LAMPIRAN VI :
I.
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 NOPEMBER 2011 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan andalan dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga mempunyai arti penting bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan Bandung. Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan perkembangan penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) masih belum terkendali sehingga menimbulkan gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri maupun kawasan di bawahnya. Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang diantaranya berupa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara disusun guna menyediakan pedoman dan arahan bagi upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara serta aturan teknisnya. Peraturan Gubernur ini juga diharapkan mampu sebagai rujukan bagi semua pihak dalam melakukan koordinasi, kerjasama, penyesuaian, dan komunikasi dalam rangka mewujudkan keterpaduan dan efektivitas upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha. Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU meliputi ketentuan teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan.
1
II.
ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN BANDUNG UTARA Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Bandung Utara aterdiri dari
Peta
Arahan
Zonasi (Zoning Map) sebagaimana tercantum pada Lampiran IV dan Teks Arahan Aturan per Zona (Zoning Text ) sebagaimana tercantum pada pasal pasal batang tubuh .
III.
KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG 1. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang Kawasan Lindung mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang untuk budidaya tercantum dalam Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Permukiman dan Budidaya Non Permukiman di KBU.
IV.
KETENTUAN TEKNIS PENATAAN BANGUNAN A. Penetapan KDB 1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng Maksimum 30% Kemiringan Lereng Ratarata 0% - 8% 8% - 15% 15% - 30% 30% - 40% >40% (*)
KDB Maksimum Berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh dibangun 30% Perkotaan 40% 37% 32% 10% 2%
Perdesaan 20% 12% 7% 2% 2%
Catatan : - KDB maksimum perkotaan = 40% - KDB maksimum non perkotaan = 20% - Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang diperbolehkan yaitu berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh dibangun sebesar 30%. - (*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana khusus/tertentu
2
Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya Permukiman dan non Permukiman di KBU. Fungsi Utama/ Pemanfaatan Ruang
Lokasi Kabupaten/Kota Kota Bandung
Budidaya Permukiman A : Perkotaan
Kecamatan Cibeunying Kaler Cibiru Cicendo Cidadap Coblong Sukajadi Sukasari
Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kelurahan/Desa Cigadung Cisurupan, Palasari Pasirbiru Husein Sastranegara, Sukaraja Ciumbuleuit, Hegarmanah, Ledeng Cipaganti, Dago, Lebakgede, Lebak Siliwangi, Sekeloa Cipedes, Pasteur, Sukabungah, Sukagalih, Sukawarna Gegerkalong, Isola, Sarijadi, Sukarasa Pasirwangi
Ujungberung Kota Cimahi
Cimahi Tengah Cimahi Utara
Kab. Bandung Barat
Dilarang -
-
-
Cimahi, Karangmekar, Padasuka, Setiamanah Cibabat, Cipageran, Citeureup, Pasirkaliki
Parongpong
Sariwangi, Ciwaruga
Ngamprah
Tanimulya, Ngamprah
Lembang
Lembang, Kayuambon
-
Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung. Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. Pertambangan Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari lingkungan (berdasarkan hasil penilaian kelayakan lingkungan) Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada Observatorium Boscha. Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
Boleh Bersyarat A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal pada Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan. C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi. D. Kegiatan di wilayah KWT akt < KWT maks., atau di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB maks. 40%, 2. Komplek Perumahan, Rumah Susun, Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 30% dan KDH min. 64%, kecuali kawasan tertentu yg menurut RDTR lebih ketat. 3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 30%.
Boleh -
-
Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota Rumah Panggung Kayu Renovasi bangunan lama dengan pengurangan KDB kurang/ dari KDB maks. ( KDB maks. 40% dan KDH min. 52%) Pagar, benteng , pos jaga
3
Budidaya Permukiman B. Perdesaan
Kab. Bandung
Cileunyi Cimenyan
Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan Mekarwangi Girimekar, Malatiwangi
Cilengkrang Kab. Bandung Barat
Lembang
Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudang Kahuripan
Parongpong
Cihanjuang, Cihanjuang, Rahayu, Cigugur Girang, Cihideung
Lembang
Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudangkahuripan
Parongpong
Cihanjuang, CihajuangRahayu, Karyawangi, Cigugur Girang, Padaasih
- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung. - Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. - Pertambangan - Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari lingkungan atau di zona resapan utama air tanah tanpa izin - Bangunan dengan jumlah lantai tertentu yang tidak sesuai daya dukung dan tidak serasi dengan lingkungan sekitar. - Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi ketentuan KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan. B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan. C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi. D. Kegiatan di wilayah KWT akt.< KWT maks., atau di Zona II atau Zona III, dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB maks. 20%, 2. Komplek Perumahan, Rumah susun dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan, Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan tipe tertentu yang sesuai nuansa perdesaan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 20% dan KDH mini. 76%. 3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.
-
-
Ruang Terbuka Hijau Hutan kota Rumah Panggung Kayu Renovasi bangunan lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (20%) Pagar, benteng , pos jaga, pos pengamatan, Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan
4
Kab. Bandung
Budidaya Permukiman C. Perdesaan tertentu / perbatasan desa kota
Cileunyi
Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan
Cimenyan
Mekarwangi
Cilengkrang
Girimekar, Malatiwangi, Jatiendah
-
-
Kab. Bandung Barat
Parongpong
Lembang Cisarua Cikalong Wetan Ngamprah
Cihanjuang, CihajuangRahayu, Cigugur Girang, Cihideung Cikidang, Mekarwangi, Cikole, Cikahuripan Kertawangi, Pasirhalang Cipada Ngamprah
-
-
Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung. perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel.. Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. Pertambangan Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari lingkungan/ di zona resapan utama air tanah tanpa izin Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan. B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan. C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi. D. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB maks. 20%, 2. Komplek Perumahan,Rumah susun dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan. Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 15% dan KDH min. 80%. 3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.
-
-
Ruang Terbuka Hijau Hutan kota Rumah Panggung Kayu Renovasi bangunan lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (15%) Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan
5
Budidaya Pertanian Lahan Basah
Kab. Bandung
Kab. Bandung Barat
Cimenyan
Ciburial, Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalamekar, Mekarmanik, Cipanjalu, Girimekar, Cikadut
Cilengkrang
Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang
Cileunyi
Cimekar, Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon
Cikalong Wetan
Cipada, Ciptagumanti, Mekarjaya, Mandalamukti, Ciptagumanti, Cisomang
Cisarua
Cipada, Sadangmekar, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih
Ngamprah
Bojongkoneng, Sukatani, Ngamprah, Mekarsari, Cilame, Pakuhaji
Parongpong
Cihanjuang, Sariwangi, Cigugur Girang, Karyawangi
Lembang
Cikole,Cibogo, Cikidang, Wangunharja, Wangunsari, Cibodas, Suntenjaya, Pagerwangi
Padalarang
Tagogapu, Campakamekar
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. - Alih fungsi lahan pertanian beririgasi teknis - Pertambangan - Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari lingkungan - Kegiatan pembangunan yang tdk berizin atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I, kecuali dimungkinkan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel.. - Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha. - Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan dan di luar persawahan. B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tipe perdesaan tdk melebihi KDB maks. 15%, pada lingkungan perkampungan yang ada. 2. Ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%. 3. Non rumah tinggal pendukung usaha pertanian berbentuk semi permanen yang bukan kawasan dengan KDB maks. 15%. 4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan. 5. Jalan umum dan infrastruktur transportasi usaha pertanian. 6. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%.
-
-
-
Pertanian lahan basah dan agrowisata yang sesuai kaidah lingkungan. Ruang Terbuka Hijau Hutan, perkebunan Rumah Panggung Kayu Renovasi bangunan lama dengan penguranagn KDB kurang/sama dariKDB maks. (15%) Pagar, benteng, pos jaga, pos penimbangan, pos pengamatan
6
Budidaya Pertanian Lahan Kering
Kab. Bandung
Kab. Bandung Barat
Cimenyan
Mekarmanik, Cimenyan, Cibeunying
Cilengkrang
Cipanjalu, Ciporeat, Cilengkrang
Cileunyi CikalongWetan Parongpong
Cisarua
Ngamprah
Kota Cimahi
Ganjarsari, Mandalamukti, Mekarjaya, Mandalamukti, Karyawangi, Cihideung, Cihanjuang, Ciwaruga, Cihanjuang Rahayu, Sariwangi Kertawangi, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih Cilame
Sukasari
Cikahuripan, Jayagiri, Sukajaya, Cikidang, Wangunharja, Mekarwangi, Cibodas, Suntenjaya, Langensari Ledeng, Isola
Coblong
Dago
Ujungberung
Pasirjati, Pasirwangi, Pasanggrahan
Cibiru
Cisurupan, Palasari, Pasirbiru
Cibeunyingkidul
Pasirlayung
Cidadap
Ciumbuleuit
Cibeunying Kaler
Cigadung
Cimahi Utara
Cipageran, Citeureup
Lembang Kota Bandung
Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. - Pertambangan - Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari lingkungan - Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non pertanian, perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I , kecuali dimungkin- kan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per desa/kel - Apartemen/rumah susun/hotel dengan jumlah lantai tidak sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan dan/atau berada di ketinggian lebih dari 1200 dpl. - Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha. - Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan. B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan 1. Rumah tinggal dan non rumah tinggal tipe perdesaan/ utk menunjang usaha tani secara terbatas tanpa melebihi ketentuan KDB maks.15%, untuk kawasan kota dapat dipertimbangkan KDB maks. 30% setelah melalui kajian teknis. 2. Permukiman /perumahan perdesaan dengan KDB maks. kawasan 7%. 3. Kawasan ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%. 4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan, jalan umum tipe tertentu. 5. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%. 6. Rumah susun/ hotelbernuansa alam dengan lantai terbatas, sesuai penilaiian daya dukung dan keserasian lingkungan.
- Pertanian dan perkebunan yang sesuai kaidah lingkungan. - Hutan Rakyat, Hutan, Ruang Terbuka Hijau - Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB lama/KDBmaks.(15% ) - Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan
7
Budidaya Perkebunan atau Hutan Rakyat
Kab. Bandung
Kab. Bandung Barat
Kota Bandug
Kota Cimahi
Cimenyan
Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalmekar, Ciburial, Mekarmanik, Cikadut
Cilengkrang
Cipanjalu, Girimekar, Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang
Cileunyi Cikalong Wetan
Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon Ganjarsari, Mandalamukti, Cipada, Mekarjaya, Cisomang
Cisarua
Sadangmekar, Cipada, Pasirlangu, Tugumukti, Kertawangi, Jambudipa, Pasirhalang, Padaasih
Ngamprah
Bojongkoneng, Cimanggu, Cilame, Pakuhaji, Cihideung, Ngamprah
Parongpong
Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang, Karyawangi, Sukajaya
Padalarang
Tagogapu
Lembang
Cibiru
Jayagiri, Gudangkahuripan, Wangunsari, Pagerwangi, Mekarwangi, Langensari, Cikidang, Cibogo, Cikahuripan Cisurupan, Palasari, Pasirbiru
Mandalajati
Sindang Jaya, Jatihandap
Cidadap
Ciumbuleuit, Hegarmanah
Ujungberung
Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi
Coblong
Dago
Cibeunying Kaler Cimahi Utara
Cigadung Cipageran, Citeureup
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak. - Pertambangan - Kegiatan lain yang akan merusak dan mencemari dan merusak lingkungan. - Kegiatan permukiman baru. (pengembangan kawasan perumahan ) - Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I - Apartemen - Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha. - Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal untuk menunjang usaha perkebunan dan kehutanan tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa: 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan. B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal atau non rumah tinggal penunjang usaha perkebunan/kehutanan/ di lingkungan perkampungan yang ada dg KDB maks. 10 %. 2. Kawasan ekowisata, wanawisata, agro wisata, wisata pendidikan, produksi perkebunan / hutan rakyat dengan KDB kawasan maks. 2%. 3. Penginapan penunjang wisata dengan nuansa alam / perdesaan tidak melebihi KDB maks. 10%. C. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan. D. Jalan umum,infrastruktur, transportasi menuju pusat produksi dengan kriteria tertentu. E. Fasilitas pelayanan publik seperti kantor desa, sekolahan, puskesmas, tempat ibadah, secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 10%.
- Perkebunan dan hutan rakyat yang sesuai kaidah lingkungan. - Hutan lindung, hutan produksi - Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB maks. (KDB maks. 10% dan KDH min. 85%) - Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan
8
2.
Perhitungan luas bangunan ditentukan sebagai berikut: a. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas dinding terluar. b. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20 m dihitung 100%. c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih dari 1,20 m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan d. Overstek atap yang melebih 1,50m maka luas mendatar kelebihannya dianggap sebagai lantai denah. e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1.20m di atas lantai teras, tidak diperhitungkan. f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Besmen yang telah ditetapkan. g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas-batas area perencanaan atau berada di bawah prasarana kota atau di bawah ruang terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan surat keputusan bupati h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KDB asal tidak melebihi dari 50% KDB yang telah ditetapkan. Jika melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap KDB. i.
Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area perencanaan harus melalui surat keputusan bupati
B. Penetapan KLB 1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :
JLB KLB = ------------------------------------LK KLB = Koefisien Lantai Bangunan JLB = Luas Lantai Bangunan LK = Luas Kavling/Petak/Persil
2. Perhitungan ketinggian sebuah bangunan ditentukan sebagai berikut:
9
a. Ketinggian bangunan dalam petunjuk operasional ini adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. b. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak atap bangunan yang dinyatakan dalam meter c. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk arsitektural bangunannya. d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olah raga, bangunan monumental, dan bangunan gedung serba guna) e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang. f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang. g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan persetujuan bupati.
C. Penetapan KDH 1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng Kemiringan Lereng Rata-rata
Perkotaan
Perdesaan
0% - 8%
52%
76%
8% - 15%
55%
85%
15% - 30%
61%
91%
30% - 40%
88%
98%
>40%
96%
100%
2. Rumus perhitungan KDH :
KDH = 100% - (KDB+(20% x KDB))
dimana : KDH = Koefisien Dasar Hijau KD = Koefisien Dasar Bangunan 3. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah kedap air.
10
4. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam kawasankawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan campuran.
D. Ketentuan Perencanaan Tata Letak Bangunan 1. Pelandaian Lereng a. Semakin tinggi nilai kemiringan lereng, semakin sempit daerah yang boleh dilandaikan. b. Pelandaian lereng maksimum Kawasan Perdesaan Kemiringan
Pelandaian Maksimum
0-8 %
18 % dari luas lahan
8-15 %
18 % dari luas lahan
15-30 %
10 % dari luas lahan
> 30 %
0 % dari luas lahan Kawasan Perkotaan
Kemiringan
Pelandaian Maksimum
0-15 % (Kawasan perkotaan berkepadatan tinggi)
15 % dari luas lahan
0-15 % (Kawasan perkotaan berkepadatan sedang)
15 % dari luas lahan
0-15 % (Kawasan perkotaan berkepadatan rendah)
15 % dari luas lahan
15-30 %
10 % dari luas lahan
> 30 %
0 % dari luas lahan
2. Jarak Bebas Minimum Samping dan Belakang a. Ketentuan mengenai jarak bebas ditentukan sebagai berikut : i.
Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun belakang ditetapkan 4m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 15m. Ketentuan ini berlaku untuk bangunan selain bangunan rumah tinggal dan bangunan industri.
ii.
Pada bangunan industri dan gudang renggang, ditetapkan jarak bebasnya adalah 5m pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai dibawahnya. 11
iii.
Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan cagar budaya atau kawasan khusus diatur dalam ketentuan mengenai cagar budaya atau kawasan khusus.
iv.
Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas diperkenankan tidak ada sampai dengan lantai ke delapan, setelah lantai ke delapan, maka untuk lantai selanjutnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk bangunan rumah tinggal.
3. Garis Sempadan Bangunan a. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan (GSJ) yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. b. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disebut GSJ adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. c. Untuk Kawasan Bandung Utara GSB dibuat relatif kecil yaitu sekitar ½ rumija +1 meter. d. Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai berikut: i) Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan atau jalur pejalan. ii) Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang berupa bangunan sementara. Atau bisa juga sebagai tempat parkir dengan tetap menyediakan jalur pejalan minimal 50% dari keseluruhan ruang terbuka tersebut. iii) Penggunaan-penggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijuan dan atau daerah resapan air hujan. e. Perhitungan GSB menggunakan rumus : i) Rumija ≥ 8m = 0.5 x lebar Rumija + 1m. ii) Rumija < 8m = 0.5 x lebar Rumija
12
E. Desain Tata Letak Bangunan 1. Pertimbangan utama dalam perencanaan tapak adalah : a. Menjaga fungsi resapan air b. Mempertahankan kontur lahan alami c. Mempertahankan karakter fisik dan vegetasi alami d. Memperkecil luas terbangun/penutupan lahan 2. Pemilihan desain tata letak bangunan, jalan dan sarana dan prasarana yang memenuhi pertimbangan tersebut adalah: a. Desain perataan tanah harus mempertahankan kondisi kontur alami
Desain rencana tapak perlu memperhatikan tidak terlalu mengubah kondisi eksisting alam.
bentukan yang
b. Desain tapak harus mempertahankan karakter alami lahan
Rancangan tapak sebaiknya tidak menghilangkan karakter alami lahan
13
c. Desain tapak harus mempertahankan kontur alami
Meminimalkan perubahan kontur lahan
d. Pembagian blok lahan
dan desain jalan dengan tipe cluster luas
terbangun
Sesedikit mungkin menggunakan bahan perkerasan, jalan perlu dirancang seefisien mungkin
14
e. Memperkecil GSB untuk meminimalkan luas lahan terolah
Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan diperkeras
f. Desain lahan parkir disesuaikan dengan karakter dan kontur alami Rancangan parkir perlu mempertimbangkan karakter kontur lahan
15
F. Ketentuan Perancangan Bangunan 1. Bentuk dan Struktur Bangunan a. Pemilihan bentuk dan struktur bangunan ditujukan untuk : i)
Memperkecil KDB per kawasan
ii)
Memperkecil KDB per petak lahan/luas dasar bangunan
iii)
Memperkecil luas perataan tanah (cut and fill)
iv) Mempertahankan fungsi resapan air b. Rekomendasi bentuk dan struktur bangunan di KBU : i)
Bangunan tingkat dan atau berderet, terutama pada kawasan permukiman perkotaan, untuk memperkecil luas dasar bangunan, luas perataan tanah dan KDB per kawasan.
Koefisien Dasar Bangunan sebaiknya ditekan serendah mungkin. Lebih baik menggunakan bangunan bertingkat dari pada meluas di lantai dasar.
ii)
Bangunan dengan massa (tinggi dan besar bangunan) yang seimbang dengan lingkungannya. Semakin curam kelerengan semakin kecil massa bangunan. Dilarang membuat bangunan dengan ukuran sangat besar
(memiliki luas lantai dasar
di atas 2000 m2 untuk sebuah
bangunan) atau berlantai tinggi (di atas 6 lantai).
Bangunan dipecah dalam massa yang lebih kecil dan jangan membuat massa bangunan yang besar dan lebar, sehingga tidak perlu melakukan cut and fill tanah yang terlalu besar.
16
iii)
Bentuk bangunan panggung yang tidak banyak menutup permukaan tanah sehingga fungsi resapan air terjaga dan merupakan struktur yang lebih tahan gempa.
Bangunan panggung relatif tidak banyak menutupi permukaan tanah sehingga resapan air tanah terjaga. Kolam resapan sangat membantu proses penyerapan tersebut
iv) Bangunan dengan bentuk dan struktur yang sesuai dengan kemiringan lereng atau tidak banyak merubah kontur lahan alami.
Membangun bangunan di Bandung Utara yang berlereng curam sebaiknya menggunakan jenis bangunan yang tidak banyak merubah kontur lahan
17
v)
Bagian dari bangunan seperti teras dan garasi dirancang agar dapat memanfaatkan perbedaaan kontur, misalnya dengan membangun garasi sebagai lantai dasar atau bagian teras rumah.
vi) Menggunakan tipe pondasi dan struktur yang sesuai dengan kondisi kemiringan lereng.
Jenis pondasi perlu diplih secara cermat untuk lahan yang berkontur
c. Untuk kawasan rawan bencana gerakan tanah maupun gempa, bentuk dan struktur bangunan harus disesuaikan dengan peraturan perundangan dan SNI yang berlaku. 2. Atap Bangunan a. Sebaiknya menggunakan atap dengan desain tanpa talang agar air dapat dialirkan langsung ke tanah. b. Melengkapi jalur jatuhnya air dari atap di tanah dengan lapisan kerikil dan pasir untuk mempercepat air meresap serta mengurangi air larian dan mengurangi volume air pada saluran permukaan.
18
c. Apabila menggunakan talang maka pada akhir pipa talang harus dialirkan pada sumur resapan d. Membangun ruang utilitas di atap, hanya
apabila
digunakan sebagai
ruangan untuk melindungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tanki air, cerobong (shaft) dan fungsi lain sebagai ruang pelengkap
bangunan,
dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m diukur secara vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas lantai melebihi 50% dari luas lantai bawahnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan sebagai penambahan tingkat. V.
KETENTUAN TEKNIS REKAYASA TEKNIS DAN VEGETATIF Rekayasa teknis dan vegetasi dilakukan terhadap perubahan tata guna lahan yang telah terjadi dan tidak dapat dikembalikan pada fungsi lindung. Penerapan rekayasa teknis dan vegetasi pada kawasan yang telah terbangun untuk memperbaiki kemampuan meresapkan air, mengurangi erosi dan debit air larian. Rekayasa teknik adalah melakukan rekayasa teknik sipil dalam pembangunan bangunan gedung, prasarana lingkungan dan pertanian; baik secara individual maupun komunal, misalnya sumur resapan dan biopori. Setiap persil tanah atau kavling yang akan dibangun harus melakukan rekayasa teknis yang mampu meresapkan air hujan sehingga tidak ada air hujan yang keluar dari persil/kavling yang bersangkutan. Rekayasa vegetasi adalah melakukan penanaman tanaman dalam skala rumah tangga, lingkungan maupun kawasan untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi konservasi serta iklim mikro.
19
JENIS
URAIAN
REKAYASA 1.
REKAYASA TEKNIS
1. SUMUR RESAPAN : Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan perundang– undangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan. SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan.
VOLUME AIR YANG HARUS DIRESAPKAN UNTUK TUTUPAN BANGUNAN KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70
T.80
T.90
T.100
T.120
T.150
T.200
10
-
-
-
-
-
-
-
15
0.16
0.18
0.20
0.23
0.27
0.34
0.45
20
0.38
0.43
0.49
0.55
0.65
0.81
1.08
25
0.51
0.58
0.65
0.73
0.88
1.10
1.44
30
0.60
0.68
0.76
0.85
1.02
1.29
1.69
JUMLAH SUMUR RESAPAN YANG DIPERLUKAN PADA SETIAP TIPE BANGUNAN KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70
T.80
T.90
T.100
T.120
T.150
T.200
10
-
-
-
-
-
-
-
15
1
1
1
1
1
1
1
20
1
1
1
1
1
2
2
25
1
1
1
1
2
2
2
30
1
1
2
2
2
2
2
Keterangan : - T. 100 berarti luas atap bangunan = 100 m2 - Sumur resapan dimensi : diameter 1 m, tinggi 1 m
20
JENIS
URAIAN
REKAYASA
BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN
2. BIOPORI (Sumber : www.biopori.com; Multimanfaat Lubang Resapan Biopori Untuk Pelestarian Lingkungan Perkotaan, Kamir R.Brata) :
Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah (lihat gambar).
Lubang
diisi
dengan
sampah
organik
untuk
memicu
terbentuknya biopori.
LRB adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Cara pembuatan : 1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm atau tidak dengan diameter 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila tanahnya dangkal. Jarak antara lubang 5 – 100 cm. 2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 – 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang. 3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput. 4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan. 5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon atau pada batas tanaman.
21
LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada batas tanaman.
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m2) Peresapan air perlubang (liter/jam)
3. JARINGAN JALAN : Undang-Undang No.38 Tahun 2004 PP No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan.
Dalam pembangunan jaringan jalan, hindari topografi yang sulit dan usahakan untuk tidak memotong sungai/lembah, kecuali disediakan jembatan yang didesain lengkap dengan trotoar untuk pejalan kaki
Rencana jaringan jalan disesuaikan dengan topografi dan diusahakan mengikuti kontur dengan suatu sudut daki yang tidak terlalu terjal
Pola drainase ditentukan secara alamiah dan aturlah letak jalan sedemikian rupa sehingga pola drainase tersebut dapat dipelihara dengan mudah
Jalan dalam lingkungan perumahan menggunakasn grass block agar tetap dapat meresapkan air hujan
22
JENIS
URAIAN
REKAYASA
4. PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN:
Prasarana limbah dapat menggunakan septic tank yang dilengkapi dengan treatment tertutup, tidak memakai bidang resapan
Pembangunan jaringan drainase dapat dilakukan dengan mengikuti alternatif sistem drainase permukaan; sistem drainase bawah tanah tertutup,
sistem
drainase
bawah
tanah
tertutup
dengan
tempat
penampungan tapak atau dengan sistem kombinasi tertutup untuk daerah yang diperkeras dan drainase terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras
Perencanaan sistem pembuangan air kotor harus memperhatikan kondisi dan karakter tapak /topografi
Sistem pembuangan air kotor yang baik dan aman untuk perumahan skala besar adalah dengan menyalurkan melalui pipa tertutup/rool ke lokasi bak penampungan/kolam
oksidasi,
setelah
melaui
proses
treatment
(pemisahan antara limbah padat dan cair), kemudian dialirkan melalui bak resapan ke perairan umum
2.
REKAYASA VEGETASI
a. VEGETASI PEKARANGAN : a.1. Pekarangan Rumah Besar -
Kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;
-
RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
-
Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
a.2. Pekarangan Rumah Sedang -
Kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2;
-
RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
-
Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.
a.3. Pekarangan Rumah Kecil -
Kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2;
-
RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
-
Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.
23
JENIS
URAIAN
REKAYASA
a.4. Pekarangan Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha - Umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka -
Beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot.
-
Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%, minimal memiliki 2 (dua) pohon kecil atau sedang, ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm;
-
Persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
b. VEGETASI JALAN : b.1. Vegetasi tepi Jalan - tidak bergetah/beracun dan berbuah terlalu besar - dahan
tidak
mudah
patah,
perakaran
dalam
dan
tidak
mengganggu pondasi jalan - cepat tumbuh dan pemeliharaan mudah - peletakan
tanaman
seimbang,
sehinggai
tidak
mengganggu
kendaraan - jenis tanaman berupa pohon, semak/perdu b.2. Vegetasi pada median jalan - dapat menahan silau lampu kendaraan - jenis tanaman berupa semak/perdu b.3. Vegetasi jalur pejalan kaki - peletakan tanaman dapat melindungi pejalan kaki - jenis tanaman berupa semak/perdu c. VEGETASI RTH PERKOTAAN -
Pohon kecil (tinggi < 6 m) dengan diameter tajuk 2 – 6 meter , jarak tanam optimal antara 4 – 8 meter, liputan vegetasi yang ditimbulkannya adalah sekitar 12 – 50 m2. ( rataan 30 m2 )
-
Pohon sedang ( 6 – 12 m ) dengan diameter tajuk 6 - 9 meter , jarak tanam optimal 8 – 12 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar 50 – 115 m2. ( rataan 80 m2 )
-
Pohon besar (> 12 m) dengan diameter tajuk diatas 12 meter jarak tanam optimal adalah 12 – 15 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar 115 – 175 m2 ( rataan 145 m2 ).
-
Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan liputan vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada area di bawahnya saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih banyak pada aspek estetika serta mencegah pemantulan sinar matahari serta mengurangi panas radiasi matahari yang sampai pada permukaan tanah dan atau perkerasan serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.
24
JENIS
URAIAN
REKAYASA
VEGETASI POHON PELINDUNG BERDASARKAN UKURAN NO
NAMA SPECIES/FAMILI
I 1 2 3 4 5
POHON UKURAN BESAR Kiara Payung/Filicium decipiens Bungur/Lagerstroemia loudonii Flamboyan/Delonix regia Trenguli Batu/Cassia javanica Seputih Janten/Sindora walichii
II 1 2 3 4 5
POHON UKURAN SEDANG Jakaranda/Jakaranda filicifolia Cempaka/Micheila campaka Kasia/Cassia spectabilis Cananga/ Cananga odurata Ketapang/ Terminalia catappa
III
POHON UKURAN KECIL Bunga Kupu-kupu/ Bauhinia
1 2 3 4 5
purpurea
Palem Putri/Veitchia merillii Jambu Batu/ Psidium guajava Dadap Merah/Erythrina crystagali Galinggem/ Bixa orellanan
TINGGI > > > > >
10 10 10 10 10
20 20 20 20 20
-
M M M M M
20 20 20 20 20
M M M M M
DIAMETER TAJUK > > > > >
12 12 20 12 12
M M M M M
6-9 M > 12 M 6-9 M 6-9 M 6-9 M
<6M
2-6 M
< < < <
2-6 2-6 2-6 2-6
6 6 6 6
M M M M
M M M M
25
26