Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
ADAPTASI METODE XEROVAC UNTUK PRESERVASI VIRUS GUMBORO HIDUP DI INDONESIA (The Adaptation of Xerovac Preservation Method of Biological Materials (Live Gumboro Viruses) in Indonesia) MOH. INDRO CAHYONO Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114
ABSTRACT The preservation of biologic materials such as viruses or bacteria is very important in diagnostic and laboratory works, since these materials are biologically easy to degradated. The classical biologic material drying and preservation method is the freeze drying method, where the liquid material must be frozen first in -70 °C (Snap) before dehydrated in drying process. This paper describes the adaptation of Xerovac preservation method in drying live isolat IBD 951 of Gumboro virus. Xerovac method does not need the snap process first, and live Gumboro virus are dryed directly through leveled dehydration process. We also found the formulation for virus drying before they were dryed with the Xerovac method. As a preservation indicator, two batches of isolate IBD 951 Gumboro virus are being tested with TCID method titration before and after lyophilized. The titration results for two batches of Gumboro virus before lyophilization were 104,5/ 50 µl and 105,5/ 50 µl and the titration results after lyophilization with Xerovac method were also 104,5 / 50 µl and 105,5/ 50 µl. The same results also showed for the titrations on 1 month, 3 month, and 6 months after lyophilization. These results indicate that lyophilized active Cumboro virus with Xerovac method are still stable for 6 months and did not degradated. Key words: Xerovac, Lyophilized, Freeze Dried, Gumboro Virus ABSTRAK Preservasi material biologis seperti virus ataupun bakteri sangat dibutuhkan dalam pekerjaan diagnostik dan laboratorium, karena materi ini mudah terdegradasi. Metode klasik pengeringan dan preservasi material biologis adalah metode kering beku (Freeze Dried ) yang mengharuskan obyek material dibekukan terlebih dahulu pada suhu -70°C (Snap) sebelum masuk ke proses pengeringan dengan dehidrasi. Tulisan ini menggambarkan adaptasi metode preservasi Xerovac untuk mengawetkan virus gumboro hidup isolat IBD 951. Metode Xerovac tidak memerlukan proses snap dan virus gumboro hidup langsung dikeringkan melalui proses dehidrasi bertingkat. Kami telah menemukan formulasi untuk pengeringan virus sebelum dikeringkan dengan metode Xerovac. Sebagai indikator keberhasilan preservasi virus gumboro isolat IBD 951 dilakukan titrasi terhadap 2 batch memakai metode TCID (Tissue Culture Infective Dose) sebelum dan setelah pengeringan. Data titrasi virus sebesar 104,5 /0,05 ml dan 105,5/0,05ml sebelum pengeringan, dan setelah pengeringan sebesar 104,5 /0,05 ml dan 105,5 /0,05 ml pada 1 hari,1 bulan,3 bulan, dan 6 bulan pascapengeringan. Data hasil titrasi menunjukan bahwa virus yang telah dipreservasi menggunakan metode Xerovac tetap bersifat stabil dan tidak mengalami degradasi. Kata Kunci: Xerovac, Freeze Dried, Virus Gumboro
PENDAHULUAN Material biologik seperti virus, vaksin, antigen, maupun antibodi pada umumnya berwujud cair serta memiliki sifat yang sangat labil dan mudah terdegradasi oleh suhu maupun lingkungan. Sehingga material biologik semacam ini harus dipreservasi dalam
wujud kering agar memiliki sifat stabil pada saat disimpan dan didistribusikan. Pengeringan konvensional pada umumnya mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas dan kerusakan terhadap material yang dikeringkan. Lyophilization atau kering beku (Freeze drying) adalah sebuah metode pengeringan yang secara signifikan mampu mengurangi
389
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
kerusakan terhadap material yang dikeringkan (MEYNHART, 1995). Definisi Lyophilization atau kering beku adalah sebuah proses pemindahan air dari produk yang berada dalam kondisi beku dan ditempatkan pada mesin vakum, sehingga terjadi perubahan langsung dari wujud es menjadi uap tanpa harus melewati wujud padat. Proses semacam ini merupakan gabungan dari tiga proses lain yang bersifat independen yaitu pembekuan (Freezing), pengeringan primer (Primary drying) atau sublimasi, pengeringan sekunder (Secondary drying) atau desorpsi (FDA, 1993). Semua material yang tidak mengalami kerusakan selama proses pembekuan umumnya dapat di kering bekukan sehingga akan menghasilkan produk akhir yang tidak memerlukan peyimpanan dalam refrigerator (kecuali untuk material seperti sel mamalia, yang dapat mengalami kerusakan total pada saat proses kering beku). Karena proses kering beku bersifat kompleks dan memerlukan banyak biaya, maka penggunaannya hanya dibatasi untuk bahan-bahan penting yang sensitif terhadap panas seperti vaksin, bahan-bahan farmasi, dan diagnostic (MEYNHART, 1995). Meskipun metode kering beku mampu memberikan perlindungan terhadap degradasi material sepanjang proses pembekuan dan pengeringan, tetapi sangat sulit untuk menghasilkan produk yang bersifat tahan panas atau thermotolerant, kecuali jika periode
kering beku diperpanjang menjadi 72 jam untuk menurunkan tingkat kelembaban residual hingga menjadi 1 - 2%. Pada umumnya, vaksin-vaksin yang telah diproduksi berwujud formulasi cair atau berwujud kering sebagai produk akhir proses kering beku. Vaksin cair tidak memiliki sifat thermostabil dan memerlukan penyimpanan pada suhu rendah. Pada Negara-negara berkembang penyimpanan pada suhu rendah masih sulit untuk dilaksanakan, sehingga vaksin seringkali terekspos pada suhu lingkungan yang berakibat pada turunnya potensi dan kualitas vaksin (JASON et al., 2002). WORRALL et al. (2001), berhasil mendemonstrasikan bahwa virus Rinderpest mampu dikeringkan dalam waktu satu jam dengan menambahkan trehalosa tanpa membutuhkan bahan pengawet konvensional dan tidak mengalami pengurangan potensi setelah di dehidrasikan selama satu jam dibawah pengaruh tekanan serta suhu yang tidak lebih dari 37°C. Pengujian terhadap produk akhir menunjukan bahwa proses pengeringan Xerovac mampu menghasilkan vaksin yang bersifat thermostabile, memiliki kemampuan untuk mentolerir suhu tinggi, serta mampu mempertahankan titer imun nya (WORRALL et al., 2001). Badan Pangan Dunia, Food and Agricultural Organization (FAO) pada tahun 2001 telah memutuskan untuk menggunakan teknologi Xerovac yang menggunakan
Tabel 1. Perbandingan ekonomis proses pengeringan kering beku dengan xerovac (Anhydro,diakses pada 6 September 2008) Karakterisasi
Kering beku
Metode Xerovac
Waktu pengeringan
48 jam
20 – 24 jam
Pemakaian listrik
Tinggi
Rendah
Biaya produksi
Tinggi
Rendah
Kelembaban residual
3–4%
1 – 1,5%
-20°C
4°C atau lebih tinggi
Stabilitas terhadap panas
Rendah
45°C/20 hari (turun = < 1,0 log)
Daya larut
Sedang
Sangat baik
Suhu penyimpanan
Daya hidup vaksin / batch
Sedang
Tinggi
Kerusakan kristalisasi
Sedang
Tidak ada
Toleransi daya listrik
Rendah
Tinggi
390
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
trehalosa untuk meningkatkan stabilitas vaksin pada suhu tinggi sehingga tidak lagi memerlukan penyimpanan pada suhu dingin (Cold Chain Storage) (FAO, 2001). Teknologi ini dikembangkan pada PANVAC (Pan African Vaccine Centre) di Ethiopia untuk menanggulangi wabah CBPP (Contagious Bovine Pleuro Pneumonia) pada sapi dan banteng (LUBROTH et al, 2007). Trehalosa adalah glukosa disakarida yang efektif untuk melindungi protein sepanjang periode pembekuan dan pengeringan pada proses Lyophilization dan mencegah kerusakan yang mampu merubah membran sel pada saat pendinginan. Sepanjang proses Lyophilization, trehalosa akan membentuk semacam lapisan kaca padat yang mampu melindungi sel, enzim, dan protein lain dari kerusakan yang diakibatkan oleh pembentukan es (PABLO, 2001). Proses dehidrasi cepat pengeringan vaksin serta pemakaian trehalosa konsentrasi tinggi dengan metode Xerovac menghasilkan vaksin CBPP yang mempunyai sifat toleran terhadap suhu dibandingkan dengan vaksin serupa yang dibuat memakai metode kering beku. Aplikasi dan pembuatan vaksin CBPP dengan menggunakan metode Xerovac lebih disarankan karena memiliki banyak keuntungan dalam proses pembuatannya (lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah untuk dioperasikan) jika dibandingkan dengan metode kering beku (LITAMOI et al., 2005) Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan efisiensi produk akhir pengeringan memakai metode Xerovac, yang dapat ditunjukkan dengan membandingkan antara titer virus Gumboro aktif isolat IBD 951 sebelum pengeringan dengan produk akhir selama 1 hari, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan pascapengeringan. Hasil akhir panelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif proses pengeringan material biologik yang lebih efektif, ekonomis, dibandingkan dengan metode kering beku konvensional serta mampu diterapkan di Indonesia. MTERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Pebruari 2007 di Laboratorium Virologi, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Bahan dan
material biologik yang digunakan adalah Virus Gumboro hidup isolat IBD 951, FBS (Fetal Bovine Serum), Larutan trehalosa dihydrat, Thiomersal, Vial gelas steril 3 ml dengan tutup butyl rubber stopper. Peralatan yang digunakan adalah mesin Freeze dryer merk Labconco Tipe Freezone 6 Liters Bench Top Freeze Dry Systems Serial no. 051045264, dan Mesin vakum merk BOC Edward Dump Type Model A 65401903 Pump Serial No. 056072631. Persiapan virus Gumboro Sel CEF (Chicken Embryo Fibroblast) yang sudah membentuk monolayer dikeluarkan dari flask (botol biakan jaringan), kemudian dibilas dengan PBS (Phospat Buffer Salin) steril yang mengandung Penisilin dan Streptomisin untuk membunuh bakteri serta mencegah kontaminasi pada media. Virus Gumboro diinokulasikan pada media sel CEF dan diinkubasikan pada suhu 37° C selama 30 menit. Setelah inkubasi selesai, ditambahkan media pemeliharaan yang mengandung FBS (Foetal Bovine Serum) 2,5% dan diinkubasikan kembali pada inkubator dengan kandungan CO2 5% dan suhu 37° C. Pengamatan terhadap sel CEF yang sudah diinokulasi virus Gumboro dilakukan setiap hari selama 5 hari. Pembuatan formula TR-17 dan persiapan pengeringan Hasil inokulasi virus Gumboro yang masih berwujud cair dicampur sama banyak dengan larutan trehalosa dihydrat 5% dengan perbandingan 1 : 1 dan FBS 1% ke dalam campuran. Hasil akhir pencampuran ini disebut cairan formula TR-17 dan dimasukkan masingmasing 1 ml kedalam vial gelas steril 3ml. Vial gelas steril yang telah terisi kemudian ditutup menggunakan Butyl rubber stopper steril dalam keadaan setengah terbuka dan ditempatkan pada rak khusus untuk dikeringkan. Proses pengeringan Proses pengeringan virus Gumboro hidup dikerjakan memakai mesin freeze dryer
391
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Labconco, dan mesin vakum BOC Edwards. Mesin freeze dryer dinyalakan dan dioperasikan secara manual, kemudian kondensor dinyalakan dan tunggu 10-15 menit sampai suhu ruang pendingin pada kondensor mencapai suhu -50°C. Mesin vakum dinyalakan dan diatur pada tekanan 0,850 mbar. Katup udara ruang vakum dikendalikan untuk menjaga cairan formula TR-17 dari proses dehidrasi awal. Primary drying Proses dehidrasi pertama dilakukan pada tekanan 0,850 mbar selama 10 menit. Proses dehidrasi 2 bekerja pada tekanan 0,520 mbar selama 10 menit. Proses dehidrasi 3 bekerja pada tekanan 0,310 mbar selama 30 menit. Secondary drying Proses Secondary drying sebagai proses dehidrasi akhir dilakukan pada tekanan 0,06 mbar selama 17 jam. Pengujian produk akhir Produk akhir eksperimen pengeringan virus hidup dengan metode Xerovac ini berupa virus Gumboro aktif yang telah berwujud kering, yang disimpan dalam vial gelas steril ukuran 3 ml. Pengujian dan perbandingan antara kandungan virus sebelum dan sesudah pengeringan dengan metode Xerovac dilakukan dengan menghitung TCID 50 (Tissue Culture Infective Dose) berdasarkan pada CPE (Cyto Phatic Effect) yang ditimbulkan oleh virus Gumboro hidup terhadap sel CEF (Chicken Embryo Fibroblast). Bahan yang akan diuji adalah 2 batch virus Gumboro yaitu batch I dan batch II dalam vial steril 3 ml sebelum pengeringan (masih berwujud cair) dan setelah pengeringan dengan metode Xerovac (dalam wujud kering). Produk virus Gumboro yang telah dikeringkan tersebut dilarutkan dengan menambahkan 1 ml larutan PBS (Phosphat Buffer Salin) ke dalam vial sampai material kering larut dan tercampur. Penghitungan TCID dilakukan menggunakan plate steril untuk titrasi jumlah lubang 8 × 12 dan diisi 50 µl sel CEF pada
392
setiap lubang. 10 lubang horisontal awal diisi dengan 50 µl Virus gumboro kemudian diencerkan dengan pengenceran 100 sampai 107 . Untuk setiap pengenceran dilakukan 10 kali replikasi. Sebagai kontrol digunakan 2 lubang berisi sel CEF tanpa diisi virus Gumboro. Plate titrasi diinkubasikan pada Inkubator bersuhu 37° C selama 1 jam. Setelah inkubasi selesai semua lubang dengan diisi dengan Growth Media DMEM kemudian diinkubasi kembali pada inkubator CO2 bersuhu 37° C selama 4 hari. Pengamatan keberadaan CPE dilakukan setiap hari, dan penghitungan akhir CPE dilakukan pada hari ke 4. Prosedur yang sama diterapkan untuk pengujian produk akhir Xerovac pada 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan pascapengeringan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum virus Gumboro hidup dikeringkan dilakukan penghitungan TCID 50 yang menunjukkan angka TCID 50 sebesar 104,5/50 µl (batch I) dan 105,5/50 ul (batch II). Setelah batch I dan II dikeringkan memakai metode Xerovac, material kering diencerkan kembali dengan menambah 1 ml PBS dan dilakukan titrasi kembali. Hasil titrasi bagi virus Gumboro hidup batch I dan batch II berumur 1 hari pascapengeringan menunjukan angka yang sama yaitu 104,5/50 µl (batch I) dan 105,5/50 ul (batch II). Penghitungan TCID 50 ini dilakukan sebagai quality control serta menentukan seberapa besar potensi material yang hilang selama proses pengeringan berlangsung (MARINER, 1997) yang akan menunjukan efektifitas proses pengeringan dengan metode Xerovac. Hasil titrasi menunjukan bahwa sama sekali tidak terdapat penurunan potensi bagi virus Gumboro hidup pascapengeringan dengan metode Xerovac seperti tampak pada Tabel 2. Proses preservasi virus hidup yang telah dilakukan sebelumnya adalah menggunakan metode kering beku (Freeze drying) seperti yang telah dilakukan oleh MARINER et al. (1990) dalam mengeringkan vaksin virus hidup Rinderpest yang mampu meminimalkan degradasi potensi vaksin menjadi hanya 0,3 – 1 log 10 TCID 50 pascapengeringan. Metode penyelamatan virus Gumboro hidup yang paling terbaru adalah dengan menggunakan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 2. Hasil titrasi virus Gumboro aktif sebelum dan sesudah dikeringkan dengan metode Xerovac (titer kandungan virus Gumboro hidup dalam log 10) Batch
Sebelum dikeringkan
1 hari pascapengeringan
30 hari pascapengeringan
90 hari pascapengeringan
180 hari pascapengeringan
I
104,5/50 µl
104,5/50 µl
104,5/50 µl
104,5/50 µl
104,5/50 µl
II
105,5/50 µl
105,5/50 µl
105,5/50 µl
105,5/50 µl
105,5/50 µl
sistem reverse genetic RNA polymerase II ( XIAOLE QI et al. 2007 ) dimana genom virus Gumboro dikloning menggunakan Cytomegalovirus enhancer dan beta chicken actin promoter dari vektor pCAGGS. Produk virus Gumboro hidup yang telah dikeringkan kemudian disimpan pada suhu 4ºC, untuk kemudian dilakukan titrasi ulang melalui prosedur yang sama pada masa pemyimpanan 1 bulan Penghitungan TCID virus Gumboro hidup yang telah dikeringkan dengan metode Xerovac dalam jangka waktu 30 hari (1 bulan), 90 hari (3 bulan), dan 180 hari (6 bulan) pascapengeringan. Hasil titrasi TCID seperti tampak pada Tabel 2 ternyata juga menunjukan angka yang sama seperti titer virus Gumboro hidup sebelum dikeringkan yaitu 104,5 / 50 µl bagi batch I dan 105,5 / 50 µl
bagi batch II. Pengeringan virus Gumboro hidup dengan metode Xerovac ternyata mampu mengawetkan, dan formulasi TR-18 yang dicampur dengan virus Gumboro hidup mampu melindungi material virus dari proses dehidrasi, dan tekanan osmotik yang terjadi saat proses pengeringan dilakukan. Data pada tabel 2 juga menunjukan bahwa virus Gumboro hidup yang telah dikeringkan akan efektif jika disimpan pada suhu 4º C karena tidak adanya penurunan potensi pada virus Gumboro batch I dan II yang telah dikeringkan dengan metode Xerovac dan disimpan pada suhu 4°C selama 6 bulan. Gambaran yang lebih sederhana mengenai stabilitas potensi virus Gumboro hidup yang diimpan pada suhu 4°C ditunjukan pada Gambar 1.
r Virus Gumboro dalam log 10
6 5 4 3 2
Gambar 1. TCID virus Gumboro hidup pascapengeringan dengan metode Xerovac
393
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Percobaan yang telah dilakukan sebelumnya mengenai efektifitas penyimpanan produk virus hidup yang telah dikeringkan sebagai vaksin telah banyak dilakukan. Virus hidup rinderpest yang dikeringkan dengan metode Freeze drying dan disimpan pada suhu -20° C mengalami penurunan titer TCID 50 dari 4,02 log 10 menjadi < 0,7 log 10 dalam masa 161 hari penyimpanan, dan pada penyimpanan di liquid nitrogen (-196° C) mengalami penurunan titer TCID50 dari 4,26 log 10 menjadi 3,44 log 10 pada masa penyimpanan selama 186 hari (DAS et al., 1996). WORRAL dan LITAMOI sendiri juga melakukan uji thermostability terhadap produk virus rinderpest kering yang mereka hasilkan melalui pengeringan dengan metode Xerovac. Mereka menyimpan produk virus rinderpest kering pada suhu 4° C selama 14 hari dan terdapat penurunan titer TCID 50 dari 4,97 log 10 menjadi 4,87 log 10, sementara terhadap virus PPR (Peste de Petits Ruminant) kering terjadi penurunan titer TCID 50 dari 5,4 log 10 menjadi 5,27 log 10 selama masa penyimpanan 14 hari (WORRALL et al., 2001). Percobaan adaptasi metode Xerovac untuk preservasi virus Gumboro hidup di Indonesia membuktikan bahwa virus Gumboro hidup mampu diawetkan menggunakan metode Xerovac serta mampu mempertahankan potensinya pada ruang penyimpanan bersuhu 4°C. Penemuan ini juga membuktikan kebenaran kesimpulan WORRALL et al. (2001) bahwa produk akhir dari pengeringan menggunakan metode Xerovac adalah material biologik, yang mempunyai kemampuan thermostabile atau mampu mempertahankan potensinya. Metode Xerovac ini dapat dijadikan alternatif utama selain proses kering beku (freeze drying) yang telah lama dikenal dan diterapkan di Indonesia, karena pengeringan memakai metode Xerovac mampu meningkatkan efisiensi proses produksi dengan cara lebih hemat waktu, energi listrik, biaya produksi serta mampu menghasilkan produk akhir yang lebih stabil terhadap suhu/thermostabile dan tidak memerlukan penyimpanan dalam freezer bersuhu -20°C seperti produk akhir yang memakai metode kering beku.
394
Penggunaan formula TR-17 sebagai formulasi utama pembuatan media konservasi virus Gumboro aktif juga terbukti mampu mempertahankan potensi biologik virus, karena tidak menunjukan adanya perubahan ataupun penurunan titer pada penyimpanan di suhu 4°C dalam waktu 1 hari, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan pascapengeringan memakai metode Xerovac. Kombinasi yang sesuai antara trehalosa dihydrat, thiomersal, FBS, dan virus Gumboro aktif isolat IBD 951 mampu melindungi material virus selama proses pembekuan berlangsung. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil tiga kesimpulan yaitu proses pengeringan material biologik seperti virus Gumboro hidup memakai metode Xerovac mampu di adaptasikan di Indonesia. Proses pengeringan memakai metode Xerovac terhadap virus Gumboro hidup isolat IBD 951 mampu menghasilkan produk akhir berupa virus Gumboro hidup yang bersifat thermostabile dan tidak memerlukan penyimpanan pada freezer bersuhu -20°C. Pemakaian formula TR-17 sebagai formulasi utama media konservasi virus Gumboro hidup isolat IBD 951 mampu melindungi virus dari degradasi akibat proses pendinginan. Suhu penyimpanan yang sesuai bagi virus Gumboro hidup isolat IBD 951 adalah pada suhu 4°C, yang mampu disimpan selama 6 bulan tanpa kehilangan potensi titer virusnya. SARAN Perlu dilakukan kajian lebih luas mengenai preservasi material biologik lain (vaksin, spesies virus lain, antigen, maupun antibodi) dengan menggunakan metode Xerovac. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai efektifitas dan efisiensi metode xerovac serta produk akhirnya dalam rangka pengembangan pembuatan vaksin di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Drh. Lies Parede, MSc. PhD., Drh. Harimurti dan saudara Kusmaedi atas kerjasamanya dalam penelitian ini.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
DAFTAR PUSTAKA DAS, A.K., B. SAHU, N.G. SAMAL, R.K. PATNAIK dan K.C. MISRA. 1996, Studies on the effect of storage of freeze dried tissue culture rinderpest vaccine in liquid nitrogen. Indian Vet. J. 73, 1996, 690 – 691. ANHYDRO. Advantages of xerovac technology. www.anhydro.co.uk. Diakses pada tanggal (6 September 2008). FAO. 2001. Toward sustainable CBPP control programmes for Africa. www.fao.org. diakses pada tanggal (3 September 2008). FDA. 1993. Guide to inspections of lyophilization of parenterals, food and drugs administration, Department of Health and Human Services, USA. JASON, R., M. CHRISTOPHER, S. WIETHOFF, L. JONES and C. R. MIDDAUGH. 2002. Lyophilization and the thermostability of vaccinnes. Cell Preservation Technology 1(2): 91 – 104. LITAMOI, J. K., G. AYELET and. M. RWEYEMAMU. 2005. Evaluation of the Xerovac Process for the preparation of heat Tolerant Contagious Bovine Pleuro Pneumonia (CBPP ) Vaccine. Vaccine Vol. 23. LUBROTH, J., M. RWEYEMAMMU M, G. VILJOEN, A. DIALLO, B. DUNGU and W. AMANFU. 2007. Veterinary vaccines and their use in developing country. Review of Science and Technology 26(1).
MARINER. 1997. The Use of Lyophilization in the Manufacture of Vaccines. Vaccine Manual, The Production and Quality Control of Veterinary Vaccines for Use in Developing Countries. Food and Agricultural Organization of the United Nations, Rome MARINER, J.C., J.A. HOUSE, A.F. SOLLOD, E. STERN, M.C. VAN DEN ENDE and C.A. MEBUS. 1990. Comparison of the effect of Various chemical stabilizers and lyophilization cycles on the thermostability of a vero cell adapted rinderpest vaccine. J. Vet. Microbiol., 21: 195 – 209. MENYHART, L. 1995. Lyophilization: Freeze Drying A Downstream Process. J. 2001. From Modelling to PABLO, Commercialization: Improving the Freeze Drying Proccess. Department of Chemical and Biological Engineering. University of Wisconsin, Madison. WORRALL, E., K. J. LITAMOI, B. SECK and A. AYTLET. 2001. Xerovac: an ultra rapid method for the dehydration and preservationb of live attenuated rinderpwest and peste des petits ruminants vaccines. Vaccine 19(7 – 8) : 834 – 839 XIAOLE QI, YULONG GAO, HONGLEI GAO, XIAOYUN DENG, ZHIGAO BU, XIAOYAN WANG, CHAOYANG FU and XIAOMEI WANG. 2007. An Improved Method for Infectious Bursal Disease Virus Rescue Using RNA Polymerase II System.
395