1
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP IKLIM KESELAMATAN YANG DI MEDIASI OLEH MASALAH TIDUR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA KARYAWAN JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN DARAT PENUMPANG PADA TERMINAL TYPE B BANDA ACEH Ade Irma Suryani, S.E, M.Si 1 Ayuni Sakinah, S.E 1
[email protected]
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji penngaruh shift kerja terhadap iklim keselamatan,variable dependen dalam penelitian ini adalahiklim keselamatan dan variabelnya independennya adalah shift kerja penelitian ini juga menggunakan variable mediasi yaitu masalah tidur dan keluhan kesehatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder.data primer diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada karyawan Jasa Transportasi Angkutan Darat Penumpang pada terminal type B Banda Aceh sedangkan data skunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.Subjek dalam penelitian ini sebanyak 104 responden.Penelitian ini menggunakan penelitian kuntitatif diskripsi.Tehnik pengambilan data menggunakan probability sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahmenggunakan metode Hierarchical Linear Modelling (HLM),operasional variable penelitian,uji validitas dan realibilitas,uji asumsi klasik serta pengujian hipotesis. Kata Kunci: Iklim Keselamatan, Shift Kerja, Masalah Tidur Dan Keluhan Kesehatan
2
ABSTRACT This study aimed to measure the “Effect of Shift Work in Mediation By Sleep Problems and Complaints In Employee Health Services Land Transport Transportation Passenger Terminal Type B Banda Aceh”. The sample used in this study is the driver's status as employees totaling 104 respondents. Equipment collecting data used in this study was a questionnaire. The sampling technique used is probality Sampling (HLM) is used as a method of analysis to determine the effect of all the variables involved. The results showed: 1) Shift Work Safety positive effect on climate. 2) Shifts positive effect on sleep problems. 3) Shifts positive effect on health complaints. 4) Sleep Problems positive effect on safety climate. 5) Health Complaint positive effect on safety. 6) Sleep Problems and Complaints Pemediasi Health as a positive influence on Variable Shifts and Safety Climate on Land Transport Transportation Driver Passenger Terminal Type B Banda Aceh. Keywords: Shift Work, Climate Safety, Sleep Problems, Complaints Health
1.
LATAR BELAKANG Sarana transportasi adalah sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, apalagi dewasa ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan yang semakin kompleks dan beragam, menghadapi hal ini artinya pengelolaan menyangkut jasa transportasi harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelayanan transportasi angkutan darat yang kini berkembang bukan saja menyangkut masalah angkutannya tetapi menyangkut pula pada kualitas pelayanan pekerja dalam memberikan pelayanannya. Oleh karena itu perusahaan jasa transportasi harus mampu memberikan pelayanan bermutu dan profesional sesuai kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah sumber daya manusia. Di era sekarang ini sangat dibutuhkan pegawai-pegawai yang berkompeten sehingga dapat memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Pelayanan
3
yang optimal akan terjadi apabila sumber daya yang berada pada organisasi berkualitas dan berkompeten tinggi, Para peneliti di bidang psikologi organisasi telah menunjukkan bahwa perilaku di tempat kerja dapat meningkatkan efektifitas organisasi dan efisiensi. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi memiliki kedudukan yang sangat penting bagi keberlangsungan organisasi tersebut, karena betapapun lengkap dan modernnya alat yang dimiliki oleh suatu organisasi tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil memproduksi barang atau jasa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi juga telah berkembang pesat, termasuk di bidang trasnportasi. dan perusahaan jasa transportasi dituntut memberikan pelayanan dengan baik dan maksimal kepada masyarakat. Program keselamatan dan kesehatan kerja telah dilaksanakan oleh banyak organisasi yang bertujauan untuk mengurangi atau menghindari risiko kecelakaan kerja (zero accident).Berbagai peristiwa telah meninpa pekerja akibat perlakuan tidak aman yang menimbulkan kecelakaan kerja.Timbulnya kecelakaan kerja akibat kurangnya pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menggunakan peralatan yang berkaitan dengan pekerjaanya. Berbagai perusahaan telah melakukan pelatihan secara intensif kepada banyak karyawan dalam penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja,namun tingkat kecelakaan kerja tetap masih tinggi. Kebanyakan perusahaan menerapkan sistem spesialisasi pekerjaan untuk meningkatkan produktivitas. Seperti ban berjalan,seorang pekerja ahli dalam
4
bidang pekerjaan tertentu sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Selain membosankan,pekerjaan berulang-ulang dapat menimbulkan cidera yang pada awalnya tidak dirasakan sakit, lama-kelamaan akan terasa sakit atau menimbulkan kelainan fisik. Cidera semacam ini disebut cumulative trauma disorders,adalah cidera yang dialami tenaga pekerja akibat mengerjakaan suatu pekerjaan secara berulang-ulang biasanya gerakan-gerakan ganjil dan memaksa otot yang menyebabkan penyakit-penyakit otot, nyeri atau luka. Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena keselamatan kerja berkaitan erat dengan kelangsungan hidup pekerja. Begitu pentingnya faktor keselamatan kerja sampai dituangkan dalam UU Ketenagakerjaan No. 13/tahun 2003, pasal 86 dan 87 pada bab Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan. Pasal 87 ayat (1) berbunyi “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan” (ILO, 2004). Di Aceh, terjadi peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya, menurut Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Aceh merilis data bahwa korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (laka lantas) di Aceh, setiap hari mencapai lima orang, umumnya kecelakaan yang merenggut korban jiwa itu disebabkan rendahnya kesadaran tentang perilaku keselamatan pengguna jalan saat melajukan kendaraannya. Besarnya tingkat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Aceh menyebabkan penekanan jumlah korban kecelakaan semakin tidak dapat teratasi, ditambah lagi dengan minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan
5
pentingnya perilaku keselamatan dalam berlalu lintas di jalan sehingga sulit untuk mengetahui akan adanya peringatan dini terhadap potensi terhadap terjadinya kecelakaan pada daerah yang dilaluinya. Tabel 1.1 Jumlah Data Kecelakaan Lalu Lintas Setiap Tahunnya di Aceh No 1
Tahun 2012
Jumlah kecelakaan 75
2
2013
64
3
2014
69
4
2015
95
5
2016
83
TOTAL
386
Sumber data:Dirlantas Polda Aceh
Penyebab kecelakaan lalu lintas pada umumnya terdiri atas 3 faktor yaitu manusia, kendaraan, lingkungan. Faktor manusia (human error) memiliki kontribusi yang paling tinggi mencapai 80-90%. Sedangkan untuk faktor kendaraan dan faktor lingkungan memiliki kontribusi secara berurutan sebesar 510% dan 10-20% (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2010). Transportasi angkutan darat di Provinsi Aceh yang saat ini semakin berkembang dan memiliki jumlah yang semakin meningkat tidak luput dari kecelakaan lalu lintas, bahkan terjadi hampir setiap harinya yang mengakibatkan banyak penumpang menjadi korban dalam kecekaan tersebut. Angka kecelakaan yang tinggi dikalangan pengendara angkutan umum tersebut antara lain dipengaruhi oleh perilaku keselamatan terhadap resiko kecelakaan yang rendah pada saat mengemudi. Supir yang sudah mempunyai masa kerja lama, lebih sering menempatkan diri pada situasi berbahaya seperti mengemudi dengan kecepatan tinggi, menerobos lampu merah dan tidak menggunakan sabuk keselamatan. Perilaku keselamatan
6
merupakan kunci berfikir, mempengaruhi perilaku mengemudi dan merupakan langkah awal seorang untuk bertindak. Pengetahuan keselamatan sangat penting dalam memahami perilaku keselamatan kerja, karena pengetahuan yang di peroleh dalam pengetahuan keselamatan dapat di terapkan di dalam lingkungan kerja. Pengetahuan keselamatan dipengaruhi oleh pengetahuan karyawan terhadap prosedur keselamatan kerja yang diberikan atau diterapkan di dalam perusahaan.Dengan adanya pengetahuan keselamatan karyawan lebih waspada terhadap kecelakaan kerja. Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50%terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental.Salah satu penyebab fatique adalah ganguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja (Wicken, et al, 2004). Sharpe (2007) menyatakan bahwa pekerja pada shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Shift kerja merupakan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa. Shift kerja mempunyai efek terhadap pekerja yaitu efek fisiologis, psikososial, kinerja, kesehatan, dan efek terhadap keselamatan kerja. Sistem shift kerja sendiri dapat berbeda antara instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut periode shift kerja yang meliputi shift pagi,shift sore, dan
7
shift malam. Dari pembagian ketiga shift kerja tersebut kerja shift malam merupakan resiko lebih tinggi. Menurut Mauritz (2008) pekerja shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cedera atau kecelakaan. Selain itu shift kerja malam dapat mengurangi kemampuan kerja, meningkatnya kesalahan dan kecelakaan, menghambat hubungan sosial dan keluarga, adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, system syaraf, jantung dan pembuluh darah serta terganggunya waktu tidur. Hal ini bisa menyebabkan seseorang itu akan mengalami gangguan tidur. Dari hasil data penelitian setiap tahun di dunia, di perkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Primanda, 2009). Shift kerja pada supir juga berpengaruh terhadap masalah tidur, Ada beberapa jenis gangguan tidur yaitu: dissomnia, parasomnia, insomnia, hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur. Salah satu gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam. Keluhan kesehatan yang sering dialami oleh supir angkutan kota adalah seperti muskuloskeletal yang dapat terjadi ketika otot atau rangka menerima beban dengan postur statis atau pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan pekerjaan tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan yang
8
dilakukan oleh supir angkutan kota dalam mengemudikan kendaraan cenderung dengan
postur
statis
sehingga
memungkinkan
untuk
terjadi
keluhan
musculoskeletal. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi–tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha–usaha preventif, kuratif dan reabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kesehatan berupa kapasitas dari pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi. 2.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.2
Iklim Keselamatan Denison (dalam Neal & Griffin, 2004), menyatakan bahwa iklim
keselamatan menunjuk kepada suatu situasi yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan demikian, iklim bersifat sementara dan subjektif. Iklim keselamatan menggambarkan persepsi terhadap nilai keselamatan dalam lingkungan kerja dan bisa dibedakan dengan sikap, yaitu kepercayaan dan perasaan individu tentang obyek atau aktivitas tertentu.Perilaku umumnya dapat diperkirakan jika kita tahu bagaimana orang tersebut menyikapi situasi, dan apa yang penting baginya. Meski perilaku seseorang mungkin tampak tidak rasional bagi orang lain, terdapat alasan untuk meyakini bahwa perilaku tersebut biasanya dimaksudkan agar dianggap rasional oleh mereka. Seorang pengamat sering melihat suatu perilaku tak rasional karena pengamat itu tidak mempunyai
9
informasi yang sama, dan tidak menyikapi lingkungan dengan cara yang sama (Robbins, 2003). Keselamatan merujuk pada perindungan terhadap kesejahtraan fisik seseorang. Tujuan utamanya program keselamatan kerja yang efektif di perusahaan adalah mencegah kecelakaan atau cidera yang terkait dengan pekerjaan adapun tujuan keamananya adalah melindungi fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak sah serta untuk melindungi para karyawan ketika sedang bekerja atau melaksanakan penugasan pekerjaan.Menurut Zohar (2003) organisasi memiliki banyak tujuan serta cara untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga manajer harus membangun kebijakan dan prosedur khusus yang diikuti pekerja, yang menghasilkan berbagai iklim khusus. Oleh karena itu, iklim keselamatan berhubungan dengan persepsi mengenai kebijakan, prosedur, dan praktek keselamatan kerja. Hal ini sesuai dengan definisi iklim keselamatan menurut Neal dan Grifin (2002), yaitu persepsi atas kebijakan, prosedur, dan praktek yang terkait dengan keselamatan kerja. Dalam tingkat yang lebih luas, iklim keselamatan menggambarkan persepsi pekerja terhadap nilai keselamatan kerja dalam sebuah organisasi. Iklim keselamatan merupakan salah satu dari banyak anteseden yang dapat mempengaruhi perilaku keselamatan kerja. Anteseden lain di antaranya kepemimpinan, training, dan desain kerja (Neal & Griffin, 2004). 2.3
Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
10
Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997). Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim. Sistem shift kerja sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. 2.4 Masalah Tidur Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis penting dalam menjaga keseimbangan regulasi sistem tubuh, juga merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Fisiologi tidur merupakan
proses
yang
kompleks
dan
melibatkan
berbagai
macam
11
neurotransmiter. Dengan adanya tidur, maka manusia dapat memelihara kesegarannya, kebutuhan, dan metabolisme seluruh tubuhnya.Tidur memiliki fungsi restorasi yang penting untuk termoregulasi dan cadangan energi tubuh. 2.5 Keluhan Kesehatan Low back pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban berat yang menyebabkan otot-otot yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka atau iritasi pada diskus intervertebralis dan penekanan diskus terhadap saraf yang keluar melalui antar vertebra.10 Low back pain juga dianggap sebagai suatu sindroma nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Pekerjaan yang berisiko mengalami LBP salah satunya adalah pengemudi transportasi publik atau angkutan umum. Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, sedangkan transportasi publik adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar seperti angkot, kereta api, bus, angkutan air, dan lain sebagainya.Tujuan utama keberadaan transportasi publik ini adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat (Widyastuti,2009;28-9). 2.6
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Iklim Keselamatan Kerja Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al,
12
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam. (Adiwardana dalam Khairunnisa, 2001). H1 : Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan 2.7 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Masalah Tidur Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.Ada beberapa jenis gangguan tidur yaitu: dissomnia, parasomnia, insomnia, hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur. Salah satu gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam. H2 : Shift kerja berpengaruh terhadap masalah tidur 2.8 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Keluhan Kesehatan Shiftkerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. Pengemudi transportasi publik rata-rata memiliki lama kerja sekitar 12 jam setiap harinya
13
dengan load factor penumpang yang tinggi sehingga menyebabkan peningkatan beban kerja pengemudi tersebut. Kondisi ini ditambah dengan posisi duduk yang statis dalam waktu lama yang dapat menimbulkan efek kausa negatif dalam hal kesehatan.terutama pada keluhan muskuloskeletal seperti nyeri otot, nyeri tulang belakang dan kram.Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang sehingga dapat mengurangi efesiensi kerja dan kehilangan waktu kerja yang menyebabkan produktivitas. H3 : Shift kerja berpengaruh terhadap keluhan kesehatan 2.9 Pengaruh Masalah Tidur Terhadap Iklim Keselamatan Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak faktor, misalnya seperti stres, ketegangan, depresi, merokok (nikotin), kafein dan penyebab lainnya yang berkaitan dengan kondisi-kondisi yang spesifik seperti usia lanjut. Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang penyakit (Lanywati, 2001). 2.10 Pengaruh Keluhan Kesehatan Terhadap Iklim Keselamatan Kerja Pengemudi transportasi publik rata-rata memiliki lama kerja sekitar 12 jam setiap harinya dengan load factor penumpang yang tinggi sehingga menyebabkan peningkatan beban kerja pengemudi tersebut. Kondisi ini ditambah dengan posisi duduk yang statis dalam waktu lama yang dapat menimbulkan efek kausa negatif
14
dalam hal kesehatan terutama pada keluhan muskuloskeletal seperti nyeri otot, nyeri tulang belakang dan kram.Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang sehingga dapat mengurangi efesiensi kerja dan kehilangan waktu kerja yang menyebabkan produktivitas menurun. 2.11 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Iklim Keselamatan Kerja Yang di Mediasi Masalah Tidur Dan Keluhan Kesehatan Dari hasil penelitian yang dilakukan Griffin dan Neal (2000) yang mengacu
pada
beberapa
teori
mengenai
perilaku,
suatu
model
yang
menggambarkan antara iklim keselamatan kerjadengan perilaku keselamatan (safety performance). Walaupun terdapat banyak faktor, baik dari individu maupun lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti keahlian dan kepribadian individu, serta iklim organisasi (Neal & Griffin, 1999), tetapi pada model ini iklim keselamatan kerja menjadi antiseden utama yang data berpengaruh secara positif terhadap perilaku keselamatan. didalam kerangka kerjamemberikan
suatu
proses
individual
yang
menghubungkan
iklim
keselamatan kerjadengan hasil kerja spesifik. Hasil-hasil tersebut mendukung usulan bahwa sikap pengetahuan keselamatan kerja dan iklim keselamatan kerjaterhadap perilaku keselamatan sangatlah penting.Pembedaan ini penting karena mengidentifikasikan mekanisme-mekanisme dimana iklim keselamatan kerjacenderung mempengaruhi perilaku keselamatan (Campbell et al., 1993). H6 : Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan shift dengan iklim keselamatan kerja.
15
Masalah Tidur (Z1)
H2
H4
H1 Iklim keselamatan (Y)
Shift kerja (X)
H3
9
Keluhan Kesehatan (Z2)
H5 H6
Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran
3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh supir Angkutan darat pada 14 perusahaan yang berada di terminal tipe B Kota Banda Aceh. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah probability sampling. Penarikan sampel ukuran yang diambil adalah sebesar 104 orang. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer.Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber tanpa melalui perantara dan hubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Untuk memperoleh data yang diperlihatkan dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner (angket), yaitu teknik pengumpulan data dengan
16
menyebarkan daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan terlebih dahulu yang akan dijawab oleh responden sesuai dengan alternatif jawaban yang telah tersedia. 3.3 Skala Pengukuran Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert (Likert scale) dengan interval 1-5. Pengukuran variabel menggunakan skala interval, yaitu alat pengukur yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang nilai yang mempunyai makna dan mampu menghasilkan measurement yang memungkinkan perhitungan rata-rata, deviasi standar, uji statistik parameter, korelasi dan sebagainya (Ferdinand, 2006). 3.4 Peralatan Analisis Data Peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh shift kerja terhadap iklim keselamatan yang dimediasi oleh masalah tidur dan keluhan kesehatan pada karyawan jasa transportasi di terminal type B kota Banda Aceh dengan menggunakan metode Hierarchical Linear Modelling (HLM), Baron dan Kenny (1986). 3.5 Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab (J.Supranto,hal 322,2003).
17
3.6 Uji Validitas Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk mengetahui apakah
item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep
yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Dengan menggunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas tinggi, maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan sebenarnya. Penelitian ini menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) untuk mengetahui validitas instrumen. 3.7 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu pengukura mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2003:203). 3.8 Uji Asumsi Klasik Pada penelitian ini juga akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model regresi yang telah diolah (Ghozali, 2005). Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normalitas. 4.
PEMBAHASAN
4.1
Uji Valaditas Variabel dependen pada penelitian ini adalah iklim keselamatan, untuk
18
mengukur konstruk dari variabel tersebut telah
diukur dengan 5
item
pertanyaan menurut Kulkarni et al. (2006-2007, Bontis and Serenko (2007). Hasil uji menunjukkan bahwa 5 item pertanyaan yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konstruk korelasi yang baik sehingga dapat menjadi pengukuran yang tepat, hal ini dapat dilihat dari nilai Eigen sebesar 2,262 dengan muatan faktor (loading faktor) yang memiliki interval 0,606 hingga 0,773. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 45%. Nilai Kaiser- MeiyerOlkin Measure Of Sampling Adequacy pada variabel dependen sebesar 0,609 dan hasil uji Bartlett's Test Of Sphericity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p < 0,05). Variabel independen dalam penelitian ini adalah shift kerja, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6 item pertanyaan menurut Cullen and Victor (1993). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel independen (shift kerja) ke enam item pertanyaan dapat terlibat dalam penelitian ini. Hasil uji menunjukkan bahwa 6 item pertanyaan yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konstruk korelasi yang baik sehingga dapat menjadi pengukuran yang tepat, hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,264 dengan muatan faktor (loading factor) yang memiliki interval 0,470 hingga 0,887. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 37%. Nilai KaiserMeyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy pada variabel independen pertama sebesar 0,766 dan hasil uji Bartlett’s Test of Sphericity menunjukkan signifikan 0,000 (p < 0,05).
19
Variabel mediasi (Z1) pada penelitian ini adalah Masalah Tidur, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan menurut Price and Mueller (1986). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai eigen sebesar 41,845 dengan loading faktor yang memiliki interval 0,493 hingga 0,873. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 23%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel dependen (Z1) sebesar 0,642
dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity
menunjukkan signifikan yaitu 0,000 (p<0,01). Variabel mediasi (Z2) pada penelitian ini adalah Persepsi Keadilan Prosedural, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6 item pertanyaan menurut Niehoff and Moorman (1993). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai eigen sebesar 2.755
dengan loading faktor yang memiliki
interval 0,621 hingga 0,810. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 55%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel dependen (X) sebesar 0,749 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). 4.2 Uji Reliabilitas Penggunaan item-item sebagai indikator dari data variabel penelitian mensyaratkan adanya suatu pengujian konsistensi melalui uji reliabilitas,
20
sehingga data
yang digunakan tersebut benar-benar dapat dipercaya atau
memenuhi aspek kehandalan untuk dianalisis lebih lanjut. Uji kehandalan item pertanyaan dari kuesioner tersebut menggunakan nilai Cronbach alpha. Uji ini hanya dilakukan satu kali pada sekelompok responden pada masing-masing variabel. Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan pada Cronbach alpha 0,60 (Malholtra, 2003). Jika derajat kehandalan data lebih besar dari Cronbach alpha (α), maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat ketelitian, dan konsistensi pemikiran yang baik. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Reliability No 1. 2. 3. 4.
Variabel Iklim Keselamatan Shift Kerja Masalah Tidur Keluhan Kesehatan
Jumlah item 5 6 5 5
Cronbach’s Alpha Hitung Standar 0.693 0,60 0.701 0,60 0,612 0,60 0,790 0,60
keteragan Handal Handal Handal Handal
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
Dari hasil tabel 4.6 diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,612 hingga 0,790. Dengan demikian, seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian dapat dikatakan reliabel (handal), karena nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,60.
21
4.3 Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3 Hasil Analisis Masalah Tidur dan Keluhan Kesehatan Sebagai Pemediasi Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Iklim Keselamatan Model
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
(Constant) X (Constant) 2 X Z a. Dependent Variable: Y 1
1.960 .515 -.038 .428 .579
Std. Error .484 .107 .594 .098 .117
Standardized Coefficients Beta .431 .359 .405
t
4.048 4.824 -.063 4.383 4.954
Sig.
.000 .000 .950 .000 .000
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode Hierarchical Linear Modeling (HLM) untuk mengetahui pengaruh antar variabel, yang meliputi: 1. Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan (H1). 2. Shift kerja tidak berpengaruh terhadap masalah tidur (H2). 3. Shift kerja tidak berpengaruh terhadap keluhan kesehatan (H3). 4. Masalah tidur berpengaruh terhadap iklim keselamatan (H4). 5. Keluhan kesehatan berpengaruh terhadap iklim keselamatan kerja (H5). 6. Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan shift kerja dengan iklim keselamatan kerja (H6).
22
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis
Keterangan Terdukung
H1
Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan
H2
Shift kerja berpengaruh terhadap masalah tidur
Tidak Terdukung
H3
Shift kerja berpengaruh terhadap keluhan kesehatan
Tidak Terdukung
H4
Masalah tidur berpengaruh terhadap iklim keselamatan
Terdukung
H5
Keluhan kesehatan berpengaruh terhadap iklim keselamatan
Terdukung
Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan shift H6
Terdukung kerja dengan iklim
keselamatan kerja
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulkan sebagai berikut: 1. Shift kerja berpengaruh signifikan terhadap iklim keselamatan pada sopir angkutan terminal type B Banda Aceh. Diantara hubungan dua variabel tersebut, shift kerja memiliki pengaruh dominan dengan iklim keselamatan dilihat dari shift kerja dalam hal toleransi shift kerja, interaksi antar individu, dan organisasi kerja dalam menyusun suatu shift kerja dalam mencapai iklim keselamatan dalam bekerja. 2. Shift kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap masalah tidur pada sopir angkutan terminal type B Banda Aceh. Apabila shift kerja memiliki pola waktu kerja yang diberikan memiliki jadwal maka akan tidak terjadi masalah
23
tidur yang dialami oleh sopir pada gangguan tidur, perubahan jadwal, sindroma fase terlambat tidur, sindrom bangun tidur yang tidak teratur selama 24 jam. 3. Shift kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap keluhan kesehatan pada sopir angkutan terminal type B Banda Aceh. Dapat disimpulkan bahwa jam kerja terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift yang dibagi atas jam kerja pagi, sore, dan malam. Keluhan kesehatan seperti musculoskeletal seperti nyeri, mata panas, posisi duduk statis, dan baal (mati rasa)
terjadi
pada sopir Angkutan Terminal Type B Banda Aceh karena memiliki shift kerja yang baik. 4. Masalah tidur berpengaruh signifikan terhadap iklim keselamatan pada sopir Angkutan Terminal Type B Banda Aceh. Salah satu gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam. Waktu untuk mengembalikan kebugaran dari kelelahan akibat kerja menjadi bagian yang penting dalam menyusun jadwal kerja untuk mendapatkan kegiatan K3 yang berguna untuk keselamatan dan menjaga keselamatan pada sopir. 5. Keluhan kesehatan berpengaruh signifikan terhadapiklim keselamatan pada sopir Angkutan Terminal Type B Banda Aceh. Pada dasarnya keluhan kesehatan seperti musculoskeletal seperti nyeri , mata panas, posisi duduk
24
statis, dan baal (mati rasa). Memberikan penurunan terhadap iklim keselamatan yang bisa menyebabkan kurangnya kinerja dan kepuasan kerja akibat tidak adanya iklim keselamatan ditempat kerja 6. Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi pengaruh shift kerja pada iklim keselamatan pada sopir angkutan terminal type B Banda Aceh. Pada dasarnya shift kerja yang baik akan berdampak pada iklim keselamatan yang ada pada karyawan dan masalah tidur juga sangat berpengaruh terhadap keluhan kesehatan. Karyawan memiliki kosentrasi dan tingkat kefokusan yang baik sehingga ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaanya dapat mengurangi kesalahan atau kelalaian sehingga jarangnya terjadi kecelakaan dalam menjalankan pekerjaanya. 5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka dapat dirangkum
beberapa saran sebagai berikut: 1. Menyusuri penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini agar didapat perbandingan yang menyeluruh dan lengkap sehingga peneliti selanjutnya diharapkan bisa menghasilkan yang lebih baik dan akurat. 2. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut dengan topic yang serupa dengan penambahan variabel lain. penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan lebih mendalam lagi dan menggunakan sampel yang lebih besar sehingga lebih akurat. 3. Bagi para sopir shift kerja dapat diukur dari shift kerja dalam hal toleransi shift kerja, interaksi antar individu, dan organisasi kerja dalam menyusun
25
suatu shift kerja dalam mencapai iklim keselamatan dalam bekerja. Selain hal tersebut shift kerja juga berpengaruh pada efek fisiologis berkurangnya waktu tidur, kapasitas fisik yang menurun akibatnya perasaan mengantuk dan lelah. Sedangkan efek psikososial yaitu terganggunya kehidupan keluarga, kecil kesempatan berintraksi dengan teman dan terganggunya aktivitas kelompok dalam masyarakat. 4. Bagi para manajer CV agar selalu menjalankan iklim keselamatan kerja untuk para karyawanya seperti adanya nilai manajemen, praktek keselamatan, pelatihan keselamatan, komunikasi keselamatan, dan peralatan dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahtraan hidup. 5. Bagi para sopir agar dapat membagi jam kerjanya secara baik agar tidak terdapat masalah tidur seperti gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.
26
DAFTAR PUSTAKA
Albar Z. Gangguan Muskuloskeletal Akibat Kerja. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Internal Publishing. Jakarta; 2009 Armstrong. Element of Ergonomics Programs a Primer Based on Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health and Human Service NIOSH. America; 2009. Anshori,A. (2008), Jumlah Kecelakaan Kerja Secara Nasional Cukup Tinggi. http;p//www.jamsostek.co.id/info/berita/diakses 10 okteber 2008. Baron, R.M. and Kenny, D.A. (1986). The moderator-mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology. 51(6): 1173-1182. Berger, A. M., dan Hobbs, B. (2006). Impact of shift work on health and safety on nurses and patients, Clinical Journal of Ocology Nursing, 10(4), 465-480. Berger, L. K., Ayas, N., Cade, B.E., Cronin, J. W., Rosner, B., Spiizer, F., E., Czeisler, A.(2006). Impact of extended-duration shifts on medical errors, adverse events and attentional failures, Plos Medicine, 3(12),e487. Costa, G. (2003) Factors Influencing health of workers and tolerance to shift work, Theory Issues in Ergonomic Science, 4, 263-288. Cooper & Pamela S.Schindler, 2006, “Bussines Research Methods”, 9th edition. McGraw Hill Internasional Edition. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2010. Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas. Czeisler, C. A., Moore-Ede, M. C. And Coleman, R. C. 1982, Rotating Shift WorkSchedules That Disrupt Sleep Are. Galinsky, T., Swanson, N. G., Sauter, S. L.,Hurrell, J., Schleifer, L. M. (2000). A fieldstudy of supplementary rest breaks fordata-entry operators, Ergonomics, 43(5),622-638. Gustafsson, U. M. (2002). Sleep Quality and response to insufficient sleep in women on different work shifts, journal of clinicalnursing, 11, 280-288. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
27
Malhotra. (2003). Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mudrajad Kuncoro, Ph. D. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Neal, A. & Griffin, M. A. (2002). Safety climate and safety behaviour. Australian Journal of Management, 27(special issues), 67‐73. Neal, A. & Griffin, M. A. (2004). Safety climate and safety at work. Dalam the psychology of workplace safety. In J.Barling & R.F.Michael (Eds.).Washington: American Psychological, Association. OSHA. Ergonomics: The Study of Work. New York Departement of Labour Occupational Safety and Health Administration; 2000. Primanda,Y. 2009. Pengaruh Ekstrak Valerian Terhadap Waktu Tidur Mencit BALB/C Skirpsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang. Robbins, Stephen, P. 2001. Perilaku Organisasi, Edisi 8. Printice Hall, Jakarta. Robbins, Stephen, P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Gramedia. Sekaran (2009), Research Methods For Bussiness, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 1 Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Penerbit Alphabeta. Tawarka (2010) Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Press Solo. Surakarta. Zohar, D. (2003). Safety climate: Conceptual and Measurement Issues. Dalam Handbook of Occupational Health Psychology. In J.Quick & L. Tetrick (Eds.). New York, NY: American Psychological Association.