PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, PEMAHAMAN
GOOD GOVERNANCE, INTEGRITAS AUDITOR, BUDAYA ORGANISASI, DAN ETOS KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Big Four yang Berafiliasi di Indonesia Tahun 2011)
Oleh
Dr. H. Yuskar, S.E., M.A., Ak & Selly Devisia, S.E (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas) ABSTRACT The objective of this research is to determine and to examine the influence of independent variables such as auditor independence, organizational commitment, good governance comprehension, auditor integrity, organizational culture and work ethic to auditor performance as a dependent variable in this paper (empirical study on the affiliated Big Four public accounting firms in Indonesia 2011). The methodology used in this research is causal comparative approach that is through examination of problem characteristics in the form of causal relationship between two variables or more. There are two types of data that are used in this research, primary and secondary data. Primary data are collected by distributing questionnaires to each Big Four accounting firm’s webmail where each respondent work for. Meanwhile secondary data are obtained from library research. The population of this study is the auditors who work for big four accounting firms that are affiliated in Indonesia in 2011. Convenience sampling and purposive sampling are the two sampling method that are used in this research while data analysis uses multiple regression analysis in SPSS. The results shown that some variables such as auditor independence, organizational commitment, auditor integrity and organizational culture have significant effect to the performance of auditors, meanwhile other variables such as good governance comprehension and work ethics do not have direct impact to auditor performance. In this case, the writer has identified that there are several other-factors that directly affect auditor performance such as personnel competencies, cognitive ability and work motivation.
Keywords: auditor independence, organizational commitment, good governance comprehension, auditor integrity, organizational culture, work ethic, auditor performance,
1
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
I. Akuntan
profesional
Latar Belakang Masalah mempunyai
peran
penting
dalam
dunia
bisnis
dan
perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar ahli dalam bidangnya tetapi harus dapat melaksanakan pekerjaan profesinya dengan due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya. Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan korporat, telah menurunkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang independen. Beberapa kasus terkait krisis moral dalam dunia bisnis seperti yang dikemukakan beberapa tahun silam adalah kasus Enron Corporation, kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma (2001) yang overstated di mana terjadi penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar, telah menyebabkan tuntutan pengadilan terhadap sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut. Terjadinya kasus–kasus kegagalan auditor dalam mengungkapkan rekayasa dan kecurangan pelaporan keuangan berskala besar seperti di atas, telah membuat banyak pihak mempertanyakan dan meragukan kredibilitas dan independensi profesi akuntan publik. Menurut hasil penelitian Trisnaningsih (2007) membuktikan bahwa independensi auditor mempengaruhi kinerja auditor. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Alim dkk dan Cristiawan (2002) bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dalam studinya, Azad (1994) menemukan bahwa kondisi yang tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku disfungsional, misal melakukan prematur sign off. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan auditor
2
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
independen yang berkualitas. Auditor yang komitmen terhadap profesinya, tetap akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditor tersebut. Berbagai penelitian mengenai komitmen organisasi telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Somers dan Birnbaum (1998) di mana komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Namun tidak demikian dengan Ketchand dan Strawser (2001) yang menguji berbagai dimensi komitmen organisasi dan menunjukkan hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja. Sementara itu Sunarsip (2001) mengemukakan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh tata kelola yang buruk (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi (publik dan swasta). Lebih lanjut Sunarsip (2003), menyatakan bahwa peran profesi akuntan selama ini masih belum optimal dalam mewujudkan good governance. Prinsip dasar konsep good governance pada KAP antara lain terkait dengan fairness (keadilan), transparency (transparansi),
accountability
(akuntabilitas),
responsibility
(pertanggungjawaban),
dan
independency (objektif, tidak memihak). Dalam menjalankan profesinya, seorang auditor hendaknya memperhatikan prinsip dasar good governance dalam KAP tersebut. Auditor juga harus mentaati aturan etika profesi. Menurut Satyo (2005) memahami kode etik saja tidak cukup untuk membuat perilaku karyawan dan perusahaan menjadi lebih baik dan etis. Pemahaman good governance diimplementasikan pada perusahaan secara tepat, terutama untuk memperoleh karakter perusahaan yang kuat dalam menghasilkan manajemen kinerja yang unggul. Kapler dan Love (2002) menemukan adanya hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA. Namun tidak demikian halnya dengan Trisnaningsih (2007) yang menemukan bahwa pemahaman good governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Integritas merupakan kualitas yang menimbulnya kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusan yang dibuatnya. Integritas 3
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
mengharuskan auditor dalam segala hal, jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2002) untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab professional dengan integritas yang tinggi, serta setiap anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Integritas terhadap profesi inilah yang paling penting dipertahankan oleh auditor. Selain faktor di atas, budaya organisasi dan etos kerja juga dapat mempengaruhi kinerja auditor. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi yang baik akan menciptakan kepuasan kerja karyawan dan berdampak pada kinerja yang lebih baik. Flamholtz dan Narasimhan (2005) meneliti tentang pengaruh perbedaan elemen budaya terhadap kinerja keuangan dan hasilnya menyatakan bahwa beberapa elemen budaya organisasi mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini didukung oleh Henry (2006), Boon dan Arumugam (2006) dan hasilnya budaya organisasi mempengaruhi kinerja auditor. Demikian pula dengan etos kerja merupakan topik yang hangat diperbincangkan. Paper yang merupakan hasil penelitian empiris ini menguraikan dan membahas berbagai permasalahan di atas, sebagaimana dinyatakan dalam judul paper ini.
II. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1
Independensi Auditor dan Kinerja Auditor Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi
akuntan publik. Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat dua menyatakan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam 4
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan auditnya tidak
menegakkan
independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Mawar, Siti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 2.2
:
Independensi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Komitmen Organisasi dan Kinerja Auditor Komitmen organisasi merupakan kondisi di mana pegawai sangat tertarik terhadap
tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi (Mowday, et al. dalam Vandenberg, 1992). Komitmen organisasional dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Jika pekerja merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasional yang ada maka dia akan merasa senang dalam bekerja, sehingga kinerjanya dapat meningkat.
5
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Yousef (2000) telah meneliti tentang komitmen organisasional sebagai mediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja, dengan menggunakan 430 pekerja individu di United Arab Emerates. Hasil analisisnya menyatakan bahwa komitmen organisasional terbukti memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan. Sementara hasil penelitian Ketchand dan Strawser (2001) juga telah menguji berbagai dimensi dari komitmen organisasi dan menemukan bahwa adanya hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja. Studi Siders et al. (2001), dan Fernando et al. (2005) dari hasil penelitiannya, juga memberikan kesimpulan yang sama bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Hasil yang demikian, lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja sesorang atas pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, dirumuskan hipotesis seperti berikut: H2 2.3
:
Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Pemahaman Good Governance dan Kinerja Auditor Dengan melaksanakan good governance dapat
menciptakan proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Kapler dan Love (2002) menemukan adanya hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Assets (ROA). Penemuan penting lainnya dari penelitian mereka adalah bahwa penerapan good governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan good governance akan memperoleh manfaat lebih besar di negara yang lingkungan penegakan hukumnya kurang baik, sedangkan Trisnaningsih (2007) dalam penelitiannya bahwa pemahaman good governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor tidak terbukti.Berdasarkan uraian di atas dan penelitian sebelumnya, di indikasikan bahwa seorang auditor yang memahami 6
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
good governance, kinerjanya akan menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut: H3: Pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2.4
Integritas Auditor dan Kinerja Auditor Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi serta integritas yang baik. Kinerja auditor ditunjukkan dengan kualitas laporan audit
yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Dengan
integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kinerja serta kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian tentang integritas auditor ini, pernah dilakukan oleh Ika Sukriah (2009), dalam penelitiannya meneliti pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan hasilnya menyatakan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikan hasil disebabkan karena penggunaan beberapa pertanyaan yang sensitif yang melibatkan keadaan pribadi individu,serta target responden yang terbatas yakni auditor internal inspektorat sepulau Lombok. Berdasarkan uraian di atas dan penelitian sebelumnya, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H4 2.5
:
Integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Budaya Organisasi dan Kinerja Auditor Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu
kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Budaya organisasi juga merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi. 7
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Kreitner dan Kinicki (2000) mendefinisikan budaya organisasi sebagai perekat perusahaan melalui nilai-nilai yang ditaati, peralatan simbolik dan cita-cita sosial yang ingin dicapai. Flamholtz dan Narasimhan (2005) meneliti tentang pengaruh perbedaan elemen-elemen budaya terhadap kinerja keuangan, dengan menggunakan 702 responden pada perusahaan industri di US. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa beberapa elemen budaya organisasi mempunyai pengaruh yang berbeda pada kinerja keuangan perusahaan.
Henri (2006)
mengadakan penelitian tentang budaya organisasional dan sistem pengukuran kinerja. Temuannya menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja memfokuskan pada organisasi, mendukung strategi pembuatan keputusan serta melegitimasi kekuasaan top manager. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian tersebut di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian: H5 2.6
:
Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Etos Kerja dan Kinerja Auditor Setiap organisasi yang selalu ingin maju dan mencapai apa yang menjadi tujuan
perusahaan tersebut, hal ini harus melibatkan anggotanya untuk meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja. Beberapa penelitian riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan faktor penting yang menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan bertambahnya kepuasan. Ford menyatakan bahwa 17-18 percobaan di sebuah organisasi memperlihatkan peningkatan yang positif sesudah adanya etos kerja. Penelitian tersebut menyatakan bahwa etos kerja memberikan prestasi yang lebih baik dan kinerja yang lebih baik pula. Chaplin ( 2001 ) mengatakan bahwa etos kerja adalah watak atau karakter suatu kelompok nasional atau kelompok rasial tertentu. Maksudnya adalah etos kerja dalam suatu perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem dan alat-alat pendukung yang ada dalam perusahaan tersebut.Berdasarkan dari asumsi tersebut, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan hipotesis :
H6
: Etos kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor. 8
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
III. METODE PENELITIAN 3.1 Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling atau pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor di KAP Big Four yang berafiliasi di Indonesia, dimana tiap sampel masingmasing KAP Big Four terdiri dari EY sebanyak 6 responden, PWC sebanyak 12 responden, KPMG sebanyak 5 responden, Deloitte sebanyak 9 responden. Peneliti mulai menyebarkan kuesioner ke lapangan dari tanggal 26 Januari sampai 4 Maret 2011. 3.2. Pengukuran Variabel Komponen yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian ini menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf 1961 (dalam Triasningsih, 2007) yaitu independensi penyusunan program, independensi investigative dan independensi pelaporan yang terdiri dari 10 item. Variabel komitmen organisasi ini diukur dengan menggunakan instumen yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1984) dan telah direplikasi oleh Triasningsih (2003). Instrumen terdiri dari 9 item pertanyaan. Instrumen pemahaman good governance diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance dalam Triasningsih (2007), diukur dengan empat indikator variabel yaitu : prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban yang terdiri dari 8 item. Instrumen integritas auditor diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Ika Sukriah (2009), diukur dengan empat indikator variabel yaitu : kejujuran, keberanian, sikap bijaksana auditor serta tanggung jawab auditor yang terdiri dari 9 item. Variabel budaya organisasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Hofstede (1990). Instrumen terdiri dari 5 elemen budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan 6 elemen budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan. Variabel etos kerja dalam penelitian ini 9
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Tasmara (2002) dengan empat indikator yang terdiri dari 8 item menghargai waktu, tangguh dan pantang menyerah, keinginan untuk mandiri dan penyesuaian. Variabel kinerja auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Larkin (1990) dan telah direplikasi oleh Trisnaningsih (2004) dan Hian Ayu (2009) yaitu antara lain : kemampuan, komitmen profesi, motivasi, dan kepuasan kerja yang terdiri dari 10 item.Pengukuran masing-masing skor variable menggunakan skala likert 1-5 mulai dari sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (5). 3.3
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian
validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap pertanyaan dengan total nilai variabel dilakukan dengan uji korelasi pearson (Nurchasanah,2003). Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya/diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha (). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai lebih besar dari 0,60 (Sujarweni,2007). 3.4
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik menggunakan uji normalitas, auto korelasi, multi kolinearitas
dan heterokedastisitas. Pengujian normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya (Sujarweni,2007). Pengujian ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya auto korelasi dengan melakukan uji Durbin Watson (DW). 10
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,2006). Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Suatu model penelitian yang baik jika tidak terdapat heteroskedastisitas. 3.5 Pengujian regresi Berganda Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Untuk menentukan nilai t tabel, ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (N-k) dimana N adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep. Uji F merupakan alat uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen secara bersama atau simultan terhadap variabel dependen. Apabila
Fhit > Ft
,
maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
IV Pembahasan Hasil Penelitian Setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa penelitian ini secara empiris membuktikan bahwa variabel independensi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Seorang auditor dengan tingkat independensi yang tinggi memiliki kecenderungan yang tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah dikendalikan oleh pihak lain dalam mempertimbangkan fakta temuannya.
11
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002), yang
menemukan bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Siti (2010) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa
independensi auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Demikian juga penelitian yang dilakukan Trisnaningsih (2007) dan Hian Ayu (2009) juga mendukung hasil penelitian ini. Dengan demikian, dalam hal ini KAP Big Four yang berafiliasi di Indonesia, memiliki unjuk kinerja yang dipengaruhi secara langsung oleh sikap independensi yang dimiliki oleh para auditor nya. Berdasarkan hasil analisa data, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Dengan demikian, agar perusahaan dapat tetap kompetitif dan mempertahankan kinerjanya ke depan maka perusahaan perlu mengutamakan faktor independensi baik dalam tata kelola perusahaan maupun unsur pembinaan dan manajemen kinerja para auditornya. Semakin tinggi komitmen seorang auditor terhadap organisasi tempat auditor tersebut bekerja maka kinerja yang dihasilkan akan semakin baik. Seorang auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memberikan kontribusi dan unjuk kerja yang optimal. Hasil penelitian komitmen organisasi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ketchand dan Strawser (2001) yang menguji berbagai dimensi dari komitmen organisasi menunjukkan adanya hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja. Studi Siders et al. (2001), dan Fernando et al. (2005) memberikan kesimpulan yang sama bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan mengkaitkan hasil penelitian ini terhadap objek penelitian, yaitu KAP Big Four yang berafiliasi di Indonesia, yang merupakan perusahaan multinasional dengan wilayah kerja mencakup berbagai negara, organisasi ini telah memiliki pengalaman yang sangat memadai dan memiliki sistem tata kelola yang mengutamakan nilai-nilai profesionalisme yang berbasis kerja12
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
tim (teamwork) dan berbagai kebijakan internal yang mencakup kompensasi baik yang bersifat materil maupun non-materil untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusianya. Dengan adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat komitmen organisasi terhadap kinerja auditor, maka perusahaan perlu mengutamakan upaya-upaya untuk meningkatkan komitmen organisasi para auditornya agar dapat mempertahankan kinerjanya dan tetap kompetitif di masa mendatang. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel pemahaman Good Governance tidak berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja auditor. Pembuktian tersebut memberikan
kesimpulan bahwa seorang auditor yang memiliki pemahaman good governance yang baik belum tentu dapat menjamin unjuk kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya. Temuan ini mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam tahapan auditnya tidak menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Secara implisit pemahaman good governance dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor tersebut selama tahapan audit menegakkan independensi auditor. Pada prinsipnya, good governance memang memegang peranan penting dalam tata kelola organisasi dan individu, namun kinerja auditor tidak sebatas dipengaruhi oleh pemahaman seorang auditor terhadap good governance. Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi secara langsung kinerja seorang auditor seperti kompetensi dan tingkat kognitif seorang auditor, motivasi kerja, sikap independen, integritas yang tinggi. Penelitian menunjukkan hasil bahwa seorang auditor yang mampu menjaga integritasnya dengan baik cenderung akan berdampak terhadap kinerjanya yang semakin baik. Setiap orang akan menghadapi perbedaan kondisi antara teori dan praktek lapangan. Pada situasi ini, seorang individu ada kemungkinan berhadapan dengan conflict of interest, dimana terkadang auditor dihadapkan pada pilihan sulit yang mampu menggoyahkan integritasnya sebagai seorang auditor. Pada kondisi ini, auditor perlu secara tegas menggunakan wewenangnya dan tetap berpegang teguh pada kode etik profesionalnya dalam menyelesaikan persoalan conflict of interest tersebut. 13
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Kode etik ini seperti sikap independensi, objektivitas dan mampu mempertahankan kerahasiaan klien. Dengan mempertimbangkan jenis pekerjaannya sebagai profesi auditor, kepercayaan publik merupakan salah satu faktor terpenting yang perlu dipertahankan oleh Perusahaan Akuntan Publik Big Four. Dalam hal ini agar tetap dapat dipercaya publik dan agar tetap dapat mempertahankan kinerjanya di masa mendatang KAP Big Four. perlu berupaya untuk mengasah integritas sumber daya manusianya, dimana hal ini dapat dilakukan dengan internalisasi nilainilai perusahaan dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebuah organisasi yang memiliki budaya organisasi yang baik, maka cenderung menciptakan perasaan nyaman bagi karyawan sehingga karyawan akan mampu berkinerja dengan baik. Budaya organisasi yang tertanam kuat dalam diri karyawan akan memberikan sugesti kepada karyawan untuk berperilaku positif untuk mencapai visi dan misi perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada karyawan itu sendiri. Karyawan akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, kemandirian dan mengagumi dirinya sendiri. Sifat-sifat ini akan dapat meningkatkan harapan karyawan agar kinerjanya semakin meningkat. Menurut Gudykunst dan Kim tiap individu dapat menjadi manusia antarbudaya yakni manusia yang memiliki kepekaan budaya, menghormati semua budaya, memahami apa yang orang lain pikirkan, rasakan dan percayai, serta menghargai perbedaan antar budaya atau dengan kata lain disebut kecakapan antarbudaya (intercultural competence). Hal tersebut menyebabkan pentingnya suatu strategi komunikasi dalam penyesuaian budaya, terutama pada perusahaan multi company yakni strategi komunikasi lintas budaya. Adanya perusahaan yang anggotanya terdiri dari dua budaya yang sangat berbeda, atau didirikan di lingkungan yang berbeda dengan budaya organisasi tersebut menjadikan strategi komunikasi lintas budaya merupakan hal yang vital bagi kelangsungan perusahaan. Efektifitas dan kelancaran suatu komunikasi di dalam sebuah perusahaan akan sangat mempengaruhi kinerja 14
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
perusahaan, seperti efisiensi waktu, hubungan kerja antar karyawan, menghindari konflik yang destruktif, suasana kerja yang nyaman, mampu meningkatkan produktifitas karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Henri (2006) yang mengadakan penelitian tentang budaya organisasional dan sistem pengukuran kinerja, dan penelitian yang dilakukan Boon dan Arumugam (2006) yang menunjukkan bahwa 4 dimensi budaya organisasi seperti kerja tim, komunikasi, penghargaan dan pengakuan, serta pelatihan dan pengembangan memiliki hubungan positif dengan komitmen pegawai yang nantinya akan mempengaruhi kinerja karyawan itu sendiri. Penelitian ini secara empiris memberikan bukti bahwa variabel etos kerja tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja auditor. Pembuktian tersebut memberikan kesimpulan bahwa seorang auditor yang memiliki etos kerja yang tinggi belum tentu dapat memberikan prestasi kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya. Dalam hal ini, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi secara langsung kinerja seorang auditor seperti kompetensi dan tingkat kognitif seorang auditor, motivasi kerja, sikap independen, gaya kepemimpinan, serta komitmen organisasi. Hal ini disebabkan karena profesi akuntan merupakan profesi yang membutuhkan keahlian khusus, sehingga etos kerja yang tinggi saja tidak cukup untuk dapat meningkatkan kinerja auditor. Perlu adanya pribadi-pribadi dengan kemampuan dan ketrampilan tinggi yang dipandang sebagai unsur penentu dalam meraih kesuksesan di berbagai bidang. Pribadi yang kompeten diharapkan selalu produktif dan memberi manfaat bagi orangorang yang berinteraksi dengannya. Dengan adanya era globalisasi,dimana persaingan dan arus informasi mengalir dengan cepat, masuknya berbagai perusahaan besar dan tenaga kerja profesional dari mancanegara serta timbulnya persaingan usaha yang sangat ketat maka organisasi harus bersikap proaktif dalam menetapkan strategi, antara lain dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama terkait dengan kemampuan dan ketrampilan karyawan, serta memperkuat motivasi dan gairah kerja. 15
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Etos kerja yang baik harus dipadu dengan kompetensi yang memadai, terutama mengingat akuntan sebagai profesi berkeahlian khusus. Kompetensi dan karakter harus saling mendukung, artinya keduanya harus dikembangkan secara optimal dan seimbang. Dalam hal ini etos kerja yang baik tanpa kompetensi tinggi menggambarkan pribadi saleh tetapi kurang berdaya dan berjaya, sebaliknya pribadi dengan kompetensi tinggi tetapi memiliki etos kerja rendah adalah orang pintar beretos kerja rendah. Fisher (2001) dalam penelitiannya berpendapat bahwa KAP dapat meningkatkan job performance dan job satisfaction auditor dengan mengurangi tekanan di lingkungan kerja profesional. Penelitian lainnya dilakukan oleh Frederick P. Morgeson, Kelly Delaney-Klinger dan Monica A. Hemingway (2005). Penelitian yang dilakukan oleh Morgeson et al menemukan bahwa otonomi kerja, kemampuan kognitif dan ketrampilan dalam bekerja berhubungan positif dengan kinerja. Jadi,dapat disimpulkan bahwa tidak hanya karakter pribadi yang mempengaruhi tindakan seseorang, tetapi kinerja juga dipengaruhi oleh keadaan eksternal pekerja.
V. Kesimpulan Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terdahulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor, dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
semakin
independen
seorang
auditor,
semakin
komit
ia
terhadap
organiasi&profesinya, semakin tinggi integritas yang dimilikinya, dan semakin baik & tinggi nilai budaya organisasi tempat ia melaksanakan tugas profesinya, maka semakin baik tinggi pula kinerja yang dapat dicapai oleh seorang auditor independen. 2. Bahwa good governanace secara persendirian tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja auditor sehingga baik atau kurangnya pemahaman auditor tentang good 16
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
governance tidak akan mempengaruhi secara langsung kinerja auditor pada perusahaan tersebut. Sebaliknya pemahaman good governance secara tidak langsung dan bersamasama dengan penegakan independensi, komitmen organiasi dan integritas yang dimiliki auditor akan berpengaruh kuat terhadap pencapaian kinerja yang baik dan tinggi dari seorang auditor yang independen. 3. Sama halnya dengan good governance, etos kerja secara langsung juga tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Sebaliknya realitas etos kerja secara tidak langsung dan bersama-sama dengan penegakan independensi, komitmen organiasi dan integritas yang dimiliki auditor akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja yang baik dan tinggi dari seorang auditor yang independen. Kesimpulan ini didukung oleh hasil analisis yang dilkakukan atas hipotesis ketujuh, di mana secara simultan/bersama-sama independensi auditor, komitmen organisasi, pemahaman good governance, integritas auditor, budaya organisasi, dan etos kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor. ===
Referensi Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Jurnal. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. SNA X. Makassar. Ayu,Hian. (2009). Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen organisasi, Gaya Kepemimpinan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Azad, Ali N. 1994. Time Budget Pressure and Filtering of Time Practices in Internal Auditing : A Survey. Managerial Auditing Journal. Vol.9, No.6 : 17-25 Boon, Ooi Keng. & Veeri Arumugam., 2006. The Influence of Corporate Culture on Organizational Commitment: Case Sudy of Semiconductor Organizations in Malaysia. Sunway Academic Journal 3: p. 99 – 115 Chaplin, J.P. 2001. Kamus Psikologi. ( Terjemahan: Kartono, K ). Pionir Jaya.Bandung. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Jurnal. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4, No. 2, November, 79 - 92.
17
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Fernando, J., Mulki, J.P., dan Marshall, G.W. 2005. A Meta-Analysis of The Relationship Between Organizational Commitment and Salesperson Job Performance. Jounal of Business Research, (58) : 705-714 Fisher, R.T. (2001). “Role Stress, the Tipe A Behavior Pattern, and External Auditor Job Satisfaction and Performance”. Behavioral Research In Accounting. Vol. 13. 143 Flamholtz, E., dan Narasimhan, R.K. 2005. Differential Impact of Cultural Elements on Financial Performance. European Management Journal, (23) : 50-64. Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang. Gibson James. L, Ivancevich John M dan Donnely James H, Jr. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Terjemahan. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Goleman, Daniel. 2000. Leadership That Gets Results. Havard Business Review. USA. March – April. Gudykunst, W.B. & Kim, Y.Y. (1997). Communicating with strangers: An approach to intercultural communication (3rd ed.). New York: McGraw-Hill. Henri, J. Francois. 2006. Organizational Culture and Performance Measurement Systems. Accounting Organizations and Society, (31): 77-103. Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1990. Measuring Organizational Culture: A Qualitative and Quantitative Study across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly. (35) : 286-316. Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty, Timothy J. 1995. Professionalism Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14. No. 1: 64-86. Kapler, Leora F. dan Love. 2002. Corporate governance, investor protection, and performance in emerging markets. World Bank Working Paper. http://ssrn.com. Ketchand, A.A. dan Strawser, J.R., 2001. Multiple Dimensions of Organizational Commitment: Implications for Future Accounting Research. Behavioral Researchin Accounting, Vol. 13: p. 221 – 251. Kreitner dan Kinichi. 1998. Organization Behavior. Irwin. McGraw-Hill, Boston. Kusnan, Ahmad 2004. Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja Dan Disiplin Kerja Dalam Menentukan Efektifitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya; Laporan Penelitian; http://www.damandiri.or.id/index.php [online : Monday, October 16, 2006, 6:03:24 PM]. Larkin, Joseph M. 1990. Does Gender Affect Internal auditors’ Performance ? The Women CPA, Spring : 20 – 24.
18
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi IX. Universitas Andalas, Padang. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Pertama. Refika Aditama, Bandung. Mautz, R.K. dan Sharaf, H.A. 1961. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Mawar, Siti. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi auditor terhadap kualitas audit Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Skripsi. Mayangsari,Sekar.2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset AKuntansi Indonesia. Vol.6 no 1: Hal 1-22. Morgeson, F.P., K. Delaney-Klinger and M. Hemingway, (2005). “The importance of job autonomy, cognitive ability, and job-related skill for predicting role breadth and job performance” Journal of Applied Psychology, 90:2, 399-406.
Mowday, R., Steers, R., and Porter, L. (1979). The measurement of organizational commitment. Journal of Vocational Behavior, 14, 224-247. Mulyadi. 2002. Auditing edisi ke 6. Salemba Empat. Jakarta. Nurchasanah dan WiwinRahmanti. 2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu KualitasAudit. Jurnal Akuntansi dan Manajemen STIE YKPN. Edisi Agustus : Hal 4760. Priyanti, Ana Siswardhani.2007. Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor terhadap kualitas audit di KAP Yogyakarta. Skripsi tidak ditebitkan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta. Rosmiani. 1996. Etos Kerja Nelayan Muslim Di Desa Paluh Sebaji Deli Serdang Sumatera Utara; Hubungan Antara Kualitas Keagamaan dengan Etos Kerja; Thesis; Kerjasama Program Pascasarjana Institut Agama Islam.Negeri Jakarta & Pascasarjana UI Jakarta. Satyo. 2005. Mendorong Good Governance dengan Mengembangkan Etika di Oktober: 39-42.
KAP.Media
Akuntansi.
Edisi
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill-Building Approach. Third Edition. John Wiley & Sons. Inc. New York.
19
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional; Navigator Anda Menuju Sukses; Grafika Mardi Yuana, Bogor. Somers, M.J. dan Birnbaum, Dee. 1998. Work-Related Commitment and Job Performance: It’s Also The Nature of The Performance That Counts. Journal of Organizational Behavior, (19) : 621-634. Sujarweni, V. Wiratna. 2007. Belajar Mudah SPSS Untuk Penelitian. Ardana Media. Yogyakarta. Sukriah,Ika. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Akuntansi & keuangan. Sunarsip, 2001. Corporate Governance Audit Paradigma Baru Profesi Akuntan dalam Corporate Governance. Media Akuntansi, Edisi 17, April-Mei, Tahun VIII.
Mewujudkan
Good
Susiana dan Arleen Herawati.2007. Analisis Pengaruh Independensi,Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 2628 Juli 2007. Trisnaningsih, S., 2003. Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor:Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Jurnal Riset akuntansi Indonesia, (6): 199-216. ______, 2004. Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat Dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, (7) : 108 – 123. ______, 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007. Yousef, A. Davish. 2000. Organizational Commitment: A Mediator of The Relationships of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in A Non-Western Country. Journal of Management Psychology, (15) : 6-28. ***
Penulis: Dr. H. Yuskar, SE, MA, Ak. adalah ketua Jurusan & Dosen Akuntansi FE UNAND, Padang. Hp. 085274538800. Email:
[email protected]. ***
20
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Lampiran-1 Tabel 4.18 Pengujian Hipotesis - Hasil Uji T Variabel
T tabel
T hitung
Sign. (p-value)
Kesimpulan
Independensi Auditor
2.05954
2.270
0.032
H1 diterima
Komitmen Organisasi
2.05954
4.614
0.000
H2 diterima
Pemahaman Good Governance
2.05954
2.019
0.054
H3 ditolak
Integritas Auditor
2.05954
2.305
0.030
H4 diterima
Budaya Organisasi
2.05954
4.219
0.000
H5 diterima
Etos Kerja
2.05954
2.042
0.052
H6 ditolak
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Tabel 4.19 Pengujian Hipotesis 7, Hasil Uji F ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 14,923 2,090 17,012
df 6 25 31
Mean Square 2,487 ,084
F 29,757
a. Predictors: (Constant), Etos_kerja, komitmen_organisasi, budaya_organisasi, integritas_auditor, independensi_auditor, pemahaman_good_governance b. Dependent Variable: Kinerja_auditor
21
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011
Sig. ,000a