5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya
kawasan
hutan
yang
menjadi
habitat
satwa
ini,
maka
dikhawatirkan populasi satwa harapan tropis tersebut akan terus menurun dan akhirnya akan punah. Oleh karena itu perlu mempertahankan keberadaan satwa ini di alam. Reproduksi adalah suatu fungsi tubuh yang secara fisiologi tidak vital bagi kehidupan individual seekor ternak, tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan dan kegunaan hewan tersebut sebagai ternak peliharaan. Reproduksi memainkan peranan penting dalam peningkatan produktivitas ternak. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan tersebut mencapai masa pubertas. Pubertas adalah suatu tahapan ketika organ reproduksi hewan sudah mencapai umur atau waktu untuk mulai berfungsi dan untuk perkembangbiakan. Pubertas dapat ditandai dengan peningkatan kegiatan kelamin atau perilaku seksual. Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu siklus reproduksi akan terlihat pada ovarium, uterus, dan vagina serta perilaku yang dalam setiap stadiumnya mempunyai perbedaan. Proses budidaya dalam kandang membantu untuk pengamatan, biologis dan reproduksinya. Dengan penguasaan aspek-aspek biologis dan reproduksi diharapkan populasi tikus akan meningkat sehingga dapat menyumbang pangan sumber protein hewani. Penelitian ini bertujuan menguji dan mengkaji kinerja reproduksi tikus ekor putih. Bahan dan Metode Materi yang digunakan antara lain tikus ekor putih yang dipilih sebanyak 45 ekor terdiri atas 30 ekor betina dan 15 ekor jantan. Alat yang digunakan berupa 4 (empat) unit kandang kelompok, 6 (enam) unit kandang yang terbuat dari kaca, dan 10 (sepuluh) unit kandang yang terbuat dari kotak plastik dengan tutup ram kawat ukuran 30 x 30 cm, 22 unit tempat makan dan minum, kamera, mikroskop, higrometer, stop watch, kapas (cotton bud), tissue, gelas objek, wadah kaca tempat merendam kaca objek, tempat pengering kaca objek, baskom, dan lain-lain.
50
Penelitian ini berlangsung selama 12 bulan. Tikus percobaan ditempatkan dalam unit kandang kelompok yang dilengkapi tempat makan dan minum. Tikus yang ditempatkan dalam kandang terdiri atas jantan dan betina. Tikus yang bunting dipisahkan dari kelompoknya. Anak tikus yang lahir ditimbang bobot badan dan konsumsi pakannya. Tikus yang akan diulas vagina ditempatkan pada kotak plastik yang ditutupi ram kawat. Pemberian pakan secara ad libitum. a. Lama Berahi (Ulas vagina) Untuk menentukan fase siklus berahi tikus dilakukan pengambilan sampel ulas vagina, dan penentuan fase siklus didasarkan pada jenis-jenis sel yang terdapat pada preparat ulas vagina (Baker et al., 1979). Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan dengan mengusap kapas (cotton bud) yang telah dibasahi dengan NaCl fisiologis 0,9% ke dalam vagina tikus betina yang kemudian diulaskan pada gelas objek. Tabel 8 Jenis-jenis sel yang terdapat pada preparat ulas vagina Fase Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
Pengamatan
Ulasan vagina
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Sel-sel berinti banyak Sel-sel bertanduk 25% Sel-sel bertanduk 75% Sel-sel pavement (menumpuk) 25% Sel-sel pavement (menumpuk) 100% Sel-sel pavement dan leukosit
Awal Akhir
Leukosit Leukosit dan sel berinti mulai muncul
Gambar 15 Kandang untuk pengamatan estrus dan pengamatan preparat ulas vagina di bawah mikroskop
51
Preparat kemudian difiksasi dengan metanol 9% selama 15 menit lalu dicuci dengan akuades. Setelah itu preparat ulas diwarnai dengan cara dicelupkan ke dalam bak berisi pewarna Giemsa selama 30 menit. Preparat diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran okuler 10 x dan objektif 40 x. Penentuan fase siklus reproduksi (proestrus, estrus, metestrus dan diestrus) dilakukan dengan mengamati ciri khas pada tiap siklus reproduksi (Tabel 8). b. Lama kebuntingan Lama kebuntingan diukur dengan cara tikus betina diulas vagina untuk memastikan estrus kemudian dimasukkan ke dalam kandang tikus jantan, ditunggu sampai tikus betina melahirkan. Lama kebuntingan diukur mulai saat tikus betina dimasukkan ke kandang jantan sampai tikus betina melahirkan. c. Jumlah anak per kelahiran Jumlah anak perkelahiran didapat dari jumlah anak yang dilahirkan induk per kelahiran . d. Bobot anak waktu lahir Bobot anak waktu lahir didapat dengan menimbang setiap anak tikus yang baru lahir. e. Lamanya kawin kembali setelah melahirkan Lamanya kawin kembali setelah melahirkan dihitung mulai saat tikus betina melahirkan sampai tikus tersebut mau dikawinkan setelah melahirkan. Hasil dan Pembahasan Estrus Estrus akan terjadi pada hewan betina tidak bunting menurut suatu siklus ritmik yang khas. Siklus estrus adalah selang waktu atau jarak antara estrus yang satu dan estrus berikutnya. Siklus estrus umumnya dibagi menjadi 4 fase atau periode, yaitu: proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. (McDonald, 1989; Toelihere, 1981; Guyton, 1994). Hasil penelitian estrus pada tikus ekor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9
Lama estrus tikus ekor putih (Maxomys hellwandii)
Tikus (Tahap)
Proestrus (jam
Estrus (jam)
Metestrus (jam)
Diestrus (jam)
I II III IV
12 12 12 12
12 12 12 12
15-18 15-18 21 18-24
45-54 45-54 45-52 45-54
Kisaran
12
12
15-21
45-54
52
Proestrus. Proestrus menandakan datangnya estrus, fase ini terjadi sebelum estrus yaitu periode ketika folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan
menghasilkan
sejumlah
estradiol
yang
makin
bertambah
untuk
mempersiapkan sistem reproduksi (McDonald, 1989).
Gambar 16 Fase proestrus pada ulas vagina tikus ekor putih Pada akhir proestrus, sekresi estrogen ke dalam urin meninggi dan mulai terjadi penurunan kosentrasi progesteron di dalam darah (Guyton, 1994). Hewan betina biasanya memperlihatkan perhatiannya pada hewan jantan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fase ini berlangsung selama 12 jam. Lamanya fase proestrus pada tikus ekor putih sama dengan pada tikus putih (Rattus norvegicus) (Baker et al., 1979; Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Ballenger, 2000). Fase ini merupakan periode terjadinya involusi fungsional corpus luteum serta pembengkakan praovulasi folikel ( McDonald, 1989). Pada preparat ulas vagina terlihat adanya dominasi sel-sel epitel berinti seperti pada Gambar 16. Pada tahap ini terjadi peningkatan vaskularisasi epitel vagina yang disebabkan estrogen makin tinggi dan penandukan yang semakin tinggi (Toelihere, 1984). Estrus. Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan berahi dan penerimaan pejantan oleh betina. Penerimaan terhadap jantan selama estrus disebabkan pengaruh estradiol pada sistem syaraf pusat yang menghasilkan pola-pola kelakuan yang khas pada tikus betina. Pada stadium estrus kopulasi dimungkinkan terjadi. Fase estrus berlangsung 12 jam. Lamanya fase estrus pada tikus ekor putih sama dengan pada tikus putih (Rattus norvegicus) (Baker et al.,1979 ; Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 ; Ballenger, 2000). Ciri yang khas
53
adalah dengan adanya aktivitas berlari-lari yang sangat tinggi di bawah pengaruh estrogen.
Gambar 17 Fase estrus pada ulas vagina tikus ekor putih Pada periode estrus ovum mengalami perubahan-perubahan ke arah pematangan, dan sekresi estrogen tinggi. Estrogen dari folikel de Graaf yang matang menyebabkan berbagai perubahan pada saluran reproduksi, uterus tegang, mukosa vagina tumbuh cepat serta adanya sekresi lendir (Toelihere, 1984). Banyak mitosis terjadi di dalam mukosa vagina dan sel-sel baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan menjadi skuamosa dan bertanduk. Sel-sel bertanduk ini berkelupas ke dalam lumen vagina (Baker et al., 1979). Adanya sel-sel ini bisa dilihat dalam preparat ulas vagina yang digunakan sebagai indikator fase estrus seperti pada Gambar 17. Metestrus. Metestrus merupakan fase segera setelah estrus di mana corpus luteum mulai tumbuh. Corpus luteum merupakan perubahan bentuk folikel de Graaf pada tahap akhir yang berubah fungsi setelah mengalami ovulasi (McDonald, 1989). Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan corpus luteum. Stadium metestrus pada tikus ekor putih berkisar antara 15 sampai 21 jam, dan pada tikus putih (Rattus norvegicus) 21 jam. setelah ovulasi berlangsung (Baker et al., 1979; Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Ballenger, 2000). Pada preparat ulas, vagina terlihat banyak leukosit
54
muncul di dalam lumen vagina bersama sedikit sel-sel bertanduk seperti terlihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Fase metestrus pada ulas vagina tikus ekor putih Diestrus. Diestrus merupakan periode terakhir dalam siklus estrus. Pada periode ini corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron semakin nyata. Endometrium lebih menebal dan kelenjar membesar (Toelihere, 1984).
Gambar 19 Fase diestrus pada ulas vagina tikus ekor putih Stadium diestrus tikus ekor putih berkisar antara 45 dan 54 jam yang lebih cepat dibanding tikus putih (Rattus norvegicus) yang berkisar antara 57 dan 70 jam ( Baker et al., 1979). Pada preparat ulas vagina terlihat leukosit dalam jumlah banyak dan sel-sel epitel berinti seperti terlihat pada Gambar 19.
55
Tikus mencapai dewasa kelamin pada umur 50 sampai 65 hari. Vagina mulai terbuka pada umur 35 sampai 90 hari dan testes turun / keluar pada umur 30 sampai 60 hari. Pada umur 65 hari jantan mulai mengeluarkan bau khas (hormon). Siklus estrus berlangsung 3 sampai 5 hari dengan lama estrus 12 jam. Tikus ekor putih yang masih muda dapat dibedakan antara yang jantan dan yang betina. Testes mudah terlihat terutama bila tikusnya diangkat sehingga testesnya berpindah dari saluran inguinal ke scrotum. Tikus jantan memiliki papila genitalia dan jarak anogenital yang lebih besar dari pada betina yaitu 5 mm pada umur 7 hari sedangkan yang betina hanya 2,5 mm. Puting susu pada betina sudah terlihat sejak umur 8 sampai 15 hari. Cara yang tepat untuk penentuan jenis kelamin tikus adalah dengan cara mengangkat tikus-tikus dari litter yang sama lalu membandingkan ukuran-ukuran tersebut (Malole dan Pramono, 1989). Tabel 10 Beberapa sifat biologis tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) dibanding dengan Rattus norvegicus Karakteristik 1. Bobot lahir 2.Bobot dewasa 3. Jumlah anak 4. Jumlah puting
5.Awal estrus 6. Lama estrus
Tikus ekor putih (Maxomys hellwandii)* betina 5 -10 g Jantan 5 -11 g Jantan 250 - 450 g Betina 175 - 300 g Perkelahiran 1-4 ekor 6 puting (2 pasang di dada, 1 pasang sejajar kaki belakang) 55 hari - Proestrus 12 jam - Estrus 12 jam - Metestrus 15-21 jam - Diestrus 45-55 jam 15-19 hari 21-26 hari Poliestrus 1 -24 jam
7. Mata terbuka 8. Umur disapih 9.Siklus Kelamin 10.Kawin sesudah beranak 11. Lama bunting 22 - 28 hari 12. Siklus estrus 3 - 4 hari Keterangan : * Pengamatan ** Baker et al., (1979)
Rattus norvegicus** 5-6g jantan 300 - 400 g betina 250 -300 g rata-rata 9 ekor dapat 20 ekor 12 puting ( 3 pasang di daerah dada dan 3 pasang di daerah perut 40-60 hari - Proestrus 12 jam - Estrus 12 jam - Metestrus 21 jam - Diestrus 57 jam 7 hari 21 hari Poliestrus 1 - 24 jam 20 -22 hari 4 - 5 hari
Masa kebuntingan tikus ekor putih diperkirakan berlangsung 22 sampai 28 hari. Dalam satu litter terdapat 1 sampai 4 anak yang baru dapat merambat sesudah berumur satu minggu dan melihat sesudah 2 minggu. Hal ini berbeda dengan tikus laboratorium (Rattus norvegicus) yang lama buntingnya 21 sampai
56
23 hari dan sudah melihat pada umur seminggu dan dalam satu litter terdapat 9 sampai 12 ekor anak dan bisa mencapai 20 ekor (Arrington,1972). Persentase kebuntingan tikus betina pada kadang penangkaran 31,03% hal ini sangat rendah dibandingkan dengan ternak domestik lainnya yang dapat mencapai 75 sampai 90%. Hal ini disebabkan tikus ekor putih baru beradaptasi di dalam penangkaran. Perlakuan kasar, kekurangan bahan untuk pembuatan sarang, kandang yang terlalu bising kekurangan makanan dan air minum dapat menyebabkan induk kanibal atau makan anak-anaknya. Anak tikus ekor putih disapih umur 21 sampai 26 hari lebih lama dibandingkan Rattus norvegicus yang disapih umur 21 hari dengan bobot anak 40 sampai 50 gram. Simpulan 1. Tikus ekor putih mampu beradaptasi dan bereproduksi di lingkungan kandang budidaya. 2. Siklus estrus berlangsung 3 sampai 4 hari yang terdiri atas proestrus 12 jam, estrus 12 jam, metestrus 15 sampai 21 jam dan diestrus 45 sampai 54 jam. 3. Umur dewasa tikus ekor putih lebih lama dari Rattus norvegicus.