Ketrampilan Kesenian Lokal Sebagai Mata Kuliah Wajib Bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Sebagai Aksi Eksistensi dan Ekspansi Kebudayaan Nasional (Evi Baiturohmah)
Abstrak
Serangan invasi dan klaim budaya, ekses Hallyu dan Harajuku, hedonisme dan kapitalisme budaya barat semakin menggerus identitas budaya yang dimiliki, masyarakat Indonesia, terlebih mahasiswa. Mahasiswa yang digaungkan menjadi agent of change dan pencetak peradaban malah asyik dengan kolonialisasi budaya asing. Menanggapi fenomena ini, maka diperlukan satu terobosan yang cantik di ranah budaya ini. Ketrampilan Kesenian Lokal Sebagai Mata Kuliah Wajib Bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan alternatif yang sangat potensial untuk dikaji, dikembangkan dan ditinjak lanjuti. Dukungan pemerintah dalam redenifisi Indonesia dan rekonstruksi kebudayaan harus diwujudkan dalam sebuah kurikulum yang konkrit dalam sistem pendidikan kita. Adanya aksi pemberian mata kuliah wajib yang berbobot kesenian lokal akan menciptakan atmosfer yang kondusif bagi mahasiswa untuk menggali dan mengembangkan ketrampilan kesenian mereka. Kurikulum tentang pembekalan kesenian lokal kepada mahasiswa ini akan memberikan dampak positif kepada banyak pihak dan banyak aspek kehidupan. Akan kita lihat menjamurnya komunitas budaya yang kental, akan kita capai inventarisasi budaya secara nyata, pelestarian kesenian lokal yang berkelanjutan dan progres yang signifikan dalam dunia pariwisata Indonesia. Integrasi ketrampilan mahasiswa, dukungan pemerintah serta partisipasi masyarakat akan sangat memberikan kontribusi luar biasa bagi ekspansi budaya nasional kita serta memberikan citra positif bagi perkembangan budaya lokal maupun nasional. Kita pun bisa menangkal ekses budaya asing yang dapat memupuskan nilai budaya luhur warisan bangsa di lain sisi.
Kata kunci : kesenian lokal, kurikulum, ekspansi budaya.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang “Ganyang Malaysia!!! Selamatkan Martabat Bangsa!!”
Sejarah telah memberi begitu banyak pelajaran kepada kita, bangsa yang mengaku besar karena diversitas budaya kita. Tak akan pernah lupa dari benak setiap insan yang mempuyai setitik nasionalisme yang menyala di hatinya, betapa Malaysia mengklaim produk kebudayaan kita seperti Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, batik Pekalongan dan yang tak ketinggalan aksi caplok pulau yang begitu terang dan gencar dilakukan. Ironisnya, aksi yang semakin menengarai adanya invasi kebudayaan secara gencar ini, tidak memancing secara signifikan minat masyarakat kita (bangsa Indonesia) untuk segera bergegas merapikan aset kebudayaan dan menyelamatkan sendi- sendi pembentuk peradaban kita. Ralitas menertawakan keadaan ini!! Betapa generasi muda yang digaungkan mampu menjadi peletak dasar batu peradaban bangsa malah berdiam diri, asyik dengan kemewahan teknologi, menikmati ekses budaya luar, terseret masuk tanpa bisa bediri tegak dengan identitasnya sebagai individu yang berbudaya. Dua puluh empat jam online facebook, menggadang malam
menikmati film Ameriks, dan mengagendakan akhir
pekan untuk menonton drama Korea atau menghabiskan waktu dengan tumpukan komik Jepang. Tak akan bisa kita nafikkan betapa arus kapitalisme kebudayaan itu menerobos memasuki sendi- sendi generasi muda bernama mahasiswa. Tak sedikit persentase mahasiswa yang lebih menggandrungi budaya Jepang- Korea dibandingkan dengan budaya dan kesenian lokal yang kita miliki. Temukan disekitar kita betapa kawan mahasiswa kita lebih mengenal Super Junior, menggilai Naruto, menanti- nantikan 2012 dan menyulap diri menjadi pemuja Harajuku. Mengapa mahasiswa dan bangsa Indonesia yang telah diberikan begitu macamragam kebudayaan yang tidak hanya mempunyai nilai estetika dan moral yang tinggi
tetapi juga mempunyai daya saing komersil, tidak mau mengekspansi aset ini dan malah hanyut menikmati cekokan budaya asing? Maka dari itu diperlukanlah sebuah terobosan baru di sistem pendidikan kita untuk segera mengatasi masalah ini.
Ketrampilan
Kesenian Lokal Sebagai Mata Kuliah Wajib Bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Sebagai Aksi
Eksistensi dan Ekpansi Kebudayaan Nasional. Makalah ini akan
membahas secara ringkas kepentingannya menyelenggarakan pendidikan yang memuat ketrampilan kesenian lokal sebagai bahan ajarnya serta keuntungan- keuntungan yang dapat dicapai dengan mengaplikasikan sistem ini. 2. Pembatasan Masalah Makalah ini akan membahas mengenai kajian pembahasan kurikulum dengan materi ajar ketrampilan kesenian lokal untuk mahasiswa di perguruan tinggi sebagai penguatan identitas budaya dan merevitalisasi kebudayaan Indonesia menuju ekspansi kebudayaan nasional.
BAB II PEMBAHASAN
Tidak salah memang menjadi manusia yang selalu terbuka dengan berbagai macam akses pembaharuan budaya. Akan tetapi hal ini tidak berarti melegalkan mereka menutup mata dari keadaan sendiri, runtuhnya tembok adigdaya kebudayaan lokal sebagai penyangga utama pilar kebudayaan nasional. Pun bukan berarti kita berhak untuk berdiam diri untuk secara pelan dan pasti memusnahkan budaya luhur bangsa sendiri. Lebih spesifikasi dalam perannya mahasiwa, mahasiswa yang dilansir menjadi pemikir- pemikir yang kritis nyatanya sampai sekarang belum mampu menunjukkan kedigdayaan mereka dalam menginventarisasi budaya dan kesenian lokal dalam taraf paling sederhana pun. Di lain tangan, menjadi bagian dari masyarakat internasional adalah keniscayan bagi kita para mahasiswa yang hidup di era transbudaya. Kesepakatan free- trade, menggelontornya arus globalisasi, dan semakin mantapnya kekokohan kapitalisme akan semakin menyamarkan batas- batas antar negara. Lebih kurang sepuluh tahun mendatang, pendatang asing dari luar negeri akan menjadi tetangga dan partner interaksi kita dalam kehidupan sehari- hari. Bergelut dengan kodisi semacam ini, mungkinkan kita bertahan, mempertahankan identitas kebudayaan kita, mepertahankan keluhuran warisan budaya jika kita masih tetap seperti sekarang? Asyik sendiri dan tak menoleh sedikitpun pada tangan- tangan budaya yang kini kolaps di sekitar kita. Maka sesungguhnya dalam menjawab tantangan kepunahan sendi- sendi kebudayaan kita, diperlukanlah satu terobosan secara berani oleh pemerintah terkait dengan kebijakankebijakan kebudayaan. Menjadikan materi ketrampilan kesenian lokal sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa di perguruan tinggi merupakan satu kajian yang menarik. Seperti kajian akan kurikulum materi ilmu kebudayaan yang akan diaplikasikan kepada siswa SD, SMP, dan SMA maka kajian aplikasi disiplin ilmu ini juga sangat mungkin untuk diberikan kepada mahasiswa. Kepentingan mahasiswa sebagai pembawa citra kebudayaan suatu bangsa menjadikan hal ini urgent untuk masuk dalam ranah diskusi kebudayaan. Salah satu faktor utama yang menentukan kurikulum seperti yang dikemukakan oleh Ralph Tayler (1949) adalah bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru- guru (aspek filosofis). Falsafah bangsa kita, Pancasila, merupakan
pencerminan dari keberagaman budaya yang kita miliki dan penyatuan ideologis dalam satu wadah bernama nasionalisme. Dengan pertimbangan landasan ini, maka kajian mengenai ketrampilan kesenian budaya lokal sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa akan sangat terbuka lebar untuk kita kembangkan dan tindak lanjuti. Menjadikan materi ketrampilan kesenian lokal sebagai mata kuliah wajib memang akan memerlukan banyak sekali persiapan dan juga akan
menghadapi
banyak
memperhitungkan kepentingan
hambatan.
Namun,
realitas
pendidikan
kita
yang
lebih
bersifat ekonomis dibandingkan dengan proses humanisasi
(Djohan Efendi), membuat kita sah- sah saja memulai bergegas mengencangkan sabuk untuk segera melakukan perombakan dalam sistem pendidikan kita. Jenis kurikulum yang aplikable akan sangat membantu dalam proses penanaman nilai budaya melalui sistem pendidikan seperti ini. Kita memulai dengan merancang berbagai macam ketrampilan kebudayaan yang adaptif dengan atmosfer lokal dan disesuaikan dengan rencana kurikulum per perguruan tinggi. Materi ketrampilan kesenian dapat meliputi skill dalam bidang: tari tradisional, musik tradisional, alat musik tradisional, sastra lokal, pertunjukan seni lokal, dan seni rupa lokal. Pemasukan ketrampilan kebudayaan lokal sebagai materi wajib untuk mahasiswa akan mampu menciptakan dasar pelestarian budaya bangsa yakni terciptanya atmosfer yang kondusif dalam menjalankan aktivitas budaya itu sendiri. Landasan awal yang merupakan titik poin yang akan menentukan terciptanya komunitas- komunitas yang semakin intens dalam mengeluti kebudayaan lokal. Jika mengkacamata lebih jauh kondisi komunitas kebudayaan lokal yang ada, eksistensi para sastrawan dan budayawan lokal seringkali kalah saing dengan komunitas- komunitas yang menggeluti kebudayaan luar seperti Jepang dan Korea. Dalam perkembangannya sorotan masyarakat kepada komunitas seperti Japan- Korea Fans mempunyai kecenderungan yang baik, lebih mempunyai citra ekslusif dan tentu saja positif. Keekslusivitasan positif mereka yakni adalah intensnya update data dan sharing perkembangan trend dan mode, selain faktor keunikannya sebagai kebudayaan luar pastinya. Namun memang tak dapat kita ingkari komunitas yang bergelut dengan budaya luar lebih ekstrim dan maniak dalam mengikuti arus dan mainstream budaya anutan mereka. Inilah satire kehidupan kebudayaan kita. Selain untuk membentuk jutaan komunitas budaya yang intens bergerak dengan kesenian lokal mereka, kurikulum ketrampilan seni lokal untuk mahasiswa ini juga akan menjadi satu penambahan additional value bagi mahasiswa dalam konteks peranan mereka sebagai
masyarakat internasional. Mahasiswa selain dituntut mempunyai skill dari mayor bidang ilmunya, mahasiswa juga dituntut untuk mempunyai nilai- nilai tambah kultural. Sebagai delegasi bangsa, mahasiswa yang mempunyai kemampuan dalam praktek kesenian lokalnya akan mempunyai nilai tambah yang besar dalam suatu komunitas internasional. Bayangkan saja jika mahasiswa yang menuntut ilmu di negara lain ataupun berinteraksi dengan masyarakt internasional dan ia tidak dapat menunjukkan identitas kebudayaan bangsanya, maka besar kemungkinan tidak ada bentuk relasi yang apresiasif dalam komunitas tersebut kepadanya. Ketrampilan kesenian lokal yang diajarkan dalam kurikulum kampus akan sangat membantu mahasiswa dalam proses pembentukan individu berorientasi internasional. Satu gagasan besar yang juga akan timbul seiring dengan adanya kurikulum yang memberikan ketrampilan kesenian kepada mahasiswanya adalah adanya follow up activities yang akan melahirkan ide- ide kreatif inovatif mahasiswa. Konkritnya, mahasiswa dapat menjadikan ketrampilan kesenian mereka sebagai lahan komersil. Dukungan pemerintah, terutama bidang kebudayaan dan pariwisata serta sinergisme dengan masyarakat akan menjadikan asset ketrampilan mahasiswa menjadi satu magnet pariwisata di Indonesia. Sebagai contoh kita dapat melihat ke negara tetangga kita, Malaysia. Pemerintahan Malaysia mampu menjadikan kesenian sebagai daya tarik untuk memagneti wisatawan untuk mengunjungi Malaysia. Malaysia yang mengemas berbagai macam kesenian yang ada dan tumbuh disana sebagai sumber penghasil pundi- pundi dollar. Dalam hal ini, kita seharusnya mempunyai nilai lebih yang dapat dioptimalisasikan dalam rancangan gagasan untuk membentuk magnet wisata. Kebudayaan kita yang beragam, kemampuan mahasiswa yang memadai dan dapat mengakomodir kreativitas mereka dalam bentuk komersil serta bantuan dan sokongan positif dari pemerintah. Pemaknaan kembali Indonesia berarti pemurnian kembali satu jiwa yang menjadi identitas bangsa. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda- beda tetapi tetap satu jua. Pemurnian nasionalisme ke- Indonesia-an kita berarti menjadikan semua elemen masyarakat yang berjuta beda untuk padu dalam sketsa kecintaan nasional. Dan sketsa kecintaan nasional itu terrealisasi dalam bentuk kurikulum pada sistem pendidikan kita yang memberi ruang kebudayaan untuk ekspansi secara total. Pemberian ketrampilan kesenian lokal di perguruan tinggi seperti ketrampilan karawitan, gamelan, sastra Melayu, tari pendet, dan lain sebagainya akan memberikan satu bentuk proses humanisme mahasiswa dalam proses ke-manusia-annya.
Kesenian lokal yang dipilih oleh perguruan tinggi sebagai materi ajar wajib juga akan memberikan kontribusi positif kepada keberlanjutan kesenian setempat. Ide- ide di atas dapat kita implementasikan dan sinergiskan dalam agenda besar pemerintah bidang kepariwisataan, Visit Indonesia. Visit Indonesia merupakan program yang sangat potensial untuk dikembangkan. Mahasiswa dapat diberdayakan untuk membuat karya kreatif inovatif terkait dengan tugas utama sebagai mahasiswa yang mendalami kesenian lokal, pun serta sebagai eksekutor yang menangani progam- program utama maupun derifasi dari Visit Indonesia. Optimalisasi kerja di ranah pariwisata akan sangat membantu peningkatan eksistensi kebudayaan lokal dan nasional. Menggeliatnya atmosfir di wilayah ini akan menumbuhkan kenaikan taraf ekonomi positif baik dari sektor daerah maupun nasional. Hal ini juga merupakan timbal balik yang dapat dirasakan mahasiswa sebagai tim kreatif kerja. KURIKULUM PENDIDIKAN: KETRAMPILAN KEBUDAYAAN LOKAL
KREATIVITAS MAHASIWA
DUKUNGAN PEMERINTAH
PARTISIPASI MASYARAKAT
VISIT INDONESIA
OPTIMALISASI PARIWISATA DARAH
PAGELARAN BUDAYA NASIONAL
EKSPANSI BUDAYA
Pendidikan Ketrampilan Kesenian Lokal Sebagai Bekal Ekspansi Budaya Nasional oleh Mahasiswa. Mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu dan melakukan riset di luar negeri adalah salah satu dari sekian jalan ekspansi budaya kita ke kancah internasional. Bagi mereka yang sedang mengemban amanah sebagai delegasi pertukaran pelajar juga merupakan duta- duta budaya yang sangat potensial. Disinilah sebenarnya fungsi ketrampilan kesenian tadi akan sangat membekali mahasiswa ketika mereka akan melakukan interaksi global. Ketika berinteraksi dengan masyarakat seberang benua, maka kita tak akan cukup membekali diri dengan kemampuan bahasa Inggris memadai dan juga kemahiran dalam bidang mayor kita saja, akan tetapi kebutuhan skill kesenian akan sangat dibutuhkan guna memberikan citra positif bagi mahasiswa sendiri dan juga bagi identitas bangsa yang dibawanya tentunya. Di lain sisi, sebenarnya begitu banyak even yang melibatkan mahasiswa yang sebenarnya hal tersebut juga bisa menjadi jalan perluasan budaya kita. Mahasiswa mempunyai peran yang penting dalam membawa arah peradaban kebudayaan kita nantinya, maka sedari awal mahasiswa harus diberdayakan agar mempunyai pengetahuan yang memadai serta kesempatan untuk menciptakan atmosfer budaya yang kental ke masyarakat. Memasyarakatkan budaya nasional dan kesenian lokal oleh para agent of change, ide brilian bukan?
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Krisis identitas budaya mahasiswa dan ekses budaya asing menyebabkan lunturnya budaya lokal dan meredupnya geliat kebudayaan nasional. b. Kurikulum pendidikan dengan materi ajar ketrampilan kesenian lokal perlu diajarkan padam mahasiswa di perguruan tinggi. c. Ketrampilan kesenian lokal dapat membantu ekspansi kebudayaan nasional ke kancah internasional. d.
Integrasi aktif dari kreativitas mahasiswa, dukungan pemerintah dan partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi positif dan signifikan dalam bidang pariwisata.
2. Saran a. Mahasiswa mendapatkan mata kuliah ketrampilan kesenian lokal dan mampu menggali dan mengembangkan potensinya b. Pemerintah memberikan kurikulum pembelajaran ketrampilan kesenian lokal bagi mahasiswa sebagai mata kuliah wajib. c. Pemerintah memberikan dukungan yang nyata serta berkesinambungan untuk menghasilkan terobosan dan perbaikan dalam inventarisasi budaya dan genjotan ranah pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Sedyawati, Edi.Budaya Indonesia,Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah.2006.Jakarta:Rajawali Press Sachari,Agus.Budaya Visual Indonesia:Membaca Makna Perkembangan Gaya Visual Karya Desain di Indonesia Abad Ke-20.2007.Jakarta:Erlangga