek ono bekas darah gorokane nak daginge, ibuk nek tuku pitek golek seng koyok ngunu, ijek seger : Kalau ngolahnya buk kapan ? : Ngolahnya habis dhudur mas, pokoknya biasanya para pedagang ngolah 3 jam sebelum jualan mas. : Kalau modal dapat darimana buk ? : Modal sendiri mas dari pertanian. : nggak ada yang nawarin modal buk ? : ya banyak mas, tapi aku nggak ambil. : suaminya kok nggak mau jualan buk ? : yo iyo lah mas, mosok ono wong lanang dodolan lesehan ngene. Jarang mas, paling yo warung ngopi. : suami bantu masak buk ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I P I P I P I P I P I P I P I
P I
P I P I P I P I P
SKRIPSI
:bapak masak semua mas, buat nasi dan goring-goreng, ngiris-ngiris sayur. Aku cumin buat sambelnya aja mas. : yang khas nasi boran apa buk ? : sambelnya mas, sambel letok. Bahanya cabe sama pakek kelapa parut. : yang special apa buk sambelnya ? : kelapa mas, kalau nggak ada kelapa jadi sambel bali. : Kalau ikanya buk ? : Ikanya harus macem-macem mas, mulai ayam. Ayam iku kepala, bukan awak’e. cumin suwiwi, paha,ceker. Bandeng, khutuk, sili. Terus telor mudah mas. Jeroan, otak-otak. Telor asin, banyak pokonya mas. : kenapa nggak pakek awak’e ayam buk. : kan jadinya sedikit mas, kalau sayap kan banyak, bisa dua-dua. : Kalau kendala selama berjualan apa aja buk yang dihadapi ? : ada yang komplain harga mas, padahal kita disini juga sepakat karena ikanya mahal ndak mau ngerti. : Kalau harga sama apa nggak buk ? : bisa dibilang rata-rata hampir sama. Tp kadang ada yg usil naikin harga. Saya tau karena banyak konsumen yang bercerita. : Loh buk ini minum kok pesen disana buk ? : Iya mas, gak bawah dari rumah ibuk. :Kenapa buk ? : Dulu pas awal ibu jualan nasi boran disini, ibu dibilangin yu saya, kalau urusan minum ibu gak perlu bawa dari rumah. Katanya uda ada yang nyediain. : Loh iya ta buk ? siapa buk ? : saya dulu pernah bawa mas, tapi dimarahin sama penjual minuman. Katanya harus pesen minuman dari dia. Dia pengen berbagi peluang memperoleh untung mas, : Daripada saya paksain dan malah buat saya gak nyaman, saya ambil dari minuman dia mas. Soalnya semua pedagang sini juga kayak gitu mas. Jadi saya juga haru ngikutin. : Pernah dimarahin buk ? : Pernah sampek 3 hari mas, : orang mana sih buk itu ? : Orang perumahan made mas, dia dari shubuh sampai malam gak pulangpulang. Heran saya mas, ndolek duek gak ono entek,e. : Kalau Libur hari apa buk, : gak pernah libur mas, kayak robot. : sekarang ibu uda berani bawa minum sendiri buk ? : Sekarang saya coba beranikan mas, tapi cuman saya aja yang baru berani. Semuanya disini nggak ada yang mencoba kayak saya. : terus ibu diapain buk ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I P I P I
P I
P I P I
SKRIPSI
: di diemin mas, raut wajahnya gak enak sama ibuk. Tapi ibuk cuman bawah air putih aja kok mas, kalau es the atau the anget ibu gak bawa. Jadi tetep pesen sama dia. : pas pesen suasana hatinya gimana buk ? : ya cuek mas. Tapi gak papalah mas. Yang penting saya tetep mencoba berbagi peluang. : emang pas dulu keuntungan ibu nyetok minuman dari dia dpet berapa buk ? : gak dapat lah mas, kalaupun dikasih ya kadang seikhlasnya dia aja. : hehehe, ibuk pemberani juga. : bulan puasa ini masih jualan buk ? : nah itu dia mas, saya nanti kabarin lewat sms aja, soalnya tempat yang saya tempati sekarng dipakek sama orang yang shift pagi, jadi ibuk harus nyari-nyari lagi yang baru. Liat nanti lah mas. : Emang masih jualan buk ? para pedagang ? : sebagian masih jualan mas, sebagian nggak jualan. Nggak jualan karena alasan nggak punya tempat atau mau focus buat buka dirumah sama keluarga. Tapi saya nanti kadang-kadang ya mau jualan. : kok gak mau jualan di plaza aja buk, kan luas itu tempatnya. Masih banyak sebelah timur ? : gak mas, wes uakeh. Ndane aku pindah mrunu iso di rasani wong kono mas, gak melu ndue lahan. : oalah. Berarti gak bisa ya buk hehehe. : iya mas ndak bisa, nanti saya cari di lain tempat aja sama suami saya.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Nama Umur
: 36 tahun
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Asli Kaotan, Pindah ke Sidorukun
Pekerjaan
: Pedagang Nasi boran selama 10 tahun
Lokasi wawancara
: Trotoar depan Plaza Lamongan malam hari
Keterangan:
P
: Peneliti
I
: Informan
P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I
SKRIPSI
: Erna
: Dalem pundi buk ? :kulo kaotan mas, :kaotan sebelah pundi, deket balai desa nopo mboten ? :nggih deket mas, kulo bagian tengah :apane nggriane pak sutomo ? :oh adoh mas, kulo tengah, :kalau nggriane bu kartiani ? : emmmm….. agak jauh mas. Samean kok kenal mas ? :kulo pernah main ten nggriane pak sutomo dan bu kar, :oalah. . . . kulo jarang metu mas, kenale tonggo tonggo pepet tok :kades kaotan desa sumberejo niku sinten namine buk, terose kulo kok lali. Hehe : oh pak mantri. . . .sumantri, rumahnya di sawu mas. : oh nggih. . . hehehe. . . .pak mantri, kulo pernah main ten mriku buk, wonten penelitian tentang pedagang boran, kulo nggih tanglet ten pak mantra kale pak tomo. : oalah. . . .kulo mboten ten kaotan maleh mas, kulo pun pindah ten sido rukun. : njenengan asli kaotan nopo ndamel suami warga kaotan buk ? : kulo asli kaotan mas, kat cilik ten kaotan, ndamel suami wong sidorukun : oalah, njenengan namine sinteh buk ? :erna mas, : pun lami jualan buk ? : pun lami mas, tahunan. Ada 10 tahunan. Tapi kemaren kulo prei setahun, melahirkan anak. : oh nggih, samean kok jualan di plaza niki alasane nopo buk ? kok mboten ten alun – alun. : seng kosong niki mas, kulo sebenere kale pedagang liane niki dodolan nak plaza lamongan mbiyen sebelum dibangun menjadi bagus, dulu masih
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I P I P I P I P I P I P` I P I
P I P I P I P I
SKRIPSI
tradisional, sekitar tahun 2007an. Terus pas di bangun para pedagang pindah ten mriki, : Kok njenengan tidak jualan di gresik atau luar kota buk ? : Halah lapo adoh-adoh mas…..nak kene ae parek. Anakku ijek cilik mas. Ape pindah yo gak enak. Gak tau metu omah mas. : ten mriki template mbayar ta buk ? mungkin buat uang kebersihan. : oh mboten mas, gratis : kalau hujan njenengan tasik jualan buk ? : lah niki wonten payung mas, : payung nopo niku namine buk ? : gak ngerti mas, hehehe :kalau deres buk hujanya ? : oh kalau deres saya pindah di belakang itu mas, di emperan rukoh, : pedagang yang lain juga buk ? : iya mas, yang lain juga. Yang sekiranya di belakangnya ada rukoh : berarti yang pas depan plaza gak bisa pindah ya buk, heheh : iya mas, hehe : bayar nggak buk disana ? : enggak mas : kalau hujan sepi ta buk ? : iya mas agak sepi, beda dengan gak hujan. : banyak yang libur ya berarti buk ? : sebagian sih mas, tapi biasanya mereka menyiasati dengan mengurangi dagangan atau lauknya : enak jualan di musim apa buk disini pedagang biasanya ? : yo enak pas gak udan mas, pas wayae panas kemarau. . .iso dodolan maksimal, akeh seng tuku. Lah nek udan yo bingung kabeh mas ape nggowo kulak.an lauk macem-macem wedi gak entek, soale podo males metu. Nek udan deres yo podo pindah kabeh mas golek panggonan seng gak kenek udan. Payung iki iso mung dig awe pas udan kemriceh utowo gerimis. : selama ibuk cuti setahun kemaren ini tempatnya di pakek siapa buk ? : ga ada mas, iya kalau gak ada saya, mereka yang di samping geser mas, kalau gak ada yang berdagang biasanya seperti itu, di geser. Tapi kalau uda balik jualan yang balik lagi. : lah kok tau kalau penjual ada yang gak berjualan buk ? : iya soalnya kan pedagang ada jamnya jualan mas, ada pagi, siang, sore, malem. Jadi kita tau kalau missal jam segini belum datang ya ndak jualan. : oh nggih buk, heheh. Njenengan mbiyen berjualan inisiatif sendiri atau nggantikan keluarga buk ? : oh itu saya bekerja nggantikan ibuk mas, kan ibuk dan mbah kulo dulu jualan. Hehe : berarti besok anaknya nggantikan ya buk ? : oh jangan mas, heheh. . . wong mbiyen karo sekarang beda. Dulu sebelum tahun 90an orang itu apa adanya, mangkanya saya tetep jadi pedagang, tapi untuk anak saya, jangan sampai seperti saya mas, biar dia
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I P I P I P I P I P
SKRIPSI
kelak bisa bekerja lebih layak dan sekolah tinggi, biar saya,ibu dan nenek saya aja yang jualan nasi boran. : oh nggih, hehe : ibuk kendalanya apa buk kalau jualan ? : itu mas, kalau masak nggak ada yang bantuin, kesel, badan capek, : kalau di tempat jualan buk ? : kalau jualan lama gak ada pembeli nunggu duduk duduk aja ya capek mas, ber jam-jam soalnya. Saya berjualan dari jam 2 sampai habis, sekitar jam 10.an. : kalau ndak abis buk jualanya ? : iya ikanya bisa dipakek lagi buat besok mas, dimasak lagi, tapi kalau nasi ndak bisa. : pernah ada kejadian nggak buk kayak kecelakaan disini, kan ini jalan raya ? : nah iya ad mas, itu resiko yang saya khawatirin mas. 3 tahun yang lalu, di depan plaza ada bus nabrak pedagang mas, : loh terus gimana buk ? : untung penjualnya lari mas, ninggalin daganganya, tapi banyak penumpang yg terluka, ada yang meninggal satu mas. :Alhamdulillah buk. Berapa ini buk makanya ? : 8ribu dan minum 500 mas, 8.500 : ph disini 8 ribu semua ya buk harganya ? hehe : iya mas, disamain : kalau beda sendiri buk ? : ndak enak lah mas sama pedagang yang lain dan konsumen, hehe Nanti konsumen banyak yang protes ke yang lainya. : oh iya iya buk, terimakasih, hehe
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Nama
: Yu Pik
Umur
: 70 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Penjual Nasi boran selama 40 tahun
Alamat
: Dusun Kaotan
Lokasi wawancara
: Tempat berjualan pertigaan jalan basuki rahmat malam hari
Keterangan
P
:Peneliti
I
:Informan
:
P : Namine sinten buk ? I : kulo Yu bening nak, celuk ane yu pik P : Asli pundi buk ? I : Kaotan nak P :Pun berapa lama buk jualan nasi boran ? I : wes suwe nak, kat zamane soeharto mbiyen. Kat enek gorok’an PKI aku wes dodolan. P : uda lama berarti ya buk, hehe I : iya nak, wes paling suwe dewe ibuk e iki dodolan sak lamongan. Kabehne wong anyar”. P : mbiyen dodol nak ndi buk ? I : mbiyen ider ten karangasem lan mriki, lah dalah kok kulo pas leren mannak pun pegel mlaku katah seng tumbas, nggih pun kulo mannak mawon. Kuloh nggih sampun sepuh. P :oh nggih berarti njenengan dri dulu nggih ten mriki buk ? I : nggih nak, ten mriki mawon. P : kenapa milih jualan ten mriki buk ? I : nggih pun niki naket pasar rame, jalanan nggih strategis, istilah nggih pun kulinane dari dulu ten mriki, pun krasan. P : Nasi Boran niku muncul tahun pinten buk ? I : wah niku pun lami nak, ibuk kulo kale buyut kulo mbiyen nggih sampun dodolan nasi boran, niki kulo terusake dodolan ibuk kulo. Pun sejak tahun
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I
P I P I
SKRIPSI
65. Ibuk kulo umur 1990 an nak, palingan yo sekitar 1980 an nak enek sego boran. Wes suwe poko’. : Ibuk dodolan dewe buk nak kene ? : iyo nak, gak popo. Ben ayem. :ayem kenapa buk ? : nek akeh seng dodolan engko malah suwe entek’e. : Gak dodolan nak luar kota buk kayak disurabaya ? :nggak nak, gak kepikiran. Nak kene wes akeh langganan wes ayem parek karo omah. :berarti gak kepengen merantau buk njenengan ? : gak nak, gak onok seng menjobo. Wes podo enak nak kene-kene ae. Engko malah kepikiran kapan ibuk adoh karo omah, : nggada anak pinten buk ? : 5 nak, 3 wedok. : dodolan kabeh nak anakku, : loh, dodolan nak ndi buk. Jualan nasi boranan ? : iyo nak ngarep plaza kunu. : kok iso buk dodolan segoboran anake samean ? : yo belajar mbiyen nak kok, nakih ibuk teros lag iso dewe. :Daripada nganggur nak omah, enek dodolan. Nambah duit. : ada yang anak mantu juga ta buk yang perempuan,? : iya itu anak mantu 1 nak. : dulur-dulur ada buk yang jualan ? : ono nak, isek bateh nak ngarep plaza, mbiyen yo ngerti teko ibuk. Nakih ibuk podo ae. Jenenge dulur nak. :emange enak ta buk kerjoe dodolan sego boran ? : eh yo cukup lah nak, iso nambah pendapatan. : hasile opo ae buk ? hehe : akeh nak, wes due mobil karo sapi 6 ibuk. Sepedah ngene iki ae 5. Ibuk y owes budal haji barang. Wes disegani dicelok bukaji. : uakeh buk, untunge piro buk per hari ? : gak mesti, biasane 300. : ibuk iki sering dipanggil wong njobo nggawe sego boran gawe acara hajatan. :dilebokno TV, di rekam pas ibuk nakak. Diundang bupati barang. Poko’e suwe. : terkenal buk berarti, hehehe. Dodolan sampek jam piro buk nak kene ? : gak mesti, biasane she jam 12. Sak enteke iwak. : bayar ta buk dodolan nak kene, : bayar listrik aja setiap bulan 50 rb. Lampunya ibu bawa sendiri.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I
P I P I
P I P I P I P I P I P I
P I
P I
SKRIPSI
: nasi boran khasnya itu dimananya buk ? : iwak sili karo bumbu sambele nak. Tp iki enek emphuk karo plethuk. Enphuk yo seng bunder samean jemok emphuk nak. Plethuk seng rodo kasar dipangan plethuk”. : perubahan nasi boran itu ada dimana buk dari dulu sampai sekarang ? : yo iku mau nak, ibu wes gak mlaku maneh dodolan. Wes karek lesehan nak kene. : kalau dari segi makananya sendiri buk ? : mbiyen sego boranan iwake mok bandeng tok nak, saiki akeh. Wes pilehpileh iwak wong seng tuku. :terus bungkuse bedo, mbiyen gowo daun pisang, saiki kertas minyak. Tapi ibuk tetep gawe daun pisang nak arang-arang : terose pak kades kok wonten daun plaza buk ? : daun plaza wes mbuiyen nak, gak onok seng dodolan. Iku mbiyen daune kenek di tekuk dadi 3 dadine iso di wadah sego boranan. : kalau cara nakaknya buk ? blender opo diulek buk ? : wes gowo blender, nakak e yo wes nak LPG nak. :samean seng kulak iwak nak ndi buk ? : sidoharjo kene ae nak. Gak adoh-adoh. Karo kadang-kadang nak perum made. :modale mbiyen dodolan drimana buk ? :teko tabungan omah nak, jamane ibukku mbiyen karek nerusne. : nggada sawah ta buk ? : gak ndue nak, wes tak dol. Wes gak kober nak sawah ibuk. Anak yo podo dodolan kabeh. : biasane ibu libur jualan kapan buk ? : gak mesti, nek pegel loro yo gak budal, udan deres yo gak budal nak. Nek diundang uwong slametan yo prei koyok wingi ibuk diundang nyiapne sego boranan. : oalah…. Heheh, kendala pas dodolan apa buk ? : nek udan angel nak dodolan, ibuk ketampu banyu, gak gowo payung. : nek kendala cilek-cilek yo akeh nak. Koyok pas nakak akeh seng kurang bumbue, rego iwak larang. Ngolah nak omah dewe nak, ibuk wes tuwo. Rodok pegel. : banyak ya buk kalau yang kecil-kecil gitu hehe. Emang enak mana buk pas hujan apa panas? : panas nak, ibuk kan dodole sore, dadine gak keroso panas.udan akeh seng raiso mangan nak ibuk wes podo males.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Transkrip Wawancara 6. Nama Umur
: 65 tahun
Pendidikan
: SMP
Alamat
: Dusun Kaotan
Waktu Wawancara
: Dirumah Ibu kartini dan tempat berjualan.
Keterangan:
P
: Peneliti
I
: Informan
P I P I P I P I P I P I P I P I
P I P I P
SKRIPSI
: Kartini
: ibu namine sinten ? : ibu kartini nak. : daleme pundhi buk ? : kulo perumnas made nak, kaotan : nejengan pun berpa tahun kerja jadi penjual nasi boran buk ? : kulo pun lami nak, pun 20 tahun, sampek kulo pun nggada cucu tigo : njenengan selama 20 tahun tempat berjualane ten pundi buk ? : nggih ten mriki mawon nak, ten daleme plaza lamongan : wonten tarikan mlebet atau berjualan di tempat niki buk ? : dulu pas kulo sebelum mlebet ten mriki, wonten tarikan 1 juta nak. Sekarang mboten wonten, paling-paling bayar karcis 2 ribu kanggeh mbayar listrik, kebersihan dan macem-maceme : bayar 1 juta niku satu bulan nopo satu tahun buk ? : itungane nggih mboten sewa bulanan atau tahunan nak, tapi uang nakuk kanggeh sk lawase kulo berjualan ten mriki mboten di pungut biaya maleh. : enak buk wes gak kudanan hehe : yo iyo nak, wong cuman mbayar 2 ribu aja. : Nasi boran niku muncul kat taun pinten buk ? : Gak onok seng ngerti nak, wes suwe kat jamane nenek kulo niku. Ninenninen. Yo samean kiro-kiro kunu nenek ku zaman sak munu umure piro. : seng jenenge nasi boran iku mbiyen gara-gara template wadahe nasi ngunu ae lo. Bojok utowo boran hehe. : Populere kok ten kaotan mawon buk. : Asline kan emang teko kaotan, jadi khase yo teko kene tok nak. : Saiki y owes dicontoh uwong wesan, sampek luar dusun kaotan yo wes nyobak kabeh. : yang khas nasi boran niku nopo buk ? : Sili, ayam, bandeng, kuthuk, urang, otak-otak, tahu –tempe,dadar, peyek, emphuk,lah engko enek urap-urape, krawu. : Terose ayam iku bukan semua bagian buk ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I P I
P I P I P I P I P I P I
P I P I P I P I
SKRIPSI
: Yo mek dodo mentok tok iku igak. Mek endog”an, ceker, suwiwi, endas. Soale bagian dada gak onok seng seneng kat mbiyen nak. : jual nasi boran kenapa kok hanya perempuan saja ya buk ? : Sabene bojoku tak kon dodol yo gak gelem, nek sego goring, soto lak lanang ag yo. Lah nasi boran wong wedok og jane wong lanang yo pantes yo. : Kat mbiyen yo gak ono nak, gak pantes. : Mbiyen wong dodol jamu asline wedok ae saiki lanang kok. : nek perawan dodol yo gak gelem, isek isin jarene, nek wes rumah tangga gek baru gelem. : Perubahan nasi boran itu apa aja buk ? : Mbiyen iku gak ono iwak aneh-aneh koyo ngono iku. Ndisek iku mek bandeng, ayam angel. Saiki sak mono akehe. Saiki botok yo ono sembarang ono nak. : Dulu dodole iku ider nggih buk ? : ndisek iku ngampung nak. Pokoke nak omah-omahe uwong mlaku. Sek disek iku. Zamane wong tuo-tuo iku. : terus mulai menetap tahun pinten buk ? : yo iku tahun 85 iku, tapi yo ono seng isek jojo yo akeh, tapi aku wes mulai lungguh nek plaza iku. Mbiyen yo jojo kabeh. : Alasane kenapa buk, kok menetap ? : loh y owes enake y owes sandeng kono nak, enake iku diparani uwong. Wes ndue langganan dewe-dewe. : Selain itu buk perubahane nopo ? : ndisek iku godong pisang, terus saiki kebanyakan kertas minyak. Yowes ganti nak.tapi yo sek ono godong gedang seng nggawe. : Bumbune nggih pancet buk ? : Yo podo karo mbak ita nak kok, tapi bumbu nek saiki de blender nak. Nakio ndisik-ndisik nek mbiyen nok pawon saiki ndok LPG wesan kabeh. Akire yo wes bersih karek metek-metek. Bien iku bapak iku mikul, saiki sepeda montor a ewes jreng, ngangsu karo becak yo iso. Saiki jaman wes maju kabeh nak : rasane lak seje buk diulek aro di blender. : iyo….wes ono bedane. Tapi saiki nek ngulek sambel sak mene yo gak mendelep. : Boran ne nik tumbas ten pundi buk ? : lah iku nak ngarep iku ono pabrek,e seng nggawe. : pinten buk ? :80 ribu,lah nek ndok pasar hargae 20 ribu, tapi wajae seje. Tipis. Nek tuku ndek kene setahun maneh lagek jenuen ngunu ae tok. Nek digawe bejate se gak bejat. : njenengan tertarik jualan nasi boran itu kenapa buk ? : y owes embuh nak, lah kok enak ngunu loh. Sampek iso ndunungno anak loro. Mben bapak iku kuli, tapi dikemplangi ae karo mandore. Iku sak durunge ibu sego boranan. Pas ibu wes dodolan. Bapak tak kon tuku becak ae lha digawe becak.an wong loro ngono. Nakak bareng nak pawon.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I
P I
P I
P I P I
P I P I P I
SKRIPSI
Sampek iso ndadekno anak loro koyo ngono. E mbien ngucapno eh anakku ojo sampek dodolan sego boran koyo aku nakih batie akeh ngunu lo. Cek berubah nasib ngunu lo. Dadi anakku saiki iku gak ono seng dodol sego. : dadine penerusku wes ga ono seng iso dodolan sego boranan. : mbien alasan berjualan kok sampek bisa itu gimana buk ? : loh ibuk….aku dibelajari ibuk nak…..ibuk iku jualan terus kasian sudah tua, jadi tak gantikan. Mbakku ada 4 iku dodolan sego boranan kabeh nak ngarepe plaza. Dulurku telu karo ponakan iku. : itu diajari semua buk ? : yo ora diajari nak, cuman melu melu terus sue-sue ngerti ngunu lo nak kok. : samean melbu kaotan lag engko ketok omahe apik-apik kabeh. Gak onok seng suogeh. Gak onok seng miskin. Merata. : dulu kerja di plaza kenapa buk, dicarikan tempat orang atau gimana buk ? : sak durunge pasar tingkat nak, pasar tingkat iku kobong iyo. Lah satpol PP kan mikire plaza kan kosong, dadine aku di kongkolan dodolan mrono nak. : Mbien iku plaza njero durungono dalane nak, isek serem ngono, tapi mboh kok sue-sue seneng. :Banyak buk warga luar dusun yang ngaku asal kaotan ? : iyo nak. Mbien iku tau dikasih baju 240 gawe pedagang, api gawe semua nak. Dadine gak ketok ndi kaotan, ndi gak. Anyar-anyarane pak mahfud mbien. : mereka ngaku yo alasane cek payu nak. Saiki wong podo pinter-pinter nak, gk ngunu yo gk payu. : njenengan dodol karo bu kona niku wonten kerjasama nopo mboten buk ? :Mbien iku asale gk onok wong gelem nak dodol nk kunu, dadine yo mok tak utuni karo adek kona tok lo. : tapi nek jeke iwakku entek yo gentenan nak. : ada persainganya nggak buk ? : yo gak blas nak, wes opo anane. Sambel isek yo di kekno. Opo isek yo di jalok. Yo wes ngono iku. Kono ono wong pengen mangan endok asin nek aku gak ono yo tak jaluk kok. Tapi wong seng judes-judes yo ono ae. Wong seng gak patut yo ono ae. : kalau minuman buk, bawa sendiri atau gimana ? : yo pesen nak ngguri nak nek iku, ibuk gak nggowo. Ben podo ngrasakne nak. Kasihan….kerjasama sitik edang ngunu lo. : pernah ada cek cok apa buk ? : Sabene yo rame karo satpol PP. nek ambek pedagang liane yo gak nak. : berarti sekarang uda nggak ya buk ? : uda nggak nak, wes podo mapan dewe-dewe. Bien yo ngrubong dadi siji njero pasar nak. Tapi berhubung pasare didandani pindah nak trotoar kabeh kunu mau iku. : mbalek nak pasar wes gak gelem soale gak payu nek kapan nak njero.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I
SKRIPSI
: njenengan modale dagang dulu saking pundi buk ? : teko tani nak, sawah hasile di dol gawe modal. Mbien yo ditawani koperasi opo ngunu pinjaman modal. Tapi y owes gak. : kalau harga makananya buk ? : 8 ribu : itunganya gimana buk itu ? : iwak satu 8 ribu, nek iwak dua 10 ribu. Sak porsi pokok.e 8 ribu. Itungane satu jenis ikan semuanya merata. : samean sama mbak kona sama buk ? : iyo iyo nak kok, pepet. Podo. Tapi nek ono tambahan iwak yo mboh kono. : rata-rata pedagang 8 ribu nak. :kok mboten diundakne buk. : ndisik lak wes mundak nak kok. : kok gak beda dengan mbak kona buk ? : lo.. yo gak nak kok, engko nek de bedakno yo salah yo. : iyo salah soale engko nek murah sopo lak ditukoni terus, engko nek karek regono podo yo karek rejekine rene, rejekine rene ngunu lo nak. : kalau harga minum buk ? : 2 ribu teh, aqua 500 perak nak. : Koki so akeh pelanggane samean iki pie carane buk ? : gak onok carane nak. Yo selain masakan enak, ibuk yo ngajeni seng tuku dijak ngobrol koyo samean ngeneki. Lesehan karo aku kan itungane podo karo konco nak. : samean seng kulak bahan iwak nak ndi buk ? : yo nak pasar Plaza kunu ikulo nak, iku wes ono seng dodol iwak’e. plaza ndapur. :kenapa buk beli disitu ? : nakio gak murao wes kadong langganan. Langganane nak kunu nak. Ambek an enak parek nak. Dodole nak plasa kok mosok dodole nak pasar kono lag yo lucu nak. : oleh langganan niku pie buk carane ? luwe murah nopo ? : loh wes langganane nakk ok, koyok mau samean senengane mangan nak mbak ita. Yo gae langganan nak. Yo wes langganan dewe nak kok. : perumnas niku buka’e jam pinten buk pasare ? : jam 5 – 12 . pasar sidoharjo 24 jam. Pasar iwak jam 5 – 12 siang, plaza ndapur 24 jam nak. : Samean tumbase jam pinten buk bahane niku ? : jam 4 sore, jualan habis terus belanja. : Kulake bahan baku pinten buk ? : yo poko.e semua satu kiloan lah nak. : nakak’e boran niku nopo buk ? :bumbune sambel boran 1 kg, cabe kecil ¼ kg sama besar. Terus kelapa 1. Bumbu bawang putih, bawang timur, berambang, kemiri = ¼ empon” ¼
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I P I P I
P I P I P I P I
SKRIPSI
terus ketumbar , terasi secukupnya. Di rebus kemudian di blender. Kelapanya digoreng langsung di blender. : bahane kertas,= minyak dan daun pisang ya buk ? : saya pakek kertas minyak nak, larang” daun pisang. : dodole kok pagi buk, mboten sore ? : enake awak yamono iku nak aku. Wes kadong isuk, tau dodol bengi barang. Tapi dodol bengi kok ketoke nakuk angin, terus dodol awan tok. : njengean strategi dapat pelanggan gimana buk ? : yo poko,e apik karo seng tuku nak, njaluk imbo yo di imboi. Selain iku yo rasane nasi boran nak. Nek enak kan yo akeh pelanggan. : relasi dengan penyedia bahan baku gaada nakalah buk ? : gaada nak kok : tapi dia tau jamnya saya beli. Kalau gak pas jamnya ya berarti saya gak teko nak. : tapi disiapno buk biasane ? : yo gak nak kok, cuman nek aku mrunu yo onok lah. : nek nakak bapake ngewangi apa buk ? : yo mususi, ngirisi. Ngeterno, jemput. Pokoke seng berat-berat nak kok. : tani ta buk bapake? : iyo nak tani. : perubahan harga sak durunge iku pinten buk ? : sak durunge iku 7 rb pas puasa naik 8 ribu, sebelum 7 ribu yo 6 ribu. Awal jualann ya 2 ribu, seribu yo tau nak. Pokoke munggae yo mok kelipatan seribu nak. Selama 3 0 tahun yo dari seribu ke delapan ribu nak kok
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Transkrip Wawancara 7. Nama Umur
: 48 tahun
Pekerjaan
: Pedagang nasi boran (8 tahun)
Pendidikan
: SMA
Tempat wawancara
: Jalan Basuku Rahmat.
Keterangan:
P
: Peneliti
I
: Informan
P I P I P I P I P I P I
P I P I
P I
SKRIPSI
: Ibu sholikha
: Ibu pun lami jualan ten mriki buk ? : wes suwe mas. Sekitar 8 tahun lah mas. : kenapa jualan di sini buk kok gak di plaza ? : Gak popo mas, parek karo omah, ben iso mulih nek pegelen. : Kok jualan di sore hari buk ? : enak sore mas, adem. Rame biasane. Kalau pagi ka nada pedagangnya sendiri mas. : Dodolan sego boran nak pepet dalan ngene gk wedi kenek debu buk ? : gak mas, tak tutupi taplak kok segone. : Lha nek iwake buk ? : yo tak tutupi barang, y owes emboh ngeneki. Karek warga kan sing meleh gelem tuku tagak lo mas. : dodolan nak kene kendalae apa buk ? : Yo akeh mas, aku yo kuater aae soale dodolan nak jalan raya ngene iki, : wedine enek montor nabrak. : karo nek udan iso gak payu mas. Gak ada yang kluar jualan. : Rukun buk kale niki sampinge pedagang ? : karo mbak win yo rukun ae mas. Gak onok opo-opo. : iki samean gak dodolan minum ta buk ? kok saya pesen disana tadi ? : nggak mas, gak nggowo aqua, disini uda ada penjualnya mas. Itu ada dua. Kalau saya bawah minum kan gak enak, opomane aku dodolan nak ngarepe warunge. : dapet untung apa buk, apa bagi hasil ? : nggak mas, cuman saya bisa nyaman aja jualan depan warung pedagang minuman ini. Saling berbagi lah.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P I P I
SKRIPSI
: regono sego boranan samean karo ibuk liane iki podo ta buk ? : rego awal podo mas, wolongewu, tpi nek tambahan iwak yo seje mane. : Kok samean gak dodolan nak luar kota ae buk ? : hala mas, nak kene a ewes adoh teko omah, adoh teko anak, opomane luar kota
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8. . Nama Umur
: 45 tahun
Pekerjaan
: Pedagang nasi boran (15 tahun)
Pendidikan
: SMA
Tempat wawancara
: Plaza Lamongan
Keterangan:
P
: Peneliti
I
: Informan
P I P I P I
P I P I
P I
P I P
SKRIPSI
: Mbak Kona
: Mbak kona kok jualan sendiri disini ? : Iya mas, bu Kar libur. Ada pengajian RT. :mau pesen nasi sama the anget satu mbak kona, sama aqua gelas. : iya minta ibu belakang situ lo mas. Nanti dibikinin, atau teriakin dari sini. : iya mbak sudah, kirain mbak bawah minuman sendiri. : gak mas, gak enak ngepek rijekine uwong, masiho mbak kar yo nek pesen ngombe lak nduk kunu, mosok aku gak dewe. Malah gak seneng karo aku engko mas sak kabehe. : kapan aku gowo ngombe dewe yo mas yo. Bener untung. Tpi rasane gak enak ngunu lo. Mosok tak pek dewe. :Kendala dodol nak njero plasa niki opo ae mbak kona ? : gak ono mas, tempate yo wes enak ngene. Cuman kendalae biasane pas wayae nggawe sego boran. Masak dewe, ono bumbu seng keri, bahan jelek, : gak bosen ta mbak dodolan lugguh ngene. : yo gak, akeh rewange mas, koyo mbak kar, pedagang minuman iku, tukang parkir juga, banyak yang guyonan. : yo iku mau untunge saling berbagi dan membantu, pas dodolan iku seneng. :gak dodolan nak luar lamongan buk ? : ibuk liat gaada mas diluar, masak perempuan mau ninggalin anak dan suaminya di luar kota, anak masih sekolah mas. : dodol nak njobo yokan dorong mesti to mas, dorong ono seng sukses diluar sana mas, engko nek aku nyobak, terus rugi malah di gosipin semua pedagang mas, mosok lagek merantau wes moleh. : harga sego boranan samean karo mbak kar sami to buk ? : sami mas, wong jarake ae sak meter, engko nek rego luwe larang yo bakal podo ngerti kabeh. Terus gonku gapayu. : gak pindah di trotoar ta buk, kan lebih keliatan ?
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
P I
SKRIPSI
: gak mas, ibuk yo wes onok langganan dewe. Danine wes ngerti olehku dodol karo mbak kar nak kene. Gak perlu pindah maneh, malah bingung, malah rugi mas, langgananku podo goleki. : kalaupun di plaza depan itu hujan, pasti ewoh kabeh, nek nak gonku kene kan wes onok atape iki pie. : iki gak onok gebere ta buk, mumpung onok tempat kayak warung. : geber semacam tulisan warung itu ta mas? : ada mas, cuman dipasang pas langit uda malai panas. Biar saya gak panas dan langganku enak gak panasan.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nama
: Harum Maulana
Alamat
: Pucuk, Lamongan
Umur
: 20
Pekerjaan
: Mahasiswa
P I
P I P I
SKRIPSI
: yak opo, enak ta ? :segone mau enek krikile pas aku mangan, nggarai gak kolu. Mene golek pedagang liane ae ojo nak kono maneh” : Mene nek mrene mae golek bakul seng asli kaotan ae, ngeneki maeng gak enak. Ijek dorong pengalaman wonge. : Iki kok podo ngaku kaotan yo, padahal kepala dusun ne ae gak ngerti : Iyo wajar, istilahe cek payu. Wedine ngaku ora kaotan ngko gak akeh seng tuku. Opomane awak dewe wong lamongan seng ngerti asline sego boran iki teko ndi. : Lapo mau gak tuku seng sebelahe ae lan ? : Seng sebelahe meneng ae kok, ibuk iku mau seng senyum karo nawari awak dewe.
POLA KERJA PEDAGANG ....
HENDRO SUSANTO