PENILAIAN HARGA SAHAM SUBSEKTOR PERBANKAN DALAM INDEKS LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (PERIODE AGUSTUS 2014-JANUARI 2015)
Rahma Dinda Dwi Putri1), Nadya Moeliono2) Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom Email :
[email protected]),
[email protected]) ABSTRAK Industri perbankan merupakan salah satu industri yang sahamnya sangat diminati oleh masyarakat yang akan berinvestasi di pasar modal. Beberapa bank besar juga masuk ke dalam kategori saham unggulan LQ 45 yaitu merupakan kumpulan dari 45 saham dari perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai wajar dari saham perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 periode Agustus 2014-Januari 2015 dan mengetahui apakah saham-saham tersebut dinilai overvalued, undervalued, atau fair. Metode penilaian harga saham yang digunakan adalah Dividend Discount Model (DDM) model pertumbuhan konstan yang mencakup perhitungan Dividend Per Share (DPS), Expected Growth (g) dan Required Rate of Return (k). Berdasarkan hasil penelitian ini semua saham subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 periode Agustus 2014 – Januari 2015 dinilai overvalued atau terlalu mahal. Kata kunci : Penilaian Harga Saham, Dividend Discount Model, overvalued, undervalued, fair. ABSTRACT The banking industry is one of the industry whose shares are in great demand by the people who will invest in the capital market. Several large banks are also entered into the category of leading shares LQ 45 that is a collection of 45 stocks of companies that have high levels of liquidity and high market capitalization. The purpose of this study was to determine the fair value of banking shares included in the index LQ45 period August 2014-January 2015 and determine whether stocks are considered overvalued, undervalued, or fair. Share price valuation method used is the Dividend Discount Model (DDM) constant growth model that includes calculations Dividend Per Share (DPS), Expected Growth (g) and Required Rate of Return (k). Based on these results all the banking sub-sector shares included in the index LQ45 period August 2014 - January 2015 rated overvalued or too expensive. Keywords: Stock Valuation, Dividend Discount Model, overvalued, undervalued, fair.
1
1.1.Pendahuluan Industri perbankan merupakan salah satu industri yang sahamnya sangat diminati oleh masyarakat yang akan berinvestasi di pasar modal. Tidak hanya diminati oleh investor lokal bahkan saham industri perbankan juga sangat diminati investor asing.Hal ini didorong oleh terus meningkatnya kinerja bank-bank BUMN setelah penawaran umum perdana. Kinerja saham BUMN khususnya perbankan tumbuh pada kisaran 15% sampai dengan 25% melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (Mustafa Abubakar, 2010). Berdasarkan data statistik bursa, dapat diketahui bahwa baik dari segi kapitalisasi pasar maupun nilai transaksi perdagangan saham, saham sektor keuangan berada di posisi pertama.Tak heran jika saham sektor keuangan saat ini masih sangat digemari investor untuk terus diperdagangkan setiap harinya di lantai bursa.Apalagi ada beberapa saham sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang tinggi, seperti saham perbankan.Besarnya nilai transaksi saham sektor keuangan juga didominasi oleh empat saham besar perbankan.Keempat saham tersebut masih tercatat paling sering diburu investor hingga bulan Maret 2015 (sumber: www.infobanknews.com diakses pada tanggal 6 Mei 2015 pukul 11.00 WIB). Beberapa bank besar juga masuk ke dalam kategori saham unggulan LQ 45 yaitu merupakan kumpulan dari 45 saham dari perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Berdasarkan daftar indeks LQ45 yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode perdagangan Agustus 2014 – Januari 2015 terdapat enam bank besar yang termasuk dalam daftar tersebut yaitu Bank Central Asia (kode saham: BBCA), Bank Negara Indonesia (kode saham: BBNI), Bank Rakyat Indonesia (kode saham: BBRI), Bank Tabungan Negara (kode saham: BBTN), Bank Danamon
(kode saham: BDMN)), dan Bank Mandiri (kode saham: BMRI)
(sumber: http://www2.idx.co.id/SecondaryMenu/FAQ/tabid/105/ Default.aspx diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 14.00 WIB). Donny Susatio Adjie, Head of Institutional Marketing PT DanareksaInvestment Management, membenarkan investor lebih menyukai reksadanasaham dengan underlying asset saham LQ45. Menurutnya investor masihtrauma dengan kejadian reksadana saham 2
yang memiliki underlying asset diluar saham LQ45 yang nilai dana kelolaannya turun drastis
dan
tidakmemberikan
imbal
2008(sumber:www.indonesiafinancetoday.com,
hasil Reksa
akibat Dana
krisis Saham
pada Masih
AndalkanLQ45 diakses pada 14 Maret 2015 pukul 15.00 WIB). Akan tetapi masuknya saham-saham industri perbankan tersebut ke dalam daftar saham indeks LQ 45 tidak dapat menjamin besarnya keuntungan yang akan diperoleh para investor. Hal ini dikarenakan pergerakan saham yang fluktuatif di pasar modal sulit untuk ditebak. Untuk itu, para investor perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.Karena pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko. Oleh karena itu sebaiknya para investor terlebih dahulu mencari informasi mengenai perusahaan yang menerbitkan saham dan melakukan analisis yang diperlukan untuk menilai saham yang akan dibeli atau dijual sehingga dapat melakukan keputusan investasi yang tepat. Salah satu analisis yang dilakukan adalah analisis fundamental yang menyatakan bahwa saham
memiliki nilai intrinsik (nilai yang sebenarnya) tertentu. Analisis ini
membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga pasar tersebut sudah sesuai dengan nilai intrinsiknya.Nilai intrinsik tersebut memberikan ukuran mengenai nilai dasar dari suatu saham dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu tinggi (overvalued) (Brigham dan Houston, 2006:360 dalam Mutqinuddin 2011). Dari pemaparan sebelumnya, penulis tertarik untuk mengetahui kewajaran harga enam saham subsektor perbankan yang terdaftar dalam kelompok indeks LQ45 pada periode Agustus 2014 – Januari 2015. Dari latar belakang yang telah disampaikan penulis mengambil judul “PENILAIAN HARGA SAHAM SUBSEKTOR PERBANKAN DALAM INDEKS LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL(PERIODE AGUSTUS 2014-JANUARI 2015)”.
3
2.1. Saham Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modalpadasuatu perseroan terbatas (Siamat, 2005 dalam Christ Imanuel, 2011).Saham memberikan dua macam penghasilan yaitu dividen dan capital gain.Menurut Fahmi (2012: 80) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) , dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. 2.2. Penilaian Saham Penilaian (valuation) adalah prosespenentuan berapa harga yang wajar untuk suatu saham (Parahita,2008). Nilai yang berhubungan dengan saham dapat dilihat dalam tiga konsep nilai yang memberikan makna yang berbeda(Jogiyanto, 2003:82 dalam Nur Khasanah, 2011), yaitu: 1.
Nilai buku (book value) Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki olehpemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
2.
Nilai Pasar (market value) Nilai saham yang terbentuk ketika sebuah saham dicatatkan di bursa ketika IPO (Initial Public Offering) yaitu saat pertama kalinya saham tersebut ditawarkan kepada publik.
3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) Nilai Intrinsik atau fundamental value merupakan nilai seharusnya sebuah saham. Analisis saham bertujuan untuk menafsir nilai suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut: a. NI > harga pasar saat ini: Undervalued (harga terlalu murah atau rendah) b. NI < harga pasar saat ini: Overvalued (harga terlalu mahal atau tinggi) c. NI = harga pasar saat ini: fair (harganya wajar)
4
2.3. Dividend Discount Model (DDM) Dividend discounted model merupakan modelpenghitungan harga saham yang dilakukan dengan caramenilai tunai semua cash flow yang akan diterima di masadatang (Christ Imanuel, 2011).Secara sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut: a) Model tanpa pertumbuhan (Zero Growth Model) Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
𝑃0 =
𝐷 𝑘
Keterangan: P0 : Nilai intrinsik atau nilai teoritis saham D : Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen di masa yang akan datang K : Tingkat return yang diisyaratkan.
b) Model pertumbuhan konstan (Constant Growth Model) Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas. Persamaan modelnya adalah sebagai berikut:
𝑉0 =
𝐷 𝑘−𝑔
D1 = D0 (1+g) Untuk rumus tahun kedua adalah:
V0 =
𝐷1 1+𝑘
+
𝐷2 (1+𝑘)2
+
𝑃2 (1+𝑘)2
Keterangan: V0
= nilai estimasi saham
D1
= dividen tunai
Pn
= harga saham (n=1,2,3....)
K
= tingkat return yang diharapkan 5
D0
= nilai dividen terakhir
g
= tingkat pertumbuhan (growth)
c) Model pertumbuhan ganda (Multiple Growth Model) Asumsi pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan diatas normal dan setelah melewati masa pertumbuhan fantastis ditahun awal tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan adalah sebagai berikut:
𝑃0 =
𝐷 (1+𝑔𝑡 ) ∑𝑛𝑡=1 𝑂 (1+𝑘)𝑡
𝑡
𝐷𝑛 (1+𝑔𝑐 )
+
𝑘−𝑔𝑐
{
1
(1+𝑘)𝑛
}
Keterangan: 𝑃0 : Harga intrinsik saham 𝐷0 : Dividen saat ini 𝑔𝑡 : Pertumbuhan dividen diatas normal 𝑔𝑐 : Pertumbuhan dividen normal 𝑘 : Required rate of return 𝑛 : Periode pertumbuhan dividen diatas normal 𝐷𝑛 : Dividen pertumbuhan normal 2.4. Kerangka Pemikiran Dalam valuasi saham biasa (Common Stock Valuation) terdapat tiga metode, yaitu Discounted Cash Flow (DCF), Relative Valuation (RV), dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).Dalam hal ini, jenis valuasi yang dipilih adalah DCF.DCF mempunyai dua jenis pendekatan, yaitu Dividend Discount Model (DDM) dan Free Cash Flow (FCF).Untuk menilai kewajaran harga saham 6 perusahaan subsektor perbankan dari sisi dividen, maka dipilih pendekatan Dividend Discount Model (DDM).
6
Berikut adalah kerangka pemikiran yang dapat digunakan untuk penilaian harga saham pada perusahaan perbankan : Gambar 2.1Kerangaka Pemikiran Stock Valuation
Relative Valuation
Capital Aset Pricing Model
Dividend Discount Model
Zero Growth
Constant Growth
k (required rate of return)
Expected Growth
Discounted Cash Flow
Free Cash Flow
Multiple growth
Dividend per Share
Analisis Harga Wajar Saham
Undervalued
Fair
Keterangan: = Alur pemukiran yang diteliti
7
Overvalued
3.1. Metodelogi Penelitian Merujuk pada Sugiyono (2003: 11) penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif dengan metode Kuantitatif . Penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan jawaban dari pertanyaan siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana.Sedangkan maksud dari bersifat kuantitatif dikarenakan penelitian ini berkaitan dengan objek penelitian yaitu pada perusahaan dalam suatu industri dengan kurun waktu tertentu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian tetapi tidak melakukan uji hipotesis. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, peristiwa atau hal yang menarik peneliti untuk dipelajari (Sekaran, 2010:265). Populasi dalam penelitian ini adalah Saham Subsektor Perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 pada periode Agustus 2014 -Januari 2015, yaitu Bank Central Asia (kode saham: BBCA), Bank Negara Indonesia (kode saham: BBNI), Bank Rakyat Indonesia (kode saham: BBRI), Bank Tabungan Negara (kode saham: BBTN), Bank Danamon (kode saham: BDMN)), dan Bank Mandiri (kode saham: BMRI). Dikarenakan jumlah populasi hanya enam, maka teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010:124) mengatakan bahwa “Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah Bank Central Asia (kode saham: BBCA), Bank Negara Indonesia (kode saham: BBNI), Bank Rakyat Indonesia (kode saham: BBRI), Bank Tabungan Negara (kode saham: BBTN), Bank Danamon (kode saham: BDMN)), dan Bank Mandiri (kode saham: BMRI).
3.3. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang berkaitan dengan data-data pada laporan tahunan perusahaan dengan menganalisis kewajaran harga saham menggunakan metode Dividend Discount Model.
8
Tahapan-tahapan analisis yang dilakukan adalah: 1. Perhitungan Expected Growth Tahapan perhitungan yang perlu dilakukan untuk memperoleh Expected Growth adalah: 1) Menghitung Dividend Per Share (DPS) Menurut Syamsuddin (2004:75), dividend per share adalah jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar saham biasa. Adapun rumusnya adalah:
DPS =
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑎𝑖𝑑 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
2) Menghitung Earning Per Share (EPS) Menurut Kieso Weygrandt dan Warfield dalam Mutqinuddin (2011), laba per saham (earning per share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham biasa. Adapun rumus dari EPS adalah:
EPS =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
3) Menghitung Dividend Payout Ratio (DPR) Dividen payout ratio adalah persentase laba dibayarkan sebagai dividen. Rumus yang digunakan adalah:
DPR =
𝐷𝑃𝑆 𝐸𝑃𝑆
x 100%
9
4) Menghitung Retention Rate (RR) Retention rate merupakan laba yang ditahan atau diinvestasikan kembali (reinvestment) ke dalam perusahaan. Laba yang diinvestasikan kembali didapat dari persentase dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dan investor dengan persamaan:
RR = 1 – DPR
5) Menghitung Return on Equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Sutrisno, 2003: 67). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
x 100%
6) Menghitung Expected Growth (g) Pertumbuhan perusahaan adalah sebanding dengan tingkat imbal-hasil modal ekuitas (ROE) yang dicapai perusahaan dan rasio laba yang ditahan atau diinvestasikan kembali (reinvestment) ke dalam perusahaan (retention rate) dimana rumus dari growth (A.P Tambunan, 2010: 157) adalah:
g = Return on Equity (ROE) x Retention Rate (RR)
2. Perhitungan Required Rate of Return Untuk menghitung required rate of return menggunakan CAPM, diperlukan beberapa tahapan perhitungan, yaitu:
10
1) Menghitung Risk free rate (𝑅𝑓 ) Risk free rate merupakan tingkat pendapatan bebas risiko, di Indonesia risk free rate dapat dilihat dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau BI Rate. 2) Menghitung Expected market return (E(𝑅𝑚 )) Nilai dari expected market return (E(𝑅𝑚 )) bisa didapatkan dari rata-rata return pasar atau return IHSG selama periode penelitian. 3) Menghitung Beta (β) Nilai beta diukur dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan volalitas. Volalitas ini merupakan fluktuasi dari tingkat return saham dan tingkat return pasar pada waktu tertentu. Volalitas return saham sebagai variabel dependen dan volalitas return pasar sebagai variabel independen. Volalitas return dihitung dengan cara (Jogiyanto, 2003:165): Return pasar =
Return saham =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 −𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 𝑃𝑡 −𝑃𝑡−1 𝑃𝑡−1
Nilai beta pada tahun 2015 diperoleh dari regresi yang dilakukan terhadap return pasar dan return harga saham PT. Bank Central Asia, Tbk, PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk, PT. Bank Tabungan Negara, Tbk, dan PT. Bank Danamon, Tbk tahun 2012-2014 dengan bantuan Microsoft Excel dan menggunakan fungsi slope. 4) Menghitung Required rate of return (k) Setelah mendapatkan hasil nilai risk free rate, beta, dan expected market return maka dapat diketahui tingkat pendapatan yang diharapkan dari saham yang mengandung risiko pada waktu tertentu (required rate of return). Nilai tingkat pendapatan tersebut dapat dihitung dengan rumus:
11
k = 𝑅𝑓 +β [𝐸(𝑅𝑚 ) − 𝑅𝑓 ] 3. Perhitungan Dividend Per Share (DPS) tahun 2015 𝐷𝑃𝑆2015 = DPS 2014 x (1+g) 4. Valuasi harga saham menggunakan metode Dividend Discount Model dengan model pertumbuhan konstan (Constant Growth Model).
𝑉0 =
𝐷 𝑘−𝑔
Keterangan: 𝑉0 = nilai saham sekarang D = dividen per saham k
= tingkat return yang diharapkan
g
= tingkat pertumbuhan dividen (growth)
5. Menyimpulkan berapakah harga wajar saham PT. Bank Central Asia, Tbk, PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk, PT. Bank Tabungan Negara, Tbk, dan PT. Bank Danamon, Tbk periode 2015 dan apakah harga saham tersebut berada dalam kategori undervalued, overvalued, atau fair.
4.1. Hasil Dan Pembahasan Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Nilai Wajar Saham Tahun 2015 Bank (Kode Saham)
DPS 2015 (D) (dalam Rupiah)
Nilai Intrinsik 2015 Required Rate
Growth
of Return (k)
(g)
k-g
[V = (
𝑫
)]
𝒌−𝒈
(dalam Rupiah)
BBCA
147,29
21,81%
17,84%
3,97%
3.706,46
BBNI
165,89
29,58%
13,76%
15,82%
1.048,54 (bersambung)
12
(lanjutan)
Bank (Kode Saham)
DPS 2015 (D) (dalam Rupiah)
Nilai Intrinsik 2015 Required Rate
Growth
of Return (k)
(g)
𝑫
[V = (𝒌−𝒈)]
k-g
(dalam Rupiah)
BBRI
310,81
41,25%
20,78%
20,47%
1.518,73
BBTN
48,28
21,10%
8,87%
12,22%
394,99
BDMN
136,48
17,28%
7,89%
9,39%
1.453,36
BMRI
270,12
25,74%
15,41%
10,33%
2.615,85
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui nilai intrinsik atau nilai wajar tahun 2015 untuk keenam saham bank yang termasuk dalam Indeks LQ45 periode Januari 2014Agustus 2015. Nilai intrinsik tertinggi diperoleh oleh saham BBCA (PT Bank Central Asia, Tbk) dengan nilai wajar saham tahun 2015 sebesar Rp 3.706,46. Sedangkan nilai intrinsik terendah diperoleh oleh saham BBTN (PT Bank Tabungan Negara, Tbk) dengan nilai wajar saham tahun 2015 sebesar Rp 394,99. 4.2. Analisis Kewajaran Harga Saham Kewajaran harga saham tahun 2015 dari keenam emiten subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 periode Agustus 2014-Januari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Kewajaran Harga Saham Tahun 2015 Nilai Intrinsik (V)
Harga Pasar (P)
2015
2015
(dalam Rupiah)
(dalam Rupiah)
BBCA
3.706,46
13.225
Overvalued (V < P)
BBNI
1.048,54
6.100
Overvalued (V < P)
Bank (Kode Saham)
Kewajaran Harga Saham 2015
(bersambung) 13
(lanjutan) Nilai Intrinsik (V)
Harga Pasar (P)
2015
2015
(dalam Rupiah)
(dalam Rupiah)
BBRI
1.518,73
11.650
Overvalued (V < P)
BBTN
394,99
1.225
Overvalued (V < P)
BDMN
1.453,36
4.550
Overvalued (V < P)
BMRI
2.615,85
10.825
Overvalued (V < P)
Bank (Kode Saham)
Kewajaran Harga Saham 2015
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa keenam emiten subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2014Januari 2015, untuk tahun 2015 memiliki nilai intrinsik atau nilai wajar saham yang lebih kecil dari harga pasar sahamnya. Hal ini berarti bahwa saham keenam emiten diatas pada tahun 2015 dijual lebih mahal dari nilai saham yang sebenarnya. Oleh karena itu, saham BBCA, BBNI, BBRI, BBTN, BDMN dan BMRI pada tahun 2015 berada dalam kategori overvalued (terlalu mahal). Hal ini mungkin terjadi karena keenam saham tersebut sudah memiliki reputasi yang baik di mata konsumennya terbukti dengan masuknya saham tersebut kedalam indeks LQ45, sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut menjadi tinggi dan perusahaanpun menjadi berani untuk menawarkan harga yang tinggi. Hasil tersebut juga mungkin dipengaruhi oleh kondisi sosial atau politik yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pasar.
PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis yang telah diuraikan di bab sebelumnya pada enam emiten subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 periode Agustus 2014Januari2015 dengan menggunakan data-data perusahaan yang diperoleh dari tahun 2012 sampai tahun 2014, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
14
1.
Harga wajar atau nilai intrinsik dari saham subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia yang dievaluasi dengan metode Dividend Discount Model pertumbuhan konstan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Hasil Nilai Intrinsik Saham 2015
Bank
Nilai Intrinsik 2015
(Kode Saham)
(dalam Rupiah)
BBCA
3.706,46
BBNI
1.048,54
BBRI
1.518,73
BBTN
394,99
BDMN
1.453,36
BMRI
2.615,85
2. Harga wajar atau nilai intrinsik dari keenam saham subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015, yaitu BBCA, BBNI, BBRI, BBTN, BDMN dan BMRI berada dalam kategori overvalued atau harga wajar saham tersebut lebih rendah daripada harga pasarnya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diatas, maka beberapa saran dikemukakan dalam skripsi ini bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap nilai saham dan kewajaran harga saham PT Bank Central Asia, Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BBTN), PT BankDanamon Indonesia, Tbk (BDMN) dan PT Bank Mandiri, Tbk (BMRI) sebagai berikut:
15
1.
Bagi Penelitian Selanjutnya Menjadikan penelitian mengenai penilaian harga saham ini sebagai bahan untuk
penelitian lanjutan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penelitin ini karena penulis hanya dapat mengestimasi harga wajar saham berdasarkan data historis perusahaan, namun penulis belum dapat memprediksi secara detail nilai wajar saham untuk masa yang akan datang karena keterbatasan pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis berharap penelitian selanjutanya dapat melakukan penilaian harga saham dengan lebih rinci dan dapat memprediksi secara tepat nilai wajar saham di masa yang akan datang sehingga dapat menjadi manfaat bagi para investor.
2.
Bagi Pihak Investor Penelitian ini menyediakan data historis perusahaan tentang nilai wajar saham
subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45, namun belum dapat memprediksi kewajaran harga saham di masa yang akan datang, sehingga data historis ini dapat dijadikan referensi bagi investor untuk menilai saham-saham tersebut berdasarkan data historisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Mustafa (2010). Perbankan Paling Diminati http://bataviase.co.id/node/3249577 [20 Februari 2015]
Investor,
[Online].
Fahmi, Irham (2012). Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Imanuel, Christ (2011). Kajian Penilaian Harga Saham Subsektor Perbankan Kelompok LQ45 Dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental (Periode Februari 2010 – Januari 2011).Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jogiyanto (2003) Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi Tiga). Yogyakarta: BPFE. Khasanah, Nur (2011). Penilaian Harga Saham dengan Dividend Discount Model dan Free Cash Flow to Equity Model(Studi pada Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011). Universitas Brawijaya.
16
Mutqinuddin (2011).Analisis Valuasi Harga Saham dengan Metode Dividend Discount Model (Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2011).Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom. Parahita (2008).Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham, [Online].http://parahita.wordpress.com/2008/11/15/bagaimana-cara-menentukanharga-wajar-saham/. [16 Maret 2015] Sekaran, Uma (2010). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. New Jersey: John Wiley and Sons,Inc. Situmorang, Parluhutan., Jauhari, Mahardika & Tri Listyarini (2010). Jurus-jurus Berinvestasi Saham untuk Pemula (Cetakan Pertama) Jakarta: Transmedia Pustaka Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta. Syamsuddin, Lukman (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi: Dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (New Edition). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Tambunan, Andy Porman. (2008) Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Widoatmodjo, Sawidji. (2005). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Zainul, Agus (2008). Penilaian Saham, [Online]. http://pksm.mercubuana.ac.id [16 Maret 2015] Zikmund, William G. (2009). Business Research Methods. Ohio: South WesternThomson. Sumber lainnya: www.pnri.go.id www.idx.co.id www.infobanknews.com www.bi.go.id www.duniainvestasi.com www.infobanknews.com www.indonesiafinancetoday.com 17