ABSTRAK
INVENTARISASI TANAMAN INTRODUCE DI GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN, GUNUNGKIDUL, DIY
oleh : Moro, H.K.E.P Pendidikan Biologi FKIP UAD Yogyakarta (
[email protected])
Vegetasi Gunung Api Purba Nglanggeran sangat unik karena mempunyai karakteristik gunung tersier berusia 20-25 juta tahun (Wartono & Hendratno, 2010) dengan iklim transisi dari basah ke arah kering (Whitten dkk, 1996). Keunikan tersebut terancam hilang karena penggunaan kawasan Nglanggeran sebagai obyek wisata dan kawasan agroforestry. Pendataan flora endemik memerlukan waktu lama dan kajian yang mendalam, sehingga kalah cepat dengan hadirnya tanaman introduce. Beberapa jenis tanaman introduce telah ditanam untuk alasan penghijauan, keindahan, maupun produksi buah, tanpa memperhatikan kelestarian jenis endemik di sana. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran, pada batasbatas tertentu. Penelitian dilakukan dengan metode jelajah dan wawancara. Nglanggeran dibagi dalam 7 kawasan penelitian yakni : Kalisong, Song Gudel, Pos 1 (495 m.dpl), Pos 2 (510 m.dpl), Pos 3 (525 m.dpl), Pos 4 (560 m.dpl), dan Puncak (700 m.dpl). Setiap kawasan didokumentasikan contoh tanaman introduce melalui foto berdasarkan catatan dan wawancara dengan pengelola serta penduduk sekitar. Contoh tanaman dibuat diskripsi dan tabel inventarisasi. Tanaman tertentu yang masih meragukan dibuat herbarium untuk diidentifikasi di Lab. Terpadu UAD. Hasil penelitian ini ditemukan 31 jenis tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran. Tujuh jenis tanaman produksi kayu, yaitu : akasia, kelapa, sengon jawa, sengon pantai, jati, mahoni, pinus; tiga belas jenis tanaman buah, yaitu : mangga, durian, coklat, kelapa, duwet, jambu mete, matoa, jeruk, sirsat, kesemek, pakel, kweni, salak, nanas; enam jenis tanaman hias, yaitu : puring, kembang sepatu, sikas, kenanga, ketapang, bibisan; dan lima jenis tanaman introduce ditanam untuk alasan lainnya. yakni : bambu, aren, pandan, bibisan, Paveta indica. Kata kunci : tanaman introduce, Nglanggeran
[email protected]
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Gunung api purba Nglanggeran mempunyai karakteristik yang unik karena termasuk gunung tersier yang berusia 20-25 juta tahun (Wartono & Hendratno, 2010) dan mempunyai iklim transisi dari basah ke arah kering (Jawa Barat –Jawa Timur). Dengan kondisi seperti itu menjadikan gunung api purba Nglanggeran mempunyai lingkungan fisik, kimiawi, dan biotik yang sangat berbeda dibandingkan dengan gunung api purba yang ada di Indonesia (Whitten dkk, 1996). Kenyataan tersebut menjadikan Gunung api purba Nglanggeran areal yang sangat menarik untuk diteliti. Keberadaan suatu jenis tanaman di kawasan tertentu ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor itu meliputi faktor biotik dan faktor lingkungan (fisikokimiawi). Jika faktor itu tidak cocok untuk kelangsungan hidup tanaman tersebut maka jenis tanaman tersebut akan hilang atau tidak dijumpai di kawasan tersebut. Faktor biotik diantaranya adalah kompetisi sumber daya dengan tanaman invasif yang diintroduce ke habitat baru. Kehadiran tanaman introduce dapat berdampak kepada biodiversitas suatu komunitas (Carlton, James T., 2002). Vegetasi di Gunung api purba Ngalnggeran termasuk tipe hutan hujan tropis. Sampai saat ini belum ada publikasi tentang penelitian yang menginventarisasi jenis tanaman apa saja di sana. Data dari Pemerintah Kabupaten Gunung kidul terbatas pada informasi potensi pariwisata dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya. Beberapa penelitian yang ada masih dalam bidang
ilmu geologi dan ilmu sosial. Pendataan fauna yang tercatat hanya sekedar survei untuk jenis kupu-kupu (Ardhiansyah M.A, 2012). Pendataan flora yang termasuk golongan tanaman berbiji tertutup dan tanaman berbiji terbuka (Gymnosperma), dan tanaman tingkat rendah (Pteridophyta, dan Bryophyta) masih belum ada. Dengan melihat kenyataan tersebut inventarisasi jenis-jenis tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran sangat penting dilakukan. Hal ini karena sumber informasi tentang komposisi floristik vegetasi alami belum disusun namun jenis introduce telah banyak ditanam. Dikhawatirkan implikasinya dapat mengganggu pengelolaan ekosistem dan pemanfaatan dalam bidang pendidikan maupun bidang penelitian lainnya.
2. Permasalahan Mengingat lokasi Gunung api purba Nglanggeran sangat luas dan seiring dengan rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah apa sajakah tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran.
3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran pada batas-batas tertentu, serta mendata pemanfaatannya, dalam rangka persiapan penyusunan database jenisjenis tanaman penyusun vegetasi Gunung api purba Nglanggeran.
4. Keaslian Penelitian Sampai saat ini pendataan floristik beberapa gunung di Pulau Jawa baru dilakukan pada 8 gunung, antara lain : Gunung Gede Pangrango, G. Wayang, G. Kawi-Kelud, G. Bromo-Tengger-Semeru, G. Basen, G. Ringgit, G. Ijen, dan G. Raung. Data floristik tanaman di Gunung api purba Nglanggeran belum ada (Whitten dkk, 1996). Di Yogyakarta, pendataan flora tanaman tingkat tinggi telah dilakukan sebatas kawasan Gunung Merapi dan lereng selatan Merapi (Purnomo, 1997). Pada penelitian ini dilakukan inventarisasi jenis-jenis tanaman introduce ada di sana. Wilayah penelitian kawasannya tidak terbatas di sepanjang jalur pendakian, tetapi idealnya ingin mendata di seluruh wilayah Gunung Api Purba Nglanggeran. Penelitian ini mendukung rencana pengembangan potensi Nglanggeran dari Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dengan diawali menginventarisasi jenis tanaman introduce yang ada di Gunung Api Purba Nglanggeran, kemudian menjadi pertimbangan pembatasan dan peraturan dalam pemanfaatan kawasan tersebut. Pada akhirnya semua itu untuk menjaga kelestarian biodiversitas alami dari kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran.
5. Manfaat Penelitian Data tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran yang diperoleh dapat digunakan sebagai pendukung sumber informasi dan pangkalan data dalam menyusun database keanekaragaman tanaman Gunung Api Purba Nglanggeran Jenis tanaman introduce juga dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam
membuat peraturan dalam pemanfaatan wilayah Nglanggeran untuk perkebunan, eko wisata dan kebijakan kehutanan agar tidak merusak habitat asli dan menghilangkan biodiversitas alami Gunung Api Purba Nglanggeran.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Gunung Api Purba Nglanggeran Gunung api purba Nglanggeran secara administratif berada di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentang alamnya secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Gunung ini merupakan salah satu gunung api purba di Indonesia. Kajian awal dahulu memperkirakan usia Gunung Nglanggeran ini sekitar 50 Juta tahun. Kajian terbaru menemukan gunung ini sudah mati sejak 18 juta tahun yang lalu (Wartono & Hendratno, 2010). Gunung api purba Nglanggeran berada dikawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1) dengan ketinggian antara 200-700 m.dpl dan panjang area 800 m, dengan suhu udara rata-rata 23˚ C – 27˚ C (Anonim, 2011). Gunung ini terdapat lima zona punggungan. Zona pertama disebut Song Gudel, terdapat 28 mata air dan gundukan batuan besar dengan variasi tanaman, seperti Sengon dan Akasia. Zona kedua disebut Senthong berupa celah dengan jarak celah kurang lebih 50m. Zona ketiga yaitu Tlatar Gedhe merupakan batuan vulkanik dan beberapa jenis tanaman semak dengan tipe vegetasi yang bervariasi. Zona keempat yaitu Gunung Kelir, dengan bentuk punggungan gunung datar diantara 2 bukit. Zona kelima disebut Sumber Comberan dan Puncak Gunung Gede.
Gambar 1. Peta Topografi Gunung api purba Nglanggeran (Anonim, 2012)
Di bagian Utara gunung telah digunakan sebagai hutan rakyat yang memiliki komposisi tanaman seperti Sengon, Mahoni, Jati, dan beberapa jenis tanaman pertanian seperti Jagung dan Ketela. Sistem agroforestri memang diterapkan masyarakat desa, untuk memberdayakan lahan sebagai tanaman pangan (Sari dkk, 2003). Dari aspek biologi keberadaan sistem ini dikhawatirkan dapat menghilangkan jenis endemik yang ada, sehingga perlu dilakukan inventarisasi jenis tanaman. Inventarisasi jenis tanaman dilakukan pada lokasi yang belum dilakukan sistem agroforesteri. Beberapa lokasi di gunung api purba Nglanggeran telah difungsikan sebagai daerah pariwisata seperti : Bukit Wayang Abimayu, Goa Kaliwiyu yang belum di eksplorasi keanekaragaman hayatinya, dan Air terjun Musiman, dan Pendopo Joglo Kalisong itu sendiri.
Menurut Backer dan Bakhuizen van den Brink (1968) pembagian wilayah geografi secara altitudinal dibagi menjadi 6 zona, yaitu : tropical zone (0-1.000 m. dpl), hill zone (500-1.000 m.dpl), montane zone (1.000-2.400 m.dpl), submontane zone (1.000-1.500 m.dpl), subalpine zone (2.400-4.150 m.dpl), dan alpine zone (>4.150 m.dpl). gunung api purba Nglanggeran termasuk hill zone dalam katagori hill everwet rain forest. Saat ini kondisi Gunung api purba Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa bernama Gunung Lima Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang. Mengingat Gunung api purba Nglanggeran merupakan gunung api purba satusatunya di Jawa Tengah yang mempunyai lingkungan fisik dan kimiawi spesifik, sehingga merupakan suatu kawasan yang menarik untuk diteliti.
2. Tanaman Introduce Tanaman introduce adalah jenis tanaman yang dibawa masuk ke suatu area (sengaja atau tidak disengaja) dimana dahulu bukan merupakan habitat alaminya (Remine, K & M. White. 2001). Tanaman introduce dapat dipindahkan dari habitat aslinya oleh manusia, secara kebetulan maupun disengaja karena faktor keuntungan tertentu seperti : pertanian, perkebunan, tanaman hias, dan lain-lain. Beberapa tanaman introduce bersifat invasif (cepat mendominasi) habitat barunya. Hal ini karena secara reproduksi sukses, menyebar dan merugikan secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan manusia (Carlton, James T., 2002). Tanaman introduce dimasukkan melalui beberapa cara : introduksi secara intensif melalui pertanian, hortikultura, dan penelitian. Secara non intensif melalui
kontaminasi produksi pertanian, karet, dan lainnya. Cara tidak disengaja melalui terbawa dalam perjalanan, dalam bahan kemasan, tempat pengangkutan, kapal, pesawat, mobil, atau alat transportasi lain (Carlton, James T., 2002). Semua itu merupakan jalur yang modern atau melalui teknologi maju. Sejak zaman dahulu tanaman introduce sebenarnya telah terjadi bersamaan dengan perdagangan dan transportasi masyarakat. Beberapa teori mengapa tanaman introduce berhasil survive karena tanaman introduce diselamatkan dari predator atau kompetitor alami di habitat aslinya. Tanaman introduce juga berhasil menempati relung yang kosong di habitat barunya. Kehadiran tanaman introduce biasanya melibatkan campur tangan manusia yang membantu tanaman introduce mengatasi gangguan dari komnitas barunya (Remine, K & M. White. 2001). Hanya sedikit tanaman introduce mampu bertahan hidup dan menjadi jenis invasif (Cohen, A.N. and J.T. Carlton., 1998). Jumlah individ yang dilepas dengan jumlah waktu dan tempat yang dilepaskan mempengaruhi kemampuan tanaman introduce bertahan hidup. Invasi tanaman, seperti tanaman introduce juga tergantung pola pemukiman masyarakat, jalur transportasi dan perdagangan. Beberapa komunitas secara ekologis terganggu oleh kegiatan manusia dalam mengintroducr tanaman. Karakteristik tanaman introduce dan habitat baru ikut menentukan kondisi tersebut. Dampak tanaman introduce terhadap keanekaragaman memiliki respon yang beragam. Munculnya kompetisi baru dan hama bagi jenis asli, hambatan jenis asli dalam sumber daya dan kemampuan perkembangbiakan, hibridisasi
dengan jenis asli, modifikasi habitat yang mengubah peruntukan hidrologi dan siklus nutrien/hara. Demikian juga hilangnya jenis asli yang gagal berkompetisi dengan tanaman introduce (Cohen, A.N. and J.T. Carlton., 1998).
BAB III. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk koleksi seperti pengepres contoh tanaman, buku lapangan, kertas herbarium, label herbarium, etiket gantung, etiket tempel, kantung plastik, gunting tanaman, pisau lipat dan GPS (Global Positioning Systems). Alat untuk morfometri seperti meteran dan mikrometer. Alat untuk dokumentasi seperti : catatan wawancara (digital recorder) dan kamera.
2. Cara Kerja a. Pembagian area penelitian Penelitian dilakukan dengan cara membagi kawasan menjadi lima kelompok (zona) yaitu : Zona pertama Song Gudel, Zona kedua Senthong, Zona ketiga Tlatar Gedhe, Zona keempat Gunung Kelir, Zona kelima Sumber Comberan dan Puncak Gunung Gede.
b. Jenis data yang dikumpulkan Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kondisi umum lokasi, jenis-jenis tanaman yang ditanam (diintroduce) yang terdapat di Gunung Api Purba Nglanggeran. Data dikumpulkan melalui studi literatur, meliputi: kondisi umum lokasi, jenis-jenis tanaman dari berbagai laporan
survey dan penelitian yang pernah dilakukan. Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman yang ada. Penentuan responden diambil dari kelompok masyarakat yang mengetahui tentang pemanfaatan tanaman di Gunung Api Purba Nglanggeran. Identifikasi jenis-jenis tanaman berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai website / brosur tentang tanaman berguna yang ada, meliputi; nama lokal, nama botani, nama famili, habitus, dan kegunaannya. Pada setiap kawasan penelitian dilakukan eksplorasi (penjelajahan) dengan cara menginventarisasi contoh tanaman yang dilakukan dengan pertimbangan kelengkapan spesimen untuk keperluan identifikasi jenis-jenis tanaman. Kemudian setiap contoh diberi data mengenai nomor koleksi, kolektor, lokasi (spesifikasi habitat), catatan pre identifikasi, nama lokal dan manfaat tanaman, ketinggian tempat dan parameter lingkungan lainnya. Setiap contoh tanaman didokumentasikan dengan kamera.
3. Analisa Hasil Data yang telah dikumpulkan diolah, secara manual maupun komputerisasi untuk memperoleh data : nama jenis, famili, habitus, bagian tanaman yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya tentang tanaman serta kemungkinan pengelolaannya untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali catatan untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan
proses berikutnya dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data-data yang telah diperoleh. Selanjutnya pengkodean data. Pengkodean data dilakukan untuk mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu. Hasil identifikasi jenis tanaman disusun berdasarkan famili dan jenis untuk dianalisa secara deskriptif kualitatif. Setiap jenis tanaman dianalisis mengenai potensi, bentuk hidup dan manfaatnya untuk apa saja dapat digunakan. Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap kegunaan masing-masing jenis tanaman berguna berdasarkan kelompok kegunaannya.
BAB IV. HASIL & PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh data jumlah tanaman introduce sebanyak 31 jenis terdiri dari 22 famili. Dari jumlah tersebut, dikelompokkan dalam 13 pemanfaatan. Daftar total jenis tanaman introduce yang terdapat di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran secara rinci disajikan pada Tabel 1.
1. Jenis Tanaman Introduce Berdasarkan Familinya Berdasarkan familinya, jenis-jenis tanaman introduce gunung api Purba Nglanggeran dapat dikelompokkan dalam 22 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili papilionaceae dan anacardiaceae, yaitu sebanyak 4 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa kedua famili mudah hidup dan bertahan di habitat baru, beradaptasi dengan relung di Nglanggeran, dan diminati masyarakat untuk diintroduksi karena manfaatnya. Daftar rekapitulasi nama famili dan jumlah jenis tanaman introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran berdasar nama familinya secara lebih rinci disajikan pada Tabel 1
2. Jenis Tanaman Introduce Berdasarkan Habitusnya Inventarisasi jenis tanaman berdasarkan habitusnya dapat dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu; palem, perdu, pohon dan herba. Rekapitulasi jumlah jenis tanaman introduce berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tanaman Introduce di Gunung Api Purba Nglanggeran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanaman Introduce Acacia farnesiana Willd. Santalum album Diospyros kaki L.f. Mangifera foetida Mangifera odorata L. Salacca edulis Reinw. Ananas comosus Merr. Codiaeum variegatum BI. Hibiscus rosa sinensis L. Cycas rumphii Mij. Canangium odoratum Baill. Cassia sp Ficus sp Bambusa sp Pandanus tectorius Park. Cocos nucifera L Paveta indica Arenga pinnata Merr. Albizzia falcata Back. Albizzia chinensis Merr. Tectona grandis L.f. Swietenia macrophylla Pinus merkusii Jungh. Mangifera indica L Durio zibethinus L. Theobrama cacao L Eugenia cumini Druse. Anacardium occidentale L Pometia pinnata Citrus nobilis Lour. Annona muricata L.
Habitus Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Palem Herba Perdu Perdu Pohon Pohon Pohon Perdu Perdu Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Perdu Perdu
Familia Papilionaceae Santalaceae Ebenaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Arecaceae Bromeliaceae Euphorbiaceae Malvaceae Cycadaceae Annonaceae Papilionaceae Moraceae Poaceae Pandanaceaae Arecaceae Rubiaceae Arecaceae Papilionaceae Papilionaceae Verbenaceae Meliaceae Pinaceae Anacardiaceae Bombacaceae Sterculiaceae Myrtaceae Anacardiaceae Sapindaceae Rutaceae Annonaceae
Nama lokal Akasia Cendana Kesemek Pakel Kweni Salak Nanas Puring Kembang sepatu Sikas Kenanga Ketapang Bibisan Bambu Pandan Kelapa Aren Sengon pantai Sengon jawa Jati Mahoni Pinus Mangga Durian Coklat Duwet Jambu mete Matoa Jeruk keprok Sirsat
Dari Tabel 1 terlihat bahwa jumlah jenis terbanyak yang ditemukan terdapat pada kelompok habitus pohon (21 jenis) dan kelompok habitus perdu (8 jenis), sedangkan jumlah jenis terkecil terdapat pada kelompok herba dan palem (1 jenis). Dengan demikian kelompok habitus pohon merupakan kelompok dengan kekayaan jenis tertinggi sedangkan herba dan palem merupakan kelompok dengan kekayaan jenis yang paling rendah.
3. Kegunaan Tanaman Dari hasil cek silang studi literatur didapatkan data tanaman introduce yang berhasil diidentifikasi kegunaannya sebanyak 31 jenis tanaman. Dari jumlah tersebut,
kemudian
dilakukan
pengklasifikasian
berdasarkan
kelompok
kegunaannya. Berdasarkan kelompok kegunaannya, jenis-jenis tanaman Gunung Api Purba Nglanggeran dapat dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan. Rekapitulasi jumlah jenis tanaman berdasarkan kelompok kegunaannya disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tanaman di Gunung api Purba Nglanggeran Berdasarkan Kelompok Kegunaannya No Kegunaan Jumlah Nama lokal sp. 1 2 3 4 5 6
Tanaman Obat Tanaman bahan tali Tanaman kerajinan dan anyaman Tanaman bahan kayu bakar Tanaman bahan serat Tanaman bahan bangunan
0 2 2 4 8
7 8 9
Tanaman tolak bala/ upacara adat Tanaman aromatik/ minyak atsiri Tanaman bahan pangan
3 2 15
10 11 12 13 14 15
Tanaman bahan pewarna Tanaman bahan pestisida nabati Tanaman hias Tanaman pakan ternak Tanaman penghasil tanin Lain-lain
1 0 4 0 1
Nanas, sikas Bambu, pandan Kelapa,bambu, pinus, akasia Kelapa, sengon, mahoni, bambu, pinus, akasia, jati Bibisan, bambu, aren Cendana, kenanga Kesemek, pakel, kweni, mangga, salak, nanas, kelapa aren, durian, coklat duwet, jambu mete, jeruk keprok, matoa, sirsat Ketapang Puring, kembang sepatu, sikas, bibisan Paveta
Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah jenis tanaman introduce terbanyak terdapat pada kelompok penghasil bahan pangan yaitu sebanyak 15 jenis,
sedangkan jumlah jenis terendah terdapat pada kelompok tanaman obat, kelompok penghasil pestisida nabati, serta penghasil pakan ternak yaitu sebanyak 0 jenis. Dari hasil wawancara untuk kategori penghasil tanin dan penghasil serat tidak teridentifikasi
jumlahnya
karena
masyarakat
tidak
pernah
atau
jarang
menggunakan jenis-jenis tanaman untuk kategori ini.
4. Pemanfaatan Tanaman oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Untuk mengetahui pola interaksi masyarakat sekitar kawasan Gunung Api Purba dengan tanaman, maka dilakukan wawancara beberapa responden. Hasil wawancara menunjukkan pola pemanfaatan tanaman oleh masyarakat sekitar kawasan. Terdapat 10 kategori tanaman berdasarkan kegunaannya yang biasa dimanfaatkan dan ditanam (diintroduce) oleh masyarakat sekitar kawasan. Secara umum, masyarakat sekitar kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran memahami kawasan Nglanggeran tidak boleh mendapatkan gangguan, di luar apakah mereka paham kawasan konservasi atau tidak. Oleh karena itu penyuluhan-penyuluhan konservasi perlu ditingkatkan supaya masyarakat mengerti. Dalam hal pemanfaatan tanaman di kawasan Nglanggeran, mereka memahami bahwa hal itu merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan oleh pengelola. Walaupun ada beberapa yang secara tradisional masih memanfaatkan jenis tanaman tertentu, misalnya masih ada yang mengambil kayu Cendana (Santalum album). Ini berarti interaksi masyarakat dalam pemanfaatan terhadap tanaman di kawasan Nglanggeran tidak terlalu tinggi. Informasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pemanfaatan tanaman, sebagian besar informasi
yang sudah tidak diterapkan lagi. Artinya walaupun masyarakat tahu, tetapi mereka sudah tidak menggunakan pengetahuannya itu untuk mengambil jenis tertentu dari kawasan Nglanggeran. Sebagai kawasan ekowisata, pengelola dan masyarakat justru menanami kawasan dengan jenis tanaman introduce, disamping yang ditanam oleh wisatawan untuk kenang-kenangan dan alasan penghijauan. Secara ekologis tanaman yang ditanam tersebut merupakan tanaman produksi yang dapat mengganggu tanaman jenis asli lainnya. Selain itu, pihak pengelola juga memberikan program pemberdayaan masyarakat khususnya sektor ekonomi. Bantuan-bantuan bibit tanaman secara tidak langsung dapat membantu masyarakat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan interaksi masyarakat terhadap kawasan khususnya mengintroduce jenis tertentu semakin bertambah tinggi. Pada satu sisi, kenyataan ini menggembirakan secara ekologis, karena masyarakat secara tidak langsung menjaga penghijauan untuk kawasan Nglanggeran. Kawasan
menjadi cukup baik karena gangguan terhadap
penebangan dan perambahan hutan kecil. Akan tetapi sebagai kawasan konservasi, tanaman asli harus bisa memberikan manfaat secara langsung sosial ekonomi kepada masyarakat sekitar. Keberadaan tanaman asli harus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sebenarnya dengan merasakan secara langsung manfaat kawasan dengan vegetasi alaminya, maka masyarakat akan menyadari pentingnya tanaman asli dan secara tidak langsung ikut menjaga kelestariannya.
Dalam kaitannya dengan etnobotani, penyelamatan jenis tanaman asli yang memiliki kearifan lokal masyarakat menjadi penting. Adanya tanaman tremas yang sampai sekarang masih belum diidentifikasi. Tanaman tersebut walaupun berada di pemukiman masyarakat, di luar kawasan Gunung Api Purba sangat penting dikonservasi. Pengetahuan tersebut sangat berharga sebagai sebuah kekayaan ilmiah tradisional. Pengetahuan tradisional tersebut harus terus dijaga. Hal inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran dengan kecilnya interaksi masyarakat terhadap tanaman asli Nglanggeran.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 2. Jumlah jenis tanaman introduce yang teridentifikasi di kawasan Nglanggeran sebanyak 31 jenis dengan 22 famili. 3. Berdasarkan potensi kegunaannya jenis-jenis tanaman berguna dibagi ke dalam 10 kelompok kegunaan, yaitu tanaman hias (4 jenis), penghasil bahan bangunan (8 jenis), penghasil pangan (15 jenis), penghasil serat (4 jenis), penghasil warna (1 jenis), aromatik (2 jenis), penghasil tali, kerajinan, anyaman (4 jenis), penghasil kayu bakar (4 jenis), untuk upacara adat (3 jenis) dan penghasil lain-lain (1 jenis).
2. Saran 1. Dilakukan penelitian inventarisasi keanekaragaman jenis tanaman secara kuantitatif di Gunung Api Purba Nglanggeran 2. Dilakukan peraturan pembatasan pemanfaatan kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran untuk konservasi dan penelitian 3. Dilakukan pendampingan kegiatan budidaya jenis tanaman berguna bagi masyarakat sekitar kawasan Nglanggeran.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Pesona Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran di Jogja. http://novero2011.student.umm.ac.id/2011/08/12/pesona-wisata-gunungapi-purba-nglanggeran-di-jogja/ Anonim. 2012. Profil Daerah Kabupaten Gunungkidul. Badan Perencana Pembangunan Daerah. Wonosari Ardhiansyah M.A. 2012. The Diversity of Butterfly in Ancient Volcano Mount of Ngglanggerran Yogyakarta Regency. Paper for International Conference on Biology, Environment and Chemistry (ICBEC). Bangkok. Backer, C.A., Bakhaizen van Den Brink. 1968. Flora of Java, Vol III and Vol II, Wolters Noordhoff N.V. Groninger. Netherland Carlton, James T. 2002. Introduced Species in U.S. Coastal Waters. Pew Oceans Commission. Cohen, A.N. and J.T. Carlton. 1998. Accelerating invasion rate in a highly invaded estuary. Science 279: 555-558. Purnomo. 1997. Flora di Sungai Boyong Pasca Bencana Merapi 22 November 1994. Seminar sehari Biologi dan Bencana Gunung Api dalam rangka Dies Natalis ke-42 Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta Remine, K & M. White. 2001. Introduced Species: Impacts on Biodiversity. Woodland Park Zoo. Education Departement. Sari D.K., Puspitaningrum D.A., dan S Syamsiar. 2003. SWOT Analysis On Value Chain In Developing Ancient Volcano Ecoutourism In Nglanggeran Village Gunung Kidul District, Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wartono dan A. Hendratno. 2010. Survei Geologi Gunung Purba Nglanggeran/ Wayang. Tim Survei Geologi UGM. Yogyakarta. Whitten, T., Soriaatmadja, R.E. dan S.A. Afif. 1996. Ekologi Jawa dan Bali, Vol II. Pradjna Paramita. Jakarta