JURNAL JURNAL
Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi Dan Orang Jawa Perantauan : Studi Komparasi Di Gorontalo Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Palilati, Siskawati. 2015. Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi dan Orang Jawa Perantauan : Studi Komparasi di Gorontalo.Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Drs. Joni Apriyanto., M.Hum., dan Rudy Harold, S.Th., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik orang Jawa Transmigrasi dan Orang Jawa Perantauan di Gorontalo. Penelitian ini berlangsung di dua wilayah yang berbeda di Gorontalo yaitu pertama Desa Sidomulyo dan Sidodadi, kedua yaitu Kota Gorontalo. Hal ini dilakukan karena orang Jawa transmigrasi di Gorontalo pertama kali ditempatkan di wilayah Desa Sidomulyo dan Sidodadi di Kabupaten Gorontalo, sedangkan orang Jawa perantauan banyak tersebar dan beraktivitas di wilayah Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menekankan pada proses bukan hasil. Penelitian ini akan menggunakan wawancara sebagai salah satu upaya untuk mencari informasi mengenai keberadaan dan juga karakteristik orang Jawa baik sebagai transmigran maupun perantauan. Selain itu juga observasi akan dilakukan. Hal yang akan diobservasi adalah pola perilaku orang Jawa transmigrasi dan perantauan di dua lokasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan karakteristik orang Jawa yang ada di Gorontalo yakni terdapat pada sikap dan perilaku yang masih memperlihatkan kesopanan, dan tata krama apabila berinteraksi dengan orang lain baik sesama orang Jawa dan juga yang lainnya. Sangat terlihat bagaimana mereka menjaga perilaku agar orang lain senang dan menerima keberadaan mereka di Gorontalo. Terdapat juga perbedaan karakteristik antara orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi dengan orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo. Orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodai memiliki kecenderungan untuk tinggal dan menetap di Gorontalo karena memang telah memiliki rumah dan lahan garapan pertanian sebagai mata pencaharian mereka, sedangkan orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo memiliki kecenderungan untuk pulang ke kampung halaman karena keluarga masih berada di pulau Jawa. Kedatangan mereka ke Kota Gorontalo hanya semata – mata untuk berdagang dan mencari keuntungan ekonomis. Perbedaan yang terjadi pada keduanya sebenarnya diakibatkan oleh faktor geografis yang berbeda dimana satu berada di wilayah pedesaan yang cenderung mempertahankan karakternya, dan satu lagi berada di wilayah perkotaan yang sangat rentan dengan perubahan akibat dari faktor perkembangan jaman. Kata Kunci : Karakteristik Orang Jawa, Transmigran, Perantauan, Gorontalo. Nama :Sikawati Palilati Nim : 231 410 086 Judul : Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi dan Orang Jawa Perantauan : Studi Komparasi di Gorontalo
Pembimbing : 1. Drs. Joni Apriyanto, M.Hum 2. Rudi Harold, S.Th., M.Si
PENDAHULUAN Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda – beda. Ada suku Jawa yang termasuk suku yang paling dominan di Indonesia dan paling banyak bertempat di pulau Jawa, suku Batak yang banyak banyak menempati pulau Sumatera, suku Dayak yang menempati pulau Kalimantan, Bugis di pulau Sulawesi, Tidore di Maluku Utara, orang Papua di Papua, dan masih banyak suku bangsa lainya yang ada di berbagai tempat di Indonesia. Pada umumnya suku – suku bangsa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda – beda, baik mengenai pandangan hidup, sikap dan perilaku, tradisi, etos kerja dan sebagainya. Inilah yang menjadi suatu ukuran kekayaan budaya di Indonesia walaupun memang perbedaan ini merupakan salah satu ancaman bagi disintegrasi bangsa. Diantara sekian banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia tersebut, Suku Jawa lah yang akan menjadi fokus penelitian ini karena selain kuantitasnya (jumlah) banyak, orang Jawa juga banyak menyebar di seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Setiap pulau – pulau besar yang ada di Indonesia terdapat orang Jawa. Terlebih lagi adanya program transmigrasi yang dicanangkan semenjak jaman pemerintah Kolonial Belanda sampai dengan pemerintahan Republik Indonesia yang telah membawa orang – orang Jawa yang tadinya menetap di pulau Jawa kini sudah berada di pulau – pulau luar Jawa. Sebagai suku bangsa yang terbesar di Indonesia, terkadang perilaku orang – orang Jawa yang sopan dan penuh tata krama direpresentasikan oleh dunia sebagai sikap bangsa Indonesia secara keseluruhan. Karakteristik orang Jawa umumnya dikenal memiliki sipak dan perilaku yang sopan, ramah, serta sangat menghargai orang lain. Namun demikian, sikap mereka yang juga bisa dikatakan pendiam membuat mereka menjadi orang yang susah ditebak. Dalam pergaulan keseharian orang – orang Jawa sangat ramah asalkan mereka tidak diganggu. Itulah sebabnya mengapa mereka sangat mudah berinteraksi dan mudah diterima di daerah baru. Seperti halnya pada pelaksanaan program transmigrasi yang dilakukan pemerintah. Perpindahan orang – orang Jawa ke berbagai daerah tersebutterbukti telah membuat orang Jawa banyak tersebar dan telah menetap di pulau – pulau luar Jawa dengan sedikit terjadi konflik dengan penduduk setempat. Dalam bidang keagamaan, orang Jawa dikenal sebagai orang yang sangat tekun melaksanakan ajaran – ajaran agama.
Mengenai karakteristik bekerja orang Jawa, mereka dikenal dengan orang yang rajin dalam mencari rejeki dan sangat ahli dalam bidang pertanian terutama sawah. Itulah sebabnya ketika mereka mengikuti program transmigrasi dari pemerintah, yang menjadi salah satu pertimbangan penting adalah kondisi wilayah sasaran transmigran yang dapat mendukung kegiatan pertanian. Banyak diantara mereka yang bertahan hidup di daerah transmigrasi dengan mengandalkan pertanian sebagai sumber pendapatan. Jika diamati dalam kegiatan keseharian, sangat sedikit orang – orang Jawa ditemukan siang hari berada dirumah. Kebanyakan dari mereka telah meninggalkan rumah pada subuh hari untuk pergi ke ladang dan kembali ke rumah pada waktu sore hari menjelang maghrib. Keadaan seperti ini banyak sekali ditemukan pada orang – orang Jawa yang menjadi petani. Mengenai tradisi, orang – orang Jawa sangat dikenal dengan kemampuan mempertahankan dan bahkan menyebarkan tradisi mereka diwilayah baru. Banyak tradisi mereka yang berhasil dipertahankan dan bahkan berhasil dalam proses akulturasi budaya dengan masyarakat setempat seperti tradisi ketupat dan juga tradisi besean dalam pernikahan. Perpindahan orang – orang Jawa ke daerah lain dilakukan melalui berbagai cara dan motif yang berbeda pula. Selain mengikuti program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah, perpindahan orang – orang Jawa juga ada yang dilakukan secara pribadi, atas kemauan sendiri, biaya sendiri, dan juga biasanya perpindahan ini tidak secara menetap. Artinya bahwa masih ada keinginan untuk pulang kembali ke tanah asalnya di pulau Jawa. Dalam penelitian ini, orang – orang Jawa yang seperti itu disebut dengan orang Jawa perantauan. Memang jika dicermati maka dapat dikatakan bahwa orang – orang Jawa yang mengikuti program transmigrasi juga merupakan orang Jawa perantauan karena sama – sama berada di tanah orang (rantau orang). Namun sebenarnya secara substansial ini berbeda karena orang Jawa transmigrasi terkesan dipaksa untuk merantau dan tentu akan menetap di daerah transmigrasi, sementara orang Jawa perantauan berpindah atas dasar kemauan sendiri, biaya sendiri dan masih memiliki keinginan untuk pulang ke kampung halamannya. Perbedaan motif ini akan mempengaruhi karakteristik orang Jawa di tanah rantau. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana karakteristik orang – orang Jawa di Gorontalo baik orang Jawa yang mengikuti program transmigrasi (Jawa Transmigran) maupun Jawa yang datang ke Gorontalo atas dasar kemauan sendiri, biaya sendiri, dan biasanya punya keinginan untuk tetap pulang di tanah asalnya (Jawa Perantauan). Adapun judul penelitian ini adalah Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi dan Orang Jawa Perantauan : Studi Komparasi di Gorontalo. Dilihat dari judulnya sudah dapat dipastikan bahwa penelitian ini hendak membandingkan karakteristik antara orang
Jawa transmigrasi dengan orang Jawa perantauan. Hal ini didasari karena adanya keinginan untuk melihat perbedaan dan juga persamaan antara keduanya. Kemudian jika dicermati lagi, penelitian ini fokus pada karakteristik salah satu suku yaitu Jawa. Yang mendasari hal itu adalah karena suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia dan juga suku Jawa dikenal memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya walaupun memang tidak dapat digeneralisir. Tempat / Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang memiliki ciri yang berbeda. Tempat penelitian pertama yakni di Desa Sidomulyo dan Desa Sidodadi, Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 4 bulan, dimulai dari langkah persiapan administrasi, pengumpulan data, pengolahan data, dan terakhir adalah penyusunan laporan. Untuk lebih jelasnya penelitian ini dilakukan melalui tahapan – tahapan berikut : Tahap persiapan selama 1 Bulan, tahap Pengumpulan Data selama 1 Bulan, tahap Analisis Data selama 1 Bulan dan tahap Penyusunan Laporan selama 1 Bulan. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data 1. Informan atau nara sumber yang berdiri dari tokoh – tokoh masyarakat Jawa, para transmigran pertama di Desa Sidomulyo dan Desa Sidodadi Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. 2. Buku – buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, disertasi yang banyak membahas mengenai pelaksanaan transmigrasi pertama di Gorontalo maupun mengenai keberadaan orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo. 3. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai sikap dan perilaku dalam interaksi keseharian, etos kerja, dan juga pelaksanaan tradisi oleh orang Jawa transmigran dan perantauan di dua lokasi secara bergantian. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi di laksanakan di Desa Sidomulyo, Desa Sidodadi, dan Kota Gorontalo dengan memfokuskan pada pola perilaku dan sikap dalam interaksi
kehidupan sehari hari, etos dan prioritas kerja, dan juga pelaksanaan tradisi sebagai karakteristik orang Jawa. b. Wawancara Teknik Wawancara yaitu merupakan cara pengambilan data melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan pada tokoh masyarakat orang Jawa di Desa Sidomulyo, Desa Sidodadi dan juga Kota Gorontalo. Tidak hanya itu, wawancara mendalam akan dilakukan pula kepada para petani, pedagang, dan berbagai profesi orang Jawa di ketiga wilayah tersebut. c. Mencari tulisan yang relevan Tulisan yang relevan dengan penelitian ini dapat berupa buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, artikel, dan sebagainya. Banyak penelitian yang telah mengkaji karakteristik orang Jawa tetapi masih kurang mempertimbangkan kondisi psikis dan juga geografis. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi di Desa Sidomulyo dan Sidodadi. Berdasarkan wawancara dengan bapak Sutarjo dikatakan bahwa dikatakan bahwa dalam dalam sikap sopan santun orang Jawa di Sidodadi masih terus berlangsung sampai dengan saat ini. Memang sudah menjadi bawaan dari daerah asal sehingga sulit untuk kemudian dihilangkan. Apalagi ditambah dengan kesadaran bahwa mereka adalah orang pendatang yang mencoba untuk meningkatkan kehidupan ekonominya. Jika mereka harus memperlihatkan sikap sombong ataupun angkuh, maka mereka tidak akan mudah diterima oleh masyarakat lokal. Tapi kenyataan sampai dengan hari ini keberadaan masyarakat transmigran di Sidodadi mendapatkan tempat dan respon yang baik dari orang – orang Gorontalo sebagai penduduk asli. Dalam kehidupan sehari – hari, orang Jawa di Sidodadi selalu bersikap ramah1. Pendapat diatas didukung oleh bapak Sutiwar yang mengatakan bahwa memang masyarakat Jawa dikenal dengan sikap yang sopan dan santun apalagi mereka berada ditanah perantauan. Dalam kehidupan sehari – hari, penduduk Jawa transmigran selalu bersikap sopan baik antara sesama orang Jawa maupun dengan orang lain. Mereka menyadari bahwa mereka datang sejauh ini bukan untuk mendapatkan kejelekan ataupun untuk mengganggu orang lain. Sehingganya untuk dapat berkonsenterasi dalam mencapai tujuan bertransmigrasi, 1
Wawancara dengan bapak Sutarjo di Sidodadi pada tanggal 3 November 2014.
mereka harus bersikap sebaik mungkin dengan orang lain. Di Desa Sidodadi, orang Jawa transmigrasi sangat mendominasi secara jumlah, namun bukan berarti mereka harus berperilaku kasar dengan suku lainnya. Jika mereka melakukan hal tersebut, mereka sadar akan akibatnya. Hal ini bukan menandakan bahwa mereka orang yang penakut, tetapi memang orang Jawa yang ada di Sidodadi sifatnya sopan dan santun2. Hal yang sama juga terjadi pada orang Jawa transmigran di Desa Sidomulyo. Hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Yunus mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari – hari orang Jawa yang ada di Desa Sidomulyo selalu berperilaku sopan dan santun baik ketika berinteraksi sesama orang Jawa maupun dengan orang lain. Ini merupakan sikap bawaan dari daerah asal mereka. Ditambah lagi dengan faktor kesadaran bahwa mereka adalah orang pendatang yang menetap dengan tujuan ingin memperbaiki kehidupan ekonomi. Mereka tidak ingin kesalahpahaman membuat segala usaha dan kerja keras yang selama ini mereka lakukan menjadi sia – sia. Sopan ketika berhadapan dengan orang lain menjadi pemandangan umum orang Jawa yang ada di Sidomulyo. Tidak hanya itu, diantara sesama orang Jawa, mereka masih memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat karena kesadaran mereka akan jauhnya kampung halaman 3. Tidak hanya itu, penggunaan bahasa Jawa dalam interaksi keseharian antara sesama orang Jawa di Desa Sidomulyo dan Sidodadi masih sangat terlihat jelas. Berdasarkan observasi yang dilakukan mulai dari tanggal 3 – 9 November 2014, dapat dikatakan bahwa orang Jawa transmigran di kedua desa tersebut masih mempertahankan penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari – hari, baik ketika berkomunikasi dengan orang tua, teman sebaya, maupun anak – anak. Bahkan juga tidak jarang terlihat ada orang Gorontalo yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan orang Jawa. Pemandangan yang begitu indah ketika disaksikan. Kebiasaan orang Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari – hari membuat bahasa Jawa tetap diketahui dan dipahami oleh keturunan mereka bahkan oleh orang lain yang bukan orang Jawa. Namun ada sedikit pemandangan yang berbeda ketika mendengar dialek mereka ketika berbahasa Jawa. Tidak jarang terdengar ada pengaruh dialek Gorontalo yang digunakan namun dalam bahasa Jawa. Rupanya tidak hanya orang Jawa yang memberikan pengaruh terhadap orang Gorontalo, hal yang sebaliknya juga terjadi. Pengucapan dialek Gorontalo ini terkadang hanya muncul ketika orang Jawa berkomunikasi ditempat ramai dimana terdapat orang Gorontalo. Jika diantara sesama orang Jawa, dialek Jawa mereka sangat kental.
2 3
Wawancara dengan bapak Sutiwar di Sidodadi pada tanggal 3 November 2014. Wawancara dengan bapak Yunus di Desa Sidomulyo pada tanggal 5 November 2014.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Karjono dikatakan bahwa karakteristik orang Jawa di Sidodadi hampir tidak memiliki perbedan dengan karakter orang Jawa yang ada di daerah mereka. Dalam kehidupan keluarga, apabila berbicara dengan orang yang lebih tua, kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa yang halus yang berbeda mereka gunakan ketika berinteraksi dengan orang seusia mereka. Sikap dan perilaku sopan masih ditunjukkan oleh sebagian besar anak mereka terhadap orang tua. Dalam aktivitas keseharian, kebanyakan dari orang Jawa di Sidodadi masih memperlihatkan pola kehidupan masyarakat pedesaan. Setiap hari mereka keluar rumah pada pagi hari sekitar jam 6 pagi untuk pergi ke sawah atau perkebunan untuk kegiatan pertanian. Orang Jawa di Sidodadi sebagian besar menghabiskan waktu mereka untuk bekerja di sawah maupun kebun. Nanti sekitar jam 5 sore mereka kembali ke rumah untuk beristirahat. Begitulah gambaran kehidupan sehari – hari yang dilakukan oleh sebagian besar orang Jawa di Sidodadi. Tidak terlalu mengherankan karena memang sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani4. Memang karakteristik orang Jawa yang ada di Sidomulyo dan Sidodadi tergolong dalam kategori karakteristik masyarakat pedesaan dimana nilai – nilai tradisional dan kekeluargaan menjadi ciri utama dalam aktivitas keseharian. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sangat terlihat bagaimana orang Jawa yang satu dengan yang lainnya masih saling mengenal, bukan hanya dalam se kampung tetapi juga dengan orang Jawa yang berada di kampung lain. Sering kali terlihat bagaimana keluarga saling bersilaturahmi di malam hari. Ini menunjukkan ikatan persaudaraan yang masih ada diantara sesama orang Jawa. Sepertinya jumlah orang Jawa yang begitu banyak di kedua desa tersebut menjadi salah satu pendukung masih bertahannya karakter orang Jawa dari tanah asal mereka. Sejauh ini memang sangat terlihat bagaimana nuansa Jawa sangat kental di desa tersebut. Karakteristik Orang Jawa Perantauan di Kota Gorontalo Akan ditemukan perbedaan dan juga persamaan antara karakteristik orang Jawa transmigran di Desa Sidomulyo dan Sidodadi dengan karakteristik orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo. Berdasarkan wawancara dengan bapak Hermanto Dikatakan bahwa perilaku sopan santun orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo masih ada. Apalagi mereka yang berprofesi sebagai pedagang, perilaku sopan santun yang bisa dikatakan sebagai karakteristik orang Jawa harus dipertahankan karena dapat membuat mereka mudah mendapatkan rejeki. Selain itu juga mereka sadar dengan posisi mereka sebagai perantau yang harus mencari
4
Wawancara dengan Karjono di Sidodadi pada tanggal 4 November 2014.
banyak kenalan dan keluarga bukannya musuh. Semakin banyak kenalan ataupun keluarga, maka semakin banyak pula rejekinya 5. Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Ahmad Jaelani bahwa orang Jawa dikenal dengan sifat dan perilaku yang sopan, menjunjung tinggi tata krama dalam berperilaku di kehidupan sehari – hari. Sampai sejauh ini, kebanyakan orang Jawa di Kota Gorontalo memperlihatkan sikap dan perilaku sopan baik sesama orang Jawa atau yang bukan orang Jawa. Ketika mereka berjualan juga harus sopan dan berperilaku yang baik dengan orang agar mudah rejeki. Sikap dan perilaku seperti ini juga sering dilakukan di daerah asal mereka. Walaupun memang diakui bahwa ada sebagian kecil orang Jawa yang tidak sopan di daerah asal. Namun untuk yang berada di Gorontalo, rata – rata dari mereka sangat sopan dan menghargai orang lain6. Bukan hanya berdagang yang menjadi tujuan kedatangan orang Jawa di Kota Gorontalo, ada juga yang datang menuntut ilmu seperti di Perguruan Tinggi yang ada di Kota Gorontalo. Berdasarkan wawancara dengan Yudi Kuncoro dikatakan bahwa orang Jawa memang memiliki sikap dan perilaku yang sopan baik sesama orang Jawa maupun bukan. Namun terkadang memang dapat dilihat bagaimana orang Jawa yang menjadi pelajar atau mahasiswa di Kota Gorontalo mulai mengeluarkan kata – kata yang sedikit tidak sopan. Hal ini merupakan dampak dari pengaruh pergaulan dengan orang yang bukan Jawa. Dalam hal seperti ini biasanya hanya dilakukan sesama teman sebaya dan bukan kepada orang yang lebih tua. Dalam aktivitas keseharian mereka juga sangat terlihat bagaimana hubungan yang erat dengan sesama orang Jawa apalagi yang berasal dari daerah yang sama7. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 17 sampai dengan 21 Novemeber 2014, sangat terlihat bagaimana perilaku sopan orang Jawa perantauan terhadap orang lain. Sangat terlihat bagaimana mereka terbuka dalam menjalin hubungan dengan siapa saja, interaksi tidak hanya terlihat antara sesama orang Jawa, namun juga dengan suku lainnya yang ada di Kota Gorontalo. Observasi dilakukan dalam kondisi dan situasi yang berbeda. Ketika dilakukan pengamatan terhadap kegiatan orang Jawa perantauan yang berdagang, kelihatan mereka masih menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sesama orang Jawa. Dan sangat terlihat pula bagaimana keuletan dan kesabaran orang Jawa dalam melayani para pelanggannya. Ketika observasi dilakukan dalam dunia pendidikan atau dalam hal ini dunia kampus, terdapat kesamaan dimana orang 5
Wawancara dengan bapak Hermanto di Kota Gorontalo pada tanggal 17 November 2014. Wawancara dengan Ahmad Jaelani di Kota Gorontalo pada tanggal 17 November 2014. 7 Wawancara dengan Yudi Kuncoro di Kota Gorontalo pada tanggal 18 November 2014. 6
Jawa perantauan masih menggunakan bahasa Jawa jika berkomunikasi antara sesama orang Jawa. Walaupun pemandangan ini terlihat hanya sekali – kali karena dunia kampus penuh dengan keberagaman etnis. Berdasarkan wawancara dengan Mujiati dikatakan bahwa memang jika sesama orang Jawa bertemu di Kota Gorontalo, mereka berkomunikasi bahasa Jawa, karena memang mereka tidak di daerah asal mereka juga seperti itu. Namun jika dipersentasikan, maka paling banyak mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari – hari. Hal ini disebabkan oleh interaksi yang terjadi kebanyakan mereka berkomunikasi dengan suku lainnya yang ada di Gorontalo 8. PEMBAHASAN Karakteristik Orang Jawa Transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi Karakteristik orang Jawa yang ada di Desa Sidomulyo dan Sidodadi tergolong dalam karakteristik masyarakat pedesaan. Hal ini tidak terlalu mengherankan mengingat memang kedua tempat itu masih tergolong wilayah pedesaan. Sehingganya masih banyak terlihat pola kehidupan dan perilaku orang Jawa yang tradisional. Ada satu hal yang memang menunjukkan bagaimana karakteristik orang Jawa secara umum di Indonesia terlebih lagi di wilayah transmigran. Sikap sopan santun, dan menjunjung tata krama merupakan karakteristik orang Jawa yang ada di wilayah transmigran termasuk di Gorontalo yakni Sidomulyo dan Sidodadi. Dalam kehidupan berinteraksi sehari – hari, orang Jawa di Sidomulyo dan Sidodadi menunjukkan sikap sopan baik sesama orang Jawa maupun dengan suku lainnya. Hal seperti ini memicu terjadinya proses adaptasi yang mengarah pada integrasi orang Jawa transmigran dengan masyarakat lokal. Sopan, sabar, dan ulet merupakan karakteristik masyarakat Jawa secara umum termasuk juga di Sidodadi dan Sidomulyo. Sikap nerimo ataupun menyerahkan diri dari orang Jawa di Sidomulyo dan Sidodadi nampak ketika mereka mengalami kesulitan dan juga hambatan. Misalnya terjadi kegagalan panen di sawah, mereka lebih cenderung menerima dan tidak menyalahkan sesuatu hal dan lebih memandang bahwa itu merupakan sebuah cobaan dari Allah SWT. Sehingga mereka kebanyakan masih melaksanakan ritual – ritual selamatan untuk mereka baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa memang orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi memiliki sifat sabar dan tidak mau mengganggu kehidupan orang lain. Alasan dan tujuan mereka mengikuti transmigrasi pemerintah yakni untuk memiliki kesempatan mensejahterakan 8
Wawancara dengan Mujiati di Kota Gorontalo pada tanggal 17 November 2014.
kehidupan menjadi fokus dalam kegiatan keseharian. Sehingganya segala sesuatu yang dilakukan selalu mempertimbangkan dampak pada kehidupan sosial maupun ekonomi mereka. Karakteristik Orang Jawa Perantauan di Kota Gorontalo Orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo datang dengan cara yang berbeda dan tentu dengan motivasi yang beda pula. Ada yang datang karena kepentingan menunjang kehidupan ekonomi, ada pula yang datang untuk menuntut ilmu dan lain sebagainya. Namun secara umum mereka memiliki persamaan jika ditinjau pola sikap dan juga perilaku. Karakteristik orang Jawa yang dikenal dengan sikap sopan, sabar, dan menjunjung tata krama masih sangat terlihat pada orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo. Dalam interaksi keseharian mereka baik sesama orang Jawa atau dengan orang lain, sangat terlihat bagaimana kesopanan yang ditunjukkan. Itulah sebabnya mengapa keberadaan orang Jawa di Kota Gorontalo mudah diterima, mendapatkan tempat dan juga dianggap tidak mengganggu kestabilan sosial. Ditambah lagi dengan karakter orang – orang di Kota Gorontalo yang terbuka dan menerima segala perbedaan. Sama halnya dengan kesabaran yang dimiliki oleh orang Jawa. Sikap nerimo menjadi bagian dari pemahaman pemikirannya. Apabila mereka diperhadapkan dengan kesulitan dan juga tantangan, orang Jawa terkesan menerima dan tidak kelihatan memperlihatkan egoisme. Begitu juga ketika diperhadapkan dengan situasi yang dapat memicu konflik. Banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk menghindari perselisihan dan mengalah agar tidak terlibat masalah yang lebih besar lagi. Kesadaran tentang orang pendatang sepertinya memberikan pengaruh yang sangat kuat sehingga orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo lebih memilih sikap diam dan sebisa mungking menghindari potensi konflik. Bukan berarti mereka secara mentalitas dikatakan sebagai orang yang penakut. Tapi prinsip untuk tidak mencari masalah dan lebih banyak mencari teman dan keluarga menjadi hal yang utama mereka. Seperti keyakinan mereka bahwa banyak teman berarti banyak rejeki. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian mengenai karakteristik orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi, dan karakteristik orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo, dapat ditemukan persamaan dan juga perbedaannya. Sebenarnya pada dasarnya mereka sama – sama sebagai orang Jawa yang berada di luar pulau Jawa, namun yang membedakannya adalah tempat mereka berada. Ada yang berada di
daerah pedesaan dan ada pula yang berada di daerah perkotaan. Persamaan karakteristik orang Jawa yang ada di Gorontalo yakni terdapat pada sikap dan perilaku yang masih memperlihatkan kesopanan, dan tata krama apabila berinteraksi dengan orang lain baik sesama orang Jawa dan juga yang lainnya. Sangat terlihat bagaimana mereka menjaga perilaku agar orang lain senang dan menerima keberadaan mereka di Gorontalo. Hal ini dilakukan karena orang Jawa juga menyadari bahwa mereka merukapan orang pendatang sehingganya harus mencari keluarga, bukan sebaliknya yakni mencari musuh. Sikap dan perilaku seperti ini juga tetap terlihat pada orang Jawa secara umum. Selain itu, persamaan lainnya adalah kerja keras mereka yang selalu dipelihatkan di Gorontalo, sama halnya dengan keadaan di pulau Jawa. Orang Jawa dikenal sangat rajin dan tekun dalam mencari nafkah untuk kepentingan ekonomi keluarga. Apalagi pada orang Jawa perantauan yang datang dengan motivasi dan bahkan biaya sendiri. Yang membedakan orang Jawa transmigrasi dan perantauan di Gorontalo hanyalah pada lapangan pekerjaan. Di wilayah Sidomulyo dan Sidodadi yang di tempati oleh orang Jawa transmigrasi sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani karena memang lahan masih banyak tersedia, sedangkan orang jawa perantauan di Kota Gorontalo sebagian besar bermatapencaharian sebagai pedagang makanan dan sebagainya. Namun sangat terlihat jelas bagaimana kerja keras yang ditunjukkan untuk kepentingan ekonomi keluarga walaupun dengan aktivitas yang berbeda. Selain persamaan karakteristik diatas, terdapat juga perbedaan karakteristik antara orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi dengan orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo. Orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodai memiliki kecenderungan untuk tinggal dan menetap di Gorontalo karena memang telah memiliki rumah dan lahan garapan pertanian sebagai mata pencaharian mereka, sedangkan orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo memiliki kecenderungan untuk pulang ke kampung halaman karena keluarga masih berada di pulau Jawa. Kedatangan mereka ke Kota Gorontalo hanya semata – mata untuk berdagang dan mencari keuntungan ekonomis. Sehingga tidak jarang terlihat orang Jawa perantaun di Kota Gorontalo melakukan mudik saat lebaran idul fitri. Namun ada juga sebagian kecil dari mereka yang telah tinggal dan menetap di Kota Gorontalo karena sudah memiliki pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap. Selain itu, mereka juga orang Jawa perantauan di Kota Gorontalo sangat terlihat individualistiknya, tentu sangat berbeda dengan orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi yang masih mempertahankan nilai – nilai gotong royong. Orang Jawa perantauan cenderung melakukan pekerjaan mereka secara pribadi sementara untuk orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi lebih menekankan gotong royong. Seperti misalnya saat berdagang, orang Jawa
perantauan di Kota Gorontalo lebih sering melakukannya secara individu, sedangkan untuk orang Jawa transmigrasi di Sidomulyo dan Sidodadi saat bertani, bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perbedaan ini dilatari oleh lingkungan dan juga jenis pekerjaan mereka yang berbeda. Pedagang memang lebih baik dilakukan secara individu, sedangkan bertani lebih efektif dilakukan secara bersama. Selain itu, perbedaan diantara keduanya adalah pada intensitas pelaksanaan tradisi mereka. Di Kota Gorontalo, walaupun tidak hilang secara keseluruhan, namun pelaksanaan tradisi seperti selamatan sudah sangat jarang dilaksanakan. Kalaupun dilaksanakan hanya pada acara – acara besar tertentu. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan tradisi orang Jawa transmigrasi di daerah pedesaan yakni Sidomulyo dan Sidodadi. Mereka masih sangat mempertahankan tradisi dari tanah asalnya. Hampir seluruh acara dilaksanakan dengan tradisi Jawa, baik itu selamatan maupun acara – acara lainnya. Masih terlihat juga bagaimana tarian tradisional seperti Kuda Lumping dan juga kesenian lainnya seperti wayang kulit dipertontonkan oleh orang Jawa transmigrasi. Perbedaan yang terjadi pada keduanya sebenarnya diakibatkan oleh faktor geografis yang berbeda dimana satu berada di wilayah pedesaan yang cenderung mempertahankan karakternya, dan satu lagi berada di wilayah perkotaan yang sangat rentan dengan perubahan akibat dari faktor perkembangan jaman. Saran Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan diatas, menghadirkan sebuah saran dan juga rekomendasi kepada :
maka
penulis
1. Pemerintah : harus memberikan perhatian yang serius terhadap keberadaan orang Jawa di Gorontalo baik di daerah pedesaan (orang Jawa Transmigrasi) maupun perkotaan (orang Jawa perantauan), sebab mereka telah memberikan kontribusi yang begitu besar dalam peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat. 2. Masyarakat Jawa : mempertahankan karakteristik orang Jawa yang dikenal dengan sikap dan perilaku sopan dan menjunjung tinggai tata krama guna terjadinya stabilitas sosial. 3. Masyarakat non Jawa : menghargai keberadaan orang Jawa di Gorontalo guna terjadinya integrasi sosial di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. 2003 (cetakan keempat). Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : Rineka Cipta Denys Lombart. 2008 (cetakan keempat). Nusa Jawa : Silang Budaya, Bagian I : Batas – Batas Pembaratan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama dan Forum Jakarta – Paris dan Ecole Francaise d’Extreme – Orient. Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Helman Manay. 2013. Transmigrasi Indonesia di Tengah Ancaman Disintegrasi Nasional (Studi Kasus Transmigrasi di Gorontalo Tahun 1950 – 1960), Tesis Program Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro : Semarang. H.R. Warsito. 2012. Antropologi Budaya, Yogyakarta : Ombak. Irfan Dhani. 2013. Pengertian Karakter, http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertiankarakter.html.,diakses pada tanggal 1 Oktober 2013. John W. Creswell. 2010. Research Design : Pendekatan Kualitaif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lexy J Moleong. 2014 (Edisi revisi). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Linda Darmajanti dan Starlita. 2012. Hubungan Desa – Kota, dalam Paulus Wirutomo (Pengarang). Jakarta : Universitas Indonesia (UI – Press). M.C. Ricklefs. 2010 (Cetakan Ketiga). Sejarah Indonesia Modern, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta. Novrimanto Akutali. 2014. Etnik Jawa di Tolangohula (Tahun 1973 – 2013) : Studi Sejarah Sosial, Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Pamomong Semar. 2012. Karakter Khas Suku Jawa Dengan Tradisi – Tradisinya, (http://pamomongs.blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawadengan-tradisi.html). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014. Patrice Levang. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang : Transmigrasi di Indonesia, Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Ridwan. 2012. Ulasan Lengkap Suku Jawa : Asal Usul, Penggolongan Sosial, Padangan Hidup, Kepercayaan Dan Watak.
(http://semangatku.com/1518/sosial-budaya/ulasan-lengkap-suku-jawa asal-usul-penggolongan-sosial-padangan-hidup-kepercayaan-danwatak/) diakses pada tanggal 2 Oktober 2014. Robert Cribb dan Audrey Kahin. 2012. Kamus Sejarah Indonesia, Jakarta : Komunitas Bambu Setiawan Dimas. 2012. Defenisi Karakter, (http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisikarakter.html).,diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Sintya Apriliani. 2013. Pengertian Karakter Menurut Ahli, http://sintyaapriliani284.blogspot.com/2013/06/pengertian-karaktermenurutahli.html diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Siswono Yudohusodo. 1998. Transmigrasi : Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk Heterogen Dengan Persebaran Yang Timpang, Jakarta : Jurnalindo Aksara Grafika. Soegijanto Padmo. 2004 (cetakan pertama). Bunga Rampai : Sejarah Sosial – Ekonomi Indonesia, Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, dan Program Studi Sejarah Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Soerjono Soekanto. 2006. SOSIOLOGI Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Thomas Stamford Raffles. 2014 (Cetakan Ketiga). The History of Java, Eko Prasetyaningrum, Nuryati Agustin, Idda Qoryati Mahbubah (Alih Bahasa), Yogyakarta : Penerbit Narasi.