ABSTRAK
Penelitian berjudul “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang Tahun Pelajaran 2010 – 2011”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf persuasif, serta efektivitas penggunaan media gambar terhadap kemampuan siswa dalam mengarang persuasif. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret – Mei 2011, yang bertempat di MAN Cikarang, yang terletak di Desa Karang Asih Cikarang Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif analisis komparasi dengan sampel berjumlah 54 siswa yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas X.3 dan X.1. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan siswa mengarang persuasif berupa essay. Skor penilaian tes diambil dari beberapa kriteria, yaitu penggunaan bahasa, keefektifan kalimat, dan penggunaan tanda baca. Masingmasing skor maksimal sebesar 30, jadi jumlah skor maksimal ketiga kriteria tersebut berjumlah 90. Dari perhitungan hasil penelitian dengan menggunakan uji-t menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan bahwa penggunaan media gambar meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasif. Hal ini dilihat dari nilai
thitung
>
ttabel,
yaitu –3,723 > 1,679. Sehingga dari hasil uji-t
tersebut membuktikan bahwa nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif yang menggunakan media gambar lebih tinggi dari yang tidak menggunakan media. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan media gambar lebih efektif digunakan untuk mempermudah siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf persuasif.
i
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS PERSUASIF DENGAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X MAN CIKARANG (ANALISIS KOMPARASI di MAN CIKARANG)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh MU’MIN SOLEH NIM: 106013000307
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN
Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Mu’min Soleh NIM: 106013000307
Di Bawah Bimbingan
Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd. NIP 19640212 199703 02 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul : “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 23 Juni 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 23 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Katua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. NIP 19640212 199703 2 001 Penguji I Dra. Siti Sahara. NIP 19500505 197109 2 001 Penguji II Dra. Hindun, M.Pd. NIP 19701215 200912 2 001
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP 150 231 351
Tanda Tangan
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Mu’min Soleh
Tempat/Tgl.Lahir
: Bekasi, 05 April 1985
NIM
: 106013000307
Jurusan / Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan
: 2006
Alamat
: Kp. Ceger Rt. 007/003 Ds. Sukadarma Kec. Sukatani Kab. Bekasi
Menyatakan dengan sesugguhnya Bahwa skripsi yang berjudul “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar (Eksperimen di MAN Cikarang”adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan Nama : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd NIP : 19640212 199703 02 001 Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi bukan hasil karya sendiri .
Jakarta, 10 Juni 2011 Penulis
Mu’min Soleh
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang Tahun Pelajaran 2010 – 2011”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf persuasif, serta efektivitas penggunaan media gambar terhadap kemampuan siswa dalam mengarang persuasif. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret – Mei 2011, yang bertempat di MAN Cikarang, yang terletak di Desa Karang Asih Cikarang Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif analisis komparasi dengan sampel berjumlah 54 siswa yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas X.3 dan X.1. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan siswa mengarang persuasif berupa essay. Skor penilaian tes diambil dari beberapa kriteria, yaitu penggunaan bahasa, keefektifan kalimat, dan penggunaan tanda baca. Masingmasing skor maksimal sebesar 30, jadi jumlah skor maksimal ketiga kriteria tersebut berjumlah 90. Dari perhitungan hasil penelitian dengan menggunakan uji-t menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan bahwa penggunaan media gambar meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasif. Hal ini dilihat dari nilai
thitung
>
ttabel,
yaitu –3,723 > 1,679. Sehingga dari hasil uji-t
tersebut membuktikan bahwa nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif yang menggunakan media gambar lebih tinggi dari yang tidak menggunakan media. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan media gambar lebih efektif digunakan untuk mempermudah siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf persuasif.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri teladan yang sempurna bagi kita semua. Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang”. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bpk. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta. 2. Ibu. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan beliau. 4. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi. 5. Bpk. Drs. E. Kusnadi, selaku dosen penasihat akademik yang sudah memberikan nasihat kepada penulis selama menjalani perkuliahan. 6. Kapala sekolah, dan para guru MAN Cikarang yang telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik kepada penulis.
ii
7. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua penulis yang tercinta, ayahanda dan ibunda yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal. Semua yang telah mereka berikan tidak akan dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini. 8. Adik-adik tercinta, serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan juga semangat, serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat dan teman seperjuangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2006, yang telah banyak berkorban membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Tak terlupakan pula terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu.
Penulis tidak mempunyai daya upaya untuk membalas semua kebaikan ini hanyalah doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala kebaikan semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi dicatat sebagai amal sholeh, selanjutnya penulis juga berharap mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin. Bila ada kekurangan itu datangnya dari pribadi penulis sendiri dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................4 C. Pembatasan Masalah ..................................................................5 D. Perumusan Masalah ...................................................................5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................5 a. Manfaat Teoritis ...................................................................5 b. Manfaat Praktis .....................................................................6
BAB II
KAJIAN TEORITIK......................................................................7 A. Hakikat Keterampilan Berbahasa ...............................................7 1. Menulis Paragraf ....................................................................7 2. Jenis Paragraf .......................................................................10 3. Syarat-syarat Penyusunan Paragraf yang Baik ....................11 4. Pola Pengembangan Paragraf ...............................................12 4.1. Paragraf Deskripsi .........................................................12 4.2. Paragraf Eksposisi .........................................................13 4.3. Paragraf Persuasif..........................................................14 4.4. Paragraf Argumentasi....................................................14 4.5. Paragraf Narasi ..............................................................15
iv
B. Paragraf Persuasif.....................................................................15 1. Pengertian Persuasif .............................................................15 2. Metode Paragraf Persuasif ...................................................17 C. Media Pembelajaran .................................................................19 1. Pengertian Media Pembelajaran ...........................................19 2. Jenis Media Pembelajaran ....................................................21 3. Fungsi Media Pembelajaran .................................................26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN .................................................29 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................29 B. Populasi dan Sampel ................................................................29 C. Instrumen Penelitian.................................................................30 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................31 E. Teknik Analisis Data ................................................................32
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS, INTERPRETASI DATA PENELITIAN ...................................................................35 A. Deskripsi Data ..........................................................................35 B. Rekapitulasi Nilai Siswa dalam Menulis Paragraf Persuasif ..38 C. Analisis Data ............................................................................51 D. Interpretasi Data .......................................................................56
BAB V
PENUTUP .....................................................................................57 A. Kesimpulan ...............................................................................57 B. Saran ..........................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................61 v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.1 Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memilikistrategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Untuk memenuhi salah satu kompetensi guru dalam sistem intruksional yang modern, maka perlu diuraikan masing-masing teknik penyajian secara mendalam dan terinci. Untuk mendalami dan memahami tentang teknik penyajian pelajaran, maka perlu dijelaskan arti dari teknik penyajian itu. Teknik penyajian pelajaran
adalah
suatu
pengetahuan
tentang
cara-cara
mengajar
yang
dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain adalah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.2 Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum 1
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta 2006), hlm. 1. 2 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta 2008), hlm. 1.
1
2
komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran dimaksud.3 Pengajaran bahasa Indonesia yang berhasil akan berakibat langsung pada pelajaran yang lainnya, karena bahasa itu alat untuk berkomunikasi, alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, alat mengajarkan keterampilan, dan untuk menanamkan suatu sikap yang terarah. Tetapi, kita tidak dapat menutup mata untuk menghadapi kenyataan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolahsekolah perlu ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dunia modern yang meliputi dunia pendidikan dengan segala aspeknya. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara menulis dan tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak memahami bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa menyalin/mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau
orang-orang
representasinya.
tersebut
tidak
memahami
bahasa
tersebut
beserta
4
Penulis memproyeksikan sesuatu mengenai dirinya ke dalam sepenggal tulisan. Bahkan dalam tulisan yang obyektif ataupun yang tidak mengenai orang tertentu sekalipun, penulis kelihatan sebagai seorang pribadi tertentu. Penulis memegang suatu peranan tertentu dan tulisannya mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuannya.5 Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
3
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 11 4 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 22. 5 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa…….., hlm. 23.
3
kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi (membaca kepribadian dari tulisan tangan), struktur bahasa, dan kosa kata.6 Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orangorang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.”7 Salah satu bagian dari pengajaran keterampilan menulis adalah menulis atau membuat paragraf. Pengajaran paragraf merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan suatu gagasan yang saling berkaitan. Hasil dari pengajaran paragraf ini diharapkan siswa mampu merangkaikan kalimat untuk mengembangkan gagasan tersebut sehingga menjadi tulisan yang baik dan menarik. Mengingat pentingnya pengajaran paragraf dalam keterampilan menulis, maka hendaknya guru bisa memotivasi siswa untuk meningkatkan mengenai pemahaman pengajaran paragraf. Pada umumnya, sebuah paragraf disusun oleh kalimat utama dan kalimat penjelas yang saling berhubungan, sehingga membentuk satu kesatuan pikiran. Namun ada juga paragraf tanpa kalimat utama, seperti paragraf deskripsi dan narasi. Untuk membentuk sebuah paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut ditata secara cermat sehingga tidak ada penyimpangan pokok pikiran utama. Akan tetapi, jika sebuah paragraf tidak ditata
6
E. Kusnadi, Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 1. 7 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa…….., hlm.3-4.
4
secara cermat, maka akan terjadi penyimpangan pokok pikiran utama. Akibatnya paragraf tersebut menjadi tidak sempurna dan rancu. Begitu juga dalam menyusun sebuah paragraf yang baik perlu ditunjang dengan kata-kata penghubung sebagai penyempurna antar kalimat. Namun, apabila sebuah paragraf tanpa ditunjang dengan kata-kata penghubung maka paragraf tersebut tidak ada suatu kepaduan. Kepaduan akan terlihat apabila susunan kalimat-kalimat tersusun secara logis. Paragraf persuasif adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Paragraf ini juga dipelajari pada tingkat SMU, tetapi hanya pada materi iklan, dan poster. Media gambar ini dipilih untuk mempermudah siswa dalam belajar, terutama dalam membuat paragraf persuasif. Oleh karena itu, media gambar ini dipilih dalam penelitian ini. Keterangan di atas menunjukkan betapa pentingnya dalam memahami sebuah paragraf, karena siswa yang menguasai paragraf tentu akan baik dalam kemampuan mengarangnya. Namun ada juga yang tingkat kemampuan memahami paragraf yang kurang, tetapi tingkat kemampuan mengarangnya baik. Hal ini yang mendorong penulis untuk mencoba meneliti dan membahas mengenai, “Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasif masih kurang 2. Pengajaran Bahasa Indonesia masih sebatas teori saja, belum sepenuhnya memperhatikan kemampuan siswa 3. Kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasif masih rendah
5
C. Pembatasan Masalah Masalah penelitian ini akan dibatasi pada “Kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasif”.
D. Perumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perlu dirumuskan dua permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf persuasif menggunakan media gambar? 2. Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa kelas X MAN Cikarang dalam mengarang paragraf persuasif menggunakan media gambar dengan yang tidak menggunakan media gambar?
E. Tujuan dan manfaat penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Kemampuan
siswa kelas X MAN Cikarang dalam membuat paragraf
persuasif; 2. Efektivitas penggunaan media gambar terhadap kemampuan siswa dalam mengarang persuasif. a. Manfaat Teoritis 1. Manfaat bagi siswa Memudahkan siswa dalam memahami konsep paragraf persuasif dengan penggunaan media gambar, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran
menjadikan
siswa
lebih
mudah
dalam
mengerjakannya. 2. Manfaat bagi guru a. Membantu guru dalam upaya menentukan strategi pengajaran yang tepat dan efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami tulisan paragraf, khususnya paragraf persuasif.
6
b. Sebagai
bahan
pertimbangan
guru
dalam
mengajar
pembelajaran paragraf persuasif baik dari strategi persiapan mengajar maupun kendala-kendala yang dihadapi. 3. Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang menulis persuasif dengan penggunaan media gambar. b. Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi siswa Sebagai sumber pelajaran bagi siswa atau pihak-pihak yang menaruh perhatian pada kajian tentang memahami paragraf. 2. Manfaat bagi guru Sebagai bahan dan pengayaan bahan ajar guru untuk diterapkan dalam pembelajaran di klelas. Sebagai sumber dan teknik belajar yang asik dan menyenangkan diterapkan dalam pembelajaran di kelas. 3. Manfaat bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan kebijakan yang berkaitan dengan keterampilan menulis. Sebagai pengalaman dan bahan perbandingan penerapan dalam menulis paragraf persuasif dengan teknik yang tepat. 4. Manfaat bagi peneliti Saebagai bahan ilmu pengetahuan yang diambil dari kemampuan siswa dalam menulis persuasif dengan penggunaan media gambar.
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Hakikat Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1. Keterampilan menyimak (listening skills); 2. Keterampilan berbicara (speaking skills); 3. Keterampilan membaca (reading skills); 4. Keterampilan menulis (writing skills); Keempat keterampilan di atas berkaitan sangat erat. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan prosesproses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.1 Pembahasan pada skirpsi ini hanya membahas keterampilan menulis saja, yaitu menulis paragraf persuasif.
1. Menulis Paragraf Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk
1
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 1.
7
8
menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.2 Paragraf adalah bagian bab di suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru).3 Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata Inggris paragraph, sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata belanda itu sendiri berasal dari kata latin a linea, yang berarti „mulai dari baris baru‟. Kata Inggris paragraph terbentuk dari kata Yunani para-, yang berarti „sebelum,‟ dan –grafien, „menulis, menggores‟.3 Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.4 Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf nonfiksi biasanya dimulai dengan umumdan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Untuk memahami pengertian paragraf sebagai satuan yang lebih kecil dari wacana, lebih dahulu baca dan perhatikanlah kutipan berikut ini! Kutipan 1 Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan
2
Djago Tarigan, Membina Ketermpilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 13. 3 Dekdikbud, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 648. 4 Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2004), hlm. 113.
9
sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia kearah peradaban modern menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan itu mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu juga ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan isi pikiran dengan jelas, tegas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak serta hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain. Dalam hubungan itu diperlukan adanya keseimbangan antara sikap bahasa yang positif, baik terhadap bahasa Indonesia maupun terhadap bahasa-bahasa daerah. Juga diperlukan perilaku berbahasa dan antara sikap bahasa perseorangan dan sikap bahasa bangsa yang dinyatakan dalam kebijaksanaan bahasa nasional. Setiap baris pertama suatu paragraf diketik agak menjorok ke dalam lima ketukan dari marjin kiri dan selalu mulai dengan garis baru (ciri visual). Setiap paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema (ciri ideal). Jika dalam satu paragraf terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf. Terlibat bahwa kutipan di atas terbagi-bagi atas bagian-bagian (5 bagian) yang dimulai dengan baris baru dan ditulis agak menjorok ke dalam.
Bagian-bagian
tersebut
terdiri
atas
kalimat-kalimat
yang
10
berhubung-hubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Itulah yang pada hakikatnya disebut paragraf. Jadi, paragraf ialah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubunghubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.5 Sebuah paragraf ibarat kereta api yang membawa penumpang. Jika kereta api memiliki lokomotif, gerbong, dan rantai yang berfungsi untuk menghubungkan lokomotif dengan gerbong pertama dan dengan gerbonggerbong lainnya, sebuah paragraf juga memiliki kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas serta mata rantai yang menghubungkan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. Oleh sebab itu, paragraf biasanya diartikan sebagai kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan. Pengertian tersebut menyatakan bahwa sebuah paragraf seharusnya terdiri atas lebih daripada satu kalimat.6
2. Jenis Paragraf Berdasarkan fungsinya, paragraph dapat dibedakan atas paragraf peralihan (transitional paragraph), dan paragraf penekanan (emphatic paragraph). Semakin paham kita akan struktur paragraf, dan semakin banyak pula kita melihat karya tulis orang lain, maka jelas semakin nyatalah kepada kita adanya berbagai jenis paragraf. a. Paragraf Peralihan Paragraf peralihan mengandung celah uraian yang kosong. Biasanya
paragraf
peralihan
memerankan
dua
fungsi,
yakni
merangkumkan menilai bahan atau uraian terdahulu, dan membayangkan bahan atau uraian berikutnya. Paragraf peralihan memperkenalkan baik, judul, subjek, maupun pembatasan. Kadang-kadang, paragraf peralihan berbentuk pertanyaan, yang menggerakkan para pembaca dari satu gagasan ke gagasan lainnya
5
Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf (Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986), hlm. 1-3. 6 Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana (Jakarta: Storia Grafika, 2003), hlm. 33.
11
dan mempunyai keunggulan tambahan dalam hal membuat para pembaca menghadapi masalah tersebut. b. Paragraf Penekanan Paragaraf penekanan terdiri atas beberapa kalimat berita singkat (kadang-kadang hanya terdiri atas satu kalimat) yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok. Paragraf penekanan secara tepat-guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang lebih panjang.7
3. Syarat-syarat Penyusunan Paragraf yang Baik Sebuah karangan tak mungkin baik jika paragrafnya tidak tersusun dengan baik. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang makul.8 Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya, baik itu antara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Dalam paragraf yang baik tidak ada satupun gagasan penjelas ataupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utamanya. Semuanya mendukung secara kompak pada satu fokus permasalahan. Paragraf yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu kesatuan, koherensi, dan pengembangan. Sebuah paragraf memenuhi kesatuan yang baik jika semua kalimat yang membangunnya hanya menyatukan satu 7
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 99-101. 8 Adjat Sakri, Paragraf (Bandung: ITB, 1990), hlm. 1.
12
pikiran/gagasan pokok (satu ide, satu tema). Koherensi adalah kepaduan/kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Pengembangan ialah rincian pikiran pokok ke dalam pikiranpikiran penjelas dan pengurutannya secara teratur.9
4. Pola Pengembangan Paragraf Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf ialah cara penulis merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu.10 Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yaitu: 1. Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasangagasan penjelas, dan 2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas ke dalam urutan yang teratur. Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai antara lain ditentukan oleh gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (narasi) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab akibat suatu kejadian, maka
pola
yang
dipilih
adalah
pola
kausalitas
(eksposisi,
argumentasi). Pemilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikan.
4. 1. Paragraf Deskripsi Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga 9
Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan menulis paragraf (Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986), hlm. 30. 10 Adjat Sakri, Bangun Paragraf Bahasa Indonesia (Bandung: ITB, 1992), hlm. 11.
13
objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.11 Deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang berusaha
memberikan
perincian
dari
objek
yang
sedang
dibicarakan. Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatannya dan perasaannya kepada pembaca melalui tulisan. Tulisan deskripsi bertujuan: Deskripsi sugesti, yaitu menciptakan dan memungkinkan daya khayal (imajinasi) pada para pembaca dengan perantara tenaga
rangkaian
kata-kata
yang
dipilih
penulis
untuk
menggambarkan ciri, sifat, watak objek. Deskripsi ini bertujuan menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca. Pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek. Deskripsi ekspositoris/teknis, yaitu memberikan identifikasi atau
informasi
mengenai
objek
hingga
pembaca
dapat
mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut.12
4. 2. Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menguraikan
suatu
objek
sehingga
memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca.13 Eksposisi atau pemaparan adalah bentuk tulisan yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok bahasan yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. 14 Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan
11 12
158.
13 14
Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II (Jakarta: Grasindo, 1995), hlm. 16. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 7. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 160-161.
14
yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima atau ditolak pembaca.
4. 3. Paragraf Persuasif Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan
dari
argumentasi,
dan
khusus
berusaha
mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain.15
4. 4. Paragraf Argumentasi Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran.16 Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan serta menerapkannya pada suatu kasus dalam perdebatan. Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekedar mana suka atau pendekatan emosional. Penulis harus berusaha menyelidiki; apa persoalan itu, apa ada tujuan yang tersembunyi, apa ada keuntungan atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan mana yang kiranya mendapat manfaat dan 15 16
Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 14. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 10.
15
bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya, penulis harus berusaha menyampaikan pendapatnya secara teratur dan kritis.17
4. 5. Paragraf Narasi Narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca. Narasi menyajikan peristiwa dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian. Ia mengisahkan sebuah atau suatu kelompok aksi sedemikian rupa untuk menghasilkan sesuatu yang secara populer disebut ceritera.18
B. Paragraf Persuasif 1. Pengertian Persuasif Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis, ini dapat digolongkan dalam cara untuk mengambil keputusan.19 Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu yang akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima persuasi harus mendapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan dilakukan tanpa paksaan.20 Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memrlukan juga upayaupaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai 17
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 168. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…………., hlm. 17. 19 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 171. 20 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 118. 18
16
dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah: propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu. Iklan-iklan dalam surat kabar, majalah, atau media massa lainnya, selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi, misalnya rasa kebencian bila menyangkut ideologi, atau rasa heroisme untuk melawan atau menyokong suatu kelompok, dan sebagainya. Untuk meyakinkan pembaca mengenai apa yang dipersuasikan, pembicara atau penulis harus menimbulkan kepercayaan pada para pembaca. Kepercayaan merupakan unsur utama dalam persuasi. Walaupun kepercayaan merupakan landasan utama persuasi, tindakan persuasi itu sendiri tidak harus diarahkan kepada kepercayaan, tetapi dapat juga diarahkan kepada jangkauan yang lebih jauh, yaitu agar yang diajak bicara dapat melakukan sesuatu. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain; ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar, yaitu dasar kepercayaan. Jadi persuasi adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Model Persuasi
17
2. Metode Paragraf Persuasi Karena persuasi juga mempergunakan fakta-fakta sebagai dasar, maka metode-metode yang dipergunakan dalam argumentasi dapat dipergunakan juga dalam persuasi. Metode tersebut adalah definisi, sebabakibat,
keadaan,
persamaan
atau
perbandingan,
kebalikan
atau
pertentangan, kesaksian dan autoritas. Walaupun argumentasi dan persuasi mempergunakan alat dan cara yang sama, keduanya berbeda dalam kadar penggunaan fakta dalam metode-metode tersebut, dalam tujuannya, motivasi dan situasi yang dimasukinya. Persuasi secara khusus mempergunakan beberapa metode lain
seperti
halnya
pada
eksposisi.
Metode-metode
yang
biasa
dipergunakan adalah: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, proyeksi, dan penggantian. a. Rasionalisasi adalah suatu proses penggunaan alat untuk memberikan suatu dasar kebenaran pada suatu persoalan, bukan merupakan sebab langsung dari masalah itu. Persuasi akan berlangsung jika penulis mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan penulis serta bagaimana sikap dan keyakinan pembaca.21 b. Identifikasi berarti menganalisis pembaca dan situasi untuk dapat mengidentifikasi
diri
penulis
dengan
pembaca
dengan
cara
menciptakan dasar umum yang sama dengan pertanyaan “untuk siapa tulisan ini ditujukan?”22 Agar identifikasi dapat berjalan sebagaimana diharapkan, haruslah diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum yang sama itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan pembicara. Untuk dapat menemukan dasar umum yang sama, dalam setiap tulisan kita selalu mengajukan pertanyaan: untuk siapa tulisan ini 21 22
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 172. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 173.
18
ditujukan? Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan hadirin atau mereka yang akan membaca tulisannya. c. Sugesti ialah usaha membujuk pembaca untuk menerima suatu keyakinan tanpa memberi dasar umum kepercayaan yang logis. 23 Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
diketahui
bahwa
kesugestian seseorang sudah berkembang sejak seseorang masih kanak-kanak. Kesugestian pada seseorang mulai berkembang pesat mulai usia empat tahun dan mencapai puncaknya pada usia tujuh atau delapan tahun. d. Konformitas ialah suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu yang lain. Suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri dengan yang diinginkan. Penulis dapat memperlihatkan dirinya mampu berbuat sebagimana pembaca.24 Konformitas biasanya dianggap sebagai suatu tindakan yang akan membawa pengaruh positif ke arah kemajuan. Dalam persuasi, orang yang melakukan persuasi mempergunakan teknik ini untuk menyesuaikan dirinya dengan orang yang dipersuasi. e. Kompensasi ialah tindakan hasil usaha untuk mencari pengganti bagi hal yang tak dapat diterima atau dipertahankan. Dalam persuasi, penulis dapat mendorong pembaca untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan penulis dengan memberikan keyakinan bahwa pembaca memiliki kemampuan untuk itu.25 f. Proyeksi adalah teknik menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi objek. Jika seseorang diminta mendeskripsikan objek yang 23
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 173. Ibid, hlm. 173. 25 Ibid, hlm. 173. 24
19
tidak disenangi, ia akan mendeskripsikan hal-hal yang baik tentang objek yang ia senangi.26 g. Pergantian adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu hal yang
mengalami
rintangan
dengan
hal
lain
yang
sekaligus
menggantikan emosi kebencian asli (cinta kasih asli). Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk mengalihkan tujuan tertentu kepada tujuan yang lain (mirip dengan kompensasi).27
C. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruktional. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.28 Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan
26
Ibid, hlm. 173. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi………….., hlm. 173. 28 Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 27
11.
20
secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “Media Pembelajaran”29 Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi
yang membuat
siswa
mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.30 Kata media sebenarnya bukanlah kata asing bagi kita, tetapi pemahaman banyak orang terhadap kata tersebut berbeda-beda. Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien,
dan
mampu
dimilikioleh
sekolah
serta
tidak
menolak
digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah sejauhmanakah kesiapan guru-guru dalam menguasai penggunaan media pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi proses kegiatan belajar mengajar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah-satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan 29 30
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 5. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 3.
21
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).31
2. Jenis Media Pembelajaran Menurut Rudi Bretz, dalam usahanya ini ia mencoba membagi media berdasarkan indera yang terlibat, sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara, visual, dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang melibatkan indera pendengaran dan visual adalah unsur yang melibatkan indera penglihatan. Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama.32 Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran saja kita sebut sebagai media audio, media yang melibatkan indera penglihatan saja kita sebut sebagai media visual. Kemudian, bila dalam proses pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak hanya teling dan mata saja maka yang demikian itu kita namakan sebagai multimedia. Dengan demikian, media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok besar, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. a. Media audio Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal audio ini yaitu bahasa lisan atau kata-
31 32
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 2. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 52.
22
kata, dan pesan nonverbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.33 Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio ini, diantaranya adalah 1) Radio, 2) Alat perekam pita magnetik, dan 3) Laboratorium bahasa. 1. Radio Berkat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, orang dapat menciptakan radio. Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio juga dapat dijadikan sebagai media pendidikan dan pengajaran yang cukup efektif.34 2. Alat perekam pita magnetik Kaset tape recorder adalah alat perekam yang menggunakan pita dalam kaset. Pita tersebut digulung-gulung pada kumparan yang berada dalam kotak yang disebut kaset. Pita yang digunakan untuk cassete recorder itu adalah pita magnetik, berupa pita plastik yang tipis dan elastis. Satu sisi permukaannya berkilat, sedangkan permukaan lainnya kusam yang mengandung lapisan oksida besi yang megnetik. Kalau pita itu berjalan dan permukaannya yang kusam menyentuh putting perekam suara maka media magnetik mengatur partikelpartikel oksida besi yang terdapat pada permukaan pita tersebut sesuai dengan pola suara yang direkam.35 3. Laboratorium bahasa Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa siswa duduk sendiri-sendiri pada bilik akuistik dan kotak suara yang 33
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 55. Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran……………, hlm. 83. 35 Ibid., hlm. 90. 34
23
telah tersedia. Siswa atau mahasiswamendengarkan suara guru atau suara radio cassete melalui headphone. Dengan jalan demikian siswa dapat
dengan
segera
memperbaiki
kesalahan-kesalahan
yang
dibuatnya.36 b. Media visual Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual. Posisi simbolsimbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software-nya media visual.37 Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi. Meskipun perancang media pembelajaran bukan seorang pelukis dengan latar belakang profesional, ia sebaiknya mengetahui bebrapa prinsip dasar dan penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunaan media berbasis visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk, warna, dan tekstur.
Garis adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian terdapat banyak garis, diantaranya adalah: garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis lengkung, garis lingkar, garis zig-zag dan lain-lain.
Bentuk adalah sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan konsep-konsep lainnya.
36 37
Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran……………, hlm. 93. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 81.
24
Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.
Tekstur digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk memberikan penekanan seperti halnya warna. Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan, dan penekanan.
Kesederhanaan Secara umum ia mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang mudah dipahami. Demikian pula teks yang menyertai bahan visual harus dibatasi (misalnya antara 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam satu tampilan atau serangkaian tampilan atau serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti.
Keterpaduan Ia mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapt dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
Penekanan Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan
25
menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.38 c. Media Audio Visual Yang disebut visual adalah apa yang dilihat. Banyak hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata, misalnya daya tarik magnetis, yang timbul dari gelombang-gelombang magnetis. Daya tarik magnetis menjadi nyata dalam hal efeknya bila kita dekatkan benda-benda dari besi seperti jarum tumpull, pasir besi dengan magnet, maka kita melihat akibatnya. Jarumjarum dan pasir besi itu ditarik kearah magnet dan melekat padanya. Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Media audio visual ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, apaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran.39 Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara. Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio visual saja atau media visual diam plus suara. Film yang dimaksudkan di sini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang; proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri, kejadian-kejadian dalam alam, tatacara kehidupan dinegara asing, berbagai industri dan
38 39
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 81- 83. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 113-114
26
pertambangan, mengajarkan sesuatu keterampilan, sejarah kehidupan orang-orang besar dan sebagainya.40 d. Multimedia Multimedia yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multi bahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indera pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Komputer adalah alat elektronik yang termasuk pada kategori multimedia. Karena komputer mampu melibatkan berbagai indera dan organ tubuh, seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik), yang dengan pelibatan ini dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti.41
3. Fungsi Media Pembelajaran Menurut yudhi munadi, fungsi media pembelajaran terbagi menjadi lima fungsi, diantaranya sebagai berikut: a. Fungsi Media Pembelajaran Berfungsi sebagai Sumber Belajar Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. b. Fungsi Semantik Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). c. Fungsi Manipulatif
40 41
Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran………., hlm. 95. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 148.
27
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. d. Fungsi Psikologis Fungsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yakni fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif, dan fungsi motivasi.
Fungsi atensi yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem syaraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya syaraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan yang lainnya. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.
Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Perlu diingat bahwa antara tingkah laku afektif dengan tingkah laku kognitif selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah perbedaan tekanan. Pada tingkat ini siswa dapat memperkuat falsafah hidupnya dan mempunyai nilai-nilai yang membimbing hidupnya.
Fungsi kognitif, yakni siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
28
Fungsi imajinatif, yakni media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiranpikiran autistik.
Fungsi Motivasi, motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong
melakukan
kegiatan
belajar
sehingga
tujuan
pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. e. Fungsi Sosio-Kultural Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah + 40 orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Sedangkan di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia akan mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang guru baik adat, budaya, lingkungan, dan pengalamannya berbeda dengan para siswanya. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.42
42
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran………., hlm. 37 – 48.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN Cikarang, Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Kabupaten Bekasi. Waktu penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2010/2011, tepatnya pada awal Maret 2011 – Mei 2011.
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.1 Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka disebut juga sensus.2 Populasi pada penelitian ini adalah kelas X MAN Cikarang, yang berjumlah 175 siswa yang terbagi dalam 5 kelas, yaitu X.1 – X.5. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu ditentukan oleh guru dengan alasan 1
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 115.
hlm. 80.
29
30
tujuan pendidikan, kesamaan jadwal, dan jumlah siswa yang dijadikan sampel. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.3 Sampel pada penelitian ini berjumlah 54 siswa yang terbagi dalam dua kelas,yaitu kelas X.3 dan X.1. Sampel yang diambil dari kelas X.3 berjumlah 29 dan dari X.1 berjumlah 25 siswa. Kelas X.3 diajarkan membuat paragraf persuasi melalui media gambar sedangkan kelas X.1 diajarkan membuat paragraf persuasif dengan tidak menggunakan media gambar.
C. Instrumen Penelitian Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris: researech yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.4 Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan 3
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
4
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hlm. 81. hlm. 2.
31
dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.5 Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil dari program tindakannya akan dilakukan dengan menggunakan dua (2) instrumen, yaitu soal latihan dan media gambar. Soal latihan digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa kelas X (sepuluh) MAN Cikarang dalam membuat karangan persuasif. Media gambar digunakan untuk mempermudah siswa dalam membuat paragraf persuasif.
D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini didapat dari observasi sampel penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan media gambar terhadap hasil belajar siswa dalam mengarang persuasi. Bentuk observasi yang dilakukan tersebut berupa soal essay. Soal essay yang digunakan ada dua macam, berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Soal essay tersebut yaitu: 1. Buatlah paragraf persuasif yang bersumber dari pamflet. 2. Di bawah ini adalah contoh dari iklan yang berbentuk pamflet. Buatlah paragraf persuasif dari contoh iklan tersebut. Soal 1 dan 2, diujicobakan pada kelas yang berbeda. Soal pada nomor 1 diberikan kepada siswa kelas X-1, sedangkan soal pada nomor 2 diberikan kepada
5
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek………………, hlm. 102
32
siswa kelas X-3. Soal pada nomor 1 tidak menggunakan media gambar, sedangkan soal nomor 2 menggunakan media gambar berupa pamflet. Hasil dari observasi tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan nilai atau kemampuan siswa dalam mengarang persuasif dengan menggunakan gambar atau tidak menggunakan gambar. Penilaian kemampuan siswa dalam mengarang persuasif yaitu aspek bahasa, tanda baca, dan sistematika berpikir.
E. Teknik Analisis Data 1. Langkah-langkah analisis data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti, lalu data diolah dengan pengolahan data secara kuantitatif, meliputi beberapa tahapan yaitu: persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Tahap pertama yaitu persiapan, kegiatan pertama yang dilakukan pada persiapan ini diantaranya melakukan pengecekan nama dan kelengkapan identitas siswa,
kelengkapan data, termasuk pula kelengkapan lembaran
instrumen, barangkali ada yang sobek atau ada yang hilang. Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan bermaksud merapikan data agar bersih, rapih dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau analisis. Tahap kedua, membuat tabulasi. Tabulasi yang digunakan adalah tabulasi nilai hasil belajar siswa. Pada tabulasi tersebut akan terdapat sedikit gambaran secara kuantitatif data-data seperti nilai rata-rata, simpangan atau standar deviasi dari pengolah data. Data yang terdapat dalam tabel tersebut yaitu nilai hasil belajar siswa dalam mengarang persuasi dengan menggunakan media gambar dan tanpa media gambar. Hasilnya akan dibandingkan dengan rumus komparasi (thitung).
33
Tahap ketiga yakni penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, maksud rumusan yang dikemukakan adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Rumus nilai rata-rata , ∑X₁ adalah jumlah data keseluruhan pada X1, dan n₁ sebagai hasil penjumlahan keseluruhan data pada X1. Setelah menghitung rata-rata X2 dengan rumus yang hampir sama. Menghitung standar deviasi data 1, rumusnya:
∑X₁ n₁ n₁ ∑ X₁² - (∑ X₁)² n₁ (n₁-1)
S₁ = Keterangan:
S₁ = Standar deviasi data 1 n₁ = Jumlah seluruh data 1 ∑ X₁² = Kuadrat hasil penjumlahan keseluruhan data 1 Menghitung standar deviasi data 2, rumusnya: n₂ ∑ X₂² - (∑ X₂)² n₂ (n₂ - 1)
S₂ = Keterangan:
S₂ = Standar deviasi data 2 n₂ = Jumlah seluruh data 2 ∑ X₂² = Kuadrat hasil penjumlahan keseluruhan data 2 Menghitung derajat kebebasan data, rumusnya: db =
(S₁²/n₁ (S₁²/n₁)² (n₁-1)
+ +
S₂²/n₂)² (S₂²/n₂)² (n₂ - 1)
34
Keterangan: S₁² = Kuadrat standar deviasi data 1 S₂² = Kuadrat standar deviasi data 2 Db = derajat kebebasan data
Menghitung thitung, rumusnya: t = (X⁻1 - X⁻2) / ((S₁²/n₁) + (S₂²/n₂))¹´² Keterangan: S₁² = Kuadrat standar deviasi data 1 S₂² = Kuadrat standar deviasi data 2 thitung = Standar uji -t
Pengajuan hipotesis penelitian H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam mengarang persuasi dengan media gambar, dengan nilai mengarang siswa yang tidak menggunakan media gambar. Ht = terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam mengarang persuasi dengan media gambar, dengan nilai mengarang siswa yang tidak menggunakan media gambar. Prosedur pengujian hipotesis Jika thitung < ttabel, maka hipotesis nol (H0) diterima, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam mengarang persuasi dengan media gambar, dengan nilai mengarang siswa yang tidak menggunakan media gambar. Jika thitung > ttabel, maka hipotesis nol (H0) ditolak, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam mengarang persuasi dengan media gambar, dengan nilai mengarang siswa yang tidak menggunakan media gambar.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, INTERPRETASI DATA PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Sejarah Sekolah MAN Cikarang Kabupaten Bekasi berdiri tahun 1992. Pada awal kelahirannya merupakan madrasah swasta dengan nama Madrasah Aliyah Al Mujahidin, berlokasi di Desa Karang Asih Cikarang Bekasi. Nama tersebut adalah nama yayasan. Pemerakarsa pendiriannya adalah Drs. H. Martaya yang saat itu adalah pegawai di Departemen Agama sekaligus menjadi ketua Yayasan Al Mujahidin. Pada tahun 1993, Madrasah Aliyah Swasta Al Mujahidin berubah status menjadi Madrasah Aliyah Negeri dengan nama MAN Cikarang Kabupaten Bekasi berdasarkan Surat Keputusan Dirjen... Nomor... dengan kepala madrasah yang pertama adalah Drs. H. Martaya dari awal berdiri sampai dengan tahun 2003 Kemudian pada tahun 2003 diganti oleh Drs. H. Ramlin S. MM. Pada 13 Maret 2009 terjadi pelantikan dan serah terima jabatan kepala MAN Cikarang dari Drs. H. Ramlin S. MM kepada Drs. H. Badru Tamam M.Pd yang sebelumnya menjabat kepala MAN Parung Panjang Kabupaten Bogor. Beliau juga sebelumnya mengajar di MAN Cikarang dari tahun 2001 s.d. tahun 2008. MAN Cikarang kini menempati area tanah hak guna bangunan seluruhnya seluas 5500 M2, sebagian kecil, yakni bagian depan, sudah terpagar permanen, sementara status kepemilikan tanah sedang dalam proses sertifikasi (Nopember 2009). Peruntukan tanah tersebut adalah : digunakan sebagai bangunan (kelas, laboratorium, dan mesjid) seluas = m2; lapangan olahraga = m2; kantin .500 m2, dan sisanya yakni 2888 m2 dimanfatkan untuk halaman, taman dan kebun sekolah.
35
36
a. Tujuan Umum Tujuan umum MAN Cikarang Kabupaten Bekasi mengacu kepada Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertangung jawab, produktif, sehat rohani dan jasmani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawana sosial, kesadaran akan sejarah bangsa, dan sikap menghargai pahlawan serta berorientasi masa depan. b. Tujuan Khusus Dari sisi output, secara khusus MAN Cikarang Kabupaten Bekasi bertujuan mencetak output yang memiliki keunggulan dalam hal : 1) Keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan YME sebagai sekolah yang bercirikhas Islam, 2) Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi, 3) Wawasan IPTEK yang mendalam dan luas, 4) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan serta memiliki kepribadian yang kokoh dengan melibatkan peran serta lingkungan mayarakat, 5) Kepekaan sosial dan kepedulian, dan 6) Disiplin yang tinggi yang ditunjang oleh kondisi fisik yang prima. Sementara, Secara institusional, MAN Cikarang Kabupaten Bekasi menjadikan madrasah yang mampu menyelenggarakan pendidikan secara profesional, dan menyiapkan peserta didik untuk meraih kelulusan yang memiliki kesiapan baik untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi maupun jalur karir lain dan bekerja mandiri. Secara Inovatif, MAN Cikarang Kabupaten Bekasi akan mampu medemonstrasikan proses pembelajaran moderen yang komprehensif dan memfokuskan kegiatannya pada upaya memfasilitasi proses belajar siswa yang aktif, dinamis, mandiri, dan kreatif yang berbasis multimedia. Pada gilirannya nanti, MAN Cikarang Kabupaten Bekasi akan mampu menyebarluaskan kinerja profesionalnya bagi pembinaan dan
37
pengembangan dan pengelolaan madrasah lain yang sejenis, baik negeri maupun swasta melalui implementasi program PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama). MAN Cikarang Kabupaten Bekasi juga memeransertakan potensi masyarakat
secara
fungsional,
proporsional,
dan
integratif
demi
pengoptimalan pembinaan dan pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas dan disegani oleh masyarakat. c. Strategi a. Setiap civitas MAN Cikarang Kabupaten Bekasi adalah Pamflet dan Brosur Berjalan yang mengemban misi-misi di atas. b. Seluruh aktivitas civitas MAN Cikarang Kabupaten Bekasi bersendikan syariat Islam. c. Setiap prilaku civitas akademik MAN Cikarang Kabupaten Bekasi harus mencerminkan komunitas madrasah yang berwawasan teknologi informasi dan komunikasi.
38
B. Rekapitulasi Nilai Siswa dalam Menulis Paragraf Persuasif
Nama
Abraham Hario Lesmana
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Ade Nur Firmansyah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Amalia Rizki
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
39
Nama
Agra Claudia Mustaram
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Anisa. N
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Diana Pertiwi
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Fitri Syarifah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
40
Nama
Hendra
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Ivan
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Komarudin
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Maria Ulfah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
41
Nama
M. Yusuf
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Nurul Khoerunnisa
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Nur Azizah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Ocki Bagus p
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
15
42
Nama
Permana Utama
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
15
Nama
Siska Anggraini
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Rahma Putri
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
15
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Siti Aisyah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
20
43
Nama
Siti Nurhanifah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
15
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Siti Nurmaidah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
15
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Siti Shohebah M. R
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
15
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Veiga Affiah
Kelas
X. 1
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
44
Nama
Abdurahman
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Ade Rosmalinda
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Anita Permata Sari
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Arum Nurhidayati
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
45
Nama
Dina Apriliani
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Elis Rusminah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Ernasari
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Fitrianingsih
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
46
Nama
Gahrani Jafar
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Iha Soliha
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Johan Jaeni
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Lia Priwati
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
47
Nama
M. Dimyati
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
M. Eriansyah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
M. Syafi’i
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Nana Efendi
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
48
Nama
Neneng Fatimah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Nidya Mumtaz
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Nila Ayu Wanda
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Nurlatifah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
49
Nama
Puad Hasan
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Robi Barokah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
20
Nama
Santi Aji
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Sarah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
50
Nama
Siti Amelia
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Suryati
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
20
b. Keefektifan kalimat
25
c. Penggunaan tanda baca
30
Nama
Titi Hanisah
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
25
b. Keefektifan kalimat
30
c. Penggunaan tanda baca
25
Nama
Yosfikar
Kelas
X. 3
Kriteria
Nilai
a. Bahasa
30
b. Keefektifan kalimat
20
c. Penggunaan tanda baca
25
51
C. Analisis Data 1. Hasil Nilai Rata-rata Kelas Kontrol Sebagaimana data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal essay. Nilai kelas kontrol memiliki nilai tertinggi yaitu 75 dan nilai terendah yaitu 65 dari 35 siswa dengan kriteria penilaian meliputi bahasa, keefektifan kalimat, penggunaan tanda baca. Hal itu dapat digambarkan pada hasil tes berikut. Tabel perbandingan nilai siswa kelas X-1 dan X-3 (X1 dan X2) X₁² X₂² No X1 X2 1 70 75 4900 5625 2 65 80 4225 6400 3 65 75 4225 5625 4 65 85 4225 7225 5 65 75 4225 5625 6 70 80 4900 6400 7 65 80 4225 6400 8 65 80 4225 6400 9 65 75 4225 5625 10 75 85 5625 7225 11 65 80 4225 6400 12 65 80 4225 6400 13 65 75 4225 5625 14 70 75 4900 5625 15 65 75 4225 5625 16 65 75 4225 5625 17 70 80 4900 6400 18 65 75 4225 5625 19 65 80 4225 6400 20 65 85 4225 7225 21 65 75 4225 5625 22 65 75 4225 5625 23 75 80 5625 6400 24 80 6400 25 80 6400 26 75 5625 27 80 6400 28 75 5625 1,535 2,190 102,675 171,600
52
Dari hasil tes tersebut maka nilai rata-rata kelas kontrol akan dijabarkan sebagai berikut. 1. rata-rata
=
=
= 66,74
Sehingga nilai rata-rata kelas kontrol adalah 66,74 2.
Hasil Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen Sebagaimana data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal essay. Nilai kelas eksperimen memiliki nilai tertinggi yaitu 85 dan nilai terendah yaitu 75 dari 35 siswa dengan kriteria penilaian meliputi bahasa, keefektifan kalimat,
penggunaan tanda baca. Hal itu dapat digambarkan pada hasil tes berikut. Maka nilai rata-rata kelas eksperimen akan dijabarkan sebagai berikut. 2.
rata-rata X₂ =
=
= 78,21
Sehingga nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 78.21 3.
Menghitung Standar Deviasi Kelas Kontrol Setelah mendapatkan hasil dari nilai rata-rata kelas kontrol, maka langkah
berikutnya adalah menghitung standar deviasi kelas kontrol. Sebelum menghitung, rumus standar deviasi memerlukan
.
Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut n₁ ∑ X₁² - (∑ X₁)² n₁ (n₁-1)
1. S₁ =
=
23
x
102,675 23(23-1)
- (1535)²
53
=
2,361,525
- 2,356,225 506
5,300 506
= =
10.47
S₁2 = 109.7111
Jadi standar deviasi untuk kelas kontrol adalah 10.47 4.
Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksperimen Setelah mendapatkan hasil dari nilai rata-rata kelas eksperimen, maka langkah berikutnya adalah menghitung standar deviasi kelas eksperimen. Sebelum menghitung, rumus standar deviasi memerlukan Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut. n₂ ∑ X₂² - (∑ X₂)² n₂ (n₂ - 1)
S₂ = = 28
x
171,600 - (2190)² 28 (28 - 1)
= 4,804,800 - 4,796,100 756 = 8,700 756 = 11,51 S₂2 = 132.4326 Jadi standar deviasi untuk kelas eksperimen adalah 11,51
.
54
5.
Menghitung Derajat Kebebasan Data Setelah hasil standar deviasi dapat dikemukakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebelumnya kuadrat standar deviasi harus ditemukan terlebih dahulu. Yaitu dengan rumus: = = 10.47
10.47
= 109.7111 (untuk kelas kontrol) = = 11.51 11.51 = 132.4326 (untuk kelas eksperimen) Maka langkah selanjutnya adalah menghitung derajat kebebasan data. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut.
(S₁²/n₁ (S₁²/n₁)² (n₁-1)
db =
=
=
=
0.46 + (0.46)² + 22 0.87 0.21 22
+ +
S₂²/n₂)² (S₂²/n₂)² (n₂ - 1)
0.41 (0.41)² 27
0.17 27
+
0,75 0,01
= 0,75 0,02 = 47,86 = 48
+
0,01
55
6.
Hasil Pengujian Hipotesis Uji-t Nilai tes Untuk memperoleh
berdasarkan hasil rata-rata dari kedua
kelompok yaitu kontrol dan eksperimen. Rata-rata hasil tes kelas kontrol memiliki rata-rata 66,74 dengan hasil deviasi 10.74. Sedangkan kelas eksperimen sebesar 78.21 dengan hasil deviasi 11.51. Nilai dari standar deviasi masing-masing digabungan dengan mencari standar deviasi gabungan dengan cara sebagai berikut. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. = 78.21 = 66.74 =
= 109.7111
=
= 132.4326
=
=
= = =23.16 Oleh karenanya untuk mengetahui berikut. t = (X⁻1 - X⁻2) / ((S₁²/n₁) + (S₂²/n₂))¹´² = -11,48 / √9,499785 = - 11,48 / 3,0822
menggunakan langkah sebagai
56
= - 3,723 Untuk db dan taraf signifikan 5%, maka nilai ttabel adalah 1,679 Berarti -3,723 > 1,679 tb > ttabel
D. Interpretasi Data Berdasarkan hasil analisis data di atas, diketahui nilai thitung sebesar –3,723, sedangkan nilai ttabel untuk derajat kebebasan (db) = 48 dan α = 5% adalah 1,679. Jika dibandingkan maka –3,723 > 1,679, berarti thitung > ttabel. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka hipotesis penelitian (Ho) ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif dengan media gambar, dengan nilai mengarang siswa yang tidak menggunakan media gambar. Nilai minus menandakan nilai siswa membuat paragraf persuasif menggunakan media gambar lebih besar dari nilai siswa yang tidak menggunakan media gambar. Ini berarti penggunaan media gambar efektif membantu siswa dalam membuat paragraf persuasif.
Grafik perbandingan nilai siswa kelas X MAN Cikarang
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan di MAN Cikarang, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengukuran kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasif dengan penggunaan media gambar ternyata lebih baik dibanding siswa yang tidak menggunakan media gambar. Hal tersebut dapat tergambar pada hasil tes. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif melalui media gambar dengan nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif dengan tanpa media. Terukur dari hasil analisis yang menujukkan bahwa nilai thitung = –3,723 dan ttabel = 1,679 yang berarti nilai thitung lebih besar dari pada t tabel, sehingga dapat dikatakan, “terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif melalui media gambar dengan nilai siswa dalam membuat paragraf persuasif dengan tanpa media.”. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil perhitungan pada tahap analisis data, dapat dikatakan penggunaan media gambar efektif mempermudah siswa dalam membuat paragraf persuasif. B. Saran Berdasarkan temuan penilitan di lapangan maka perlu penulis sampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Dalam mengajarkan paragraf persuasif dengan menggunakan media gambar yang berupa pamflet, seharusnya siswa harus lebih mengenal media tersebut, agar kegiatan pembelajaran di kelas tidak terhambat. 2. Dalam pelaksanaan pembelajaran media gambar kepada siswa, seorang guru
sebaiknya
benar-benar
memperhatikan
tahap
intelektual,
58
keterampilan siswa serta alokasi waktu yang tersedia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperlukan alokasi waktu yang cukup panjang, sehingga penelitian ini mengalami keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Prasetya, Joko Tri. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Arifin, Zaenal. Tasai,
S. Amran.
Cermat
Berbahasa Indonesia.
Jakarta:
Akademika Pressindo, 2004. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Asnawir, Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. __________. Dekdikbud, KBBI. Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Djamarah, Syaiful Bahri. Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta 2006. Hayon, Josep. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika, 2003. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia, 2001. Keraf, Gorys. EksposisivKomposisi Lanjutan II. Jakarta: Grasindo, 1995. Kusnadi, E. Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Munadi,Yudhi. Media Pembelajaran. Ciputat: Gaung Persada Press, 2008. N.K., Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007. Sadiman, Arief S. dkk., Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Sakri, Adjat. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB, 1992. Sakri, Adjat. Paragraf. Bandung: ITB, 1990 Soedjito, Hasan. Mansur. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986. Subagyo, Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010. 60
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2008. Tarigan, Djago. Membina Ketermpilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa, 1987.
60
REKAPITULASI SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI CIKARANG TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
NO 1
URAIAN
LAKI
PR
JUMLAH
X-1
13
19
32
X-2
9
24
33
X-3
13
19
32
X-4
12
19
31
X-5
12
20
32
X-6
16
15
31
75
116
191
XI IPA 1
12
22
34
XI IPA 2
5
29
34
XI IPS 1
12
20
32
XI IPS 2
15
19
34
XI IPS 3
12
20
32
56
110
166
XII IPA
16
18
34
XII IPS 1
6
19
25
XII IPS 2
12
13
25
JUMLAH
34
50
84
JUMLAH SELURUH
165
277
441
KELAS X
JUMLAH 2
KELAS XI
JUMLAH 3
KELAS XII
UJI REFERENSI
Nama
: Mu’min Soleh
NIM
: 106013000307
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Kemampuan Siswa dalam Menulis Persuasif dengan Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas X MAN Cikarang.
Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. No. 1.
Paraf Pembimbing
Nama Buku Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta 2006), hlm. 1. Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:
2.
Rineka Cipta 2008), hlm. 1. Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar
3.
(Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 11 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan
4.
berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 22. E. Kusnadi, Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta:
5.
FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 1. Djago Tarigan, Membina Ketermpilan Menulis Paragraf
6.
7.
dan Pengembangannya (Bandung: Angkasa), hlm. 13.
Dekdikbud, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 648. Adjat
8.
Sakri,
Bangun
Paragraf
(Bandung: ITB, 1992), hlm. 1.
Bahasa
Indonesia
Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa 9.
Indonesia
(Jakarta: Akademika Pressindo, 2004), hlm.
113. Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf 10.
(Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986), hlm. 1-3. Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana (Jakarta:
11.
Storia Grafika, 2003), hlm. 33. Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan
12.
berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 99-101. Adjat Sakri, Paragraf (Bandung: ITB, 1990), hlm. 1.
13. Soedjito, Mansur Hasan, Keterampilan menulis paragraf 14.
(Bandung: Remaja karya CV Bandung, 1986), hlm. 30. Adjat
15.
Sakri,
Bangun
Paragraf
Bahasa
Indonesia
(Bandung: ITB, 1992), hlm. 11. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II (Jakarta:
16.
Grasindo, 1995), hlm. 16. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,
17.
(Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 158. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II……., hlm. 7.
18. Minto 19.
Rahayu,
Bahasa
Indonesia
di
Perguruan
Tinggi…….., hlm. 160-161. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…., hlm. 14.
20.
Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…., hlm. 10. 21. Minto 22.
Rahayu,
Bahasa
Indonesia
di
Perguruan
Tinggi……….., hlm. 168. Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II…., hlm. 17.
23. Minto 24.
Rahayu,
Bahasa
Indonesia
di
Perguruan
Tinggi………….., hlm. 171. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia,
25.
2001), hlm. 118.
Jakarta, 10 Juni 2011 Dosen Pembimbing
Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd. NIP 19640212 199703 02 001