ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7>DAM^H
O&AT
SK R I P S I LILIK
LESTYO
BUDI
UTOMO
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH ( Allium sativum L . )
TERHAOAP TOKSISITAS KARBON TETR A KLORIDA PADA HEPATOSIT TIKUS TERISOLASI DENGAN PARAMETER ENZIM GPT
f f U /o
M1LIK PERFUSI A k A A N ’UNIVERS1TAS A 1RJ.ANCCA"
SURABAYA
F A K U L T A S FARM ASI U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A SURABAYA 1989
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH
PEMBERIAN
EKSTRAK
BAWANG
PUTIH
{Allium sativum L.)
TERHADAP
T0 K 3 ISITA S
PADA
KARBON
HEPATOSIT
DENGAN
TIKUS
PARAMETER
TETRA
KLORIDA
TERISOLASI
ENZIM
GPT
SKRIPSI DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
1989
Oleh : LILIK LESTYO BUDI UTOMO
050410655
Disetujui oleh Pembimbing
AHMAD FUAD. M.S
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PEN
aNTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tahan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi
tugas
akhir
sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pa da fakultas Farmasi Unuversitas Airlangga. Terima kasih kami
sampaikan
kepada
Almamater
cinta, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
yang
ter— telah
memberi kesempatan kepada kami untuk belajar selama ini. Tidak lupa pad^ kesempatan ini
kami
sampaikan
pula
rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : - Bapak Drs. Ahmad Fuad, MS dari Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Unair. - Bapak Drs. Wahjo Dyatmiko Apt, dari Laboratorium
Fi
tokimia Fakultas Farmasi Unair. - Bapak DR. Mulya Hadi Santosa dari
Laboratorium
Bio-
teknologi Fakultas Farmasi Unair, yang telah memberikan
bimbingan,
saran,
pengarahan
dan semangat serta dorongan moral yang sangat berha'r— ga dalam pelaksanaan hingga selesainya skripsi ini. - Bapak DR. Gunawan Indrayanto sebagai Kepala Laborato rium Bioteknologi Farmasi Universitas Airlangga. - Bapak DR. Noor Cholies sebagai Ketua Jurusan
Biologi
Farmasi Universitas Airlangga.
,
ivi I L I iv •UNIVEMT&® AlftkANGtjA S U I A B A Y A _ -- I
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
- Laboratorium Medis Selamat Sejahtera Jember yang
te
lah memberikan fasilitas sehingga terse 1esainya tugas ini . - Bapak dan ibu dosen penguji yang telah berkenan menerima dan memeriksa skripsi ini. - Bapak dan ibu serta Saudara kami tercinta tuan baik moril maupun material
sehingga
atas
ban-
tugas
ini
- Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak
da
dapat terselesaikan.
pat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan melimpahkan Rakhmat dan Hidayahnya kepada kita semua. Amin. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami semoga skripsi yang kami buat ini
dapat
berharap
bermanfaat
bagi
ilmu pengetahuan, khususnya dunia ke-farmasian.
Surabaya, Desember 1989
Penyusun
2Xi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
D A F T A R
I S I
ha1aman KATA P E N G A N T A R ....................................
ii
DAFTAR ISI ........................................
iv
DAFTAR GAMBAR .....................................
vi
DAFTAR L A M P I R A M ...................................
viii
BAB BAB
BAB
I . P E K D A H U L U A N ............................. II . TINJAUAN P U S T A K A .......................
1 4
1. Tinjauan tentang tanaman Allium sa tivum Linn......................... .
4
2. Tinjauan tentang karbon tetra klo rida .................................
7
3. Model percobaan in vitro pada hepar..
10
4. Uji hepatoprotektif .................
15
5. Enzim Glutamat Piruvat Transferase ..
IB
6. Uji Alanin Aminotransferase ........
19
III. BAHAN, ALAT dan METODE PENELITIAN .....
20
1. Bahan penelitian ....................
20
2. Alat-alat yang digunakan ...... .
21
3. Metode penelitian ...................
21
1. Persiapan alat ..................
21
2. Persiapan tikus .................
22
3. Pelaksanaan preparasi ...........
22
4. Pensuspensian dan pencucian hepa tosit ...........................
Ji
5. Penghitungan hepatosit dan test vitalitas .......................
34
6. Pembuatan ekstrak bawang putih...
36
7. Pembuatan CCl
39
0,4 mM ...........
8. Model percobaan yang dilakukan ..
39
9. Uji hambatan aktivitas enzim GPT.
41
10. Pemeriksaan aktivitas enzim GPT..
41
iv
m i l i k PERPUSTAKAAN
•’UNmiX.-jiT/ut Am LAN6flAB SKRIPSI
____S U RLILIK A , LESTYO s A YBUDI A UTOMO
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB
IV. HASIL PENELITIAN ...................... .....43 1. Hasil preparasi hepatosit .......... ..... 43 2. Hasil percobaan inkubasi sel dengan karbon tetra klorida ................ ..... 44 3. Hasil percobaan inkubasi sel dengan ekstrak bawang putih ................ ..... 46 4. Hasil percobaan inkubasi sel pada tikus 1 .............................. ..... 47 5. Hasil percobaan inkubasi sel pada tikus 2 ................................... 50 6. Hasil percobaan inkubasi sel pada tikus 3 ................................... 53 7. Hasil uji aktivitas enzimGPT oleh ekstrak bawang putih ......... ........... 56
BAB
V. P E M B A H A SA N ................................... 58
BAB
VI. KESIMPULAN ................................... 61
BAB
VII. SARAN-SARAN .................................. 62
DAFTAR P U S T A K A .................................. ..... 63 R IN G K A S A N .....................................
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
......... 67
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
D A F T A R
G A M B A R
Gambar 1.
halaman Irisan berbentuk huruf U pada dinding peritonial
2.
.....................................
23
Masuknya sistem perfusi pada vena porta dan vena cava ..................................
24
3.
Posisi tangan dan hewan ...................
25
4.
Situasi hewan dan alat
perfusi
untuk
re-
sirkulasi media perfusi pada preparasi
he—
patosi t ........... . ....................... 5.
Skema situasi hewan dan alat perfusi resirkulasi media
perfusi
pada
29
untuk
preparasi
hepatosit ..................................
30
6.
Cara pensuspensian hepatosit ..............
32
7.a.
Penyaringan hepatosit .................... .
7.b.
Pemisahan hepatosit .......................
34
8.
Bidang-bidang dan garis dalam Neubauer ....
35
9.
Hepatosit tikus
secara
mikroskopi
dengan
pewarnaan Trypan blue (perbesaran 75 kali). 10.
Kurva selisih pelepasan suspensi
hepatosit
pada
GPT
dalam
Kurva selisih pelepasan
penambahan
suspensi
hepatosit
pada
GPT
CCl^
dalam
Kurva selisih pelepasan
penambahan
GPT
dalam
suspensi hepatosit pada penambahan
44
medium CCl
0,4 mM dan 0,8 mM ......................... 12.
43
medium
0,2 mM ..................................... 11.
33
45
medium ekstrak
bawang putih ...............................
46
vi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13.
Kurva selisih pelepasan
GPT
dalam
medium
suspensi hepatosit pada tikus 1 .......... 14.
Kurva selisih pelepasan suspensi
hepatosit
GPT
dalam
medium
pada ' penambahan
0,4 mM dan CCl^ 0,4 mM yang 1 jam
CCl^
sebelum-
nya diberi ekstrak bawang putih 0,1875pl/ml 15.
Kurva selisih pelepasan
GPT
dalam
Kurva selisih pelepasan suspensi
hepatosit
pada
GPT
dalam
CCl^
sebelum-
nya diberi ekstrak bawang putih 0,1875pl/ml 17.
Kurva selisih pelepasan
GPT
dalam
Kurva selisih pelepasan suspensi
hepatosit
pada
GPT
dalam
52
medium
suspensi hepatosit pada tikus 3 .......... 18.
51
medium
penambahan
0,4 mM dan CCl^ 0,4 mM yang 1 jam
49
medium
suspensi hepatosit pada tikus 2 .......... 16.
48
54
medium
penambahan
CCl^
0,4 mM dan CCl
0,4 mM yang 1 jam sebelum4 nya diberi ekstrak bawang putih 0,1875/jl/ml 19.
Grafik prosentase hambatan aktivitas GPT pada berbagai konsentrasi
55
enzim
ekstrak
ba
wang putih .................................
56
vi 1
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
D A F T A R
L A M P I R A N
lampiran 1.
halaman Komposisi media perfusi hepar tanpa pengi68
2.
Komposisi media perfusi hepar dengan peng ikat ion kalsium ...................
69
3.
Komposisi larutan Seglen-3 .....
70
4.
Komposisi kit GPT optimized UV -* test dari 71
Boehringen Mannheim GmBh ....... 5.
Data hasil percobaan inkubasi CC1
6.
4
dengan
sel
72
..... ..........................
Data hasil percobaan inkubasi
dengan
sel
73
ekstrak bawang putih ............... 7.
Data hasil
percobaan
inkubasi
se 1
pada 74
tikus 1 ......................... 8.
Data hasil
percobaan
inkubasi
sel
pada 76
tikus 2 ......................... 9.
Data hasil
percobaan
inkubasi
se 1
pada 78
10.
Data hasil uji
hambatan
aktivitas
enzim 80
GPT oleh ekstrak bawang putih ... 11 .
Spektrogram ekstrak bawang putih
konsen81
vi i i
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
P E N D A H U L U A N
Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian
integral
dari pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan
ter—
capainya kemampuan untuk hidup sehat
penduduk
agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (1).
Obat
tradisonal yang merupakan warisan nenek moyang
atau
obat
dari bahan alam saat ini tetap digunakan
masyarakat
secara luas. Oleh karena itu dalam
bagi
oleh
upaya
pembangunan
di
bidang obat harus pula mencakup pembangunan obat di bidang obat tradisional atau obat dari bahan alam. Kenyataan menunjukkan bahwa pembangunan obat tradisi onal atau obat dari bahan alam akhir— akhir
ini
peningkatan. Sebagai contoh telah beredarnya
mengalami
Soft
Capsul
dari ekstrak bawang putih {Allium sativum L). Azizawati dkk (2) menyebutkan bahwa Bawang putih ngandung senyawa-senyawa organik tidak jenuh nyai gugus fungsional sulfhidril dan
yang
jembatan
me-
mempu—
disulfida,
seperti dialil disulfida, propil alii disulfida, glutation sistein, sistin dan asam tioktat. Sedang obat - obat
yang
digunakan sebagai anti hepatotoksik adalah senyawa-senyawa yang mempunyai gugus fungsional
sulfhidril
dan
jembatan
disulfida, seperti sistein, metionin, homosistein dan glu tation .
1
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ekstrak bawang putih (Alliun sativum L) mempunyai kegunaan sebagai penurun kadar kolesterol dalam
tubuh,
di-
samping itu juga mempunyai kegunaan lain diantaranya,
pe
nurun tekanan darah, penurun gula darah (2). HD Reuter (3) menyebutkan bahwa bawang putih juga da pat menghambat aktivitas enzim SGOT, SGPT, LDH, dan kolin— esterase dalam tubuh dan juga mempengaruhi membran plasma. Dengan latar belakang
zat
kandungan
dan
aktivitas
biologis yang telah dilakukan peneliti diatas, maka
dila
kukan penelitian secara in vitro (tingkat seluler) terhai dap ekstrak bawang putih untuk mengetahui aktivitas biologisnya terhadap toksisitas CCl^ dengan
menggunakan
model
percobaan memakai suspensi hepatosit tikus terisolasi Model percobaan memakai suspensi hepatosit tikus ter— isolasi dipergunakan karena model percobaan ini
mempunyai
keuntungan antara lain : 1. Lebih efektif dibanding percobaan in vivo jika ditinjau dari jumlah hewan
yang
diperlukan,
yaitu
dengan satu organ hepar (satu hewan percobaan) da pat diperoleh suspensi sel (hepatosit) dalam
jum
lah yang cukup untuk satu rancangan percobaan (peneli tian) . 2. Vitalitas dan kapasitas enzim
pemetabolisme
sus
pensi sel (hepatosit) dapat diukur setiap saat ji ka dibanding percobaan tingkat organ atau an jaringan.
SKRIPSI
potong-
(4,5)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Perfusi in situ organ hepar dengan cairan
fisiologis
yang mengandung enzim kolagenase atau ion pengikat kalsium akan dengan mudah mensuspensikan sel hepar dalam suatu me dia dan sel tetap dipertahankan hidup untuk percobaan
se-
bagai sistem suspensi atau kultur sel. Pada penelitian ini digunakan model percobaan memakai suspensi hepatosit
ti
kus terisolasi [5,6]. Penambahan karbon tetra klorida sebagai
hepatotoksik
pada sistem suspensi atau kultur akan menyebabkao
terjadi
peningkatan aktivitas enzim GOT dan GPT (enzyme
leakage).
Pada kondisi percobaan
aktivitas
yang
sama
peningkatan
enzim GPT selalu lebih besar bila dibandingkan dengan
ak
tivitas enzim GOT, sehingga dalam penelitian ini digunakan parameter enzim GPT. C7] Ekstrak bawang putih akan diuji pengaruhnya pada efek rembesan (enzyme leakage) enzim GPT yang CCl^. Aktivitas enzim GPT ditentukan meter pada panjang
gelombang 340
nm
disebabkan
dengan
oleh
spektrofoto-
dengan
menggunakan
suatu pereaksi baku (kit) GPT. Dengan hasil penelitian ini akan diketahui lebih lanjut aktivitas biologis tingkat seluler
bawang
putih
dan
dapat menambah informasi ilmiah bagi pemakaian tradisional bawang putih di dunia kesehatan.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB U
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan tentang tanaman Allium sativum Linn. C3,B,9,10,11,12,13,14 3. 2.1.1. Klasifikasi tanaman. Divisi
Spermatopyta
Anak divisi
Angiospermae
Kelas
Monocotyledonae
Bangsa
Li 1iales
Suku
Li 1iaceae
Marga
All ium
Jenis
Allium, sativum linn.
Nama nasional Indonesia
Bawang putih
Malaysia
Bawang'puti h
F i 1ipina
Bawang
Thailan
Kratein
Nama InaoriS'
Garlic
Nama daerah Sumatra
:
lasuma
(Gayo),
bawang
mentar
(Alas), lasuma (Batak karo /Bataktoba), pasuma (Batak - simalungun), bawang
(Melayu),
bawang
putieh,
dasun (Minangkabau), bawang hendak (Lampung)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
Kalimantan
:
Bawang
basihong
(Dayak
ngaju),
uduh bawang (Kenya), Bawang
puteh
(Bu1ungan), bawangpu1ak (Tarakan). Jawa
: Bawang bodas, bawang
putih
(Sun-
da), bhabang pote (Madura), bawang (Jawa). Nusa Tenggara : Kesuma
(Bali),
langsuma,
lesune
(Sasak), neune (Bima), lansuna manura
(Sangi),
laisoma
mabotiek
(Roti), balpeofoleae (Timor). Sulawesi
: Yantuna mapusi (Mongondo’w ), lesuma bado (Tonsoro), pia maputi (Gorontalo), lasuma kebo (Makasar),
le
suma pute (Bugis). Maluku
:
Kasai
bati
(uru),
(Halmahera), bawa
bawa
babudo
davare (Terna-
te), bawaiso (Tidore). 2.1.2. Morfologi tanaman. Tanaman herba dengan tinggi 30 - 60 cm, banyak ditanam diladang di daerah
pegunungan
mendapat sinar matahari. Tumbuhan
berumpun
umbi batang yang disebut bulbus. Tiap bungkus kulit tipis.
Daunnya
yang
cukup dengan
bulbus
berbentuk
pita
ter— dan
berakar serabut, bunganya berwarna putih. Kalau ba wang putih itu diiris-iris, baunya sangat tajam dan amat menandai (khas).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2.1.3. Kandungan tanaman. - Minyak atsiri
(allil disulfida, allil propil
di
sulfida) 0,1-0,9 7.. - Allisin. - A11iin. - Enzim alliinase, mirosinase. - Karbohidrat 0,2 */.. - Protein,
lemak, vitamin A, B1 dan C.
- Kalsium, fosfor, besi, belerang, dan selenium. - Koline 0,7 7.. - Inulin. 2.1.4. Aktivitas biologis. - Anti bakteri. - Anti mikotik. - Anti virus (propi1aksis). - Anti tumor. - Anti trombosis. - Menurunkan tekanan darah. - Menurunkan kaar gula darah. - Mempengaruhi aktivitas enzim SGOT, SGPT, LDH dan kolin esterase. - Antelmintik. - Hemorrhoid. 2.1.5. Simplisia yang digunakan. - Bulbus segar dan bulbus kering. 2.1.6. Toksisitas. - Jika digunakan secara topikal
dapat
/" I lenyebabkan
iritasi kulit.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
- Jika
digunakan
secara
oral
dapat
menyebabkan
iritasi lambung.
2.2. Tinjauan tentang karbon tetra klorida Nama kimia
: Karbon tetra klorida.
Rumus molekul
: CC14.
Berat molekul
: 1 53 ,8 .
2.2.1. Sifat fisika kimia karbon tetra klorida.[153 Karbon tetra klorida berupa cairan yang berat, jernih, tidak berwarna, tidak mudah terbakar. Berat jenis : 1,592 - 1,595. Kelarutan
: 1 : 1500 air, larut dalam
lemak
dan
minyak menguap, bercampur dengan kloroform, eter, dan light petro- levm.. 2.2.2. Absorbsi dan nasibnya dalam tubuh.[15} Karbon tetra klorida segera diabsorbsi setelah inhalasi, dan juga diabsorbsi dari saluran
pencer—
naan. Karbon tetra klorida diekskresi secara perlahan-lahan melalui paru-paru, urin dan faeses. 2.2.3. Pengaruh karbon tetra klorida terhadap kultur
ja-
ringan sel hepar.[73 Bahan yang bersifat sitotoksis nyai efek yang tidak
spesifik
sering
dalam
permeabi1itas membran sel terhadap
mempu-
meningkatkan
komponen-kompo-
nen dari sel tersebut. Sebagai contoh
meningkatnya
aktivitas enzim SGOT dan SGPT dalam peredaran darah yang berasal dari hepar pada pemberian karbon tetra klorida pada binatang percobaan seperti pada dan anjing.
M I L I K. PERPUSTAKAAN I
SKRIPSI
tikus
SUTvABAY A
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
a
Metode kultur j a n n g a n sel gunakan untuk mDnentukan
e +ek
hepar, dari
dapat
karbon
tetra
klorida dengan bertambahnya pengeluaran enzim
yang
berasal dari sel hepar. Enzim GOT dan GPT akan sekresi secara normal pada
medium
di —
kultur,
di —
dimana
dengan penambahan karbon tetra klorida akan meningkatkan sekresi kedua enzim
tersebut
yang
berasal
dari sel hepar ke dalam medium kultur karena penga— ruh karbon tetra klorida terhadap membran sel
ter—
sebut.' Sebagai catatan bahwa peningkatan enzim
GPT
selalu lebih besar dari pada enzim GOT pada kondisi percobaan yang sama [73. Pada percobaan dengan Hepatic
Tissue
Culture
Cell dengan penambahan sebanyak 0,2 mM karbon tetra klorida dalam medium kultur selama tidak lebih dari 48 jam akan menyebabkan peningkatan enzim
GOT
dan
GPT yang berasal dari sel hepar. Kawaguchi dkk. telah melaporkan
bahwa
adanya
penurunan enzim dalam hepar (GOT dan GPT) dan
ada
nya peningkatan enzim GOT dan GPT dalam serum
pada
pemberian karbon tetra klorida secara intra ler pada pengamatan selama 24 jam
sampai
musku120
jam
pada tikus. Sifat toksik dari karbon tetra klorida karena terbentuknya
radikal
bebas.
Pada
diduga mulanya
terjadi pemisahan ikatan karbon — klorida yang akan membentuk ion (°CC1
SKRIPSI
3
klorida
). Adanya 0
2
dan
trihlorometi1
radikal
(oksigen) menyebabkan te>rbentuk-
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
nya triklorometil dioksida
(triklorometi1
radikal). Kemampuan bentuk
radikal
peroksi
mengikat
hidrogen dari ikatan lerak tidak jenuh akan
atom menye-
babkan integritas membran hilang sehingga sel hepar mengalami mikrosis (mati) L16, 17}. Disamping itu karbon tetra klorida
juga
mem-
pengaruhi membran dari mitokondria, dan membran da ri retikulum endoplasma pada struktur lemaknya. Or— gan sel lain yang dipengaruhi adalah ditandai den'gan pelepasan enzim dalam pensi karena adanya
hambatan
lisosom
yang
medium
sus
penggabungan
leucin
membentuk protein (18). Mekanisme kematian sel oleh karbon tetra
klo
rida : CCl karbon tetra klorida
CCl
°CC1
3
trikloro metil radikal
3
COO
trikloro metyl
Cl CO 2
fosgen
peroksi radikal
dengan lemak peroksidasi
sel mati
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
to 2.3. Model percobaan in vitro pada hepar.[A ,27] 2.3.1. Macam model percobaan in vitro pada hepar di
dalam
praktek dan penelitian pengenbangan antara lain : 2.3.1.1.
Model
percobaan
menggunakan
fraksi
mikrosoma
hepar. Fraksi mikrosoma hepar adalah salah satu frak si homogenitas jaringan hepar yang banyak mwngandung enzim
pemetabolisme.
Untuk
itu
dilakukan
isolasi hepar dari tubuh hewan yang terbius, mudian hepar dipotong kecil-kecil lalu kan dengan homogenisator, sehingga
ke-
dihancur-
akan
didapat
suspensi fragmen sel (fraksi-fraksi subseluler). Pemakaian fraksi mikrosoma ini
mempunyai
ko-
relasi dengan kondisi in vivo yang kuramg sekali. tetapi sifatnya sederhana dan mudah
dalam
tahap
penyiapan dan perlakuan selanjutnya
untuk
pene-
1i tian. 2.3.1.2. Model
percobaan
menggunakan
potongan
jaringan
hepar. Pemakaian
potongan
suatu model percobaan in
jaringan vitro
hepar
sebagai
merupakan
suatu
usaha pendekatan in vivo, yaitu masih adanya
ko-
ordinasi dan kooperasi antar sel-sel,. Te*api
mo
del ini mempunyai kekurangan yaitu mudah terjadinya nekrosa sel pada bagian
dalam
potongan
ja
ringan karena tidak cukupnya konsumsi zat asam.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
Dapat diduga bahwa kualitas dan reproduksibilitas hasil dari percobaan memakai potongan jari ngan hepar ini kurang baik dan sangat
tergantung
pelaksana percobaan, sehingga model percobaan ini jarang dipakai. 2.3.1.3. Model percobaan menggunakan organ
hepar
terper—
fusi. Pada model percobaan ini dibuat sirkulasi tertutup
(resirkulasi)
suatu
sistim
melalui
organ
hepar yang dipisahkan dari tubuh hewan
percobaan
(terisolasd). Korelasi dengan kondisi in vivo ba ik sekali karena
selama
percobaan,
keseluruhan
organ hepar masih intact, termasuk hepatosit
be-
serta sistem kapiler hepar di dalamnya. Kekurangannya adalah bahwa dengan satu hepar (satu
hewan
percobaan) hanya dapat dilakukan penelitian untuk satu perlakuan, vitalitas preparat (hepar terisolasi) selama percobaan sulit diperiksa dan dengan satu preparat hanya dapat digunakan terbatas
be-
berapa jam saja. 2.3.1.4. Model percobaan menggunakan hepatosit terisolasi. Adalah suatu
keberhasilan
pengetahuan selama dekade
besar
terakhir
dalam bahwa
ilmu dapat
dilakukan preparasi (isolasi) hepatosit (sel
pa-
renkim hepar) yang masih intact dalam jumlah yang cukup untuk tujuan penelitian jangka pendek serta untuk kultur sel. ^f v> • • SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
.. . a g o /."1 LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ta
Ada banyak cara preparasi yang bervariasi pada pada prinsip dan teknik isolasi sel dari jaringan yang dapat dipakai sebagai metode preparasi/ iso lasi hepatosit dari hepar. Umumnya preparasi dilakukan dengan
cara
per—
fusi tertutup (resirkulasi) organ hepar secara in situ dengan cairan fisiologis simulasi
yang
me
ngandung enzim proteolitik (kolagenase) atau
se
nyawa pengikat ion
kalsium
Setelah perfusi selesai dan
(EDTA,
Na
sitrat).
organ
hepar
nampak
telah terdisintegrasi, selanjutnya
hepar
diiso-
lasi dari hewan dan sel-sel
tanpa
banyak
hepar
kesulitan dapat tersuspensi setelah kapsula hepar dapat dirobek-robek. Vitalitas dan kapasitas
he
patosit yang diperoleh dapat diukur setiap saat. Dari satu organ hepar (satu
hewan
percobaan)
dapat diperoleh hepatosit dalam jumlah cukup sar sesuai dengan besar hewan percobaan.
be-
Umumnya
yang sering dipakai hewan percobaan adalah tikus. 2.3.1.5. Model percobaan menggunakan kultur hepatosit. Model percobaan memakai kultur
sel
kelanjutan dari percobaan dengan
merupakan
suspensi
hepa
tosit terisolasi. Pemakaian kultur hepatosit dimaksudkan agar : - dapat dilakukan percobaan yang lebih lama. - setiap akan melakukan percobaan tidak perlu se tiap kali dilakukan preparasi
SKRIPSI
hepatosit
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
cukup
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
memakai/mengambi1 dari
kultur
sel
yang
ter—
sedia. 2.3.2. Prinsip cara preparasi hepatosit terisolasi.[4,5] 1. Prinsip disintegrasi mekanis. 2. Prinsip memakai zat pengikat ion kalsium (chelator). 3. Prinsip memakai enzim proteolitik. Disintegrasi mekanik adalam cara
konvensional
yang sudah jarang dipakai. Jaringan hepar
dipaksa-
kan (mekanik).melalui suatu kasa/filter dengan dia meter 100 pm, baik terbuat dari logam Dapat diduga bahwa kualitas hasil
atau
nilon.
preparasi
tidak
baik dan jumlah sel yang didapat sangat sedikit. Pemakaian zat pengikat ion EDTA, dipakai atas dasar
bahwa
bervalensi dua men-jadi jembatan
kalsium, ion
misalnya
kalsium
ikatan
yang
antar
sel
hepar. Dengan hilangnya ion kalsium maka sel —
sel
hepar terdisintegrasi. Enzim proteolitik, bekerja pada
matrik
misalnya
antar
sel
kolagenase didalam
akan
jaringan
hepar, sehingga sel-sel hepar terdisintegrasi. 2.3.3. Teknis pelaksanaan prinsip pemakaian chelator
atau
enzim proteolitik.[4,5] 1. Cara dispersi inkubasi. 2. Cara disintegrasi perfusi.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
2.3.3.1. Dispersi inkubasi. Dilakukan inkubasi terhadap
potongan-potongan
kecil jaringan hepar dalam media enzim
atau
zat
pengikat ion kalsium pada kondisi dan selama wak tu tertentu. Dengan demikian diperlukan pengadukan dan media
disentegrasi
sering
diganti
yang
baru. Cara dispersi inkubasi mulai
ditinggalkan
o-
rang karena cara disentegrasi perfusi lebih efektif dalam arti lebih banyak
diperoleh ' hepatosit
dengan vitalitas yang tinggi pula. 2.3.3.2. Disintegrasi perfusi. Perfusi artinya suatu proses pemasukan
cairan
ke dalam suatu sistem (hepar) secara kontinu
de
ngan kecepatan yang teratur. Perfusi hepar
dila
kukan dengan memasukkan cairan lewat
porta
dan keluar melalui vena
hepatica.
memerlukan alat pen.ting yaitu pompa
vena Cara
perfusi
paristaltik.
Pompa ini mampu menyalurkan media dengan kecepat an yang dapat diatur. Hal penting selama
dilaku
kan preparasi hepatosit terisolasi adalah kondisi simulasi fisologis untuk mempertahankan vitalitas sel. Kondisi ini selain meliputi komposisi yang berkaitan dengan tonisitas dan pH, juga
media me
liputi faktor temperatur.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.4. Uji hepatoprotektif
L4,19,20,21,22,23,24]
Dengan bertambahny«: ia.poran adanya kasus samping bahan obat dan bahan kimia berupa sisitas (toksik terhadap hepar dan
efek
hepatotok-
fungsinya),
maka
penelitian uji hepatoprotektif menjadi makin intensif mencari bahan alam atau senyawa yang mempunyai
akti
vitas melindungi (protektif) hepar dari bahan hepatotoksik. Hepatotoksisitas dapat disebabkan
oleh
fak-
tor— faktor antara lain: 1. Kondisi non fisiologis misalnya : konsentrasi yang tinggi, perubahan pH atau tonisitas, yang
merupa
kan awal dari kematian sel. 2. Sifar merusak terhadap hepatosit. Kerusakan
plasma membran
membran
sel
merupakan
dari
penyebab
awal dari kematian sel. 3. Sifat menghambat dan merusak terhadap reaksi intra seluler beserta zat
yang
terlibat
dalam
reaksi
Bahan hepatotoksik bekerja baik secara
ekstra
tersebut. 4. Sifat merusak terhadap inti sel.
seluler atau intra seluler, dapat berupa bahan exogen atau metabolit dari bahan obat, antara lain : 1. Zat kimia exogen : karbon tetra klorida, samin, phalloidine, TOX (tertiary-buty1
galaktodydroper—
oxide). 2. Bahan obat atau metabolitnya : Hidrazin (metabolit INH) .
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Untuk menguji aktivitas hepatoprotektif diper— lukan pengetahuan tentang parameter pengukur
hepato-
toksisitas. Parameter tersebut tercakup pada
metode-
metode sebagai berikut : 1. Integritas membran plasma, yaitu uji vitalitas sel dengan pewarnaan trypan blue, uji aktivitas
enzim
LDH, GOT dan GPT. 2- Fungsi metabolisme, yaitu aktivitas sintetis albu min atau gllserol,
uji
aktivitas
enzim
pemeta-
bolisme sitokrom P—450, uji kandungan GSH (reduced gJutation). 3- Mutagenicity Testing, yaitu mengukur efek terhadap kromosom/DNA dan manifestasi perubahannya. Uji hepatoprotektif tidak lain adalah meneliti pengaruh zat yang diuji terhaap
aktivitas
(toksisi—
tas) zat hepatotoksik tertentu meXalui parameter yang sesuai. Jenis parameter ini menentukan
jenis
inter—
pretasi sifat hepatoprotektif. Apakah protektif
ter—
hadap kerusakan membran plasma, atau
ter—
hadap fungsi— fungsi metabolisme
protektif
hepar
ataupun
pro
tektif terhadap mutagenitas. Uji hepatoprotektif
dapat
dilakukan
melalui
uji in vivo atau in vitro. Uji in vitro memakai hepa tosit terisolasi sebagai
SKRIPSI
percobaan
tingkat
seluler
mempunyai kelebihan bahwa secara spontan dapat
dike—
tahui aktivitas Jangsung pada sel
serta
(hepatosit)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
langsung mengukur parameter hepatoprotektif. Percoba an uji hepatoprotektif menggunakan hepatosit kan dengan melakukan inkubasi bahan uji hepatotoksik dalam sistein suspensi
dilaku
bersama
(untuk
zat
percobaan
jangka waktu 1—4 jam) atau dalam sistem kultur
hepa-
tosit (untuk jangka waktu lebih dari 24 jam). Telah banyak diketahui atau diketemukan
pene-
liti bahan—bahan yang bersifat hepatoprotektif. Seba gai contoh
beberapa zat hepatoprotektif yang
dibagi
dalam dua golongan : 1. Bahan sintetis, contoh : Asam amino, misalnya cistein dan metionin (karena kandungan senyawa dipeptida, orniti1—aspartat,
misalnya
:
:
SH)
;
arginil-aspartat,
arginil—ketoglutarat
sebagai aktifator siklus urea) ; tida,misalnya
gugus
(zat
senyawa
glisin-histidin-1isin
ini
tripep(sebagai
liver growth faktor). 2. Bahan alam, yang merupakan metabolit sekunder naman. Saat ini sedang banyak
ta
dilaporkan
tentang
berkhasiatnya beberapa metabolit sekunder
tanaman
sebagai hepatoprotektif. Misalnya
tanaman
Allium
sativum, Liquidambar formosana, Eliptica alba, Mu sa acuminata9 Rehmania glutinosa, Casia tora9 Capparis spinosa. Metode pendekatan pencarian tanaman berkhasiat hepatoprotektif dapat melalui
pendekatan
kognosi (indikasi pemakaian dalam
SKRIPSI
etnofarma-
masyarakat
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
secara
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ts traditional yang dapat dikaitkan dengan obat/jamu untuk hati) atau pendekatan kemotaksonomi dan SAR
(di-
cari tanaman yang mengandung metabolit sekunder sejenis atau mirip dengan zat yang telah
diketahui
mem-
punyai aktivitas). Belum ada cara baku untuk rancangan uji toprotektif. Yang umum dicoba
peneliti
cangan inkubasi bersama
hepatotoksik
(zat
hepa-
adalah
ran
dan
zat
yang diuji) atau rancangan penambahan zat yang
diuji
sebelum dan sesudah inkubasi zat hepatotok&ik.
Inku
basi dapat pada sistem suspensi hepatosit atau sistem ku1tur. 2.5. Enzim GPT (25) Dikenal dua jenis enzim transferase yang lazim dipakai untuk menilai adanya gangguan fungsi sel hati yaitu aspartat amino
transferase
dan
transferase. Alanin amino transferase amino alanin ke asam alfa
ketoglutarat
alanin
amino
membawa
gugus
menghasilkan
asam glutamat dan asam piruvat, sehingga lebih
dike-
nal dengan nama glutamat piruvat transferase (GPT). Enzim GPT mengkatalis reaksi sebagai berikut : COOH CH
CDOH
I
CH
3
HCNH
2
COOH
CH
2
GPT
CH
I
3
I
2
I
c=o
SKRIPSI
Asam a-ketog 1utara t
2
i
C = 0
CH
CQOH
CH-NH
COOH Alanin
CH
2
COOH Asam piruvat
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
Asam glutamat
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
GpT terutama terdapat dalam hati
dan
terdepat daiam ginjal dan otot
bergaris,
larut dalam
karena
sitoplasma.
Oleh
aktivitas enzim dalam serum
lebih
yang
itu
khas
sedikit ter-
kenaikan
menunjukkan
adanya gangguan sel-sel hati. Pada gangguan yang ringan pada membran sel ha ti, enzim sitoplasma akan merembes
ke
dalam
serum,
terutama GPT. Oleh karena itu GPT sangat cocok mengenal terjadinya gangguan sel
hati
untuk
walaupun
de—
rajat gangguannya ringan. 2.6. Uji Alanin amino transferase (ALT/GPT) [263 Metode
: Ultra violet, Kinetik, GSCC
Prinsip : ALT/GPT Alanin + 2-0xoglutarat ----.» Piruvat + Glutamat Piruvat
+
NADH
+ H
+
ldh
--------- =•♦ 1-Lactat + NAD
Kecepatan penurunan absorbansi pada
334,
340,
+ atau
365 nm karena terbentuknya NAD yang berasal dari ter— bentuknya piruvat dan ini digunakan sebagai pengukur— an aktivitas ALT/GPT.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB
III
BAHAN, A L A I. d*n METODE PENELITIAN
3.1. Bahan nenelitian — Bawang putih (A 1 1ium sativum Linn..) — Karbon tetra klorida (CCl^) — Dapar A. Sebelum digunakan dapar ini dongan gas 02 : CO^ = 95 :
5.
diseimbangkan
Komposisi
kimianya
tertera pada lampiran 1. — Dapar B. Sebelum digunakan dapar ini dengan gas 0 2 s CO 2 = 95 s
5.
% diseimbangkan
Komposisi
kimianya
tertera pada lampiran 2. — Seglen-3. Komposisi kimianya tertera pada lampiran 3. — Trypan blue. — Ether. — HC1 0,1 N. — NaOH 0,1 N. — Dapar NaCl pH 7,00. — Kit GPT dari Boehringer Mannhein. Komposisi
kimia
nya tertera pada lampiran 4. — Heparin 5000 IU/ml. — Serum kontrol untuk u j 1 pereaksi kit GPT optimized— UV test.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
at
- Hewan percobaan : Hewan
: Tikus putih.
strain
: Wistar.
berat badan
: 150 - 300 gram,
jenis kelamin : jantan. Umur
: ± 5 bulan (dewasa).
Hewan diperoleh'dari Laboratorium Hewan Universitas Indonesia. 3.2. Alat-alat vano digunakan - Seperangkat alat operasi hewan. - Pompa peristaltik. - pH-meter. - Behring Elisa Photometer. - Hemasitometer : Improve Neubauer. - Mikroskop. - Seperangkat alat untuk perfusi hepar. - Shaker Water Bath. - Alat penghitung (counting clock). - Alat suntik 'Terumo syringe
disposable/steri 1
non
pyrogenic' ukuran 1,0 ml. - Surflo IV catheter sterile, Terumo 16 G x 2. - Surflo IV catheter sterile, Terumo 20 G x 2. 3.3. Metode Penelitian [5,6] 3.3.1. Persiapan alat Disiapkan susunan
peralatan
tampak pada gambar 4 dan gambar
SKRIPSI
perfusi
seperti
media
perfusi
5,
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
->r<
hepar sebelum digunakan dialiri dengan gas 0
: CO
2
2
- 95 s 5 v/v dan suhu media dibuat 37 °C. Tikus dianestesi dengan ether. Selama
melaku-
kan anestesi ketenangan tikus perlu dijaga,
misal-
nya cara
(tidak
memegang
tikus
harus
hati-hati
terlalu kasar) sehingga tidak terjadi
stress
tikus.
bila
Stress
menjadi
pada
gelisah
dan
tikus
terlihat
bahkan
sampai
pada tikus
terkencing-
kencing, karena stress pada tikus dapat menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah
khususnya
hepar.
pada
'
3.3.2. Persiaoan tikus Tikus dipuasakan selama sehari
(tidak
diberi
makan tapi masih diberi minum), Hal ini dimaksudkan agar
pada
hari
isolasi,
hepatosit
kondisi metabolisms nonhiperaktif.
tikus
dalam
Kemudian
tikus
tersebut ditimbang. 3.3.3. Pelaksanaan preoarasi Tikus
yang . telah
teranestesi
diletakkan
terlentang pada papan operasi hewan dengan
keempat
kakinya diikatkan pada papan operasi tersebut. Pada daerah ventral dilakukan sterilisasi alkohol 70
lokal
dengan
Disuntikkan secara intravena 0,25
larutan Heparin 5000 IU/ml pada
ekornya.
Hal
ml ini
ditujukan untuk menghindari pembekuan darah. Dilakukan pembukaan rongga peritonial, irisan bentuk huruf U. Mula-mula
SKRIPSI
dilakukan
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
dibuat penge-
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
lupasan kulit, baru kemudian dilakukan irisan dinding peritonial.
Cara
pembuatan
irisan
pada dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Irisan berbentuk peritonial.
huruf
Irisan dinding
diangkat
peritonial
U
diikatkan pada tempat operasi. Maka
pada ke
dinding atas
seluruh
dan organ
di dalam rongga peritonial akan nampak. Selanjutnya dilakukan penyisihan organ usus dan lainnya ke arah sebelah kiri, sehingga nampak jelas pembuluh
darah
porta dan vena cava inferior. Dibuat beberapa ligatur (simpul
ikatan)
yang
longgar {tampak pada gambar 2) yaitu : - vena porta, dibuat dua buah dan
berjarak
serta 10 mm dari hepar (pangkal vena
porta
5
mm, pada
hepar).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
~ e.rt e n
8bflominahs untuk
mencegah
aliran
darah
ciasuK ke usus. - vena cava inferior, pada posisi sesudah (ke
arah
jantung) vena renal is. Ligatur dibuat dari benang berwarna
putih
setebal
0,5 mm dan sepanjang 20 cm.
Gambar 2. Masuknya sistem perfusi pada vena dan keluar melalui vena cava.
porta
Disiapkan aliran media perfusi dengan kecepatan pelan (10 ml/menit),
kanula
No.
20
disiapkan
sehingga dengan cepat dapat diletakkan pada stabii sedemikian
sehingga
dapat
mencapai
posisi tepat
pada vena porta.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Telunjuk kiri diletakkan di bawah vena sedangkan ibL jari
menjepit
dua
pcrta,
benang
ligatur,
narrpak jelas vena porta di sebelah ibu jari. Dengan posisi ini diharapkan pada
waktu
dilakukan
peng-
ikatan ligatur pada vena porta setelah kanula dapat dimasukkan, cukup dilakukan ligatur
lainnya
dengan
pinset). Posisi tangan
penarikan
tangan dan
dua
kanan
hewan
benang (memakai
seperti
tampak
pada gambar 3 :
Gambar 3. Posisi tangan dan hewan Tangan kanan dengan memakai perlahan (robekan
kecil)
vena
gunting cava
memotong
pada
posisi
sebelum (ke arah jantung) vena renalis, selanjutnya segera pula dilakukan pemotongan posisi 2 mm sebelum (ke arah akhir, kemudian gunting
vena
hepar)
segera
porta ligatur
vena
porta
yang
kanula masuk sejauh 2 mm setelah
SKRIPSI
2
mm
ambil
porta
terpotong, ligatur
tetapi tidak sampai menembus hepar. bahwa kanula masuk sampai
tef—
dilepaskan,
kanula, masukkan dengan benar pada vena lalui posisi
pada
sampai pertama,
Setelah
melebihi
me-
jelas ligatur
f./lir'V. LESTYO BUDI UTOMO PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH...... LILIK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
pertama (hal ini dapat dilihat dengan
adanya
per-
ubahan warna hepar dari merah coklat menjadi coklat muda yang menunjukkan telah terjadinya perfusi
he
par walaupun belum dilakukan pengikatan kedua ligatur pada vena
porta).
Posisi
kanula
distabilkan
tanpa harus dipegang tangan kanan (kedudukan stabil kanula beserta pipa saluran
media
perfusi
penting), segera dilakukan pengikatan ngan tangan kanan dengan
bantuan
sangat
ligatur
pinset.
Setelah
ligatur diikat, barulah tangan kiri melepaskan gangan pada posisi dibawah
vena
porta.
de
pe-
Pelepasan
ini harus hati-hati, yakin bahwa tidak akan
menye
babkan keluarnya kembali kanula
porta.
dari
vena
Lalu dilakukan ikatan kedua kalinya pada kedua
li
gatur vena porta dan pangkal kanula (atau pipa
sa
luran perfusi) difiksir pada hewan dan tempat
ope
rasi untuk
menstabilkan
posisi
kanula.
Hal
ini
untuk mencegah keluarnya kanula dari vena porta ka rena pergerakan kanula.
Sampai
disini
tahap perfusi hepar dengan memasukkan
selesailah cairan
per
fusi melalui vena porta dan keluar melalui vena ca va inferior. Dilakukan pembukaan rongga dada. Mula-mula di lakukan perobekan kulit ke arah leher, kemudian di buat irisan dari arah ventral ke arah kranial
sam
pai leher. Juga dilakukan perobekan sebagian
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
diafragma, sehingga nampak. semua dada
terutama
jantung
dan
organ
vena
di
cava
rongga
inferior.
Dibuat ligatur dengan ikatan longgar pada vena cava inferior sejauh 10 mm dari pertemuan vena
hepatica
dengan vena cava inferior, disiapkan kanula dengan pipa saluran sepanjang minimal 30 posisi yang stabil sehingga nantinya
cm.
dapat
cepat dan mudah kanula masuk pada vena rior di rongga dada dan
No
kedudukannya
16 Cari
dengan
cava
infe
mudah
untuk
difiksir agar stabil. Tangan
kiri
memegang
satu
benang
ligatur,
tangan kanan mengambil gunting dan membuat k.ecil pada bilik kanan
jantung,
robekan
gunting
dilepas,
ambil kanula, masukkan pada vena cava inferior lalui lubang
robekan
pada
bilik
kanan
Setelah yakin bahwa kanula
masuk
pada
inferior sampai
hepar
(atau
mendekati
me
jantung. vena
cava
pertemuan
vena cava inferior dan vena hepatica), benang liga tur yang lain ditarik
dengan
tangan
membuat ikatan pada ligatur. Dibuat
kanan ikatan
untuk sekali
lagi, kemudian sisa benang difiksirkan pada pangkal kanula. Hal ini
untuk
dari vena cava inferior
mencegah kalau
keluarnya terjadi
kanula
pergerakan
pada kanula. Dilakukan pengikatan erat ligatur pada vena cava inferior sesudah vena
renalis
(ke
posisi arah
jantung) dengan tujuan menyumbat aliran keluar per—
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2S
fusi melalui posisi penambahan
tersebut.
kecepatan
Kemudian
aliran
dilakukan
perfusi
sampai
50 ml/menit, maka akan tampak terjadi aliran keluar perfusi dari hepar
melalui
kanula
yang
dipasang
pada vena cava inferior dalam rongga dada. Aliran keluar
perfusi
dapat
ditampung
labu erlenmeyer 50 ml dan dari sini disirkulasikan kembali masuk ke dalam diaan media perfusi dengan pompa
dapat
perse-
peristaltik.
De
disedia-
Jika
tidak
memakai
sistem resirkulasi, maka dibutuhkan
media
perfusi
sejumlah 3 liter
liter.
dihisap
labu
ngan sistem perfusi resirkulasi ini cukup' kan larutan perfusi 1
pada
dengan
perhitungan
50
ml/menit
dikalikan 60 menit perfusi. Perfusi hepar dengan
pengikatan
ion
kalsium
dilakukan sebagai berikut : Mula-mula menggunakan media perfusi hepar yang dak mengandung pengikat ion kalsium.
Setelah
parasi berhasil dengan baik baru dilakukan
ti pre-
perfusi
dengan menggunakan media perfusi hepar yang mengan dung pengikat ion glisin). Perfusi
kalsium hepar
(EDTA
dengan
-
Na
sitrat
menggunakan
media
yang mengandung pengikat ion kalsium dilakukan 30 40 menit tergantung pengamatan apakah semua hepar telah terdesintegrasi. Hal
ini
bagian
nampak
jika
dilakukan penekanan pada hepar dengan spatel,
maka
jika spatel diangkat kembali akan tampak bahwa
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
ja-
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
ringan hepar telah lunak, tidak
kenyal
lagi,
tampak j a n n g a n telah terdispersi di dalam
dan
selaput
hepar. Situasi hewa'n serta alat perfusi untuk kulasi media perfusi dapat dilihat
pada
resir-
gambar
4
dan gambar 5 berikut.
Gambar 4. Situasi hewan serta alat perfusi untuk resirkulasi media perfusi pada preparasi hepatosit.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Gambar 5. Skema situasi hewan dan alat perfusi untuk resirkulasi media perfusi pada preparasi hepatosi t . Keterangan gambar 5 : A. Media perfusi hepar dalam suatu labu yang berada dalam
inkubator air. Media
ngan gas □ :C0 y
a
2
= 95 :
5
disetimbangkan
v/v
dan
de
suhu
media
mengalirkan
media
2
dibuat 37 °C. B. Pompa peristaltik yang mampu dari bejana A ke
arah
hewan
percobaan
dengan
kecepatan yang dapat diatur sampai 50 ml/menit.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
C. Posisi ligatur pada vena porta
tempat
masuknya
kanula dan media perfusi menuju hepar. D. Posisi pemotongan vena cava inferior. E. Posisi ligatur pada vena
cava
tempat
masuknya
kanula dan keluarnya media perfusi. F. Posisi ligatur pada
vena
cava
untuk
mencegah
aliran keluar. G. Posisi ligatur
pada
arteri
abdominalis
untuk
mencegah aliran masuk. H. Pemanas. I. Tabung gas 0^ : C0z = 95 : 5 v/v. S. Pengaduk. W. Inkubator air. T. Beker glass sebagai penampung media perfusi. 3.3.4. Pensuspensian dan pencucian hepatosit Hepar yang telah didesintegrasikan secara
pe
ngikatan ion kalsium dengan EDTA - Na sitrat - glisin diisolasi dari tikus
secepat
menggunakan pinset di tangan
mungkin.
kiri
hepar
Dengan dipegang
pada bagian vena porta ( bekas kanula 1 ), direndam dalam media Seglen-3 sambil dirobek - robek selaput (kapsula) heparnya memakai pisau (atau ujung
gun
ting). Hepar digerakkan naik-turun dengan pinset di dalam media untuk mencoba secara mekanis mensuspensikan hepatosit (lihat gambar 6). Selama pelaksanaan pensuspensian
hepatosit
Seglen-3 harus 0 - 4
°C,
ini
yang
temperatur dapat
media
dipersiapkan
dengan membuat campuran es batu dan air.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 6. Cara pensuspensian hepatosit. Setelah dirasa cukup mensuspensikan semua patosit yang artinya
hanya
tersisa
sedikit
he saja
jaringan ikat yang terpegang pada pinset, maka suspensi hepatosit kita lewatkan kasanilan 100 m, perti dalam gambar 7.a. Penyaringan
dapat
lagi dengan kasanilon 50 m. Setelah tahap ngan ini selesai,
maka
dalam
suspensi
se-
diulang penyari hepatosit
terdapat komponen sebagai berikut : — Hepatosit yang vital. — Sel non parenk.im. — Sel—sel yang mati. — Fragmen sel. Semua komponen
ini
terdapat
dalam
suspensi
dengan berbagai ukuran dan masa jenis. Jumlah terbesar adalah
hepatosit
yang
vital.
yang
Hepatosit
yang vital ini kemudian dipisahkan dengan cara
de-
kantasi, lihat gambar 7.b.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Cara dekantasi adalah cara yang sederhana. Se lama 10 menit hepatosit yang vital akan tersedimentasi di dasar labu sehingga dengan penghisapan pernatan akan dip’ e roleh fraksi hepatosit dasar labu. Hal ini dapat dilakukan
vital
sebanyak
sudi tiga
kali untuk mencuci suspensi hepatosit.
PEN'.'ftRIN‘3AN ntF'ftTOi IT
---)
Gambar 7.a.
SKRIPSI
Penyaringan hepatosit.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
AIR ES Gambar 7.b.
Pemisahan hepatosit.
3.3.5. Penghitungan hepatosit dan tes vitalitas - Dari 50 ml suspensi hepatosit, diambil -500 fjl dan dipindahkan pada tabung reaksi kecil. - Ditambahkan larutan trypan blue 0,4 */. dalam fisiologis (0,9 V.) sebanyak 500 ^1 ke
dalam
NaCl ta
bung reaksi tersebut. - Di pipet, diletakkan
di
at'as
Neubauer
yang telah disiapkan, yaitu gelas
Chamber
penutup
dile
takkan di atas kamar penghitung sehingga menutupi kedua daerah penghitung. Cara meletakkan pipet ditempatkan pada tepi gelas penutup dan larutan dikeluarkan. - Kamar penghitung diletakkan dan
penghitungan
dilakukan
di
bawah
dengan
mikroskop menggunakan
obyektif 10 kali.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
3.3.5.1. Cara menahituna hepatosit.
-1 Bidang
Gambar 8,
Bidang-bidang dan garis dalam Neubauer
1. Daerah penghitung tersebut
mempunyai
panjang
Z mm, lebar 3 mm dan dalam 0,1 mm. Dihitung jumlah hepatosit yang terdapat
dalam
16 bidang pada sudut Neubauer Chamber. Luas satu bidang » 0,25 mm x 0,25 mm = 0,0625 mm2Luas 16 bidang
*= 16 x 0,0625 mm
Volume 16 bidang * 1 mm
2
x 0,1 mm
i
— 1 mm
*
- 0,1 mm
9
= 10"“ m l .
' 1 CO/ - 1 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
2. Misalnya jumlah hepatosit yang terdapat 16 bidang = N, sedangkan volume
16
dalam
bidang
10 4 ml, maka jumlah hepatosit dalam
1
ml
= =
(1 s 10~4 ) x N = 104 N sel. Jadi jumlah hepatosit - N x 104 sel/ml. 3. Sel-sel yang terletak
dan
menyinggung
batas sebelah kiri dan atas dihitung,
garis sedang
kan sel-sel yang terletak dan menyinggung ris batas sebelah kanan dan
bawah
tak
tung, atau sebaliknya. Hal ini untuk dari terjadinya penghitungan ulang
ga dihi
menghindari
sel.
Cara menghitung sel-sel juga harus sistematik. 3.3.5.2. Tes vitalitas Sel-sel
yang
menyerap
warna
adalah sel—sel yang mati, karena
Trypan
pada
sel
mati akan didapatkan membran sel yang rusak, hingga membran sel akan lebih permeabel. yang hidup menolak zat
warna
dan
Blue yang se
Sel-sel
nampak
tidak
terwarnai. . ... jumlah sel hidup ... .. /. sel hidup ^— r---r r x 100 /. ^ = 1 jumlah seli— total 3.3.6. Pembuatan ekstrak bawano outih — Timbang lOO gram bawang putih. — Gerus dalam mortir sedikit demi sedikit. — Kumpulkan hasil gerusan dalam kasa penyaring, ke— mudian diperas. — Filtrat dikumpulkan dalam wadah (erlemeyer),
ke-
mudian ditutup dan disimpan di tempat yang dingin.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
3.3.6.1. Pembuatan ekstrak bawang putih 250 p 1/ml. - pipet 500 p 1 ekstrak bawang putih. - tambahkan 500 pi Seglen-3. - diencerkan dengan supernatan
hepatosit
dengan
volume sama. 3.3.6.2. Pembuatan ekstrak bawang putih 63,3 pl/ml. - pipet 500 pi ekstrak bawang putih. - tambahkan 2.5 ml Seglen-3. - diencerkan dengan supernatan
hepatosit
dengan
volume sama. 3.3.6.3. Pembuatan ekstrak bawang putih 45.55 pi/ml. - pipet 500 pi ekstrak bawang putih. - tambahkan 5 ml Seglen-3. - diencerkan dengan supernatan
hepatosit
dengan
volume sama. 3.3.6.4. Pembuatan ekstrak bawang putih 31,8 pl/ml. - pipet 700 pi ekstrak bawang putih pada
konsen-
trasi 45,55 pl/ml. - tambahkan 300 pi seglen-3. 3.3.6.5. Pembuatan ekstrak bawang putih 22,75 pl/ml. - pipet 500 pi ekstrak bawang putih pada
konsen-
trasi 45,55 pl/ml. - tambahkan 500 pi Seglen-3. 3.3.6.6. Pembuatan ekstrak bawang putih 7,5 pl/ml. - pipet 300 pi ekstrak bawang putih . - tambahkan seglen-3 ad 20 ml.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
- diencerkan dengan supernatan
hepatosit
dengan
volume sama. 3.3.6.7. Pembuatan ektrak bawang putih 0,1875 jil/ml. - Pipet 0,03 ml ektrak bawang putih. - Larutkan dalam Seglen-3 20 ml. - Pipet larutan tersebut 2,5 ml. - Encerkan dengan larutan Seglen-3
sampai
volume-
nya 20 m l . 3.3.7. Pembuatan CCl
4
0,4 mM. ’
- Buat larutan jenuh CCl^ dalam larutan Seglen-3. - Pipet dari larutan jenuh tersebut i,84 ml. - Encerkan larutan ini dengan
menambahkan
larutan
Seglen-3 sampai volumenya 20 ml. 3.3.8. Model percobaan yang dilakukan 3.3.8.1. Dengan CCl
4
0,4 mM
- Dipipet CCl^ 1,84 ml dari larutan jenuh CCl^. - Tambahkan hepatosit dari hasil preparasi
seba-
nyak 4,0 ml dalam erlemeyer 100,0 ml. - Tambahkan serum darah tikus 0,2 ml dan
larutan
Seglen-3 sampai volume total 20 ml. - Kocok, dipipet 1,5
ml
dalam
tabung
venoject
untuk diperiksa aktifitas enzim GP.T-nya. - Kemudian diinkubasi pada shaker water bath pada suhu 37 °C dengan dialiri gas 0 *
2
- Dipipet sebanyak 1,5 ml dengan
: CO
2
= 75 : 5
interval
satu jam (60 menit) sebanyak tiga
kali
waktu (menit
ke-60, menit ke-120 dan menit ke-lBO).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
- Tentukan aktifitas enzim GPT-nya. 3.3.8.2. Dengan bawang putih 0,1875 pl/ml. - Dipipet dari hasil pengenceran 0,03 ml
ekstrak
bawang putih sebanyak 2,5 ml, kemudian masukkan dalam erlemeyer 100 ml. - Tambahkan hepatosit dari hasil preparasi
seba
nyak 4,0 ml. - Tambah serum darah tikus
0,2
ml
dan
larutan
Seglen-3 sampai volume total 20,0 ml. - Kocok, d’ ipipet 1,5 ml ke dalam tabung
venoject
untuk diperiksa aktifitas enzim GPT-nya. - Kemudian diinkubasi pada shaker water bath pada suhu 37 °C dengan dialiri gas □ s CO = 95 : 5 * 2 Z - Dipipet sebanyak 1,5 ml dengan
interval
satu jam (60 menit) sebanyak tiga
kali
waktu (menit
ke-60, menit ke-120 dan menit ke-180). - Tentukan aktifitas enzim GPT-nya. 3.3.8.3. Dengan bawang putih 0,1875 pl/ml dan CCl^ 0,4 mM - Model percobaan ini dibagi dalam dua bagian. -
Bagian
pertama,
dilakukan
percobaan
dengan
bawang putih dan CCl^ sebagai berikut : - Dipipet dari hasil
pengenceran
trak bawang putih sebanyak 2,5
0,03 ml
ml
dan
eks masuk
kan dalam erlemeyer 100 ml. - Tambahkan larutan CC1 - Tambahkan
larutan
4
0,4 mM.
tersebut
dengan
hepatosit
hasil preparasi sebanyak 4,0 ml.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
- Tambahkan serum darah tikus 0,2 ml
dan
larut
an Seglen-3 sampai volume total 20,0 ml. - Kocok, dipipet 1,5 ml untuk
diperiksa
aktifi-
tas enzim GPT-nya. - Suspensi diinkubasi pada shaker water bath pada suhu 37 °C dengan dialiri gas 0
s CO
2
- Dipipet sebanyak 1,5 ml dengan
2
= 95:5.
interval
satu jam (60 menit) sebanyak tiga
waktu
kali
(menit
ke-60, menit ke-120 dan menit ke-180). - Tentukan aktifitas enzim GPT-nya. - Bagian kedua dilakukan percobaan dengan ekstrak yang diinkubasi selama satu jam. - Dipipet 1,5 ml (pemipetan
dilakukan
pada
me
nit ke-0 dan menit ke-60). - Diperiksa aktifitas enzim GPT-nya. -
Inkubasi
dilanjutkan
dengan
ditambah
CCl^
0,4 mM. - Pada menit ke-120, menit ke-180 dan
menit
ke-
240 dipipet 1,5 ml. - Tentukan aktifitas enzim GPT-nya. 3.3.8.4. Dengan hepatosit - Dipipet 4,0 ml hepatosit hasil preparasi. - Ditambah serum darah tikus 0,2 ml
dan
larutan
Seglen-3 sampai volume total 20,0 ml. - Dikocok, dipipet 1,5 ml dalam tabung venoject. - Tentukan aktifitas enzim GPT-nya.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
- Suspensi diinkubasi pada shaker water bath pada suhu 37 °C dengan dialiri gas 0^ : CO^ = 95 : 5 - Dipipet sebanyak 1,5 ml dengan
interval
satu jam (60 menit) sebanyak tiga
kali
waktu (menit
ke-60, menit ke-120 dan menit ke-180). - Tentukan aktifitas enzim GPT-nya. 3.3.9. Uji hambatan aktivitas
enzim
GPT
dengan
ekstrak
bawang putih. - sel hepatosit yang telah disimpan
selama
satu
ha-
ri dalam alm^ri pendingin disentrifuge -
supernatan dikumpulkan (aktivitas enzim GPT tinggi)
-
dipipet 1 ml supernatan
-
dipipet 1 ml ekstrak
sel hepatosit
bawang
putih
sesuai
dengan
konsentrasi yang diinginkan -
tentukan aktivitas enzim GPT nya.
3.3.10. Pemeriksaan aktifitas enzim GPT.
(26,28)
A l a t
: Behring Elisa Photometer.
Panjang gelombang
: 340 nm.
Faktor koreksi
: 1905.
S u h u
: 30 °C
Cara pemeriksaan : - Hasil pemipetan 1,5 ml dalam tabung venoject di sentrifuge selama lima menit. - Ambil supernatannya dan pindahkan
dalam
tabung
venoject lain. - Lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Dipipet ke dalam kuvet Larutan Reagen
500
Sampel percobaan
50 Vl
Dicampur dan diinkubasi satu menit pada
30 °c
Larutan alfa-oksoglutarat
50 Vi
Dicampur kemudian dimasukkan ke dalam alat
Behring
Elisa Photometer dan catat hasilnya (unit/1iter).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43 BAB IV
H A S I L
4.1.
P E N E L I T I A N
H a sil p re p a ra si h e p a t o s it . Pada penelitian ini dilakukan tiga kali preparasi
tikus)
dengan
jumlah
sel
dan
vitalitas
tertera
(3 pada
tabel 1. TABEL 1 JUMLAH D A N VITALITAS SEL
C
r r* \
Gambar 9. Pengamatan hepatosit secara mikroskopi dengan perbesaran 75 kali a. hepatosit vital. b. hepatosit yang terwarnai oleh trypan blue.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
4.2.Hasil
percobaan
inkubasi
sel
dengan
dari
hasil
karbon
tetra
klorida. Aktivitas
enzim
GPT
inkubasi
sel
dengan CCl^ pada tiga macam konsentrasi yaitu 0,2
mM,
0,4 mM, dan 0,8 mM, terlihat pada gambar 10 dan 11.
B
18G u H I T
160 140
120 P E 100 R SO
60 40
20 0 0
1.5 WftK
OamJbar
10
U (JAM)
Kurva selisih pelepasan GPT dalam medium suspensi hepatosit terisolasi pada penambahan CCl^ 0,2 mM.
Keterangan
: A = Hepatosit tanpa penambahan zat lain {Kontrol) B = Hepatosit + CCl^ 0,2 mM. A dan B data pada
SKRIPSI
lampiran 5
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
*D c
400 U N 350 I T 300
*=■ A /
/'
p 250
/
_V
I 200 R 150 L I 100 T E 50 R n
•
I
:#:/
*
.*
; /
fc*
0
r
,w f *
.**
/
S'
! 0 1 ll! i 2 1 1 3 I WflKTU (JflM)
»
Gambar
> 11.
Kurva
selisih
suspensi
pelepasan
hepatosit
GPT
terisolasi
dalam
medium
padapenambahan
CCl^ 0,4 mM dan 0,8 mM. Keterangan
:
A
=
Hepatosit lain
tanpa
penambahan
(kontrol)
C = Hepatosit +
0,4 mM
D = Hepatosit +
0,8 mM
A, C, dan D data pada
SKRIPSI
zat
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
lampiran 5
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
4.3. Hasil percobaan inkubasi sel
dengan
ekstrak
bawang
putih. Aktivitas enzim dengan ekstrak bawang
GPT
dari
putih
hasil
pada
inkubasi
0,375
pl/ml
sel dan
0,1875 pl/ml, terlihat pada gambar 12.
E U 90 N I
80
T 70 P 60 E 50 R 40 30 I
T 20 E 10 R 0
0.5 HflKTU (JAM)
gambar
/«?.
Kurva • selisih
pelepasa
GPT
dalam
suspensi hepatosit terisolasi pada
medium
penambahan
ekstrak bawang putih Keterangan : E = Hepatosit tanpa penambahan zat lain (kontrol) P - Hepatosit + ekstrak bawang putih 0,375 pl/ml G - Hepatosit + ekstrak bawang putih 0,1875 pl/ml E, F, G, data pada lampiran &
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47 4.4.
H a s il
p e rco b a a n
in k u b a s i
sel
pada t i k u s
1.
Aktivitas enzim GPT dari hasil inkubasi sel pada tikus 1 dengan 4
macam
perlakuan
aktivitas
enzim
digambarkan
pada
gambar 13. Sedangkan
GPT
dari
hasil
inkubasi sel pada tikus 1 pada penambahan CCl^ mM dan CCl^ 0,4 mM yang satu jam sebelumnya
diberi
ekstrak
bawang putih 0,1875 pl/ml digambarkan pada gambar 14.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
B'
u 80 N I 70 T 60 P 50 E R 40
afc.--
30 L I 20 T E 10 R 0
f
..•-'at. *
8
3J
0
WflKTU (JAM) 1
J Gambar
t3.
Kurva
selisih
pelepasan
GPT
dalam
medium
suspensi terisolasi hepatosit pada tikus 1. Keterangan
: A' = Hepatosit
tanpa
penambahan
zat
lain (kontrol), B' = Hepatosit + CCl^ 0,4 mM C
= Hepatosit + e b p 0,1875 pl/ml
E' = Hepatosit + e b p 0,1875 pl/ml bersama-sama CCl^ 0,4 mM e b p = ekstrak bawang putih A , B ' , dan C' data ada
SKRIPSI
pada lampiran 7
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
B
> =
1*
u 8B N I
7
0
1
-
1
T 60
y
P 50 E R 40
y / / .£?r.
L 30 D
I 20 T E 10 R
*
n
‘
1
*
i i—
0
-—
!a
>
,-------------
------------
,------------,
7 1i WfiKTU (JflM)
Gambar t4. Kurva selisih pelepasan GPT dalam
-medium
i
sus
pensi hepatosit terisolasi pada penambahan CCl^ 0,4 mM CB ') dan CC14 0,4 mM yang
1
jam
sebe-
lumnya diberi ekstrak bawang putih 0,1875 pl/ml (D’), data pada lampiran 7
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50 4.5.
H a s il
p e rco ba an in k u b a s i
sel
pada t i k u s
2.
Aktivitas enzim GPT dari hasil inkubasi sel pada tikus 2 dengan 4
macam
perlakuan
digambarkan
pada
gambar 15. Sedangkan aktivitas enzim GPT dari
hasil
inku
basi sel pada tikus 2 pada penambahan CCl^ mM dan CCl^ 0,4 mM yang satu jam sebelumnya
diberi
ekstrak
bawang putih 0,1875 pl/ml digambarkan pada gambar 16.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5t
m
u 40 N I 35 T 30 P 25 E R 20 15 L I 10 T E 5 R 0
^ B ii CD E -■
ti
rF'
ii
-• ..
0"
-• -• J. -•
G
0
dAKTU (JAM)
Gambar
15.
Kurva
selisih
pelepasan
GPT
dalam
medium
suspensi hepatosit terisolasi pada tikus 2. Keterangan : A" = Hepatosit
tanpa
penambahan
zat
lain (kontrol). B*’ = Hepatosit + CC1
0,4 mM
C" = Hepatosit + e b p 0,1875 pl/ml E" = Hepatosit + e b p 0,1875 pl/ml bersama-sama CCl^ 0,4 mM e b p = ekstrak bawang putih A",
SKRIPSI
B", C", E ” = data pada lampiran g
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
WflKTU (JAM)
Gambar t6. Kurva selisih pelepasan GPT dalam
medium
sus
pensi hepatosit terisolasi pada penambahan CCl^ 0,4 mM
(B") dan CCl^ 0,4 mM yang i
jam
sebe-
lumnya diberi ekstrak bawang putih 0,1875 fj1/ml (D"), data pada lampiran8
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55 4.6.
H a s il
p e rco ba a n in k u b a s i
sel
pada
tik u s
3.
Aktivitas enzim 6PT dari hasil inkubasi sel pada tikus 3 dengan 4
macam
perlakuan
digambarkan
pada
gambar 17. Sedangkan aktivitas enzim GPT dari
hasil
inku
basi sel pada tikus 3 pada penambahan CCl^ 0,4 mM dan CCl^ 0,4 mM yang satu jam sebelumnya diberi
ekstrak-
bawang putih 0,1875 fj1/ml digambarkan pada gambar 18.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
Gambar 17. Kurva selisih pelepasan GPT dalam
medium
sus-
pensi hepatosit terisolasi pada tikus 3. Keterangan
: A"' = Hepatosit
tanpa
penambahan
zat
lain (kontrol). B"' = Hepatosit + CCl^ 0,4 mM C"' = Hepatosit + e b p 0,1875 pi/ml E"' = Hepatosit + e b p 0,1875 pl/ml bersama-sama CCl^ 0,4 mM e b p = ekstrak bawang putih A"',
SKRIPSI
B"',
C ” ', E"'
= data pada lampiran 9
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
B"
68
U 55 N 50 I T 45 40 P 35 E 30 R 25 L 20 I 15 T 10 E 5 R
D
,Wt
0
WflKTU (JflM)
Gambarld.
Kurva
selisih
pelepasan
suspensi hepatosit terisolasi CCl^ 0,4 mM
GPT
dalam
pada
penambahan
(B"') dan CCl^ 0,4 mM yang
sebelumnya diberi ekstrak bawang
medium
putih
1
jam
0,1875
/j1/ml (D"‘), data pada lampiran g
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
4.7.
Hasil
uji
hambatan
aktivitas
enzim
GPT
oleh
ekstrak bawang putih. Karena adanya dugaan bahwa ekstrak bawang putih mampu menghambat aktifitas enzim
GPT,
maka
diper—
kan uji prosentase hambatan aktivitas enzim GPT
se-
perti terlihat pada gambar 19.
100 90 80 l
70 H A
60
H 50 B 0 40 30
20 10
0 fl I B ii C II D 11 E 11 F H fi I H KONSENTRfiSI
Gambar
t9.
Grafik
prosentase
enzim
GPT
pada
hambatan berbagai
aktivitas macam
konsentrasi ekstrak bawang putih .
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Keterangan : A - Hambatan 100 7, B = Ekstrak bawang putih 250 p/l/ml C = Ekstrak bawang putih 83,33 /^1/ml D = Ekstrak bawang putih 45,55 pl/ml E = Ekstrak bawang putih 31,8 fjl/ml F = Ekstrak bawang putih 22,75 jjl/ml G = Ekstrak bawang putih 7,5 /jl/ml H = Ekstrak bawang putih 0,1875 pl/ml Data dapat dilihat pada lampiran 10.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V
P E M B A H A S A N
Penambahan karbon tetra
klorida
dengan
0,2 mM (gambar 10) menunjukkan aktivitas
konsentrasi
enzim
GPT
mempunyai profil kurva yang mirip dengan keadaan
suspensi
hepatosit tanpa penambahan zat lain. Efek dari karbon tra klorida 0,2 mM pada suspensi hepatosit
yang
baru
te
terlihat
pada menit ke-90. Peningkatan konsentrasi
karbon
tetra
klorida
dari
0,2 mM menjadi 0,4 mM dan 0,8 mM dengan tujuan agar
dida-
pat perbedaan aktivitas enzim GPT dengan
enzim
GPT pada kontrol
aktivitas
(A). Pada gambar 11 terlihat adanya perbe
daan profil kurva pada A (kontrol) dengan 0,4 mM) dan D (CCl
4
kurva
C
(CCl^
0,8 m M ).
Pada keadaan C dan D terjadi pelepasan enzim GPT yang lebih banyak dari pada keadaan A.
Ini
disebabkan
karena
terbentuknya radikal bebas dar?i terlepasnya ikatan karbonklorida pada CCl^. Bentuk radikal ini akan mengadakan ika tan kovalen dengan membran mikrosomal
lemak
dan
disamping itu bentuk radikal ini dapat mengikat
protein, atom
hi-
drogen dari ikatan lemak tidak jenuh. Organ sel yang dipengaruhi seperti lisosom akan melepaskan enzim dalam medium suspensi (16, 17, 18). Pelepasan enzim pada keadaan C dan D menunjukkan pro fil kurva yang hampir sama, karena dengan penambahan
kon-
58
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
sentrasi CCl^ yang lebih
tinggi
akan
menyebabkan
hambatan sintesa protein pada jaringan sehingga
peng-
akan
me-
nurunkan aktivitas dari enzim GPT, dan pada penelitian ini digunakan CCl^ dengan konsentrasi 0,4 mM 118). Penambahan ekstrak bawang putih sejumlah 0,375 (F) dan 0,1875 pl/ml (G) pada suspensi
hepatosit
pl/ml teriso-
lasi (gambar 12) menggambarkan bahwa pada aktivitas GPT pada kurva F lebih rendah
daripada
kurva
G,
enzim sedang
kurva E sebagai kontrol (E). Dengan demikian ekstrak bawang putih diduga mempunyai kemampuan memberikah kondisi yang lebih baik
melalui
pe-
ngaruhnya pada membran sel atau ekstrak bawang putih aienghambat aktivitas enzim GPT, sehingga pada kurva nyai kondisi yang lebih baik untuk digunakan
G
mempu
pada
perco
baan ini. Hasil percobaan preparasi hepatosit terisolasi dengan menggunakan tikus 1, 2, 3 terlihat
pada
gambar
Pada pemberian CCl^ 0,4 mM (kurva B gambar
15,
17),
menunjukkan aktivitas enzim GPT yang paling
tinggi.
Pada
pemberian bersama-sama ekstrak bawang putih
0,1875
dan CCl^ 0,4 mM (kurva E gambar 13,
15,
13,
13 - 18.
17)
pl/ml
menunjukkan
bahwa aktivitas enzim GPT berada di antara kurva B
dan
A
(kontrol). Pada pemberian CCl^ 0,4 mM yang didahului dengan pem berian ekstrak bawang putih 0,1875 pl/ml selama (kurva D gambar 14 ,16, dan 18) menunjukkan bahwa
60
menit aktivi
tas enzim GPT lebih rendah bila dibanding dengan pemberian CCl^ 0,4 mM (kurva B gambar 14, 16, 18). M I L I K
SKRIPSI
PERPUSTAKAAN *«NJVEV.S)TAS AIRLANGGA”
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
S U R A BLILIK A YLESTYO A BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Hasil percobaan terakhir ini sekali lagi
menunjukkan
bahwa pada pemberian ekstrak bawang putih ditemukan vitas enzim GPT dalam medium lebih
rendah
akti-
daripada
disebabkan oleh CCl^. Efek antihepatotoksik ini masih
yang me-
merlukan pembuktian lebih lanjut, karena
mungkin
bawang putih dapat menghambat enzim
(enzim
bloking)
ini
dilakukan
GPT
sesuai yang dikutip H.D. Reuter (3). Untuk
ekstrak
percobaan berikutnya yaitu uji pengaruh ekstrak bawang pu tih pada aktivitas enzim GPT in vitro. Hasil uji pengaruh bawang putih berbagai
konsentrasi
pada aktivitas enzim GPT secara in vitro dapat dilihat pa da gambar 19. Hambatan pada aktivitas enzim GPT mulai ter— lihat pada konsentrasi 7.5 pl/ml
(G), yaitu sebesar 3,55 ’ /.
Sedangkan pada konsentrasi jauh lebih kecil, yaitu sebesar 0,1875 fj1/ml, tidak menunjukkan hambatan (hambatan sebesar 0,99 */.). Konsentrasi terakhir ini adalah konsentrasi
yang
terpakai untuk uji pengaruhnya pada toksisitas CCl 4
(kon-
sentrasi ekstrak bawang putih 10 mg/ml sudah ada
hambatan
[3] ). Dengan demikian,
hasil
bahwa pada pemberian ekstrak
percobaan bawang
atau pada pemberian CCl^ 1 jam setelah bawang putih (lihat
gambar
13-18),
yang
putih
menunjukkan bersama
pemberian ditemukan
CCl^
ekstrak aktivitas
enzim GPT yang lebih rendah daripada yang disebabkan
oleh
CC 1^, tidak dapat ditelusuri atau dikaitkan sebabnya melalui efek hambatan enzim GPT. Masih ada
kemungkinan
ekstrak bawang putih mempengaruhi membran
plasma
bahwa hepato
sit. (3)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
B A B
VI
K E S 1 M P U L A N
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
da-
pat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ekstrak bawang menghambat cara
putih
aktivitas
sejumlah enzim
0,1875
GPT pada
pl/ml
tidak
percobaan se
in vitro.
2. Ekstrak bawang putih sejumlah 0,1875 pl/ml dapat nekan rembesan enzim GPT yamg disebabkan oleh
me-
karbon
tetra klorida konsentrasi 0,4 mM.
61
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8 A B VII
S A R A N
-
S A R A N
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
disaran-
kan : - Perlu diadakan penelitian
lebih
jauh
dengan
meng
gunakan kultur hepatosit. - Digunakan zat hepatotoksik selain CCl^ dan
parameter
selain S P T .
62
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I
D A F T A R
P U S T A K A
1. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
1985,
Cara
Pembuatan Simplisia, hal. iii. 2. Azizawati, Chairul Anwar, Moh. Sadikin, 1989, Pengaruh Bawang putih (Xi lilum. sativtun Linn.) terhadap Zat Hepatotoksik
Karbon
Tetra
Klorida,
Proceeding
Kongres
Nasional XIII & Kongres IImiah VII ISFI. 3. Reuter, H.D., Knoblauch pharmacologesche
sativum.), 1986,
Ergebnisse
einer
uralten
Neue-
Arzneip-
flanze, Zeitschrift fiir Phytotherapie 7, hal. 99-106. 4. Santosa, M.H., 1989, Hepatosit Isolasi dan Penggunaannya, Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Farmasi
Uni-
versitas Airlangga, Surabaya. 5. Seglen P.O., 1976, Preparation of isolated
Rat
Liver
Cells, Mett. Cells Biol. vol. XIII, hal. 29 - 64. 6. Wang, S e_t al. , 1985, with EDTA and
Their
Isolation Metabolic
of
Rat
Function
Hepatocytes in
Primary
Culture, In Vitro Cellular and Developtment Biol., 21, hal. 526 - 527. 7. Watiinabe, A. et. al_. , 1977,
Transaminases
of
Culture Cells and the Effect of Carbon Tetra or Their Leakage, Chem. Pharm. Bull. 25,
Hepatic Chloride
hal.
1089 -
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981,
Peman-
1093
faatan Tanaman Obat, Edisi II, hal. 56 & 77.
63
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Sudarman, M. dan
Harsono,
R.M.,
1975,
Cabe
Puyang
Warisan Nenek Moyang I, Cetakan kedua, PT. Karya Wreda, hal. 13 - 14. 10.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Tanaman
Obat
Indonesia, Jilid I. 1 1 . Guierrez, Hermes,
1980, An Illustrated Manual of
Phi
lippines Materia Medica, National Research Counsil
of
Philippines, hal. 35 - 36. 1 2 . Concha, S, 1982, Philippines National
Formulary,
Na
tional Science and Tecnology Authority, hal. 30. 13. British Herbal
Pharmacopoeia,
1983,
British
Herbal
Medicine Assosiation, hal. 20. 14. Backer C.A. and R.C. Bakhuizen van Den Brink Jr., 1968, Flora of Java, vol. IIIj Noordhaff NV - Groningen - The Netherlands, hal. 130 - 132. 15. Reynold J.E.F., 1982, Martindale, The Extra poeia, 28th Ed.,
The
Pharmaceutical
Pharmaco
Press,
London,
hal. 89. 16. Rikans L.E., 1989, Influence of
Aging
on
Chemically
Induced Hepatotoxicity ; Role of Age - Related Changed in Metabolism, Drug Metabolism
Reviews,
20(1),
hal.
101 - 107. 17. Forber J.L., Gerson R.J., Injury
With
Hepatotoxic
1984,
Mechanisms
Chemicals,
of
Cell
Pharmacological
Reviews, 36(2), hal 71.S - 75S.
M r.\ SKRIPSI
J Lf R
r.rrrv
'. I.,/:/:, / LESTYO BUDI UTOMO PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG i PUTIH...... LILIK
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65 18. Gabriel L Plaa, 1980, Toxicology The
Basic
Toxic
Respons
Science
of
The
Poisons,
Muller Pub. Co Inc, New York, Cahapter
II
Liver, ed,
10,
Mac
hal
206,
211 - 217. 19. Lin C.N., Gan K.H., 1989,
Antihepatotoxic
Principles
of Solanum capsicastrum, Planta Medica, 55, hal 48-50. 20. Tamai M, e^ a_l_. , 1989, New Hepatoprotective
Triterpe-
nes, from Canarium album, Planta Medica, 55, hal 44-47 21. Noda A, et. aX» > 1987, Metabolism and Hidrazine in Isplated Rat
Cytotoxicity
Hepatocytes,
Chem.
of
Pharm.
Bull 35, hal 2538 - 2544. 22. Tanbouly N.E., e_t al_« j 1988, Antihepatotoxic Effect of Aqueous Extract from Caparis spinosa, Planta Medica 65 hal 95. 23. Wong S.M., e_t al_* » 1988,
Hepatoprotec ti ve
Activities
of Coumestans Anthraquinones, Naphtopyrone
Glycosides
and Iridoid Glycosides, Planta Medica, 54. 24. Konno Y., et a K , 1988, Anthepatotoxic
Principles
Liquidambar Farmosana Fruits, Planta Medica,
54,
of hal
417 - 419. 25. Yusetyani L., 1985, Pemberian Infus Daun Katu pus androgynus Merr.) Terhadap Aktifitas
Enzim
SG0T dan SGGT Tikus Putih (Rattus norvegicus) Skripsi,
Fakultas
Farmasi
(Saura-
Universitas
SGPT, Betina,
Airlangga,
Surabaya, hal. 14 - 15. 26. Sigma Diagnostics, 1987, Catalog, Sigma Chemical
Co.,
St. Louis.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
27. Muller-Wellensiek A, 1987,
Anwendung
der
Induzierten Zell Fusion
und
Herstedlung
metabolisierendrer
Frendstoff
systeme, Dissertation,
Kryokan
Universitaet
Elektrisch
Servierung in
Tuebingen,
zur vitro West
Germany, hal. 1 - 11, 23. 28. Boehringer Mannheim GmbH, Diagnostica, January,
1987,
Automated Analysis Boehringer Mannheim ALAT/A l T/GPT.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R I N G K A S A N
Preparasi
hepatosit
terisolasi
dari
hepar
tikus
strain Wistar dengan berat 150 - 300 gram dilakukan dengan cara resirkulasi menggunakan media
pengikat
yaitu campuran EDTA, Na Sitrat dan Glysin
ion
kalsium
yang
berfungsi
untuk disintegrasi jaringan. Kemudian dilakukan
penghitu-
ngan sel dan uji vitalitas sel.
dilakukan
Uji
vitalitas
dengan pewarnaan Trypan blue. Untuk mengetahui efek dari ekstrak bawang putih
ter-
hadap toksisitas karbon tetra klorida pada hepatosit isolasi, maka dari suspensi sel
yang
didapat
selama waktu 0 - 180 menit dengan penambahan wang putih dan CCl^. Untuk mengetahui
ter—
diinkubasi ekstrak
hasilnya
ba
dilakukan
uji aktifitas dari enzim GPT yang dikeluarkan ke dalam me dium oleh sel hepar yang diinkubasi tersebut dengan
spek-
trofotometer pada panjang gelombang 340 nm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menahan pelepasan enzim GPT pada pembe rian karbon tetra klorida. Karena masih banyak kekurangan-kekurangan dalam pene litian ini, maka perlu digunakan metode
lain
yang
lebih
baik (kultur hepatosit) demi untuk perbaikan • dalam
pene-
1itian ini.
67
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L a m p ira n
K O M P O S IS I
M E D IA P E R F U S I
1
H E P A R TA N P A P E N G I K A T
IO N Ca
(dapar A)
KOMPONEN
KONSENTRASI (g/1)
NaCl
8,180
KC1
0,370
Na HPO 2
K HPO 2
0,280
4
0,050
4
NaHCO
2 ,10 6
3
Larutan dapar A ini dibuat pada pH 7,4.
68
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L a m p ira n
K O M P O S IS I M E D IA P E R F U S I
2
HEPAR DENGAN P E N G I K A T
IO N C a
(dapar B)
KOMPONEN
KONSENTRASI (g/1)
NaCI
8*180
KC1
0,370
Na HPO 2
K HPO 2
0,280
4
0,050
4
NaHCO 9
2,100 *
Na EDTA.2H 0 2
0,630
2
Na Sitrat.2H 0
2,350
Glysin
1,000
2
a
Larutan dapar B ini dibuat pada pH 7,4.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L a m p ira n
K O M P O S IS I
3
LARUTAN S E 6 L E N -3
KOMPONEN
KONSENTRASI
NaCl
4,000
KC1
0,400
CaCl .2H 0 2 2
0,180
MgCl .6H 0 2 2
0,130
KH PO
0,150
2
Na SO 2
4
0,100
4
Hepes
7,200 '
Tes
6,900
Tricine
6,500 52,500 ml/1
NaOH
Larutan Seglen-3 ini dibuat pada pH 7,6.
70
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L a m p ira n
K O M P O S IS I 6 P T O P T I M I Z E D UV -
TEST
4
d a r i B O E H R IN G EN MANNHEIM
— Larutan buffer yang mengandung :
- tris—buffer (pH = 7,5)
120 mmol/I
- L—alanin
600 mmol/1
— Enzim/ko-enzim yang mengandung :
- LDH
1,44
- NADH
0,216 mmol/1
- NaHCO
u/(nl
12 mmol/I
9
180 mmol/1
— Alfa-oksoglutarat
71
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampi ran 5
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT Cu/ID pada penambahan CCl
4
Hepatosit n
0, 2 mM
C C 1 4 0, 2 mM
W a k \ uc o
«4
tn
•*■> i c
menxt
tn
tn-ti
1
0
790,6
0
743,0
0
2
60
019,2
28,6
763,9
20,9
3
90
923,9
133,3
925,8
182,8
.
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT Cu/1) pada penambahan CCl
n
Waktur . menit
4
Hepatosit t n
t n —1
0, 4 mM dan 0, 8 mM
CCl
4
t n
1
<) , 4 mM
CCl
t n-t l
tn
4
<) , 8 mM tn-tl
■1
0
226,3
0
192,4
0
232,8
0
2
■60
300,0
73,7
358, 1
165,7
419,9
187,1
3
120
406,9
180,6
519 , 3
326,9
536,4
303,6
4
180
553,2
326,9
572,6
380, 2
640, 1
407,3
72
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 6
H a s il
pe ngam atan a k t i v i t a s
pe nam bah an Bawang P u t i h
n
Waktur ^ menit
e n z im GPT C u / 'l)
0 ,1 8 7 5 p l/ m l
Hepatosit
pada
dan 0 ,3 7 5 p l/ m l
BP 0, 1875 pl/ml BP 0,375 pl/ml
tn
tn - ti
tn
tn ~ 1 1
tn
tn — tl
1
30
915,5
0
940,7
0
925,4
0
2
120
984, 5
69,0
978,0
37,3
940,3
14,9
3
180
1014
98, 5
1013
72,3
985,3
59,9
BP = ekstrak bawang putih
73
M SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
r L
T !T
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 7
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada tikus 1 1. Hasil pengamatan aktivitas enzim 6PT (u/1) pada hepatosit Hepatosit CA) Hepatosit CB) Rata-rata A + B
Waktu menit
tn
tn-tl
tn
tn-tl
tn — 11 2
0
0
1
0
33,1
0
26,7
2
60
37,3
4,2
41 ,5
14,8
9,5
3
120
47,1
14 ,0
70,8
44,1
29 ,1
4
180
53,3
20,2
74,4
47,7
33,9
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1
n
CCl < CD) i
CCl 1 CC? 4
Waktu menit
tn
tn-t 1
tn
pada CCl^ 0,4 m Rata-rata C •+ D
tn-tl
tn — tl 2
1
0
31,2
0
27,1
0
2
60
57,9
26,7
51 ,4
24 ,4
25, 5
3
120
72,4
41,1
63,6
36,6
38,9
4
180
102, 5
71 ,3
130,0
103,0
87,1
0
3. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang
pu
tih 0,1075^1/ml
n
Waktu.,. menit.
B P CF)
B P C E) tn
tn-t 1
tn
tn* ti
tn — 1 1 2
1
0
30. 5
0
34,7
2
60
51, 1
20,6
49,2
14, 5
17,5
3
120
58, 3
27,8
60,2
25, 5
26,7
4
180
60, 5
30, 1
71,3
36 6
33,3
B P = ekstrak bawang
putih 0,1875
0
Rata-rata E + F
0
/ml
74
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
4. Hasil
pengamatan aktivitas enzim GPT
tih 0,1875 pl/ml
n
pada bawang pu
1 jam kemudiam ditambah CCl^ 0,4 mM
BP + CCl
tn-t2
CH) Rata-rata G + H
4
tn
N
tn
C G) BP + CCl
4
• P 1 1 c ■ p j
Waktu , . menit
(u/1)
tn — t2 2
1
1
0
35,8
-
37,0
-
-
2
60
65,8
0
47,6
0
0
3
120
70, 3
4,4
67, 1
20,0
12,2
4
180
78,9
13,0
71,3
23,6
19,3
5
240
8k, 9
23,0
81, 2
33,6
28,3
5. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang pu tih 0,1875 pl/ml dan C C 1
n
SKRIPSI
BP + CCl Wakt“ (t) menit
0,4 mM
(I) BP + CCl
4
(J> Rata-rata I + J
4
tn
tn-tl
tn
tn-tl
t n — tl 2
0
0
1
0
37,7
0
30,5
2
60
60,6
22,8
55,6
25,2
24,0
3
120
69,3
31,6
72,8
42,3
37,0 '
4
180
84,6
46,9
80,8
50,3
48,6
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 8
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT Cu/1) pada tikus 2 1. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada hepatosit
Waktu, menit
,
Hepatosit CA) Hepatosit CB> Rata-rata A + B 1
n
*4 1 c
tn
tn
tn-t 1
tn — 1 1 2
1
0
69,3
0
59,4
0
0
2
60
75,1
5,6
68,6
9,1
7,4
3
120
97,2
27,8
81 ,9
22,5
25,1
4
180
101,0
31,7
90,3
30,9
31,3
2. Hasil pengamatan aktivitas enzim OPT (u/1) pada CCl^.0,4 »W
Waktu menit*
n
CCl 4 CC) i J
CCl
4
CD)
Rata-rata C + D
tn
tn—t 1
tn
tn-tl
tn — 1 1 2
0
54,6
0
0
1
0
57,2
2
60
72,0
14,9
73,5
19,0
16,9
3
120
88,1
31,0
92,6
38,3
34, 5
4
180
95,3
38,2
104, 4
49,9
44,0
3. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang
pu-
tih 0,1875 pl/ml
n
BP C F)
BP CE)
Waktu menit
Rata-rata E + F
tn
tn-t l
tn
tn-t 1
tn — tl 2
1
0
67.4
0
64,0
0
0
2
60
71,4
4,0
60,2
4,2
4,1
3
120
85,3
17,9
82,7
18,7
18,3
4
180
102,5
35, 1
94,9
30,7
33,0
0 P = ekstrak
bawang putih 0,1875 /jl/ml
76
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
4. Hasil
pengamatan aktivitas enzim GPT
tih 0,1875 pl/ml
Waktu menit
pada bawang
pu
1 jam kemudiam ditambah CCl^ 0,4 mM
BP + CCl
CG3 BP 4 CCl
A
<
CIO Rata-rata G + H
tn
tn~t 2
tn
tn-t2
tn — 1 2 2
0
68,2
-
72,8
-
-
2
60
74,7
0
80,0
0
0
3
120
83, 1
8,4
86,5
6,5
7,4
4
180
90,7
16,0
11,8
13,9
5
240
98,7
24,0
160,6
20,6
22,3
-0
1
CD
n
(u/1)
5. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang
pu
tih 0,1875 pl/ml dan CCl^ 0,4 mM
SKRIPSI
BP + CCl A (I) BP + CCl 4 (jy Rata-rata I + J tn - ti tn t n—1 1 tn tn-tl 2
n
Waktu menit
1
0
59,4
2
60
75,4
16,0
83,4
14,9
15,4
3
120
87,6
28,2
90,7
22, 1
25,1
4
180
101 ,3
41,9
106,3
37,7
39,8
0
68,6
0
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
0
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 9
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT ( u / D
pada tikus 3
1. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada hepatosit
Hepatosit CA) Hepatosit CB) Rata-rata A 4 B Wakt“ (t) menit
tn
tn-t 1
tn
tn-tl
tn — 1 1 2
1
0
67,4
0
63 ,3
0
0
2
60
96,0
29,3
88,0
24,8
27,0
3
120
107, 1
39,7
102, 5
39,3
39, 5
4
1B0
114,3
46,9
111,3
40, 1
47, 5
Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1 CCl
Waktu , menit
pada CCl^.0,4 m
CO
CCl
tn
t n-t 1
tn
tn-t 1
tn — 1 1 2 0
»
4
A
CD)
Rata-rata C 4 D
1
0
70,9
0
69,3
0
2
60
107,0
36,9
105, 5
36,2
36,6
3
120
121 ,2
50, 3
120,8
51,5
50,9
4
100
132,7
61 ,8
127,6
58,3
60,0
3. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang pu tih 0,1075 pl/ml BP CE) n
Wakt^(t) menit
Rata-rata E 4 F
BP CF)
tn
tn-t 1
tn
tn—1 1
tn — 1 1 2
0
0
1
0
72.4
0
77,7
2
60
107,7
30,3
109 ,3
31 ,6
30,9
3
120
113,2
40,8
121 ,5
43,8
42,3
.4
180
120,4
48,0
130, 5
52,8
50,4
B P = ekstrak
bawang putih 0 , 1B75 pl/ml
7B
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
4. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang pu tih 0,1875 pi/ml 1 jam kemudiam ditambah CCl
BP + CCl n
Wakt“ me rut ( D
4
C G) b p +
0,4 mM
cci 4 crc> Rata-rata G + H
tn
tn-tz
tn
tn-t2
tn — 1 2 2
1
0
79,6
-
79,3
-
-
2
60
119,3
0
102,5
0
0
3
120
119,6
0,3
5,2
2,7
4
180
126,1
6,8
113,3
8,8
7,8
5
240
127,3
8,0
127,1
24,6
16,3
107,7
5. Hasil pengamatan aktivitas enzim GPT (u/1) pada bawang
pu
tih 0,1875 fj1/ml dan CCl^ 0,4 mM
n
BP + CCl (I) 4
BP + CCl 4 (JD
t n-t 1
tn 73, 1
f t
tn
Rata-rata I + J
«-> l c •p
Waktu menit
tn — 1 1 2
1
0
70,2
0
2
60
106,6
36,4
105,2
32, 1
34,3
3
120
113,3
43,2
109,8
36,7
40,0
4
180
127,2
57,1
126,4
53,3
55,2
SKRIPSI
, 0
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
0
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran
H a s il
n
u ji
ha m batan a k t i v i t a s
Konsentrasi BP pi/'ml
10
GPT o le h e k s t ra k
Aktivitas GPT u/1
Kontrol u/1
bawang p u t i h
X Hambatan
1
250,00
19,40
344,6
94 ,40
2
83,30
7,15
266,4
97,35
3
45,45
12,30
254, 1
95 ,14
4
31 ,80
185,30
262,9
29,54
5
22,72
229,40
262,9
12,76
6
7,5
335,30
347,6
3, 55
7
0, 1875
183,5
185,3
0,99
X Hambatan
=
100 X
-
[
Control ° ~
x 100 X ]
80
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran
PANJANG
11
GELOMBANG
Spektrogram ekstrak
bawang putih 10 pl/ml.
91
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH......
LILIK LESTYO BUDI UTOMO