68 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
UJI TOKSISITAS SARI BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)PADA HEWAN COBA MENCIT(Mus musculus) Oleh: Siti Zaetun Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram Abstract : Crown gods(Phaleria macrocarpa) isamedicinalplant that. Crown gods(Phaleria macrocarpa) is usefulfor treatingpatients withgout, diabetesmellitus, hypertensive patients, patients withkidneydiseaseandmetabolicdisease, and caninhibit theproliferation ofbreast cancer cells. The active substancecontained inPhaleriaare alkaloids, saponins, tannins, andflavonoids. Besides being able tobe used as medicine, Phaleriaalsohighlytoxic ifconsumed directlyoruntreated. This studyaims to determine thetoxicity ofthe extractPhaleriathatcanaffecttest animalsmice(Mus msculus). The research methodisNonRandomSamplingPuposive. The results showedthatthere was noeffect offruit extractsgods crowngiven tomiceasexperimental animalseach 1mlat a dose of2,019gramsgods crown. The conclusion ofthis study isnoinfluence ofthe cooking waterPhaleria(Phaleria macrocarpa) onexperimental animalsmice(Mus musculus). Keywords: Crown god (Phaleria macrocarpa), influence, mice (Mus musculus). PENDAHULUAN Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)merupakan tanaman yang mempunyai banyak khasiat sebagai obat alternatif , misalnya untuk mengobati penderita asam urat, penderita diabetes melitus, penderita hipertensi, penderita penyakit ginjal dan penderita penyakit metabolik. Mahkota dewa juga mampu menghambat proliferasi sel kanker payudara. Ada beberapa zat aktif yang terkandung didalam buah Mahkota dewa yaitu Alkaloid, Saponin, Flavonoid, dan Polifenol. Alkaloid adalah senyawa organik yang berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun-racun di dalam tubuh. Saponin merupakan fitonutrien yang sering disebut deterjen alam, senyawa saponin bersifat antibakteri dan antivirus, dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan daya tahan, mengurangi kadar gula darah, dan mengurangi penggumpalan darah. Flavonoid berindikasi anti peradangan dan mencegah pertumbuhan sel kanker, sedangkan Polifenol berfungsi sebagai antihistamin (Purwanti, 2002; Bakhriansyah, 2003; Winarto, 2006). Di samping memiliki manfaat, buah Mahkota dewa juga memiliki kekurangan. Menurut _____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014
Harmanto (2001) buah Mahkota dewa memiliki Alkaloid beracun seperti stiknin, konnin, dan kolkisin yang dapat menghambat pembelahan sel. Selain dapat menghambat pembelahan sel, senyawa beracun ini juga dapat menimbulkan kejang tonik, dan dapat menyebabkan produksi saliva yang berlebihan. Buah Mahkota dewa juga tidak disarankan untuk dikonsumsi secara mentah, karena dapat menyebabkan bengkak, memar, dan sariawan pada mulut, bahkan keracunan hingga pingsan. Bagian yang sangat beracun yaitu pada bagian biji. Jika tergigit, lidah akan mati rasa, kaku, serta mengakibatkan demam, oleh sebab itu penggunaan buah Mahkota dewa saat ini masih terbatas sebagai obat luar. Meski demikian, pemakaian harus berhati-hati karena senyawa aktifnya dapat meresap ke aliran darah. Bagi seseorang yang sensitif, tetap dapat menimbulkan efek keracunan (Dedy, 2011). Penggunaan Mahkota dewa sebagai obat secara berlebihan dan tidak sesuai takaran dapat membahayakan dan menjadikannya sebagai racun atau toksik. Penggunaan tanaman obat harus mengacu pada ketepatan dosis pemakaian, dan harus didukung dari hasil riset. Adanya sifat toksik http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 suatu obat dapat diketahui dengan cara melakukan uji toksisitas (Ali, 2012). Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui adanya efek toksik atau menilai batas keamanan dan tingkat berbahaya suatu zat yang dikonsumsi (Baraja, 2008). Hasil penelitian Lucie Widowati (2005) untuk toksisitas akut, menunjukkan bahwa buah mahkota dewa mempunyai harga LD50infus buah 67,32 mg/g bb mencit ip, dan LD50 ekstrak etanol 70% adalah 38,14mg/l0gram bb mencit ip. Kedua nilai ini berdasarkan batasan Gleason masih dalam kategori Practically Non Toxic. LD50 infus biji buah mahkota dewa 3,835mg/l0 gram bb ip mencit, dan menurut batasan Gleason termasuk kategori Moderately toxic, yang artinya bersifat toksik dan tidak aman digunakan. Hasil penelitian Ipang (2003) menyebutkan bahwa, perasan dan infus daging segar mahkota dewa berpotensial mempunyai efek teratogenik pada tikus selama masa organogenesis. Efek teratogenik berupa kecacatan kongesti (cacat makroskopis pada kepala, punggung, kaki), kelainan sistem skeletal (tulang janin), cacat mikroskopis pada hati dan ginjal janin. Kelainan terjadi pada pemberian perasan buah mahkota dewa segar dosis 8,820gram/kg bb (1,764 gram/200gram bb) maupun infus buah mahkota dewa dosis 29,556 gram/kg bb (5,911 gram/200grambb). Jika diekstrapolasikan ke dosis lazim manusia cara Paget dan Barnesdosis tersebut adalah 1,764gram/200 gram bb x 56 = 98,784 gram/orang untuk perasan segar. Daging buah Mahkota dewa sering digunakan dalam air rebusan, namun belum banyak diketahui informasi tentang pengaruh air rebusan buah mahkota dewa bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga sebagai penelitian awal perlu menguji pengaruh dari air rebusan buah mahkota dewa. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh dari air rebusan buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap perilaku hewan coba mencit (Mus musculus) ditinjau dari uji toksisitas ?” Manfaat Penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat serta efek samping konsumsi air rebusan buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) .
Media Bina Ilmiah69
METODE DAN BAHAN Penelitian dilaksanakan di laboratorium Imunobiologi Fakultas MIPA, Universitas Mataram pada bulan Juni 2014.Penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment di laboratorium, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan terhadap mencit yang diberikan air rebusan buah mahkota (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini ingin melihat pengaruh pemberian air rebusan buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap perilaku hewan coba mencit (Mus musculus) ditinjau dari uji toksisitas. Populasi dalam penelitian ini adalah buah mahkota dewa yang diperoleh dari pohon mahkota dewa, dan sebagai sampel adalah air rebusan dari buah mahkota dewa yang sudah dikeringkan. Tehnik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Non Random Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Kriteria yang dilihat oleh peneliti yang dimaksud adalah kriteria inklusi dan kriteria ekslusi (Notoatmodjo, 2005). Kriteria inklusi pada hewan coba seperti agresif, gelisah, dan sensitif suara, sedangkan kriteria ekslusi seperti saraf otonom, gastro, dan sensori. Kriteria inklusi pada buah mahkota seperti air rebusan buah mahkota dewa, sedangkan kriteria ekslusi seperti biji, daun, dan bunga. Air rebusan buah mahkota dewa adalah buah mahkota dewa yang sudah matang yang dipetik dari pohonnya, kemudian diiris tipis-tipis dan dipisahkan dengan bijinya, dikeringkan selama 4 hari. Kemudian ditimbang sebanyak 2,019 gram dan dilarutkan di dalam 200ml aquadest, direbus hingga tersisa 100ml. Hewan coba merupakan hewan yang digunakan sebagai bahan percobaan, dalam hal ini adalah mencit (Mus musculus) yang berumur 2 sampai 3 bulan, dengan berat badan 20 sampai 30 gram, berjenis kelamin jantan, dalam keadaan sehat dan telah diaklimatisasi selama 1 minggu terhadap air, makanan dan kondisi laboratorium.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 8, No. 6, Oktober 2014
70 Media Bina Ilmiah Efek keracunan yang dilihat berupa perilaku agresif, gelisah, dan sensitif suara. Agresif yang dimaksud sud adalah cenderung ingin menyerang lawannya. Gelisah yaitu terlihat tidak tenang, selalu menggaruk-garuk garuk kuping dan kepala, sedangkan sensitif suara yaitu hiperakusis atau respon yang berlebihan terhadap suara atau bunyi.
Data yang diperoleh dari hasil has penelitian dilaboratorium kemudian dianalisis. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah konsentrasi 2,019% dengan rentang waktu 4 jam. HASIL PENELITIAN a.
Gambaran Umum Penelitian Buah mahkota dewa yang diperoleh diiris tipis-tipis dan dipisahkan dengan bijinya, kemudian dicuci dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari. Irisan daging buah mahkota dewa yang sudah kering ditimbang sebanyak 2,019 gram, kemudian dilarutkan kedalam 200ml aquadest, dan direbus hingga tersisa 100ml. Kemudian air rebusan buah mahkota dewa diberikan pada hewan coba mencit masingmasing masing sebanyak 1 ml dengan cara disonde. Total hewan coba dalam penelitian ini sebanyak 8 ekor, 5 untuk perlakuan dan 3 untuk kontrol. Setelah pemberian air rebusan pada masing--masing hewan coba, diamati efek dan perubahan perilaku dari hewan coba mencit. b.
Data Hasil Penelitian
_____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014
ISSN No. 1978-3787 1978 Hasil pemberian air rebusan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus). Tabel 1. Hasil pemberian air rebusan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) pada hari ke 1 sampai hari ke 7
Keterangan : A : Agresif G : Gelisah SS : Sensitif suara : Negatif Pada tabel di atas terlihat bahwa air rebusan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang diberikan pada hewan coba mencit (Mus musculus) tidak menimbulkan perubahan perilaku seperti agresif, gelisah dan sensitif suara. Hal ini disebabkan karena kurangnyaa dosis yang diberikan pada hewan coba mencit (Mus musculus). PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan 2 kelompok hewan coba, yaitu kelompok kontrol negatif dan kelompok uji. Pada kelompok kontrol negatif digunakan 3 ekor mencit, sedangkan pada kelompok uji digunakan 5 ekor mencit. Mencit yang digunakan adalah mencit yang berjenis http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 kelamin jantan dengan berat badan 20 sampai 30 gram. Untuk kelompok uji diberikan masingmasing 1 ml air rebusan buah mahkota dewa dengan dosis mahkota dewa yang ditimbang sebelumnya sebanyak 2,019 gram. Pada kelompok kontrol hanya diberikan aquadest masing-masing sebanyak 1 ml dengan perlakuan yang sama. Sebelum diberikan bahan uji, mencit diaklimatisasi selama 7 hari terhadap makanan, minuman dan kondisi lingkungan laboratorium. Setelah pemberian bahan uji, diamati efek yang terjadi pada perilaku hewan coba selama selang waktu 4 jam. Efek yang diamati meliputi agresif, gelisah, dan sensitif suara. Pada penelitian ini, pemberian air rebusan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) dengan dosis daging buah mahkota dewa yang ditimbang sebanyak 2,019 gram, yang diperoleh atau yang didasarkan dari penelitian Widowati (2005), dengan LD50 ekstrak buah mahkota dewa sebesar 67,32 x 30 (bb mencit) yang dijadikan air rebusan sehingga tersisa 100 ml. Kemudian diberi pada hewan coba masing-masing 1 ml dengan selang waktu 4 jam sebanyak 2 kali sehari, sehingga volume yang total yang diterima hewan coba sejumlah 14ml/100ml tidak menimbulkan gejala keracunan terhadap hewan coba. Hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan masih terlalu rendah. Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Dzulkarnain (1997) tentang LD50 berbagai macam ekstrak tanaman berkhasiat obat, salah satunya ekstrak tanaman Mungsi Arab yang diekstraksi dengan menggunakan metode infudasi. Dosis yang diberikan pada hewan coba yaitu sejumlah 15,620 mg/30kg berat badan mecit. Zat diberikan secara perintoneal dan efek dilihat 24 jam setelah disuntik. Pada saraf otonom terjadi midriasis atau pelebaran pupil mata yang berlebihan, dan terlihat adanya pengaruh terhadap peritoneum. Hal ini menunjukkan adanya reaksi dan pengaruh zat yang diberikan pada hewan coba mencit. Racun utama yang terdapat di dalam mahkota dewa yaitu striknin. Striknin merupakan senyawa yang sangat toksik dengan LD50 10 mg pada manusia. Full dosis striknin yaitu 32 mg, namun pada manusia dilaporkan bahwa 5 mg striknin telah dapat menimbulkan kematian. Striknin juga
Media Bina Ilmiah71 dapat menyebabkan perangsangan bagi semua sistem saraf pusat. Tidak adanya pengaruh air rebusan buah mahkota dewa yang diberikan pada hewan coba mencit karena sedikitnya kosentrasi striknin yang terkandung di dalam air rebusan buah mahkota dewa. Namun pada penelitan ini belum diketahui seberapa besar kandungan striknin yang terdapat di dalam buah mahkota dewa (Rahmad 2009). Tidak terserapnya racun dari rebusan buah mahkota dewa secara maksimal disebabkan oleh saponin. Saponin juga mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara meningkatkan produksi sitokin seperti interleukin dan interferon.Efek saponin yang lain adalah mampu mengurangi kadar gula darah, serta mengurangi penggumpalan darah. Alkaloid dalam mahkota dewa juga merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun di dalam tubuh (Sugiwai, 2005). Pada penelitian Joyo Santoso (2005), disimpulkan bahwa air rebusan daging buah mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang diinduksi aloksan. Kadar air rebusan daging buah mahkota dewa yang digunakan pada masing-masing kelompok perlakuan adalah 4% perhari, 9% perhari dan 13,5% perhari. Efek racun yang tidak maksimal menyebabkan keluhan pada manusia yang ditemukan pada subyekpenelitian umumnya adalah mual, rasa penuh, nyeri ulu hati, dan pusing setelah mengkonsumsi buah mahkota dewa. Makin besar dosis yang diberikan terlihat adanya peningkatan jumlah subyek yang memberikan keluhan. Keluhan rasa penuh, dan mual timbul pada 15-30 menit dan keluhan ini umumnya hilang setelah subyek dianjurkan banyak minum air. PENUTUP a.
Simpulan Air rebusan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang diberikan masing-masing 1 ml pada hewan coba mencit (Mus musculus) sebanyak dua kali dalam sehari selama selang waktu 4 jam selama 7 hari, dengan dosis yang diberikan hanya 14ml/100ml tidak menimbulkan efek keracunan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 8, No. 6, Oktober 2014
72 Media Bina Ilmiah pada hewan coba mencit. Hal ini disebabkan karena dosis pemberian belum tercapai. b. 1.
2. 3.
4.
Saran Perlu pengujian sifat toksisitas buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan besar konsentrasi yang lebih tinggi. Perlu pengujian pelarut atau ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Penelitian ini belum diketahui apakah konsentrasi 2,019% memiliki efek pengobatan. Perlu dilakukan penelitian pada biji buah mahkota dewa untuk mengetahui seberapa banyak kadar racun yang terdapat didalam biji buah mahkota dewa.
DAFTAR PUSTAKA Anonima. 1995, Medical Herb Index in Indonesia, PT Eisai Indonesia, Second Edition Anonimb, 2005, Majalah Flona Edisi 27/II-mei 2005 hal 13,14 dan 23. http://www.google.com.diaskes pada tanggal 11 Februari 2014. Anonimc, 2010. Presentasi Pemeliharaan dan Penggunaan Hewan Laboratorium. http://www.bbpmsoh.info/id/index. diaskes pada tanggal 4 Desember 2013
ISSN No. 1978-3787 Profil Kromatografi Lapis Tipis Skiripsi Diterbitkan. Surakarta, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bakhriansyah, 2006 Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) pada sel kanker payudara T47D Dalimartha, Setiawan. 2003. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Penebar Swadaya. Jakarta Dzulkarnain B. I997. Derajat Keamanan Dan Pengaruh Ekstrak Beberapa Tanaman Obat Terhadap Kelakuan Mencit. Didik Gunawan & Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta Dedy Purwanto. 2011. Mahkota Dewa Merupakan Produk Herbal. Freund, Wolfgang. 2012. Meredam Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Facrudin Ali Ahmad. 2012. Analisis Pengguanaan Jamu untuk Pengobatan Pada Pasien di Klinik Saintifikasi Jamur Hortus Medicus Tawangmangu.
Anonimd, 2012. Kandungan Mahkota Dewa. http://www.google.com diakses pada hari selasa 29 november 2013
Harmanto, N., 2001, Mahkota Dewa : Obat Pusaka Para Dewa, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ayu Rahmad D.H, LD50. Bagian Fisiologi Dan Farmakologi Departemen Anatomi, Fisiologi, Dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2009.
Harmita & Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. EGC Kedokteran. Jakarta
Arrington, 1972. Bogor agrucultural university.
Hanafiah AK, 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Baraja, M. 2008, Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus elastica Nois ex Blume terhadap Artemia salina Leach dan
Ipang Djunarko dkk. (2003) Teratogenitas PerasandanInfusaDagingBuahSegarM akutoDewo(Phaleria
_____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 macrocarpa(Scheff.Boerl.) PadaTikus Putih. (Fak Farmasi UniversitasSanataDharma).Jogjakarta . Lisdayati, 2002. Brine shrimp lethality test (BSLT), Bioasai antikanker in Vitro Dengan Sel Leukemia L 1210, Dan Isolasi Serta Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia Dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Tesis S2 Dept. Farmasi UI. Lisdawati. 2006. Brine Shrimp Lethality Test (Bslt) Dari Berbagai Fraksi Ekstrak Daging Buah Dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Buletin Penelitian Kesehatan. diakses di http:// http://ejournal.litbang.depkes.go.id. diaskes pada tanggal 28 november 2013. Lucie Widowati. 2005. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Mahkota Dewa pada Hewan Coba, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Lu F.C. 2006. Toksikologi dasar, Edisi II. Universitas Indonesia, Jakarta. Lutfu Nahar. 2009. Bahan Kimia Organik Alam dan Umum. Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta Nuratmi. budi. M. Wien., dan Siti Sundari. 1999. Khasiat daun salam (Eugenia polyantha Wight) sebagai antidiare pada tikus putih. Media Litbangkes Khusus “Obat Asli Indonesia” Volume VIII Nomor 3 & 4. Jakarta. Peter, W. L. (1976). The Laboratory Mouse. New York: Edinburg.
Media Bina Ilmiah73 PurwantiniI., 2002. Uji toksisitas ekstrak etanol: buah, biji, daun makutadewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap Artemia salina Leach dan profil kromatogram lapis tipis ekstrak aktif . Majalah Farmasi Indonesia 13 (2), 101-106. Renety, Y. 2001. Toksisitas akut oral rebusan daging buah makuto dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada mencit. Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Rotblatt M, Zimet I. 2002. Evidence-based herbal medicine. Haney & Belfus, INC. Santoso Joyo, 2005. Penggunaan air rebusan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan pengaruhnya terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) strain wistar yang diinduksi aloksan. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Slagle M. a-Glucosidase inhibitors. Southern Med J Januari, 2002. Available at: http://static.highbeam.com/southernm edicaljournal/januari01202/alphagluco sidaseinhibitorsmedication update/index/html. Accessed Juni, 2014. Bayer. Precose (acarbose tablets). Sugiwati S.. 2005. Aktifitas hipoglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl) sebagai inhibitor alfa glukosidase secara in vitro dan in vivo pada tikus putih. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Siswono, 2001, Mahkota Dewa ‘Racun” Irian yang Berkhasiat, diakses di http://www.bbpmsoh.info/id/index. diaskes pada tanggal 28 november 2013.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 8, No. 6, Oktober 2014
74 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Short DJ and Woodnott DP. (1963) The IAT, Manual of Laboratory Animal Practice and Techniques, 1st ed, London: Crosby Lockwood Son, Sukandar E Y, Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klini Teknologi Kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB, http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasiilmiah-dies-45.pdf, diakses Januari 2006. Wikipedia.
2013. Kolkisin, striknin, konnin. Diakses di http://www.bbpmsoh.info/id/index. diaskes pada tanggal 16 Februari 2014.
Winarto, W.P dan Tim Karyasari. 2005. Budi Daya Dan Pemanfaatan Mahkota Dewa Untuk Obat. Penebar Swadaya. Jakarta Widowati, LF. , 2003. Uji keamanan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dan khasiat antidiabetesnya , (Tahap I: Uji toksisitas akut dan khasiat menurunkan kadar glukosa darah). Laporan Penelitian, Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional
_____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014
http://www.lpsdimataram.com