Tinjauan Teologis
tidak bisa sinodal 100%, sebab hal itu akan merusak semangat imamat kaum beriman, tetapi kita juga tidak bisa presbiterial 100%, sebab dengan demikian satu jemaat tidak akan memperhatikan dan “care” terhadap jemaat lain. Yang penting dalam struktur yang demikian ini ada peluang atau keterbukaan untuk kritik. Memang kita semua dipanggil Tuhan untuk melayani, dan kalau kita semua mau disebut “Hamba Tuhan”, ya sah-sah saja. Tetapi kenyataan itu tidak boleh menyebabkan kita membungkam atau menolak kritik. Nama Tuhan tidak boleh dipakai untuk menolak kritik yang kita rasakan sebagai ancaman terhadap kedudukan kita. Kalau para presbiter di dalam sebuah jemaat menyadari hal ini, maka saya pikir kepemimpinan di dalam jemaat tsb bisa berjalan dengan baik. Di dalam tata gereja Calvinis seorang presbiter disebut “pejabat” (dignitaris). Tetapi maksudnya lain daripada pengertian “pejabat” seperti di Indonesia. Susahnya pengertian pejabat yang terakhir ini, entah
bagaimana, sering menonjol di dalam kepemimpinan presbiterial kita di GPIB. Itulah pengaruh budaya yang negatip, yang mengganggu kebersamaan dan menutupi hakikat dari tugas presbiter sebagai pelayan. Kalau kita sebagai presbiter sadar bahwa Tuhan memanggil kita di dalam segala kekurangan-kekurangan kita seperti dulu Tuhan memanggil Musa, maka janganlah kita jatuh dalam kesalahan Musa, yang menggunakan wewenang panggilan itu untuk berkuasa sendiri tanpa memperdulikan yang lain. Kesadaran akan panggilan itu kiranya membuat kita semakin suka bekerjasama, dan semakin suka bertemu muka dan mengunjungi jemaat, dalam rangka mengenali harapan-harapan dan aspirasi-aspirasi mereka. Tuhan memberkati anda semua.
Pdt. Dr. E. Gerrit Singgih adalah dosen Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta di bidang Perjanjian Lama. Artikel di atas adalah revisi ceramah di Jemaat GPIB Bukit Sion, Balikpapan, pada tgl. 21 Agustus 2004.
Abdi Bangsa di Masa Krisis Sebuah Sosiologi Kepemimpinan Israel dalam TTransisi ransisi Institusi Kerajaan oleh J.A.Telnoni
1. Pengantar Perkembangan kehidupan suatu bangsa banyak kali juga ditentukan oleh peranan tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpinnya. Peranan dan keberhasilan mereka bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan yang mereka miliki. Faktor-faktor itu antara lain adalah pendidikan, perubahan zaman, kemampuan personal pemimpin dan sebagainya. Salah satu faktor penting dari sekian banyak faktor yang mendorong kemajuan suatu bangsa adalah kualitas motivasi sang pemimpin. Salah satu kualitas dari motivasi sang pemimpin adalah pengabdiannya. Apakah kepemimpinannya akan diabdikan bagi kemajuan masyarakat yang
22
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
dipimpinnya ataukah bagi kepentingan pihak lain. Dalam hal ini kunci untuk menentukan kualitas motivasi pemimpin adalah kesungguhan menjadi abdi. Kata kunci di sini adalah abdi (Ibrani: ´bd). Inilah yang diperhadapkan kepada calon raja, pemimpin Israel, sebagai batu ujiannya. Dan ternyata sang calon, tidak dapat menjadi abdi rakyatnya. Sajian ini adalah catatan ringkas tentang kepemimpinan raja-raja Israel dari awal hingga perpecahan kerajaan itu. Secara khusus kajiannya dibatasi pada masalah suksesi raja dan kebijakan kepemimpinan, ketika Salomo wafat dan digantikan oleh puteranya, Rehabeam. Apa yang memotivasi dan bagaimana kebijakan Rehabeam di awal pemerintahannya itulah yang akan disoroti di sini. 2. Pola kepemimpinan di Israel
2.1. Kepemimpinan di masa pra-kerajaan Kepemimpinan di lingkungan Israel dalam batas waktu ini secara organisatoris dimulai pada zaman
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
para hakim. Para hakim yang setaraf para kepala suku dikenal dengan berbagai istilah seperti sarim (= pangeran; Hak. 5:15), hokekim (= pemimpin; 5:9, 14; bd. Yes. 10:1; 33:22), nedibim (= bangsawan; Bil. 21:18; 1 Sam 2:8; Ay. 21:21; 34:18; Kid. 7:2) atau gibbor hayil (= pahlawan; Hak. 11:1). Kadang--kadang juga disebut rosh (= kepala; Hak. 11:8; 1 Sam 15:17; Ay. 29:25 dyb).1
tekanan atas suku-suku Israel yang belum tergabung dalam satu ikatan yang kuat sudah ada cita-cita untuk mendirikan kerajaan. Hal itu terlihat dari fabel tentang Abimelekh yang menjadi raja di Sikhem (Hak 8).3
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
23
Tinjauan Teologis
Kepemimpinan di masa pra-kerajaan masih berlanjut di dalam diri Samuel. Setelah masa pemerintahan para hakim yang muncul di tengah Para hakim adalah pemimpin-pemimpin yang berbagai krisis, akhirnya muncul Samuel di masa berperan secara sporadik di kalangan suku-suku yang relatif damai. Samuel adalah seorang hakim Israel, ketika suku-suku itu menghadapi tekanan dari dan sekaligus pelihat yang menjalankan kerajaan-kerajaan tetangga Israel di awal zaman kepemimpinannya di tiga pusat penghakiman pendudukan tanah perjanjian. Di dalam kitab para secara bergilir. Tempat--tempat tersebut ialah Betel, Hakim berulang kali diceritakan bahwa ketika Israel Gilgal dan Mizpa (1 Sam 7:16). Ia lebih banyak tidak setia kepada TUHAN, bangsa itu mengalami berfungsi selaku hakim dalam rangka mengarahkan kesulitan karena tekanan dari bangsa tertentu. umat untuk hidup sesuai dengan kehendak TUHAN. TUHAN menghukum mereka, tetapi kemudian Ia Dengan jalan itu ia memainkan peranan yang membangkitkan seorang pemimpin di tengah menuntun umat untuk hidup adil dan benar di mereka dan melepaskan mereka dari tangan hadapan TUHAN. Fungsi ini tidak hanya terbatas musuh. Begitulah di masa.krisis TUHAN pada kehidupan agamaniah, melainkan mencakup membangkitkan orang-orang tertentu untuk berbagai bidang kehidupan seperti hukum, tata kehidupan masyarakat, ataupun struktur membebaskan umat-Nya. pemerintahan. Bila kualitas-kualitas seperti ini Proses tampilnya kepemimpinan para hakim di Israel terdapat pada seorang tokoh atau pemimpin, ia adalah satu pola tetap. Seorang pemimpin tampil menjadi sofet (=hakim).4 Inilah fungsi sofet yang lebih menyusul pengalaman buruk yang menimpa Israel banyak bersifat edukatif dari pada yudikatif. Dalam karena bangsa ini tertindas. Tidak diceritakan di sini fungsi ini tiap-tiap kali ia harus memberi petunjuk bahwa ada hakim yang muncul dengan sendirinya kepada umat yang memerlukan bimbingan untuk dan baru kemudian dipanggil untuk menjalankan mengetahui jalan dan kehendak TUHAN serta fungsinya sebagai hakim yang bertindak dan membuat keputusan-keputusan etis yang sesuai memulihkan kondisi kehidupan suku-suku Israel. dengan kehendak TUHAN dalam berbagai masalah Para pemimpin Israel pada tahap ini diidentifikasikan yang dihadapi umat TUHAN. secara kolektif dengan nama sofetim. Nama ini Pada tahap ini tokoh Samuel muncul dengan berakar pada kata dasar safat yang berarti berbagai fungsi dan peran. Ia lebih dikenal sebagai menghakimi atau menata keadilan. Kedua nabi, tetapi sebenarnya ia juga adalah seorang pengertian ini merujuk pada tindakan seorang hakim. Peran kepemimpinannya sebagai hakim hakim yang harus membuat keputusan yang adil adalah satu kebutuhan yang relevan di masa awal dalam pertikaian atau perbedaan pendapat dua pendudukan tanah perjanjian. Pada zaman itu pihak. Seorang hakim juga berperan untuk mengatur kehidupan suku-suku Israel masih lebih banyak kembali kehidupan umat yang sudah kacau karena bergantung pada ikatan suku masing-masing. Di sini benturan hak-hak kehidupan di antara anggotaperanan tokoh suku masih begitu kuat. Menjelang anggotanya. akhir masa para hakim, muncullah tempat suci Silo dengan tabut perjanjian sebagai satu pusat ibadah Kepemimpinan di zaman para hakim menunjukkan bahwa persekutuan suku-suku itu belum tergabung dengan satu kepercayaan. Inilah satu bentuk persekutuan yang dinamakan amphictyoni,5 yaitu dalam satu ikatan dua belas suku yang disebut Israel. Suku-suku itu masih terpisah-pisah dengan persekutuan suku-suku dalam satu sistem kepemimpinan yang muncul pada masa-masa krisis kepercayaan yang terikat pada satu tempat suci. karena penindasan. Yang paling menonjol dari kitab Sebagai hakim, Samuel berfungsi untuk memberikan Hakim-hakim ialah kondisi suku-suku Israel yang pertimbangan-pertimbangan kepada banyak orang terserak-serak dan sukuisme yang merajalela. Ikatan yang menanyakan kehendak TUHAN. Fungsi ini persekutuan hanya muncul misalnya dalam menjadi semakin penting, dalam konteks nyanyian Debora (Hak 5), tetapi mungkin hanya perkembangan Yahwisme yang baru mulai meliputi sepuluh suku utara.2 Walaupun demikian berkembang di tanah perjanjian. Petunjuk-petunjuk patut dicatat bahwa di zaman para hakim, ketika tentang kehidupan Israel sebagai satu komunitas
Tinjauan Teologis
umat yang bertanggung jawab di lingkungannya sendiri yang multi etnik dalam hubungan dengan suku-suku di sekitar mereka membutuhkan satu tipe kepemimpinan seperti yang diemban Samuel. Ia memberi perhatian terhadap soal-soal kehidupan sehari-hari, dari kehilangan keledai (1 Sam 9:1-10) hingga soal ibadah (13:1-22).
yang positif terhadap pertumbuhan institusi kerajaan yang baru itu.
2.2 Kepemimpinan di Masa Kerajaan Israel 2.2.1. Kepemimpinan di masa Saul
Kehadiran institusi kerajaan dengan raja sebagai pemimpin adalah satu gejala baru di kalangan Tahap kehidupan suku-suku Israel sebagai kelompok suku-suku Israel. Raja yang pertama adalah Saul yang menetap di tanah perjanjian dengan catatan-catatan menarik. Menurut versi memperhadapkan mereka pada satu kenyataan cerita pemilihannya (1 Sam 10:17-27) ketika Saul yang baru. Mau atau tidak mereka harus menata diri terpilih dalam pertemuan suku-suku Israel, ia tampil sesuai dengan kondisi bangsa yang tinggal dengan satu keunggulan fisik karena ia lebih tinggi menetap. Dalam hubungan dengan perkembangan dari orang-orang lain (10:23). Gambaran ini seperti ini, di hari tua Samuel orang Israel menunjukkan satu kecenderungan penilaian yang menghendaki seorang raja. Sebenarnya orang Israel bertumpu pada penampilan fisik lahiriah tokoh ini. mau menobatkan putera Samuel menjadi raja, tetapi Selanjutnya tercatat pula bahwa penampilan Saul hal itu tidak mungkin. Alasan yang dikemukakan juga tidak memberikan harapan yang cerah. “…ia dalam cerita tersebut adalah keserakahan dan bersembunyi di antara barang-barang …” (ay. 22). ketidakmampuan anak--anak Samuel (8:1-3). Akan Agak mengherankan bahwa orang yang sudah tetapi sebenarnya inti persoalannya adalah terpilih menjadi pemimpin masih menyembunyikan ketidaksepahaman orang Israel sendiri tentang diri di antara barang-barang. Rupanya ia tidak institusi kerajaan. Samuel mewakili garis kenabian mendapat dukungan sebelum pemilihan yang tidak menghendaki institusi kerajaan. berlangsung sehingga ia hanya bisa dekat dengan Sebaliknya para tua-tua Israel mewakili garis barang-barang. Sangat mungkin bahwa relasi sosial kelompok sosial akomodatif yang menghendaki tokoh ini sangat minim karena berbagai alasan.8 institusi kerajaan. Inilah sebabnya sehingga muncul Kalau demikian kondisi ini sudah merupakan satu diskusi yang hangat di kalangan Israel tentang beban bagi Israel maupun bagi Saul sendiri. Supaya persoalan ini. Akhirnya institusi kerajaan diterima ia dapat diterima dalam masyarakatnya, ia harus 6 dengan catatan-catatan yang cukup penting. membangun relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, meruntuhkan tembok isolasi sosial di Ketika institusi kerajaan diterima di kalangan Israel, antara mereka dan membuktikan dirinya sebagai Saul dilantik menjadi raja yang pertama. Ceritacerita yang beraneka ragam tentang pemilihan dan pemimpin dan mesias yang berguna bagi masyarakatnya. Hal ini kemudian terlihat dalam pelantikan raja baru ini tidak hanya menunjukkan cerita pembebasan penduduk Yabesy yang berada keberagaman versi ceritanya, melainkan juga di bawah tekanan kerajaan Amon (1 Sam 11). menunjukkan keberagaman sikap dan pikiran teologis di kalangan orang Israel tentang insititusi Walaupun demikian, kalau perbedaan pandangan baru ini. Satu kelompok yang lebih cenderung tentang institusi kerajaan itu dijadikan acuan maka demokratis mengatakan Saul dipilih melalui undian penampilan Saul yang aneh itu dimaklumi. Saul (1 Sam 10:17--27), sedangkan kelompok lain yang sebagai raja baru terhimpit di antara dua kubu yang lebih cenderung teokratis mengatakan Saul dipilih bertikai tentang kehadiran institusi baru ini. Sebagai melalui penunjukan oleh TUHAN sendiri 9:17 dst). pemimpin ia bergumul di awal masa Kedua pandangan ini mewakili dua aliran yang pemerintahannya. Akan tetapi di kemudian hari juga menimbulkan ketegangan dalam kehadiran dan ternyata bahwa Saul bukan seorang pemimpin yang peran institusi kerajaan di Israel. Inilah dua kekuatan tahan uji. Ia seorang melankolis yang bisa segera kontrol yang harus dipelihara, diberi kesempatan menutup diri di hadapan suatu tantangan (bd. 16:14 bertumbuh dan berkembang secara berimbang dst). Mungkin saja karena ia kalah bersaing dengan agar keduanya menyumbangkan sesuatu yang Daud yang muncul secara cemerlang dalam berharga bagi kelangsungan insititusi ini.7 Dan inipun menghadapi orang-orang Filistin maka kondisi Saul adalah benih-benih sikap moderat yang berpeluang bertambah parah. menumbuhkan Israel sebagai satu bangsa yang demokratis dengan kontrol teologis yang unik. Kalau Penampilan Saul yang sedikit aneh pada pertemuan kedua sikap itu dipadukan dan dimanfaatkan secara di Mizpa itu perlu disimak lebih lanjut. Undian merupakan satu tindakan agamawi yang biasa baik dan tepat guna, akan terlihat sumbangannya dipakai untuk mengetahui kehendak TUHAN. Akan
24
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
Kepemimpinan Saul adalah kepemimpinan transisional yang tidak banyak berkembang. Nampaknya masa pemerintahannya masih penuh dengan pemberontakan sehingga ia tidak mungkin melakukan konsolidasi dan dengan demikian roda pemerintahan tidak dapat digerakkan dengan baik.9 Ketika ia terpilih menjadi raja, ia disambut dengan penghinaan karena sikapnya sendiri. Komentar singkat yang terekam berbunyi Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita (bd. 10:27). Meskipun demikian lanjutan ceritanya menunjukkan bahwa Saul juga memainkan satu peran untuk meyakinkan bangsanya, yaitu dengan jalan mengatur perang untuk membebaskan penduduk kota Yabesy (11:1 dst). Begitulah ia tampil sebagai abdi di masa krisis yang genting. Dengan demikian kekurangannya ditutupi kembali dengan kepeloporannya.
2.2.2 Kepemimpinan di masa Daud Setelah Saul memerintah, muncullah Daud. Cerita tentang peralihan kepemimpinan dari Saul kepada Daud cukup panjang dan berliku-liku. Daud muncul sebagai raja yang diurapi ketika ia masih remaja (1 Sam 16:12). Dia adalah anak bungsu Isai yang baru dipanggil dari padang tempat ia menggembalakan kambing dombanya. Juga dia kemerah-merahan (Ibr: ‘admoni). Keterangan-keterangan tentang Daud juga tidak kalah kekurangannya dari Saul. Kalau Saul hanya bisa bersembunyi di antara barangbarang, Daud hanyalah seorang remaja penggembala yang sulit diharapkan untuk memimpin bangsa Israel. Persoalannya ialah bangsa ini masih berada pada satu tahap transisi. Bagaimana mungkin seorang gembala remaja
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
memimpin satu bangsa sebagai komunitas politik yang baru mulai muncul? Penampilan Daud secara fisik memang menunjukkan keremajaan. Akan tetapi keremajaan itu tidak hanya terhubungkan pada tokoh pemimpinnya melainkan juga dengan kerajaan baru tersebut. Kerajaan Daud memang muda dalam usia bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Timur Tengah. Sejalan dengan itu pengalaman Israel yang berkerajaan sebagai satu tatanan sosial di bawah kontrol nilai-nilai teologis yang diwarisinya di dalam iman Yahwisme sejak kehidupan di padang gurun juga masih baru. Inilah peluang dan sekaligus tantangan kepemimpinan yang penuh dengan krisis. Catatan tentang penampilan Daud bertolak belakang dengan penampilan Saul. Secara fisik, ia seorang remaja yang tidak berpengalaman. Dari awal pengurapannya saja, kriteria-kriteria fisik tidak mengisyaratkan jaminan dalam penampilan dan kepemimpinannya. Samuel sendiri terkecoh ketika datang ke Betlehem untuk mengurapi sang raja. Mula-mula ia tertarik pada kakak-kakak Daud yang tampil impresif secara fisik. Akan tetapi ternyata Daud yang masih remaja belia itu yang harus menjadi raja. Daud adalah seorang gembala sederhana. Citra pastorallah yang ditampilkan dalam sosok dan kepemimpinannya. Hal itu dikemukakan dalam cerita tentang Daud dan Goliat (1 Sam 17:40 dyb). Musuh raksasa seukuran tokoh Filistin itu tidak dikalahkan dengan strategi militer yang canggih disertai perlengkapannya yang mutakhir, melainkan dengan strategi pastoral yang mengandalkan kuasa TUHAN (17:45-47). Pendekatan yang dipilih Daud memang berkenaan dengan dan berakar kuat dalam latar belakang kepercayaan orang-orang Israel yang ditumbuhkan di padang gurun. Ia akan memimpin suku-suku bekas penggembala sederhana yang menggambarkan TUHAN mereka sebagai Gembala (Mzm. 23). Dan pada jalur inilah ia memulai kepemimpinannya. Pendekatan Daud yang demikian tidak hanya berhenti di situ. Ia tidak hanya memakai cara-cara pastoral ketika berhadapan dengan seorang musuh asing. Bahkan ketika ia menghadapi mesiasnya sendiri, yaitu raja Saul di tengah krisis kepemimpinannya Daud juga memakai pendekatan pastoral. Ia sebagai raja baru yang telah diurapi, membuktikan kepemimpinannya dalam krisis kepemimpinan Saul yang lebih bersifat individual. Ia menghibur sang raja dengan petikan kecapi yang merdu (16:14 dyb).
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
25
Tinjauan Teologis
tetapi sesudah sang mesias terpilih melalui cara itu ia hanya mampu bersembunyi di balik barangbarang (1 Sam 10:22). Inilah satu pertanda keengganan oleh karena yang dihasilkan melalui undian itu adalah sesuatu yang masih asing bagi masyarakat Israel. Walaupun Saul telah melampaui tahap penentuan yang memastikan kemesiasannya, jabatan yang ditunggu-tunggu masyarakat yang menghendakinya masih baru dan belum terbiasa dengan mereka. Betul bahwa Saul adalah orang sesuku, sebahasa, seiman dan seterusnya, tetapi ada perbedaan pandangan di antara mereka tentang jabatan dan institusi kerajaan. Saul muncul dari satu proses teologis klan, memikul beban teokrasi sedangkan masyarakat hadir dengan tuntutan-tuntutan sosial dari suatu proses perkembangan yang sarat dengan beban-beban demokrasi. Inilah pergumulan kelompok profetis yang diwakili Samuel dan masih harus dicarikan solusinya.
Tinjauan Teologis
Di masa pemerintahannya Daud harus berjuang menyelesaikan perbedaan pendapat di lingkungan Israel tentang masalah institusi kerajaan. Daud harus berjuang membangun ibu kota kerajaan supaya ia dapat mempertemukan nilai-nilai sosiologis kerajaan dengan nilai-nilai teologisnya. Salah satu petunjuk dari upayanya yang demikian ialah membangun ibu kota kerajaannya di daerah netral, yaitu Yerusalem yang tidak terletak di wilayah dari salah satu suku Israel. Sesudah itu ia berusaha membangun Bait Allah di kota itu. Akan tetapi karena hal itu tidak boleh dilakukannya, Daud menempuh jalan lain yaitu dengan mendatangkan tabut TUHAN yang berada di Kiryat -Yearim (2 Sam 6:1 dyb). Hal itu nanti dipandang aneh dan rendah oleh golongan Saul yang telah tergusur. Pandangan ini diwakili oleh Mikhal, puteri Saul yang menjadi isteri Daud. Ia memandang rendah Daud yang meloncat-loncat sambil menari (bdk. 2 Sam 6:16). Daud dianggap sebagai raja yang tidak tahu memposisikan dirinya di hadapan publik. Akan tetapi inilah jalan pastoral yang ditempuhnya. Sebagai raja ia tidak mengurung diri dalam kebesaran istananya dan ketinggian takhtanya, melainkan ia hadir di hadapan TUHAN dalam ritus sama seperti orang Israel lainnya. Dan dengan jalan inilah Daud mempertemukan dua pandangan yang bertolak belakang dalam soal kehadiran institusi kerajaan di Israel sehingga akhirnya.ia mempersatukan suku-suku Israel dalam kerajaan Israel raya. Inilah strategi tepat yang dipakai Daud untuk mengakhiri krisis karena perbedaan pandangan dan ia dapat diterima semua pihak di Israel.
Patutlah disadari bahwa sikap agamawi banyak kali dimanfaatkan oleh para pemimpin politik untuk memperoleh dukungan masyarakat luas. Di Indonesia di masa Orde Lama NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komunisme) merupakan satu upaya untuk menggalang persatuan bangsa, tetapi pada akhirnya persatuan yang dikejar itu dibelokkan untuk kepentingan politis semata-mata. Dengan jalan ini Soekarno berupaya untuk bertahan sebagai pemimpin Indonesia. Di era Orde Baru muncul bentuk lain, yaitu konsep Pancasila sebagai satu-satunya azas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada awal dasarwarsa 80-an di abad ke-20 yang lalu, Gereja-gereja dan semua komunitas umat beragama di Indonesia dipaksa untuk mencantumkan Pancasila sebagai azas dari kehidupan semua komunitas ini. Memang ada juga kemudahan yang diterima dari negara, tetapi kemerdekaan dalam kehidupan
26
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
beragama pada era itu mulai direduksi. Sisanya masih terlihat sekarang dalam kebiasaan untuk membuka persidangan gerejawi dengan cara bertumpang tindih. Pasti dilakukan Ibadah Pembukaan, tetapi kemudian Pejabat Negara harus meresmikan pembukaan persidangan gerejawi itu dengan sambutan dan pemukulan gong atau cara lain. Daud adalah seorang panglima militer yang berhasil keluar sebagai raja. Rupanya keberhasilan ini mendorong dia untuk berlaku secara licik untuk mengawini istri bawahannya. Ketika pendekatan komandonya tidak berhasil menaklukkan Uria, ia memakai kemampuan strategi militernya untuk membunuh orang ini sehingga Batsyeba jatuh ke pelukannya tanpa persoalan. Daud tidak dapat diadili karena Uria mati di medan perang, sedangkan Batsyeba seolah-olah mendapatkan keadilan karena dikawini Daud setelah ia menjanda. Akan tetapi dengan jalan ini Daud mengantarkan dirinya ke dalam satu krisis baru, yaitu krisis suksesi. Petunjuk ke arah perkembangan ini terlihat dari urutan cerita yang menempatkan persoalan Daud dan Batsyeba (2 Sam 11) menyusul cerita pentahtaan Daud dan segala keperkasaannya (2 Sam 5-10). Akhirnya mau atau tidak mau harus dipersoalkan siapakah yang bakal menjadi putera mahkota? Pertanyaan ini didasari oleh rentetan cerita tentang teguran nabi Natan kepada Daud (2 Sam 12) yang segera disusul dengan keributan karena pemerkosaan Tamar oleh Amnon (2 Sam 13) dan berpuncak pada pemberontakan dan kematian Absalom (2 Sam 15-18). Kebesaran Daud sebagai seorang raja tidak dapat disangkal. Di bawah pemerintahannya dan di tengah tekanan bangsa-bangsa di sekitar Israel, atas permintaan suku-suku utara, Israel bersatu sehingga terciptalah Israel Raya yang meliputi kedua belas suku bangsa ini. Ia juga memperluas wilayah kerajaan Israel sehingga dapat menyaingi kerajaankerajaan besar di sekitarnya seperti Mesir dan Babilon. Wilayahnya membentang dari Esion Geber di selatan hingga Zoba di Syria di bagian utara. Dengan luas wilayah yang demikian, Daud juga menata kerajaan Israel secara baru yang setara dan menjadi saingan bangsa-bangsa lain di sekitar Israel.10 Dengan penataan kerajaan yang dilakukannya, Daud meletakkan dasar-dasar kemakmuran Israel secara modern dan kemudian dikembangkan dengan baik di masa Salomo.
2.2.3. Kepemimpinan di masa Salomo Salomo adalah putera Daud dari perkawinannya dengan Batsyeba yang diambilnya melalui strategi
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
licik. Uria, suami Batsyeba dikorbankan di medan tempur melalui strategi yang dirancang Daud. Salomo adalah seorang tokoh dengan hikmat yang tidak tertandingi, tetapi ia juga diliputi dengan kelemahan yang bisa dikategorikan sebagai kebodohan.
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
27
Tinjauan Teologis
Wilayah-wilayah administratif dalam pemerintahan kerajaan Israel Raya secara strategis memudahkan pemungutan pajak dan memperlancar penyaluran bahan-bahan logistik untuk kebutuhan istana kerajaan. Akan tetapi tatanan wilayah baru ini juga penuh dengan beban baru oleh karena dana pembangunan fisik yang dibutuhkan sangat besar. Setelah kematian Daud, Salomo mengadakan Beban ini merupakan suatu benih perpecahan dan konsolidasi pemerintahan dengan jalan bom waktu yang kemudian akan meledak setelah melenyapkan musuh-musuh ayahnya (2 Raj 2:1 dyb). kematian Salomo. Inilah salah satu komponen dari Ia bertanggung jawab untuk memelihara dan beban yang memberatkan rakyat yang tercakup mempertahankan keutuhan wilayah kerajaan yang dalam permintaan mereka kepada Rehabeam di telah dicapai di masa pemerintahan Daud. Salah kemudian hari untuk mendapat keringanannya. satu jalan yang ditempuh untuk mencapai maksud Perkawinan Salomo yang cukup banyak bernuansa ini ialah memelihara hubungan dengan diplomatis mendatangkan malapetaka yang lain. kerajaan-kerajaan taklukan dan kerajaan sahabat, Ketika ia berangsur tua hatinya dicondongkannya misalnya dengan mengawini puteri-puteri dari kepada para istrinya dengan dewa-dewa sembahan kerajaan-kerajaan tersebut (1 Raj 11:1-3). Yang mereka. Ia mengikuti ajaran dan tuntutan agamaterkenal di antara mereka adalah puteri Firaun dari agama para istrinya, sehingga ia menyembah Mesir yang mendapat perlakuan istimewa (7:8). Asytoret dan Milkom dan ilah-ilah lain (11:5 dyb). Firaun menaklukkan Gezer, satu kota Kanaan dan Semua catatan ringkas ini menunjukkan dengan memberikannya kepada puterinya itu sebagai cukup jelas bahwa masa pemerintahan Salomo mahar menjelang perkawinannya dengan Salomo. merupakan satu masa kejayaan yang penuh Informasi ini kedengarannya aneh, tetapi mungkin dengan krisis. Walaupun Salomo memulai sekali dimaksudkan Firaun sebagai satu cara untuk pemerintahannya dengan memohon hikmat dari menguasai daerah Palestine.11 TUHAN (3:1 dyb) ia jatuh dalam berbagai kelemahan Salomo adalah tokoh raja yang berhikmat. Cerita yang meruntuhkan sendi-sendi pemerintahannya tentang hikmat Salomo ialah kebijakannya ketika sebagai seorang raja teokratis. Salomo memerintah memutuskan perkara perebutan bayi oleh dua ibu (1 kerajaan Israel Raya dengan hikmat sesuai dengan Raj 3:16-28). Meskipun demikian catatan-catatan permohonannya di awal masa pemerintahannya, tentang kebesaran Salomo yang cukup banyak di tetapi ia mengakhiri pemerintahannya sebagai dalam PL tidak menutupi kelemahan-kelemahannya. orang yang tidak berhikmat. Dengan hokmah12 Di bidang pemerintahan dalam negeri, Salomo Salomo mengatur kehidupan dan pemerintahannya merombak batas-batas wilayah kesukuan dan secara bijak dan menawan bagai seorang gadis menata wilayah-wilayah administratif untuk remaja yang simpatik, tetapi akhirnya ia sendiri jatuh kebutuhan logistik istananya (1 Raj 4:1-20). dalam permainan dengan begitu banyak Perombakan batas-batas wilayah kesukuan ini perempuan yang tidak berhikmat di mata TUHAN. mengacaukan tatanan kehidupan Israel yang Sebabnya ialah ketika ia beribadah kepada dewabersendikan nilai-nilai Yahwisme oleh karena pada dewa sembahan para isterinya, ia meninggalkan dasarnya hak pemilikan tanah bagi orang-orang permulaan hikmat dan tidak lagi takut akan TUHAN Israel adalah hak dasar kehidupan yang sejalan (bd. Mzm 111:10). Ini menunjukkan bahwa Salomo dengan pemberian tanah Kanaan (bd. Kej 12:7; dll). yang dipuja sebagai raja dan tokoh hikmat (bd. Pkh Hak atas tanah seperti yang telah ditetapkan di 1:1), ternyata hanyalah satu sosok yang rapuh di kalangan orang Israel adalah hak dasar kehidupan hadapan kecantikan gadis-gadis idaman yang yang telah diberikan secara adil dan karena itu tidak dipersuntingnya. boleh digeser (Ul 19:14). Penggeseran batas tanah 2.2.4 Kepemimpinan paska Salomo - Israel di adalah suatu ketidakadilan karena hak dan sumber bawah Rehabeam kehidupan seseorang telah ditabrak dan dikurangi. Di bidang luar negeri Salomo tidak sekuat Daud Pemerintahan Salomo ditandai dengan monumen yang dapat mengendalikan pemerintahan atas bersejarah yang tidak ternilai. Ia membangun Bait seluruh wilayah taklukannya. Lawan-lawan Allah yang menjadi pusat ibadah dan pusat agama politiknya memberontak. Tercatat Hadad dari Edom Israel. Dengan demikian Bait Allah juga menjadi yang dahulu memberontak dan meminta lambang supremasi Israel di bidang kehidupan perlindungan dari Mesir di masa Daud, bangkit lagi agamawi umat ini. Salomo juga membangun melawan Salomo (1 Raj 11:14 dyb). gedung-gedung pemerintahan di Yerusalem untuk
Tinjauan Teologis
dapat mengendalikan pemerintahannya. Walaupun semua pembangunan itu berupa fisik, tetapi dampaknya juga sangat besar terhadap kemajuan dan harkat Israel secara politis dan spiritual. Semuanya terkonsentrasi di wilayah Yehuda dan akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial karena wilayah utara tidak mendapat perhatian yang cukup baik. Pembangunan yang demikian hanya menjadi beban bagi masyarakat Israel Raya karena menumpuk permasalahan. Ketika Salomo wafat, Rehabeam anaknya menjadi raja menggantikan dia (2 Raj 11:41-43). Informasi ini begitu singkat, sehingga tidak dapat diketahui bagaimana caranya suksesi itu berlangsung. Yang dikisahkan di sini ialah sesudah Salomo mati dan digantikan oleh Rehabeam diceritakan tentang sikap Rehabeam yang ceroboh dan menimbulkan perpecahan kerajaan (12:1-24). Memang perhatian narator dalam bagian ini tidak mengarah pada proses suksesi. Di satu pihak suksesi sudah pasti terjadi oleh karena sistem pewarisannya sudah baku. Ayah diganti oleh anaknya. Akan tetapi di pihak yang lain perhatian narator terarah pada sosok dan citra sang pemimpin baru itu.
Sejak Saul memang masyarakat mendapat tempat yang penting dalam penobatan raja di Israel oleh karena raja dilantik untuk memerintah dan memimpin rakyat menuju kehidupan yang sejahtera.13 Peranan seorang raja di Israel dalam pemahaman seperti ini adalah untuk menjadi saluran berkat bagi bangsanya. Ia harus memberi jaminan kehidupan dan terang bagi Israel (bd. Rat 4:20; 2 Sam 21:17). Ia bertanggung jawab terhadap kemakmuran dan keselamatan negeri ketika rakyat terancam bencana dan seterusnya.14 Rupanya citacita seperti ini tidak cukup nampak selama masa pemerintahan Salomo yang hanya memperhatikan suku Yehuda dan mengabaikan suku-suku utara. Oleh karena itulah ketika Salomo wafat, rakyat Israel Utara meminta keringanan dari beban-beban yang mereka pikul semasa pemerintahannya.
Nasihat para tua-tua Israel mengedepankan satu sisi kehidupan bangsa itu yang banyak kali dilupakan, yaitu demokrasi. Para tua-tua itu mempertaruhkan kebutuhan rakyat yang dikemukakan kepada Rehabeam. Para tua-tua itu mengetahui dengan pasti bahwa Israel adalah satu kerajaan teokratis karena TUHAN-lah yang memerintah bangsa itu (bnd. I Sam8:7). Akan tetapi Hal pokok yang menarik perhatian dalam sikap pemerintahan TUHAN atas Israel berlangsung atas Rehabeam ialah nasihat para tua-tua yang dahulu bangsa itu sebagai satu masyarakat dalam satu adalah penasihat-penasihat Salomo. Ketika tokohtatanan sosial. Di situ segala komponen masyarakat tokoh Israel utara meminta keringanan beban tersebut terkait erat satu dengan yang lain. pekerjaan, Rehabeam meminta nasihat para tua-tua Pengertian dan kaitan seperti itulah yang mereka itu. Nasihat mereka berbunyi Jika hari ini engkau bahasakan sebagai rakyat. Inilah yang mereka mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada kedepankan kepada Rehabeam untuk diperhatikan mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata secara utuh. Rakyat dalam pengertian inilah yang yang baik, maka mereka menjadi hambamu dipertaruhkan oleh para tua-tua Israel dalam sepanjang waktu (12:7). Dalam nasihat ini, “rakyat” permintaan mereka kepada Rehabeam demi (Ibr: `am) dirujuk sampai empat kali. Ini menandakan kelangsungan hidup dari masyarakat tersebut. bahwa pemerintahan sang raja adalah representasi Rakyat yang dimaksudkan bukan hanya generasi dari kedaulatan rakyat. Sekalipun bentuk tua atau generasi muda, melainkan mereka pemerintahannya adalah monarkis, tekanan semuanya. Bila demikian, seharusnya Rehabeam terhadap kedaulatan rakyat begitu besarnya dalam tidak hanya berpegang pada jabatannya sebagai nasihat ini. raja setelah dia dinobatkan dalam upacara di Sikhem, melainkan ia juga bersedia mendengar usul Anjuran para tua-tua ini adalah suatu nasihat rakyatnya. Dengan demikian ia tidak hanya demokratis yang tidak terlepas dari penobatan mendapat dukungan rakyat secara ritual melainkan Rehabeam. Penobatannya sendiri adalah suatu juga secara aktif dan realistik menurut kenyataan peristiwa “demokratis-teologis”. Sifat pertemuan di dan kebutuhan mereka. Kaitan dan jalinannya Sikhem yang demikian terlihat dari gambaran memang demikian sebab tanpa rakyat dan pertemuan itu (12:1). Penobatan raja di Israel bukan semata-mata urusan imam atau nabi. Penobatan itu pemenuhan kebutuhannya jabatan raja hanya juga adalah urusan masyarakat dan baru sah kalau bermakna secara ritual dan belum bermakna secara utuh dan berakar kuat di tengah kenyataan dihadiri oleh masyarakat (bd. 2 Raj 14:21; 21:14; masyarakat. 23:30). Tanpa kehadiran rakyat, penobatan raja di Sikhem adalah satu ritus yang mengambang, yang Drama di Yerusalem yang melibatkan Rehabeam tidak memperoleh pengakuan dan penerimaan dari dan para tua-tua Israel utara sebagai pelakon, masyarakat yang hendak diperintah dan dipimpin. memperlihatkan peranan dua komponen
28
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
masyarakat yang perlu disimak. Para tua-tua adalah wakil-wakil rakyat (= kelompok legislatif) yang berhadapan dengan pejabat kerajaan (= eksekutif). Masih beruntung bahwa kelompok legislatif tanpa kantor clan jabatan struktural serta jaminan ini mengingat nasib rakyat. Yang mereka hadapi adalah sang eksekutif yang sudah berkursi tetapi hanya mau membebani rakyatnya.
Rupanya masa pemerintahan Salomo selama 40 tahun (2 Raj 11:43) yang penuh kejayaan tidak dapat menutupi beban rakyat, yaitu pajak dan kerja paksa selama itu. Oleh karena itulah sekarang mereka meminta keringanan kepada Rehabeam. Apabila permintaan rakyat utara itu diperhatikan, ternyata bahwa menurut mereka beban-beban kerajaan itu ditimbulkan oleh Salomo (12:4). Pengalaman seperti itulah yang telah diajukan sebagai keberatan oleh pihak kenabian yang diwakili Samuel dalam diskusi awal tentang institusi kerajaan (1 Sam 8:10-18). Jadi sebenarnya beban itu adalah beban yang ditimbulkan oleh kehadiran institusi kerajaan. Kalau diskusi awal tentang institusi kerajaan disinggung di sini, tidaklah dimaksudkan bahwa institusi kerajaan adalah sesuatu yang kontra teokrasi di Israel sepenuhnya. Institusi kerajaan harus dipandang sebagai salah satu insitusi sosial yang harus bisa difungsikan untuk kesejahteraan masyarakat. Ia tidak berbeda dengan institusi kenabian yang sudah lebih dahulu hadir di Israel. Patut dicatat bahwa institusi kenabian sendiri tidak hanya terdapat di Israel, melainkan juga terdapat dalam komunitas agama lainnya di sekitar Israel.15 Kenabian dan kerajaan adalah dua institusi yang sudah lebih dahulu dikenal bangsa-bangsa lain sebelum Israel.16 Jadi, kalau institusi kerajaan diperhadapkan dengan teokrasi di Israel dalam diskusi awal, maksud yang terutama ialah supaya institusi itu diabdikan bagi masyarakat Israel yang berakar pada pengalaman eksodus. Bangsa Israel tumbuh dari iman pembebasan dari Mesir. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan dan oleh karena
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Kedatangan dan permintaan para tua-tua Israel Utara juga harus dipandang sebagai permintaan yang tidak salah alamat. Kedatangan mereka kepada Rehabeam tidak oleh karena kapasitasnya secara pribadi, melainkan karena kapasitas jabatannya sebagai seorang raja. Mereka meminta kepada seorang abdi TUHAN yang telah dilantik untuk mengupayakan kesejahteraan bagi mereka. Akan tetapi ternyata bahwa Rehabeam tidak berlaku bijak. Ia tidak mendengarkan nasihat para tua-tua yang memohon keringanan beban kepadanya. Sebaliknya ia mendengarkan generasi muda yang sebaya dengan dia untuk memperberat beban mereka. Generasi tua telah cukup letih karena kerja paksa yang banyak atas nama pembangunan dan kemajuan kerajaan. Sebaliknya generasi muda masih terpacu untuk mengejar kemajuan supaya mereka sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Alasan yang dimiliki masing-masing generasi dalam hal ini cukup kuat, tetapi titik tolak mereka sangat berbeda. Generasi tua mendasarkan usul mereka atas pertimbangan yang manusiawi, yaitu kemampuan rakyat yang tidak memadai lagi untuk memikul beban-beban pembangunan. Kemajuan pembangunan dikejar hanya atas nama dan kepentingan kerajaan sehingga hal-hal yang manusiawi dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat pendukungnya diabaikan dengan mudah saja sejak zaman Salomo. Sebaliknya generasi muda atas nama kemajuan lebih dekat kepada perkembangan material yang bisa membawa ke arah materialisme. Dan ketika Rehabeam memilih untuk mendengarkan nasihat generasi muda zamannya, ia menjadi abdi materialisme dan bukan lagi abdi humanisme. Usul para tua-tua Israel di tengah krisis pengabdian bangsa itu mencakup beberapa aspek: Pertama, krisis kepemimpinan di kalangan Israel. Sudah jelas bahwa Daud menjadi prototipe kepemimpinan Israel sebab di masa kepemimpinannya Israel dibangun dan maju tanpa beban yang berarti. Satu-satunya masalah sebagai beban yang melekat pada diri Daud adalah perkawinannya dengan Batsyeba. Akan tetapi beban itu dibersihkan dengan cerita
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
29
Tinjauan Teologis
Kita boleh bertanya sekarang: Di mana tempat dan apa peran para legislator dan pejabat eksekutif kita? Berapa perhatian mereka terhadap masyarakat? Ataukah mereka lebih banyak sibuk di sekitar urusan suksesi? Dan yang lebih parah lagi mereka lebih banyak berjuang untuk urusan pemutihan fasilitas yang pada akhirnya membebani rakyat karena fasilitas baru harus diadakan? Jangan lupa pula bahwa penyakit ini juga telah menggerogoti lembaga-lembaga agamawi, termasuk lembaga-lembaga gerejawi!
itu mereka tidak boleh diperbudak lagi oleh siapapun. Status mereka telah berubah dari budak menjadi orang-orang merdeka. Selanjutnya dalam status baru itu, mereka adalah abdi-abdi TUHAN. Dalam kaitan dengan institusi kerajaan, itu berarti bahwa mereka bukan budak raja melainkan mereka adalah satu komponen yang berdaulat di dalam kerajaan Israel. Kedaulatan mereka inilah yang muncul dalam bentuk usul peringanan beban kepada Rehabeam.
Tinjauan Teologis
tentang kematian anak pertama dari perkawinannya dengan Batsyeba. Kepemimpinannya diceritakan sebagai yang teruji sekalipun melalui pemberontakan Absalom dengan dukungan Simei dari keluarga Saul (2 Sam 15; 16). Di akhir cerita itu Daud kembali memerintah di Yerusalem. Di zaman Salomo kepemimpinan tidak menghadapi masalah yang berat seperti yang dihadapi Daud. Akan tetapi raja yang bergelimang kuasa dan kekayaan ini jatuh dalam sinkretisme dan ketidakadilan sosial. Ia ikut menyembah dewa-dewa para istrinya sambil menerapkan kerja paksa yang menyengsarakan rakyatnya sendiri. Dan inilah yang mendorong usul para tua-tua Israel. Dengan ini ternyata bahwa walaupun Daud dan Salomo adalah tokoh-tokoh terkemuka di Israel, mereka tidak bebas dari krisis kepemimpinan. Bahkan dalam hal tertentu merekalah pencipta krisis.
Kedua, krisis kepercayaan. Kebijakan Salomo yang telah menyengsarakan rakyatnya tidak dapat dijadikan pelajaran oleh Rahabeam. Rehabeam tidak sadar bahwa ia membutuhkan dukungan dari rakyatnya secara utuh. Bukan hanya generasi muda yang harus didengarkan. Dukungan itu ditentukan oleh kepercayaan seluruh rakyat yang dipimpinnya. Hal itu terungkap dengan jelas dari reaksi para tuatua Israel ketika Rehabeam menolak usul mereka untuk meringankan beban pekerjaan yang ditanggungkan atas mereka. Kata mereka: Bagian apakah kita peroleh dari Daud? Kita tidak memperoleh warisan dari anak Isai itu Kekemahmu, hai Israel Uruslah sekarang rumahmu sendiri, hai Daud! (1 Raj 12:16). Pertanyaan retoris yang dilontarkan para tua-tua Israel mempersoalkan bagian mereka dalam
30
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
hubungan dengan penggabungan kerajaan. Sekalipun penggabungan kedua kerajaan berawal dari permintaan suku-suku utara, dengan penggabungan itu kerajaan Daud telah diperluas dan mereka sudah menjadi bagian dari kerajaan itu. Ketika mereka diterima ke dalam kerajaan Daud, kedudukan mereka sama dengan kedudukan orang-orang Yehuda, suku asal Daud. Dengan demikian wajarlah kalau mereka menuntut perhatian sebab mereka sendiri telah menunjukkan kemauan baik dalam tanggungjawab bersama untuk membangun kerajaan Israel Raya itu. Sekarang tibalah waktunya untuk mereka memperoleh bagian dengan jalan memperoleh keringanan beban pekerjaan. Reaksi pihak Israel Utara menunjukkan perasaan kecewa di kalangan suku-suku tersebut yang dulu telah meminta kepada Daud untuk bergabung dalam satu kerajaan. Alasan yang mereka pakai ialah pertalian darah (2 Sam 5:1). Dengan itu mereka berharap bahwa Daud akan memperlakukan mereka sebagai orang seketurunan dan sekerajaan. Itulah salah satu alasan yang dapat dipakai untuk mengabungkan diri dengan suku Yehuda. Dengan pertalian seperti itu juga diharapkan bahwa mereka dapat memperoleh bagian di dalam pemerintahan Daud dengan segala konsekuensinya. Permintaan suku-suku utara itu tidak hanya merupakan satu gejala sosial. Identifikasi diri sebagai orang yang mendapatkan sesuatu di pihak anak Isai harus ditempatkan dalam rangka jalinan suku-suku Israel sebagai satu kesatuan umat. Sukusuku utara terikat kepada para leluhur mereka yaitu Yakub dan Yusuf. Kini dalam ungkapan para tua-tua Israel utara, mereka tidak hanya menyentuh hubungan dengan Yehuda, melainkan juga dengan para leluhur lainnya yaitu Abraham dan Isak. Jalinan
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
para leluhur ini akhirnya mengarahkan perhatian kita untuk menggali lagi tradisi-tradisi kepercayaan tokoh-tokoh tersebut.
Ketika para utusan Israel mendatangi Rehabeam dengan usul keringanan beban, Rehabeam tidak secara langsung menolak usul itu. Ia masih mencari kesempatan untuk mempertimbangkannya. Sikap ini tidak dapat dinilai sebagai kepura-puraan, melainkan harus dipandang sebagai sikap demokratis: Meskipun demikian, kelemahannya ialah ia hanya berpegang pada satu pihak, yaitu generasi sezamannya. Sikap ini tidak mewakili demokrasi yang egaliter melainkan demokrasi yang berpihak pada kroni dan konco. Demokrasi seperti itu kehilangan fondasi teologisnya di Israel oleh karena ia hanya berpihak pada satu komponen masyarakat dan tidak merangkumi seluruh komponen bangsa itu dalam rangka pembangunan satu umat di hadapan Allah. Dengan demikian demokrasi yang dipraktikkan Rehabeam menabrak pilar persekutuan umat tebusan Allah. Hasilnya sudah jelas, yaitu disintegrasi. Kebijakan Rehabeam dalam kasus ini menunjukkan bahwa ia melepaskan diri dari tradisi-tradisi Israel, baik di padang gurun maupun di zaman pendudukan tanah perjanjian. Ketika ia mengabaikan nasihat para tua-tua penasihat Salomo, sebenarnya ia mengingkari eksistensi para
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Langkah fatal yang ditempuh Rehabeam seperti yang diceritakan di sini menunjukkan bahwa Rehabeam tidak menghargai sejarah bangsanya sendiri. Ia mengabaikan dengan begitu saja nilainilai sejarah yang kaya makna dan pengajaran di dalamnya. Lebih dari pada itu Rehabeam tidak menghargai peristiwa-peristiwa dalam sejarah bangsanya sebagai hal-hal yang terjadi di bawah bimbingan dan hikmat TUHAN. Pilihannya untuk mendengarkan nasihat orang-orang muda sezamannya mungkin disebabkan oleh pandangan bahwa zaman berubah dan pandangan para penasihat Salomo telah ketinggalan. Akan tetapi harus disadari bahwa jalinan waktu dan perjalanan sejarah tak dapat diputuskan, apalagi dihentikan. Akhirnya pilihan Rehabeam harus dipandang sebagai pilihan yang membelakangi kepentingan rakyat. Ia tidak lagi bersedia menjadi abdi rakyat di masa krisis. Hal itu jelas dari jawabannya kepada rakyat seperti yang dinasihatkan dewan penasihat yang sebaya dengan dia. Jawaban itu berbunyi demikian: Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku! Maka sekarang ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi. Sikap Rehabeam yang dibekali dan dibentuk oleh sesama generasi mudanya sekali lagi tidak menghargai sejarah oleh karena nilai dan pengalaman generasi tua yang mendahului mereka dilangkahi dengan sangat mudah. Mentalitas kepemimpinan yang dicanangkannya melalui jawaban ini tidak berbeda dengan mentalitas para pengawas kerja paksa di Mesir (bd. Kel 1:11-14). Kualitas kepemimpinan yang ditampilkannya betul-betul tidak sebanding dengan jabatan raja dan kedudukan yang diperolehnya sebagai abdi TUHAN dan sekaligus abdi rakyat. Ini berarti bahwa Rehabeam telah meninggalkan tahta kerajaan yang teokratis dan menjadi sama derajatnya dengan para pengawas rodi.
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
31
Tinjauan Teologis
Rehabeam menciptakan satu krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan dan pengabdiannya di masa krisis. Seharusnya ia berdiri di pihak rakyatnya yang meminta peninjauan kebijakan kerajaan untuk meringankan beban mereka. Akan tetapi yang ia lakukan adalah sebaliknya sehingga pihak Israel Utara menarik dukungan mereka terhadap kepemimpinannya. Himbauan para tua-tua Israel Utara supaya orang-orang Utara kembali ke kemah mereka berarti bahwa dengan itu mereka kembali hidup tanpa hubungan dengan kerajaan Israel Raya. Mereka kembali ke kemah masing-masing dan hanya memberi perhatian pada lingkup terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga masing-masing. Mereka tidak lagi terikat dengan teokrasi versi dua belas suku dan amphyctiony yang berpusat di Yerusalem. Suku-suku Utara memisahkan diri atau lebih tepat kembali mempertegas eksistensi mereka sebagai suku-suku yang tidak terikat dengan Yehuda dengan ibu kotanya Yerusalem. Ini berarti bahwa mereka harus membangun diri kembali dari awal sebagai satu komunitas suku-suku dengan segala kebutuhan dan kepentingan mereka di bidang ibadah dan penataan masyarakat suku-suku tersebut. Perkembangan baru ini penuh dengan konsekuensikonsekuensi yang multidimensi.
hakim yang berfungsi di zaman Musa (bd. Kel 18:1327). Rehabeam juga lupa bahwa kedatangan sukusuku utara berkaitan erat dengan penobatannya sebagai raja di Sikhem (1 Raj 12:1). Sikhem sendiri dalam tradisi-tradisi Israel pernah dipakai sebagai tempat Persidangan Raya suku-suku Israel di zaman Yosua untuk memperbaharui kesetiaan mereka kepada TUHAN (Yos 24). Seandainya tradisi-tradisi ini diingat dengan baik oleh Rehabeam, krisis kepemimpinan dan kepercayaan itu tidak perlu terjadi.
Tinjauan Teologis
Mungkin sikap Rehabeam dapat dipandang positif secara psikologis. Seorang pemimpin muda yang tidak dipersiapkan lebih dahulu secara baik bisa berlaku demikian. Juga ia ingin mengadakan terobosan baru. Akan tetapi kemungkinan ini saja tidak cukup kuat. Kerajaan yang dipimpinnya tidak sama saja dengan kerajaan-kerajaan lain. Israel adalah satu kerajaan teokratis dengan pertumbuhannya yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah masa lampaunya. Apalagi bagi Israel masa lampau selalu terbentang di hadapan mereka untuk dikaji dan dijadikan bahan acuan. Kalau hal itu disadari maka tradisi-tradisi kehidupan Israel di masa pengembaraan di padang gurun, khususnya kepemimpinan Musa dengan dukungan para hakim (baca: tua-tua) sudah merupakan satu bahan acuan penting. Dan bila demikian, Rehabeam tidak memiliki alasan untuk menolak nasihat para tua-tua Israel. Di atas semuanya itu, harapan rakyat yang mendukungnya sejak penobatan di Sikhem tidak boleh ditawar-tawar. Begitulah seharusnya seorang abdi di masa krisis. Penolakan Rehabeam atas permintaaan rakyat mengabaikan satu pertimbangan dalam tradisi kenabian di Israel. Sejak awal, dalam pergumulan tentang kehadiran insititusi kerajaan di Israel, pihak yang paling banyak memikul beban pergumulan ini adalah para nabi. Samuel adalah tokoh yang terdepan dalam hal ini. Setelah “terdesak” oleh rakyat, akhirnya ia menyetujui usul mereka (1 Sam 8:21, 22). Dalam cerita tentang pergumulan Samuel ini, ada kesan bahwa ia - dan juga TUHAN terpaksa menerima usul rakyat. Akan tetapi di belakang narasi ini terletak penghargaan terhadap eksistensi rakyat sebagai satu komponen dari masyarakat Israel. Itulah sebabnya suara mereka didengarkan dan hadirlah institusi kerajaan di Israel. Dari pihak rakyat masih terdengar suara bahwa mereka akan sama seperti bangsa lain yang memiliki raja yang memimpin mereka dalam perang (8:20). Inipun satu kesadaran tentang kondisi Israel sebagai kerajaan yang baru akan terbentuk dalam menghadapi tantangan dari bangsa-bangsa di sekitarnya, seperti bangsa Filistin. Sebenarnya suara kritis dari pihak kenabian yang diwakili Samuel adalah satu peringatan dini, yaitu supaya rakyat Israel jangan diperlakukan sama saja seperti rakyat dalam kerajaan lain di sekitar Israel. Soalnya ialah rakyat Israel adalah umat yang tumbuh dalam kemerdekaan karena TUHAN telah memerdekakan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka boleh berkerajaan, tetapi kedudukan dan hak mereka sebagai satu komponen masyarakat yang berkedaulatan janganlah dihapuskan. Mereka
32
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
membutuhkan kerajaan, tetapi kerajaan tidak boleh merajai, apalagi menghapuskan kemerdekaan mereka. Bagaimanapun harus disadari bahwa kerajaan ada karena mereka dan untuk mereka; bukan sebaliknya mereka untuk kerajaan. Pergumulan Israel di tengah krisis politik Internasional telah melahirkan institusi kerajaan. Akan tetapi ketika Israel sebagai satu kerajaan muda menghadapi krisis ekonomi karena beban pajak dan kerja paksa yang berat, rakyat ditinggalkan oleh raja yang mereka kehendaki. Sang raja tidak menjadi abdi bagi mereka di tengah krisis. Jika Rehabeam dibandingkan dengan Saul yang diragukan di awal pemerintahannya, Saul masih berpihak kepada rakyatnya dengan jalan membebaskan penduduk kota Yabesy-Gilead (1 Sam 11). Jika dibandingkan lagi dengan Daud, dalam segala kelemahannya Daud juga masih tahu diri dan tidak gegabah mendepak Saul. Di gua Kehila (1 Sam 23) dan di bukit Hakhila (1 Sam 26) Daud tidak memusnahkan Saul, sekalipun terbuka peluang untuk itu. Sekalipun dia mempunyai alasan yang kuat karena telah diurapi menjadi raja (1 Sam 16), Daud menjauhkan diri dan tidak berambisi untuk segera muncul sebagai penguasa dengan cara kekerasan. Ia tidak mendahului TUHAN dalam peralihan kekuasaan di Israel. Jika dibandingkan dengan Salomo, memang Rehabeam tidak berhikmat. Salomo tampil dengan hikmat yang mengesankan ketika ia memutuskan perkara dua ibu yang saling berebut anak (1 Raj 3:16 dst). Dalam keputusan itu Salomo tidak memihak dan tidak mengorbankan pihak yang tidak perlu dikorbankan. Sebaliknya Rehabeam hanya mengandalkan kekuasaan dan mengorbankan rakyat yang mendukungnya. Jelaslah bahwa tanpa hikmat, kekuasaannya tidak menjadi berkat dan tidak dapat diabdikan bagi kesejahteraan rakyat. Kalau saja suara rakyat dan tradisi kenabian tentang kesejahteraan rakyat ikut dipertimbangkan dengan baik oleh Rehabeam, tidak perlu terjadi perpecahan di Israel. Kesatuan Israel Raya dapat dipertahankan tanpa upaya penyeragaman dengan memaksakan kehendaknya karena solidaritas angkatan yang mengarah pada penyeragaman pandangan. Akan tetapi dengan pilihan keberpihakannya pada orangorang seangkatannya, ia memasuki gerbang pola pemerintahan yang otoriter. Pola pendekatan pemerintahan yang ditempuh Rehabeam berkembang menuju orientasi pemerintahan yang berpusat pada kepentingan istana. Hal itu kemudian akan terlihat dalam pemerintahan raja-raja di Israel Utara maupun Yehuda. Pemerintahan raja-raja yang lebih memihak
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
pada kaum pemilik modal semakin membuat rakyat terpuruk di bidang ekonomi dan menimbulkan ketidakadilan yang berkepanjangan. Suksesi di Israel Utara yang banyak diwarnai pertumpahan darah juga memperlihatkan kepentingan tokoh-tokoh politik yang berorientasi pada kepentingan takta secara individual. Demikianlah jalannya satu pemerintahan yang tidak mengabdi kepada kepentingan rakyat yang dilanda krisis. Khusus dalam hal kepemimpinan dan fungsinya di tengah masyarakat, peranan raja-raja dan pemimpin-pemimpin di Israel merupakan satu pergumulan tersendiri di kalangan para nabi.Yesaya telah mengeluh:
Dr. Jehezkiel Alexander Telnoni adalah dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW), Kupang di bidang Perjanjian Lama. Artikel diatas dicetak ulang dari Jurnal Teologi Sosial terbitan Fakultas Teologi UKAW, Vol. 1, No. 2, Agustus 2004, hlm 27-54. Terima Kasih kepada penulis dan Redaksi Jur nal TTeologi eologi Sosial UKA W yang telah Jurnal UKAW memberi izin pembuatan ulang artikel ini.
Yesaya mengungkapkan keluhan ini sekitar satu abad lebih setelah kasus kepemimpinan Rehabeam. Dari kaki hingga kepala telah rusak, dari masyarakat hingga para pemimpin telah rusak. Keluhan Yesaya telah berlalu, tetapi gaungnya masih terdengar jelas. Catatan Kaki: Kalau model Rehabeam masih dipertimbangkan dan 1 Lih. Johs Pedersen, Israel, Its Life and Culture. III-IV. keluhan Yesaya masih didengar, apakah yang harus London: HUMPREY MILFORD. Oxford University dikatakan tentang masyarakat dan semua Press, 1940, hlm. 34 dyb. komunitas umat beragama di Indonesia dan para 2 A.D.H. Mayes, Israel in the Period of Judges. pemimpinnya di era suksesi ini? London: SCM Press, 1974. hlm. 98 dyb. 3 Kembali berkaca pada masalah Rehabeam, Dalam fabel itu (Hak. 9:1-49) Abimelekh menolak masyarakat Indonesia masih menyimpan satu kepemimpinan kolektif yang beranggotakan tujuh akronim yang padat makna, yaitu AMPERA. Dari puluh orang. Selanjutnya di bawah tekanan atas nama jalan hingga nama orang, AMPERA orang-orang Sikhem, ia memerintah selama tiga mendapatkan tempatnya. Yang dibanggakan ialah puluh tahun. Akan tetapi akhirnya ia juga gaung ucapan Amanat Penderitaan Rakyat. Kalau ini mengakhiri masa pemerintahannya secara tragis. menjadi tolok ukur, Rehabeam akan dinilai sebagai Orang-orang Sikhem memberontak dan ia sendiri pemimpin tanpa kepedulian. Akan tetapi di mati di tangan seorang perempuan (9:50-57). Indonesia sendiri - dan tentu di banyak bagian 4 Bd. R.D.Culver, “shapat”, TWOT, Vol. II, hlm. 949. belahan dunia ini - yang ada hanyalah Amanat 5 Tentang istilah amphictyoni, lih. uraian Werner Penderitaan Rakyat. Itu suatu komoditas politik. H.Schmidt, The Faith of Israel,Oxford: Basil Penderitaan rakyat dipolitisasi sampai diproyekkan Blackwell, 1986, hlm. 102-104. dalam berbagai program pada berbagai tataran 6 organisasi. Tidak pernah terdengar Amanat ketegangan di antara kedua kelompok yang Keprihatinan Pejabat. Karena itu nurani para pejabat berbeda pendapat ini adalah hal yang biasa. tidak cukup terusik di hadapan berbagai persoalan Ketika suatu kelompok masyarakat menyikapi yang menimpa rakyat dan umat. Yang paling sesuatu yang baru sama sekali, tidak dengan banyak terlihat ialah upaya merebut simpati mudah saja hal yang baru dapat diterima. Bagi menjelang suksesi dengan mengobral janji, Israel yang baru menyesuaikan diri dengan pola membangun klik dan jaringan karena kepentingan hidup menetap, tanggungjawab untuk menata
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004
33
Tinjauan Teologis
Di mana kamu mau dipukul lagi, Kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit, dan seluruh hati lemah lesu. Dari telapak kaki sampai kepala Tidak ada yang sehat; bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. (Yes. 1: 5,6)
bersama untuk memperoleh kursi. Dan hilanglah semua janji karena kepentingan telah tercapai. Sesudah itu terulang lagi janji Rehabeam: “Pergilah sampai lusa, kemudian kembalilah padaku” (1 Raj 12:5). Dan ketika mereka kembali, yang didengar hanyalah satu dekrit yang mematikan karena beban yang ditambahi tanpa ampun: Ayahku telah memberatkan tanggunganmu, tetapi aku menambah tanggunganmu itu ... ayahku menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi ... (12:14). Mungkin pemimpin yang kita pilih tidak secara eksplisit mengatakan demikian, tetapi keputusankeputusan dan program-program yang disusun memang membebani rakyat dan umat sedangkan hasilnya untuk kepentingan segelintir orang saja. Kalau demikian citra pemimpin dalam satu suksesi, celakalah rakyat/umat yang memilihnya secara sadar atau tidak sadar.
kehidupan sosial mereka sesuai dengan kebiasaan kerajaan-kerajaan yang mereka kenal adalah suatu kebutuhan dan beban sekaligus. Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerima segala tanggungjawab itu sebagai tuntutan hidup bermasyarakat yang wajar. 7
Tinjauan Teologis
8
15
Lih. J.Lindblom, Prophecy in Ancient Israel, Oxford: Basil Blackwell. 1963, hlm. 1 dyb.
16
Bd. a.l. A. Benzen, King and Messiah, Oxford: Basil Blackwell. 1970. Edited by G. W. Anderson, hlm. 16 dyb.
Kepustakaan
Kelangsungan institusi kerajaan di Israel seperti yang terlihat dalam cerita--cerita tentang raja-raja berikutnya menunjukkan bahwa kedua kekuatan ini tidak diberi peluang bertumbuh secara seimbang. Karena itu raja-raja Is-rael baik di zaman kerajaan Israel Raya maupun sesudah perpecahan kerajaan ini tersandung dalam berbagai skandal.
Mayes, A.D.H., Israel in the Period of Judges. London: SCM Press, 1974. Pedersen, Johs, Israel, Its Life and Culture. III-IV London: Oxford University Press, 1940. Schmidt, Werner H., The Faith of Israel,Oxford: Basil Blackwell, 1986. Wahono, S.Wismoady. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gungung Mulia, 1993. Secara sepintas kilas keterangan singkat ini Bright, John, A History of Israel, Philadelphia: The memperlihatkan persaingan suku-suku Israel Westminster, 1972. sendiri. Kalau bahan-bahan seperti mimpi-mimpi Jacob, Edmon, Theology of the Old Testament. Transl. Yusuf (Kej 37), berkat Yakub kepada anak-anaknya By Arthur W.Heathcote and Philip J.Allock, New York (Kej 48,48), dll. ikut dipertimbangkan, akan terlihat and Evanston: Harper & Lindblom, 1958. bahwa sebenarnya suku-suku Israel tidak luput dari persaingan dan ketegangan. Saul yang tampil Row, J., Prophecy in Ancient Israel, Oxford: Basil Blackwell, 1963. sebagai raja pertama di Israel harus berjuang, untuk memimpin sambil mengatasi segala beban Benzen, A., King and Messiah, Oxford: Basil Blackwell, 1970. karena kondisi seperti ini.
9
Bd. S.Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. hlm. 129.
10
Bd. John Bright, A History of Israel, Philadelphia: The Westminster, 1972, hlm. 200
11
Ibid., hlm. 208.
12
Perkataan hokmah dalam bahasa Ibrani dikategorikan sebagai kata benda feminin. Dengan hokmah sebagai ilmu dan bekal kehidupan, orang yang berhikmat dipandang sebagai orang yang hidup bijak dan kehidupannya diibaratkan sebagai satu gadis yang cantik, ayu dan tahu membawa diri untuk hidup baik. Secara praktis juga perempuanlah yang dinilai dalam keluarga sebagai tokoh bijak (Ams 31:10 dst; bdk. tokoh Abigail dalam 1 Sam 25 atau Rut, dll).
13
Lih. Edmon Jacob, Theology of the Old Testament. Transl. By Arthur Wheathcote and Philip J.Allock, New York and Evanston: Harper & Row, 1958. hlm. 236, 237.
14
34
Ibid., hlm. 237.
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004