A Group Painting Exhibition Sugihartono
I
E. Muheriyawan [Jange Rae]
Urban In Between Kehidupan urban, sudah tentu bergerak dalam ruang plural di mana segala hal tersedia, dipersilakan memilih dan menjalankannya, apakah sesuai kebutuhan dan kapasitas hal itu merupakan urusan masing-masing. Perubahan-perubahan yang senantiasa mendadak terjadi seringkali hanya mungkin diantisipasi dengan kesiapan jurus-jurus mental tertentu, terlebih kapital.
si pembuat itu sendiri. Golongan pekerja tak memiliki cukup kapasitas untuk menaklukkan sang mesin raksasa sementara golongan produsen pun tak lagi punya kendali untuk menahan gairah produksi sang mesin tersebut. Gawatnya, mencoba untuk menahannya akan dengan mudah mengalami keos sosial secara siknifikan.
Ruang urban dan segala isiannya sebenarnya tidak menjanjikan serba gemerlap. Selalu saja masih menyisakan fenomena yang menyolok mata, mereka dari kelompok yang nyaris tak ada waktu luang untuk memeras keringat dan mereka dari golongan yang memiliki waktu berleha-leha sekehendak hatinya. Sekilas fenomena ini bisa saja terpisahkan satu dengan lainnya namun menjadi problem apabila keduanya tak terhindari langsung berhadap-hadapan.
Gerak ruang urban bagaimanapun tak pernah memuluskan kehendak untuk meluncur bebas ke depan. Kita senantiasa berada di persimpangan oleh hasrat yang terus menggebu-gebu di satu pihak namun ketakberdayaan mengenal apalagi memahami hasrat itu sendiri. Akhirnya yang selalu tersisa dalam ruang urban adalah persoalan itu-itu lagi, bagaimana kerja dan perubahan agar benar-benar mampu menyesuaikan hasrat yang selalu ingin melampiaskan dirinya?
Ruang urban sesungguhnya merupakan sebuah mesin raksasa penghasil produk-produk yang membangkitkan hasrat untuk mengonsumsi, sebagai inti dari gerak perubahan. Herannya dari golongan leha-leha maupun pekerja hampir tak menyadari bahwa sebenarnya mereka sama-sama sedang digiring oleh kekuasaan mesin raksasa yang cara bekerjanya sudah terlepas dari kendali
Pameran Philo Art Space kali ini yang bertema Urban in Between bermaksud menyajikan hal-hal yang menyangkut kegagapan yang dijalani kaum urban kesehari-hariannya lewat dua pelukis, Sugihartono dan E Muheriyawan [Jange Rae]. Dengan karakter teknik berkarya yang agak berbeda mereka membidik objek atau problem yang senada, yaitu ruang urban sekalipun dengan enggelnya masing-masing.
Sugihartono mencoba membidik thema-thema menarik seperti kerja, fesyen, skateboard dan bajaj. Jakarta khususnya punya cerita tersendiri tentang kendaraan kecil tiga roda yang nyaris dan sekaligus mengherankan, belum juga punah. Suka tak suka kendaraan ini boleh dikata menjadi salah satu ikon kota Jakarta dan tak terbilang banyaknya yang menikmati jasa kendaraan ini sekalipun kita tahu beberapa tahun yang silam hampir saja dimusnahkan oleh pemerintah seperti halnya becak. Bajaj di sini tampil juga sebagai ikon dimana ruang urban Jakarta dalam posisi di persimpangan. Sugihartono mengontraskan ikon Bajaj dengan ikon gemerlapnya ruang urban sebagaimana nampak pada beberapa sosok perempuan dalam fesyen serba kontemporer dan global. Dari dua sisi kontras itu lalu kita bisa menyaksikan bagaimana dunia kerja ditampilkan dengan kesan yang begitu kuat tentang berpacunya manusia urban dalam kerja dan mesin waktu. Sedangkan skateboard menjadi simbol bagi derap kehidupan yang gesit, taktis, merdeka, menantang, dan beresiko yang bukan hanya membutuhkan semangat juang yang kuat tapi juga fisik yang prima. E Muheriyawan [Jange Rae] memaparkan sisi-sisi paradox satir kehidupan urban, figur-figur dengan life style global diperhadapkan dengan figur marjinal yang pada dasarnya sama-sama sebagai korban dari mesin produksi atau mesin hasrat. Kenapa wajah seperti Monalisa dan Marlyn Monroe sepertinya memiliki karakter nan magis sepanjang sejarah? Sementara wajah-wajah lokal yang papah hanya terdiam merenungi nasib? Hal ini tak lain hendak
menegaskan bahwa sisi ruang urban tetap akan terus menyisakan gerak berhadapan di sebuah persimpangan jalan. Bagi Jange Rae, ruang urban merupakan perjumpaan yang tak lain karena dipacu oleh semangat akumulatif kapital dan dengan gaya pop art hal itu secara praktis menjadi demikian transparan. Genre senirupa yang tadinya hendak menunjukkan suatu kemirisan yang liar atas berkembang pesatnya kapitalisme namun pada gilirannya ia tertunduk dan bergulir di dalamnya. Ruang urban kini tempat tumbuh suburnya pernik-pernik seni disain pop ala Warhol yang menempel pada produk-produk global. Kiranya dengan pameran Urban in Between ini menambah satu lagi pengenalan kita pada hiruk pikuk ruang urban. Tommy F Awuy Kurator
Sugihartono
Side of History / 190 x 150 cm / mixed media on canvas / 2009
Bersama Waktu / 155 x 110 cm / drawing on canvas / 2010
Ceria Malam / 190 x 150 cm / oil on canvas / 2010
Kota Industri / 200 x 100 cm / mixed media on canvas / 2010
Kota Mode / 200 x 100 cm / mixed media on canvas / 2010 10
Mewarnai Kota / 200 x 100 cm / pen, oil on canvas / 2010 11
Persimpangan T / 190 x 150 cm / acrylic on canvas / 2009 12
Ruang Publik #2 / .... cm / Oil on Canvas / 2011 13
Shadow of Gray 140 x 140 cm acylic on canvas 2010 14
The Other Side 145 x 145 cm mixed media on canvas 2009 15
Yang Tersisa / 190 x 150 cm / Acrylic on Canvas / 2011 16
E. Muheriyawan [Jange Rae]
17
Apocalypse / .......cm / mixed media on canvas / 20... 18
Don’t Ever / 200 x 150 cm / mixed media on canvas / 2011 19
I’m Doing It / 140 x 120 cm / mixed media on canvas / 2010 20
Beautiful is / 100 x 120 cm / mixed media on canvas / 2011 21
Because We Aren’t Soldiers / 100 x 120 cm / mixed media on canvas / 2011 22
The Power 140 x 120 cm mixed media on canvas 2010 23
Norma Jeane 140 x 120 cm mixed media on canvas 2010 24
11 9 19 19 9 9 14 7 199 x 150 cm mixed media on canvas 2010 25
16 5 10 21 1 14 7 .... x ...cm mixed media on canvas 2010 26
Kill or Recycle / ....... cm / mixed media on canvas / 20... 27
Lizandy .... x ...cm mixed media on canvas 20.... 28
Rush / ... x ... cm / mixed median on canvas / 20.... 29
The Last Request 100 x 120 cm mixed media on canvas 2011 30
This is My ... / 200 x 150 cm / mixed media on canvas / 2011 31
Where ... x ... cm mixed media on canvas 20.. 32
Where are you bro .... x ... cm mixed media on canvas 20... 33
34
Sugihartono Born in Gresik, October 21, 1967
E. Muheriyawan [Jange Rae] Born in Bandung in 1974
Selected Group Exhibitions 2010 JAM “The Second God”, Indonesian National Gallery, Jakarta, Indonesia 2009 Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia 2008 Indonesia Today, Linda Gallery, Singapore 2007 Seni Rupa Nusantara “Demi Ma[sa]”, Indonesian National Gallery, Jakarta, Indonesia 2005 For Aceh, Indonesian National Gallery, Jakarta, Indonesia 2004 Exhibition in Memory, DIS, Serpong, Tangerang 1998 Warna-warna, Westin Hotel, Surabaya, East Java
Solo Exhibitions • Solo Exhibition at Soka Gallery, Kemang, Jakarta • Solo Exhibition at Utterly Art Gallery, Singapore Selected Group Exhibitions • Packaging, Philo Art Space, Jakarta, Indonesia • Bunga-bunga Bali, Bali Cliff Hotel, Bali • Jali-jali Jakarta, Rumah Jawa, Kemang, Jakarta • Silence of the City, Denindo Art House, Jakarta • Karya Terbaik Kompetisi Jawa Barat, Galeri Kita, Bandung, West Java • Menilik Akar, Indonesia National Gallery, Jakarta • Subject Expose [s], Arslonga Gallery, Jakarta
This catalogue is published in conjunction with a Group Painting Exhibition URBAN IN BETWEEN March 23, 2011 @ Philo Art Space Jl Kemang Timur 90 C South Jakarta 12730 Indonesia t/f: (62 21) 719 84 48 m: +62 811 10 60 47 e:
[email protected] Curator: Tommy F Awuy Special thanks : Dewa Budjana I Sugihartono I E. Muheriyawan [Jange Rae] Photography of Artworks: Artist Published by Philo Art Space 2011
Copy Rights © Philo Art Space All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photography, recording or otherwise, without the written permission from Philo Art Space 35
36