AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 3. No. 2. Tahun 2009
5 ISSN 1978 -1652
MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development F.B. ARIEF1, K.SOEWARDI2, R. DAHURI3, S.HADI4, L. ADRIANTO3
1
Mahasiswa Program Doktor (S3) pada Program Studi Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL) SPs-IPB .Ketua komisi pembimbing, staf pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB 3 Anggota komisi pembimbing, staf pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB 4 Anggota komisi pembimbing, staf pengajar Departemen Lansekap FAPERTA IPB 2
Abstract The aim of this research is not only to find the carrying capacity and economic of Sea Farming management but also to build the model of shallow water ecosystem at Semak Daun Island. For that purpose, the researcher uses the amount of Serranus sp as an indicator with two kinds of assessment methods. The first method is denseness assessment. Using this method the amount of Serranus is in between 1575 and 1890 fish for year. The second method is tranfer of energy in the trophic level. By this method, the researcher find that the amount of Serranus lays in the wider range than the first one it is from 1575 to 7875 fish for year. According to the result of simulating the model for all scenarios in 10 years, the highest income get from the third scenario, Rp 4,074,830,000.00, with the proportion of KJA (cage culture) and Sea Ranching fund is 75% and 25%, there is aninstitution with Rp 50,000.00 as a monthly fee. Meanwhile, the 25th scenario only give Rp 806,130,000.00 as the income with the proportion of KJA (cage culture) and SR fund is 25% and 75% without an institution and only Rp 10,000.00 monthly fee. Key words: shallow water ecosisytem, carrying capacity, sea farming, cage culture, and sea ranching
PENDAHULUAN Kesadaran akan potensi bahari dan kepulauan yang mulai dipacu pemerintah dengan berdirinya Departemen yang khusus membidangi sektor ini diharapkan bisa menjadi secercah harapan bangsa ke depan. Potensi bahari dan kepulauan yang selanjutnya dinyatakan sebagai sumberdaya pesisir ini ternyata menghadapi permasalahan yang tidak sederhana. Kegiatan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir di beberapa kawasan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan tingginya pula intensitas pembangunannya, mengakibatkan terjadinya laju kerusakan biogeofisik lingkungan di habitat utama pesisir. Kemiskinan dan kelangkaan lapangan kerja bagi masyarakat pesisir mendorong laju eksploitasi sumberdaya pesisir melalui penggunaan berbagai bahan/alat yang tidak ramah lingkungan, seperti racun sianida dan bom. Salah satu yang masuk WPP ini adalah wilayah di kawasan Teluk Jakarta yang masuk administrasi Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS). Pemerintahan KAKS menghadapi beberapa permasalahan terkait hal ini yaitu taraf ekonomi masyarakat yang relatif rendah (tertinggal), ketergantungan nelayan terhadap alam sebagai nelayan tangkap, dan degradasi kualitas lingkungan serta perekonomian masyarakat menurun. Berdasarkan kajian awal ternyata gugusan pulau yang terletak di dalam kawasan Teluk Jakarta ini ternyata menyimpan potensi usaha di bidang perikanan budidaya. Masyarakat menyadari bahwa satu-satunya pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui budidaya. Untuk mewujudkan hal itu dengan baik diperlukan kajian selanjutnya (Ramadhan, 2006). Khusus untuk kawasan Kepulauan Seribu tentunya terkait perikanan budidaya di laut, misalnya budidaya ikan dan
rumput laut. Karena berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, potensi luas perairan laut Indonesia yang sesuai.untuk kegiatan mariculture diperkirakan 24,5 juta hektar. Kini sudah saatnya dikembangkan sektor perikanan dengan pola pengelolaan yang dikenalkan dengan nama Sea Farming (SF). SF ini merupakan perpaduan perikanan budidaya dan perikanan tangkap hasil restocking dengan komoditi budidaya ikan dalam keramba jaring dan dilepas di alam. Konsep SF ini telah mulai dikembangkan diperairan Kepulauan Seribu. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan dua masalah, yaitu: 1) berapa daya dukung pengelolaan ekosistem perairan dangkal berbasiskan SF, 2) bagaimana model pengelolaan berbasis sea farming ini. Tujuan penelitian ini adalah menjawab kedua permasalahan penelitian itu. METODE Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Pulau Semak Daun Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS) Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) yang secara geografis terletak pada 106°20'00' Bujur Timur (BT) hingga 106°57'00' BT dan 5°10'00' Lintang Selatan (LS) hingga 5°57'00' LS. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan pertengahan Agustus 2007. Tahapan Penelitian. Tahapan penelitian ini meliputi tiga bagian besar kegiatan, yaitu: 1) kegiatan persiapan penelitian, 2) kegiatan pelaksanaan penelitian, dan 3) kegiatan analisis dan penulisan hasil penelitian. Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
Data primer dikumpulkan melalui metode survei langsung di lapangan Analisis Data. Secara umum metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas: a) analisis daya dukung, dan b) Konstruksi dan analisis pemodelan. HASIL DAN PEMBAHASAN Daya dukung Sea Farming. Kajian daya dukung dalam pengelolaan ekosistem perairan dangkal Pulau Semak Daun berbasis sea farming difokuskan kepada aktivitas pelepasan ikan ke laut (Sea Ranching). Analisis yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban berapa banyak Ikan Kerapu yang dapat atau boleh dilepas di ekosistem perairan dangkal Pulau Semak Daun yang memiliki luas 315 hektar tersebut. Pendekatan pertama berdasarkan luas wilayah dikaitkan dengan perkiraan kepadatan Ikan Kerapu di alam (Effendi siap terbit). Kepadatan Ikan Kerapu di alam berkisar 0,5 sampai dengan 0,6 ton per km2. Luas wilayah yang diteliti memiliki daya dukung banyaknya Ikan Kerapu yang dapat dilepas 1575 sampai dengan 1890 ekor Ikan Kerapu per tahun dengan berat saat dipanen 600 gram per ekor. Pendekatan kedua berdasarkan perhitungan daya dukung berdasarkan transfer energi dalam piramida makanan (trophic level) dari produsen sampai ke Ikan Kerapu (Odum 1971; Vasconcellos et al 2001;Carter 1991). Dikatakan bahwa transfer energi dalam piramida makanan (trophic level) dari produsen sebesar “ 10% tiap trophic level “. Sedangkan menurut Vasconcellos et al (2001), Group Groupers untuk Species Epinephelus spp dalam piramida makanan berada pada tropic level 3,7. Didapatkan batas bawah jumlah ikan yang dapat dilepas 1575 ekor dan maksimum 7875 ekor per tahun dengan berat saat dipanen 600 gram per ekor. Model Pengelolaan Sea Farming. Model yang dibangun terdiri atas empat submodel (kompartemen utama), yaitu budidaya Keramba Jaring (cage culture), Sea Ranching (SR), pendapatan (income), dan kelompok Sea Farming (SF) seperti tampak pada Gambar 1. Model pengelolaan SF ini dibatasi dalam ruang lingkup masyarakat nelayan di Kelurahan Pulau Panggang pada kawasan Gobah Semak Daun dan sekitarnya yang didominasi oleh penduduk dengan mata pencaharian pokok melaut, yaitu nelayan. Model ini dibatasi dalam ruang lingkup aktivitas SF yang terdiri atas kegiatan KJ dan SR yang melembaga dalam satu kelompok SF. Oleh karena itu, dalam menyusun model pengelolaan SF ini dibuat delapan asumsi: 1) faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model dianggap tetap pengaruhnya dan tidak menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap konsep model secara keselu ruhan, 2) laju pertumbuhan ikan dalam KJ dan SR diasumsikan linier, 3) ketersediaan benih, pakan dan material untuk pembuatan KJA tidak terbatas, 4) harga-harga konstan (benih, pakan, ikan dan komponen biaya lainnya), 5) permintaan pasar untuk Ikan Kerapu tidak terbatas sehingga tindah mempengaruhi harga pokok penjualan dan hanya dipengaruhi oleh ukuran, 6) penyederhanaan skala kualitas air, aktivitas konservasi dan
6
perbaikan lingkungan yang dalam skala 1 sampai 5 mendekati kondisi nyata, 7) tidak terjadi perubahan sosial yang drastis seperti keamanan, minat dan tradisi yang memengaruhi masyarakat untuk berhenti secara massal untuk aktivitas SF, dan 8) tidak terjadi bencana alam berat yang merusak sistem KJ dan perpindahan penduduk yang mempengaruhi jumlah populasi secara drastis. Sesuai dengan konsep dasar yang dikembangkan dalam model ini dan dengan segala asumsi yang mendasarinya, dibuat beberapa skenario yang terdiri atas berbagai variasi kombinasi, yaitu: regulasi proporsi dana yang digunakan untuk subsidi KJA dan SR, ada tidaknya kelmbagaan dan perananannya dan penetapan regulasi besarnya dana iuran setiap anggota kelompok SF. Beberapa skenario yang direncanakan, a) regulasi proporsi dana yang digunakan untuk subsidi KJA : SR (75 :25, 50 : 50, dan 25 : 75), b) ada tidaknya kelembagaan dan perannya ( 1=ada, 0,5 =ada tapi kurang berperan dan 0 = tidak ada, dan c) regulasi penetapan jumlah iuran anggota untuk dana mandiri kelompok SF (Rp 10.000,00 Rp 25.000,00 dan Rp 50.000,00), sehingga terdapat 3 x 3 x 3 = 27 kombinasi skenario yang dijalankan. Setelah model lengkap dijalankan dengan simulator Stella Version 8.0 for Windows, didapatkan hasil pada keseluruhan skenario berdasarkan kombinasinya. Hasil simulasi didapatkan setelah diakumulasi selama 10 tahun. Berdasarkan hasil simulasi model pada semua skenario selama 10 tahun terlihat nilai total pendapatan tertinggi didapatkan pada skenario ke-3, yaitu proporsi dana KJA dan SR 75%:25%, kelembagaan 1 (ada kelembagaan) dan iuran anggota 3 (Rp 50.000,00). Total pendapatan selama 10 tahun rumah tangga SF mencapai Rp 4.074.830.000,00. Sebaliknya, pada skenario ke-25 dengan proporsi dana KJA dan SR 25%:75%, kelembagaan 0 (tidak ada kelembagaan) dan iuran anggota 1 (Rp 10.000,00). Total pendapatan selama 10 tahun untuk rumah tangga SF sebesar Rp 806.130.000,00. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam jangka 10 tahun ke depan jumlah total pendapatan yang dapat diperoleh menurut hasil simulasi model diperkirakan hampir empat kali lipat jika pengelolaan dilakukan seperti pada skenario ke-3 dibanding dengan jika mengelola seperti pada skenario ke25. Pada grafik submodel kelompok SF tampak ada atau tidak kelembagaan sangat menentukan jumlah KJA baru yang dapat dibentuk setiap tahun. Grafik perubahan jumlah KJA pada submodel kelompok SF dan total pendapatan selama 10 tahun menurut skenario ke-3 (a) dan ke-25 (b) tampak pada Gambar 2. Selanjutnya grafik perubahan pendapatan sub model income, sub model budidaya dan SR selama 10 tahun menurut skenario 3 (a) dan 25 (b) pada gambar 3 sampai dengan 5. Terbukti dari grafik pendapatan rumah tanggal (income) yang tampak di grafik antara skenario 3 dan 25 peningkatan yang nyata. Hal ini sejalan dengan grafik pada submodel budidaya KJ dan sub model SR.
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
BUDIDAYA Jenis Pakan
Sisa Pakan
7
SEARANCHING
Kadar DO
Kualitas Air BD
Kelembagaan
Akt Konservasi
Kualitas Air SR
Perbaikan Lingk Kepadatan ISR
Jumlah Pakan Laju Pert IBD
Laju Pert ISR Benih Alami SEA RANCHING
SR ISR SR IBD
Harga Pakan BUDIDAYA Met Pemb pakan
Cost pakan
Bio Ikan Tangkapan
Pert Bio Ikan SR
Bio Panen IBD
Pert Bio Ikan KJA
Bobot IP
Padat Tebar IBD
Bobot Awal ISR Jumlah Rel ISR Bobot Rata ISR
IBD Mati dan Panen Jum Awal IBD JUMLAH IBD Bobot Awal IBD Harga Benih Penebaran Lahan per Unit KJA
Subsidi SR Luas Lahan SR
Tot KJA
Harga Benih Tot Cost Pen
Rata DD Area
Cost Benih Pot Lahan BD
Luas Lahan BD
Tot Cost Oper KJA
Tot Cost Rel Rel Add Cost Cost pen Jumlah Nelayan
INCOME
KELOMPOK SF Jumlah Anggota
Jumlah RT
Penerimaan BD
Tot KJA
Bobot Rata ISR
Pot KJA Baru
Harga Satuan Ikan Bobot IP
KJA Baru
KJA SUB
Dana Sub KJA
TransisiKJA MANDIRI
KELOMPK SF
Subsidi SR
Iuran Anggota
Pemb Subs
Tot Cost Oper KJA Pen SF
PENDAPATAN RT
Sub per Unit Penerimaan Sub Pemda
Subsidi KJA
Cost Pemb KJA
Tot Cost Pen Peng SF Pend Lain Tambahan Inc
Inc rata Awal Tot Cost Rel
Unit Usaha & Adm
Pemb Subs Pen Unit Kop
Gambar 1.
Penerimaan SR
Jumlah RT
Modal Kop
SHU Kop
Diagram model dinamik pengembangan Sea farming di Kawasan Gobah Semak Daun
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
1: KJA Baru 1: 2: 3: 4:
2: KJA SUB
3: KJA MANDIRI
8
4: Tot KJA
200.00 300.00 500.00 700.00
4
3 2 1: 2: 3: 4:
100.00 150.00 250.00 350.00
4 3 2 4
2
1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 0.00
2 3
1 0.00
3
4 1 30.00
1 60.00 Months
Page 1
1 90.00 8:09
120.00 09 Jan 2009
Untitled
(a)
1: KJA Baru 1: 2: 3: 4:
2: KJA SUB
3: KJA MANDIRI
4: Tot KJA
40.00 70.00 200.00
4
2 1: 2: 3: 4:
20.00 35.00 100.00
3
4
3
4
2
4
3 2
1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 1 0.00
2
3 1 30.00
1 60.00 Months
Page 1 (b)
Gambar 2
1 90.00 16:05
120.00 09 Jan 2009
Untitled
Grafik perubahan jumlah KJA pada sub model kelompok SF dan total pendapatan selama 10 tahun menurut skenario 3 (a) dan 25 (b)
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
1: PENDAPATAN RT 2: Pen SF 1: 2: 3: 4:
5000.00 7000.00 2000.00 7500.00
1: 2: 3: 4:
2500.00 3500.00 1000.00 3500.00
3: Peng SF
9
4: Tambahan Inc
3
1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 -500.00 1 2 0.00
1 3
4
4 1 2 30.00
4
3
2 60.00 Months
Page 1
4 1 2 3 90.00 120.00 8:09 09 Jan 2009
Untitled
(a)
1: PENDAPATAN RT 1: 2: 3: 4:
900.00 2000.00 300.00 1500.00
1: 2: 3: 4:
450.00 1000.00 150.00 500.00
2: Pen SF
3: Peng SF
3
4 1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 -500.00 1 2 0.00
4: Tambahan Inc
4
1
4
4
3 1 30.00
2
3
2 60.00 Months
Page 1
1 90.00
2
3
16:05
120.00 09 Jan 2009
Untitled
(b) Gambar 3
Grafik perubahan pendapatan sub model income dan total pendapatan selama 10 tahun menurut skenario 3 (a) dan 25 (b)
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
1: BUDIDAYA 1: 2: 3: 4:
80000.00 20000.00 5000.00 500.00
1: 2: 3: 4:
40000.00 10000.00 2500.00 250.00
2: SEA RANCHING
3: PENDAPATAN RT
10
4: KJA MANDIRI 4
4
1
4 1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 0.00 1 2 0.00
1 3
4
2
3 2
1
3
30.00
2 3
60.00 Months
Page 1
90.00 8:09
120.00 09 Jan 2009
Untitled
(a)
1: BUDIDAYA 1: 2: 3: 4:
2: SEA RANCHING
3: PENDAPATAN RT
4
2 1: 2: 3: 4:
4: KJA MANDIRI
20000.00 700.00 900.00 200.00
10000.00 350.00 450.00 100.00
4 1
4 1
2 3 1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.00
2
3
2
4
1 3
30.00
3 60.00 Months
Page 1
90.00 16:05
120.00 09 Jan 2009
Untitled
Gambar 4
(b)
Grafik perubahan pendapatan disetiap sub model budidaya KJA dan total pendapatan selama 10 tahun menurut scenario 3 (a) dan 25 (b)
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
1: SEA RANCHING 1: 2: 3: 4:
20000.00 5000.00 7000.00 0.70
1: 2: 3: 4:
10000.00 2500.00 3500.00 0.35
11
2: Pert Bio Ikan SR 3: Bio Ikan Tangkapan4: Bobot Rata ISR
2
1 1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 0.00 1 2 0.00
3
4
1
2
3
4
30.00
1
2
3
4
60.00 Months
Page 1
3 90.00 8:09
4 120.00 09 Jan 2009
Untitled
(a)
1: SEA RANCHING 1: 2: 3: 4:
700.00 300.00 600.00 0.70
1: 2: 3: 4:
350.00 150.00 300.00 0.35
2: Pert Bio Ikan SR
3: Bio Ikan Tangkapan 4: Bobot Rata ISR
1 2 1
1: 2: 3: 4:
0.00 0.00 0.00 1 2 0.00 0.00
1
2
2 3
4
3 30.00
4
3 60.00 Months
Page 1
4
3 90.00 16:05
4 120.00 09 Jan 2009
Untitled
(b) Gambar 5
Grafik perubahan pendapatan disetiap sub model SR dan total pendapatan selama 10 tahun menurut scenario 3 (a) dan 25 (b)
Volume 3. No. 2. Tahun 2009
AKUATIK - MODEL PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN DANGKAL PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN SEA FARMING BERKELANJUTAN The Model of Shallow Water Ecosystem Management in Semak Daun Island of Thousand Island Based on the Suistanable Sea farming Development
KESIMPULAN 1.
2.
Berdasarkan perkiraan kepadatan Ikan Kerapu di alam, perairan Pulau Semak Daun memiliki daya dukung banyaknya Ikan Kerapu yang dapat dilepas 1575 sampai dengan 1890 ekor per tahun dengan berat saat dipanen 600 gram per ekor. Sedangkan berdasarkan perhitungan transfer energi dalam piramida makanan (trophic level) dari produsen sampai ke ikan kerapu, terdapat batas bawah jumlah ikan yang dapat dilepas 1575 ekor dan maksimum 7875 ekor per tahun dengan berat saat dipanen 600 gram per ekor. Berdasarkan hasil simulasi model pada semua skenario selama 10 tahun terlihat bahwa nilai total pendapatan tertinggi didapatkan pada skenario ke-3, yaitu proporsi dana KJA dan SR 75%:25%, kelembagaan 1 (ada kelembagaan) dan iuran anggota 3 (Rp 50.000,00). Total pendapatan selama 10 tahun rumah tangga SF mencapai Rp 4.074.830.000,00. Sebaliknya pada skenario ke-25 dengan proporsi dana KJA dan SR 25%:75%, kelembagaan 0 (tidak ada kelembagaan) dan iuran anggota 1 (Rp 10.000,00). Pendapatan selama 10 tahun rumah tangga SF sebesar Rp 806.130.000,00. SARAN
Penelitian lanjutan terkait pembuktian daya dukung dan metode penangkapan kembali perlu diuji di lapangan, seiring dengan penelitian dan pendampingan yang masih berlangsung hingga saat ini, sehingga diharapkan dari pengembangan Sea Farming ini akan terciptanya kegiatan usaha budidaya laut (mariculture) berkelanjutan dan peningkatan hasil produksi yang dapat menjadi mata pencaharian andalan bagi masyarakat dengan penghasilan yang terjamin dan tumbuhnya aktivitas perekonomian.
12
DAFTAR PUSTAKA Carter
RWG. 1991. Coastal Environments: An Introduction to the Physical, Ecological and Cultural Systems of Coastlines. Academic Press. London. Effendi I. siap terbit. Manajemen dan Teknologi Budidaya Laut. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Odum, W. E. 1976. Ekological Guidelines for Endangered Life-Support. Sunderland, Masaachusetts. [PKSPL-IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. 2000. Kajian Konstribusi Ekonomi Sektor Kelautan dalam Pembangunan Nasional [Laporan Akhir]. Kerjasama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. _______. 2005. Konsep Kelembagan Sea Farming. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB). Bogor. _______. 2006. Resume Kajian Pengembangan Sea Farming di Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. _______. 2006. Riset Terapan Pengemangan Sea Farming di Kepulauan Seribu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB). Bogor. Soebagio. 2005. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Lautan Kepulauan Seribu dalamMeningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Kegiatan Budidaya Perikanan dan Pariwisata. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Volume 3. No. 2. Tahun 2009