1
Pengembangan Model Implementasi Penyuluhan Pertanian Partisipatif Pada Kelompok Tani Pemula (kasus pada beberapa kelompok tani pemula di kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cilengkrang di Kabupaten Bandung ) Achmad Hufad dan Nataliningsih
ABSTRACT A current issue of ineffective extension programs has led to agreat number of novice farmers. Based on the issue, this present study is aimed at developing an appropriate model of participatory farming extension program for novice farmers in order to improve their welfare and group’s dynamic develpoment, focusing on extension phases and instructional management. Theoretical foundations for the study are participatory learning, adult learning, community development and empowerment, and agriculture extensions theories. In the testing of hypothesis, the study adopts a research and development method with a qualitative and quantitative approach. Data were collected by questionnaire, interview and documentary study. An experimental pilot study was conducted in Cileunyi Sub-district and followed by the main study in the districts of Rancaekek and Cilengkrang, two sub-districts in Bandung District. The subjects were two groups of novice farmers of 11 members respectively and randomly selected for experimental and control groups. T-test and testing of effectiveness are two techniques adopted to identify the model effectiveness.The finding shows that the application of a participatory farming extension model can improve : (1) farmers’ knowledge, attitudes, and skills, (2) their welfare, (3) group dynamics, and (4) possible program sustainability.The conclusions are as follows : (1) at exploratory stage, the adopted extension model was LAKU and it was not suitable to novice farmers, (2) the application of participatory farming extension model is guided by the curriculum and flexible when combined with adult learning concept, (3) the results of t-test show that there are significant correlations between learning principles, strategies, and phases, and the roles of learning resources, learners, group dynamics, and program continuity, and the improvement of farmers’ knowledge, attitudes, skills, and welfare. The model is effective in developing novice farmer groups as indicated by the increased group status score of 277,5 which makes them advanced class of farmer groups. Keywords : participatory farming extension program, Conceptual Model, LAKU System . Latar belakang dan masalah Berdasarkan hasil observasi lapangan di Kabupaten Bandung jumlah kelompok tani pemula mencapai 50,37 % (1314 kelompok), kelompok tani lanjut 37,28% (972 kelompok), kelompok tani madya 8,04 % (209 kelompok), dan kelompok tani utama
2
4,06 % (105 kelompok) (Rohkedi, 2005). Tingginya jumlah kelompok tani pemula merupakan permasalahan di lapangan. Hasil wawancara menunjukan bahwa, proses penyuluhan yang dilakukan pada kelompok tani pemula kurang efektif karena tingkat kehadirannya sangat rendah, bahkan sering terjadi pada saat jadwal penyuluhan yang hadir hanya ketua kelompok sehingga proses penyuluhan hanya bersifat informasi. Dari informasi di atas, timbul suatu permasalahan “ bagaimanakah implementasi penyuluhan di tingkat kelompok tani pemula yang justru lebih membutuhkan pembinaan dari para Penyuluh Pertanian dalam rangka peningkatan usaha taninya yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan hidupnya”. Dari rumusan rmasalah ini, dapat diuraikan beberapa
fokus
permasalahan yang diteliti : 1.
Bagaimanakah kondisi obyektif model penyuluhan pertanian yang ada di lapangan selama ini ?
2.
Bagaimanakah Model Implementasi Penyuluhan Pertanian Partisipatif yang tepat yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran kelompok tani pemula ?
3.
Bagaimanakah
efektifitas
model
implementasi
Penyuluhan
Pertanian
Partisipatif dalam pembinaan kelompok tani pemula ? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan : 1.
Mendeskripsikan kondisi obyektif model penyuluhan yang ada dilapangan .
2. Mendapatkan gambaran umum tentang model penyuluhan pertanian partisipatif yang sudah diuji coba dan hasilnya siap disosialisasikan. 3. Mendeskripsikan efektifitas model Implementasi Pertanian Partisipatif dan analisis uji t setelah model diimplementasikan. Kerangka Teori Menurut Knowles (1980), konsep belajar orang dewasa dilandasi oleh empat hal yaitu: konsep diri, pengalaman hidup, kesiapan diri untuk belajar dan orientasi belajar yang selalu disesuaikan dengan minat dan kebutuhannya. Menurut Sudjana
3
(2005), Secara psikologis, orang dewasa dalam kapasitasnya sebagai warga belajar dicirikan oleh : 1) motivasi rendah dalam menghadiri pengajaran terutama dalam ruang kelas, 2) rendah diri atau tidak berdaya, 3) cepat patah semangat, 4) sikap hormat yang berlebihan pada guru dan 5) rasa tidak percaya akan nilai-nilai praktis. Pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2005), berdasarkan kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta didik, berangkat dari pengalaman belajar. Tahapan pembelajaran partisipatif adalah : 1)Tahap pembinaan keakraban, 2) Tahap identifikasi kebutuhan, 3) Perumusan rencana belajar, 4) Penyusunan program kegiatan belajar, 5) Pelaksanaan kegiatan belajar, 6) Penilaian proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Sedangkan ciri-ciri partisipasi menurut Sastroputro (1999) masyarakat haruslah bersifat : partisipasi haruslah bersifat terbuka, berbagai issue masalah haruslah disajikan dan dibicarakan secara jelas dan obyektif. Menurut Iskandar J., (2001), pembangunan masyarakat desa merupakan suatu proses, yaitu dari suatu tahapan atau kondisi kepada tahapan atau kondisi berikutnya. Pembangunan masyarakat pertanian diartikan sebagai pembangunan pertanian yang memihak petani. Menurut Herawati dan Junanto (2003), dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat pertanian memerlukan berbagai perangkat material dan non material terutama keberanian untuk memihak. Elemen terpenting adalah elemen pemberdayaan sumber daya manusia petani yang menempati posisi sangat strategis yaitu berperan sebagai pelaku utama dan subyek pembangunan ( prime mover to development). Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai : ”Cara-cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya ”. Metode penyuluhan menggunakan metode kelompok, dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, peranan kelompok menurut Mardikanto (1993) dapat dipandang dari tiga sisi yaitu : kelompok sebagai media perubahan, kelompok sebagai target atau sasaran perubahan, kelompok sebagai agen perubahan. Sedangkan Soekamto (2003), menjabarkan tiga fungsi kelompok antara lain 1) fungsi kelompok bagi individu , 2) fungsi bagi organisasi dan 3) fungsi bagi
4
masyarakat. Menurut Vitalaya A., Prabowo dan Wahyudin (1992), prinsip-prinsip penyuluhan pertanian yang dapat dianggap sebagai pegangan kerja adalah : 1) diselenggarakan berdasarkan keadaan dan fakta nyata, 2) Arah kegiatan adalah ditujukan kepada seluruh keluarga tani di pedesaan, 3) dilakukan atas dasar kepentingan dan kebutuhan sasaran, 4) pendidikan yang bersifat demokrasi 5) kerja sama dengan penelitian dan lembaga pendidikan, 6) Rencana kerja penyuluhan pertanian disusun berdasarkan kenyataan yang ada dilingkungan petani, 7) Penyuluh Pertanian harus bersifat luwes, dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi sasaran, 8) Media demonstrasi merupakan media yang paling ampuh untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan petani, 9) Dalam penyuluhan pertanian hanya dikenal satu kriteria penyuluhan, yaitu penyuluhan pertanian, 10) Evaluasi hasil penyuluhan pertanian harus didasarkan atas perubahan-perubahan dalam bentuk kegiatan usaha tani. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu penelitian eksplorasi dan penelitian eksperimen. Uji coba penelitian eksperimental dilakukan di Kecamatan Cileunyi dan dilanjutkan dengan penelitian utama di lakukan di Kecamatan Rancaekek dan Cilengkrang yang merupakan wilayah Kabupaten Bandung. Sebagai sampel penelitian diambil secara random kelompok tani pemula yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan masing-masing sebanyak 11 orang petani pemula. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan dilanjutkan uji efektifitas untuk mengetahui keberhasilan model. Hasil Dan Pembahasan 1) Kondisis Obyektif Penyuluhan di lapangan Hasil observasi lapangan
menunjukkan bahwa kemampuan pengetahuan
kelompok petani pemula adalah rendah yaitu pengetahuan yang diperoleh secara
5
turun temurun terutama bercocok tanam padi, dan beberapa palawija yaitu jagung, singkong dan ubi jalar. Lahan yang rata-rata sempit 0,25 – 0,5 Ha merupakan alasan untuk tidak mempelajari pengetahuan budidaya yang lain karena lahan tersebut sumber kehidupan keluarganya. Sistem penyuluhan yang dilaksanakan adalah sistem LAKU atau Latihan dan Kunjungan, sistem ini efektif bagi kelompok tani lanjut, madya maupun utama karena mereka lebih bersifat terbuka, membutuhkan kehadiran Penyuluh Pertanian untuk membantu dalam pengembangan usaha pertanian serta memanfaatkan modal secara optimal. Sistem LAKU ini
kurang efektif bagi kelompok tani pemula,
karena kelompok tani pemula bersifat kurang terbuka atau tertutup sehingga sistem penyuluhannya hanya bersifat informasi. 2) Model konseptual Hasil analisis SWOT terhadap kinerja penyuluh yang terdiri dari pengetahuan dan ketrampilan penyuluhan partisipatif hasil pelatihan, kemudahan implementasi penyuluhan pertanian partisipatif menunjukkan masih adanya kelebihan, kekurangan, peluang, maupun ancaman
yang dapat ditingkatkan yang di jadikan masukan
dalam menyusun strategi untuk pengembangan model. Model diseminarkan untuk memperoleh masukan dalam perbaikan model atau revisi model sehingga diperoleh pengembangan model konseptual.
Model yang telah diperoleh
diuji coba di
Kecamatan Cileunyi yaitu pada kelompok tani Tani Makmur sebagai kelompok perlakuan dan kelompok tani Mekar Rahayu sebagai kelompok kontrol. Dari pelaksanaan uji coba model akan diperoleh model yang siap dieksperimenkan. Model dieksperimenkan di Kabupaten Bandung yang
mempunyai geografi,
sosial budaya yang sama, dan usaha tani yang sama dengan lokasi uji coba. Pelaksanan eksperimen I, di Kecamatan Rancaekek dengan kelompok tani Sukamanah II sebagai kelompok perlakuan dan kelompok tani Saluyu sebagai kelompok kontrol. Pelaksanaan eksperimen II, di Kecamatan Cilengkrang, yaitu pada kelompok tani Cilaga Girang sebagai kelompok perlakuan, dan Gumbira Mekar sebagai kelompok kontrol. Gambaran model yang telah dieksperimenkan dan siap disosialisasikan adalah :
6
Lembaga BBDAH, Lembaga Pendidikan
PPl bersertifikasi Penyuluhan Pertanian Partisipatif
kerja sama dengan Dinas pertanian, BPP
Kurikulum Penyuluhan Pertanian Partisipatif
Tahapan penyuluhan 1.Identifikasi Masalah 2. Penyusunan rencana 3.Diskusi simulasi 4. Pelaksanaan kegiatan 5.Evaluasi hasil 6. Penyusunan laporan 7.Pembelajaran bagi petani lain 8. Penerapan hasil 9. Diskusi RTL
Sarana prasarana
Peningkatan kemampuan PPL
Implementasi pada Kelompok Tani Pemula
Proses Penyuluhan Pertanian Partisipatif berdasar pada :Prinsip pembelajaran, Strategi pembelajaran, Tahapan pembelajaran, Peranan sumber belajar, Peranan warga belajar, Dinamika kelompok dan Keberlanjutan program
Kesadaran berpartisipasi : Kebutuhan, minat, harapan
Petani aktif berkelompok, perkembangan dinamika kelompok
Peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani
Peningkatan kesejahteraan petani
Peningkatan status klas kelompok
Gambar 1. Model Implementasi Penyuluhan Pertanian Partisipatif Berdasarkan model tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan penyuluhan pertanian partisipatif dilakukan dengan mengikuti kurikulum yang fleksibel, dikelola dengan mengikuti prinsip pembelajaran bagi orang dewasa, sehingga pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan petani dan dapat menimbulkan motivasi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.
7
3) Hasil Analisis Efektifitas Model dan Uji t Analisis uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi model terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani. Hasil analisis uji t pada penelitian eksperimen di kecamatan Rancaekek : Tabel 1. Hasil uji t terhadap data pretest dan postest di Kecamatan Rancaekek
Kelom pok K1 – E 1
dk
α
D 0,7273
10
K1 – K2
1
E1 – E2 K2 –E2
t hitung
t tabel
Kesimpulan
0,95
0,0139
±2,22
Tidak signifikan
10
0,95
-0,0266
±2,22
Tidak signifikan
-247,4545
10
0,95
-8,6087*
±2,22
Signifikan
-250,3636
10
0,95
-10,6486*
±2,22
Signifikan
Keterangan : K1 : nilai pretest kelompok kontrol K2 : nilai postest kelompok kontrol E1 : nilai pretest kelompok perlakuan E2 : nilai postest kelompok perlakuan *) Berbeda nyata pada taraf 95 % Peningkatan pengetahuan sikap dan ketrampilan yang berbeda merupakan hasil implementasi model penyuluhan pertanian partisipatif. Kemampuan ketrampilan ditunjukkan mampu beternak bebek, membuat kompos dengan menggunakan mikroba lokal dan mengolah telur asin bakar. Uji lanjut yang dilaksanakan adalah uji efektifitas model yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan model dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, yang menunjukkan keberhasilan model dalam mencapai tujuan. Hasil uji efektifitas model secara keseluruhan adalah : Tabel 2. Hasil uji efektifitas model di Kecamatan Rancaekek Variabel Efektifitas
Prinsip pembelajaran 97,73 %
Strategi pembelajaran 96,60%
Tahapan pembelajaran 94,77%
Peranan sumber belajar 96,36 %
Peranan warga belajar 95,00 %
Dinamika kelompok
Keberlanjutan program
97,50 %
94,55%
8
Dari data diatas dapatlah dikatakan bahwa implementasi model, efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, peningkatan dinamika kelompok ditunjukkan terjadinya peningkatan klas kelompok tani menjadi klas kelompok tani lanjut dengan nilai 277,5 poin.\ Eksperimen ke II, dilaksanakan di Kecamatan Cilengkrang, dengan hasil analisis uji t sebagai berikut : Tabel. 3. Hasil uji t terhadap data prestest dan postest di Kecamatan Cilengkrang
Kelom pok
dk
α
t hitung
t tabel
Kesimpulan
D
K1 - E 1
-9,5454
10
0,95
-1,4721
±2,22
Tidak signifikan
K1 – K2
-1,0909
10
0,95
-0,1400
±2,22
Tidak signifikan
E1 – E2
-228,2727
10
0,95
-12,8430*
±2,22
Signifikan
K2 –E2
-231
10
0,95
-15,0094*
±2,22
Signifikan
Keterangan : K1 : nilai pretest kelompok kontrol K2 : nilai postest kelompok kontrol E1 : nilai pretest kelompok perlakuan E2 : nilai postest kelompok perlakuan *) Berbeda nyata pada taraf 95 % Implementasi model penyuluhan pertanian partispatif yang secara signifikan dapat
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan kelompok tani.
Kemampuan ketrampilan ditunjukkan mampu membuat agen hayati, pengendalian hama terpadu, mengolah abon jantung pisang maupun abon sukun, dan membuat kompos dengan mikroba EM 4. Kegiatan ini telah dilakukan secara berkelompok maupun mandiri, dengan pengelolaan pemasaran secara berkelompok untuk mengurangi biaya pemasaran, sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Uji lanjut yang dilaksanakan adalah uji efektifitas model yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan model dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, yang menunjukkan keberhasilan model dalam mencapai tujuan implementasi model. Hasil uji efektifitas model secara keseluruhan adalah :
9
Tabel 4. Hasil uji efektifitas model di Kecamatan Cilengkrang Variabel Efektifitas
Prinsip pembelajaran 93,18 %
Strategi pembelajaran 96,14%
Tahapan pembelajaran 91,14%
Peranan sumber belajar 96,82 %
Peranan warga belajar 86,67 %
Dinamika kelompok
Keberlanjutan program
92,50 %
91,59%
Dari data diatas dapatlah dikatakan bahwa implementasi model, efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani yang ditunjukkan telah mulai dirintis usaha pengolahan abon jantung pisang dan abon sukun, pembuatan insektisida alami, pengolahan kompos dengan menggunakan mikroba EM 4 serta melaksanakan pengendalian hama terpadu. Peningkatan dinamika kelompok ditunjukkan terjadinya peningkatan klas kelompok tani menjadi klas kelompok tani lanjut yang menunjukkan telah terjadinya perubahan dinamika kelompok yang merupakan hasil dari implementasi model penyuluhan pertanian partisipatif. 4) Temuan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani pemula mencapai 50,37 % atau 1314 kelompok tani, yang artinya tingkat kemampuan kelompok dalam menjalankan peran dan fungsinya tergolong rendah atau belum optimal. Kenyataan di lapangan rendahnya kemampuan kelompok berkaitan dengan kurang keterlibatan mereka dalam mengikuti aktivitas kegiatan kelompoknya. Pendidikan Penyuluh Pertanian adalah minimal D III, bahkan dari berbagai bidang ilmu, kemampuan mengatasi masalah pertanian yang dilakukan selama ini dapat dilaksanakan karena mereka telah banyak memperoleh pengalaman selama di lapangan. Temuan model penyuluhan pertanian partisipatif yang diimplementasikan pada kelompok tani pemula dilakukan berdasarkan kurikulum yang fleksibel berdasarkan pembelajaran partisipatif bagi orang dewasa. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi penyuluhan pertanian partisipatif dilakukan melalui proses pembelajaran, sebagai sumber belajar adalah Penyuluh Pertanian yang telah mengikuti pelatihan penyuluhan pertanian partisipatif.
10
5) Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian meliputi : (1)
Hubungan antara proses penyuluhan pertanian partisipatif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kelompok tani pemula dan dampak pembelajaran. Keadaan awal petani: pengetahuan, sikap, ketrampilan rendah, turun temurun,
terutama bercocok tanam padi, palawija, ternak kambing, dengan mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian partisipatif yang menggunakan konsep pemebelajaran orang dewasa memberikan hasil peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani yang ditunjukkan dengan kemampuan :1).Membuat kompos 2).Usaha ternak bebek 3).Membuat agen hayati 4).Pengendalian hama terpadu
5).Pengolahan
hasil
pertanian. Sedangkan dampak penyuluhan pertanian partispatif adalah peningkatan usaha tani ditunjukan adanya kegiatan tambahan yang dilakukan terus menerus yaitu merintis ternak bebek dan pengolahan hasil pertanian. (2)
Dampak penyuluhan partisipatif terhadap perkembangan kesejahteraan petani
Keadaan awal, motivasi hadir rendah hanya 2-4 orang, kurang aktif dalam diskusi, hanya melakukan kegiatan yang diperoleh secara turun temurun, setelah mengikuti penyuluhan pertanian partisipatif terjadi perubahan yaitu peningkatan kesejahteraan petani yang meliputi 1) Kemampuan membelajarkan orang lain, 2) Kemampuan adanya kegiatan tambahan yang dilakukan terus menerus, kegiatan tambahan yang meliputi rintisan usaha ternak bebek 3) Peningkatan hubungan sosial 4) Peningkatan pendapatan karena adanya tambahan kegiatan yaitu peningkatan pendapatan dari usaha ternak bebek, pengolahan telur asin bakar, pengolahan abon jantung pisang dan abon sukun. (3)
Dampak penyuluhan pertanian partisipatif terhadap perkembangan dinamika kelompok tani dan keberlanjutan program penyuluhan
Dampak perkembangan dinamika kelompok yang ditunjukan peningkatan status kelompok menjadi klas kelompok lanjut yang dinilai dari poin: 1)Kemampuan kelompok dalam perencanaan, 2) Kemampuan melaksanakan pemupukan modal, 3)
11
Kemampuan pengetahuan tentang perkoperasian
dan kewirausahaan dan
Kemampuan melakukan produktivitas dalam pengembangan usaha.
4)
Sebagai
gambaran hubungan antara input, proses, output dan dampak penyuluhan pertanian partisipatif adalah sebagai berikut :
Keadaan awal kelompok tani klas pemula
IMPLEMENTASI MODEL PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF
Dampak perkembangan dinamika kelompok yang ditunjukan peningkatan status kelompok menjadi klas kelompok lanjut yang dinilai dari poin : 1. 2.
3. 4.
Kemampuan kelompok dalam perencanaan Kemampuan melaksanakan pemupukan modal Kemampuan pengetahuan tentang perkoperasian dan kewirausahaan Kemampuan melakukan produktivitas dalam pengembangan usaha
Hasil : peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani yang ditunjukkan dengan kemampuan : 1. Membuat kompos organik, 2. Usaha ternak bebek, 3. Membuat agen hayati, 4. Pengendalian hama terpadu dan 5. Pengolahan hasil pertanian
Dampak peningkatan kesejahteraan petani meliputi : 1.
2.
3. 4.
Kemampuan membelajarkan orang lain Kemampuan adanya kegiatan tambahan yang dilakukan terus menerus Peningkatan hubungan sosial Peningkatan pendapatan karena adanya tambahan kegiatan
taninya. Keberlanjutan program penyuluhan ditunjukan tersusunya RKPD (Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa) dan kemampuan petani mengimplementasikan sendiri tahapan “Penyuluhan Pertanian Partisipatif “
Gambar 2. Hubungan input, proses, hasil dan dampak penyuluhan pertanian partisipatif 4.6 Implikasi Teoritis dan Praktis Implikasi teoritis menunjukkan bahwa secara konsisten pembelajaran partisipatif mengikuti prinsip pembelajaran bagi orang dewasa, menggunakan strategi pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa, menggunakan tahapan pembelajaran bagi orang dewasa, mengoptimalkan peranan sumber belajar, melibatkan warga belajar, mengembangkan dinamika kelompok serta membina keberlanjutan program penyuluhan.
12
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah a) sosialisasi program kegiatan penyuluhan sangat diperlukan bagi orang dewasa, dengan mengetahui tujuannya maka orang dewasa termotivasi untuk hadir dalam kegiatan belajar, b) identifikasi masalah sebagai awal pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan untuk menghasilkan permasalahan yang sesuai kebutuhan dan sangat membutuhkan pemecahan, c) teknik Q sort sederhana dapat diterapkan untuk belajar identifikasi masalah dan mempermudah pemilihan masalah kelompok, d) kebutuhan yang berangkat dari pengalaman merupakan konsep belajar orang bewasa, e) proses pembelajaran bagi orang dewasa membutuhkan pendekatan yaitu pendekatan konsep dan pendekatan aktualisasi diri, f) tahapan pembelajaran harus tergambar dengan jelas, g) pelibatan warga belajar merupakan motivasi belajar bagi orang dewasa. Kesimpulan Dan Rekomendasi Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Sistem penyuluhan yang ada dilapangan adalah sistem LAKU, sistem ini kurang efektif diterapkan bagi kelompok tani pemula. 2. Model yang direkomendasikan adalah Model Penyuluhan Pertanian Partisipatif yang diimplementasikan mengikuti tahapan yang jelas dengan kurikulum yang fleksibel dan menggunakan konsep pendidikan orang dewasa. 3. Model Penyuluhan Pertanian Partisipatif, signifikan dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan kelompok tani dan
efektif
mengembangkan dinamika kelompok tani yang ditunjukkan kenaikan klas kelompok menjadi kelompok tani Lanjut dengan nilai 277,5 poin. Rekomendasi dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penyuluh Pertanian lapangan dapat mengimplementasikan model ini dengan mengikuti tahapan dan kurikulum yang fleksibel 2. Bagi lembaga BBDAH, disarankan mensosialisasikan model ini melalui pengembangan materi Training of Trainer bagi Penyuluh Pertanian.
13
3. Bagi peneliti
yang lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan
mengimplementasikan
pada
kelompok
masyarakat
yang
lain
atau
menggunakan metode penelitian yang lain, misal Action Research. 4. Bagi praktisi Pendidikan Luar Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan
pembangunan
masyarakat berbasis
partisipatif. Daftar Pustaka Herawati dan Junanto,2003, Pemberdayaan Masyarakat Daerah : Tantangan Dalam Mengelola Sumberdaya Manusia di Era Otonomi daerah, Jakarta : Journal Good Govermence, vol.2 Maret 2003, STIA LAN. Iskandar J., 2001, Pemberdayaan Masyarakat, Bandung : Lembaga Administrasi Negara. Knowles, M.S.,1980, The Modern Practise Of Adult Education : From Pedagogy to Andragogy, Chicago : Follet Publishing Company. Mardikanto T., 1990, Pembangunan Pertanian, Surakarta : Tri Tunggal Tata Fajar. Rokhedi, 2005, Identifikasi Status Kelompok Tani di Kabupaten Bandung, Bandung : BBDAH Kayuambon Lembang. Sastropoetro, 1999, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni. Soekamto S., 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali. Sudjana, D.2000, Strategi Pembelajaran, Bandung : Falah Production. Sudjana, D., 2005, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production . Vitalaya A., Prabowo T., Wahyudin R., 1992, Penyuluhan Pembangunan Di Indonesia Menyongsong Abad 21, Bogor : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Penulis Nataliningsih, Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana (S3) jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Pendidikan Indonesia. Achmad Hufad, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia.